2.
3.
C.
Tujuan
1
1.
2.
3.
sebagian ayat-ayat al-quran itu serupa satu sama lain, maka seolah-olah
sebagian ayat-ayatnya merupakan indikator dari apa yang dimaksud oleh
ayat lain yang serupa itu.
3.
Al-Asyari [260H-324H] berpendapat bahwa lafal al-quran tidak
memakai hamzah dan diambil dari kata qarana, yang berarti
menggabungkan. Hal ini disebabkan karena surat-surat dan ayat-ayat alquran dihimpun dan digabungkan dalam satu mushaf.
4.
Al-Zajjaj nama Aslinya adalah Ibrahim bin as-Sirri, dijuluki Abu Ishaq,
penulis bukutifaanil-Quran. Wafat 311 H berpendapat bahwa lafal al-quran
itu berhamzah, mengikuti wazan fulan dan diambil dari kata al-qaru yang
berarti menghimpun. Halini karena al-quran merupakan kitab suci yang
menghimpun inti sari ajaran-ajaran dari kitab-kitab suci sebelumnya.
5.
Al-Lihyani ahli bahasa Arab terkenal, berpendapat bahwa lafal al-quran
berhamzah. Bentuk mashdar-nya diambil dari kata qaraa yang berarti
membaca. Hanya saja,lafal al-quran ini menurut al-Lihyani berbentuk
mashdar dengan makna isim maful.Jadi, Al-quran artinya maqru(yang
dibaca).
6.
Al-zarkasi dalam kitab Al-Burhan fi Ulumil Quran berpendapat bahwa Al
Quran berasal dari kata al qoryu yang berarti al-jamu atau kumpulan.
Alasannya, karena Al Quran merupakan kumpulan buah kitab-kitab yang
diturunkan sebelumnya
7.
Al Qurthuby berpendapat, menurut beliau kitab suci agama Islam ini
disebut Quran(tanpa hamzah). Karena diangkat dari kata qoroin yang
berarti partner. Alasannya karena antara satu ayat dan ayat lainnya
merupakan partner yang saling mendukungdan saling membenarkan
b.
Al-Quran adalah petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa (Q.S AlBaqarah[2]:2). ayat lain diantaranya (Q.S Ali Imran [3]:138)
c.
Petunjuk bagi orang-orang yang beriman. (Q.S. Fushshilat [41]:44).
ayat lain diantaranya (Q.S Yunus[10]:57)
2.
Al-Furqan (Pemisah). Dalam Al-Quran dikatakan bahwa ia adalah
ugeran/norma untuk membedakan dan bahkan memisahkan antara yang hak
dan yang batil, atau antara yang benar dengan yang salah. (Q.S. Al-Baqarah
[2]:185)
3.
Al-Syfa (obat), dalam Al-Quran yang mashur ada 6 ayat yang di sebut
Ayat syfa (ayat-ayatyang bisa menjadi obat) walaupun sebenarnya semua
ayat dalam Al Quran bisa menjadi obat. (Q.S. Al-Isro [17]:82),(Q.S. Yunus
[10]:57), (Q.S. An Nahl [16]:69), (Q.S. As Shuara[26]:80), (Q.S. Fussilat
[41]:44), (Q.S. Al-Taubah [9]:14).
4.
Al-Mauidlah (Nasihat). Dalam Al-Quran dikatakan bahwa ia berfungsi
sebagai nasihat bagi orang-orang bertakwa. (Q.S. Ali Imran [3] : 138
5.
Al Kitab atau Kitabullah merupakam synonim dari Al Quran, (Q.S. Al
Baqoroh [2]
6.
Adz Dzikr: artinya peringatan, sebagaimana yang tersebut dalam
surat
(Q.S Al Hijr:9)
7.
Ar Rahman, Al Quran disebut juga Ar Rahman karena ia berfungsi
sebagai petunjuk dankarunia bagi umat manusia dan alam semesta. (QS. An
Naml [27] : 77).
8.
Ar Ruuh, Al Quran disebut juga Ar Ruuh karena ia mampu
menghidupkan akal pikiran danmembimbing manusia kepada jalan yang
lurus.(QS.Asy Syura [42] :52).
9.
Quran dan Hadits sama-sama sebagai sumber hukum Islam, Al Quran dan Al
Hadits juga mempunyai banyak perbedaan, diantaranya adalah :
1.
Al Quran adalah wahyu dari allah kepada nabi Muhammad yang
kandungan dan kata-katanya berasal dari Allah, sedngkan Al Hadits isi
kandungannya dari Allah tapi struktur kalimatnya dari nabi Muhammad
sendiri.
2.
Al Quran sebagai sumber hukum yang pertama sedangkan Al Hadits
adalah sumber hukum yang kedua setelah Al Quran.
3.
Kandungan Al Quran bersifat global, sedangkan Al Hadits lebih banyak
bersifat terperinci
4.
Hadits adalah segala perkataan (sabda), perbuatan dan ketetapan dan
persetujuan dari NabiMuhammad SAW yang dijadikan ketetapan ataupun
hukum dalam agama Islam. Hadits dijadikan sumber hukum dalam agama
Islam selain Al Qur'an, Ijma dan Qiyas, dimana dalam hal ini,kedudukan
hadits merupakan sumber hukum kedua setelah Al Qur'an.
Perbedaan Al-quran dengan hadist nabawi diantaranya sebagai berikut :
1.
Al-Quran mukjizat Rasul sedangkan Hadis bukan mukjizat sekalipun
Hadis Qudsi.
2.
Al-Quran terpelihara dari berbagai kekurangan dan pendistorsian
tangan orang-orang jahil (lihat QS. Al-Hijr) sedangkan hadis tidak terpelihara
seperti Al-Quran. Namun hubungan keduanya tidak bisa dipisahkan antara
satu dengan yang lain. Maka terpeliharanya Al-Quran berarti pula
terpeliharanya Hadis.
3.
Al-Quran diriwayatkan seluruhnya secara mutawatir sedangkan Hadis
tidak banyak diriwayatkan secara mutawatir. Mayoritas Hadis diriwayatkan
secara Ahad.
4.
Kebenaran ayat-ayat Al-Quran bersifat qathi al-wurud (pasti atau
mutlak kebenarannya) dan kafir yang menginkarinya. Sedangkan hadis
kebanyakan bersifat zhanni al-wurud (relatif kebenarannya) kecuali yang
mutawatir.
5.
Al-Quran memiliki redaksi dan lafal nya dari Allah dan Hadis Nabawi
dari Nabi sendiri berdasarkan Wahyu Allah atau Ijtihad yang sesuaidengan
Wahyu.
6
6.
Kewahyuaan Al-Quran disebut dengan wahyu matluw (wahyu yang
dibacakan
sedangkan
kewahyuan
sunnah
disebut
wahyu
ghayr
matluw(wahyu yang tidak dibacakan) tetapi terlintas dalam hati secara
jelasdan yakin kemudian diungkapkan nabi dengan redaksinya sendiri.
4.
Al-Quran dari Allah, baik lafal maupun maknanya. Maka ia adalah
wahyu, baikdalam lafal ataupun maknannya. Sedang hadis Qudsi maknanya
saja dariAllah sedangkan lafalnya dari Rasulullah SAW. Hadis Qudsi adalah
wahyudalam makna tetapi bukan dalam makna. Oleh sebab itu, menurut
sebagian besar ahli hadis diperbolehkan meriwayatkan hadis Qudsi dengan
maknanya saja.
5.
Membaca Al-Quran merupakan ibadah Barang siapa membaca satu
huruf dari
Al-Quran, dia akan memperoleh satu kebaikan . Dan kebaikan itu akan
dibalas sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf.
Tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf. Sedangkan hadis
Qudsi tidak disuruh membacanya dalam shalat. Allah memberikan pahala
membaca hadis Qudsi secara umum saja. Maka membaca hadis Qudsi tidak
akan memperoleh pahala seperti yang disebutkan dalam hadis mengenai
membaca Al-Quran bahwa pada setiap huruf mendapatkan sepuluh kebaikan
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
10
NOVAYANTI
( 211 222 398 )
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Quran adalah firman atau wahyu yang berasal dari Allah SWT
kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantara melalui malaikat jibril
sebagai pedoman serta petunjuk seluruh umat manusia semua masa,
bangsa dan lokasi. Alquran adalah kitab Allah SWT yang terakhir setelah
kitab Taurat, Zabur dan Injil yang diturunkan melalui para rasul.
Allah SWT menurunkan Al-Qur'an dengan perantaraan malaikat jibril
sebagai pengentar wahyu yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW
di gua hira pada tanggal 17 ramadhan ketika Nabi Muhammad berusia 41
11
tahun. Yaitu surat al alaq ayat 1 sampai ayat 5. Sedangkan terakhir alquran
turun yakni pada tanggal 9 zulhijjah tahun 10 hijriah yakni surah Al-Maidah
ayat 3.
Al-Quran turun tidak secara sekaligus, namun sedikit demi sedikit baik
beberapa ayat, langsung satu surat, potongan ayat, dan sebagainya.
Turunnya ayat dan surat disesuaikan dengan kejadian yang ada atau sesuai
dengan keperluan. Selain itu dengan turun sedikit demi sedikit, Nabi
Muhammad SAW akan lebih mudah menghafal serta meneguhkan hati orang
yang menerimanya. Lama al-quran diturunkan ke bumi adalah kurang lebih
sekitar 22 tahun 2 bulan dan 22 hari.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja Nama-nama Al-Quran?
