Anda di halaman 1dari 4

BAB 5 KETELADANAN RASULULLAH SAW DAN SAHABATNYA

Kitab Al-Qur’an merupakan kitab suci bagi umat Islam yang berisi tentang
aqidah, syariat, muamalah, ibadah, akhlak serta sejarah para Nabi dan Rasul serta
sejarah orang-orang yang terdahulu. Kisah para Nabi dan Rasul serta kisah orang-orang
yang terdahulu yang terdapat di dalam Al-Qur’an tidak hanya untuk dibaca, tetapi untuk
diambil ikhtiba>r atau pelajaran serta sebagai pedoman hidup dari kisah tersebut untuk
dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Begitu juga halnya kisah Rasulullah saw.
mengandung keteladanan bagi kita sebagaimana dijelaskan di dalam Q.S. al-
Ahza>b/33:21 َ ِ ْ‫خرٰ اْ َ الْ مَ و يْ َ الَّٰ وُ وا اللْ جَ رَ يَ انْ كَ ن مّ ِ ٌ ل ةَ َ نَ س حٌ َ ةْ و سُ ِ اّٰ ِ الل‬
‫ ل وُ َ سْ ي رِ ْ ف مُ كَ َ لَ انْ ك دَ قَ لً ۗا ْ رِ ي ثَ َّٰ كَ الل رَ كَ َ ذ و‬Terjemahnya: “Sungguh,
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang
yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak
mengingat Allah.” Berikut ini kita akan mempelajari kisah Rasulullah saw. dan para
sahabatnya untuk kita teladani dalam kehidupan sehari-hari.

SUB BAB (B) KEJUJURAN DAN KASIH SAYANG


RASULULLAH SAW
Kalian tentunya sudah mempelajari kisah dua puluh lima nabi. Nabi Muhammad
saw. pasti disebut sebagai nabi kedua puluh lima atau nabi terakhir. Nabi Muhammad
saw. sejak kecil sudah menjadi yatim piatu. Oleh sebab itu beliau sangat mencintai anak
yatim dan menganjurkan umatnya untuk merawat, mendidik dan mencintai anak yatim.
Di samping itu nabi Muhammad saw. terkenal sangat jujur. Sikap jujur tersebut
sudah diperlihatkan sebelum beliau diangkat menjadi rasul. Pada usia remaja, beliau
diminta bantuan oleh pamannya untuk membawa barang dagangan Siti Khadijah binti
Khuwailid yang kaya dan dihormati di kota Mekah.
Pada usia tiga puluh lima tahun nabi Muhammad saw. bersama-sama dengan
orang-orang Quraisy diminta untuk memperbaiki Ka’bah. Ketika pembangunan sudah
sampai ke bagian Hajar Aswad, bangsa Quraisy berselisih tentang siapa yang
mendapatkan
kehormatan untuk meletakkan Hajar Aswad ke tempatnya semula. Pada
akhirnya mereka sepakat menunjuk Muhammad saw. sebagai orang yang tepat untuk
melakukan hal tersebut.
Rasulullah pun kemudian menyarankan suatu jalan keluar yang sebelumnya
tidak terpikirkan oleh mereka. Beliau mengambil selembar selendang, kemudian Hajar
Aswad itu diletakkan di tengah-tengan selendang tersebut. Beliau lalu meminta seluruh
pemuka kabilah yang berselisih untuk memegang ujung-ujung selendang itu. Mereka
kemudian mengangkat Hajar Aswad itu bersama-sama. Setelah mendekati tempatnya,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam-lah yang kemudian meletakkan Hajar Aswad
tersebut.
Ini merupakan jalan keluar yang terbaik. Seluruh kabilah setuju dan meridhai
jalan keluar ini. Mereka pun tidak jadi saling menumpahkan darah. Sejak saat itu beliau
dikenal di antara kaumnya dengan sifat-sifat yang terpuji. Para sahabat dan pengikutnya
sangat menghormati dan mencintai beliau, sehingga beliau diberi gelar “BM"NsO”,
artinya orang yang dapat dipercaya.
Mari kita teladani sifat jujur nabi Muhammad saw. dalam kehidupan sehari-
hari. Misalnya, jika orangtua kita minta bantuan untuk membeli sabun mandi di warung,
ada sisa uang pembelian harus dikembalikan kepada orangtua. Karena percayalah anak
yang jujur pasti disayangi teman-teman, guru dan orang tua.

A. SIFAT-SIFAT RASULULLAH SAW


Kita semua tahu bahwa ada 4 sifat baik yang ada pada diri Nabi. Sifat
itu di antaranya: sidik, amanah, fathonah, dan tablig. Sidik artinya orang
yang jujur, amanah adalah dapat dipercaya, fathonah berarti orang yang
pandai atau cerdas, dan tablig artinya orang yang menyampaikan.”

