Anda di halaman 1dari 9

1. Latar Belakang.

Para ulama dan penulis sirah sepakat bahwa hari kelahiran Nabi


Muhammad SAW jatuh pada bulan Rabiul Awal di Mekkah, kota bagian
selatan Jazirah Arab, sekitar tahun 570, berdekatan dengan Tahun
Gajah yang merupakan tahun kegagalan penyerangan Mekkah oleh
pasukan bergajah di bawah pimpinan Abrahah. Pendapat paling mashyur
merujuk tanggal 12 Rabiul Awal sebagai hari kelahiran Muhammad.
Berdasarkan teks hadis, Muhammad menyebut hari Senin sebagai hari
kelahirannya. Penulis sirah Sulaiman Al-Manshurfuri dan ahli astronomi
Mahmud Basya dalam penelitiannya melacak hari Senin yang dimaksud
bertepatan dengan tanggal 9 Rabiul Awal.
Nabi Muhammad SAW berasal dari salah satu klan suku
Quraisy yakni Bani Hasyim yang mewarisi silsilah terhormat di Mekkah,
meskipun tak terpandang karena kekayaannya.  Nabi Muhammad SAW
lahir pada tahun 570 M di Mekkah, ayahnya bernama Abdullah dan
Ibunya bernama Aminah. Ayahnya meninggal dunia ketika Nabi berusia 2
bulan dalam perut ibunya, dan ibunya meninggal dunia ketika beliau
berusia 6 tahun. Nabi  Muhammad SAW yang masih bayi dibawa tinggal
bersama keluarga dusun di pedalaman, mengikuti tradisi perkotaan kala itu
untuk memperkuat fisik dan menghindarkan anak dari penyakit
perkotaan. Beliau diasuh dan disusui oleh Halimah binti Abi Dhuayb di
kampung Bani Saad selama dua tahun. Setelah itu, Nabi Muhammad
SAW kecil dikembalikan untuk diasuh kepada budak  Ummu
Aiman. Selama dua tahun berikutnya, kebutuhan Muhammad ditanggung
dan dicukupi oleh kakeknya dari keluarga ayah, 'Abd al-Muththalib.
Ketika berusia delapan tahun, kakeknya meninggal dan Muhammad
berikutnya diasuh oleh pamannya Abu Thalib yang tampil sebagai pemuka
Bani Hasyim sepeninggal Abdul Muththalib selama hampir 40 tahun.
Silsilah Nabi Muhammad SAW sendiri dari kedua orang tuanya
kembali ke Kilab bin Murrah bin Ka'b bin Lu'ay bin Ghalib bin Fihr
(Quraish) bin Malik bin an-Nadr (Qais) bin Kinanah bin Khuzaimah bin
Mudrikah (Amir) bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma`ad bin Adnan.
Silsilah sampai Adnan disepakati oleh para ulama, sedangkan setelah
Adnan terjadi perbedaan pendapat. Adnan secara umum diyakini adalah
keturunan dari  Ismail bin Ibrahim, yang selanjutnya adalah
keturunan Sam bin Nuh. Walaupun demikian, terdapat sejarawan yang
menyusun silsilah yang lebih jauh lagi. Muhammad bin Ishak bin Yasar al-
Madani, di salah satu riwayatnya menyebutkan silsilah hingga Adam.
Silsilah tersebut adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul
Mutthalib bin Hasyim bin Abdul Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah
bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr (Quraisy) bin Malik bin Nadhr bin
Kinanah bin Khuzayma bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin
Ma'ad bin Adnan bin Udad bin al-Muqawwam bin Nahur bin Tayrah
bin Ya'rub bin Yasyjub bin Nabit bin Ismail bin Ibrahim bin Tarih (Azar)
bin Nahur bin Saru’ bin Ra’u bin Falikh bin Aybir bin Syalikh
bin Arfakhsyad bin Sam bin Nuh bin Lamikh bin Mutusyalikh  bin 
Akhnukh bin Yarda bin Mahlil bin Qinan bin Yanish bin Syits bin Adam.
Nama Muhammad (‫ )محمد‬sendiri adalah bentuk isim maf‘ul (kata
sifat pelaku pasif) dari kata ‫" ح َّمد‬banyak memuji", yang merupakan bentuk
penegasan dari akar kata tiga hurufnya ‫د‬-‫م‬-‫ ح‬yang lawan katanya adalah ‫ذم‬
"mencela", sehingga muhammad berarti "yang banyak dipuji".
Sebelum masa kenabian, Nabi Muhammad SAW telah terlebih
dahulu mendapatkan dua gelar dari suku Quraisy (suku terbesar di Mekkah
yang juga suku dari Muhammad) yaitu Al-Amiin yang artinya "orang yang
dapat dipercaya" dan As-Saadiq yang artinya "yang benar". Setelah masa
kenabian para sahabatnya memanggilnya dengan gelar Rasul Allāh ( ‫رسول‬
‫)هللا‬, kemudian menambahkan kalimat Shalallaahu 'Alayhi Wasallam ( ‫صلى‬
‫لم‬SSS‫ه و س‬SSS‫هللا علي‬, yang berarti "semoga Allah memberi kebahagiaan dan
keselamatan kepadanya"; sering disingkat "S.A.W" atau "SAW") setelah
namanya. Nabi Muhammad juga SAW juga mendapatkan julukan Abu al-
Qasim, yang berarti "bapak Qasim", karena Muhammad pernah memiliki
anak lelaki yang bernama Qasim, tetapi ia meninggal dunia sebelum
mencapai usia dewasa.
2. Sifat-sifat Rasul Allah
Nabi dan Rasul adalah manusia-manusia terbaik pilihan Allah
SWT. Tentunya, hal tersebut yang membedakannya dengan yang lain.
Selain karena mendapatkan amanah berdakwah, ada sifat wajib bagi rasul
yang tentunya dimiliki. Sifat-sifat wajib bagi rasul tersebut yang menjaga
seluruhnya dari dosa. Sebab, Allah SWT yang langsung menjaga
kemaksuman para rasul baik secara fisik maupun non-fisik. Sebab, tugas
seorang nabi dan rasul adalah untuk mengantarkan umat dari zaman
