55
AW. Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Jakarta: Pustaka Progressif, tt), h.
1375
56
Departemen Pendidikan Nasional, Ensiklopedi Islam, jilid 3 (Jakata: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve,
2003), h. 326
57
Departemen Pendidikan Nasional, Ensiklopedi Islam, jilid 4 (Jakata: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve,
2003), h. 156.
52
Nama-nama nabi tersebut adalah: Nabi Adam, Idrīs, Nūḥ, Hūd,
Shālīh, Ibrāhīm, Lūth, Ismā’īl, Ishāq, Ya’qūb, Yūsuf, ‘Ayyūb,
Syu’aib, Mūsa, Harūn, Dzulkifli, Dāwd, Sulaimān, Ilyās, Ilyasa’,
Yūnus, Zakaria, Yahyā, ‘Īsā , dan Muḥammad SAW.
Dari ke 25 nabi dan rasūl di atas, terdapat lima orang rasūl yang
dikenal memiliki ketabahan dan kesabaran yang luar biasa dalam
menghadapi berbagai cobaan, penderitaan, serta gangguan dalam
melaksanakan tugas mereka mengemban risālah dari Allāh yaitu;
Nabi Muḥammad SAW, Ibrāhīm AS, Mūsa AS, ‘Īsā AS, dan Nabi
Nūḥ AS. Kelima nabi atau rasūl ini disebut dengan “Ūlul ‘Azmi”.58
Adapun pengertian īmān kepada para Nabi dan Rasūl adalah
percaya kepada para Nabi dan Rasūl adalah utusan Allāh SWT
kepada umat-Nya. Īmān kepada rasūl mencakup keimanan terhadap
seluruh rasūl yang namanya disebut dalam Al-Qur’an ataupun tidak.
Percaya pada kejujuran mereka, terpeliharanya mereka dari dosa, 59
dan kecerdasan mereka dalam penyampaian dakwah. Kejujuran
mereka bermakna perkataan mereka merupakan dasar yang
digunakan untuk mengukur perkataan orang lain sehingga jika orang
lain bersebarangan dengan mereka, berarti orang-orang itu berdusta.
Kecerdasan mereka bermakna mereka merupakan panutan tertinggi
dalam masalah kecerdasan sehingga seluruh perilaku yang keluar
dari panutan terhadap mereka berarti tindakan yang rendah secara
akal dan juga rendah ditinjau dari sisi moral.
Īmān kepada para rasūl bukan hanya sekedar mempercayai dengan
hati dan mengucapkannya dengan lisan, melainkan lebih dari itu,
īmān terhadap para rasūl bermakna juga melaksanakan sunah-
sunnah dan ajaran-ajaran yang dibawa para rasūl yang diimani.
58
Ensiklopedi Islam, Jilid 4, h. 160
59
Said Hawwa, Al-Islam, terj. Abdul Hayyie, dkk (Jakarta: Gema Insani, 2004), h. 47
53
Īmān kepada para rasūl merupakan salah satu rukun īmān yang
enam. Setiap muslim wajib mempercayainya sebagaimana firman
Allāh dalam surah al-Baqarah (2) ayat 285 ;
54
bertentangan dengan kedudukannya sebagai manusia yang
utama.
c) Tablīgh berarti menyampaikan.
Salah satu tugas rasūl adalah menyampaikan segala perintah dan
larangan Allāh kepada umat. Tidak satupun pesan boleh
dirahasiakan atau disembunyikan sebagaimana hadis nabi
menyatakan:
55
c) Kitmān artinya menyembunyikan yang merupakan lawan dari sifat
tablīgh (menyampaikan).
d) Baladah artinya bodoh yang merupakan lawan dari sifat Fathānah
(bijaksana).
3) Tugas Para Rasūl
Sebagai utusan Allah, para rasūl memiliki berbagai macam tugas,
antara lain:
a) Memberi penjelasan kepada manusia tentang Ke-Esa-an Allāh,
sifat-sifat-Nya, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan-Nya.
b) Menjelaskan kebesaran Allāh SWT di dalam berbagai aspekya,
termasuk mengenai ketinggian qadar-Nya, kekuasaan-Nya,
Kemulian-Nya, dan irādah (kehendak)-Nya.
c) Mengajak manusia untuk memiliki moral yang baik, berakhlak
mulia, dan hidup beradab.
d) Menjelaskan kepada manusia cara-cara memuliakan dan
membesarkan Allāh SWT dalam bentuk kegiatan-kegiatan ibadah,
menjauhi larangan, serta perbuatan jahat. Rasūl juga menjelaskan
tentang pahala dan dosa.
e) Memberikan aturan-aturan kehidupan manusia untuk memelihara
mereka dari hal-hal yang dapat merugikan manusia itu sendiri.
