SUMBER
Sinta Nuriyah ( 212011472 )
UTAMA
Novenda Satria W S ( 212011719 )
Nurfi Kurnia Afrida ( 212011811 )
AJARAN
1 ST 6
ISLAM
2020/2021
AL-QUR’AN
PENGERTIAN AL-QUR’AN
Secara Menurut
Umum al-Zarqani
Wahyu Allah yang
disampaikan kepada Nabi Lafal yang diturunkan
Muhammad SAW melalui kepada Nabi Muhammad
Malaikat Jibril, sebagai SAW, dari permulaan
mukjizat dan membacanya surah al-Fatihah sampai
bernilai ibadah. akhir surah al-Naas.
MENURUT DR. DAUD AL-ATTAR (1979)
Al-Qur’an sebagai wahyu Allah
• Seluruh ayat al-Qur’an adalah wahyu Allah, tidak ada satu
kata pun yang datang dari perkataan dan pikiran Nabi.
Pengertian/pengetahuan
Pengalaman/penglihatan Disampaikan melalui
yang tiba-tiba dirasakan
dalam keadaan tidur/trance utusan (Malaikat Jibril)
oleh seseorang
Manusia Manusia
Tuhan Sebagai sebagai anggota
individu masyarakat
Kenabian
Alam
dan Eksatologi
semesta
wahyu
Setan Lahirnya
dan masyarakat
kejahatan Muslim
TEMA POKOK AL-QUR’AN
Perdamaian
Musyawarah
Persamaan
Keadilan
HADITS
(AS - SUNNAH)
PENGERTIAN HADITS
SECARA BAHASA
Berasal dari Bahasa Arab “Al-Hadits” yang artinya adalah perkataan.
3. Khabar (berita)
“Ma yutahaddatsu bihi wa yunqalu” atau sesuatu
yang dipercakapkan dan dipindahkan dari orang ke
orang.
Istilah penting:
• Sunnah Qauliyah : Perkataan
Nabi
• Sunnah Fi’liyah : Perbuatan Nabi
• Sunnah Taqririyah : Persetujuan
Nabi terhadap perkataan
ataupun perbuatan Sahabat
Unsur – unsur Hadits
1.Matan Hadits
Yaitu materi atau isi hadits. Matan hadits yang baik Sanad
yaitu apabila isi hadits tersebut tidak bertentangan س ْع ٍد قَا َل َ ع ْن
َ س ْه ٍل ب ِْن َ
dengan nash Quran, matan hadits lain yang lebih
kuat sanadnya, sejarah dan prinsip-prinsip ajaran
islam. Matan
علَ ْي ِه صلهى ه
َ َُّللا سو ُل ه
َ َِّللا ُ قَا َل َر
” أَنَا َو َكافِ ُل ْاليَتِ ِيم فِي: سله َم
2. Sanad Hadits
Yaitu rangkaian rawi. Sanad yang baik ialah sanad َ َو
yang bersambung-sambung rawinya, bahkan سبهابَ ِة َ َوأَش، ْال َجنه ِة َه َكذَا
َار ِبال ه
sampai mereka pernah bertemu atau rawi penerima ش ْيئًا
َ طى َوفَ هر َج بَ ْينَ ُه َماَ َو ْال ُو ْس
berguru kepada rawi penyampainya. Jika diantara
mereka ada yang diragukan kedudukannya sebagai
rawi, maka hadits yang diriwayatkan mursal Rawi
(terputus) atau mardud (tertolak) )(رواه البخاري
3. Rawi Hadits
Yaitu yang meriwayatkan hadits. Syarat rawi yaitu
adil, dan dlabith/hafidz (kuat hafalannya)
Macam-macam Hadits
• Shahih. Yaitu hadits yang bersambung-sambung sanadnya, diriwayatkan oleh orang adil
dan kuat ingatannya, tidak terdapat keganjilan (syadz) atau cacat (illah)
• Hasan. Yaitu hadits yang memenuhi persyaratan hadits shahih kecuali segi hafalan
perawinya kurang baik.
• Dha’if. Yaitu hadits yang tidak shahih dan hasan
• Maudlu’. Yaitu hadits palsu
2. Bayan Takhsish. Yaitu memberi penjelasan khusus terhadap ayat yang bersifat
umum. Misal dalam al-Qur’an terdapat ayat yang menyatakan bahwa boleh
berpoligami, lalu dalam hadits dijelaskan bahwa tidak boleh memadu wanita
dengan saudari bapak )‘ammah) atau saudari ibunya (khalah).
3. Bayan Ta’yin. Yaitu menentukan mana yang dimaksud diantara dua atau tiga
perkara dalam al-Qur’an. Misal menjelaskan makna quru’ dalam masa iddah
wanita.
4. Bayan Nasakh. Yaitu menerangkan mana ayat yang menasakh (menghapus) dan
mana yang dimasukh (dihapus). Misal tentang arah kiblat (pertama ke Baitul
Maqdis, kedua ke ka’bah)
IJTIHAD
Ijtihad (bahasa Arab: )اجتهادadalah sebuah usaha yang sungguh-
sungguh, yang sebenarnya bisa dilaksanakan oleh siapa saja
yang sudah berusaha mencari ilmu untuk memutuskan suatu
perkara yang tidak dibahas dalam Al Quran maupun hadis
dengan syarat menggunakan akal sehat dan pertimbangan
matang. Namun, pada perkembangan selanjutnya diputuskan
bahwa ijtihad sebaiknya hanya dilakukan para ahli
agama Islam.