jahiliyah menuju zaman penuh penerangan.
 Fathanah
Fathanah atau cerdas, para rasul memiliki kepintaran yang tinggi
dalam mengemukakan dasar-dasar agama pada orang lain sekaligus
membantah tuduhan-tuduhan terhadap mereka. Mereka juga mampu
mencerna setiap apa yang Allah sampaikan kepada mereka tanpa
keraguan karena kepintaran mereka.
Dalam salah satu riwayat,
Suatu ketika pernah terjadi perselisihan anatara para pemimpin
kabilah di Mekah. Masing-masing pemimpin kabilah berkehendak
untuk meletakkan Hajar Aswad ke atas ka’bah. Kala itu Nabi
Muhammad SAW memiliki inisiatif unruk menengahi perselisihan
mereka. Caranya dengan meletakkan Hajar Aswad pada selembar kain
dimana ujung-ujung kain dipengang oleh setiap pemimpin kabilah.
Hal itu membuat para pemimpin kabilah di Mekah kagum akan
kepintaran Rasulullah SAW dan keadilannya. Kebalikan dari sifat
amanah ialah Baladah, yakni bodoh atau pelupa. Di dalam surat An
Nahl ayat 125 allah berfirman yang mana artinya: Serulah manusia
kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-
Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang dapat
petunjuk.
 Amanah
Amanah atau dapat dipercaya, secara istilah amanah juga berarti
segala sesuatu yang dipercayakan kepada manusia, baik yang
menyangkut dirinya, hak orang lain, maupun hak Allah. Bisa juga
berarti sesuatu yang diberikan kepada seseorang yang dinilai memili
kemampuan untuk mengembannya. Artinya para Rasul jauh dari hal-
ahl yang dilarang baik secara dzahir maupun batin. Sehingga Allah
menyerahkan amanah-Nya kepada para Rasul karena percaya bahwa
manusia pilihan-Nya bisa mengemban amanah tersebut. Lawan dari
sifat amanah adalah khianat.
Karakter amanah inilah yang mengangkat posisi Nabi Muhammad
SAW sebagai pemimpin yang benar-benar bertanggung jawab pada
setiap amanah yang diberikan kepadanya. Bahkan jauh sebelum beliau
menjadi seorang Rasul pun, Muhammad telah mendapat gelar Al
Amin, yakni yang dapat dipercaya. Terkait sifat ini Allah subhanahu
wa ta’ala berfirman dalam surat ad Dukhan ayat 18 yang mana
artinya: “Serahkanlah kepadaku hamba-hamba Allah (Bani Israil
yang kamu perbudak). Sesungguhnya aku adalah utusan (Allah) yang
dipercaya kepadamu.”
 Sidiq
Shiddiq berarti benar atau jujur. Definisi dari shiddiq secara lebih
rinci adalah hadirnya suatu kekuatan yang dapat melepaskan diri dari
sifat dusta atau tidak jujur terhadap Tuhannya, Diri sendiri, maupun
orang lain. Memiliki sifat As-Siddiq berarti para rasul selalu benar
ataui setiap rasul selalu menyampaikan kebenaran terutama yang
berkaitan dengan wahyu-wahyu Allah yang diterimanya adalah sesuai
apa adanya.Tidak dikurangi tidak pula ditambah-tambah.
Andaikan setiap Rasul memiliki sifat sebaliknya, yaitu Kadzib atau
berbohong pasti firman Allah tentang pembenaran terhadap para Nabi
dan Raul pun juga bohong. Segala perbuatan dan pernytaan para Rasul
datangnya dari Allah melalui wahyu yang disampaikan oleh Malaikat
Jibril.
Tuhan tidak mungkin berbohong dan sangat tidak masuk akal.
Kebenaran berita Allah yang ada pada setiap kitab yang diterima oleh
Rasulnya adalah bukti nyata. Di dalam surat Al Ahzab ayat 22 Allah
ta’ala berfirman terkait sifat shiddiq yang mana artinya : Dan tatkala
orang-orang mukmin melihat golongan orang-orang yang bersekutu
itu mereka berkata: ”Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya
kepada kita.” Benarlah Allah dan Rasul-Nya, dan yang demikian itu
tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan.
 Thabligh
Tabligh atau menyampaikan, secara istilah juga berarti
menyampaikan ajaran-ajaran agama tauhid Allah. Dimana setiap rasul
selalu menyampaikan syariat-syariat yang ditetapkan oleh Allah
(wahyu) sebagai petunjuk bagi manusia. Dengan adanya hal tersebut
manusia di bumi jadi memiliki pedoman hidup.
Isi yang palling pokok atau utama dari sifat ini adalah tabligh
dalam hal amar ma’ruf nahi munkar. Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam sendiri selalu mengajak umatnya untuk mengerjakan kebaikan
dan melarang perbuatan keji, serta mengajak untuk beriman kepada
Allah ta’ala.
Lawan dari tabligh adalah kitman atau menyembunyikan. Nabi
Muhammad selalu menyampaikan wahyu Allah yang diperuntukkan
bagi umat manusia. Al Maidah ayat 67 menjelaskan terkait sifat ini
yang mana artinya: “Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan
kepadamu dari Tuhanmu dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang
diperintahkan itu) berarti kamu tidak menyampaikan amanah-Nya.
Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.”
Keempat sifat wajib diatas pasti dimiliki seorang rasul dan
keempat sifat tersebut juga memiliki sifat kebalikannya.