Aturan tersebut merupakan hukum dari Allāh yang harus ditaati,
baik aturan mengenai pergaulan antar sesama (mu’āmalah),
perkawinan (munākaḥat nikah)
f) Mendorong manusia untuk giat dan gigih dalam berusaha
mencapai kehidupan yang baik di dunia dan di akhirat, dan
mencegah manusia bersifat malas
g) Menyatukan kepercayaan manusia untuk hanya mengabdi kepada
satu Tuhan (ber-tawḥīd)
h) Membawa manusia untuk memalingkan hawa nafsu dari
mengecap kelezatan dunia yang fanā untuk mencapai cita-cita
yang tinggi.
56
i) Menyampaikan berita-berita ghaib yang diizinkan Allāh untuk
disampaikan, seperti tentang malaikat, jin, dan hal-hal yang akan
terjadi di akhirat nanti.
j) Membawa kabar gembira dan memberi peringatan kepada umat
manusia.60
60
Ensiklopedi Islam, Jilid. 4, h. 157
61
Ensiklopedi.., jilid 3, h. 287
57
Kemudian, laut tersebut menyatu kembali, sedangkan Fir’aun dan
tentaranya yang mengejar dari belakang tewas tenggelam di dalam
laut.
b) Nabi Ibrāhīm AS dilemparkan raja Namrud ke dalam api yang
sedang menyala, tetapi Ibrāhīm malah merasa sejuk, dan tidak ada
satu bagian tubuhnya yag terbakar.
c) Nabi Īsā AS diberi Allāh mu’jizat kemampuan menyembuhkan orang
buta sehingga dapat melihat kembali, menyembuhkan penyakit
kusta, bahkan dapat menghidupkan kembali orang yang mati.
d) Nabi Yūnus AS ditelan ikan dan berada di dalam perut ikan tersebut
selama 40 hari , tetapi masih tetap hidup.62
e) Nabi Sulaimān AS mengerti bahasa-bahasa binatang dan
memerintahnya
f) Nabi Muḥammad SAW sebagai penutup para nabi dan rasūl,
memiliki banyak mu’jizat, tetapi yang paling agung mu’jizat beliau
adalah Al-Qur’an,63 yang dengannya Allāh menantang umat yang
paling fasīḥ, paling ahli dalam sastra dan paling mampu dalam
manthīq (logika). Termasuk mu’jizat paling besar -sesudah Al-
Qur’an- yang dengannya Allāh menguatkan Nabi-Nya adalah mu’jizat
Isra’ Mi’rāj.64 Sebagai Mu’jizat yang terbesar, Al-Qur’an menjadi
pedoman dan petunjuk hidup bagi seluruh umat manusia.
Mu’jizat yang diberikan Allāh kepada para nabi itu, pada hakekatnya
Allāh ingin menunjukkan kepada makhlūq-Nya akan kebesaran-Nya.
5) Hikmah Beriman Kepada Para Rasūl
Beriman kepada rasūl memiliki banyak hikmah, yang dapat dijadikan
i’tibār bagi kehidupan, diantaranya;
a) Memperoleh cinta Allāh dan Rasūl-Nya sekaligus.
b) Mencapai kesempurnaan dan merasakan kemanisan īmān.
62
Ensiklopedi, Jilid 4, h. 158
63
Nasruddin Razak, Dienul Islam (Bandung: PT. Alma’arif, 1973), h. 185
64
Syaik Abdullah bin Abdul Hamid al-Atsari dan Syaik Muhammad bin Ibrahim al-Hamad, Ringkasan
Keyakinan Islam (Aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaah), Penerj. Izzuddin Karimi dan Najib Junaidi (Surabaya:
Pustaka La Raiba Bima Amanta, 2006), h. 105.
58
c) Menumbuhkan akhlak dan perilaku yang terpuji.
d) Bersama Rasūlullāh di Akhirat kelak.
e) Memiliki contoh tauladan yang sempurna dalam menjalani
kehidupan.
f) Memperoleh pengajaran yang baik karena adanya bimbingan para
nabi dan rasūl.
g) Merasakan kebesaran dan Pengasih-nya Allāh SWT kepada
hamba-Nya.
h) Mengamalkan apa yang disampaikan para rasūl baik berupa
perintah maupun larangan.
i) Menyelamatkan hidup manusia di dunia dan akhirat.
j) Dan sebagainya.65
b. Īmān Kepada Kitab-Kitab Allāh
1) Pengertian
Kitab artinya buku. Asal kata kitab sendiri adalah dari bahasa Arab
kataba yang berarti menulis, bentuk jamaknya adalah kutub dan
setelah menjadi mashdar berarti yang ditulis atau tulisan. Adapun
yang dimaksud dengan Kitab Allāh adalah kitab suci yang diturunkan
Allāh kepada para Nabi dan Rasūl.
