Anda di halaman 1dari 14

BAB III

SUMBER-SUMBER AJARAN ISLAM

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (1986) sumber adalah


asal sasuatu. Sumber ajaran Islam adalah asal ajaran Islam. Guna memahami
Islam secara benar dan menyeluruh haruslah bertolak dari sumbernya yang sah dan
otentik. Rasulullah telah merumuskan dengan jelas tentang sumber ajaran Islam
dalam percakapan beliau dengan sahabat Muaz bin Jabal (yang akan diutus
Rasulullah ke Yaman sebagai Gubernur di sana) bahwa sumber ajaran Islam itu
adalah Al Qur'an, Hadis dan Rakhyu atau akal pikiran manusia yang memenuhi
syarat untuk berijtihad.
Berangkat dari keterangan Hadis di atas mayoritas ulama Islam
berpendapat bahwa sumber ajaran Islam adalah Al Qur'an, Hadis, Ijma' dan
Qiyas. Berturut-turut secara ringkas dan hanya dilihat dari beberapa seginya saja,
sumber ajaran Islam diuraikan sebagai berikut:

3.1 AL QUR'AN ISI DAN FUNGSINYA


Ada beberapa pendapat tentang asal kata Al Qur'an, diantaranya:
a. As Syafi’I, salah seorang Imam Mazhab yang terkenal (150-204)
berpendapat, bahwa kata Al Qur'an itu ditulis dan dibaca lanpa hamzah
(Al Ouran bukan Al' Qur'an) dan tidak diambil dari kata lain. la adalah
nama yang khusus digunakan untuk Kitab Suci yang diberikan kepada
Nabi Muhammad, saw, sebagaimana nama Injil dan Taurat yang
digunakan khusus untuk kitab-kitab Allah, swt yang diberikan masing-
masing kepada Nabi Isa dan Nabi Musa.
b. Al Asy'ari seorang , ahli ilmu kalam, pemuka aliran sunni (w. 324 H)
berpendapat bahwa lapadz Al Qur'an tidak menggunakan hamzah
dan diambil dari kata "qarana" yang artinya menggabungkan. Hal ini
disebabkan surat-surat dan ayat-ayat Al Qur'an itu dihimpun dan
digabungkan dalam satu mushaf.
c. Al Zajjaj, pengarang Kitab Ma'anil Qur'an (w. 311 H) berpendapat

13
bahwa, lapadz AI Qur'an itu berhamzah, berwazan fu'lan dan diambil
dari kata "Al Qar'u", yang artinya penghimpunan. Hal ini disebabkan
Al Qur'an merupakan kitab suci yang menghimpun inti sari ajaran dari
kitab-kitab suci sebelumnya. (Perhatikan Q.S. Al Bayinah : 2 – 3).
d. Al Lihyani, seorang ahli bahasa (w. 215 H) berpendapat bahwa, lapadz
Al Qur'an itu berhamzah, bentuknya masdar dan diambil dari kata
"Qara'a", yang artinya membaca. Hanya saja lapadz Al Qur'an ini
menurut Al Lihyani adalah masdar bima'na ismil maf’ul. Jadi Qur'an
artinya "maqru" (dibaca).

Adapun definisi Al Qur’an secara terminologi diantaranya:

a. Menurut Dr. Subhi Al Shalih,"Al Qur'an adalah firman Allah, swt yang bersifat
mukjizat, Yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, saw yang ditulis ke
dalam Mushaf,yang diriwayatkan dengan jalan Mutawatir dan yang
membacanya dipandang beribadah"
b. Prof. Dr. Masmi Ahmad Abu Thalib. Guru besar tafslr pada Universitas Al
Azhar Kairo Mesir berpendapat, AI Qur’an adalah firman Allah, swt yang
merupakan mukzizat yang diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi
Muhammad, saw melalui perantara Jibril, yang tertulis dalam mushaf
yang diriwayatkan dengan jalan Mutawatir dan yang membacanya
dipandang beribadah dimulai (isinya) dengan surat Al Fatihah dan
diakhiri dengan surat An Nas."

