Anda di halaman 1dari 7

KHUTBAH ‘IDUL ADHA 1429 H.

Bersikap Memerlukan Pengorbanan


Oleh KH.Yusuf Supendi,Lc
Mesjid Baitussalam, Perumahan Permata Puri Laguna,
Radar AURI, Mekar Sari Cimanggis, Depok
Jakarta, 10 Dzulhijah 1429 H

Allahu Akbar, Allahu Akbar Walilaahilhamd

Hadirin yang dirahmati Allah swt.

Bapak-bapak, ibu-ibu serta hadirin jama’ah shalat Idul Adha


Rahimakumullah,

Pada hari yang mulia ini, 10 Dzulhijah 1429 H seluruh umat Islam di seantero
dunia memperingati hari raya Idul Adha atau hari raya qurban. Sehari
sebelumnya, 9 Dzulhijah 1429 H, jutaan umat Islam yang menunaikan ibadah
haji wukuf di Arafah, berkumpul di Arafah dengan memakai ihram putih
sebagai lambang kesetaraan derajat manusia di sisi Allah, tidak ada
keistimewaan antar satu bangsa dengan bangsa yang lainnya kecuali takwa
kepada Allah.

“ Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki


dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-
suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. QS Al-Hujaraat
(49):13

Peringatan hari raya ini tak bisa dilepaskan dari peristiwa bersejarah ribuan
tahun silam ketika Nabi Ibrahim as, dengan penuh ketaqwaan, memenuhi
perintah Allah untuk menyembelih anak yang dicintai dan disayanginya, Nabi
Ismail as. Atas kekuasaan Allah, secara tiba-tiba yang justru disembelih oleh
Nabi Ibrahim as telah berganti menjadi seekor kibas (sejenis domba). Peristiwa

1
itulah yang kemudian menjadi simbol bagi umat Islam sebagai wujud ketaqwaan
seorang manusia mentaati perintah Allah swt. Ketaqwaan Nabi Ibrahim kepada
Allah swt diwujudkan dengan sikap dan pengorbanan secara totalitas,
menyerahkan sepenuhnya kepada sang Pencipta dari apa yang ia percaya
sebagai sebuah keyakinan.

Allah swt berfirman dalam Qur’an Surat 12 ayat 111,’

Artinya: Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi


orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-
buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan
segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.

Betapa beratnya ujian dan cobaan yang dialami oleh Nabi Ibrahim AS. Beliau
harus menyembelih anak semata wayang, anak yang sangat disayang. Namun
dengan asas iman, tulus ikhlas, taat dan patuh akan perintah Allah swt Nabi
Ibrahim AS akhirnya mengambil keputusan untuk menyembelih putra
tercintanya Ismail, beliau memanggil putranya dengan pangilan yang diabadikan
dalam Al Quran Surat Ash Shaafaat (37) ayat 102,

“ Maka tatkala anak itu sampai pada umur sanggup berusaha bersama-sama
Ibrahim , Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi
bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirlah apa pendapatmu?” “ Ia menjawab:”
Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; Insya Allah kamu
akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar “

2
Ismail sebagai anak shaleh, senantiasa patuh kepada orang tua, tidak pernah
membantah perintah orang tua, setia membantu orang tua di antaranya
membangun Ka’bah Baitullah di Makkah.

Ibrah atau pelajaran


1. Sebagai orang tua atau pimpinan tidak bertindak otoriter atau
sewenang-wenang. Orang tua yang baik adalah orang tua yang mendidik
anaknya dengan contoh dan ketauladanan. Seorang pemimpin yang baik akan
ditiru oleh rakyatnya jika ia memberikan contoh perilaku yang baik. Seorang
pemimpin tidak diikuti ucapannya, tetapi perilaku atau tindak tanduknya.
Seorang pemimpin juga harus menjunjung nilai-nilai demokratis, tidak selalu
memberikan perintah-perintah, tetapi juga harus mendengarkan aspirasi
rakyatnya.
2. Peran sang Ibu dalam mendidik sehingga melahirkan anak yang
sholeh.
Peran Ibu sbg madrasah/sekolah utama dan pertama bagi anak sangat
penting. Pendidikan anak sholeh dimulai dari saat pertemuan benih dan sel
telur, diawali do'a mohon perlindungan dari syetan. Mulai dari kandungan
banyak dibacakan ayat2 Qur'an. Dari peran Ibulah, karakter anak sholeh
dapat terbentuk. Intensitas pertemuan yang cukup, memungkinkan
penanaman dan sosialisasi nilai-nilai normatif, akhlak, dan perilaku terpuji
lainnya dapat terinternalisasi pada diri anak.