Īmān kepada Kita-kitab Allāh berarti percaya kepada kitab-kitab Allāh
yang diturunkan kepada para Nabi dan Rasūl-Nya, sekaligus
percaya tentang adanya dan keseluruhan eksistensi, esensi dan
substansiya. Artinya, īmān terhadap kitab-kitab mencakup keimanan
kepada setiap Rasūl yang menerima kitab-kitab dan percaya kepada
segala tata-aturan dan syari’at yang termaktub di dalamnya.
Akhirnya, menjadi kewajiban bagi orang yang percaya untuk
menjalankan segala kandungannya.
65
Samsul Munir Amin dan Haryanto Al-Fandi, The World Idol Muhammad Rasulullah, (Jakarta:
Amzah, 2008), h. 349-357
59
Dalam Al-Qur’an, banyak terdapat kata-kata al-Kitāb yang berarti
kitab suci, tetapi tidak semua kata kitab suci menunjukkan pada satu
kitab suci saja seperti Al-Qur’an.66
Beberapa ayat akan menjelaskan tentang kitab-kitab suci, baik
secara menyeluruh, maupun kitab suci tertentu, di antaranya,
a) Sūrah al-Baqarah ayat 177 di bawah ini akan menjelaskan al-Kitāb
yang mengarah pada Kitab suci yang pernah diturunkan kepada
para nabi dan rasūl;
66
Disarikan dari Yunahar Ilyas, h. 107-109
60
“Dan Sesungguhnya Kami telah mendatangkan al-kitāb (Taurat)
kepada Mūsā,…”
d) Sūrah al-Baqarah ayat 2 menunjukkan Kitab suci Al-Qur’an secara
khusus;
“Jika mereka mendustakan kamu, Maka Sesungguhnya Rasūl-rasūl
sebelum kamupun telah didustakan (pula), mereka membawa
61
mukjizat-mukjizat yang nyata, Zabūr dan al-Kitāb yang memberi
penjelasan yang sempurna”.
Zabūr merupakan kitab yang diturunkan Allāh, khusus untuk Nabi
Daud AS sebagaimana firman Allāh dalam sūrah an-Nisā’ (4) ayat
163;
62
Adapun nama-nama kitab suci sekaligus nabi/rasūl pembawanya
sebagai berikut:67
a) Kitab Taurat yang diwahyukan kepada Nabi Mūsā As. Kitab Taurat
mengandung beberapa syari’at/hukum agama yang sesuai
dengan tempat dan kondisi masa itu. Taurat menerangkan perihal
akidah yang benar, janji-janji Allāh, dan ancaman-ancaman-Nya.
Kitab Taurat dan Nabi penerimanya dijelaskan Allāh dalam Al-
Qur’an sūrah al-Isrā’ (17) ayat 2;
“Dan Kami berikan kepada Mūsā kitab (Taurat) dan Kami jadikan
kitab Taurat itu petunjuk bagi Banī Isrā’īl (dengan firman):
"Janganlah kamu mengambil penolong selain Aku”
b) Kitab Zabūr adalah wahyu Allāh yang diturunkan kepada Nabi
Daud AS. Kandungannya berisi do’a-do’a, zikir, pengajaran, dan
hikmah, sedangkan hukum agama/syari’at tidak ada di dalamnya.
Sejarah kenabian menunjukkan Nabi Daud mengikuti hukum
agama/syariat Taurat yang diturunkan kepada Nabi Mūsā AS.