Adapun nama-nama lain dari Al Qur'an di dalam kitab Al ltqan, karangan As


Suyuti, diterangkan bahwa Abdul Ma'ali Syaizalah (w. 494 H) menyebutkan 55
buah nama untuk Al Qur'an. Bahkan Abu Hasan Al Haraly (w. 647 H)
menerangkan, bahwa lebih dari 90 nama untuk Al Qur'an. Tapi Dr. Subhi al
Shalih berpendapat bahwa, sebagian ulama- ulama berlebih-lebihan di dalam
menghitung jumlah nama-nama untuk Al Qur'an, sebab mereka mencampuradukan
antara nama dan sifatnya.
Diantara nama-nama kitab suci umat Islam yang sangat terkenal adalah :

14
a. Al Qur'an, nama ini dapat dijumpai antara lain dalam O.S. Al Baqdrah : 185.
b. Al Furqan, nama ini dapat dijumpai antara lain dalam Q.S. Al Furqan : 1.
c. Al Kitab, nama ini ditemukan antara lain dalam Q.S. An Nahl : 89.
d. Al Zikir, nama ini dapat dijumpai dalam Q.S. Al Hijr : 9.
Al Qur'an adalah sumber agama Islam pertama dan utama. Al Qur'an
yang menjadi sumber nilai dan norma umat Islam menurut firman-firman
(wahyu) Allah, swt yang disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi
Muhammad, saw sebagai Rasul Allah, swt sedikit demi sedikit selama ± 22 tahun
2 bulan dan 22 hari, mula-mula di Mekkah kemudian di Madinah, tujuannya
untuk menjadi pedoman atau petunjuk bagi umat manusia dalam hidup dan
kehidupannya mencapai kesejahteraan di dunia dan kebahagian di akherat
kelak. Kandungan Al Qur'an terbagi ke dalam 30 juz (bagian), 114 surah (surat =
bab) lebih dari 6000 ayat, 74.499 kata atau 325.345 huruf (atau lebih tepat
dikatakan 325.345 suku kata kalau dilihat dari sudut pandang bahasa Indonesia).
Tentang jumlah ayat ada perbedaan antara para ahli ilmu Al Qur'an. Ada ahli
yang memandang 3 ayat tertentu sebagai satu ayat; ada pula yang memandang 2
ayat sebagi satu ayat, karena masalah koma atau titik yang diletakkan di antara
ayat-ayat itu. Namun demikian jumlah kata dan suku kata yang mereka hitung
adalah sama. Surah pertama disebut AI Fatihah (pembukaan), surah ke-114 (penutup)
adalah surah An Nas (manusia).
Al Qur'an tidak disusun secara kronologis. Lima ayat pertama
diturunkan di Gua Hira' pada malam 17 Ramadhan ketika Nabi Muhammad,
saw berusia 40 — 41 tahun, sekarang terletak di surah Al Alaq (96) : I-5. Ayat
terakhir yang diturunkan di Padang Arafah tanggal 9 Zulhijah tahun ke-10 Hijrah,
kini terletak di Surat Al Maidah (5) : 3.

Hikmah diturunkan Al Qur'an secara berangsur-angsur


Adapun hikmah diturunkannya Al Qur’an secara berangsur-angsur antara
lain :
a. Untuk meneguhkan sekaligus menghibur hati Nabi dalam
melakukan tugas sucinya sekalipun ia menghadapi contrains dan challenges