2. Bagaimana yang dimaksud dengan Kandungan Al-Quran?
3. Apa Perbedaan Al-Quran dengan hadist Qudsi dan hadis Nabawi?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Al-Quran
Ditinjau dari bahasa, Al Qur'an berasal dari bahasa Arab, yaitu
bentuk jamak dari kata benda (masdar) dari kata kerja qara'a - yaqra'u
- qur'anan yang berarti bacaan atau sesuatu yang dibaca berulangulang. Konsep pemakaian kata tersebut dapat dijumpai pada salah
satu surah Al-Qur'an yaitu pada surah Al Qiyamah ayat 17 - 18.1
Secara istilah, Al-Qur'an diartikan sebagai kalam Allah swt, yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad saw sebagai mukjizat,
disampaikan dengan jalan mutawatir dari Allah swt sendiri dengan
1 Kamaluddin Marzuki, Uhon Al-quran,op. cit hal 101
12
C. Kandungan Al-Quran
Al-Quran berisi pesan-pesan ilahi (risalah illahiyah) untuk umat
manusia yang disampaikan melalui Nabi Muhammad Saw. Pesan-pesan
tersebut tidak berbeda dengan risalah yang dibawa oleh Nabi Adam,
Nuh, Ibrahim dan rasul-rasul lainnya sampai kepada Nabi Isa, risalah
itu adalah mentauhidkan Allah. Konsep ketuhanan yang diajarkan oleh
Al-Quran tidak berbeda dengan konsep ketuhanan ang diajarkan oleh
rasul yang pernah Allah utus didunia ini.hanya persoalan huum atau
syariat sajalah yang selalu berubah sesuai dengan perubahan situasi
dan kondisi dimana nabi itu diutus.
Bagaimanapun juga, kita sering membaca perbincangan AlQuran mengeni bumi, tumbuh-tumbuhan, binatang, manusia, jagat
raya, fenomena alam, dan sejarah. Perbincangan tersebut dalam kitab
Suci
ini,
merupakan
rangkaian
pembelajaran
bagi
umat
manusiamengenai tauhid dan ketundukan kepada Allah.
Sebenarnya banyak ilmu pengetahuan yang diajarkan dalam AlQuran. Akan tetapi, kebanyakan dari kita hanya membacanya saja
tanpa mau memahami isi yang terkandung di dalamnya. Di bulan
Ramadhan, banyak orang-orang berlomba mengkhatamkan Al-Quran.
Sebenarnya bukan mengkhatamkan yang diutamakan akan tetapi
menelaah dan mempelajari Al-Quran yang sangat dianjurkan agar
tidak terjadi kesalahpahaman memaknai Islam seperti yang terjadi
belakangan ini dimana banyak timbul aliran-aliran sesat yang
mengatasnamakan Islam Ahlussunnah wal Jamaah.
Banyak timbul perpecahan di dalam umat Islam salah satunya
adalah tidak memahami kandungan ayat Al-Quran seperti yang telah
penulis katakan di atas. Kebanyakan dari mereka hanya membaca tapi
tidak mempelajari. Itulah gambaran umum isi kandungan Al-Quran.
Para ahli telah banyak mengkaji dan memperinci kandungannya. Hasil
kajiannya menunjukan perbedaan-perbedaan, sesuai dengan sudut
pandang mereka masing-masing.5
Al-Quran adalah kitab suci agama islam untuk seluruh umat
muslim di seluruh dunia dari awal diturunkan hingga waktu
penghabisan spesies manusia di dunia baik di bumi maupun di luar
angkasa akibat kiamat besar.
5 Acep Hermawan, Ulumul Quran, ( PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2011) hal 67
15
1. Aqidah
Aqidah adalah ilmu yang mengajarkan manusia mengenai
kepercayaan yang pasti wajib dimiliki oleh setiap orang di dunia.
Alquran mengajarkan akidah tauhid kepada kita yaitu menanamkan
keyakinan terhadap Allah SWT yang satu yang tidak pernah tidur dan
tidak beranak-pinak. Percaya kepada Allah SWT adalah salah satu butir
rukun iman yang pertama. Orang yang tidak percaya terhadap rukun
iman disebut sebagai orang-orang kafir.
2. Ibadah
Ibadah adalah taat, tunduk, ikut atau nurut dari segi bahasa. Dari
pengertian fuqaha ibadah adalah segala bentuk ketaatan yang
dijalankan atau dkerjakan untuk mendapatkan ridho dari Allah SWT.
Bentuk ibadah dasar dalam ajaran agama islam yakni seperti yang
tercantum dalam lima butir rukum islam. Mengucapkan dua kalimah
syahadat, sholat lima waktu, membayar zakat, puasa di bulan suci
ramadhan dan beribadah pergi haji bagi yang telah mampu
menjalankannya.
3. Akhlak
Akhlak adalah perilaku yang dimiliki oleh manusia, baik akhlak
yang terpuji atau akhlakul karimah maupun yang tercela atau akhlakul
madzmumah. Allah SWT mengutus Nabi Muhammd SAW tidak lain dan
tidak bukan adalah untuk memperbaiki akhlaq. Setiap manusia harus
mengikuti apa yang diperintahkanNya dan menjauhi laranganNya.
4. Hukum-Hukum
Hukum yang ada di Al-quran adalah memberi suruhan atau
perintah kepada orang yang beriman untuk mengadili dan memberikan
penjatuhan hukuman hukum pada sesama manusia yang terbukti
16
6 Manna khalil Khattan, studi ilmu al-quran, (Bogor: lentera AntarNusa, 2012), hal
234
17
Hadis qudsi atau hadis nabawi dilarang dibaca ketika shalat dan
membacanya tidak bernilai ibadah. Yang terpenting dalam hadis
adalah untuk dipahami dan dihayati.7
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
7 Kahar Masyhur, Pokok-pokok ulumul Quran( jakarta rineka cipta 2002) hal 12
18
Ditinjau dari bahasa, Al Qur'an berasal dari bahasa Arab, yaitu bentuk
jamak dari kata benda (masdar) dari kata kerja qara'a - yaqra'u qur'anan yang berarti bacaan atau sesuatu yang dibaca berulang-ulang.
Konsep pemakaian kata tersebut dapat dijumpai pada salah satu surah AlQur'an yaitu pada surah Al Qiyamah ayat 17 - 18.
Secara istilah, Al-Qur'an diartikan sebagai kalam Allah swt, yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad saw sebagai mukjizat, disampaikan
dengan jalan mutawatir dari Allah swt sendiri dengan perantara malaikat
jibril dan mambaca al Qur'an dinilai ibadah kepada Allah swt.
Perbedaan Al-quran dengan hadist qudsi dan hadis Nabawi
-
Hadist Qudsi adalah hadis yang maknanya dari Allah swt, sedangkan
bahasanya dari Nabi saw
MUNANDAR
( 211 222 446 )
A.
Pengertian Wahyu
Wahyu, secara bahasa artinya adalah, pemberitahuan secara rahasia
nan cepat. Secara syar'i, wahyu berarti pemberitahuan dari Allah kepada
para nabi Nya dan para rasulNya tentang syari'at atau kitab yang hendak
disampaikan kepada mereka, baik dengan perantara atau tanpa perantara.
Wahyu secara syar'i ini jelas lebih khusus, dibandingkan dengan makna
19
20
seperti Kami telah menyampaikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang
kemudiannya, dan Kami telah menyampaikan wahyu pula kepada Ibrahim,
Ismail, Ishak, Yakub, dan anak cucunya, Isa, Ayub,Yunus,Harun,Sulaiman.
B. Macam-Macam Wahyu
Diterimanya wahyu oleh Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam
merupakan peristiwa yang sangat besar. Turunnya merupakan peristiwa
yang tidak disangka-sangka. Begitulah Allah memberikan titahNya kepada
manusia terpilih, yaitu Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib.
Ada bermacam-macam wahyu syar'i, dan yang terpenting ialah
sebagaimana penjelasan berikut: :
Pertama : Taklimullah (Allah SWT berbicara langsung) kepada NabiNya dari
belakang hijab. Yaitu Allah Subhanahu wa Ta'ala menyampaikan apa yang
hendak Dia sampaikan, baik dalam keadaan terjaga maupun dalam keadaan
tidur. Sebagai contoh dalam keadaan terjaga, yaitu seperti ketika Allah Azza
wa Jalla berbicara langsung dengan Musa Alaihissallam, dan juga dengan
Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam pada peristiwa isra' dan
mi'raj. Allah berfirman tentang nabi Musa :
Kedua : Allah SWT menyampaikan risalahNya melalui perantaraan Malaikat
Jibril, dan ini meliputi beberapa cara, yaitu :
1. Malaikat Jibril menampakkan diri dalam wujud aslinya. Cara seperti ini
sangat jarang terjadi, dan hanya terjadi dua kali. Pertama, saat
Malaikat Jibril mendatangi Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam setelah
masa vakum dari wahyu, yaitu setelah Surat al 'Alaq diturunkan, lalu
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak menerima wahyu beberapa
saat. Masa ini disebut masa fatrah, artinya kevakuman. Kedua,
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melihat Malaikat Jibril dalam
wujud aslinya, yaitu saat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
dimi'rajkan.
2. Malaikat Jibril Alaihissallam terkadang datang kepada Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam dalam wujud seorang lelaki. Biasanya dalam wujud
seorang lelaki yang bernama Dihyah al Kalbiy. Dia adalah seorang
sahabat yang tampan rupawan.
3. Malaikat Jibril mendatangi Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, namun ia
tidak terlihat.Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mengetahui
kedatangan Malaikat Jibril dengan suara yang mengirinya. Terkadang
seperti suara lonceng, dan terkadang seperti dengung lebah. Inilah
yang terberat bagi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, sehingga
22
23
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Wahid Ramli.Drs, Ulumul Quran, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2002
Abdul Halim M, Memahami Al-Quran, Marja, Bandung, 1999
NANDA MULYANI
( 211 222 338 )
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rasmul quran merupakan salah satu bagian disiplin ilmu AL-Quran
yang mana di dalamnya mempelajari tentang penulisan Mushaf Al-Quran
yang dilakukan dengan cara khusus, baik dalam penulisan lafal-lafalnya
maupun bentuk-bentuk huruf yang digunakan. Rasimul Quran dikenal juga
dengan nama Rasm Utsmani.
