Anda di halaman 1dari 22

-AL-HADIS-

Pengertian
▪ Menurut bahasa berasal dari bahasa Arab ‫ْث‬ ُ ‫ َح ِدي‬yang berarti:
➢ ‫ َج ِديْد‬artinya baru
➢ ‫ قَ ِريْب‬artinya dekat
➢ ‫ َخ َبر‬artinya berita
• Menurut Istilah:
ُ‫سلَّ َم َوا َ ْف َعالُهُ َواَحْ َوالُه‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫ى هللا‬ َ ُ‫ْث أ َ ْق َوالُه‬
َّ ‫صل‬ ُ ‫ا َ ْل َح ِدي‬
“Hadis adalah segala ucapan, perbuatan dan keadaan Nabi Muhammad SAW.”

Macam-Macam Hadis
A. Berdasarkan Sumbernya:
1. Hadis Qauli yaitu hadis yang bersumber dari ucapan atau perkataan Nabi SAW baik yang
langsung didengar maupun dikatakan orang lain.
ِ ‫اِنَّ َما بُ ِعثْتُ ِالُُ ت َم َِم َمك‬
ِ َ‫َار َم اْالَ ْخال‬
Contoh : )‫ق (رواه مالك‬
Artinya: “Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Malik)

2. Hadis Fi’li, yaitu: hadis yang bersumber dari segala perbuatan Nabi SAW yang
diberitakan oleh seseorang kepada orang lain.
Contoh:
‫صحِ يْحِ ِه ثَمِ ْينَي ِْن‬ ْ ِ‫ع َوانَةَ ف‬
َ ‫ي‬ َ ‫ي‬ َ : ٍ‫ َوفِى لَ ْفظ‬.‫شي ِْن ا َ ْق َرنَي ِْن‬
ْ ِ‫ َو ِألَُ ب‬,‫س ِم ْينَي ِْن‬ َ ‫ي بِ َك ْب‬ َّ ِ‫ ا َ َّن النَّب‬, ِ‫ع ْن اَن َِس ب ِْن َمالِك‬
َ ُ‫ َكانَ ي‬.‫م‬.‫ي ص‬
ْ ‫ض ِح‬ َ
)‫(رواه مسلم‬
Artinya: “Dari Anas bin Malik ia berkata: Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW
berkurban dengan dua ekor kambing yang bertanduk. Menurut riwayat lain (keduanya) gemuk-
gemuk. Menurut riwayat Abi “Awanah di dalam kitab sahihnya (dikatakan) keduanya berharga.”

3. Hadis Taqriri, yaitu: hadis yang bersumber dari pengakuan Nabi SAW terhadap sesuatu
dengan cara tidak memberi tanggapan (diam).
Contohnya: sikap beliau terhadap memakan daging biawak.

4. Hadis Qudsi, yaitu: hadis yang susunan bahasanya dari Nabi Muhammad SAW
sedangkan makna atau isinya dari Allah SWT.
Perbedaannya dengan Al-Quran:
✓ Lafal dan makna Al-Quran dari Allah SWT sedangkan hadis qudsi maknanya saja dari
Allah.
✓ Al-Quran mengandung mukjizat
✓ Membaca Al-Quran ibadah
✓ Al-Quran dapat dibaca pada waktu shalat
Contoh Hadis Qudsi:
ْ ِ‫ْث َيذْكُ ُرن‬
)‫ي (رواه البخارى عن ابى هريرة‬ ُ ‫ َواَنَا َم َعهُ َحي‬,‫ي‬
ْ ‫ي ِب‬
ْ ‫ع ْب ِد‬ َ َ‫ اَنَا ِع ْند‬,َّ‫ع َّز َو َجل‬
َ ‫ظ ِن‬ َ ُ ‫قَا َل هللا‬
Artinya: Allah yang Maha Mulia dan Maha Agung berfirman: “Aku menurut prasangka
hamba-Ku terhadap-Ku dan Aku menyertainya di mana saja ia menyebut (mengingat) Aku.”