15
(hambatan dan tantangan) yang beraneka ragam (Lihat O.S. Al Furqan: 32-33
dan Q.S. Al Ahqaf : 25).
b. Untuk memudahkan menghapal Al Qur'an.
c. Agar lebih mudah difahami dan dilaksanakan.
d. Turunnya suatu ayat sesuai dengan peristiwa yang terjadi akan lebih
mengesankan dan berpengaruh di hati.
e. Diantara ayat-ayat ada yang merupakan jawaban dari pertanyaan atau
penolakan suatu pendapat atau perbuatan.
Ayat-ayat Al Qur'an yang diturunkan selama ± 23 tahun itu dapat
dibedakan antara ayat-ayat yang diturunkan ketika Nabi Muhammad, saw
masih tinggal di Makkah (sebelum Hijrah) yang disebut Makkiyah, dengan
ayat yang diturunkan setelah Nabi Muhammad, saw tinggal hijrah ke Madinah
yang disebut Madinah.
Adapun ciri-ciri ayat Makkiyah dan Madaniyah antara lain :
a. Ayat-ayat Makkiyah pada umumnya pendek-pendek. merupakan 19/30 dari seluruh isi Al
Qur'an, terdiri dari 86 surat, 4780 ayat, sedangkan ayat-ayat Madaniyah pada
umumnya panjang-panjang, merupakan 11/30 dari seluruh isi Al Qur'an, terdiri dari
28 surat, 1456 ayat.
b. Ayat-ayat Makkiyah dimulai dengan kata yaayyuhannas (hai manusia) sedang ayat-
ayat Madaniyah dimulai dengan kata-kata yaayyuhallazina Amanu (hai orang-crang
yang beriman).
c. Ayat-ayat Makkiyah pada umumnya mengenai Tauhid yaitu keyakinan pada keMaha
Esaan Allah, swt, hari kiamat, akhlak dan kisa-kisah umat manusia di masa
lalu,sedang ayat-ayat Madaniyah memuat soal-soal hukum, keadilan masyarakat
dan sebagainya.

d. Ayat-ayat Makkiyah diturunkan selama 12 tahun 12 hari, sedang ayat-ayat Madaniyah


selama 10 tahun, 2 bulan dan 9 hari.

Sejarah Penulisan (Penghimpunan) Al Qur'an

16
Nabi Muhammad, saw menunjuk beberapa sahabat yang pandai tulis
baca sebagai penulis wahyu, anatar lain empat sahabat Nabi terkemuka yakni
Mu'awiyah, Zaid bin Tsabit. Ubay bin Ka'ab dan Khalid bin Walid.
Para penulis wahyu itu diperintahkan oleh Nabi untuk menuliskan
setiap wahyu yang diterimanya dan meletakkan urutan-urutannya sesuai
dengan petunjuk Nabi berdasarkan petunjuk Allah, swt lewat Malaikat Jibril.
Kemudian semua ayat Al Qur'an yang telah ditulis dihadapan Nabi diatas
benda-benda yang bermacam-macam, anatar lain batu, tulang kulit binatang,
pelepah kurma dan sebagainya ini disimpan di rumah Nabi dalam keadaan
masih terpencar-pencar ayat-ayatnya, belum dihimpun dalam satu mushaf.
Tetapi di samping itu para penulis wahyu secara pribadi masing-masing
membuat naskah dari tulisan ayat-ayat Al Qur'an tersebut untuk pribadi
masing-masing. Suhuf AI Qur'an yang disimpan di rumah Nabi dan
diperkuat dengan naskah-naskah Al Qur'an yang dibuat oleh para penulis
wahyu untuk pribadi masing-masing serta ditunjang oleh hapalan para sahabat
yang hafiz Al Qur'an yang tidak sedikit jumlahnya. Maka semuanya itu dapat men
jamin Al Qur'an terpelihara secara lengkap dan murni (orisinil) sesuai dengan
janji Allah, swt swt dalam Q.S. Al Hijr : 9, yang artinya "Sesungguhnya
Aku telah menurunkan peringatan (Al Qur'an) dan sesungguhnya aka telah
memeliharanya."
Setelah Nabi wafat dan Abu Bakar diangkat menjadi khalifah,
terjadilah gerakan pembangkangan membayar zakat dan gerakan keluar dari
agama Islam (murtad) di bawah pimpinan Musailamah Al Kazzab. Gerakan
itu segera ditindak oleh Abu Bakar dengan mengirim pasukan di bawah
pimpinan Khalid bin Walid. Terjadilah clash fisik di Yamamah pada tahun
12 H, yang menimbulkan korban tidak sedikit di kalangan pasukan Islam,
termasuk 70 orang sahabat yang hafiz Al Qur'an terbunuh sebagai syuhada'.
Peristiwa yang tragis itu mendorong Umar menyarankan kepada
Khalifah agar segera dihimpun ayat-ayat A] Qur'an dalam mushaf, karena
dikhawatirkan kehilangan sebagian Al Qur'an dengan wafatnya sebagian para
penghapalnya. Ide Umar dapat diterima oleh Abu Bakar setelah diadakan