Tulisan al-Quran Utsmani adalah tulisan yang dinisbatkan kepada
sayyidina utsman ra. (Khalifah ke III). Istilah ini muncul setelah rampungnya
penyalinan al-Quran yang dilakukan oleh team yang dibentuk oleh Ustman
pada tahun 25H. oleh para Ulama cara penulisan ini biasanya di istilahkan
dengan Rasmul Utsmani. Yang kemudian dinisbatkan kepada Amirul
Mukminin Ustman ra.
24
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Rasm Quran?
2. Apa pendapat para ulama tentang Rasm Quran?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami pengertian Rasm Quran.
2. Bagaimana pendapat para ulama mengenai Rasm Quran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Rasm Quran
Rasmul Al-Quran atau Rasm Utsmani atau Rasm Utsman adalah tata
cara menuliskan Al-Quran yang ditetapkan pada masa khlalifah bin Affan.
Istilah rasmul Quran diartikan sebagai pola penulisan al-Quran yang
digunakan Ustman bin Affan dan sahabat-sahabatnya ketika menulis dan
membukukan Al-Quran. Yaitu mushaf yang ditulis oleh panitia empat yang
terdiri dari, Mus bin zubair, Said bin Al-Ash, dan Abdurrahman bin Al-harits.
Mushaf Utsman ditulis dengan kaidah tertentu. Para ulama meringkas kaidah
itu menjadi enam istilah, yaitu :
a. AlHadzf (membuang,menghilangkan,
atau
meniadakan
huruf).
ha tanbih (
) , pada lafazh jalalah (
) , dan dari kata na (()
) .
10 Syaikh Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Quran, (Jakarta : Pustaka
Al-Kautsar, Cetakan ketujuh, Februari 2012), hlm 150
25
b. Al
Jiyadah (penambahan),
seperti
menambahkan
huruf alif setelah wawu atau yang mempunyai hokum jama (
dan
menambah alif
setelah hamzah
)
marsumah (hamzah yang terletak di atas lukisan wawu (
) .
c. Al Hamzah, Salah satu kaidahnya bahwa apabila hamzah berharakat sukun, ditulis dengan huruf ber-harakat yang sebelunya,
) .
contoh idzan(
) dan utumin (
d. Badal
(penggantian),
seperti alif ditulis
dengan wawu sebagai
penghormatan pada kata
e. Washal dan fashl
(penyambungan
dan
pemisahan),seperti
kata kul yang diiringi dengan kata ma ditulis dengan disambung
(
) .
f. Kata yang dapat dibaca dua bunyi. Suatu kata yang dapat dibaca dua
bunyi,penulisanya disesuaikan dengan salah salah satu bunyinya. Di
dalam mushaf ustmani,penulisan kata semacam itu ditulis dengan
menghilangkan alif, contohnya,(
) . Ayt ini boleh dibaca
dengan menetapkan alif(yakni dibaca dua alif), boleh juga dengan
hanya menurut bunyi harakat(yakni dibaca satu alif).11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Rasm quran atau rasm ustmani adalah tata cara menuliskan Al-quran
yang ditetapkan pada masa khalifah ustman bin affan dengan kaidah-kaidah
tertentu. Sebagian para ulama berpendapat bahwa rasm quran bersifat
tauqifi, tapi sebagian besar para ulama berpendapat bahwa rasm quran
bukan tauqifi,tetapi merupakan kesepakatan cara penulisan yang disetujui
ustman dan diterima umatnya,sehingga wajib wajib diikuti dan di taati siapa
pun ketika menulis al-quran. Tidak boleh ada yang menyalahinya.
Hubungan antara rasm quran dan qiraah sangat erat sekali Karena
semakin lengkap petunjuk yang dapat ditangkap semakin sedikit pula
27
DAFTAR PUSTAKA
28
RINI RAHMANIAR
( 211 323 805 )
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Rasmul quran merupakan salah satu bagian disiplin ilmu al quran yang mana
di dalamnya mempelajari tentang penulisan mushaf al quran yang dilakukan
dengan cara khusus, baik dalam penulisan lafadz lafadznya maupun bentukbentuk huruf yang digunakan. Rasimul quran dikenal juga dengan nama
rasm ustmani. tulisan al quran ustmani adalah tulisan yang di istbatkan
kepda sayyidina ustman ra. (khalifah ke tiga). Istilah ini muncul setelah
rampungnya penyalinan al quran yang dilakukan oleh team yang di bentuk
oleh ustman pada tahun 25H. oleh para ulama cara penulisan ini biasanya di
istilahkan dengan rasmul ustmani. Yang kemudian di nisbatkan kepada
amirul mukminin ustman ra. para ulama berbeda pendapat tentang
penulisan ini, di antara mereka ada yang berpendapat bahwa tulisan
tersebut bersifat taufiqi (ketetapan langsung dari rasulullah). Mereka
berlandaskan riwayat yang menyatakan bahwa rasulullah menerangkan
kepada salah satu kuttab (juru tulis wahyu) yaitu muawwiyah tentang tata
cara penulisan wahyu. Diantara para ulama yang berpegang teguh pada
pendapat ini adalah ibnul al-mubarrak dalam kitabnya al-ibriz yng menukil
perkataan gurunya abdul Aziz al-dibagh. bahwa tulisan yang terdapat
pada rasm ustmani semuanya memiliki rahasia-rahasia dan tidak ada
satupun sahabat yang memiliki andil, sepertihalnya di ketahui bahwa alquran adalah muzizat begitu pula tulisannya. Namun disisi lain, ada
beberapa ulama yang mengatakan bahwa, rasmul usmani bukanlah tauqifi,
tapi hanyalah tatacara penulisan al-quran saja.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian rasm al-quran
2. Bagaimana pendapat para ulama tentang rasmil quran
3. Bagaimana pengertian rasmul ustmani dan rasmul imlai
29
C. Tujuan penulisan
Makalah ini dimaksudkan agar kita lebih mengerti tentang ilmu alquran, khususnya tentang ilmu rasmul Quran
BAB II
PEMBAHASAN
12 Syaikh manna Al-qaththan, pengntar studi ilmu al-Quran, Jakarta;pustaka Alkautsar, cetakan ketujuh, febuari 2012, hal 150
13 M.hasbi ash shiddieqy, sejarah dan pengantar ilmu Al-Quran /Tafsir. Jakarta:
bulan bintang, cetakan ketiga belas, tahun 1990, hal 83-86
31
33
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Rasm ustmani disebut juga rasm quran atau rasm ustman atau tata
cara menuliskan Al-Quran yang ditetapkan pada masa khalifah
Ustman bin Affan. Istilah rasm quran diartikan sebagai pola penulisan
al-Quran yang digunakan ustman bin affan dan sahabat-sahabatnya
ketika menulis dan membukukan Al-quran.
2. Hukum menulis al-quran dengan rasm ustmani adalah wajib karena
kaidah penulisan rasm ustmani telah disepakati para jumhurul ulama.
3. Penjelasan mengenai apakah rasm ustmani mencakup 7 ahruf itu ada
dua pendapat:
a. Mencakup 7 ahruf
b. Tidak mencakup 7 ahruf dan berpendapat rasm ustmani itu
hanya 1 bagian dari 7 ahruf tersebut
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad malik hammad, miftah al aman
Al-qathan, manna, pengantar studi ilmu Al quran, Jakarta: pustaka Alkautsar, cetakan ketujuh, febuari 2012
m.hasbi ash shiddieqy, sejarah dan pengantar ilmu Al-Quran /tafsir. Jakarta:
bulan bintang, cetakan ketigabelas, tahun 1990
14 Manna al-qathan, mabaahits fi ulumil quran, (mansyuraat AlAshril hadist, riyad, 1393
H/1973M.) hal.169
34
LAYYINA
( 211 222 491 )
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Qiraat
15Gus Arifin dan Suhendri Abu Faqih, Al-Quran Sang Mahkota Cahaya, ( Jakarta,
Elex Media Komputindo: 2010). Hal. 20
36
16 Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu Ilmu Quran, ( Bogor : Lentera AntarNusa, 2012 ), hal :
247
17 Gus Arifin dan Suhendri Abu Faqih, Al-Quran Sang Mahkota Cahaya, ( Jakarta, Elex Media
Komputindo: 2010). Hal. 27-29
37
18 Gus Arifin dan Suhendri Abu Faqih, Al-Quran Sang Mahkota Cahaya, (Jakarta, Elex Media
Komputindo: 2010), hal. 35-41
38
39
yang oleh ahli Ilmu Nahwu (gramatika bahasa Arab) tidak dibenarkan,
tetapi tetap dianggap shahih karena mempunyai sanad yang shahih.