Sifat yang pertama sidik. Sidik artinya jujur dan berkata benar. Hal
demikian terdapat dalil Al-Qur’an artinya: “Wahai orang-orang yang
beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita,
maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum
karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali
perbuatanmu itu (Q.S. Al-Hujurat: 6).

“Ayat tersebut mengingatkan kita bahwasanya sekarang di dunia


yang serba cepat akan serbuan informasi hendaknya pilah-pilih informasi
yang benar serta dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Jangan
terburu-buru membagikan informasi yang diterima. Sebab bisa jadi
informasi yang kita sebarkan sebelum mengecek terlebih dahulu ialah
informasi yang bersifat kebohongan.”

Sifat yang kedua amanah. Amanah yang berarti dapat dipercaya.


Sebagaimana dalam sebuah hadis Nabi bersabda: “Tidaklah sempurna iman
seseorang yang tidak menjaga amanah” (H.R. Ahmad). Mengambil contoh
sederhana saja, kita sebagai seeorang yang diamanahi memiliki gelar
mahasiswa seharusnya menggunakan kesempatan yang ada dengan sebaik
mungkin. Tidak lantas hanyut dalam euforia dunia perkuliahan yang salah.

Sifat yang ketiga fathonah. Fathonah berarti pandai atau cerdas.


Pandai dalam hal duniawi memanglah sangat dianjurkan. Karena kita hidup
memerlukan harta. Namun, perlu diketahui bahwasanya seorang muslim
yang cerdas tidak cukup dengan memiliki banyak harta saja. Mengenai
muslim yang cerdas, Nabi mengatakan dalam sebuah hadis: “Orang yang
paling banyak dalam mengingat kematian dan paling siap menghadapinya.
Merekalah yang paling cerdas. Mereka pergi dengan membawa kemuliaan di
dunia dan kehormatan di akhirat (H.R. At-Tirmidzi). Semoga kita termasuk
umat Nabi yang cerdas, yang banyak mempersiapkan amal saleh untuk bekal
kehidupan setelah kematian.

Kemudian sifat yang keempat tabligh. Tablig artinya menyampaikan.


Dalam hal ini, yang dimaksud menyampaikan adalah memberikan
pemahaman kepada orang-orang mengenai kebaikan. Sebab hal ini sesuai
dengan perintah Nabi dalam H.R. Ahmad yang artinya: “Barang siapa yang
menunjukkan kepada suatu kebaikan, maka ia akan mendapatkan ganjaran
pahala sebagaimana orang yang melakukan kebaikan itu.”

Maka dari itulah, mari kita berlomba-lomba mengajak orang


sebanyak-banyaknya melakukan kebaikan yang tentunya sesuai dengan
syariat yang ditetapkan Allah Swt

B. RASULULLAH SAW BERGELAR AL-AMIN

Gelar Al Amin artinya suatu gelar yang diberikan kepada Nabi


Muhammad SAW yang bermakna yang dipercaya atau dapat dipercaya
atau terpercaya. Nabi Muhammad diberi gelar ini oleh masyarakat di
Mekkah karena karakternya yang jujur, amanah, dan terpercaya.

C. KASIH SAYANG RASULULLAH SAW


“Sungguh, telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu
sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat
menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan
penyayang terhadap orang-orang yang beriman.” (QS at Taubah 128)
D. RASULULLAH SAW PEMBAWA RAHMAT BAGI
SEMESTA ALAM
Alasan Nabi Muhammad SAW membawa rahmat bagi alam
semesta diterangkan dalam jurnal Tafsir Ayat Rahmatan Lil 'Alamin
menurut Penafsir Ahlu Sunnah, Muktazilah, Syiah, dan Wahabi.
Menurut Abu al-Qasim dalam tafsir Al-Kasyaf, Nabi Muhammad SAW
diutus sebagai rahmat bagi alam semesta karena beliau datang dengan
membahagiakan bagi siapapun yang mengikutinya. Orang-orang yang
beriman akan menerima rahmat tersebut seraya mensyukurinya.
Sedangkan bagi siapapun yang tidak mengikutinya, maka hal itu datang
dari nafsu dirinya yang menyempitkannya dari rahmat Allah SWT.
Mengutip dari Tafsir Tahlili Qur'an Kemenag, rahmat bagi seluruh alam
yang disebut dalam surat Al-Anbiya ayat 107 meliputi perlindungan,
kedamaian, dan kasih sayang Allah SWT terhadap makhluk-Nya, baik
yang beriman maupun tidak beriman.
Kehadiran Rasulullah SAW juga tidak hanya untuk umat Islam, tetapi
juga bagi seluruh manusia, binatang, tumbuhan, serta makhluk ciptaan
lain yang ada di alam semesta.
E. HIKMAH KETELADANAN RASULULLAH SAW
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (QS. Al-
Ahzab [33]: 21). Rasulullah SAW memang suri teladan yang baik. Dan,
indikator keteladanan beliau itu berbuat sebelum berucap (bersabda).

Anda mungkin juga menyukai