 Siddiq lawan dari Khadzib,

 Amanah lawan dari Khianat,

 Tabligh lawan dari Kitman,

 dan fathonah lawan dari Baladah.

Meskipun para rasul memiliki sifat-sifat wajib yang mulia bukan


berarti mereka tidak bisa melakukan kesalahan. Nabi-Nabi dan Rasul juga
merupakan manusia biasa yang bisa saja mengalami hal-hal lumrah lainnya
yang dilakukan manusia biasa. Meski begitutidak sampai mengurangi
derajat kemuliaannya sebagai seorang Rasul Allah. dalam surat AL Furqan
ayat 20 Allah berfirman yang mana artinya: Dan Kami tidak Mengutus
Rasul-rasul sebelummu melainkan mereka sungguh memakan makanan,
berjalan di pasar, dan Kami jadikan sebagian kamu cobaan bagi sebagian
yang lainnya. Maukah kamu bersabar? Adalah Tuhanmu Maha Melihat.

3. Keteladanan Nabi Muhammad SAW


Selain Beberapa sifat Nabi Muhammad SAW, Nabi Muhammad SAW
juga memiliki beberapa Prinsip-prinsip Keteladan yang patut kita contoh
dalam kehidupan. Keteladanan Beliau dalam berdagang/berbisnis dan
beribadah. Yang kita ketahui berdagang juga salah satu pekerjaan yang
mulai dari berdagang kita juga beribadah dan dapat pahala dari itu, seperti
Sabar saat berdagang, jujur, bekerja keras, tawakal, Ikhlas. Ada 5 prinsip
keteladanan beliau dalam berdagang yaitu:
1. Nabi Muhammad SAW sangat Sidiq (jujur) dalam berdagang. Kita
dapat meniru beliau dalam berdagang tidak berbohong, menipu,
dan mengambil keuntungan yang wajar. Apabila Pembeli Tidak
mampu mebayar atau kurang dari harga yang dijual, berikanlah
waktu kepada pelanggan untuk membayar. Bila pelanggan betul-
betul tidak mampu membayar setelah masa tenggat pengunduran
itu, padahal dia telah berusaha, maka ikhlaskanlah Hindari sumpah
yang berlebihan.
2. Nabi Muhammad Saw juga tak pernah mengecewakan
pelanggannya Beliau sangat Amanah (Dapat dipercaya). Strategi
yang dipakai Beliau dalam berdagang adalah tidak membeda-
bedakan pelanggan, apakah mereka kaum golongan kaya, orang
biasa, atau bahkan budak sekalipun. Beliau sangat menghormati
para pelanggannya, dan tentu saja ini salah satu adalah poin
penting untuk kelancaran Beliau dalam berbisnis.
3. Nabi Muhammad Saw juga sangat cerdas (Fathanah). Beliau
sanagt cerdas dalam mengembangkan bisinisnya, Beliau
melakukan perluasan jangkauan bisnisnya ke banyak wilayah.
Sehingga dengan demikian reputasi dari produk-produknya
semakin dikenal oleh masyarakat luas.
4. Nabi Muhammad SAW juga sangat pekerja keras, Bukti kerja
keras Beliau juga dapat dibaca ketika beliau sejak 12 tahun sudah
pergi ke Suriah bersama pamannya Abu Thalib, ikut menjadi
pedagang Bersama pamannya. Beliau dikenal sebagai penjual atau
pebisnis yang jujur lagi adil. Wajar saja jika kemudian Nabi
dijuluki sebagai Al-Amin; yang jujur. Artinya, Selain kerja keras,
umat Islam juga dituntut untuk bekerja dengan jujur.
