Anda di halaman 1dari 26

“ ALQURAN SEBAGAI PEDOMAN HIDUP “

A. Latar Belakang

Alqur’an adalah firman Allah SWT yang berfungsi sebagai mukjizat


(bukti kebenaran atas kenabian Muhammad) yang diturunkan kepada nabi
Muhammad yang tertulis di dalam mushaf – mushaf, yang diriwayatkan dengan
jalan mutawatir, dan membacanya bernilai ibadah.Alqur’an diturunkan oleh Allah
untuk dibaca dan diamalkan oleh manusia. Tanpa membaca manusia tidak akan
mengerti akan isinya dan tanpa mengamalkan manusia tidak akan dapat
merasakan kebaikan dan keutamaan petunjuk Allah SWT dalam Alqur’an.

Di era globalisasi ini, banyak sekali pergeseran nilai dalam kehidupan


masyarakat dikarenakan para generasi kita masih banyak yang belum mampu
membaca Alqur’an secara baik sesuai dengan tajwid apalagi memahaminya.
Dengan membaca Alqur’an atau mendengarkan bacaan Alqur’an dengan
mengambil hikmah serta meresapi isinya niscaya akan mendapat petunjuk dari
Allah SWT, serta dapat memberikan ketenangan hati.

Pemandangan lain yang cukup memprihatinkan adalah akhir – akhir ini


dirasakan kecintaan membaca Alqur’an dikalangan umat islam sendiri agak
semakin menurun. Bahkan sudah jarang sekali terdengar orang – orang membaca
Alqur’an. Banyak orang lebih mementingkan gadget mereka, dari pada
meluangkan waktu hanya beberapa menit saja untuk membaca Alqur’an. Alqur’an
kini hanya mereka jadikan sebagai pajangan, sedangkan novel dan webtoon
dijadikan sebagai bacaan wajib.

Bedasarkan paparan diatas, maka penulis ingin mencoba mengungkap


lebih jelas bagaimana tentang Alqur’an sebagai pedoman hidup, yang mencakup
pengertian Alqur’an itu sendiri, nama dan sifat Alqur’an, Alqur’an sebagai kitab
samawi yang terakhir, fungsi dan tujuan diturunkan Alqur’an, pemeliharaan dan
kandungan Alqur’an, serta kemukjizatan Alqur’an.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian alqur’an?
2. Apasaja nama – nama dan sifat alqur’an?
3. Bagaimana alqur’an sebagai kitab samawi yang terakhir?
4. Sebutkan fungsi dan tujuan diturunkannya alqur’an!
5. Bagaimanakah proses pemeliharaan alqur’an?
6. Apa kandungan yang terdapat didalam alqur’an?
7. Apa kemukjizatan alqur’an?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian alqur’an
2. Untuk mengetahui apa saja nama – namadan sifat alqur’an
3. Untuk mengetahui bagaimana alqur’an sebagai kitab samawi yang
terakhir
4. Untuk mengetahui fungsi dan tujuan diturunkannya alqur’an
5. Untuk mengetahuiproses pemeliharaan alqur’an
6. Untuk mengetahui kandungan yang terdapat dalam alqur’an
7. Untuk mengetahui kemukjizatan alqur’an
8. Untuk memenuhi tugas mata kuliah agama
D. Metode Penulisan

Penulis menggunakan metode studi dari beberapa buku dan makalah yang
berkaitan dengan Alqur’an sebagi pedoman hidup.

E. Pembatasan Masalah

Dalam penulisan materi ini penulis hanya membatasi permasalahan


tentang pengertian Alqur’an, nama dan sifat Alqur’an, Alqur’an sebagai kitab
samawi yang terakhir, fungsi dan tujuan diturunkan Alqur’an, pemeliharaan dan
kandungan yang terdapat dalam Alqur’an, serta kemukjizatan Alqur’an.
A. Pengertian Al-qur’an

Para ulama dalam bidang ilmu Alqur’an telah mendefenisikan menurut


pemahaman mereka masing – masing, baik secara etimologi maupun terminologi.
Secara etimologi para ulama berbeda pendapat dalam mendefenisikan Al-Qur’an.
Berikut adalah beberapa pendapat tersebut :

1. Menurut Al – Lihyany (w. 215H) dan segolongan ulama lainnya

Kata Alqur’an adalah bentuk masdar dari kata kerja fi’il, ‫ قً َرَأ‬yang artinya
membaca, dengan perubahan bentuk kata/tasrif(‫ قرءانا‬- ‫) قَ @ َرَأ – يَقٌ@@رأ‬. Dari tasrif
tersebut, kata ‫ قرءانا‬artinya bacaan yang bermakna isim maf’ul(‫ )مقروء‬artinya yang
dibaca. Pendapat ini berdasarkan firman Allah SWT yang terdapat dalam surat Al
– Qiyamah ayat 17 – 18, yang artinya :“Sesungguhnya kami yang akan
mengumpulkan (di dadamu) dan membacakannya. Apabila kami telah selesai
membacakannya, maka ikutilah bacaannya itu “. (QS Al – Qiyamah [75] : 17 -
18).

2. Menurut Al – Asy’ari (w. 324 H) dan beberapa golongan lain

Kata Qur’an berasal dari kata ‫قرن‬ yang berarti menggabungkan sesuatu
dengan yang lain. Kemudian kata tersebut dijadikan sebagai Kalamullah yang
diturunkan kepada Nabi – Nya, mengingat bahwa surat – suratnya, ayat – ayatnya,
dan huruf – hurufnya beriring – iringandan yang satu digabungkan dengan yang
lain.

