Anda di halaman 1dari 9

Keteladanan Nabi Ibrahim Dalam Al Qur’an

(Edisi 51)
by anto • October 8, 2014 • 1 Comment

Para pembaca BMI yang terhormat,

Sebentar lagi umat Islam akan merayakan hari raya Idul Adha 1435 hijriah. Perayaan ini tidak
terlepas dari peristiwa bersejarah umat manusia yang pernah dilakukan oleh seorang Nabi
bernama Ibrahim a.s.  

Mengingat pentingnya peristiwa ini, Allah mengabadikannya dalam al-Qur’an al-Karim, yang
artinya,”Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) bersama-sama Ibrahim, Ibrahim
berkata : “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu.
Maka pikirkanlah pendapatmu!” Ia menjawab : “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang
sabar.” (QS Ash-Shafaat : 102).

Para Pembaca BMI yang budiman,

Peristiwa di atas merupakan bukti dua orang hamba Allah (Ibrahim dan Ismail) yang sangat taat
menjalankan perintah-Nya. Menurut riwayat, sebelum Nabi Ibrahim diperintah Allah untuk
menyembelih putranya, beliau setiap datang bulan Idhul Adha selalu menyembelih hewan
kurban tidak kurang dari 1000 kambing, 300 sapi dan 100 unta.

Bahkan, karena saking taat dan cintanya kepada-Nya, ia pernah berujar, ”Sekiranya Allah
menyuruhku untuk menyembelih seorang anakku, maka pasti aku akan melakukannya. Konon
nadzar inilah yang menjadi kenyataan.

Mengingat banyaknya peristiwa Nabi Ibrahim as.yang bisa dijadikan ibrah (pelajaran), maka
Allah melalui ayat-ayat-Nya menganjurkan untuk meneladaninya.,

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.


KETELADANAN NABI IBRAHIM DALAM AL QUR’AN

A. PENDAHULUAN.

Sebagai umat Nabi akhir zaman, Muhammad saw setiap muslim dianjurkan untuk meneladani
kepribadian dan akhlak Nabinya. Hal ini sesuai dengan firman Allah swt dalam Al-Qur’an :

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rakhmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah.” (Al-Ahzab 21).

Meneladani kepribadian dan akhlaknya merupakan bukti bahwa ia mencintai dan ingin menjadi
pengikutnya yang baik dan setia. Orang yang mengaku sebagai ummatnya, tetapi tidak mau
mengikuti jejak dan sunnahnya, hanyalah omong kosong.

Demikian juga dengan kita. Jika ingin menjadi umat yang baik, maka harus   meneladani
kepribadian dan akhlak Nabi. Disamping itu, kita harus selalu  mendo’akan atau bershalawat
kepadanya.. Yang paling baik adalah melakukan keduanya, mendo’akan dan mengikuti
sunnahnya.

Oleh sebab itu, bagi setiap muslim, jika ingin menjadi pengikut dan umat Nabi Muhmammad
secara totalitas harus mengimplementasikan keduanya, yakni mendo’akan dan meneladaninya
secara konprehenship. Jangan setengah-setengah.

Umat Islam, disamping dianjurkan untuk meneladani Nabi Muhammad juga dianjurkan untuk
meneladani Nabi lainnya, seperti Nabi Ibrahim as. Hal ini sesuai dengan firman Allah  dalam Al-
Qur’an

“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang
bersama dengan dia…” (Al-Mumtahanah 4). Dan dalam ayat yang lain.
“Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan Umatnya) ada teladan yang  baik bagimu; yaitu
bagi orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) Hari kemudian. Dan barang
siapa yang berpaling, maka sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”
(Al-Mumtahanah 6).

Berdasarkan kedua ayat tersebut di atas, maka tidak ada salahnya bagi umat Islam untuk
meneladani Nabi Ibrahim as.

B. KETELADANAN NABI IBRAHIM.

Mengapa umat islam harus meneladani Nabi Ibrahim as? Apakah tidak cukup dengan
meneladani Nabi Muhammad saw?

Tentu, jawabanya seperti di atas bahwa Al-Qur’an sendiri mengemukanan kepada Nabi
Muhammad dan umatnya tentang  keteladan atau meneladani Nabi Ibrahim as. Karena pada diri
beliau terdapat contoh yang baik dan bisa diikuti oleh umat sesudahnya. Hal ini sesuai dengan
catatan Al-Qur’an dalam surat Al-Mumtahanah ayat 4 dan 6 sebagaimana termaktub di atas.