B. Berdasarkan Jumlah yang Meriwayatkannya


1. Hadis Mutawatir yaitu hadis yang diriwayatkan oleh sekelompok orang yang tidak
terhitung jumlahnya dan tidak dapat dicurigai bahwa mereka sepakat berdusta. Dan
jumlahnya tetap.
Contoh: ...ِ‫نَّ َما اْالَ ْع َما ُل بِالنِيَات‬
Artinya: Sesungguhnya (sahnya) semua amal itu dengan niat...
2. Hadis Masyhur, yaitu: hadis yang diriwayatkan oleh beberapa orang saja, tetapi pada
tahap berikutnya diriwayatkan oleh orang banyak.
3. Hadis Ahad, yaitu: Hadis yang diriwayatkan oleh seorang atau dua orang, tetapi tidak
mencapai derajat masyhur. Hadis ini hanya berupa dugaan dari beliau tetapi tidak
diyakini dari beliau, oleh karena itu para ulama hanya mau menerima hadis ahad ini bila
berasal dari orang yang benar-benar dipercaya dan berkperibadian baik.

C. Berdasarkan Kualitas hadis


o Shahih, yaitu hadis yang diriyawatkan oleh orang yang baik, kuat hafalannya,
materinya baik dan bersambung sanadnya dan dapat dipertanggung jawabkan.
o Hasan, yaitu hadis yang memenuhi persayaratan hadis shahih tetapi perawinya
kurang baik hafalannya.
o Dhaif, yaitu hadis yang lemah, karena terputus salah seorang sanadnya atau
perawinya kurang baik.
o Maudhu’, yaitu hadis yang dibuat oleh seseorang dan dikatakan sebagai sabda Nabi
SAW

Sejarah Hadis
▪ Dengan lisan dan dihafal oleh para sahabat. Ada yang diperbolehkan menulisnya namun
secara pribadi oleh Jabir Ibn Abdullah dan Abdullah bin Amr bin Ash.
▪ Penulisan hadis secara resmi pada masa Umar bin Abdul Aziz (Khalifah Bani Ummayah),
tetapi belum diklasifikasikan berdasarkan kualitasnya. Misalnya Kitab hadis Al-Muwatha’
karya Imam Malik.
▪ Membukukan hadis berdasarkan kualitas, seperti Kitab hadis Shahih Al-Bukhari karya
Muhammad Ibn Ismail al-Bukhari.
▪ Menghafal hadis yang sudah dibukuka tersebut.
▪ Menghimpun hadis yang memiliki kandungan makna sejenis, dan menguraikan
maknanya, serta menyusun kamus hadis.
Kedudukan dan Fungsi Hadis
➢ Kedudukan hadis adalah sebagai sumber kedua ajaran Islam.
➢ Fungsi hadis:
1. Menguatkan pernyataan Al-Quran. S. Al-Baqarah:183
2. Menerangkan ayat yang bersifat mujmal (umum): Al-Baqarah: 110
3. Membatasi keumuman ayat: Al-Baqarah: 180
4. Menetapkan hukum yang tidak ditetapkan dalam Al-Quran.
5. Memberikan pengecualian terhadap pernyataan Al-Quran yang bersifat umum: Al-
Maidah: 5
-AL-QURAN-
Pengertian Al-Quran
• Berasal dari bahasa Arab yaitu Qara’a-Yaqra’u-Qur’aanan, yang artinya bacaan.
• Menurut istilah adalah: Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui malaikat
Jibril.

Nama-Nama Al-Quran
✓ Al-Quran
✓ Al-Kitab
✓ Al-Furqan (Pembeda/pemisah)
✓ Az-Zikr (Peringatan)
✓ Al-Huda (Petunjuk)
✓ As-Syifa (Pengobat)

1. Kitab
• Nama Al-Quran yang pertama yaitu “al-Kitab”, karena di dalamnya terkumpul dan terhimpun
berbagai ilmu pengetahuan, kisah-kisah terdahulu, dan Akhbar. Hal ini dikarenakan makna
bahasa dari Kitab adalah menghimpun (al-Jam’u). Sebagaimana dalam Q.S. al-Dukhan [44] ayat
2

2. Qur’an
• Dinamakan dengan nama “al-Qur’an” karena Al-Qur’an merupakan bacaan yang di dalamnya
terkumpul hal-hal yang berkaitan dengan kisah, perintah, larangan, ayat, surah, dan lain
sebagainya. Sebagaimana dalam Q.S. al-Qiyamah [75] ayat 17

3. Karim
• Al-Qur’an diberi nama “al-Karim” karena terdapat sifat kemuliaan yang terkandung di dalamnya.
Sebagaimana dalam Q.S. al-Waqi’ah [56] ayat 7
4. Kalam
• Dinamakan dengan “al-Kalam”, dikarenakan Al-Qur’an dapat mempengaruhi akal orang yang
mendengarkan untaian ayat-ayatnya. Sebagaimana dalam Q.S. al-Taubah [9] ayat 6

5. Huda
• Dinamakan dengan nama “al-Huda” karena di dalam Al-Qur’an terdapat petunjuk-
petunjuk yang menuntun umat manusia ke jalan yang benar (al-Haqq). Sebagaimana
dalam Q.S. Yunus [10] ayat 57

6. Furqan
• Al-Quran memiliki nama “al-Furqan”, dikarenakan Al-Qur’an mampu membedakan
antara yang haq dan batil. Sebagaimana dalam Q.S. al-Furqan [25] ayat 1

7. Syifa’
• Nama Al-Quran berikutnya adalah “al-Syifa’”, karena Al-Qur’an dapat dijadikan sebagai
obat untuk mengobati penyakit hati berupa kekufuran, kebodohan, dan dengki. Serta,
juga dapat digunakan untuk mengobati penyakit fisik. Sebagaimana dalam Q.S. al-Isra’
[17] ayat 82
8. Dzikr
• Nama Al-Quran dengan sebutan “al-Dzikr” dikarenakan dalam Al-Qur’an terdapat
berbagai nasihat (mawa’idh) dan cerita akan umat-umat terdahulu. Sebagaimana dalam
Q.S. al-Anbiya’ [21] ayat 50

Pokok-Pokok Ajaran dalam Al-Quran


✓ Ketauhidan dan Keimanan
✓ Syariah
✓ Akhlak
✓ Kejadian Alam
✓ Kisah-kisah para Nabi
✓ Alam Gaib

1. Ketauhidan/akidah
• Isi kandungan Al Quran pertama yakni tentang akidah. Secara etimologi akidah berarti
kepercayaan atau keyakinan. Bentuk jamak Akidah (‘Aqidah) adalah aqa’id. Akidah juga
disebut dengan istilah keimanan.
• Al Quran banyak menjelaskan tentang pokok-pokok ajaran akidah yang terkandung di
dalamnya, di antaranya Surat Al Ikhlas 1-4

2. Syariah/Ibadah
• Isi Kandungan Al Quran berikutnya yakni masalah ibadah. Ibadah berasal dari kata
'abada-ya'budu-'abadan artinya mengabdi atau menyembah. Yang dimaksud ibadah
adalah menyembah atau mengabdi sepenuhnya kepada Allah SWT dengan tunduk, taat
dan patuh kepada-Nya.
• Ibadah dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
– ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah. Ibadah mahdhah artinya ibadah khusus
yang tata caranya sudah ditentukan, seperti: shalat, puasa, zakat dan haji.
– Sedangkan ibadah ghairu mahdhah artinya ibadah yang bersifat umum, tata
caranya tidak ditentukan secara khusus, yang bertujuan untuk mencari ridha
Allah SWT, misalnya: silaturrahim, bekerja mencari rizki yang halal diniati ibadah,
belajar untuk menuntut ilmu, dan sebagainya.
3. Akhlak
• Ditinjau dari segi etimologi, Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluq (yang
berarti perangai, tingkah laku, tabiat, atau budi pekerti.
• Dalam pengertian terminologis, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia
yang muncul spontan dalam tingkah laku hidup sehari-hari.

4. Kisah Para Nabi


• “Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai
akal. (al-Qur’an) itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab)
yang sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu, dan (sebagai) petunjuk dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman.” (QS. Yusuf [12]: 111)

5. Kejadian Alam/sains
• Al Qur an menekankan betapa pentingnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Hal itu diisyaratkan pada saat ayat Al Quran untuk pertama kalinya diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW yaitu QS. al-‘Alaq: 1-5.

Sejarah Penulisan
• Al-Quran turun berangsur-angsur yang dimulai pada surat Al-Alaq ayat 1-5 sebagai
wahyu pertama di Gua Hira
• Nabi mengulanginya di depan para sahabat dan ditulis oleh para sahabat beliau
diantaranya Zaid bin Tsabit serta menghafalnya.
• Penulisan Al-Quran di kayu, pelepah kurma, batu, tulang unta/kambing, papan pelana
kuda, kulit kayu.
• Setelah Nabi wafat dan banyak para sahabat yang hafal Al-Quran wafat serta munculnya
Nabi palsu (Maslamah bin Habib) atau Musailamah al-Kazzab (Musailamah si
Pembohong) mendorong penulisan Al-Quran dalam satu mushaf pada masa Khalifah
Abu Bakar atas usul Umar bin Khattab.
• Mushaf Al-Quran diperbanyak pada masa Khalifah Usman bin Affan.

Bukti Kebenaran Al-Quran


• Aspek keindahan dan ketelitian redaksinya
• Ketepatan pemberitaan gaibnya
• Isyarat-isyarat ilmiah Al-Quran

Fungsi Al-Quran
• Sebagai petunjuk (Al-Baqarah: 185)
• Sebagai sumber informasi (Lukman: 27)
• Sebagai Obat (Al-Isra: 82)
Metode Memahami Al-Quran
A. Tafsir (menjelaskan makna kendungannya)
1. Tafsir bil ma’tsur: menafsirkan ayat berdasarkan ayat-ayat Al-Quran dan riwayat (hadis)
2. Tafsir bil ma’qul: menafsirkan ayat dengan cara ijtihad
3. Tafsir ijdiwad: memadukan tafsir bil ma’tsur dan bil ma’qul.
4. Tafsir muqrain: dengan jalan menganalisis persamaan dan perbedaan hasil-hasil
penafsiran (komparatif)
5. Tafsir tahlili: menfasirkan dengan mengurutkan ayat dari pertama-terakhir
6. Tafsir maudhu’i: dengan menetapkan tema terlebih dahulu baru kemudian mencari
ayat-ayat yang sesuai dengan tema tersebut.
7. Tafsir bil ilmi: menafsirkan Al-Quran dengan menggunakan sudut pandang ilmu
pengetahuan

B. TERJEMAH
Yaitu: menyalin (memindahkan) dari suatu bahasa ke bahas lain.
• Terjemah Harfiah: menterjemahkan berdasarkan arti ayat sebenarnya.
• Terjemah ma’nawiyah: menterjemahkan berdasarkan kandungan maknanya dalam
suatu bahasa yang lebih tepat

C. TAKWIL
Yaitu: memindahkan makna suatu kata dengan makna yang lebih mudah dipahami.
-AQIDAH ISLAMIYAH-
Pengertian Aqidah
◼ Berasal dari kata ‘aqada-ya’qidu-’aqdan yang artinya: simpul, ikatan, perjanjian yang
kokoh dan kuat
◼ Kemudian menjadi ‘aqidatan yang berarti kepercayaan atau keyakinan.
◼ Memiliki kesamaan makna dengan kata iman yang berarti percaya.

Ruang Lingkup Aqidah


Ruang lingkup aqidah dijelaskan dalam Al-Quran surat An-Nisa: 136:
1. Illahiyah: tentang Allah SWT
2. Nubuwah: tentang Nabi dan Rasul-Nya
3. Ruhaniyah: tentang alam metafisik (alam gaib)
4. Sam’iyah: tentang hal-hal yang hanya dapat diketahui melalui dalil naqli

Alat Pengukur Aqidah


Yang dapat mengetahui tinggi rendahnya aqidah seseorang adalah diri manusia itu sendiri.
Alat bantunya:
✓ Al-Quran dan Hadis
✓ Penjelasan Ulama
✓ Akal

Pengaruh Aqidah Pada Diri Seseorang


✓ Menumbuhkan rasa aman dan damai
✓ Memunculkan komitmen teguh terhadap Islam untuk mengamalkan, mengembangkan,
memperjuangkan dan membelanya.

Aspek Aqidah yang Harus Ditumbuhkan


➢ Islam adalah satu-satunya yang benar di sisi Allah (Ali Imran: 19 dan 85)
➢ Islam adalah agama yang universal (Asy-Syura: 13)
➢ Islam adalah agama yang terakhir (al-Ahzab: 40)
➢ Islam adalah agama yang tidak hanya diyakini tetapi juga amal, ibadah, dakwah dan
sabar.

Tahap Beraqidah
❖ Dengan Hati
❖ Dengan Lisan
❖ Dengan Perbuatan
❖ Dengan keteguhan dan kesabaran

Upaya Meningkatkan Aqidah


1. Memperhatikan berbagai ciptaan Allah swt
2. Mendalami berbagai ilmu pengetahuan
3. Menanamkan di dalam hati tentang:
o Tauhid Uluhiyah
o Tauhid Rububiyah
o Tauhid Mulkiyah
o Tauhid Rahmaniyah
Intinya agar aqidah selalu terjaga perlu upaya dari manusia bersangkutan, akal dan
hidayah dari Allah SWT
-IJTIHAD-
Pengertian Ijtihad
➢ Menurut bahasa artinya sungguh-sungguh
➢ Menurut istilah menggunakan seluruh kesanggupan berfikir untuk menetapkan hukum
syara’ dengan berlandaskan Al-Quran dan Hadis.
➢ Sumber hukumnya disebut Ar-Rayu’
➢ Kebenarannya bersifat dzanniyah
➢ Pelakunya disebut mujtahid

Kedudukan Ijtihad
• Hasil keputusan dzanni
• Hasil keputusan tidak mengikat
• Tidak berlaku dalam hal penambahan ibadah khusus
• Tidak boleh bertentangan dengan Al-Quran dan Hadis
• Harus memperhatikan faktor: kemudharatan, kemaslahatan, dan kemanfaatan bersama.

Metode Ijtihad
1. Qiyas: mengukur sesuatu dengan yang lainnya berdasarkan persamaannya.
Contoh: penetapan zakat fitrah dan Narkoba
2. Ijma: kebulatan pendapat semua ahli ijtihad.
Contoh: penetapan jatuhnya tanggal satu Ramadhan dan satu sawal
3. Istihsan: menetapkan hukum suatu perbuatan berdasarkan prinsip-prinsip umum ajaran
Islam berdasarkan Al-Quran dan Hadis. Seperti prinsip keadilan dan kasih sayang.
Contoh: penetapan hukum atas sesuatu yang sama-sama buruk.
4. Maslahilul Mursalah: menetapkan hukum berdasarkan kegunaan atau kemanfaatannya.
Contoh: donor darah

Syarat-Syarat Mujtahid
⚫ Menguasai bahasa Arab
⚫ Menguasai Al-Quran dan Hadis
⚫ Menguasai ilmu ushul fiqh dan ilmu fiqih
⚫ Menguasai berbagai pendapat sahabat dan ulama terdahulu
⚫ Mengetahui pokok-pokok ajaran Islam
⚫ Menguasai ilmu penunjang pada bidang-bidang tertentu yang relevan

Urutan Penetapan Hukum Islam


1) Nash Al-Quran
2) Hadis
3) Fatwa para sahabat
4) Ijtihad
-MANUSIA DALAM PANDANGAN ISLAM-
Pengertian Manusia
◼ Manusia adalah makhluk yang mulia dari semua makhluk lainnya. (Al-Isra’:70)
◼ Manusia adalah makhluk yang memiliki kesempurnaan dari makhluk lainnya.
(At-Tin:4)
Istilah Manusia dalam Al-Quran
1. Bani Adam (Aspek historis)
2. Basyar (Aspek Biologis)
3. Insan (Aspek Kecerdasan)
4. An-Nas (Aspek Sosiologis)
5. ‘Abd (Kedudukan Manusia)
Kejadian Manusia
Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.
(Al-Mukminun: 12)
Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur),
Maka (ketahuilah) Sesungguhnya kami Telah menjadikan kamu dari tanah
(Al-Hajj: 5)
➢ Manusia berasal dari dua jenis yaitu dari benda padat dan benda cair. Benda padat
berbentuk tanah (turab), tanah yang sudah mengandung air (thin), tanah liat
(hama’), dan tembikar (shalshal). Benda cair berbentuk air mani.
Penciptaan manusia dari thin

Proses kejadian manusia melalui Enam tahap:


1. Nuthfah (air mani/spermatazoa): An-Nahl: 4
2. ‘Alaqah (segumpal darah/sesuatu yang menempel pada rahim): Al-Hajj: 5
3. Mudlghah (pembentukan organ-organ)
4. ‘Idham (tulang)
5. Lahm (daging)
6. Non Fisik (As-Sajdah: 9)
Tugas dan Tanggung Jawab Manusia
◼ Khalifah (Al-An’am: 165)
1. Khalifah bagi diri sendiri
2. Khalifah dalam Keluarga
3. Khalifah dalam masyarakat
4. Khalifah bagi alam
◼ Mengabdi kepada Allah (Adz-Dzariyat: 56)
-HAKIKAT AGAMA ISLAM-
Pengertian Agama
➢ Agama berasal dari bahasa Sansekerta (tidak pergi, tetap ditempat, diwarisi turun
temurun) dan dalam bahasa Arab disebut “diyn” (menguasai, menundukkan, patuh).
➢ Menurut istilah agama adalah peraturan-peraturan berupa hukum yang harus dipatuhi

Pengertian Agama Menurut Para Ahli:


• Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus
dipatuhi.
• Pengakuan adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia.
• Pengakuan adanya kewajiban yang wajib dipatuhi bersumber pada kekuatan gaib
• Pemujaan terhadap kekuatan gaib
• Ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang rasul.

Ruang Lingkup Agama


◼ Pengakuan adanya kekuatan gaib (Tuhan)
◼ Adanya bentuk ritual (peribadatan)
◼ Adanya sistem nilai yang menjadi corak hidup penganutnya

Macam-Macam Agama
❖ Agama Samawi (langit) yaitu agama yang tidak langsung diturunkan kepada masyarakat
akan tetappi melalui Rasul. Ciri-cirinya:
1. Disampaikan oleh manusia yang diutus Allah
2. Memiliki kitab suci yang bersih dari campur tangan manusia
3. Ajarannya serba tetap
4. Konsep ketuhanannya Monothaisme
5. Kebenarannya universal

❖ Agama Budaya: agama yang diciptakan manusia (agama ardhi), ciri-cirinya:


1. Tidak disampaikan oleh Rasul
2. Umumnya tidak memiliki kitab suci
3. Ajarannya dapat berubah-ubah
4. Konsep ketuhanannya politheisme
5. Kebenaran ajaran tidak universal
❖ Agama Islam: agama yang disampaikan Nabi Muhammad
Unsur-Unsurnya:
1. Iman
2. Islam
3. Ikhsan

Landasan Agama Islam


✓ Dalam surat Al-Mukminun ayat 52-53: agama yang pertama muncul adalah agama
tauhid yang hanya tunduk kepada satu-satunya penguasa alam semesta yaitu Allah SWT.

Pengertian Islam
o Islam berasal dari bahasa Arab yaitu “salima” yang artinya selamat sentosa.
o Secara istilah Islam adalah: “ajaran-ajaran yang diwahyukan kepada manusia melalui
Rasul.” (Al-Maidah: 3) dan (Al-ahzab: 40)

Karakteristik Islam
➢ Sederhana, rasional dan praktis.
➢ Kesatuan anara materi dan rohani
➢ Memberikan petunjuk bagi seluruh kehidupan manusia (Al-Baqarah: 208)
➢ Keseimbangan antara individu dan masyarakat
➢ Universal dan kemanusiaan
➢ Fleksibelitas
➢ Terjamin keasliannya
-AKHLAK ISLAM-
Pengertian Akhlak
❖ Perkataan akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu bentuk tunggal dari kata Al- Khuluq (
‫) الخلق‬yang berarti perangai
❖ menurut Al-Ghazali sebagai berikut :
Akhlak adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir berbagai
perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu pemikiran dan pertimbangan. Jika sikap
itu darinya lahir perbuatan yang baik dan terpuji, baik dari segi akal maupun syara’, maka ia
disebut akhlak yang baik. Dan jika yang lahir darinya perbuatan yang tercela, maka sikap
tersebut disebut akhlak buruk

Berbagai Istilah Akhlak


✓ Etika
✓ Moral
✓ Norma
✓ Adab

Ruang Lingkup Akhlak Islam


➢ Akhlak adalah hal-hal yang berkaitan dengan sikap, perilaku dan sifat-sifat manusia
dalam berinteraksi dengan dirinya, dengan sesamanya, dengan makhluk-makhluk lain
dan dengan Tuhannya

Indikator Akhlak Islam


⚫ Kebaikannya bersifat mutlak
⚫ Kebaikannya bersifat menyeluruh
⚫ Implementasinya bersifat wajib
⚫ Pengawasannya bersifat menyeluruh

Tujuan Akhlak dalam Islam


▪ Agar manusia hidup dengan bahagia dan harmonis
▪ Agar dalam kehidupan manusia baik secara individu maupun bermasyarakat
mendapatkan ridha dari Allah SWT
▪ Keseimbangan hak dan kewajiban

Sumber Akhlak dalam Islam


Al-Quran dan Hadis
Ijtihad para Ulama
Akhlak Kepada Allah SWT
Quraish Shihab menyatakan bahwa “titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan
dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Dia.” (Al-Isra’: 22-23)

Implementasinya:
1. Taqwa
Menurut ‘Afif ‘Abd al-Fattah Thabbarah taqwa yaitu “seseorang memelihara dirinya dari
segala sesuatu yang mengundang kemarahan Tuhannya dan dari segala sesuatu yang
mendatangkan mudharat, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain.”
2. Syukur
“Tidaklah bersyukur orang yang tidak mencintai Allah, dan tidak mengakui bahwa
nikmat yang didapatnya berasal dari Allah. Tidak bersyukur orang yang tidak memuji
Allah SWT dengan lisannya dan juga tidak bersyukur orang yang mengucapkan kata-kata
yang tidak ada gunanya. Tidak bersyukur orang yang diberi ilmu oleh Allah tapi tidak
diamalkan dan tidak diajarkannya. Tidak bersyukur orang yang diberi Allah kekayaan
tapi tidak dimanfaatkannya untuk kebaikan.” Perbuatan syukur pada hakikatnya untuk
manusia itu sendiri bukan untuk Allah SWT: Al-Luqman: 12 , Ibrahim: 7
3. Taubat
“seorang muslim dianjurkan untuk selalu bertaubat kepada Allah sekalipun dia tidak
mengetahui kesalahannya, boleh jadi tanpa disadarinya dia telah melakukan kesalahan.”
Akhlak Kepada Diri Sendiri
Akhlak pada diri sendiri adalah seorang muslim harus memperlakukan dirinya mencakup
jasmani maupun rohaninya dengan akhlak yang baik
Contoh Akhlak Pada Diri Sendiri
o Menjaga kebersihan diri: (An-Nuur : 30-31)
o Tawadhu yaitu rendah hati, dalam artian tidak sombong atau takabur (Luqman: 31)
o Sabar: keteguhan hati untuk tetap pada kebenaran Allah (Al-Baqarah: 153)
o Menjaga kesehatan tubuh: (Al-Baqarah: 168)
Al-Harali seorang ulama besar berpendapat bahwa “ jenis makanan dan minuman dapat
mempengaruhi jiwa dan sifat-sifat mental pemakannya.”