3. Menurut Al – Fara’

Kata Alqur’an berasala dari kata ‫ قرائن‬merupakan bentuk jamak dari kata
‫ قرىنة‬yang berarti petunjuk atau indikator, mengingat bahwa ayat – ayat Alqur’an
satu sama lain saling membenarkan. Dan kemudian dijadikan nama bagi
Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
4. Menurut Al – Zujaj (w. 331 H)

Kata Qur’an itu kata sifat dari ‫ القرء‬yang sewazan (seimbang) dengan kata
fu’lanu yang artinya kumpulan. Selanjutnya kata tersebut digunakan sebagai salah
satu nama bagi kitab suci yang diturunkan kepada Nabu Muhammad SAW,
karena Al-Qur’an terdiri dari sekumpulan surat dan ayat, memuat kisah – kisah,
perintah, dan larangan, mengumpulkan inti sari dari kitab – kitab yang diturunkan
sebelumnya.

5. Menurut Asy – Syafi’i (w. 204 H)

Kata Al-Qur’an adalah isim alam, bukan kata bentukan (isytiqaq) dari kata
apapun dan sejak awal memang digunakan sebagai nama khusus bagi kitab suci
yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW.

Sedangkan secara terminologi, ada beberapa pendapat para ulama, antara lain :

1. Syeikh Muhammad Khudari Beik

Al-Qur’an ialah lafaz (firman Allah SWT) yang berbahasa arab, yang
diturunkan kepada Muhammad SAW, untuk dipahami isinya dan selalu diingat,
yang disampaikan dengan cara mutawatir , yang ditulis dalam mushaf , yang
dimulai surat Al – Fatihah dan diakhiri dengan surat An – Nas “.

2. Subkhi Salih

Al-Qur’an adalah kitab (firman Allah SWT), yang mengandung mukjizat,


yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW , yang ditulis dalam mushaf –
mushaf, yang dusampaikan secara mutawatir, dan bernilai ubadah membacanya.

3. Syeikh Muhammad Abduh

Al-Qur’an adalah bacaan yang tertulis dalam mushaf – mushaf, yang


terpelihara di dalam dada orang – orang yang menjaganya dan menghafalnya
(yakni) orang – orang islam.
Dari ketiga pendapat diatas, dapat disimpulkan beberapa unsur dalam
pengertian Al-Qur’an sebagai berikut

a. Al-Qur’an adalah firman atau kalam Allah SWT


b. Al-Qur’an terdiri dari lafal berbahasa arab
c. Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
d. Al-Qur’an adalah kitab Allah SWT yang mengandung mukjizat bagi Nabi
Muhammad SAW yang diturunkan melalui perantara Malaikat Jibril
e. Al-Qur’an disampaikan secara mutawatir (berkesinambungan)
f. Al-Qur’an merupakan bacaan yang mulia dan membacanya merupakan
ibadah
g. Al-Qur’an ditulis dalam mushaf- mushaf, yang diawali dengan surah Al-
Fatihah dan diakhiri dengan surah An-Nas
h. Al-Qur’an senantiasa terjada atau terpelihara kemurniannya dengan
adanya sebagian orang Islam yang menjaganya dengan menghafalnya

B. Nama – nama dan Sifat Al-Qur’an


1. Nama – nama Al-Qur’an

Nama Al-Qur’an bukanlah salah satunya nama yang diberikan oleh Allah
SWT terhadap kitab suci yang diturunkan-Nya kepada Nabi Muhammad SAW.
Menurut As-Suyuti dalam kitab al-itqan fi-ulum al-Qur’an menyebutkan bahwa
Al-Qur’an mempunyai 55 nama. Bahkan dalam (Ensiklopedi Islam untuk Pelajar),
disebutkan ada 78 nama Al-Qur’an. Beberapa nama Al-Qur’an tersebut, antara
lain:

a. Al-Qur’an

Al-Qur’an merupakan nama paling populer yang sering dilekatkan pada


kitab suci terakhir yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, sebagaimana
telah dijelaskan di muka, Al-Qur’an artinya bacaan atau yang dibaca. Adapun
beberapa ayat yang didalamnya terdapat istilah Al-Qur’an adalah sebagai berikut :
“Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang didalamnya diturunkan Al-
Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan – penjelasan mengenai
petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil)....” (QS. Al-
Baqarah {2} : 185)

b. Al – Kitab

Al-Qur’an sering disebut sebagai Kitabullah yang artinya kitab suci Allah
SWT. Al-Kitab juga berarti yang ditulis. Sedangkan ayat Al-Qur’an yang
didalamnya terdapat kata Al-Kitab sebagai nama Al-Qur’an yaitu :

َ ‫ٰ َذل َِك ْال ِك َتابُ اَل َري‬


َ ‫ْب ۛ فِي ِه ۛ ُه ًدى ل ِْل ُم َّتق‬
‫ِين‬
“Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi
mereka yang bertakwa” (QS. Al-Baqarah {2} : 2)

c. Al-Furqan

Al-Furqan artinya pembeda, maksudnya yang membedakan antara yang


haaq dan yang batil. Al-Furqan merupakan salah satu nama Al-Qur’an,
sebagaimana terdapat dalam QS. Al-Furqan {25} : 1

َ ‫ون ل ِْل َعا َلم‬


‫ِين َن ِذيرً ا‬ َ ‫ك الَّذِي َن َّز َل ْالفُرْ َق‬
َ ‫ان َع َل ٰى َع ْب ِد ِه لِ َي ُك‬ َ ‫َت َب‬
َ ‫ار‬
“Mahasuci Allah yang telah menurunkan Al-Furqan (al-qur’an) kepada hamba-
Nya (Muhammad SAW), agar dia meenjadi pemberi peringatan kepada seluruh
alam (jin dan manusia).” (QS. Al-Furqan {25} : 1)
d. Az – Zikr

Az-Zikr berarti pemberi peringatan, maksudnya yamg memberi peringatan


kepada manusia. Ayat yang menyebutkan Az-Zikr sebagai nama lain kitab Al-
Qur’an adalah :