Berkaitan dengan keteladanan, Islam adalah agama yang sangat terbuka dan ajaran-ajarannya
meliputi ajaran umat sebelumnuya, maka bagi seorang muslim tidak dihalang- halangi untuk
mengikuti  keteladanan Nabi siapapun dan tidak dibatasi oleh apapun. Sebab, bagaimanapun Al-
Qur’an dan kitab-kitab sebelumnya bersumber dari firman Allah swt. .

Inilah di antara keteladanan dari Nabi Ibrahim as yang terdapat dalam Al-Qur’an :

1. Gigih Dalam Mencari Kebenaran Tuhan Allah.

Dalam Al-Qur’an, banyak sekali  ayat-ayat yang menceritakan tentang kehidupan Nabi Ibrahim
as. Dari masalah-masalah yang dianggap kecil dan sepele sampai kepada masalah-masalah yang
besar dan menegangkan. Misalnya, bagaimana Nabi Ibrahim meninggalkan keluarganya di tanah
yang tandus, yang tidak berpohon sampai kepada kisah dibakarnya dengan apinya yang menyala-
nyala. Akan tetapi, api baginya justru terasa dingin.

Di antara sekian kisah adalah cerita tentang kegigihan beliau Mencari Kebenaran Tuhan Allah.
Disebutkan di dalam Qur’an surat Al-An’am sebagai berikut :

“Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada Bapaknya Aazar : “Pantaskah kamu
menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu
dalam kesesatan yang nyata.” ?”  (QS Al-an’aam 74).

“Dan Demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang
terdapat di langit dan di bumi dan (Kami perlihatkannya ) agar Ibrahim itu termasuk orang-
orang yang yakin.” ?”  (QS Al-an’aam 75).
Ketika malam telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata : “Inilah
Tuhanku”. Tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata : “saya tidak suka kepada yang
tenggelam.” ?”  (QS Al-an’aam 76).

Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata : “Inilah Tuhanku.” Tetapi setelah bulan
itu terbenam dia berkata : “Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku,
pastilah aku termasuk orang yang sesat.” ?”  (QS Al-an’aam 77).

Kemudian tatkala melihat matahari terbit, dia berkata : “Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar.”
Maka tatkala matahari itu telah terbenam dia berkata : “saya tidak suka kepada yang
tenggelam.” ?”  (QS Al-an’aam 78).

“Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi
dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang
mempersekutukannya Tuhan.” ?” (QS Al-an’aam 79).

“Dan dia dibantah oleh kaumnya. Dia berkata :”Apakah kamu hendak membantahku tentang
Allah, padahal sesungguhnya Allah telah memberi petunjuk kepadaku. Dan aku tidak takut
kepada (malapetaka dari) sembahan-sembahan yang kamu persekutuan dengan Allah, kecuali di
kala Tuhanku menghendaki  sesuatu (dari malapetaka) itu. Pengetahuan Tuhanku meliputi
segala sesuatu. Maka apakah kamu tidak dapat mengambil pelajaran (dari padanya) ?”  (QS
Al-an’aam 74 – 80).

Dari kisah di atas bisa disimpulkan bahwa Nabi Ibrahim as sangat gigih dalam mencari
Kebenaran Tuhan Allah. Dalam mencari kebenaran Tuhan Allah tidak cukup hanya dengan
keyakinan hati semata. Akan tetapi, perlu pertimbangan akal sehat dan ilmu pengetahuan.
Didasari dengan keyakinan hati yang kuat, akal yang terus berfikir dan ilmu pengetahuan yang
luas, maka semakin kuatlah keimanan dan keyakinan. Lalu, akan tercerminkepribadian dan
akhlak yang luhur sebagai cermin keimanan dan keyakinan yang kuat.

2. Ketaatan dan kecintaan Nabi Ibrahim.kepada Allah.

Tempat tinggal Nabi Ibrahim beserta keluarganya di dekat Rumah Allah, Baitullah, Makkah
tidak terlepas dari perintah Allah SWT. Seandainya saja tanpa perintah dan wahyu-Nya, tentu,
Nabi Ibrahim akan memilih tinggal di sekitar tanah yang paling subur yang ada di atas bumi pada
saat itu. Akan tetapi, karena ketaatan dan kecintaan kepeda Allah, sehingga ia mau tinggal di
mana saja, termasuk di tempat yang tandus yang tidak ada pohon-pohonannya.