17
diskusi dan petimbangan-pertimbangan yang seksama. Kemudian khalifah
memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit, agar segera menghimpun ayat-ayat Al
Qur'an dalam satu mushaf.
Zaid sangat hati-hati dalam mengerjakan tugas ini, sekalipun is
seorang penulis wahyu yang utama dan hafal seluruh Al Qur'an. Dia
dalam menjalankan tugasnya berpegangan dengan dua hal, yaitu :
1. Ayat-ayat Al Qur'an yang ditulis di hadapan Nabi dan di simpan
dirumah Nabi.
2. Ayat-ayat yang dihapal oleh para sahabat yang hafiz Al Qur'an.
Zaid tidak mau menerima tulisan ayat-ayat Al Qur'an, kecuali kalau
disaksikan dengan dua orang saksi yang adil, bahwa ayat-ayat itu benar ditulis
di hadapan Nabi atas perintah (petunjuk)nya.
Tugas menghimpun Al Qur'an itu dapat dilaksanakan oleh Zaid
dalam waktu ± I tahun, yakni antara setelah terjadi perang Yamamah dan
sebelum wafatnya Abu Bakar. Dengan demikian, tercatatlah dalam sejarah,
bahwa Abu Bakar sebagai orang yang pertama menghimpun Al Qur'an dalam
suhuf, Umar sebagai orang yang pertama mempunyai ide menghimpun Al
Qur'an dan Zaid bin Tsabit sebagai orang yang pertama melaksanakan
penulisan dan penghimpunan Al Qur'an dalam satu mushaf.
Mushaf Al Qur'an karya Zaid bin Tsabit itu kemudian disimpan oleh
Abu Bakar dan kemudian Umar. Selanjutnya disimpan Hafsah (isteri Nabi)
yang hafiz Al Qur'an dan pandai baca tulis. Karena masalah khalifah pengganti
Umar harus dimusyawarahkan dulu, jadi Usman belum ditentukan sebagai khalifah
pada waktu itu.
Setelah Usman menjadl khalifah, terjadilah perbedaan bacaan Al Qur'an
di kalangan umat Islam dan kalau ini dibiarkan, bisa menggangu persatuan dan
kesatuan umat Islam. Karena itu sahabat Hudzaifah menyarankan kepada
khalifah agar segera mengusahakan keseragaman bacaan Al Qur'an dengan
jalan menyeragamkan tulisan Al Qur'an. Kalau misalnya masih terjadi
perbedaan-perbedaan tentang bacaannya, diusahakan masih dalam batas-batas
ma'tsur (diajarkat, oleh Nabi), mengingat bahwa Al Qur'an itu diturunkan dengan