5. Nabi Muhammad SAW sangat tawakal dalam berdagang.
Tawakkal adalah berserah diri kepada Allah kemudian melakukan
segala hal semaksimal mungkin untuk mendukung keberhasilan
usaha kita selama masih ada kesempatan untuk berbuat. Beliau
tetap tawakal apabila dagangan beliau tidak laku, Beliau tetap
berusaha dalam berdagang, tetap melakukan upaya untuk
mendukung keinginan yang akan di capai.
6. Nabi Muhammad SAW sangat Disiplin. Dapat dibaca Ketika suku
Quraisy berdebat mengenai siapa yang akan menempatkan Hajar
Aswad untuk yang pertama, dan diputuskan bahwa orang yang
datang pertama kalilah yang akan boleh menempatkan Hajar
Aswad. Nabi Muhammad SAW yang disiplin dalam apa yang
dilakukannya ternyata datang awal. Beliau kemudian menyarankan
semua suku berkontribusi dalam peletakan Hajar Aswad. Sebagai
pemimpin suatu usaha, Anda bisa menerapkan sikap disiplin diri
terhadap pekerjaan. Dengan begitu, kesan terhadap Anda dari
karyawan maupun rekan bisnis akan baik pula.

4. Kesimpulan
Seperti nabi dan rasul sebelumnya, Nabi Muhammad SAW
diberikan irhasat (pertanda) akan datangnya seorang nabi, seperti yang
diyakini oleh umat Muslim telah dikisahkan dalam beberapan kitab
suci agama samawi, dikisahkan pula terjadi pertanda pada masa di dalam
kandungan, masa kecil dan remaja. Nabi Muhammad SAW diyakini
diberikan mukjizat selama kenabiannya.
Umat Muslim meyakini bahwa mukjizat terbesar Nabi Muhammad
SAW adalah kitab suci umat Islam yaitu Al-Qur'an. Hal ini disebabkan
karena masa itu kebudayaan bangsa Arab yang sedang maju adalah dalam
bidang ilmu sastra, khususnya bahasa dan syair. Dikatakan sebagai
mukjizat karena Al-Quran dianggap memiliki tatanan sastra Arab tingkat
tertinggi yang disampaikan oleh seorang buta huruf, dan setiap mukjizat
yang dibawa oleh para rasul selalu menandingi arah gejala (tren) yang
sedang ramai. Kemudian Al-Qur'an juga mengubah total segi kehidupan
bangsa Arab dengan membawa banyak peraturan keras untuk menegakkan
dasar-dasar nilai budaya baru, yang sebelumnya moral dan perilaku
mereka sangatlah rusak, seperti menyembah berhala, berjudi, merampok,
membunuh anak-anak karena takut akan kemiskinan dan kelaparan,
minum-minuman keras, saling berperang antarsuku dan lain-lain.
Dalam mengemban misi dakwahnya, umat Islam percaya seperti
yang disebutkan di dalam Qur'an dan Hadis, bahwa Nabi Muhammad
SAW diutus Allah untuk menjadi nabi bagi seluruh umat manusia,
sedangkan nabi dan rasul sebelumnya hanya diutus untuk umatnya
masing-masing, seperti halnya Nabi Musa A.S yang hanya diutus untuk
Bani Israil saja. Sedangkan kesamaan ajaran yang dibawa Nabi
Muhammad SAW dengan nabi dan rasul sebelumnya ialah sama-sama
mengajarkan keesaan Tuhan, yaitu kesaksian bahwa Tuhan yang berhak
disembah hanyalah Allah

Anda mungkin juga menyukai