Sebagai contoh, para ahli Qiraat pernah bersikap keras terhadap
Abu Bakar bin Miqsam. Tokoh ini memilih Qiraat yang dianggap shahih
karena sesuai dengan kaidah bahasa Arab. Tetapi oleh karena Qiraat
pilihan Abu Bakar itu berbeda dengan naqliy yang diturunkan dengan
sanad yang shahih, maka Abu Bakar bin Miqsam dikecam pedas. Sikap
keras terhadap Abu Bakar ini diambil oleh para ahli Qiraat setelah
mereka bersidang. Keputusannya, sidang sepakat tidak membenarkan
Qiraat Abu Bakar bin Miqsam yang hanya sesuai dengan kaidah
bahasa Arab tetapi menyalahi naqliy itu.20
D. Pengaruh Qiraat terhadap Istimbat Hukum
Perbedaan antara satu qiraat dan qiraat lainnya bisa terjadi pada
perbedaan huruf, bentuk katam susunan kalimat, Irab, penambahan
dan pengurangan kata. Perbedaan-perbedaan ini sudah tentu memiliki
sedikit atau banyak perbedaan makna yang selanjutnya berpengaruh
terhadap hukum yang diistinbathkannya.21
Dalam hal istimbat hukum, qiraat dapat membantu menetapkan
hukum secara lebih jeli dan cermat. Perbedaan qiraat al-Qur'an yang
berkaitan dengan substansi lafaz atau kalimat, adakalanya
mempengaruhi makna dari lafaz tersebut adakalanya tidak. Dengan
demikian, maka perbedaan qiraat al-Qur'an adakalanya berpengaruh
terhadap istimbat hukum dan adakalanya tidak.
40
Di dalam Al Quran tidak ada waqof yang berhukum wajib syari, juga
tidak ada yang berhukum haram syari, kecuali karena suatu sebab.
Dan menurut Umi Salamah r.a bahwa Nabi Muhammad SAW
ketika membaca Al Quran, berhenti pada setiap ayat dan ibtida
terusnya. Jadi diperbolehkan secara mutlak berhenti pada setiap ayat
tanpa melihat makna.25
2. Ibtida
Ibtida ( )menurutbahasa: Bermula, menurut istilah:
Menyambung bacaan semula sesudah menghentikan bacaan
sementara kerana bernafas.
22 Abdul Aziz Abdur Rauf Al Hafidz, Pedoman Dauroh Al Quran, Dzilal Press,
Jakarta, 1995, hlm. 94
23 Al Haaj Maftuh bin Basthul Birri, Fathul Mannan, Al Ihsan, Lirboyo, 1979, hlm. 132
24 Ibid. hlm. 134
25 H.A. Djohansjah, Kursus Cepat Dapat Membaca Al Quran, Cemerlang, Surabaya,
1993, hlm. 91
41
Ibtida[
] adalah memulai bacaan kembali sesudah waqaf
dari awal suku kata pada ayat berikutnya.
Memulai membaca itu pasti dalam keadaan ikhtiyar dan bebas
bisa memilih dari mana. Dengan ini maka kalau ibtida harus dari kalam
yang mafhum dan tidak menjadikan rusaknya makna.
Aturan ibtida ini sama dengan waqof dalam macam-macamnya
dan perbedaan-perbedaannya. Ada ibtida yang tam, kaf, hasan dan
qabih. Kalau waqafnya bisa tam atau kaf, ibtida terusnya itu juga bisa
tam atau kaf. Kalau waqafnya qabih, ibtidanya harus mengulang dan
memilih darimana yang boleh dan baik, tidak cukup hanya asal
mengulang.26
BAB III
PENUTUP
A. kesimpulan
Dari pembahasan tentang qiraat di atas dapat diambil beberapa
kesimpulan, sebagai berikut:
Qiraat adalah perbedaan cara mengucapkan lafadz-lafadz AlQuran baik menyangkut hurufnya atau cara pengucapan hurufhurufnya.
Umat Islam sangat mementingkan masalah Al-Quran beserta
qiraatnya yang bermacam-macam itu sehingga banyak ulama
mengkhususkan diri dalam masalah qiraat dan mendalaminya,
mengajarkannya dan menulis kitab-kitab tentang qiraat. Hal ini
merupakan salah satu upaya untuk menjaga kemurnian Al-Quran.
DAFTAR PUSTAKA
Gus Arifin dan Suhendri Abu Faqih, Al-Quran Sang Mahkota Cahaya,
Jakarta, Elex Media Komputindo: 2010
Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu Ilmu Quran, Bogor : Lentera Antar
Nusa, 2012 , Ahmad Syams Madyan, Lc., MA., Peta Pembelajaran AlQuran, op.cit
Kamaluddin Marzuki, Ulum Al-Quran,op.cit.
Abdul Aziz Abdur Rauf Al Hafidz, Pedoman Dauroh Al Quran, Dzilal
Press, Jakarta, 1995
Al Haaj Maftuh bin Basthul Birri, Fathul Mannan, Al Ihsan, Lirboyo, 1979
https://pintania.wordpress.com/qiraatul-quran/diakses pada tanggal 13
April 2016, pukul 23:09 wib
43
SRI INTAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suatu peristiwa yang berhubungan dengan sebab dan akibat dapat
menarik perhatian para pendengar. Apabila dalam peristiwa itu terselip
pesan-pesan dan pelajaran mengenai berita-berita bangsa terdahulu, rasa
ingin tahu merupakan faktor paling kuat yang dapat menanamkan kesan
peristiwa tersebut kedalam hati. Dan nasihat dengan tutur kata yang
disampaikan tanpa variasi tidak mampu menarik perhatian akal bahkan
semua isinya pun tidak akan bias dipahami. Akan tetapi bila nasihat itu
dituangkan dalam bentuk kisah yang menggambarkan peristiwa dalam
realita kehidupan dan rasa ingin tahu, dan pada gilirannya akan terpengaruh
dengan nasihat dan pelajaran yang terkandung di dalamnya.
Kesusastraan kisah dewasa ini telah menjadi seni yang khas diantara
seni-seni bahasa dan kesusastraan. Dan kisah yang benar telah
membuktikan kondisi ini dalam ushlub arabi secara jelas dan
menggambarkannya dalam bentuk yang paling tinggi, yaitu kisah-kisah
Quran.
Oleh karena itu kisah atau sejarah dalam Al-Quran memiliki makna
tersendiri bila dibandingkan isi kandungan yang lain. Maka perlu kiranya kita
44
sebagai umat islamuntuk mengetahui isi sejarah yang ada dalam Al-Quran
sehingga kita dapat mengambil pelajaran dari kisah-kisah umat terdahulu.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari qashashul Quran ?
2. Apa saja macam-macam dari qashashul Quran ?
3. Apa saja hikmah dari qashashul Quran ?
C. Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui pengertian dari qashashul Quran.
2. Untuk mengetahui macam-macam dari qashashul Quran.
3. Untuk mengetahui hikmah dari qashashul Quran.
BAB II
PEMBAHASAN
Dan semua kisah dari rasul-rasul kami ceritakan kepadamu, ialah kisahkisah yang dengannya kami teguhkan hatimu; dan dalam surat Ini Telah
datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi
orang-orang yang beriman.
3. Membenarkan ajaran para nabi terdahulu, menghidupkan kenangan
terhadap mereka serta mengabadikan jejak dan peninggalannya.
4. Menampakkan kebenaran Nabi Muhammad SAW dalam dakwahnya
dengan apa yang diberitakannya tentang hal ihwal orang-orang terdahulu
di sepanjang kurun dan generasi.
6. Menarik perhatian mereka yeng diberikan pelajaran.30 Firman Allah:
A. Kesimpulan
Qashash Al-Quran merupakan pemberitaan Quran tentang hal ihwal
umat yang telah lalu, nubuwwat ( kenabian ) yang terdahulu dan peristiwa
peristiwa yang telah terjadi. Quran banyak mengandung keterangan
keterangan tentang kejadian pada masa lalu, sejarah bangsabangsa,
keadaan negerinegeri dan peninggalan atau jejak setiap umat. Ia
30 Fuad Hasbi Ash Shidieqy, Ilmu-ilmu Al-Quran (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2002),
hal. 192.
48
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Zuhdi Dh, Studi Al-Quran, (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press,
2011)
DEPAG RI, Ulumul Quran III, (Jakarta : DEPAG RI, 2001)
Fuad Hasbi Ash Shidieqy, Ilmu-ilmu Al-Quran (Semarang: PT. Pustaka
Rizki Putra, 2002)
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Ilmu-Ilmu Al-Quran_Ilmu-ilmu
Pokok Dalam Menafsirkan Al-Quran, (Semarang: Pustaka Rizki
Putra,2002)
HENDRI MISBAH
( 140 201 116 )
49
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Al-Quran telah banyak menceritakan kisah-kisah orang terdahulu dari para
Nabi dan selain nabi, diantaranya mengenai kisah orang mukmin dan orangorang kafir. Al-Quran telah membicarakan kisah-kisah dan menjelaskan
hikmah dari kisah-kisah itu untuk di ambil manfaat dan pelajaran hidup agar
dapat memudahkan kita untuk memahaminya dan berinterakasi
dengannya.31
Dalam kisah atau peristiwa terkadang mengandung nilai seni dan
pesan moral yang akan membuat orang tertarik untuk membacanya serta
mencoba menggali nilai dari peristiwa itu. Semakin dalam makna yang
terkandung dalam kisah, maka semakin kuat naluri kita untuk memahami
dan mengambil hikmah di dalamnya sehingga jika dalam pengisahan
tersebut terdapat nilai positif yang dominan, maka semakin kita terinspirasi
untuk mengeksplorasi sikap dan tingkah laku keseharian sedapat mungkin
tidak bertentangan dengan nilai positif yang terkandung di dalamnya. Juga
menyangkut pengambilan-pengambilan kebijakan hidup adalah sangat
mungkin untuk menyadarkan pada peristiwa yang telah dibaca dan dipahami
untuk selanjutnya menjadi ilham dalam hidup kita. Untuk itu membaca,
mengamati dan memahami kisah-kisah dalam Al-Quran adalah salah satu
yang utama dan merupakan karya illahi dari sekian banyak karya seni yang
dapat di jadikan pedoman positif kehidupan kita.
B. RUMUSAN MASALAH
1) Apakah pengertian Qashashul Quran itu?
2) Apa macam-macam Qashashul Quran?
3) Apa faedah mempelajari Qashashul Quran?