18
menggunakan tujuh dialek bahasa Arab yang hidup pada waktu itu.
Khalifah Usman dapat menerima ide Hudzaifah, kemudian membentuk
panitia yang terdiri dari empat orang yaitu Zaid bin Tsabit, Said bin Al Ash ,
Abdullah bin Zubair dan Abdurrahman bin Harits bin Hisyam, panitia ini diketuai
oleh Zaid dan bertugas menyalin suhuf Al Qur'an yang dihimpun oleh Hafsah,
sebab suhuf Hafsah itu dipandang sebagai naskah Al Qur'an standar.
Panitia Zaid diperintahkan untuk menyalin suhuf Hafsah ke dalam
mushaf dengan jumlah beberapa buah untuk dikirimkan ke beberapa daerah
Islam disertai instruksi, bahwa semua mushaf Al Qur'an yang berbeda dengan
mushaf Usman yang terkirim itu harus dimusnahkan (dibakar).
Alhamdulillah semua umat Islam termasuk para sahabat Nabi menyambut
dengan balk mushaf Usman itu dan mematuhi instruksi khalifah dengan senang
hati.
Setelah panitia Zaid berhasil melaksanakan tugasnya, suhuf Hafsah yang
dipinjamnya itu dikembalikan kepada Hafsah. Marwan Al Hakam, seorang khalifah
dari Dinasti Umayah (w. 65 H) pernah meminta Hafsah agar suhufnya itu
dibakar, tetapi ditolak oieh Hafsah. Baru setelah Hafsah wafat, suhufnya
diambil Marwan, kemudian dibakarnya. Tindakan Marwan ini katanya
terpaksa demi mengamankan keseragaman mushaf Al Qur'an yang telah
diusahakan oleh Usman. Dan lagi untuk menghindarkan keragu-raguan Umat
Islam di masa yang akan datang terhadap mushaf Al Qur'an, jika masih terdapat
dua macam mushaf.
Menurut Ibnu Hajar, panitia Zaid dapat menyelesaikan tugasnya pada
tahun 25 H.

Isi Kandungan Al Qur'an


Isi ajaran AI Qur'an pada hakekatnya mengandung lima prinsip, sebab
tujuan pokok diturunkannya Al Qur' an kepada Nabi Muhammad, s aw
untuk diterus kan kepada umat manusia adalah untuk menyampaikan lima
prinsip yang terdapat dalam Al Qur'an . . sehagai berikut :

19
1. Tauhid (doktrin tentang kepercayaan kepada Allah, swt swt).
1. Janji dan ancaman Tuhan
1. lbadah
2. Jalan dan cara mencapai kebahagiaan.
1. Cerita-cerita (sejarah-sejarah) umat manusia sebelum Nabi Muhammad, saw

Fungsi Al Qur'an

Al Qur'an mempunyai beberapa fungsi, diantara fungsinya yang


terpenting adalah:

1. Sebagai mukjizat nabi Muharnmad untuk membuktikan bahwa Nabi Muhammad, saw
adalah Nabi dan Rasul Allah, swt, dan bahwa Al Our'an adalah firman
Allah, swt, bukan ucapan (ciptaan) nabi Muhammad, saw sendiri.
2. Sebagai sumber dari segala aturan tentang hukum, sosial ekonomi,
kebudayaan, pendidikan moral dan sebagainya, yang harus dijadikan way of
life bagi seluruh umat manusia untuk memecahkan persoalan-persoalan
hidupnya.
3. Sebagai hakim yang diberi wewenang oleh Allah, swt memberikan keputusan
terakhir mengenai, beberapa masalah yang diperselisihkan di kalangan
pemimpin-pemimpin agama dari bermacam-macam a g a m a d a n s e k a l i g u s
sebagai korektor yang mengoreksi kepercayaan -
kepercayaan/pandangan-pandangan yang salah di kalangan umat beragama.
4. Sebagai pengukuh (penguat) dan menguatkan kebenaran keberadaan
para Nabi den Rasul sebelum Nabi Muhammad, saw. Hanya saja ajaran-
ajaran dari para Nabi sebelum Nabi Muhammad, saw beserta kitab-kitab
sucinya, sudah tidak orisinil lagi, sebab tidak seclikit yang dirubah oleh
para pemimpin mereka,