ُ ‫َل َحاف‬
َ‫ِظون‬ ِّ ‫ِإ َّنا َنحْ نُ َن َّز ْل َنا‬
‫الذ ْك َر َوِإ َّنا َل ُه‬
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an, dan pasti Kami (pula)
yang memeliharanya.” (QS. Al-Hijr {15} : 9)

d. At- Tanzil

At-Tanzil artinya yang diturunkan, maksudnya Al-Qur’an diturunkan oleh


Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaan malaikat Jibril as.
Untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia. At-Tanzil sebagai nama lain
Al-Qur’an dikemukakan oleh Subkhi as Salih, sebagaimana termaktub dalam ayat
Al-Qur’an yang berbunyi :

ْ
َ‫ال َعالَ ِمين‬ ِّ‫َوِإنَّهُ لَتَ ْن ِزي ُل َرب‬
“Dan sungguh, (Al-Qur’an) ini benar – benar diturunkan oleh Tuhan seluruh
alam”. (QS. Asy – Syu’ara {26} : 192)

2. Sifat - sifat Al-Qur’an

Allah telah melukiskan Alqur’an dengan beberapa sifat, antara lain sebagai
berikut :

1. Nuur (cahaya)

“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran


dari Tuhanmu dan telah kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang
(Al Quran).    (Q. S. An-Nisaa’ {4} : 174)
2. Huda (petunjuk), Syifa’ (obat), Rahmah (rahmat) dan Mau’idhoh
(nasihat).

“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari


Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan
petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”.   (Q. S. Yunus {10} :
57).

3. Mubin (yang menerangkan)

“Hai ahli kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul kami,


menjelaskan kepadamu banyak dari isi Alkitab yang kamu sembunyi kan, dan
banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya
dari Allah, dan kitab yang menerangkan“.   (Q. S. Al-Maidah {5} : 15)

4. Mubaarok (yang diberkati)

“Dan  (Alqur’an) ini adalah kitab yang diberkati yang kami turunkan yang
membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya”.    (Q. S. Al-An’am  {6} :
92)

5.Busyro (kabar gembira)

“Yang membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi


petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman”.   (Q. S. Al-
Baqoroh {2} : 97)
6. ‘Aziiz (yang mulia)

“Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari Alqur’an ketika Alqur’an


itu datang kepada mereka, (mereka itu pasti akan celaka), dan sesungguhnya
Alqur’an itu adalah kitab yang mulia“.   (Q. S. Fushshilat {41} : 41)

7. Majiid (yang dihormati)

“Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Alqur’an yang dihormati” 

8. Basyiir (pembawa kabar gembira) dan Nadziir (pembawa peringatan)

“Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab,


untuk kaum yang mengetahui, Yang membawa berita gembira dan yang
membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling, tidak mau
mendengarkan”.    (QS. Fushshilat {41}: 3-4).

C. Al-Quran Kitab Samawi yang Terakhir

Al-Qur’an sebagai kitab samawi terakhir yang diturunkan kepada


Rasulullah SAW yang merupakan penyempurna syariat-syariat yang ada
sebelumnya. Dan jelas bahwa kitab-kitab samawi sebelumnya seperti Taurat, Injil,
dan Zabur menyokong dan menegaskan kebenaran Al-Quran serta memandang
bahwa ajaran-ajarannya adalah cahaya dan petunjuk dari sisi Allah SWT Tentu
saja bagian-bagian dari kitab-kitab itu yang belum mengalami penyimpangan.
Di sini kami akan menyebutkan sebagian dari ayat tersebut sebagai berikut:

 QS Al-Baqarah (2) : 91

“Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Berimanlah kepada apa yang telah
diturunkan oleh Allah!”, mereka berkata, “Kami hanya beriman kepada apa yang
diturunkan kepada kami.” Dan mereka mengingkari Al-Qur’an yang diturunkan
sesudahnya, sedangkan Al-Qur’an adalah (kitab) yang hak, yang membenarkan
kitab yang mereka miliki.”

 QS Al-An’am (3) : 92

“Dan ini (Al-Qur’an) adalah kitab yang telah Kami turunkan; sebuah kitab yang
penuh berkah dan membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya.
(Kami menurunkannya agar kamu memberi kabar gembira kepada umat manusia
dengan pahala Ilahi) dan memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura
(Mekah) dan orang-orang yang di sekitarnya.” 

Keistimewaan Al-Qur’an

Kitab suci Alquran memiliki keistimewaan-keistimewaan yang dapat


dibedakan dari kitab-kitab suci yang diturunkan sebelumnya, di antaranya ialah:

1. Al-Qur’an memuat ringkasan dari ajaran-ajaran ketuhanan yang pernah


dimuat kitab-kitab suci sebelumnya seperti Taurat, Zabur, Injil dan lain-lain. Juga
ajaran-ajaran dari Tuhan yang berupa wasiat. Al-Qur’an juga mengokohkan
perihal kebenaran yang pernah terkandung dalam kitab-kitab suci terdahulu yang
berhubungan dengan peribadatan kepada Allah Yang Maha Esa, beriman kepada
para rasul, membenarkan adanya balasan pada hari akhir, keharusan menegakkan
hak dan keadilan, berakhlak luhur serta berbudi mulia dan lain-lain. Allah Taala
berfirman, “Kami menurunkan kitab Alquran kepadamu (Muhammad) dengan
sebenarnya, untuk membenarkan dan menjaga kitab yang terdahulu sebelumnya.
Maka dari itu,putuskanlah hukum di antara sesama mereka menurut apa yang
diturunkan oleh Allah. Jangan engkau ikuti nafsu mereka yang membelokkan
engkau dari kebenaran yang sudah datang padamu. Untuk masing-masing dari
kamu semua Kami tetapkan aturan dan jalan.”(Q.S. Al-Maidah:48).

