Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayahnya, makalah ini dapat diselesaikan. Shalawat dan Salam tetap kita curahkan kepada
Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, kepada sahabatnya, dan kepada kita selaku
umatnya yang senantiasa menjalankan sunnah-sunnah beliau.
Tidak lupa penyusun ucapkan kepada Dosen yang telah membimbing dan
memberikan ilmunya kepada penyusun, dan juga teman-teman yang ikut menyumbang
pikirannya sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Penyusun mohon kepada bapak/Ibu Dosen khususnya, dan umumnya kepada para
pembaca apabila menemukan kesalahan atau kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik
dari segi bahasanya maupun isinya, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun kepada semua pembaca demi lebih baiknya makalah makalah yang akan
datang.
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Al-Quran adalah kitab suci agama Islam. Umat islam percaya bahwa Al-Quran
merupakan puncak dan penutup Wahyu Allah yang diperuntukkan bagi manusia, dan bagian
dari rukun iman yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, melalui perantara
Malaikat Jibril.

Dan sebagai Wahyu pertama yang diterima Rasulullah SAW, sebagaimana terdapat
dalam surat Al-Alaq ayat 1-5. Al-Quran merupakan salah satu kitab yang mempunyai
sejarah panjang yang dimiliki oleh umat Islam dan sampai sekarang masih terjaga
keasliannya.

Al-Quran dalam pengumpulannya mempunyai dua tahap yaitu tahap petama


pengumpulan Al-quran dalam arti menghafal Al-Quran pada masa Nabi, tahap kedua dalam
arti penulisan Al-Quran, hal ini dinamakan penghafalan dan pembukuan Al-Quran.

Setelah Wafatnya Nabi Muhammad SAW, proses pengmpulan Al-Quran terus


dilaksanakan oleh para khalifah sehingga terbentuklah Mushaf Usmani seperti yang ada pada
saat sekarang ini.

Penyebaran islam bertambah luas membuat para Qurra pun tersebar dan memiliki
latar bealakang yang berbeda sehingga menimbulkan perbedaan dalam membaca Al-Quran.
Hal ini menimbullkan kecemasan dikalangan sahabat. Sehingga Khalifah Usman bin Affan
memerintahkan keempat orang quraisy yaitu, Zaid bin Zabit, Abdullah bin Azzubar, Said bin
Al-ash, Abdulrahman bin Al-harisi bin hysam. Keempat orang tersebutlah yang ditugas untuk
menyalin dan memperbanyak Al-Quran dengan satu pedoman dalam cara-cara membacanya,
hal ini telah di sepakati oleh para sahabat.

Dan Al-Quran juga memiliki multi fungsi dan selalu mempunyai hubungan yang pasti dalam
fenomena-fenomena kehidupan, hal ini diantaranya mukjizat, akidah, ibadah, muamalah,
akhlak, hukum, sejarah, dan dasar-dasar sains.
Untuk itulah materi ini sangat penting untuk dipelajari, karena sangat disayangkan jika umat
Islam tidak tahu apa itu Al-Quran tersebut. Hal inilah penulis berkeinginan membahas
tentang Al-quran

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa Makna Al-Quran ?

2. Nama dan Sifat Al-Quran ?

3. Perbedaan Hadist Nabawi dan Hadist Qudsi ?

4. Karakteristik Al-Quran ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Makna Al-Quran

Al-Quran adalah kitab suci agama Islam. Umat islam percaya bahwa Al-Quran
merupakan puncak dan penutup Wahyu Allah yang diperuntukkan bagi manusia, dan bagian
dari rukun iman yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, melalui perantara
Malaikat Jibril.

Wahyu pertama yang diterima RasulullahSAW, sebagaimana terdapat dalam surat Al-
Alaq ayat 1-5. Al-Quran merupakan salah satu kitab yang mempunyai sejarah panjang yang
dimiliki oleh umat Islam dan sampai sekarang masih terjaga keasliannya.

Ada beberapa pendapat mengenai pengertian Al-Qur yaitu :

1. Menurut ejaan Kamus Besar Bahasa Indonesia, Al-Quran adalah kitab suci agama
Islam.

2. Mannaal-Qathan , ia mendefenisikan Al-Quran adalah kalam Allah yang diturunkan


kepada nabi Muhammad SAW dan beribadah dalam membacanya.

3. Ali Ashabuni, Al-Quran adalah kalam Allah SWT yang mengandung mukjizat yag
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan Rasul dengan perantara malikat jibril.
Mukjizat adalah sesuatu yang membuat laanna lemah atau membujuk agar orang
untuk beriman

Al-Quran sebagai wahyu dan mukjizat terbesar Rasulullah SAW. Mempunyai dua
pengertian, yaitu pengertian secara Etimologi ( bahasa ) dan pengertian menurut terminology
( istilah )

Al-Quran menurut Etimologi ( bahasa ) yaitu bacaan atau yang dibaca. Kata Al-
Quran adalah bentuk mashddar dari fiil qaraa yang diartikan dengan arti isim maful, yaitu
( yang dibaca atau bacaan ).

Pengertian diatas dapat kita baca dalam surah Al-Qiyamah ayat 17-18 sebagai berikut :

)18-17 : (.

Artinya: "Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya dan membacanya.
Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. (Q.S. Al- Qiyamah,
17-18)

Menurut imam syarii Al-Quran bukan berasal dari qaraa karena Al-Quran berasal dari sang
pencipta atau allah yang menamai ciptaannya

Al-Quran menurut terminology ( istilah ) adalah nama bagi kalamullah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW. Yang ditulis dalam mushhaf. Secara lengkap Dr.Bakhri
Syaikh Amin mendefenisikan Al-Quraan sebagai berikut :

Artinya: "

Al-Quran adalah kalam Allah SWT yang mengandung kemukjizatan,


yangditurunkan kepada penutup para nabi dan rasul, melalui perantaraan malaikat Jibril,
ditulis dalam mushaf, dihafal di dalam dada, disampaikan kepada kita secara mutawatir,
membacanya memiliki nilai ibadah, (disusun secara sistematis) mulai dari surat al-Fatihah
sampai surat al-Nas.

Al-Quran adalah mukjizat Nabi Muhammad SAW. Maka tidak ada seorangpun manusia atau
jin, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama yang sanggup membuat yang serupa dengan
Al-Quran. mereka tidak akan mampu membuatnya. Allah SWT telah mengisyaratkan hal itu
dalam ayat berikut :

Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Tidak hanya untuk memperkuat
kerasulannya dan sebagai kemukjizatannya yang abadi, telah diturunkannya itu mempunyai
fungsi dan tujuan bagi umat manusia.

B. Nama dan Sifat Al-Quran


a. Nama-nama Al-Quran

Allah menamakan Al-Quran dengan beberapa nama, diantaranya:[3]

1) Quran, sebagaimana firman-Nya:


... :

2) Kitab, sebagaimana firman-Nya:

... :

3) Furqan, sebagaimana firman-Nya:

4) Zikr, sebagaimana firman-Nya:

5) Tanzil, sebagaimana firman-Nya:

:

6) Bayyinah,[4] sebagaimana firman-Nya:

7) Huda,[5] sebagaimana firman-Nya:

Quran dan Al-Kitab lebih populer dari nama-nam yang lain. Dalam hal ini Dr. Muhammad
Abdullah Darras berkata : Ia dinamakan Quran karena karena ia dibaca dengan lisan dan
dinamakan Al-kitab karena ia ditulis dengan pena . kedua makna ini menunjukan makna yang
sesuai dengan kenyataanya.[6]

b. Sifat-sifat Al-Quran

Allah telah melukiskan Quran dengan beberapa sifat, diantaranya:[7]

1) Nur (Cahaya) :

2) Huda (Petunjuk), Syifa (Obat), Rahmah (Rahmat), dan Mauizah (Nasihat) :



:

3) Mubin (Yang Menerangkan) :

: ...

4) Mubarak (Yang Diberkati) :

5) Busyra (Kabar Gembira) :

6) Azis (Yang Mulia) :

7) Majid (Yang Dihormati) :

8) Basyir (Pembawa Kabar Gembira) :


.

:

Setiap penamaan atau pelukisan itu merupakan salah satu makna dalam Al-
Quran.Nama-nama ini berasal dari ayat-ayat tertentu dalam Al Qur'an itu sendiri yang
memakai istilah tertentu untuk merujuk kepada Al Qur'an itu sendiri.[8]

C. Perbedaan Hadis Nabawi dan Hadist Qudsi


1. Hadis Nabawi

Hadits (baru) dalam arti bahasa lawan dari kata qadim (lama). Dan, yang dimaksud
hadis ialah setiap kata-kata yang diucapkan dan dinukil serta disampaikan oleh manusia, baik
kata-kata itu diperoleh melalui pendengarannya maupun wahyu; baik dalam keadaan jaga
maupun dalam keadaan tidur. Dalam pengertian ini, Alquran dinamakan hadis.

Hadis (kata-kata) siapakah yang lebih benar selain dari pada Allah? (An-Nisa: 87).

Begitu pula yang terjadi pada manusia, di waktu tidurnya juga dinamakan hadis.

dan engkau telah mengajarkan kepadaku sebagian takwil dari hadis-hadis-maksudnya


mimpi. (Yusuf: 101).

Adapun menurut istilah, pengertian hadis ialah apa saja yang disandarkan kepada Nabi saw.,
baik berupa perkataan, perbuatan, persetujuan, maupun sifat. Yang berupa perkataan seperti
perkataan Nabi saw., Sesungguhnya sahnya amal itu disertai dengan niat. Dan, setiap orang
bergantung pada niatnya .(HR Bukhari).

Yang berupa perbuatan ialah seperti ajarannya kepada para sahabat mengenai bagaimana cara
mengerjakan salat, kemudian ia mengatakan, Salatlah seperti kamu melihat aku salat. (HR
Bukhari).

Juga, mengenai bagaimana ia melaksanakan ibadah haji, dalam hal ini Rasulullah saw.
bersabda, Ambillah dariku manasik hajimu. (HR Muslim).

Adapun yang berupa persetujuan adalah seperti ia menyetujui suatu perkara yang dilakukan
salah seorang sahabat, baik perkataan ataupun perbuatan; di hadapannya ataupun tidak, tetapi
beritanya sampai kepadanya, seperti makanan biawak yang dihidangkan kepadanya. Dan,
persetujuannya dalam satu riwayat, Rasulullah saw. mengutus orang dalam satu peperangan.
Orang itu membaca suatu bacaan dalam salat yang diakhiri dengan qul huwallahu ahad.
Setelah pulang, mereka menyampaikan hal itu kepada Rasulullah saw., lalu Rasulullah saw.
berkata, Tanyakan kepadanya mengapa ia berbuat demikian? Mereka pun menanyakan, dan
orang itu menjawab, Kalimat itu adalah sifat Allah dan aku senang membacanya. Maka
Rasulullah saw. menjawab, Katakan kepadanya bahwa Allah pun menyenangi dia. (HR
Bukhari dan Muslim).
Yang berupa sifat adalah riwayat seperti bahwa Rasulullah saw. selalu bermuka cerah,
berperangai halus dan lembut, tidak keras dan tidak pula kasar, tidak suka berteriak keras,
tidak pula berbicara kotor, dan tidak juga suka mencela.

2. Hadis Qudsi

Hadis qudsi adalah hadis yang oleh Rasulullah saw. disandarkan kepada Allah.
Maksudnya, Rasulullah saw. meriwayatkannya bahwa itu adalah kalam Allah. Maka,
Rasulullah saw. menjadi perawi kalam Allah ini dengan lafal dari Rasulullah saw. sendiri.
Bila seseorang meriwayatkan hadis qudsi, dia meriwayatkannya dari Allah dengan
disandarkan kepada Allah dengan mengatakan, Rasulullah saw. mengatakan mengenai apa
yang diriwayatkannya dari Tuhannya, atau ia mengatakan, Rasulullah saw. mengatakan,
Allah Taala telah berfirman atau berfirman Allah Taala.

Contoh Pertama

Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah saw. mengenai apa yang diriwayatkannya dari Tuhannya,
Tangan Allah itu penuh, tidak dikurangi oleh nafakah, baik di waktu malam maupun siang
hari . (HR Bukhari).

Contoh Kedua

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. berkata, Allah Taala berfirman, Aku menurut
sangkaan hamba-Ku terhadap-Ku. Aku bersamanya bila dia menyebut-Ku di dalam dirinya,
maka Aku pun menyebutnya di dalam diri-Ku. Dan, bila dia menyebut-Ku di kalangan orang
banyak, Aku pun menyebutnya di kalangan orang banyak yang lebih baik dari itu . (HR
Bukhari dan Muslim).

Perbedaan Alquran dengan Hadis Qudsi


Ada beberapa perbedaan antara Alquran dengan hadis qudsi, dan yang terpenting adalah
sebagai berikut.

1. Alquran adalah kalam Allah yang diwahyukan kepada Rasulullah saw. dengan lafal-Nya,
dan dengan itu pula orang Arab ditantang, tetapi mereka tidak mampu membuat seperti
Alquran itu, atau sepuluh surah yang serupa itu, bahkan satu surah sekalipun. Tantangan itu
tetap berlaku, karena Alquran adalah mukjizat yang abadi hingga hari kiamat. Adapun hadis
qudsi tidak untuk menantang dan tidak pula untuk mukjizat.

2. Alquran hanya dinisbatkan kepada Allah, sehingga dikatakan Allah Taala berfirman.
Adapun hadis qudsi, seperti telah dijelaskan di atas, terkadang diriwayatkan dengan
disandarkan kepada Allah, sehingga nisbah hadis qudsi itu kepada Allah adalah nisbah
dibuatkan. Maka dikatakan, Allah telah berfirman atau Allah berfirman. Dan, terkadang pula
diriwayatkan dengan disandarkan kepada Rasulullah saw. tetapi nisbahnya adalah nisbah
kabar, karena Nabi menyampaikan hadis itu dari Allah. Maka, dikatakan Rasulullah saw.
mengatakan apa yang diriwayatkan dari Tuhannya.

3. Seluruh isi Alquran dinukil secara mutawatir, sehingga kepastiannya mutlak. Adapun
hadis-hadis qudsi kebanyakan adalah kabar ahad, sehingga kepastiannya masih merupakan
dugaan. Adakalanya hadis itu sahih, hasan, dan kadang-kadang daif.

4. Alquran dari Allah, baik lafal maupun maknanya. Hadis qudsi maknanya dari Allah dan
lafalnya dari Rasulullah saw. Hadis qudsi ialah wahyu dalam makna, tetapi bukan dalam
lafal. Oleh sebab itu, menurut sebagian besar ahli hadis, diperbolehkan meriwayatkan hadis
qudsi dengan maknanya saja.

5. Membaca Alquran merupakan ibadah, karena itu ia dibaca dalam salat. Maka, bacalah apa
yang mudah bagimu dalam Alquran itu. (Al-Muzamil: 20).

Nilai ibadah membaca Alquran juga terdapat dalam hadis, Barang siapa membaca satu huruf
dari Alquran, dia akan memperoleh satu kebaikan. Dan, kebaikan itu akan dibalas sepuluh
kali lipat. Aku tidak mengatakan alif laam miim itu satu huruf. Tetapi alif satu huruf, laam
satu huruf, dan miim satu huruf. (HR Tirmizi dan Ibnu Masud).

Adapun hadis qudsi tidak disuruh membacanya dalam salat. Allah memberikan pahala
membaca hadis qudsi secara umum saja. Maka, membaca hadis qudsi tidak akan memperoleh
pahala seperti yang disebutkan dalam hadis mengenai membaca Alquran bahwa pada setiap
huruf mendapatkan sepuluh kebaikan.

3. Perbedaan antara Hadis Qudsi dan Hadis Nabawi

Hadis nabawi itu ada dua. Pertama, tauqifi. Yang bersifat tauqifi yaitu yang
kandungannya diterima oleh Rasulullah saw. dari wahyu. Lalu, ia menjelaskan kepada
manusia dengan kata-katanya sendiri. Bagian ini meskipun kandungannya dinisbahkan
kepada Allah, tetapi dari segi pembicaraan lebih layak dinisbahkan kepada Rasulullah saw.,
sebab kata-kata itu dinisbahkan kepada yang mengatakannya meskipun di dalamnya terdapat
makna yang diterima dari pihak lain.

Kedua, taufiqi. Yang bersifat taufiqi yaitu yang disimpulkan oleh Rasulullah saw.
menurut pemahamannya terhadap Alquran, karena ia mempunyai tugas menjelaskan Alquran
atau menyimpulkannya dengan pertimbangan dan ijtihad. Bagian kesimpulan yang bersifat
ijitihad ini diperkuat oleh wahyu jika ia benar. Dan, bila terdapat kesalahan di dalamnya,
turunlah wahyu yang membetulkannya. Bagian ini bukanlah kalam Allah secara pasti.

Dari sini, jelaslah bahwa hadis nabawi dengan kedua bagiannya yang tauqifi atau
yang taufiqi dengan ijtiihad yang diakui dari wahyu itu bersumber dari wahyu. Inilah makna
dari firman Allah tentang Rasul-Nya, Dia (Muhammad) tidak berbicara menurut hawa
nafsunya. Apa yang diucapkannya itu tidak lain hanyalah wahyu yang diturunkan
kepadanya. (An-Najm: 34).

Hadis qudsi itu maknanya dari Allah, ia disampaikan kepada Rasulullah saw. melalui
salah satu cara penuturan wahyu, sedang lafalnya dari Rasulullah saw. Inilah pendapat yang
kuat. Dinisbahkannya hadis qudsi kepada Allah Taala adalah nisbah mengenai isinya, bukan
nisbah mengenai lafalnya. Sebab, seandainya hadis qudsi itu lafalnya juga dari Allah, tidak
ada lagi perbedaan antara hadis qudsi dan Alquran, dan tentu pula gaya bahasanya menuntut
untuk ditantang, serta membacanya pun akan dianggap ibadah.

D. Karakteristik Al-Quran
Diantara karakteristik al-Quran adalah :

1). Al-Quran adalah Kitab Ilahi Al-Quran berasal dari Allah Subhanahu wa Ta'ala, baik
secara lafal maupun makna. Diwahyukan oleh Allah Subhanahu wa TA'ala kepada Rasul dan
Nabi-Nya; Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam melalui 'wahyu al-jaliy' wahyu yang
jelas. Yaitu dengan turunnya malaikat utusan Allah, Jibril a.s untuk menyampaikan wahyu
kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang manusia, bukan melalui jalan wahyu
yang lain ; seperti ilham, pemberian inspirasi dalam jiwa, mimpi yang benar atau cara
lainnya.Sebagaimana dalam firman-Nya :

Alif laam raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayat-Nya disusun dengan rapi serta dijelaskan
secara terperinciyang diturunkan dari sisi (Allah) yang maha bijaksana lagi maha tahu.

2) Al-Quran adalah Kitab Suci yang terpelihara.

Diantara karakteristik Al-Quran yang lainnya adalah ia merupakan kitab suci yang terpelihara
keasliannya. Dan Allah Subahanahu wa Ta'ala sendiri yang menajamin pemeliharaannya,
serta tidak membebankan hal itu pada seorang pun. Tidak seperti yang dilakukan pada kitab-
kitab suci selainnya, yang hanya dipelihara oleh umat yang menerimanya. Hal ini
sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah Subahanahun wa Ta'ala:

"...Disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah..."

Adapun makna dipeliharanya al-Quran adalah Allah Subahanahu wa Ta'ala memeliharanya


dari pemalsuan dan perubahan terhadap teks-teksnya, seperti yang terjadi terhadap Taurat,
Injil, dan sebelumnya.

Al-Quran adalah kitab suci yang dimudahkan untuk dihapal dan diulang-ulang dan ia juga
mudah untuk diingat dan dipahami. "Dan sesungguhnya telah kami mudahkan al Quran-
untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran"

Lafazh-lafazh Al-Quran, redaksi-redaksinya, dan ayat-ayatnya megandung keindahan,


kenikmatan dan kemudahan sehingga mudah untuk dihapalkan, menyimpannya dalam hati,
dan menjadikan hatinya sebagai tempat Al-Quran.

Kita mendapati ribuan umat muslim yang menghapal Al-Quran dan mayoritas dari mereka
adalah anak-anak yangbaru saja menginjak usia balig. Dalam usia yang masih anak-anak itu,
mereka belum begitu paham akan nilai kitab suci tersebut, apakah ia suci atau tidak, namun
tetap saja Al-Quran dihapal oleh mereka.

Apabila kita perhatikan umat-umat beragama selain agama Islam, kita tidak akan
mendapatkan seorang pun yang hafal isinya, tidak setengahnya, atau seperempatnya, dari
kalangan orang-orang beriman denagn kitab suci tersebut, bahkan pararahib, pendeta, tingkat
yang tertinggi sekalipun. dimudahkan Pemahannya

Al-Quran adalah kitab yang memberi penjelasan dan mudan dipahami. Tidak seperti kitab
filsafat, yang cenderung untuk menggunakan simbol-simbol dan penjelasan yang sulit, tidak
pula seperti kitab sastra yang menggunakan perlambang-perlambang, yang berlebihandalam
menyembunyikan substansi, sehingga sulit dipahami akal.

Allah Subahanahu wa Ta'ala menurunkan Al-Quran agar makna-maknanya dapat ditangkap,


hukum-hukumnya dapat dimengerti,rahasia-rahasianya dapat dipahami, serta ayat-ayatnya
dapat ditadabburi. Oleh karena itu Allah Subahanahu wa Ta'ala menurunkan Al-Quran
dengan jelas dan memberi penjelasan, tidak samar dan sulit dipahami. Sebagaimana firman
Allah Subahanahu wa Ta'ala:

"Dan sesungguhnya Telah kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, Maka Adakah orang
yang mengambil pelajaran?"

3) Al-Quran adalah Kitab Suci yang Lengkap

AL-Quran adalah kitab agama yang menyeluruh, pokok agama dan ruh wujud Islam. Darinya
disimpulkan konsep akidah Islam, tata cara ibadah, tuntutan akhlak,juga pokok-pokok
legislasi dan hukum. Allah Subahanahu wa Ta'ala berfirman:

"Dan kami turunkan kepadamu al-Kitab (al-Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu

4) Al-Quran adalah Kitab Suci Seluruh Zaman

Makna Al-Quran sebagai kitab keseluruhan zaman adalah ia merupakan kitab yang abadi,
bukan kitab bagi suatu masa tertentu , yang kemudian habis masa berlakunya.Maksudnya
hukum-hukum al-Quran, perintah dan larangannya, tidak berlaku secara temporer dengan
suatu kurun waktu tertentu, kemudian habis masanya.

5). Al-Quran adalah Kitab seluruh umat manusia.


Al-Quran bukanlah kitab yang hanya ditujukan pada suatu bangsa, sementara tidak kepada
bangsa yang lain, tidak juga untuk hanya bagi kalangan yang rasional, dan tidak menyentuh
mereka yang emosiaonal berdasarkan intuisi.Tidak juga hanya bagi rohaniawan, sementara
tidak menyentuh mereka yang materialis. Al-Quran adalah kitab bagi seluruh golongan
manusia. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :

yang artinya :

" Al-Quran itu tiada lain hanyalah peringatan bagi alam semesta " (QS. At-Takwir : 27)

Demikian beberapa karakteristik al-Quran.

Sumber : Mabahits Fi Ulumil Qur'an " karya syaikh manna'ul Qaththan.


BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Al-Quran sebagai wahyu dan mukjizat terbesar Rasulullah saw. Mempunyai dua
pengertian , yaitu pengertian secara Etimologi ( bahasa ) dan pengertian menurut terminology
( istilah )

Al- Quran tidak diturunkan secara sekaligus, Al-Quran turun secara berangsu-
angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Para ulama membagi masa turunnya Al-quran ini
di bagi menjadi dua periode, yaitu periode Mekkah dan perode Madinah.

Kodifikasi atau pengumpulan Al- Quran sudah dimulai sejak zaman Rasulullah saw,
Saat Rasulullah saw masih hidup, ada beberapa orang yang ditunjuk untuk menulis Al-
Quran yaitu Zaid bin Zabit, Ali bin Abithalib, Muawiyah bin abu Sofyan, Ubay bin Kaab.
Nabi juga memerintahkan para sahabat utuk menuliskannya diatas pelepah-pelepah kurma,
lempeng-lempengan batu, dankeping-keping tulang.

Pada masa pemerintahan Abu Bakar, pada masa kekhalifahannya terdapat perang
yang sangat besar ( perang Ridda ). Dan menewaskan para hafish yang signifikan. Hal ini
membuat Umar bin khatab sangat khawatir, ia menyuruh Abu Bakar untuk mengumpulkan
seluruh tulisan Al- Quran.

Pada masa Usman bin Affan terdapat keragaman dalam membaca Al- Quran, yang
menyebabkan adanya perbedaan dialek antara suku-suku yang berbeda-beda. Usman bin
Affan khawatir dengan perbedaan tersebut, ia ingin menyalin dan membukukan Al-Quran
atau menjadikan mushaf. Dalam melakukan pembukuan ini Usman bin Affan menyuruh
Zaid bin Zabit, Abdullah bin Azzubar, Said bin Al-ash, Abdulrahman bin Al-harisi bin
hysam. Hingga pada saat ini Al- Quran yang kita pakai adalah hasil dari transformasi pada
zaman Usman bin Affan.

Adapun isi pokok ajaran islam yaitu Masalah akidah Masalah hokum, Masalah
ibadah, Masalah sejarah, Masalah muamalah, Masalah sains, Masalah akhlak, Masalah
hokum.
Adapun fungsi dan tujuan Al- Quran diturunkan sebagai berikut, petunjuk bagi
mausia, sumber pokok ajaran islam, peringatan dan pelajaran bagi manusia.

Adapun kedudukan Al- Quran dalam Islam sebagai sumber yang asasi bagi syariat (
hokum) islam. Dan peraturan-peraturan bagi setiap umat muslim untuk mencapai
kebahagiaan dunia dan akhirat.

B. SARAN

Sebagai penyusun, penulis merasa masih ada kekurangan dalam pembuatan makalah
ini. Oleh karena itu, saya mohon kritik dan saran dari pembaca. Agar penulis dapat
memperbaiki makalah yang selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qattan , Manna Khalil. 2001. Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran. Jakarta: PT. Pustaka Litela
AntarNusa.

Al-Qaththan, Syaikh Manna. 2006. Pengantar Studi Ilmu Al-Quran. Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar.

Hamzah, Muchtolab. 2003. Studi Al-Quran Komprehensif. Wonosobo: Gama Media

Shihab, Quraish. 1999. Sejarah & Ulum Al-Quran. Jakarta: Pustaka Firdaus.

Syakur. 2001. Ulum al-Quran. Semarang: PKPI2 FAI Universitas Wahid Hasyim.

H.p Akhmad Yasin. 2002. Modul Pendidikan Islam. Diponegoro Wilian.

Anda mungkin juga menyukai