Berkaitan dengan ketaatan dan kecintaan Nabi Ibrahim as, Allah menceritakannya dalam Al-
Qur’an surat Ibrahim. Inilah di antara kisahnya :

“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang
tidak mempunyai tanaman-tanaman di dekat rumah Engkau. (QS Ibrahim 37)

Ketaatan  Nabi Ibrahim as bukan saja dalam menerima perintah untuk tinggal di negeri yang
tandus dan gersang. Akan tetapi, juga ketaatan dalam menerima perintah memotong hewan
qurban di setiap datangnya bulan Dzulhijjah. Menurut riwayat, Nabi Ibrahim memotong hewan
qurban setiap tahun tidak kurang dari 1000 ekor kambing, 300 ekor sapi dan 100 ekor unta.
Bahkan sampai-sampai karena ketaatan dan kecintaannya kepada Allah sehingga ia berujar,
“Demi Allah seandainya aku mempunyai seorang anak, dan Allah menyuruhku untuk
mengurbankan, niscaya akan aku kurbankan.”

Benar saja, ketila Ibrahim dikaruniai seorang anak bernama Ismail hingga berumur 7 tahun, ada
yang mengatakan 13 tahun, Allah swt menyuruhnya untuk mengurbankan anaknya. Sehingga hal
ini menjadi tradisi atau sunnah umat Islam hingga masa Nabi akhir zaman, Nabi Muhammad
SAW.

3. Mendo’akan Anak Cucu dan Orang Tua .

Hidup sebagai orang tua atau anak, terkadang mengalami berbagai kesibukan. Di antara
kesibukan yang sangat menyita perhatian adalah mengurus keperluan dan kebutuhan rumah
tangga. Sebagai akibatnya, kita sering lupa atau menyepelekan hal-hal yang dianggap kecil
seperti, mendo’akan, baik mendo’akan anak maupun orang tua. Padahal masalah tersebut sangat
besar dan berarti dalam sebuah rumah tangga.

Berkaitan dengan masalah do’a dan mendo’akan, Nabi Ibrahim as telah memberikan contoh.
Bagaimana beliau mendo’akan, anak keturuanan. Di antara jenis do’a yang dipanjatkannya
adalah  mohon rasa aman, dijauhi dari kemusrikan, mohon diberi rizki, dianugrahi anak shaleh,
mendirikan shalat dan permohonan ampunan.

Untuk mengetahui, apa saja di antara doa-doa Nabi Ibrahim untuk anak keturunan adalah sebagai
berikut :

“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim  berkata : “ Ya, Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman,
dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.” (QS Ibrahim
35).

“Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada


manusia, maka barang siapa mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku,
dan barang siapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau, Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.” (QS Ibrahim 36).

“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdo’a : Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman
sentosa, dan berikanlah rizki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara
mereka kepada Allah dan hari kemudian.” (QS Baqarah 126).

“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya
Tuhan Kami, perkenankanlah do’aku.” (QS Ibrahim 40).

Nabi Ibrahim as disamping mendo’akan anak cucunya, juga mendo’akan kedua orang tuanya.
Inilah di antara do’anya :
“Ya Tuhan kami, ampunilah aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mukmin pada
hari terjadinya hisab(hari kiamat).” (QS Ibrahim 41).

Seperti diketahui bahwa ayah Nabi Ibramin adalah seorang non-muslim. akan tetapi, beliau tetap
mendo’akannya hingga  pada akhirnya Allah tidak memperkenankan do’anya. Mengapa
demikian? Karena orang tuanya masih tetap menjadi seorang musyrik, penyembah berhala.
Masalah tersebut telah diungkapkan oleh Allah dalam firman-Nya :

Permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya, tidak lain hanyalah karena suatu
janji yang pernah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa
Bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas daripadanya. Sesungguhnya Ibrahim
adalah orang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun. (QS At-Taubah : 114).

4. Dialog dengan Orang tua dan Anak

Jika seorang muslim memiliki orang tua atau  memiliki anak, baik mereka  muslim atau non
muslim, tidak ada salahnya apabila megajak dialog dengan mereka. Hal ini dilakukan untuk
mencari kebenaran hakiki dalam beragama atau untuk mengetahui sejauh mana ketaatan anak-
anak kita terhadap agamanya.