Jelas bahwa Allah swt. sudah menurunkan kitab suci Al-Qur’an kepada
Nabi Muhammad SAW dengan disertai kebenaran mengenai apa saja yang
terkandung di dalamnya, juga membenarkan isi kitab-kitab suci yang diturunkan
oleh Allah Taala sebelum Al-Qur’an sendiri yakni kitab-kitab Allah yang
diberikan kepada para Nabi sebelum Rasulullah SAW. Oleh sebab itu, Al-Qur’an
dengan terus terang dan tanpa ragu-ragu menetapkan mana yang benar, tetapi juga
menjelaskan mana yang merupakan pengubahan, pergantian, penyimpangan dan
pertukaran dari yang murni dan asli. Selanjutnya dalam ayat di atas disebutkan
pula bahwa Allah Taala memerintahkan kepada Nabi supaya dalam memutuskan
segala persoalan yang timbul di antara seluruh umat manusia ini dengan
menggunakan hukum dari Al-Qur’an, baik orang-orang yang beragama Islam atau
pun golongan ahlul kitab (kaum Nasrani dan Yahudi) jangan sampai mengikuti
hawa nafsu mereka sendiri.

Dijelaskan pula bahwa setiap umat oleh Allah SWT diberikan syariat dan
jalan dalam hukum-hukum amaliah yangsesuai dengan persiapan serta
kemampuan mereka. Adapun yang berhubungan dengan persoalan akidah, ibadah,
adab, sopan santun serta halal dan haram, juga yang ada hubungannya dengan
sesuatu yang tidak akan berbeda karena perubahan masa dan tempat, maka
semuanya dijadikan seragam dan hanya satu macam, sebagaimana yang tertera
dalam agama-agama lain yang bersumber dari wahyu Allah swt. Allah Taala
berfirman, “Allah telah menetapkan agama untukmu semua yang telah
diwasiatkan oleh-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepada
Ibrahim, Musa dan Isa, (yang semua serupa saja) yakni hendaklah kamu semua
menegakkan agama yang benar dan janganlah kamu sekalian berpecah-belah.”
(Q.S. Asy-Syura:13).

Seterusnya dibuang beberapa hukum yang berhubungan dengan amaliah


yang dahulu dan diganti dengansyariat Islam yang merupakan syariat terakhir
yang kekal serta sesuai untuk diterapkan dalam segala waktu dan tempat. Oleh
sebab itu, maka akidahpun menjadi satu macam, sedangkan syariat berbeda
disesuaikan dengan kondisi zaman masing-masing umat.

2. Ajaran-ajaran yang termuat dalam Al-Qur’an adalah kalam Allah yang


terakhir untuk memberikan petunjuk dan bimbingan yang benar kepada
umat manusia, inilah yang dikehendaki oleh Allah Taala supaya tetap
sepanjang masa, kekal untuk selama-lamanya. Maka dari itu jagalah kitab
Al-Qur’an agar tidak dikotori oleh tangan-tangan yang hendak mengotori
kesuciannya, hendak mengubah kemurniannya, hendak mengganti isi yang
sebenarnya atau pun hendak menyusupkan sesuatu dari luar atau
mengurangi kelengkapannya.

Allah Taala berfirman, “Sesungguhnya Alquran adalah kitab yang mulia.


Tidak akan dihinggapi oleh kebatilan (kepalsuan), baik dari hadapan atau pun
dari belakangnya. Itulah wahyu yang turun dari Tuhan yang Maha Bijaksana lagi
Terpuji.” (Q.S. Fushshilat:41-42) Allah Taala berfirman pula, “Sesungguhnya
Kami (Allah) menurunkan peringatan (Alquran) dan sesungguhnya Kami pasti
melindunginya (dari kepalsuan).” (Q.S. Al-Hijr:9)

3. Kitab Suci Alquran yang dikehendaki oleh Allah Taala akan


kekekalannya, tidak mungkin pada suatu hari nanti akan terjadi bahwa
suatu ilmu pengetahuan akan mencapai titik hakikat yang bertentangan
dengan hakikat yang tercantum di dalam ayat Al-Qur’an. Sebabnya tidak
lain karena Al-Qur’an adalah firman Allah Taala, sedangkan keadaan yang
terjadi di dalam alam semesta ini semuanya merupakan karya Allah Taala
pula. Dapat dipastikan bahwa firman dan amal perbuatan Allah tidak
mungkin bertentangan antara yang satu dengan yang lain. Bahkan yang
dapat terjadi ialah bahwa yang satu akan membenarkan yang lain.

Dari sudut inilah, maka kita menyaksikan sendiri betapa banyaknya


kebenaran yang ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern ternyata sesuai dan
cocok dengan apa yang terkandung dalam Al-Qur’an. Jadi apa yang ditemukan
adalah memperkokoh dan merealisir kebenaran dari apa yang sudah difirmankan
oleh Allah swt. sendiri. Dalam hal ini baiklah kita ambil firman-Nya, “Akan Kami
(Allah) perlihatkan kepada mereka kelak bukti-bukti kekuasaan Kami disegenap
penjuru dunia ini dan bahkan pada diri mereka sendiri, sampai jelas kepada
mereka bahwa Alquran adalah benar. Belum cukupkah bahwa Tuhanmu Maha
Menyaksikan segala sesuatu?” (Q.S. Fushshilat:53).

4. Allah SWT berkehendak supaya kalimat-Nya disiarkan dan disampaikan


kepada semua akal pikiran dan pendengaran, sehingga menjadi suatu
kenyataan dan perbuatan. Kehendaksemacam ini tidak mungkin berhasil,
kecuali jika kalimat-kalimat itu sendiri benar-benar mudah diingat, dihafal
serta dipahami. Oleh karena itu Al-Qur’an sengaja diturunkan oleh Allah
Taala dengan suatu gaya bahasa yang istimewa, mudah, tidak sukar bagi
siapa pun untuk memahaminya dan tidak sukar pula mengamalkannya,
asal disertai dengan keikhlasan hati dan kemauan yang kuat. Allah Taala
berfirman, “Sungguh Kami (Allah) telah membuat mudah pada Alquran
untuk diingat dan dipahami. Tetapi adakah orang yang mengambil
pelajaran?” (Q.S. Al-Qamar:17.)