C. TUJUAN PEMBAHASAN MASALAH
1) untuk mengetahui pengertian dari qashashul quran.
2) untuk mengetahui macam-macam qashashul quran.
3) untuk mengetahui faedah mempelajari qashashul quran.
31 Dr. Shalah Abdul Fattah Al Khalidy, Kisah kisah Al Quran, (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), hal.
21
50
BAB II
PEMBAHASAN
32 Ibnul Mandzur, Lisanul Arab, (Beirut: dar al fikr, 1990), juz 7, hal.73
33 DEPAG RI, Ulumul Quran III, (Jakarta : DEPAG RI, 2001), hal.52
34 Ibnu Mandzur, op.cit, hal. 74
35 M. Said, Tarjamah Al Quran Al Karim,(Bandung: Al Maarif, 1987), hal. 62
51
40 Ibid, hal. 29
41 Manna Khalil Al Qattan, Studi Ilmu Ilmu Quran, (Jakarta: Halim Jaya , 2002), hal. 437
54
42 M. Hafidz Ubaidillah Badr, Ikhtisar Ulumul Quran, (Pati: PPASS, 2000), hal. 48
43 http://alghoit.weebly.com/blog/ilmu-qashash-al-quran
44 T.M. Hasbi Ash Shiddieqy, Ilmu ilmu Al Quran, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002), hal. 59
55
D.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Jadi dapat disimpulkan bahwa Qashashul Quran adalah kabar-kabar
dalam Al Quran tentang keadaan-keadaan umat yang telah lalu dan
kenabian masa dahulu, serta peristiwa-peristiwa yang telah terjadi.
Macam-macam Qashashul Quran:
1) Ditinjau dari segi waktu
a) Kisah yang ghaib masa lalu (al qashashul al madhiyah)
b) Kisah hal-hal ghaib pada masa kini (al qashashul ghuyub al
hadhirah)
c) Kisah hal-hal ghaib pada masa yang akan datang (al qashashul
ghuyub al mutaqibilah).
2) Ditinjau dari segi materi
a) Kisah para nabi, mujizatnya, fase dakwahnya, serta penentang dan
pengikutnya,.
b) Kisah orang-rang yang belum tentu Nabi dan kelompok manusia
tertentu.
c) Kisah kejadian-kejadian di zaman Rasulullah.
3) Faedah yang dapat kita ambil dari mempelajari Qashashul:
a) Supaya mereka berfikir
b) Dapat meneguhkan hati
c) Pelajaran bagi orang-orang yang berakal
60
ZULFIKAR
( 211 222 483 )
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mengkaji Al-Quran merupakan kebutuhan bagi setiap muslim untuk
meningkatkan ketaqwaan dan keilmuannya dalam upaya melaksanakan
segala perintah Allah dan menjauhi setiap larangan-Nya, serta dalam
konteks implementasi menjadikan al-Quran sebagai sumber pokok bagi
perjalanan hidup umat Islam di dunia.
Sebagai bagian dari Study Al-Quran ( Ulumul Quran) adalah ilmu I`jaz
Al-Quran yang memiliki peran penting dalam memahami Al-Quran
62
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Ijazul Quran ?
2. Dasar dan Urgensi Ijazul Quran ?
3. Macam-macam Ijazul Quran ?
48 Kusmana & Syamsuri (ed), Pengantar Kajian al-Quran : Tema Pokok, SeWacana
Kajian (Jakarta : Pustaka al-Husna Baru, 2004), hlm. 65
49 Kahar Masyhur, Pokok-Pokok Ulumul(Jakarta :Quran,RienekaCipta,2004), hlm.
143
50 Ibid., hlm. 139
63
BAB II
PEMBAHASAN
64
65
66
kelemahan bangsa Arab di masa bahasa ini berada pada puncak keremajaan
dan kejayaannya.
Kemukjizatan Quran bagi bangsa-bangsa lain tetap berlaku di sepanjang
zaman dan akan selalu ada dalam posisi tantangan yang tegar. Misterimisteri alam yang disingkap oleh ilmu pengetahuan modern hanyalah
sebagian dari fenomena hakikat-hakikat tinggi yang terkandung dalam
misteri alam wujud yang merupakan bukti bagi eksistensi pencipta dan
perencanaannya.
67
2.
3.
4.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
53S. Agil Husain Munawar, dkk, IJaz Al-Quran dan Metodologi Tafsir. (Semarang:
Dunia Utama. 1996).hlm.85-88.
68
b.
c.
d.
B. SARAN
Demikian makalah yang dapat kami buat, tentunya masih banyak
kekurangan yang ada dalam pembahasannya. Maka saran dan kritik kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.Dan akhirnya pemakalah
meminta maaf apabila ada kesalahan dalam makalah ini baik berupa
sistematika penulisan maupun dari isinya.Wallahu alam bisshawab.
DAFTAR PUSTAKA
69
MUHAMMAD KAUTSAR
( 211 222 448 )
A.
70
[1]
Manna Qatthan, Mabahits Fi Ulumil Quran,(Mesir: Mansyuroti asril
Hadist,1992), hal.259
71
Hai katak anak dari dua ekor katak, bersihkanlah apa yang hendak
engkau bersihkan, bagian atasmu ada di air dan bagian bawahmu ada di
tanah.
Al Jahiz, seorang sastrawan terkemuka dalam karyanya al-hayawan,
menanggapi gubahan Musailamah, saya tidak mengerti apa yang
menggerakkan hati Musailamah al Kadzdzab menyebut katak dan
sebagainya itu. Alangkah kotor gubahan yang dikatakannya sebagai
ungkapan yang sama dengan Al Quran, yang dikatakannya diturunkan
kepadanya sebagai wahyu.
4. Abu al Alla al Maariy juga berusaha menandingi AlQuran tetapi ketika
dia akan memulai tiba-tiba dia gelisah dan bingung, kemudian dia
merusak alat tulisnya dan merobek-robek kertasnnya.
5. Ibnu al Muqaffa, ketika hendak memulai membuat kalimat tandingan
Al Quran, ia mendengar seorang anak membaca firman Allah QS. Hud
ayat 44:
72
dan difirmankan: "Hai bumi telanlah airmu, dan Hai langit (hujan)
berhentilah," dan airpun disurutkan, perintahpun diselesaikan dan
bahtera itupun berlabuh di atas bukit Judi, dan dikatakan: "Binasalah
orang-orang yang zalim ."
Mendengar hal itu, ia lalu menyobek-nyobek kertasnya, mengurungkan
niatnya dan berkata: Demi Allah, adalah tidak mungkin ada manusia yang
dapat membuat seperti itu.
Bagi mereka yang tidak mengerti dan mengetahui bahasa Arab, agak sulit
untuk dapat menangkap di mana letak kemujizatan Al Quran, baik dari segi
keindahan susunan maupun gaya bahasanya. Karena untuk mengetahui
ketinggian dan mutu suatu bahasa adalah tidak mungkin tanpa mengetahui
dan menghayati keindahan bahasa itu sendiri.
73
74
Qur-an. Susunan Al-Qur-an tidak dapat disamakan oleh karya sebaik apa pun.
[2]
[2] Anwar Rosihan, Ulumul Quran, Pustaka Setia, Bandung, 2004, hlm 37
DAFTAR PUSTAKA
Anwar Rosihan, Ulumul Quran. 2004. Bandung. Pustaka Setia
Qatthan, Manna, Mabahits Fi Ulumil Quran:1992. Mesir. Mansyuroti asril
Hadist.
75
Rumusan Masalah
Bagaimana yang dimaksud dengan israiiliyat ?
Bagaimana latar belakang dan munculnya israiiliyat ?
Dan apa sebab sebab penggunaan israiiliyat ?
Dan apa pengaruh israiiliyat ?
76
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Israiliyat
Secara etimologi, israiliyat berasal dari kata israil yang merupakan
kata nisbah kepada Bani Israil. Israil berasal dari Bahasa Ibrani yang berarti
hamba Allah, dipakai sebagai nama lain Nabi Yaqub.54
Kata Israiliyat adalah bentuk Jamak dari kata Israi Liyat. Israiliyat
merupakan cerita yang di kisahkan dari sumber Israil, yaitu Yakub dan Ishak
Bin Ibrahim, yang mempunyai keturunan 12, yang dinyatakan sebagai Yahudi
adalah juga Bani Israil.55
Perkataan Israiliyat walaupun pada mulanya menunjukan kisah-kisah
yang diriwayatkan dari sumber Yahudi, tetapi di gunakan juga oleh ulama
Tafsir dan Hadist dengan membenarkan sebagian cerita-cerita Yahudiyah,
bahkan lebih luas dari pada itu. Israiliyat dalam istilah mereka menunjukan
semua cerita lama yang masuk kedalam Tafsir dan Hadist yang bersumber
dari Yahudi dan Nasrani atau selain keduanya.
Sesungguhnya para ulama membenarkan Tafsir dan Hadist yang
menyatakan bahwa Israiliyat itu bersumber dari Yahudi berdasarkan
kebiasaan dan diminannya orang-orang Yahudi dalam menyebar luaskan
cerita-cerita palsu. Orang-orang Yahudi adalah kaum pendusta. Maka sangan
benci dan memusuhi Islam dan kaum Muslimin.
Orang Yahudi adalah ahli kitab yang banyak bergaul dengan orang
Islam. Peradabannya paling tinggi di bandingkan dengan lainnya. Demikian
pula tipu daya yang dugunakan untuk menghancurkan ajaran Islam, yang
merupakan tindakan sangat berbahaya, Abdullah bin Saba adalah tokoh
penyebar fitnah dan kesesatan. Dan masih banyak lagi yang saling
membantu untuk menghancurkan Islam.