Berkaitan dengan hal di atas, al-Qur’an memberikan pelajaran dan contoh yang dilakukan oleh
Nabi Ibrahim as dan Nab-Nabi lainnya seperti Nabi Nuh as.

Inilah di antara contoh dialog yang dilakukan Nabi Ibrahim terhadap ayahnya berkaitan dengan
masalah ketauhidan :

Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya Aazar : “Pantaskah kamu (ayah)
menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan ? Sesungguhnya aku melihat kamu (ayah) dan
kaummu dalam kesesatan yang nyata.(QS Al-An’aam : 74). Dan dalam ayat lainnya.

Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya : “Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah
sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun ? (QS
Maryam 42).

Wahai Bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak
datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukan kepadamu jalan yang lurus.
(QS Maryam 43).

Wahai Bapakku, janganlahkamu myembah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu durhaka kepada
Tuhan Yang Maha Pemurah. (QS Maryam 44).

Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab dari Tuhan Yang
Maha Pemurah, maka kamu menjadi kawan syaitan. (QS Maryam 45).

Sedangkan dialog Nabi Ibrahim dengan anaknya yang terekam dalam al-Qur’an adalah sebagai
berikut :
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sangguh 7 atau 13 tahun) berusaha bersama-sama
Ibrahim, Ibrahim berkata : “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku
menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab : “Wahai bapakku,
kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasunk
orang-orang yang sabar.” (QS Ash-Shaafat : 102).

Dari cantoh di atas, maka setiap muslim bisa meneladi apa yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim as
yakni berdialog dengan orang tua dalam mencari kebenaran dan dialog dengan anak dalam
mencari solusi yang terbaik, apabila ada persoalan.

5. Keberanian Dalam Menegakkan Kebenaran.

Sebagai seorang Nabi, Ibrahim termasuk seorang hamba yang sangat pemberani, khususnya
dalam menegakkan nilai kebenaran meskipun dirinya diancam untuk dibunuh dan dibakar oleh
seorang penguasa, raja Namrud dan  para pengikutnya.

Kisah keberanian Nabi Ibrahim as telah diabadikan Allah dalam al-Qur’an sebagai berikut :

Mereka bertanya; “Apakah kamu yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, hai
Ibrahim ?” Ibrahim menjawab; sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya, maka
tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara”. (QS Al-Anbiyaa’ : 62-63)

Maka mereka telah kembali kepada kesadaran mereka dan lalu berkata : “Sesungguhnya kamu
sekalian adalah orang-orang yang menganiaya (diri sendiri)”. Kemudian kepala mereka jadi
tertunduk (lalu berkata) : “Sesungguh bapakmu  (hai Ibrahim) telah mengetahui bahwa berhala-
berhala itu tidak dapat berbicara.”   Ibrahim berkata : Maka mengapakah kamu menyembah
selain Allah sesuatu yang tidak memberi manfaat sedikitpun dan tidak (pula) memberi mudharat
kepada kamu?”. Ah (celakalah) kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah. Maka apakah
kamu tidak memahami ?(QS Al-Anbiyaa’ : 64-67).

Setelah mendengar perkataan Nabi Ibrahim, kaumnya menjadi marah lalu mereka membakarnya.

Mereka berkata : “Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak
bertindak.” (Ketika Nabi Ibrahim dibakar) Allah berfirman : “Hai api menjadi dinginlah dan
menjadi selamatkanlah Ibrahim.”(QS Al-Anbiyaa’ : 68-69)

6. Kedermawanan Ibrahim.

Menurut riwayat, Nabi Ibrahim as termasuk seorang hamba Allah yang sangat derma. Karena
kedermawanannya, setiap datang bulan haji beliau memotong hewan korban sebanyak 1000 ekor
kambing, 300 ekor sapi dan 100 ekor onta, karena sifat yang dimilikinya ini ia mendapatkan
gelar khalilullah yang artinya shahabat karib atau kekasih Allah.  