Kitab Zabūr dan Nabi penerimanya terdapat dalam ayat Al-Qur’an
surah al-Isrā’ (17) ayat 55;
67
Nasruddin Razak, h. 198-199
63
c) Kitab Injīl diwahyukan kepada Nabi Īsā AS. Secara global injīl
berisi berbagai hukum dan mengajak manusia kembali kepada
akidah tawḥīd (mengesakan Tuhan). Injīl berisi ajaran untuk
perbaikan kehidupan Banī Isrā’īl yang telah jauh menyimpang dari
kebenaran. Injīl juga menerangkan tentang kedatangan
Muhammad SAW kelak.
d) Kitab Injīl dan Nabi penerimanya dapat dilihat pada sūrah al-
Māidah (5) ayat 46;
65
Menurut Tafsīr Jalālain, ayat ini menegaskan tentang jaminan
Allāh akan kesucian dan kemurnian Al-Qur’an tanpa ada
penambahan maupun pengurangan.68 Bagian yang termasuk
dalam keimanan terhadap Al-Qur’an adalah mengharamkan apa
yang diharamkan Al-Qur’an, menghalalkan apa yang
dihalalkannya, meyakini adanya hidāyah (petunjuk) terdapat di
dalamnya, dan kesesatan selalu berada di sumber yang lain jika
sumber itu berbeda dengan Al-Qur’an. Ajaran yang terdapat
dalam Al-Qur’an memiliki kebenaran yang tidak ada kebenaran
selainnya, seperti akidah, ibadah, manhāj kehidupan, akhlak,
syari’at, dan adab. Keimanan terhadap Al-Qur’an juga
menyangkut dengan meyakini keghaiban yang diberitakan Al-
Qur’an, seperti adanya malaikat, iblis, syaithān, jin, malaikat,
syurga, neraka, para rasūl terdahulu bersama dengan
mukjizatnya, Hari Kiamat, Hari Akhirat, dan sebagainya.
Selanjutnya, keimanan terhadap sunnah karena berfungsi sebagai
penjelas (tabayyun) karena Al-Qur’an tidak dapat difahami
seutuhnya tanpa penjelasan sunnah.
3) Hikmah Beriman kepada Kitab-Kitab Allāh
Ada banyak hikmah yang dapat diambil dari beriman kepada kitab-
kitab Allāh, antara lain;
a) Memiliki pedoman hidup yang menjadi petunjuk agar tidak
tersesat ke tempat nista dan maksiat.
b) Jiwa menjadi aman dan tenteram.
c) Memperoleh rasa optimis menjalani kehidupan karena petunjuk
yang ada menjanjikan kebahagiaan lahir dan batin.
d) Jiwa akan tenteram jika kandungan kitab diyakini sepenuhnya.
e) Mampu membedakan yang Haqq dan bāthil.
3. Latihan
a. Carilah domilisi/daerah bertugas dari 25 (duapuluh lima) Nabi/Rasul !
68
Muslim Eksplorer (Islam Softwarefor al-Quran and al-Hadith Studies) v. 7 Surah Al-Hijr 15: 9.
66
b. Carilah nama-nama Rasul/Nabi diluar dari 25 (Duapuluh Lima)
Nabi/Rasul yang ditetapkan sejarawan di dalam Alquran dan Hadis !
4. Evaluasi
a. Bagaimana wujud kongkrit beriman kepada para Nabi/Rasūl ?
5. Kunci Jawaban
a. Mempercayai eksistensi Para Nabi/Rasul (para utusan Allah SWT)
dalam sejarah yang berupaya mengembalikan ketauhidan dan
kepatuhan manusia kepada Allah SWT dari kemusyrikan dan kebatilan
mereka sendiri. Mukjizat dan Kitab-Kitab Allah SWT yang diturunkan
(Suhuf, Zabur, Taurat, Injil, dan Alquran) membuktikan kebenaran
tugas-tugas mereka. Setelah zaman Nabi/Rasul berakhir, maka setiap
zaman harus ada sosok manusia yang mengembalikan kemurnian
akidah dan ketaatan kepada Allah SWT terhadap manusia lain yang
melakukan kemusyrikan, kedurhakaan, dan kebatilan.
b. Kitab-kitab seperti Suhuf, Zabur, Taurat, Injil, dan Alquran adalah
pedoman hidup manusia di dunia dan akhirat. Aturan-aturan berakidah
dan beramal dengan segala perangkat umum manusia dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya diatur, diinspirasi, dan perkaya dengan
eksistensi Kitab-Kitab ini. Selain Alquran, Kitab-kitab itu sudah
kadulawarsa dalam pemakaiannya, tetapi sebagian isi Alquran telah
memenuhi bagian Suhuf (cerita Nabi Ibrahim), Zabur (cerita Nabi
Daud), Taurat (cerita Nabi Musa), dan Injil (cerita Nabi Isa bersama
ibunya Maryam) berserta umatnya masing-masing yang pantas
dijadikan orientasi sejarah dan renungan bagi manusia belakangan.
Membaca Alquran merupakan awal memahami kedahsyatan masa
sejarah, masa kontemporer, dan masa depan manusia untuk
keselamatannya di dunia dan akhirat.
67