54 Muhammad Husein al-Khalaf, al-Yahudiyyah bayna al-Masihiyyah wa al-Islam, (Mesir: alMuassasah al-Mishriyyah, 1962), hlm. 14. Abu Abd Allah Muhammad al-Anshari alQurthhubiy, al-Jami li Ahkam Al-quran, jilid I (Kairo: Dar al-Kutub al-Mishriyyah, tp), hlm. 331.
55 Ahmad Khalil Arsyad, Dirash fi Alquran, (Mesir: Dar al-Maarif, 1972), hlm. 15.
77
60 Muhammad Chirzin, Al-Quran dan Ulumul Quran, (Yogyakarta, PT Dana Bhakti Primayasa, 1998),
hlm. 77-82.
80
61 Al-Imam Muslim, Shahih Muslim, Jilid I (Delhi: Al-Amriyyah, t.t), hlm. 112.
81
62 Al-Imam Muslim, Shahih Muslim, Jilid I (Delhi: Al-Amriyyah, t.t), hlm. 114.
82
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
63 Supiana dan M. Karman,, Ulum Quran, (Pustaka Islamika, bandung, 2002). hlm.197-208.
83
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Syadali, Ahmad Rafii, Ulumul Quran I, Bandung, CV. Pustaka Setia,
1997.
84
Al Qattan, Manna Khalil. Studi Ilmu-ilmu Alquran. Bogor: Pustaka Litera Antar
Nusa,
2009.
Al Shiddieqy, Hasbi. Sejarah dan Pengantar Ilmu Alquran. Jakarta: PT Bulan
Bintang, 1994.
Amin Al-Khuli, Manhajut Tajaad fit Tafsir, Kairo, Darul Maarif, 1961.
Hamid, Shalahuddin. Study Ulumul Quran. Jakarta: Intermedia, 2002.
Ignaz
Goldziher, Madzahib
Muhammadiyah, 1995.
at-Tafsir
Al-Islami,
Kairo,
As
Sunnah
Al-
MUHAMMAD YANI
( 140 201 118 )
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Israiliyat
Pada masa rasullullah hidup, para sahabat manakala menemukan
kesulitan dalam memahami suatu ayat di dalam al-quran mereka langsung
bertanya kepada rasul. Kemudian rasul menjawabnya dan memberikan
penjelasan terhadap makna kandungan ayat tersebut. Penafsiran al-quran
pada masa rasul adalah penjelasan secara langsung oleh beliau sendiri,
85
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Israiliyat
86
Secara
kata
jamak.
Mufratnya
diambil dari kata israiliyat, yang dinisbahkan kepada bani israil (keturunan
israil). Kata israiliyat merupakan bentuk kata yang dinisbahkan kepada kata
israil yang berasal dari kata ibrani, isra yang berarti hamba dan berarti
tuhan/allah. Bani israil adalah keturunan dari nabi yaqub a.s. Yang
berkembang hingga nabi musa a.s. Dan seterusnya nabi yang datang silih
berganti sehinggalah keturunan yang terakhir yaitu nabi isa a.s. Keturunan
nabi yakub atau bani israil sejak beberapa zaman lalu disebut dengan nama
yahudi.64 keturunan pada masa nabi isa a.s. Disebut dengan nama nasrani.
Istilah lain yang dipakai dalam al-quran untuk umat yahudi dan nasrani
adalah ahli kitab.
Secara istilah para ulama berbeda pendapat dalam mendefinisikan
israiliyat. Menurut syeikh muhammad husein az-zahabi adalah makna
lahiriyah dari israiliyat adalah pengaruh kebudayaan yahudi dan nasrani
terhadap penafsiran al-quran. Kisah yang dimasukkan dalam tafsir yang
periwayatannya kepada sumber yahudi dan nasrani. 65 menurut amin al-khuli
israiliyat adalah informasi-informasi yang berasal dari ahli kitab yang
menjelaskan nash-nash al-quran. Sedangkan menurut sayyid ahmad khalil
mendefinisikan israiliyat adalah riwayat-riwayat yang berasal dari ahli kitab
baik yang berhubungan dengan agama mereka maupun yang tidak ada
hubungannya sama sekali dengannya. Penisbahan riwayat israiliyat kepada
yahudi karena para perawinya berasal dari kalangan mereka yang sudah
masuk islam.
Orang-orang yahudi kitab mereka yaitu kitab taurat sebagaimana firman
allah dalam q.s. Al-maidah:44 yaitu:
64
65
Muhammad Husein Adz-Dzahabi,Tafsir wal Mufassirun (Mesir: Dar al-Kutub wa Al-Hadits.Jilid I, 1976), hal.175
87
Artinya:kemudian kami susulkan rasul-rasul kami mengikuti jejak mereka
dan kami susulkan (pula) isa putra maryam. Dan kami berikan berikan injil
kepadanya..(q.s.al-hadid:27)
Kitab taurat adalah kitab atau sumber pertama bagi kaum yahudi,
sedangkan injil adalah kitabnya kaum nasrani. Apabila kita perhatikan dalam
kitab taurat dan injil maka akan kita dapati bahwa banyak juga mencakup di
dalam al-quran, khususnya yaitu kisah-kisah para nabi dan umat-umat
terdahulu.67 perbedaannya terletak pada secara umum dan terperinci. Maka
al-quran apabila ingin mengisahkan salah satu dari kisah para nabi misalnya,
66
Muhammad hal.176
88
maka menceritakannya dari segi lain yang tidak sama dengan kitab taurat
dan injil. Di dalam al-quran tidak disebutkan secara mendetail permasalahan
kisahnya dan tidak disebutkan waktu kejadian sejarahnya dan tidak pula
disebutkan orangnya (pelaku) karena faedah kisah-kisah dalam al-quran
adalah
untuk
Sebagaimana
firman
allah
q.s.yusuf:111 yaitu:
--
-
90
sebagai
penjelas
al-qurn,
menurutnya
kebiasaan
itu
telah
kaum
muslimin
terhadap
syareat
(ajaran)
ahlu
al-kitab
yaitu :bawa syareat ahlu al-kitab itu sudah dinasakh (dihapus), bahwa para
nabi ummat terdahulu seandainya masih hidup maka pasti mereka beriman
kepada islam dan mereka tidak akan menerima selain islam, bahkan mereka
(ingatlah)
ketika
isa
ibnu
maryam
berkata:
"hai
bani
israil,
"kami
mendengar
dan
menurut,
dan
dengarlah,
dan
perhatikanlah kami", tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat,
akan tetapi allah mengutuk mereka, karena kekafiran mereka. Mereka tidak
beriman kecuali iman yang sangat tipis. (qs. An-nisa: 46)
92
Untuk mendeteksi israiliyat yang sesuai dengan ajaran islam sangat sulit,
karena disampaikan oleh para sejarawan, penceramah, khathib, sebahagian
ahli hadis, ahli tafsir, pembuat hadis maudhu, dan para zindiq. Karena untuk
membersihkan kitab tafsir dari israiliyat perlu memiliki keahlian khusus,
sebab tidak cukup dengan memaparkan israiliyat bahwa sanya bersumber
dari ahli kitab, bahkan harus meneliti sumber dan keasliannya. Ini
memerluakan kesungguhan, kesabaran dan ilmu pengetahuan
Hukum meriwayatkan kisah israiliyat ada 2 pendapat yaitu ada yang
membolehkan dan ada yang melarangnya.
Dalil al-quran
maka
sekali-kali
kamu
tidak
akan
mampu
menolak
dalam
al-quran
surat
yunus
ayat
94:
maka
jika
kamu
Dalil Hadis
Dari abdullah ibnamr r.a. Ia mengatakan bahwa nabi saw.telah
94
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Al-quran dalam menceritakan kisah-kisah umat terdahulu tidak bersifat
rinci dan mendetail. Al-quran tidak menjelaskan secara runtut tentang nama
tokoh-tokohnya, waktu dan tempat kejadian atau bagian lain dari kisah
tersebut.
Karena
tujuan
kisah-kisah
dalam
al-quran adalah
untuk
memberikan ibrah atau pelajaran dan nilai-nilai yang bisa terwujud dari
pemaparan tersebut. Israiliyat adalah kisah-kisah yang disampaikan oleh ahl
kitab yaitu orang yahudi dan nasrani setelah mereka memeluk islam. Kisahkisah yang mereka sampaikan itu adalah sesuatu yang terdapat didalam
kitab mereka yaitu kitab taurat dan injil. Banyak kisah-kisah yang terdapat di
al-quran memiliki kesamaan di dalam kitab taurat dan injil karena al-quran
adalah membenarkan kitab-kitab sebelumnya dan menjelaskan segala
sesuatu dan sebagai petunjuk dan rahmah bagi orang-orang yang beriman
kepada allah swt.
Mengenai pendapat ulama tentang israiliyat dalam tafsir, para ulama
para ulama tidak menetapkan hukum secara mutlaq terhadap israiliyat
95
dalam
meriwayatkannya
tidak
mengatakan
bahwa
kisah
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran
Baiden,Nashruddin.2005.Wawasan
Pelajar
Baru
96
Tafsir.Semarang:Pustaka
Ilmu
Riski
Tafsir.Yogyakarata:Pustaka
Ghazali,
Pustaka
Muqsith.dkk.2009.Metodologi
Studi
Al-Quran.Jakarta:Gramedia
Shihab,Quraisy.1992.Membumikan Al-Quran.Bandung:Mizan
Zaini,Muhammad.2005.Ulumul Quran:Studi Pengantar.Banda Aceh:Yayasan
PeNA
Zenrif,M.F.2008.Sintetis Paradigma Studi Al-Quran.Malang:UIN Malang Press
BAB II
PEMBAHASAN
99
Kata tafsir diambil dari kata tafsirah dan dirayah yaitu perkakas yg
dipergunakan tabib untuk mengetahui penyakit orang sakit.72
Disamping itu tafsir juga dikemukakan sebagai berikut: Tafsir menurut
bahasa: Penjelasan, Keterangan dan Mengungkapkan pengertiannya yang
dapat dipikirkan . Sedagakan Tafsir menurut istilah semacam ilmu
membahas cara mengucapkan lafal Al-Quran dan kandungannya, hukumnya
yang berkenaan dengan perorangan dan kemasyarakatan dan pengertiannya
yang dilingkupi oleh susunan lafalnya.73
Ghayah (tujuan) tafsir
Tujuan mempelajari tarsir adalah memahamkan makna-makna AlQuran,
hukum-hukumnya,hikmah-hikmahnya,
akhlak-ahlaknya
dan
petunjuk-petunjuk yg lain untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.