3. Pembentukkan anak sholeh tergantung dari orang tua


Banyak orang tua yang beranggapan bahwa pendidikan itu akan terbentuk
hanya di sekolah-sekolah, jadi tidaklah perlu orang tua mengarahkan anak-
anaknya di rumah. Bahkan ada sebagian orang tua yang tidak tahu tujuan
dalam mendidik anak. Perlu kita pahami, bahwasannya pendidikan di rumah
yang meskipun sering disebut sebagai pendidikan informal, bukan berarti
bisa diabaikan begitu saja. Orang tua harus memahami bahwa keluarga
merupakan institusi pendidikan yang tidak kalah pentingnya dibandingkan
institusi pendidikan formal. Ini bisa dimengerti karena keluarga merupakan
sekolah paling awal bagi anak. Di keluargalah seorang anak pertama kali
mendapatkan pengetahuan, pengajaran dan pendidikan.
Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahilhamd,
Bapak-bapak, ibu-ibu serta hadirin jama’ah shalat Idul Adha
Rahimakumullah,

Kata kurban dalam bahasa arab berarti mendekatkan diri. Dalam fiqh Islam
dikenal dengan istilah udh-hiyah, sebagian ulama mengistilahkannya an-nahr
sebagaimana yang dimaksud dalam QS Al-Kautsar (108): 2,

3
“ Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah “

Akan tetapi, pengertian korban bukan sekadar menyembelih binatang korban


dan dagingnya kemudian disedekahkan kepada fakir miskin. Akan tetapi, secara
filosofis, makna korban meliputi aspek yang lebih luas.
Dalam konteks sejarah, dimana umat Islam menghadapi berbagai cobaan, makna
pengorbanan amat luas dan mendalam. Sejarah para nabi, misalnya Nabi
Muhammad dan para sahabat yang berjuang menegakkan Islam di muka bumi
ini memerlukan pengorbanan. Sikap Nabi dan para sahabat itu ternyata harus
dibayar dengan pengorbanan yang teramat berat yang diderita oleh Umat Islam
di Mekkah ketika itu. Umat Islam disiksa, ditindas, dan sederet tindakan keji
lainnya dari kaum kafir quraisy. Rasulullah pernah ditimpuki dengan batu oleh
penduduk Thaif, dianiaya oleh ibnu Muith, ketika leher beliau dicekik dengan
usus onta, Abu Lahab dan Abu Jahal memperlakukan beliau dengan kasar dan
kejam. Para sahabat seperti Bilal ditindih dengan batu besar yang panas ditengah
sengatan terik matahari siang, Yasir dibantai, dan seorang ibu yang bernama
Sumayyah,ditusuk kemaluan beliau dengan sebatang tombak.

Tak hanya itu, umat Islam di Mekkah ketika itu juga diboikot untuk tidak
mengadakan transaksi dagang. Akibatnya, bagaimana lapar dan menderitanya
keluarga Rasulullah SAW. saat-saat diboikot oleh musyrikin Quraisy, hingga
beliau sekeluarga terpaksa memakan kulit kayu, daun-daun kering bahkan kulit-
kulit sepatu bekas.

Sejarah nabi Yusuf as yang disiksa dan dibuang ke sebuah sumur tua oleh para
saudaranya sendiri adalah bagian dari pengorbanan beliau menegakkan
kebenaran. Sejarah nabi Musa as yang mengalami tekanan, tidak hanya dari
Fir’aun, tetapi juga kaumnya, adalah juga wujud dari pengorbanan beliau.

Pengorbanan Nabi Suaib juga dikisahkan dalam QS Al-A’raf, ayat 88,

4
”Pemuka-pemuka dari kaum Syu’aib yang menyombongkan diri berkata:
”Sesungguhnya kami akan mengusir kamu hai Syu’aib dan orang-orang yang
beriman bersamamu dari kota kami, kecuali kamu kembali kepada agama kami”.
Berkata Syu’aib: ”Dan apakah (kamu akan mengusir kami), kendatipun kami
tidak menyukainya?” (QS AL-A’raf ayat 88)

Qur’an Surat Ibrahim Ibrahim (14) ayat 12-13,

(12) Mengapa kami tidak akan bertawakkal kepada Allah padahal Dia telah
menunjukkan jalan kepada kami, dan kami sungguh-sungguh akan bersabar
terhadap gangguan-gangguan yang kamu lakukan kepada kami. Dan hanya
kepada Allah saja orang-orang yang bertawakkal itu berserah diri”.

(13) Orang-orang kafir berkata kepada Rasul-rasul mereka: ”Kami sungguh-


sungguh akan mengusir kamu dari negeri kami atau kamu kembali kepada
agama kami”. Maka Tuhan mewahyukan kepada mereka: ”Kami pasti akan
membinasakan orang-orang yang zalim itu.