Di antara bukti kemudahan bahasa yang digunakan oleh Alquran ialah


banyak sekali orang-orang yang hafal di luar kepala, baik dari kaum lelaki,
wanita, anak-anak, orang-orang tua, orang kaya atau miskin dan lain-lain
sebagainya. Mereka mengulang-ulangi bacaannya di rumah atau mesjid. Tidak
henti-hentinya suara orang-orang yang mencintai Alquran berkumandang di
seluruh penjuru bumi. Sudah barang tentu tidak ada satu kitab pun yang
mendapatkan keistimewaan melebihi Alquran.

Bahkan dengan berbagai keistimewaan diatas, jelas Al-Qur’an tidak ada


bandingannya dalam hal pengaruhnya terhadap hati atau kehebatan pimpinan dan
cara memberikan petunjuknya, juga tidak dapat dicarikan persamaan dalam hal
kandungan serta kemuliaan tujuannya. Oleh sebab itu, dapat diyakini bahwa Al-
Qur’an adalah mutlak sebaik-baik kitab yang ada.

5. Tujuan dan Fungsi di Turunkan Al-Qur’an

Diantara tujuan dan fungsi diturunkannya Al-Qur’an oleh Allah SWT, adalah :

1. Al-Qur’an sebagai Petunjuk bagi Manusia

Al-Qur’an telah diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW


melalui perantaraan malaikat Jibril sebagai petunjuk bagi manusia. Dengan
mengikuti petunjuk Al-Qur’an tersebut, manusia akan mempunyai arah dan tujuan
hidup yang jelas dalam menjalani hidup dan kehidupannya.

Banyak ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang fungsi Al-Qur’an


sebagai petunjuk bagi manusi. Beberapa ayat tersebut diantaranya adalah sebagai
berikut :

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan


yang didalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda
(antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu
hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa
pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia
berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang
ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan
bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu
mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas
petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur”.(QS. Al-
Baqarah {2} : 185)

2. Al-Qur’an sebagai Sumber Pokok Ajaran Islam

Ajaran Islam yang dimuat didalam Al-Qur’an mutlak kebenarannya dan


ajaran yang paling sempurna. Ajaran Al-Qur’an disamping membenarkan ajaran –
ajaran kitab suci sebelumnya, juga menyempurnakan ajaran – ajaran kitab
tersebut. Al-Qur’an berisi pokok – pokok atau dasar – dasar ajaran Islam yang
berkenaan dengan masalah ketauhidan, ibadah, akhlak, hukum, dan segala hal
yang dibutuhkan manusia dalam kehidupannya.

Dalam sebuah ayat, Allah SWT menegaskan bahwa Al-Qur’an diturunkan


dengan membawa kebenaran hakiki yang berfungsi sebagai dasar penetapan
hukum yang harus dipegang teguh oleh Nabi Muhammad SAW, tidak boleh
sedikitpun menyimpang dari Al-Qur’an. Dan tentunya hal ini juga harus dipegang
teguh oleh umat islam. Sebagaimana dijelaskan dalam QS. An-Nisa’ ayat 105 :

‫خَصي ًما‬
ِ َ‫ك هَّللا ُ ۚ َواَل تَ ُك ْن لِ ْلخَاِئنِين‬
َ ‫اس بِ َما َأ َرا‬ ِّ ‫َاب بِ ْال َح‬
ِ َّ‫ق لِتَحْ ُك َم بَ ْينَ الن‬ َ ‫ِإنَّا َأ ْن َز ْلنَا ِإلَ ْيكَ ْال ِكت‬

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan


membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa
yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi
penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang
khianat”. (QS. An-Nisa’ : 105).

3. Al-Qur’an sebagai Peringatan dan Pelajaran bagi Manusia


Sebagai pelajaran dan peringatan bagi manusia maksudnya adalah Al-
Qur’an merupakan kitab suci debgan konsep ajaran yang salah satunya adalah
berupa sejarah atau kisah terdahulu. Dalam kisah tersebut dijelaskan ada diantara
umat manusia sebagian orang – orang yang beriman, taat dan soleh. Namun, ada
pula diantara mereka yang kafir, suka bermaksiat. Kepada mereka yang soleh
Allah SWT janjikan surga dan sebaliknya untuk orang yang kafir dijanjikan
neraka. Banyak dalam ayat-Nya Allah SWT membuktikan janji dan ancaman
tersebut.

Bagi kita apa yang dijelaskan dalam kisah umat terdahulu tersebut, dapat
kita ambil pelajaran sekaligus peringatan bagi kita untuk pandai mengambil
pelajaran dan meneladani yang baik dan menjauhi yang buruk untuk mencapai
kesuksesan dan kebahagiaan hidup di dunia maupun diakhirat. Allah SWT
berfirman :

‫ك َح َر ٌج ِم ْنهُ لِتُ ْن ِذ َر بِ ِه َو ِذ ْك َر ٰى لِ ْل ُمْؤ ِمنِين‬ َ ‫ِكتَابٌ ُأ ْن ِز َل ِإلَ ْيكَ فَاَل يَ ُك ْن فِي‬


َ ‫ص ْد ِر‬

“Ini adalah sebuah kitab yang diturunkan kepadamu, maka janganlah ada
kesempitan di dalam dadamu karenanya, supaya kamu memberi peringatan
dengan kitab itu (kepada orang kafir), dan menjadi pelajaran bagi orang-orang
yang beriman”. (Al-A’raf {7} : 2)

6. Pemeliharaan Al - Qur’an
A. Proses Pemeliharaan Al-Qur’an pada Masa Nabi Muhammad SAW

Pemeliharaan Al-Qur’an pada masa Rasulullah SAW. dikelompokkan


menjadi dua kategori yaitu :