Maka dengan demikian nyata bahwa faedah yg kita peroleh dari mempelajari
tafsir ialah terpelihara dari salah memahami Al-Quran.74
Sedangkan maksud yg diharapkan dari mempelajari tafsir ialah
mengetahui petunjuk-petunjuk Al-Quran, hukum-hukumnya dengan cara yg
tepat.75
B. SEJARAH PERKEMBANGAN TAFSIR
1. Tafsir Pada Masa Rasulullah Dan Sahabat
Pada saat Al-Quran diturunkan, Rasul saw, yang berfungsi sebagai
mubayyin (pemberi penjelasan), menjelaskan kepada sahabat-sahabatnya
tentang arti dan kandungan Al-Quran, khususnya menyangkut ayat-ayat
yang tidak dipahami atau samar artinya. Keadaan ini berlangsung sampai
dengan wafatnya Rasul saw., walaupun harus diakui bahwa penjelasan
tersebut tidak semua kita ketahui akibat tidak sampainya riwayat-riwayat
tentangnya atau karena memang Rasul saw. sendiri tidak menjelaskan
semua kandungan Al-Quran.
Kalau pada masa Rasul saw. para sahabat menanyakan persoalanpersoalan yang tidak jelas kepada beliau, maka setelah wafatnya, mereka
terpaksa melakukan ijtihad, khususnya mereka yang mempunyai
72 TM. Hasbi Ash-Shiddeqy, Ilmu Al-Quran dan Tafsir,(Semarang, PT Pustaka Rizki Putra, 2012)
cetqkqn ke lima, hlm, 153-154
73 Drs. H. Kahar Masyur,Pokok-pokok Ulumul Quran,(Jakarta:Rineka Cipta,2001) h. 159-160.
74 TM. Hasbi Ash-Shiddeqy, Ilmu Al-Quran dan Tafsir, hlm, 154
75 TM. Hasbi Ash-Shiddeqy, Ilmu Al-Quran dan Tafsir, hlm, 155
100
kemampuan semacam 'Ali bin Abi Thalib, Ibnu 'Abbas, Ubay bin Ka'ab, dan
Ibnu Mas'ud.
Sementara sahabat ada pula yang menanyakan beberapa masalah,
khususnya sejarah nabi-nabi atau kisah-kisah yang tercantum dalam AlQuran kepada tokoh-tokoh Ahlul-Kitab yang telah memeluk agama Islam,
seperti 'Abdullah bin Salam, Ka'ab Al-Ahbar, dan lain-lain. Inilah yang
merupakan benih lahirnya Israiliyat.
Di samping itu, para tokoh tafsir dari kalangan sahabat yang
disebutkan di atas mempunyai murid-murid dari para tabi'in, khususnya di
kota-kota tempat mereka tinggal. Sehingga lahirlah tokoh-tokoh tafsir baru
dari kalangan tabi'in di kota-kota tersebut, seperti:
a) Said bin Jubair, Mujahid bin Jabr, di Makkah, yang ketika itu berguru
kepada Ibnu 'Abbas.
b) Muhammad bin Ka'ab, Zaid bin Aslam, di Madinah, yang ketika itu
berguru kepada Ubay bin Ka'ab.
c) Al-Hasan Al-Bashriy, Amir Al-Sya'bi, di Irak, yang ketika itu berguru
kepada 'Abdullah bin Mas'ud.
Gabungan dari tiga sumber di atas, yaitu penafsiran Rasul saw.,
penafsiran sahabat-sahabat, serta penafsiran tabi'in, dikelompokkan menjadi
satu kelompok yang dinamai Tafsir bi Al-Ma'tsur. Dan masa ini dapat
dijadikan periode pertama dari perkembangan tafsir.
Berlakunya periode pertama tersebut dengan berakhirnya masa
tabi'in, sekitar tahun 150 H, merupakan periode kedua dari sejarah
perkembangan tafsir.
Pada periode kedua ini, hadis-hadis telah beredar sedemikian
pesatnya, dan bermunculanlah hadis-hadis palsu dan lemah di tengahtengah masyarakat. Sementara itu perubahan sosial semakin menonjol, dan
timbullah beberapa persoalan yang belum pernah terjadi atau dipersoalkan
pada masa Nabi Muhammad saw., para sahabat, dan tabi'in.
Pada mulanya usaha penafsiran ayat-ayat Al-Quran berdasarkan ijtihad
masih sangat terbatas dan terikat dengan kaidah-kaidah bahasa serta artiarti yang dikandung oleh satu kosakata. Namun sejalan dengan lajunya
perkembangan masyarakat, berkembang dan bertambah besar pula porsi
peranan akal atau ijtihad dalam penafsiran ayat-ayat Al-Quran, sehingga
bermunculanlah berbagai kitab atau penafsiran yang beraneka ragam
coraknya. Keragaman tersebut ditunjang pula oleh Al-Quran, yang
keadaannya seperti dikatakan oleh 'Abdullah Darraz dalam Al-Naba'Al-Azhim:
"Bagaikan intan yang setiap sudutnya memancarkan cahaya yang
berbeda dengan apa yang terpancar dari sudut-sudut yang lain, dan tidak
101
daerah ini adalah: Sufyan Ibnu Uyainah, Waki Ibnu Jarrah, Syubah Ibnu
Hajjaj, Ishaq Ibnu Rahawaih.
Pada akhir abad kedua barulah hadis-hadis tafsir dipisahkan dari hadishadis lainnya dan disusun tafsir berdasarkan urutan mushaf. Menurut
penelitian Ibnu Nadim, orang yang pertama kali menafsirkan ayat-ayat alQuran menurut tertib mushaf adalah al-Farra. Ia melakukannya atas
permintaan Umar Ibnu Bakir. Ia mendiktekan tafsirnya kepada muridmuridnya di masjid setiap hari Jumat.
Pada masa Abbasiyah seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan berkembang pula ilmu tafsir. Para ulama nahwu seperti
Sibawaihi dan al-Kisaiy mengirabkan al-Quran. Para ahli nahwu dan bahasa
menyusun kitab yang dinamakan dengan Maani al-Quran.
4. Kodifikasi Ilmu Tafsir
Pembukuan tafsir dilakukan dalam lima periode yaitu:
Periode Pertama, pada zaman Bani Muawiyyah dan permulaan zaman
Abbasiyah yang masih memasukkan ke dalam sub bagian dari hadits
yang telah dibukukan sebelumnya.78
Periode Kedua, Pemisahan tafsir dari hadits dan dibukukan secara
terpisah menjadi satu buku tersendiri. Dengan meletakkan setiap
penafsiran ayat dibawah ayat tersebut, seperti yang dilakukan oleh
Ibnu Jarir At-Thobary, Abu Bakar An-Naisabury, Ibnu Abi Hatim dan
Hakim dalam tafsirannya, dengan mencantumkan sanad masingmasing penafsiran sampai ke Rasulullah, sahabat dan para tabiin.79
Periode Ketiga, Membukukan tafsir dengan meringkas sanadnya dan
menukil pendapat para ulama tanpa menyebutkan orangnya. Hal ini
menyulitkan dalam membedakan antara sanad yang shahih dan yang
dhaif yang menyebabkan para mufassir berikutnya mengambil tafsir
ini tanpa melihat kebenaran atau kesalahan dari tafsir tersebut.80
Periode Keempat, pembukuan tafsir banyak diwarnai dengan buku
buku tarjamahan dari luar Islam. Sehingga metode penafsiran bil aqly
(dengan akal) lebih dominan dibandingkan dengan metode bin naqly (
dengan periwayatan). Pada periode ini juga terjadi spesialisasi tafsir
menurut bidang keilmuan para mufassir. Pakar fiqih menafsirkan ayat
78 M. Hasbi Ash Shiddieqy. Sedjarah dan Pengantar Ilmu al-Quran/Tafsir, hlm, 239
79 M. Hasbi Ash Shiddieqy. Sedjarah dan Pengantar Ilmu al-Quran/Tafsir, hlm, 237-238
80 M. Hasbi Ash Shiddieqy. Sedjarah dan Pengantar Ilmu al-Quran/Tafsir, hlm, 238
103
saksikan, fenomea fenomena lam yang bias kita lihat dari waktu ke waktu
dan hal-hal lain yang berhasil di ungkap oleh ilmu pegetahuan modern dan
kita menduga itu semua sebagai suatu yang baru.
4. Tafsir Fiqih (Tafsir Ahkam)
Yaitu tafsir Al-Quran yang beraliran fiqih atau hukum atau tafsir yang
dalam penafsirannya banyak difokuskan pada bidang hukum.Kadang-kadang
dalam hal ini yang ditafsirkan hanya ayat-ayat Al-Quran yang menyangkut
hukum saja,84 sedangkan pada ayat-ayat lain yang tidfak memuat hukumhukum fiqih tidak ditafsirkan atau dimuat.