Karena gelar inilah para malaikat bertanya, Ya Tuhan, Bagaimana Ibrahim menjadi khalil-Mu?
Padahal dia sangat sibuk dengan urusan harta, anak dan wanita? 
Maka Allah menjawabnya: “Janganlah kamu sekalian melihat bentuk hamba-Ku dan hartanya.
Akan tetapi, lihatlah hatinya dan amalan-amalannya? Kalau kamu mau, kata Allah, pergilah
kepadanya dan ujilah dia.

Malaikat Jibril as lalu mendatangi Ibrahim dengan bentuk seperti manusia dan ia bertanya :
“Wahai Ibrahim, milik siapa kambing-kambing ini?

Jawab Ibrahim: “Milik Allah. Hanya saja sekarang berada di tanganku.”  “Bolehkah saya minta
satu”, pintanya.  Silakan ambil sepertiganya atau seperduanya atau semuanya”, kata Ibrahim.

Menurut riwayat, Nabi Ibrahim as memiliki 12 ribu ekor anjing untuk mengembala dan menjaga
kambing-kambingnya. Jika jumlah anjing penjaganya saja berjumlah 12 ribu. Lalu, bagaimana
dengan jumlah kambing-kambing itu? Sungguh luar biasa.

7. Sabar dan Penghiba..

Nabi Ibrahim termasuk nabi yang sabar. Kesabaran beliau telah diabadikan oleh Allah dalam al-
Quran yang mengatakan :

“Seseungguhnya Ibrahim benar-benar penyabar lagi penghiba dan suka kembali kepada Allah.”
(QS Huud :75).

Dijelaskan dalam tafsir Ibnu Katsir tentang ayat di atas bahwa ketika para malaikat akan
memberikan adzab kepada kaumnya nabi Luts as, para malaikat yang dipimpin Jibril as
mengunjungi rumah Ibrahim dengan maksud memberi kabar gembira tentang kelahiran anaknya
dari siti Sarah yang bernama Ishak dan berita tentang adzab yang akan ditimpakan pada kaumnya
Nabi Luts as.  

Nabi Ibrahim as merasa iba dengan akan datangnya adzab yang akan menimpa dan ia merasa
keberatan. Namun karena hal ini merupakan ketetapan Allah akhirnya Nabi Ibrahim pasrah.
Karena kesabaran dan rasa iba inilah, maka para malaikat memujinya dengan mengatakan :
“Sesungguhnya Ibrahim itu benar-benar Penyabar dan Penghiba (haliim).”.

Menurut para ahli bahasa, kata haliim posisinya lebih tinggi dari kata Shabir (penyabar).

Menurut para ulama, sabar dibagi menjadi 3 bagian. Pertama, sabar dalam menghadapi musabah.
Kedua, sabar dalam mentaati perintah Allah. Dan ketiga, sabar dalam menjauhi larangan-
larangan Allah. Ketiga bentuk kesabaran ini telah dijalani oleh Nabi Ibrahim as.

C. KESIMPULAN

Berdasarkan catatan makalah di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Umat Islam sangat dianjurkan untuk meneladani prilaku orang-orang shalih. Orang shalih
adalah orang yang prilakunya sesuai dengan ajaran Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan
Hadits Nabi saw. Nabi Ibrahim as adalah termasuk orang shalih. Bahkan al-Qur’an sendiri
memberikan catatan yang intinya bahwa beliau memiliki keteladanan. Hal ini tertulis dalam surat
Al-Mumtahanah ayat  4 dan 6.

2. Di antara keteladanan Nabi Ibrahim as adalah 1. Gigih dalam Mencari Kebenaran Tuhan
Allah. 2. Ketaatan dan kecintaan Nabi Ibrahim kepada Allah. 3. Mendo’akan Anak Cucu dan
Orang Tua. 4. Dialog dengan Orang tua dan Anak. 5. Keberanian Dalam Menegakkan
Kebenaran. 6. Kedermawanan Ibrahim. 7. Sabar dan Penghiba.

3. Sebagai umat Islam, tidak diperkenankan meneladani orang-orang yang belum jelas
perilakunya. Apa lagi jika perilaku tersebut bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam. Saat ini,
banyak umat Islam, khususnya anak-anak muda mengidolakan seseorang tanpa refrensi yang
jelas. Akibatnya, mereka tergelincir dalam jurang kesesatan.

Wallahu’alam bishshawab.

Oleh Muhmmad Hisyam Asyiqin. 

Post navigation

Anda mungkin juga menyukai