1. Pemeliharaan Al-Qur’an dalam dada

Pemeliharaan Al-Qur’an dalam dada sering juga disebut pengumpulan Al-


Qur’an dalam arti hifzuhu atau menghafalnya dalam hati. Kondisi masyarakat
Arab yang hidup pada masa turunnya Al-Qur’an adalah masyarakat yang tidak
mengenal baca tulis karena itu satu-satunya andalan mereka adalah hafalan,
mereka juga dikenal sebagai masyarakat yang sederhana dan bersahaja.
Kesederhanaan ini yang membuat mereka memiliki waktu luang yang cukup yang
digunakan unrtuk menambah ketajaman pikiran dan hafalan.
Al-Quran diturunkan kepada Nabi yang ummi, maka otomatis untuk
memelihara apa yang yang diturunkannya kepadanya haruslah di hafal. Usaha
keras Nabi Muhammad SAW, untuk menghafal Al-Qur’an terbukti setiap malam
beliau membaca Al-Qur’an dalam shalat sebagai ibadah untuk merenungkan
maknanya. Rasulullah sangat ingin segera menguasai Al-Qur’an yang diturunkan,
kepadanya belum selesai Malaikat Jibril membacakan ayatnya, beliau sudah
menggerakkan lidahnya untuk menghafal apa yang sedang diturunkan.
Nabi Muhammad SAW setelah menerima wahyu langsung menyampaikan
wahyu tersebut kepada para sahabatnya sesuai denagn hapalan Nabi, tidak kurang
tidak lebih. Sehingga sahabat pun banyak sekali yang hafiz Qur’an.

b. Pemeliharaan Al-Qur’an dengan Tulisan

Sejarah menginformasikan bahwa setiap ada ayat yang turun Nabi


Muhammad SAW memanggil sahabat-sahabat yang dikenal pandai menulis.
Rasulullah mengangkat beberapa orang penulis (kuttab) wahyu seperti Ali,
Muawiyah, Ubay bin Ka’ab dan Zaid bin Tsabit. Ayat-ayat Al-Qur’an mereka
tulis dalam pelepah kurma, batu, kulit-kulit atau tulang-tulang binatang. Sebagian
sahabat ada juga sahabat yang menuliskan ayat-ayat tersebut secara pribadi.
Namun karena keterbatasan alat tulis dan kemanpuan sehingga tidak
banyakyangmelakukannya.
Dari beberapa pernyataan tersebut, maka jelaslah bahwa sejak zaman Nabi
Muhammad SAW telah terjadi pengumpulan Al-Qur’an yang dilakukan dengan
dua cara yaitu menghafalnya dalam hati dan menulisnya di atas pelbagai jenis
bahan yang ada pada saat itu.

2. Pemeliharaan Al-Qur’a pada Masa Sahabat

a. Pemeliharaan Al-Qur’an pada Masa Abu Bakar


Tragedi berdarah di peperangan Yamamah yang menggugurkan 70 orang
sahabat yang hafidz Qur’an dicermati secara kritis oleh Umar bin Khattab,
sehingga muncullah ide dari beliau dengan mengusulkan kepada Abu Bakar agar
segera mengumpulkan tulisan-tulisan Al-Qur’an yang pernah ditulis pada masa
Rasulullah.Semula Abu Bakar keberatan dengan usul Umar, dengan alasan belum
pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW tetapi akhirnya Umar berhasil
meyakinkannya sehingga dibentuklah sebuah tim yang dipimpin oleh Zaid bin
Tsabit dalam rangka merealisasikan mandat dan tugas suci tersebut.

Dari rekaman sejarah di atas diketahui bahwa Abu Bakar yang


memerintahkan pertama penghimpunan Al-Qur’an, Umar bin Khattab adalah
pencetus ide yang brilian, serta Zaid bin Tsabit adalah aktor utama yang
melakukan kerja besar penulisan Al-Qur’an secara utuh dan sekaligus
menghimpunnya dalam bentuk mushaf. Pemeliharaan Al-Qur’an dimasa Abu
Bakar dinamakan pengumpulan yang kedua.

b. Pemeliharaan Al-Qur’an pada masa Usman bin Affan


Pada masa pemerintahan Usman, wilayah Negara Islam telah meluas
sampai ke Tripoli Barat, Armenia dan Azarbaijan. Pada waktu itu Islam sudah
masuk wilayah Afrika, Syiriah dan Persia. Para hafidz pun tersebar, sehingga
menimbulkan persoalan baru, yaitu silang pendapat mengenai qiraat Al-Qur’an.
Ketika terjadi perang Armenia dan Azarbaijan diantara orang yang ikut menyerbu
kedua kota tersebut adalah Khuzaifah bin al-Yaman. Ia menemukan banyak
perbedaan dalam cara-cara membaca Al-Qur’an, bahkan sebagian qiraat itu
bercampur dengan dengan kesalahan. Masing-masing mempertahankan bacaannya
serta menetang setiap bacaaan yang tidak berasal dari gurunya. Melihat kedaan
yang memprihatinkan ini Khuzaifah segera melaporkan kepada Khalifah Usman
tentang sesuatu yang telah dilihatnya.
Usman segara mengundang para sahabat bermusyawarah mencari jalan
keluar dari masalah serius tersebut. Akhirnya dicapai suatu kesepakatan agar
Mushaf Abu Bakar disalin kembali menjadi beberapa mushaf untuk dijadikan
rujukan apabila terjadi perselisihan tentang cara membaca Al-Qur’an. Untuk
terlaksananya tugas tersebut Usman menunjuk satu tim yang terdiri dari empat
orang sahabat, yaitu Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Sa’id bin Ash dan
AbdulRahmanbinHarisbinHisyam.
Hasil kerja tersebut berwujud empat mushaf Al-Qur’an standar. Tiga
diantaranya dikirm ke Syam, Kufah dan Basrah, dan satu mushaf ditinggalakan di
Madinah untuk pegangan khalifah yang kemudian dikenal dengan al-Mushaf al-
Imam. Agar persoalan silang pendapat mengenai bacaan dapat diselesaikan
dengan tuntas maka usman memerintahkan semua mushaf yang berbeda dengan
hasil kerja panitia yang empat ini untuk dibakar.
Dengan usahanya itu usman telah berhasil menghindarkan timbulnya fitnah dan
mengikis sumber perselisihan serta menjaga Qur’an dari perubahan dan
penyimpangan sepanjang zaman. Mushaf yang ditulis dimasa usman inilah yang
kemudian menjadi rujukan sampai sekarang.