TUJUAN
Tujuan ijtihad adalah untuk
memenuhi keperluan umat
manusia akan pegangan
hidup dalam beribadah
kepada Allah di suatu
tempat tertentu atau pada
suatu waktu tertentu. Orang
yang melakukan ijtihad
disebut mujtahid
FUNGSI IJTIHAD
Meski Al Quran sudah diturunkan secara sempurna dan lengkap,
tidak berarti semua hal dalam kehidupan manusia diatur secara detail oleh
Al Quran maupun Al Hadist. Selain itu ada perbedaan keadaan pada saat
turunnya Al Quran dengan kehidupan modern. Sehingga setiap saat masalah
baru akan terus berkembang dan diperlukan aturan-aturan turunan dalam
melaksanakan Ajaran Islam dalam kehidupan beragama sehari-hari.
Jika terjadi persoalan baru bagi kalangan umat Islam di suatu
tempat tertentu atau di suatu masa waktu tertentu maka persoalan
tersebut dikaji apakah perkara yang dipersoalkan itu sudah ada dan jelas
ketentuannya dalam Al Quran atau Al Hadist. Sekiranya sudah ada maka
persoalan tersebut harus mengikuti ketentuan yang ada sebagaimana
disebutkan dalam Al Quran atau Al Hadits itu. Namun jika persoalan
tersebut merupakan perkara yang tidak jelas atau tidak ada ketentuannya
dalam Al Quran dan Al Hadist, pada saat itulah maka umat Islam
memerlukan ketetapan Ijtihad.
JENIS JENIS IJTIHAD
1. Ijmak
Ijmak artinya kesepakatan yakni kesepakatan para
ulama dalam menetapkan suatu hukum-hukum dalam
agama dengan cara ijtihad dan berdasarkan Al-Qur'an dan
Hadits dalam suatu perkara yang terjadi. Hasil dari ijma
adalah fatwa, yaitu keputusan bersama para ulama dan ahli
agama yang berwenang untuk diikuti seluruh umat.
2. QIYÂS
QIYAS ADALAH MENGGABUNGKAN ATAU MENYAMAKAN ARTINYA
MENETAPKAN SUATU HUKUM ATAU SUATU PERKARA YANG BARU YANG BELUM
ADA PADA MASA SEBELUMNYA NAMUN MEMILIKI KESAMAAN DALAM SEBAB,
MANFAAT, BAHAYA DAN BERBAGAI ASPEK DENGAN PERKARA TERDAHULU
SEHINGGA DIHUKUMI SAMA. DALAM ISLAM, IJMA DAN QIYAS SIFATNYA
DARURAT. BEBERAPA DEFINISI QIYÂS (ANALOGI):
4. MASLAHAH MURSHALAH
Adalah tindakan memutuskan masalah yang tidak
ada naskahnya dengan pertimbangan kepentingan hidup
manusia berdasarkan prinsip menarik manfaat dan
menghindari kemudharatan.
5. SUDUDZ DZARIAH
Adalah tindakan memutuskan suatu yang
mubah menjadi makruh atau haram demi
kepentingan umat.
6. ISTISHAB
Adalah tindakan menetapkan berlakunya
suatu ketetapan sampai ada alasan yang bisa
mengubahnya,
7. URF
Adalah tindakan menentukan masih bolehnya
suatu adat-istiadat dan kebiasaan masyarakat
setempat selama kegiatan tersebut tidak bertentangan
dengan aturan-aturan prinsipal dalam Alquran dan
Hadis.
TINGKATAN IJTIHAD
1. Ijtihad Muthlaq
adalah kegiatan seorang mujtahid yang bersifat
mandiri dalam berijtihad dan menemukan sebab-sebab
hukum dan ketentuan hukumnya dari teks Al-
Qur'an dan sunnah, dengan menggunakan rumusan
kaidah-kaidah dan tujuan-tujuan syara', serta setelah
lebih dahulu mendalami persoalan hukum, dengan
bantuan disiplin-disiplin ilmu.
B. Ijtihad fi al-Madzhab
Seorang ulama berijtihad mengenai hukum syara',
dengan menggunakan metode istinbath hukum yang telah
dirumuskan oleh imam mazhab, baik yang berkaitan dengan
masalah-masalah hukum syara' yang tidak terdapat dalam
kitab imam mazhabnya, meneliti pendapat paling kuat yang
terdapat di dalam mazhab tersebut, maupun untuk
memberikan fatwa hukum yang disesuaikan kepada
masyarakatnya. Secara lebih sempit, ijtihad tingkat ini
dikelompokkan menjadi 3 tingkatan.
Secara Secara
Etimologi Termionologi
Perselisihan
Ikhtilafa-yakhtalifu- paham/pendapat di
ikhtilafan → lawan sepakat, kalangan para ulama fiqih
perbedaan sebagai hasil dari ijtihad
pendapat/pandangan, untuk mendapatkan dan
berbeda, berlainan, dan menetapkan suatu
tidak sama ketentuan hukum tertentu
TUJUAN MENGETAHUI
SEBAB TERJADINYA IKHTILAF
SEBAB KHUSUS
MENGENAI SUNNAH RASUL
Perbedaan dalam penerimaan hadits
PERBEDAAN MENGENAI
QAWA’ID FIQHIYYAH
Madzhab Syafi’i Madzhab Hanafi
Berdiri itu
Berdiri itu karena
merupakan suatu
kesusahan yang
penghormatan
menimpa mayat
kepada malaikat
PERBEDAAN DALAM
BACAAN/QIRA’AT AL-QUR’AN
Tidak disangsikan lagi bahwa Rasul mewariskan berbagai
bacaan dalam al-Qur’an. Tidak adanya kesatuan dalam
bacaan ini telah melahirkan perbedaan hukum
Contoh dalam surat al-Ma’idah ayat 6: