Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

Hadits merupakan salah satu sumber hukum atau sumber ajaran Islam
yang kedua setelah Al-Quran. Secara umum kita memahami hadits adalah segala
sesuatu yang dinukilkan kepada Rasulullah Muhammad SAW. Baik berupa
perkataan, perbuatan, taqrir, pengajaran, sifat, dan perilaku, serta perjalanan hidup
Rasulullah SAW. Hadits juga sering disebut sebagai As-Sunnah dimana beberapa
ahli, secara syara’ juga mendefinisikan sama, yaitu sesuatu yang datang dari
Rasullah SAW., baik berupa perkataan, perbuatan, ataupun pengakuan (taqrir).1

Saat ini kajian tentang hadits sudah menjadi suatu disiplin ilmu tersendiri,
dan memiliki sub kajian yang sangat luas. Ada berbagai cabang kajian dalam
hadits, mulai dari kajian sejarah, kualitas dan kesahihan, klasifikasi dan
periwayatannya, dan sebagainya.

Klasifikasi hadits juga bias ditinjau dari segi sumber berita/nisbat matan
suatu Hadits. Klasifikasi Hadits dilihat dari sumber berita memiliki arti yang sama
dengan ungkapan “dari siapa berita itu dimunculkan pertama kali”. Dalam hal ini
terdapat empat macam pembagiannya sebagaimana yang disebutkan oleh Dr.
Abdul Majid Khon, M.Ag dalam bukunya Ulumul Hadits,2 yaitu: Hadits Qudsi,
Hadits Marfu, Hadits Mauquf, dan Hadits Maqthu.

Secara umum dapat didefinisikan jika sumber berita dari Allah dinamakan
Hadits Qudsi, jika sumber berita datangnya dari Nabi disebut Hadits Marfu, jika
datangnya sumber berita itu dari sahabat disebut Hadits Mauquf dan jika
datangnya dari Tabi’in disebut hadia Maqthu. Sumber utama di atas tidak dapat
menentukan keshahihan suatu Hadits sekalipun datangnya dari Allah atau Nabi.

1
Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, Semarang: Dita Utama, hal. 40.
2
Dr. Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, Hal. 217

1
karena tinjauan kualitas shahih, hasan dan dha’if tidak hanya dilihat dari segi
sumber berita akan tetapi lebih dilihat dari sifat-sifat para pembawa berita.3

Pada makalah ini, penulis akan memfokuskan pembahasan pada Hadits


Qudsi saja. Dengan sistematika penulisan yaitu : Pengertian Hadits Qudsi, Hadits
Qudsi menurut para ulama, Perbedaan Hadits Qudsi dengan Al-Quran, Perbedaan
Hadits Nabawi dengan Hadits Qudsi, Ciri dan bentuk periwayatan, serta kompilasi
Hadits Qudsi.

3
Dr. Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, Hal. 217

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hadits Qudsi

Secara bahasa Hadits Qudsi terdiri dari dua kata, yakni Hadits dan Qudsi.
Hadits ( ‫ )الحديث‬Segala yang dinisbahkan kepada Nabi Muhammad, baik berupa

ucapan, perbuatan, persetujuan, atau karakter, kemudian Qudsi (‫ )القدسي‬secara


bahasa diambil dari kata quddus, yang artinya suci. Disebut hadis qudsi, karena
perkataan ini dinisbahkan kepada Allah, al-Quddus, yang artinya Dzat Yang Maha
Suci. Dalam persefektif lain, dinisbahkan kepada Ilah (Tuhan) maka disebut Hadis
Ilahi atau dinisbahkan kepada Rabb (Tuhan) maka disebut pula Hadis Rabbani.4

Dalam bukunya, DR. Abdul Madjid Khon, menulis pengertian Hadits


Qudsi secara istilah,

Hadits Qudsi menurut istilah adalah:

‫سنَا ِد ِه إِيَّاهُ إِلَى َر ِبِّ ِه ع ََّز َو َج َّل‬


ْ ‫سلَّ َم َم َع ِإ‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫َما نُ ِق َل إِلَ ْي َنا ع َِن النَّ ِب ِِّي‬
“Sesuatu yang dipindahkan dari Nabi SAW serta penyandarannya kepada Allah
SWT” .5 Atau:

‫سلَّ َم قَ ْو اًل اِلَى هللاِ ع ََّز َو َج َّل‬


َ ‫ع َل ْي ِه َو‬
َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫س ْو ُل‬
ُ ‫الر‬ ٍ ‫ُك ُّل َح ِد ْي‬
َّ ‫ث يضيف ِف ْي ِه‬
"Setiap hadis yang disandarkan Rasulullah SAW perkataannya kepada Allah Azza
wa Jalla”6
Secara sederhana menurut istilah pengertian ada dua macam, yaitu Hadits
Qudsi merupakan kalam Allah Azza wa Jalla (baik dalam matan maupun
substansi bahasanya), dan Rasulullah SAW hanya menyampaikannya kepada kita,
dan Hadits Qudsi adalah perkataan dari Rasulullah SAW, sedangkan isi perkataan
tersebut berasal dari Allah Azza wa Jalla.

4
Ibid, Hal. 217
5
Ibid Hal, 217
6
Munzier Suparta, Ilmu hadits, Hal. 16

3
B. Hadits Qudsi Menurut Para Ulama

Uluma Fiqh dan Ulama Ushul Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin -


rahimahullah- di dalam kitab beliau (Syarh al-‘Arba’in an-Nawawi):7

“Para ulama rahimahumullah berbeda pendapat tentang penyebutan “hadis


qudsi”, apakah hadis tersebut termasuk kalam Allah (makna dan lafalnya berasal
dari Allah)? atau Allah SWT hanya mewahyukan kepada Rasululah SAW secara
makna saja, sedangkan lafalnya berasal dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam?

Ada dua pendapat dalam perkara ini :

Pendapat pertama : bahwa hadis qudsi berasal dari Allah baik lafal
maupun maknanya. Dikarenakan Rasulullah SAW menyandarkannya kepada
Allah ta’ala.Sedangkan telah maklum bahwa asal suatu ucapan yang disandarkan
maka lafalnya berasal dari si pengucap langsung bukan lafal dari penukilnya.
Terlebih lagi bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam (sebagai penukilnya) adalah
orang yang paling kuat amanahnya dan paling kokoh periwayatannya.

Pendapat yang kedua : bahwa hadis qudsi maknanya berasal dari sisi Allah
tetapi lafalnya berasal dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam. Hal ini ditinjau dari
dua sisi :

1) Seandainya hadis qudsi berasal dari Allah baik lafal dan maknanya, maka
tentulah sanadnya akan lebih tinggi daripada al-Qur’an. Karena Nabi
shalallahu ‘alaihi wa salam meriwayatkan langsung dari Allah ta’ala tanpa
adanya perantara, sebagaimana yang nampak dari konteksnya. Adapun al-
Qur’an diturunkan kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam melalui
perantaraan Jibril ‘alaihi as-Salam. Sebagaimana firman Allah SWT,

َ ‫ق ِليُث َ ِِّبتَ الَّذ‬


‫ِين آ َمنُوا َو ُهداى‬ ِ ِّ ‫ُس ِم ْن َر ِبِّكَ ِبا ْل َح‬
ِ ‫ح ا ْلقُد‬ُ ‫قُ ْل نَ َّزلَهُ ُرو‬
ْ ‫َوبُش َْر ٰى ِل ْل ُم‬
َ ‫س ِل ِم‬
‫ين‬

7
Di kutip dari http://www.sahab.net/forums/index.php?showtopic=121883, di akses pada tanggal
7 November 2018.

4
Katakanlah: "Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Quran itu dari
Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang
telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-
orang yang berserah diri (kepada Allah)". (QS. An-Nahl : 102)

2) Seandainya lafal hadis qudsi berasal dari Allah, maka tidak akan ada
bedanya antara hadis qudsi dengan al-Qur’an. Karena keduanya jika
ditetapkan demikian maka merupakan kalam Allah ta’ala. Sehingga
mengharuskan persamaan keduanya di dalam hukum jika asal keduanya
sama. Padahal telah diketahui bahwa antara al-Qur’an dan hadis qudsi ada
perbedaan yang banyak.

C. Perbedaan Hadits Qudsi dengan Al-Quran

Perbedaan antara hadis Qudsi dan Al Qur’an menurut DR. Nuruddin ‘Itr8
mengutip pendapat dari Abul Baqa’ Al Akbari, yaitu :

1) Al Qur’an lafal dan maknanya berasal dari Allah Ta’ala melalui


pewahyuan secara terang-terangan, sedangkan hadits qudsi redaksinya dari
Nabi Muhammad Saw dan maknanya dari Allah Ta’ala melalui
pengilhaman atau melalui mimpi.
2) Al Qur’an diturunkan melalui perantaraan malaikat jibril kepada Nabi
Muhammad Saw, sedangkan hadis qudsi tidak demikian.
3) Al Qur’an sebagai mukjizat yang memiliki keistimewaan yang tidak
terdapat dalam hadis qudsi.

D. Perbedaan Hadist Nabawi dengan Hadits Qudsi

Hadits nabawi terbagi menjadi dua, yaitu Tauqifi dan Taufiqi:9

8
DR. Nuruddin ‘Itr. Ulumul Hadis, terjemah oleh Drs. Mujiyo, cet. 1. (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2012), hal. 336
9
Manna Khalil Al-Qattan. Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran, hal. 28

5
1. Tauqifi

Yang bersifat Tauqifi yaitu, kandungannya diterima oleh Rasulullah


dari Wahyu lalu dijelasakan kepada manusia dengan kata-kata darinya. Disini,
meskipun kandungannya dinisbatkan kepada Allah, tetapi dari sisi perkataan
lebih layak dinisbatkan kepada Rasulullah sebab kata-kata itu disandarkan
kepada siapa yang mengatakannya walaupun terdapat makna yang
diterimannya dari pihak lain.

2. Taufiqi

Yang bersifat Taufiqi yaitu, yang disimpulkan oleh Rasulullah menurut


pemahamannya terhadap Al-Quran karena fungsi Rasul menjelaskan,
menerangkan Al-Quran atau mengambil istimbat dengan perenungan dan
ijtihad. Dalam hal ini, wahyu akan mendiamkannya bila benar dan bila
terdapat kesalahan di dalamnya maka wahyu akan turun untuk
membetulkannya.10

Yang pasti Taufiqi ini bukan kalam Allah. Dari sini jelaslah bahwa
hadis Nabawi dengan kedua bagiannya yang Tauqifi dengan ijtihad yang
diakui oleh Wahyu itu dapat dikatakan bersumber dari Wahyu. Inilah esensi
dari firman Allah tentang Rasulullah SAW :

“ Dan (Muhammad) tidak berbicara menurut hawa Nafsunya. Apa


yang diucapkannya itu tidak lain hanyalah wahyu yang diturunkan
kepadnaya”

Hadis Qudsi itu maknanya dari Allah. Hadis ini disampaikan kepada
Rasulullah dengan satu cara dari beberapa model pewahyuan tetapi lafaznya dari
Rasulullah. Inilah pendapat yang kuat. Dinisbatkannya hadis Qudsi kepada Allah

10
Contoh kasus adalah peristiwa tawanan perang Badar. Pasalnya Rasulullah mengambil
pandangan Abu Bakar untuk menerima tebusan mereka lalu turunlah Wahyu “Tidak patut bagi
seorang Nabi mempunyai tawanan perang...” (Al-Anfal : 67), sebagai kritikan Rasul.

6
ta‟ala adalah penisbatan isinya bukan penisbatan lafalnya. Sebab seandainya lafal
hadis Qudsi itu dari Allah maka tentu tidak berbeda dengan Al-Quran.11

Tentang hal ini muncul dua syubhat :

1) Hadits Nabawi ini secara maknawi juga wahyu, lafaznya pun dari
Rasulullah tetapi tidak dinamakan Hadits Qudsi?
karena kita memastikan bahwa hadis Qudsi itu maknanya diturunkan
dari Allah karena adanya nash syar‟i yang menisbatkannya kepada
Allah yaitu kata-kata Rasulullah SAW :“Qaalallahu Ta’aala” atau
“Yaquulullahu Ta’aala”. Itu sebabnya dinamakan hadits itu hadits
Qudsi. Berbeda hadits-hadits Nabawi itu tidak memuat nash seperti ini.

2) Apabila lafal hadis Qudsi itu dari Rasulullah maka dengan alasan
apakah hadis itu dinisbatkan kepada Allah melalui kata-kata Nabi
seperti“Qaalallahu Ta’aala” atau “Yaquulullahu Ta’aala”?
Hal seperti ini biasa terjadi dalam bahasa arab yang mana satu ucapan
disandarkan kandungannya bukan lafalnya. Misalnya, ketika kita
menggubah satu bait syair, kita mengatakan “si penyair berkata
demikian”. Juga ketika kita menceritakan apa yang kita dengar dari
seseorang, kita pun mengatakan “si fulan berkata demikian”. Begitu
juga Al-Quran menceritakan tentang Musa,Fir‟aun dan lainnya dengan
lafal yang bukan lafal yang mereka ucapkan dan dengan gaya bahasa
yang bukan pula gaya bahasa mereka tetapi tetap saja disandarkan
kepada mereka. Contohnya dalam surah Asy-Syu‟araa: 10-24

E. Ciri dan Bentuk Periwayatan Hadits Qudsi

11
Manna Khalil Al-Qattan. Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran, hal. 28

7
Rasulullah kadang-kadang menyampaikan suatu berita atau nasihat yang
beliau ceritakan dari Allah SWT, tetapi bukan wahyu yang diturunkan seperti Al-
Quran dan bukan perkataan yang tegas (sharih) yang nyata-nyata disandarkan
kepada Beliau yang kemudian disebut dengan hadis Nabawi. Berita itu memang
beliau sandarkan kepada Allah tetapi bukan Al-Quran karena redaksinya berbeda
dengan redaksi Al-Quran. Itu adalah Hadis Qudsi yang maknanya diterima dari
Allah melalui Ilham atau mimpi sedang redaksinya dari nabi sendiri. Dalam
periwayatan Hadis Qudsi ada dua bentuk , yaitu :12

Pertama:

... : ‫سلَّ َم فِ ْي َما يَ ْر ِوى ع َْن َر ِبِّ ِه ت َ َعالَى‬


َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫َّللا‬ ُ ‫قَا َل َر‬
ِ َّ ‫سو ُل‬

“Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda Seperti yang

diriwayatkannya dari Allah Ta’ala” : ...

Kedua:

... : ‫سلَّ َم‬


َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ِ‫َّللا‬ ُ ‫قـَا َل هللاُ تَعَالَى فِ ْي َما َر َواهُ عَـ ْنهُ َر‬
َّ ‫سو ُل‬

“Allah Ta’ala berfirman pada apa yang diriwayatkan Rasulullah

shallallaahu ‘alaihi wasallam” : ...

Drs. Fathur Rahman menambahkan yang ketiga dengan Lafad – lafad yang
semakna dengan apa yang disebut di atas, setelah penyebutan yang menjadi
sumber rawi pertamanya, yakni shahabat.13

Contoh hadis Qudsi, diantaranya :

‫َّللاُ ع ََّز َو َج َّل أَنَا‬


َّ ‫ « يَقُو ُل‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ‫َّللا‬ ُ ‫ع َْن أَبِى ُه َري َْرةَ قَا َل قَا َل َر‬
َّ ‫سو ُل‬
‫س ِه ذَك َْرتُهُ فِى نَ ْفسِى َوإِ ْن‬ ِ ‫ع ْبدِى بِى َوأَنَا َمعَهُ ِحينَ يَ ْذك ُُرنِى إِ ْن ذَك ََرنِى فِى نَ ْف‬ َ ‫ِع ْن َد َظ ِِّن‬
12
Dr. Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, Hal. 219-220
13
Drs. Fathur Rahman, Ikhtisar Musthahul Hadis. Cet. 1. (Bandung : PT. Alma’arif, 1974), hal. 69.

8
‫شب اْرا تَقَ َّربْتُ إِلَ ْي ِه ذ َِراعاا‬
ِ ‫ب ِم ِنِّى‬ ٍ ‫إل ذَك َْرتُهُ فِى َم‬
َ ‫إل ُه ْم َخي ٌْر ِم ْن ُه ْم َوإِ ْن تَقَ َّر‬ ٍ ‫ذَك ََرنِى فِى َم‬
[5] ‫ب إِلَ َّى ذ َِراعاا تَقَ َّربْتُ ِم ْنهُ بَاعاا َوإِ ْن أَتَانِى يَ ْمشِى أَت َ ْيتُهُ َه ْر َولَةا‬
َ ‫َوإِ ْن تَقَ َّر‬
“Dari Abi Hurairah r.a.ia berkata : Nabi Saw. Bersabda : Berfirman Allah SWT,
Aku selalu ada pada anggapan hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku selalu
bersamanya selama ia mengingat-Ku, apabila ia mengingat-Ku dalam dirinya,
maka Aku mengingatnya dalam diri-Ku. Apabila ia mengingat-Ku di dalam orang
banyak, maka Aku mengingatnya dihadapan orang banyak yang lebih baik dari
mereka. Apabila mendekat kepada-Ku sejengkal, maka Aku mendekat kepadanya
satu hasta. Apabila ia mendekat kepada-Ku satu hasta, maka Aku mendekat
kepadanya satu depa. Apabila ia mendatangi-Ku sambil berjalan, maka
Akumendatanginya sambil berlari”. (HR. Muslim).

F. Kompilasi Hadits Qudsi

Beberapa kitab atau buku karya ulama hadits yang khusus menghimpun
hadits-hadits qudsi. Diantaranya yang sangat populer adalah al-Kalimu ath-
Thayyibah karya Ibnu Taimiyyah, Adab al-Ahadits al-Qudsiyyah karya Dr.
Ahmad asy-Syarbasyi (kedua kitab ini memuat lebih dari 100 hadits), al-Ittihaf
ats-Tsaniyah bi al-Ahadits al-Qudsiyyah karya Abdur Raud al-manawi (Menuat
227 hadits).

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

9
1. Hadits Qudsi secara bahasa diambil dari kata quddus, yang artinya suci.
Disebut hadis qudsi, karena perkataan ini dinisbahkan kepada Allah, al-
Quddus, yang artinya Dzat Yang Maha Suci.
2. Menurut istilah pengertian ada dua macam, yaitu Hadits Qudsi merupakan
kalam Allah Azza wa Jalla (baik dalam matan maupun substansi
bahasanya), dan Rasulullah SAW hanya menyampaikannya kepada kita,
dan Hadits Qudsi adalah perkataan dari Rasulullah SAW, sedangkan isi
perkataan tersebut berasal dari Allah Azza wa Jalla.
3. Para ulama berbeda pendapat berkenaan dengan Hadits Qudsi, Apakah
Hadits Qudsi adalah Kalamullah atau(makna dan lafalnya berasal dari
Allah)? atau Allah SWT hanya mewahyukan kepada Rasululah SAW
secara makna saja, sedangkan lafalnya berasal dari Nabi shalallahu ‘alaihi
wa salam.
4. Menurut pendapat yang kuat, Hadis Qudsi itu maknanya dari Allah. Hadis
ini disampaikan kepadaRasulullah dengan satu cara dari beberapa model
pewahyuan tetapi lafaznya dariRasulullah. Dinisbatkannya hadis Qudsi
kepada Allahta‟ala adalah penisbatan isinya bukan penisbatan lafalnya.
Sebab seandainya lafal hadis Qudsi itu dari Allah maka tentu tidak berbeda
dengan Al-Quran.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qaththa, Manna’ Khalil. Studi Ilmu-ilmu Al-Quran. Cet. 8,Bogor : Pustaka


Litera AntarNusa,b 2004.

10
‘Itr, Nuruddin, DR. Ulumul Hadis, terjemah oleh Drs. Mujiyo, cet. 1. Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya, 2012

Khalaf, Abdul Wahab,Ilmu Ushul Fikih, Jakarta: Pustaka Amani, 2003

Khon, Abdul Madjid, Ulumul Hadis. Cet. II, Jln Sawo Raya No18. Jakarta :
Amzah, 2009.

Rahman, Fathur, Ikhtisar Musthahul Hadis. Cet. 1. Bandung : PT. Alma’arif,


1974

Suparta, Mundzir. Ilmu Hadis. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002

http://www.sahab.net/forums/index.php?showtopic=121883, di akses pada tanggal


7 November 2018.

11

Anda mungkin juga menyukai