C.Pemeliharaan Al-Qur’an di Masa Sekarang


Dalam hal tersebut di atas, maka pemeliharaan Al-Qur’an tidaklah berhenti
sampai di situ, melainkan umat Islam di masa sekarang haruslah senantiasa
memelihara dan menjaga keotentikan Al-Qur’an dengan cara berusaha menghafal,
mempelajari dan mengkaji Al-Qur’an, serta memahami makna yang sebenarnya
berdasarkan kaidah tafsir, sehingga setiap perubahan isi Al-Qur’an serta adanya
upaya untuk menafsirkan tidak sesuai dengan
maknayangsebenarnyadapatdiketahui.
Dengan mengetahui secara mendalam tentang pengumpulan al-Qur’an, serta
memeliharanya dengan menghafal dan memahami maknanya, maka kita akan
menjadikannya pedoman yang diyakini kebenarannya karena sebuah kitab suci
harus dipertanggung jawabkan keotentikannya sehingga tetap bisa dianggap
sebagai kitab suci dan untuk membuktikan keotentikan sebuah kitab suci salah
satu caranya adalah dengan mengetahui sejarah turun ataupun cara
pengumpulannya serta untuk mengetahui sampai dimana usaha para sahabat
setelah Rasululllah saw. wafat, dalam memelihara dan melestarikan Al-Qur’an.
7. KandunganAl-Qur’an
1. Akidah

Secara etimologi akidah berarti kepercayaan atau keyakinan. Sedangkan


secara terminologi didefenisikan sebagai suatu kepercayaan yang harus
diyakinidengn sepenu hati. Inti pokok ajaran akidah islam adalah masalah tauhid,
yakni keyakinan bahwa Allah SWT adalah Esa. Al-Qur’an banyak menjelaskan
tentang akidah diantranya adalah QS Al-Ikhlas (112) : 1-4.

2. Ibadah dan Muamalah

Ibadah secara bahas artinya mengabdi atau menyembah. Ibadah adalh


menyembah atau mengabdi sepenuhnya kepada Allh SWT dengan tunduk, taat,
dan patuh kepda-Nya. Dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa tujuan penciptaan jin
dan manusia tidak lin hanyalah untuk menyembah kepada Allah SWT. Hal
tersebut dijelaskana dalam QS Al-Dzariyat (51) : 56.

3. Akhlak

Secara bahasa akhlak adalah perangai, tingkah laku, tabiat. Atau budi
pekerti. Akhlak adalah sifat yng tertanam dalm jiwa manusia yang muncul secara
spontan dalam tingkah laku sehari-hari. Ayat – ayt Al-Qur’an yang mengajarkan
akhlak Rasulullah adalah QS Al-Qalam ayat 4 dan QS Al-Ahzab ayat 21.

4. Hukum

Hukum berisi kaidah – kaidah dan ketentuan dasar dan menyeluruh bagi
manusia. Diantara hukum yang diatur dalam Al-Qur’an sebagai berikut :

a. Hukum perkawinan (QS Al-Baqarah ayat 221


b. Hukum waris ( QS An-Nisa’ ayat 7-12
c. Hukum perjanjian ( QS Al-Bqarah ayat 279 )
d. Hukum pidana ( QS Al-Baqarah ayat 279 )
e. Hukum perang ( QS Al-Anfal 39 )
5. Sejarah atau Kisah Umat Terdahulu

Dalam hal ini Al-Qur’an banyak menjelaskan tentang kisah umat


terdahulu baik umat yangtaat maupun yang ingkar. Ayat – ayat Al-Qur’an yang
menjelaskan hal tersebut diantaranya adalah QS Al-Furqan ayat 37 – 39.

6. Dasar- dasar Ilmu Pengetahuan (Sains) dan Teknologi

Al-Qur’an adalah kitab suci ilmiah. Banyak isyarat yang menjelaskan


tentang ilmu pengetahun dan teknologi yang bersifat potensial untuk kemudian
dapat dikembangkan guna kemaslahatan dan kesehjateran hidup manusia.
Diantara ayat yang menjelaskan tentang hal tersebut adalah QS Yunus ayat 111
dan QS Al-Maidah ayat 11.

8.Kemukjizatan Al-Qur’an

Para ulama berbeda pendapat dalam melihat aspek-aspek kemukjizatan al-


Qur’an. Akan tetapi, secara umum setidaknya terdapat empat aspek kemukjizatan
al-Qur’an.

1. Aspek Ash-Sharfah (pemalingan)

Abu Ishak Ibrahim An-Nazzam, ulama ahli kalam berpendapat bahwa


kemukjizatan al-Qur’an terjadi dengan cara ash-Sharfah (pemalingan). Menurut
An-Nazzam maksud dari ash-Sharfah adalah Allah memalingkan perhatian orang-
orang Arab dari menandingi Al-Qur’an. Padahal, sebenarnya mereka mampu
untuk menandinginya. Di sinilah letak kemukjizatan Al-Qur’an menurut an-
Nazzam. Senada dengan hal itu, Al-Murtadha (dari aliran Syi’ah) berpendapat
bahwa Allah telah mencabut dari mereka ilmu-ilmu yang diperlukan untuk
menghadapi al-Qur’an agar mereka tidak mampu membuat yang seperti al-
Qur’an.

2. Aspek Balaghah (Keindahan Bahasa)

Qadi Abu Bakar Muhammad Ibnu Tayyib Al-Baqalani, dalam kitabnya


Ijazul Qur’an dan at- Taqrib wal Irsyad, berpandangan bahwa bahasa Arab yang
digunakan dalam Al-Qur’an dipandang sebagai bahasa yang istimewa, baik dari
segi gaya bahasanya, susunan kata-katanya, maupun ketelitian redaksi yang
digunakannya. Keindahan bahasa al-Qur’an jauh melebihi keindahan bahasa yang
disusun oleh para sastrawan Arab.

3. Aspek Kandungan Isinya

Perihal aspek kandungan isi Al-Qur’an secara garis besar dapat dibagi
menjadi dua bagian, yaitu berita tentang hal-hal yang ghaib dan isyarat-isyarat
ilmiah. Perihal berita ghaib, isi kandungan Al-Qur’an banyak mnginformasikan
tentang berita ghaib yang terjadi sebelumnya, yaitu berita tentang orang-orang
terdahulu. Juga berita ghaib yang akan terjadi (sesudah turunnya wahyu), seperti
kemenangan yang akan diperoleh tentara Romawi dalam menghadapi bangsa
Persia dalam QS. Ar-Rum : 1-6, kemurnian Al-Qur’an yang akan tetap terpelihara
dalam QS. Al-Hijr: 9, serta berbagai masalah ghaib lainnya yang ditunjukkan oleh
Al-Quran, baik secara eksplisit maupun implisit. Selain itu, berita ghaib yang
sedang terjadi di tempat lain, seperti maksud jahat orang-orang munafik dengan
membangun masjid Dhirar dalam QS. At-Taubah: 107.

Kesimpulan

Al qur’an sebagai pedoman hidup sangat berpengaruh bagi kehidupan


manusia. Dalam hal ini kita selaku umat manusia wajib menjaga dan
memeliharanya. Proses diturunkannya al qur’an melalui perantara malaikat jibril
secara berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari pada tanggal 17
ramadhan. Sebelum membaca al qur’an kita dianjurkan untuk berwudu’ untuk
menjaga kesucian dari hadas dan najis serta kita dianjurkan menghadap ke arah
kiblat. Untuk perempuan dalam keadaan haid menurut sebagian ulama
diperbolehkan membacanya dan sebagian ulama ada yang tidak memperbolehkan.
Perempuan yang sedang haid boleh membaca al qur’an jika tidak memegang al
qur’an tetapi di alasi dengan kain.
DAFTAR PUSTAKA

Rosidin, Faisal Mukarrom.2014.buku siswa Al-Qur’an Hadist cetakan I.Jakarta :


Kementrian Agama Republik Indonesia.

http://masgunkufile.wordpress.com/2008/II?adab-al-qur’an-sebelumnya

http://icc-jakarta.com/.../al-qur’an-membenarkan-kitab-kitab-samawi-sebelumya

http://islmdalamrahmah.blogspot.com/2010/12/pemeliharaanal-alqur’an.html

http://roelwie.wordpress.com

ttp://aseakhirzaman.blogspot.com/2016/08.10-mukjizat-keajaiban-quran.html?
m=1
MAKALAH AGAMA

“ AL-QUR’AN SEBAGAI PEDOMAN HIDUP “

Dosen Pembimbing :

Muslim, S.Ag, M.Ag

Oleh :

Kelompok I

Areka Novita ( 193110126 )

Ii Aprilia Indah Sari ( 19310136 )

Sinta Arya Ningsih ( 193110152 )

D-III KEPERAWATAN PADANG

POLTEKKES KEMENKES PADANG

TAHUN 2019
atau anggota keluarga dengan ucapan kotor, dan bergaul dengan orang yang
berperilaku buruk. Bila periwayat hadis tidak memelihara muru’ah, maka dia
tidak tergolong sebagai periwayat yang adil dan karenanya, riwayatnya tidak
diterima sebagai hujah.
Berdasarkan kriteria sifat adil yang telah dikemukakan di atas, maka hadis yang
diriwayatkan oleh orang-orang yang suka berdusta, suka berbuat mungkar atau
sejenisnya, tidak dapat diterima sebagai hujah. Bila riwayatnya dinyatakan juga
sebagai hadis, maka hadisnya adalah hadis yang berkualitas sangat lemah (daif),
yang oleh sebagian ulama dinyatakan sebagai hadis palsu (hadis maudu’)

1. periwayat yang bersifat dabit adalah periwayat yang a). hafal


dengan sempurna hadis yang diterimanya, dan b). mampu
menyampaikan dengan baik hadis yang dihafalnya itu kepada
orang lain.
2. periwayat yang bersifat dabit ialah periwayat yang selain
disebutkan dalam butir pertama di atas, juga dia mampu
memahami dengan baik hadis yang dihafalnya itu.

Kesimpulan
Kata "Hadits" atau al-hadits menurut bahasa berarti al-jadid (sesuatu yang
baru), lawan kata dari al-qadim (sesuatu yang lama). Kata hadits juga berarti al-
khabar (berita), yaitu sesuatu yang dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang
kepada orang lain. Kata jamaknya, ialah al-hadist.
Di kalangan ulama hadits sendiri ada juga beberapa definisi yang antara
satu sama lain agak berbeda. Ada yang mendefinisikan hadits, adalah : "Segala
perkataan Nabi SAW, perbuatan, dan hal ihwalnya". Hadist dibagi beberapa
macam yaitu berdasarkan periwayatnya, berdasarkan kualitas dan matannya,
berdasarkan kedudukanya,dan berdasarkan tempat penyandarannya. Hadist juga
memiliki fungsi-fungsi serta, hadist juga memiliki tingkatan. Hadist penting untuk
umat manusia karena hadist merupakan sumber hukum setelah al qur’an.

Anda mungkin juga menyukai