Dalam konteks kekinian, pengorbanan umat Islam di berbagai belahan dunia


terlihat nyata di Palestina, Kashmir, Thailand Selatan, dan Philipina Selatan.
Dengan sikap dan keyakinan mereka terhadap Islam, mereka harus mengalami
berbagai penyiksaan dan penindasan oleh penguasa. Umat Islam di Palestina
menjadi gambaran betapa pengorbanan yang dipikul sangat berat. Mereka
mengalami penyiksaan, penganiayaan, dan bahkan blokade di kawasan Jalur
Gaza oleh Israel laknatullah. Akan tetapi, umat Islam di Palestina tidak ada kata
menyerah. Mereka terus berjuang membela martabat dan kehormatan bangsa
dan agamanya. Sama halnya dengan yang terjadi di kawasan lain dunia.

Dalam sejarah perjuangan bangsa, para pahlawan mengorbankan jiwa raga,


harta benda untuk kemerdekaan bangsanya. Jenderal Sudirman harus keluar
masuk hutan memimpin tentara Indonesia berjuang melawan Belanda. Sikap
para tokoh bangsa yang dipenjara, dibuang, dan disiksa adalah sebagai wujud
dari keyakinan mereka akan kebenaran. Ribuan nyawa yang mati adalah
pengorbanan mereka terhadap negeri ini. Tentu saja, mereka berkorban atas

5
dasar sikap yang mereka percaya sebagai sebuah kebenaran. Pengorbanan para
pemuda di berbagai tempat di Indonesia menghadapi penjajah, adalah sebagai
wujud dari sikap mereka mempertahankan kemerdekaan bangsa.

Allahu Akbar, Allahu Akbar Walilaahilhamd


Bapak-bapak, ibu-ibu serta hadirin jama’ah shalat Idul Adha
Rahimakumullah,

Dalam konteks keseharian kita, pengorbanan juga bisa dilihat dari pengorbanan
seorang pemimpin yang berusaha untuk mensejahterakan rakyatnya,
pengorbanan seorang isteri terhadap suami dan anak-anaknya, serta sebaliknya,
anak terhadap kedua orang tuanya.

Seorang pemimpin yang adil terhadap rakyatnya dan berusaha memberikan


kontribusinya bagi negaranya adalah wujud pengorbanan. Seorang suami
sebagai kepala rumah tangga berjuang membanting tulang demi menafkahi dan
membahagiakan keluarganya. Seorang istri mengabdi setia kepada suaminya
juga sebagai wujud pengorbanan. Orang tua yang mendidik dan membesarkan
anak-anaknya sehingga menjadi berhasil, adalah juga wujud pengorbanan.

Dengan demikian, pengorbanan bisa berdimensi luas. Pengorbanan adalah


sebagai sebuah konsekuensi logis dari keyakinan yang diperjuangan demi
sebuah kebenaran.

”Dan mereka berkata: "Jika kami mengikuti petunjuk bersama kamu, niscaya
kami akan diusir dari negeri kami." Dan apakah Kami tidak meneguhkan
kedudukan mereka dalam daerah haram (tanah suci) yang aman, yang
didatangkan ke tempat itu buah-buahan dari segala macam (tumbuh- tumbuhan)
untuk menjadi rezki (bagimu) dari sisi Kami?. Tetapi kebanyakan mereka tidak
mengetahui. (QS 28 ayat 57)

Allahu Akbar, Allahu Akbar Walilaahilhamd


Bapak-bapak, ibu-ibu serta hadirin jama’ah shalat Idul Adha
Rahimakumullah,

Sekedar merenungi kembali momentum Idul Qurban, Kesanggupan Nabi


Ibrahim menyembelih anak kandungnya sendiri Nabi Ismail, bukan semata-mata

6
didorong oleh perasaan taat setia yang membabi buta (taqlid), tetapi meyakini
bahwa perintah Allah s.w.t. itu harus dipatuhi. Bahkan, Allah Taala memberi
perintah seperti itu sebagai peringatan kepada umat yang akan datang bahwa
adakah mereka sanggup mengorbankan diri, keluarga dan harta benda yang
disayangi demi menegakkan perintah Allah. Dan adakah mereka juga sanggup
memikul amanah sebagai khalifah Allah di muka bumi?

Hidup adalah satu perjuangan dan setiap perjuangan memerlukan pengorbanan.


Tidak akan ada pengorbanan tanpa kesusahan. Justeru kesediaan seseorang
untuk melakukan pengorbanan termasuk uang satu rupiah, tenaga dan waktu,
akan benar-benar menguji keimanan seseorang.

Peristiwa berkorban Nabi Ibrahim dan anaknya Ismail merupakan satu noktah
kejadian yang dapat direnungi oleh semua manusia dari semua level usia dan
latar belakang tingkat pendidikan. Dengan kata lain, semangat berkorban adalah
tuntutan paling besar yang ada dalam lingkungan keluarga, masyarakat maupun,
agama bangsa dan negara.

Anda mungkin juga menyukai