5. Tafsir Falsafi (Tafsir Rumazi)
Yaitu tafsir Al-Quran yang beraliran filsafat atau rasional. tafsir jenis ini
dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Quran banyak difokuskan pada bidang
filsafat atau rasio dengan menggunakan jalan secara filsafat. Akan tetapi
dari mereka banyak yang gagal. Contoh kitab Tafsir Falsafi ialah Tafsirul
Farabi karaya Al-Farabi dan Tafsir Ikhwanus Safa karya Ikhwanus Safa.
86 Mana Khalil al-Qatthan, Mabahis fi Ulum al-Quran (terj.) Mudzakir AS (Bogor: Pustaka Litera
Antar Nusa, 2009), hlm. 463-465
87 TM. Hasbi Ash-Shiddeqy, Ilmu Al-Quran dan Tafsir, hlm, 165
88 TM. Hasbi Ash-Shiddeqy, Ilmu Al-Quran dan Tafsir, hlm, 165
106
yang
6) Berjiwa mulia.
Seharusnyalah seorang alim menjauhkan diri dari halhal yang
remeh serta tidak mendekati dan memintaminta kepada penguasa.
7) Vokal dalam menyampaikan kebenaran
Karena jihad yang paling utama adalah menyampaikan kalimat yang
haq kepada penguasa yang zalim.
8) Berpenampilan baik sehingga dapat memberikan kesan wibawayang
dapat menjadikan mufasir berwibawa dan terhormat dalam semua
penampilannya secara umum, juga dalam cara duduk, berdiri, dan
berjalan.
9) Tenang dan mantap
Mufassir hendaknya tidak tergesagesa dalam bicara, tapi
henndaknya ia berbicara dengan tenang, mantap dan jelas kata demi
kata.
10) Mendahulukan orang yang lebih utama dari pada dirinya.
11) Seorang mufassir harus hatihati menafsirkan dihadapan orang yang
lebih pandai, menghargainya dan belajar darinya.
108
BAB III
PENUTUP
109
A. KESIMPULAN
Tafsir menurut bahasa: Penjelasan, Keterangan dan Mengungkapkan
pengertiannya yang dapat dipikirkan . Sedagakan Tafsir menurut istilah
semacam ilmu yg membahas cara mengucapkan lafal Al-Quran dan
kandungannya, hukumnya yang berkenaan dengan perorangan dan
kemasyarakatan dan pengertiannya yang dilingkupi oleh susunan
lafalnya.
Tujuan mempelajari tarsir adalah memahamkan makna-makna AlQuran, hukum-hukumnya,hikmah-hikmahnya, akhlak-ahlaknya dan
petunjuk-petunjuk yg lain untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan
akhirat. Maka dengan demikian nyata bahwa faedah yg kita peroleh dari
mempelajari tafsir ialah terpelihara dari salah memahami Al-Quran.
Ilmu bantu tafsir:
Tafsir Lugawi ( Tafsir Adabi)
Tafsir Isyari (Tafsir Sufi)
Tafsir Ilmi (Tafsir Ashri)
Tafsir Fiqih (Tafsir Ahkam
Tafsir Falsafi (Tafsir Rumazi)
B. SARAN
Demikian makalah yang dapat saya paparkan. Semoga dapat
menambah pengetahuan kita tentang ilmu tafsir al-quran. Saya mohon maaf
bila terdapat banyak kesalahan dalam makalah saya ini, kiranya mohon kritik
dan saran demi kebaikan tugas makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
FERI ANDRIANO
( 140 201 119 )
BAB I
PENDAHULUAN
111
A. Latar Belakang
Sudah menjadi keinginan setiap manusia baik muslim ataupun non
muslim untuk mengetahui apa yang terkandung dalam alquran, sementara
Al-Quran turun dalam bahasa Arab (Quranan arobiyyan), padahal tidak
semua orang dapat mengerti apalagi menguasai Bahasa Arab, maka dengan
alasan itulah penerjemahan Al-Quran sangat dibutuhkan hingga ke dalam
berbagai bahasa di dunia.
Terkadang seorang penerjemah adang yang menerjemahkan berbagai
bahasa yang intinya al- quran turun dari bahasa Arab, terkadang ada yang
menerjemahkan ke bahasa Indonesia, Ingris, dan lain sebagainya, jadi dari
paparan dia atsa mari kita simak penjelasan di bawah ini
Pemakalah di sini akan mencoba menjelaskan
pengertian
terjemah,
syarat-syarat
penerjemah,
tentang puisisasi Al-Quran.
sedikit
dan
tentang
terakhir
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dan pembagiannya Terjemah?
2. Apa hikmah terjemah
3. Apa Syarat-syarat penerjemah?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa pengertian terjemahan itu sendiri
2. Untuk mengetahui bagaimna hikmah itu sendiri
3. Untuk mengetahi syarat-syarat terjemah itu sendiri
BAB II
PEMBAHASAN
112
A. Pengertian Terjemah
Terjemah adalah masdar fiil rubaI,artinya adalah penjelasan. Oleh
karena itu, tulisan-tulisan yang menjelaskan biografi orang orang besar, di
beri nama Kutub at-Tarajin dan biografi masing-masing orang besar disebt
dengan terjemahanya.menurut beberapa pendapat penulis kamus, dapat
dipahami bahwa didalam terjemahan, diisyaratkan beberapa bahasa.
Terjemah adalah pengalih bahasaan dari satu bahasa ke bahasa lain, seperti
bahasa arap ke bahasa parsi.
Dalam mujam al-washith disebutkan bahwa terjemah ialah pengalih
bahasaan perkataan dari satu bahasa ke bahasa lain. Seandainya satu
makna disebutkan berdampingan
dengan dua kalimat, kalimat kedua
menjelaskan kalimat pertama, maka ini tidak
disebut dengan
terjemah,namun disebut menjelaskan kalimat. Syarata penerjemahan yang
benar ialah mendekati makna asalnya dengan sempurna. Terjemah ialah
menjelaskan apa yang diinginkan oleh kalimat dalam bahasa asalnya,
bahkan detail-detail teks aslinya, untuk dialihbahasakan kedalam teks
penerjemah sebagai contoh, kadangkala sebuah ungkapan tidak untuk
menunjukkan makna, melainkan untuk menampakkan penyesalan atau
menampakkan sedih dan lain sebagainya. Seandainya teks seperti ini
diterjemahkan, maka terjemahan itu harus menunjukkan arti-ari tersebut.
Terjemahan itu harus sedemikian akurat hingga bias mengalihbahasakan
makna penyesalan dan kesedihan, tidak hanya memindahkan makna hakiki
atau majazi suatu lafazh.
Terkadang sebuah kata bias dimengerti ketika ketika berada dalam
susunan kalimat. Oleh karena itu syarat penerjemah ialah harusmengerti dua
bahasa
untuk bias mengartikulasikan dengan sempurna. Ringkasnya ,
naskah hasil terjemahan harus mencerminkannaskah aslinya secara
sempurna agar tidak terjadi kekurangan sedikitpun. Tentunya setiap kali teks
asli memiliki kriteria tertentu , seperti teks-teks yang berkaitan dengan
mazhab dan kitab-kitab samawi.
Dibandingakan
dengan
menerjemahkan
teks-teks
lainya,
menerjemahkan teks Al-Quran
sangat sulit karena nilai mukjizatnya.
Karenanya, banyak sekali terjadi kesalahan dalam terjemahan-terjemahan
al-quran yang contoh-contohnya akan kita bahas di akhir buku ini.92
92 Muhammad Hadi Marifat, sejarah Al-Quran, (Jakarta: Penerbit AL HUDA, 2007,
cet ke 2 ) hal 268-269
113
B. Hikmah Terjemahan
Seorang pakar ilmu kelautan Prancis yang bernama Cikarto, dia bisa
masuk Islam Hanya karena perantara membaca quran terjemah bahasa
prancis. Dia telah menjelajahi seluruh lautan di dunia ini, dan setiap dia ganti
laut, airnya tidak bisa bercampur, setelah itu dia membaca al-quran
terjemah bahasa Prancis dari surat ar-rahman ayat 19-20, dan artinya.
93
114
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terjemah alquran bisa dibagi menjadi dua bagian, yaitu terjemah
harfiah dan terjemah tafsiriyah, menerjemahkan al-quran dapat dilakukan
dengan metode-metode yang harus diketahui sebelumnya, seperti
mengetahui huruf-huruf tambahan, kata sambung, bentuk kalimat dan
mengetahui arti akar kata dalam setiap kalimat. Dengan demikian kita bisa
memulai menerjemahkan al-quran.
Hikmah terjemah alquran dapat kita rasakan dalam kehidupan seharihari, seperti membantu kita untuk memahami ceramah atau pidato yang di
dalamnya bayak terdapat bunyi ayat-ayat al-quran, selain itu banyak sekali
manfaat yang dapat kita rasakan.
Sahabat, pernahkan anda merasakan nikmatnya menangis dalam shalat
atau menangis ketika membaca al-Quran? Subhanallah, itu adalah sebuah
kelezatan yang luar biasa, sebagiamana diilustrasikan secara tepat oleh
seorang ulama salaf, Andai para raja zhalim mengetahui kelezatannya,
maka mereka akan merebutnya dari kita dengan pedang-pedang
mereka Selain itu, menangis dalam shalat dan membaca al-Quran memiliki
keutamaan yang sangat tinggi, di antaranya yaitu diharamkannya mata
tersebut dari jilatan api neraka (HR. Ibnu Abi Dunya), tidak diazab pada hari
kiamat kelak (Hr. Al-Hakim) dan dapat melembutkan hati.
B. Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan penulis.
Kami selaku penyusun makalah tersebut mengharapkan saran, dan
ide yang bisa membangun, untuk melengkapi makalah ini, kami
118
sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, kami mohon
kritikan dan saran nya.
DAFTAR PUSTAKA
119