Akhlak Kepada Sesama Manusia


⚫ Merupakan kajian mu’amalah (aturan tentang kehidupan manusia dengan manusia dan
seluruh alam semesta)
⚫ Akhlak kepada sesama manusia yang dimaksud adalah bagaimana perilaku diri kita
kepada sesama manusia, yang dimulai dari akhlak kepada keluarga yaitu orangtua,
suami atau isteri, anak, kerabat lainnya, setelah itu akhlak kepada masyarakat di luar
lingkungan keluarga seperti, kepada tetangga, kepada orang yang tidak mampu, teman
dan kepada non-muslim.
Akhlak kepada Keluarga
▪ Pada Orangtua (Al-Isra’: 23-25)
▪ Membina dan mendidik keluarga (at-Tahrim: 6)
▪ Perkawinan
▪ Perceraian
▪ Kewarisan

Akhlak kepada Masyarakat


o Persaudaraan (al-Hujarat: 10)
o Ta’awun atau tolong menolong (al-Maidah:2)
o Toleransi (al-An’am: 108)
o Mengutamakan kepentingan bersama dan orang lain (al-Qhashash: 83)

Akhlak Kepada Lingkungan


Akhlak manusia kepada lingkungan yang dimaksud adalah bagaimana manusia
berperilaku kepada ciptaan Allah yang lainnya, seperti kepada hewan dan tumbuh-
tumbuhan (Asy-Syu’ara: 183)
-SYARIAH ISLAMIYAH-
PENGERTIAN
➢ Menurut bahasa artinya jalan yang ditempuh
➢ Menurut istilah artinya ketentuan-ketentuan agama yang mengatur seluruh kehidupan
manusia.

Ruang Lingkup
1. Ibadah
2. Muamalah
3. Munakahat
4. Jinayat siyasah
5. Akhlak
6. Peraturan lainnya; makanan dan minuman, sembelihan, berburu, dakwah, perang,
dsbnya

Tujuan
o Mewujudkan kebaikan bagi kehidupan manusia
o Memelihara kemaslahatan umat
o Agar manusia selamat dunia dan akhirat

Perbedaan Fiqih dan Syariah


– Fiqih: membahas tentang pemahaman ulama terhadap kaidah-kaidah hukum yang ada
dalam syariah yang bersifat amaliah
– Syariah: membahas seluruh peraturan beragama yang harus dilakukan manusia
– Contoh: menutup aurat pada waktu shalat hukumnya wajib= syariah. Cara menutup
aurat= fiqih

Kedudukan Syariah Islam


Senatiasa dapat difungsikan dan relevan kapan dan dimana saja, karena:
1. Terjamin keabadian sumbernya (Al-Isra:88)
2. Mencakup seluruh kehidupan manusia
3. Sesuai dengan fitrah manusia
4. Selain bersumber dari Al-Quran dan Hadis juga hasil ijtihad

Anda mungkin juga menyukai