3.2 AL HADITS : ARTI DAN FUNGSINYA

20
Al Hadis adalah sumber kedua ajaran dan agama Islam. Apa yang
telah disebut dalam Al Qur'an, dijelaskan atau dirinci, lebih lanjut oleh
Rasullulah dengan sunah beliau. Karena itu, sunah Rasul yang kini terdapat
dalam Al Hadits merupakan penafsiran serta penjelasan otentik tentang Al
Qur'an. Namun sebelum uraian ini dilanjutkan ada beberapa hal yang perlu
dikemukakan.
Perkataan Hadis menurut pengertian kebahasaan ialah berita atau
sesuatu yang baru. Dalam ilmu Hadis istilah tersebut berarti segala perkataan,
perbuatan dan sikap diam Nabi Muhammad, saw tanda setuju (taqrir). Para ahli
Hadis. umumnya menyamakan istilah Hadis dengan sunnah. Namun ada
sementara ahli Hadis mengatakan bahwa istilah Hadis digunakan khusus
untuk sunnah qauliyah (perkataan Nabi), sedang sunnah fil'liyah
(perbuatan) dan sunnah taqririyah tidak disebut Hadis, tetapi sunnah saja.
Dengan demikian sunnah lebih luas dan umum dibandingkan dengan Hadis.
Sebab sunnah meliputi perkataan, perbuatan dan sikap diam Rasulullah
tanda setuju, sedang Hadis hanya mengenai perkataan beliau saja. lnilah
sebabnya mengapa untuk semua yang datang dari Rasulullah (perkataan,
perbuatan clan sikap diam beliau) biasa dipergunakan perkataan sunnah,
walaupun kadang-kadang dipakai juga perkataan Hadis.
Sebagai sumber agama dan ajaran Islam, Al Hadis mempunyai peranan
penting setelah Al Qur'an. Al Qur'an sebagai kitab suci dan pedoman hidup
umat Islam diturunkan pada umumnya dalam kata-kata yang perlu dirinci
dan dijelaskan lebih lanjut, agar dapat dipahami dan diamalkan. Sebagai
utusan Allah, swt, Nabi Muhammad, saw mempunyai wewenang, menjelaskan
dan merinci wahyu Allah, swt yang bersifat umum.

Dalam surah An Nahl : 44, kalimat kedua Allah, swt menyatakan yang artinya:
"Dan Kami turunkan kepadamu Al Qur'an, agar kamu (Muhammad, saw)
menjelaskan kepada umat manusia apa yangtelah diturunkan kepada mereka….”

Tugas menjelaskan wahyu Allah, swt telah dilaksanakan oleh


Rasulullah. Penjelasan -penjelasan itulah yang kita kenal dengan nama Hadis atau

21
Sunnah Rasulullah.

Adapun fungsi dan peranan Hadis di samping Al Qur'an sebagai


sumber agama dan ajaran Islam, antara lain sebagai berikut :

1. Sebagai penguat hukum yang telah ditetapkan Al Qur'an.

Misalnya, Al Qur'an melarang, mensekutukan Allah, swt, menyakiti


kedua orang tua dan bersaksi palsu.

Firman Alah dalam Q.S. Luqman : 13


Artinya : " Hai anakku, janganlah kamu mensekutukan Allah, swt, sesungguhnya
mensekutukan Allah, swt itu adalah kezaliman yang amat besar."

Firman Allah, swt dalam Q.S. Al Isra' : 23

Artinya: "...maka janganlah kamu mengatakah 'ah' kepada kedua (orang tua) dan
janganlah membentak mereka (orang tua), ucapkanlah kepada mereka (orang
tua) perkataan yang lemah lembut "

Dan firman Allah, swt dalam Q.S. Al Haj : 30 :


Artinya: "....dan jauhilah perkataan dusta."
Larangan-larangan tersebut dikuatkan oleh Hadis yang berbunyi:
Artinya : "Perhatikanlah saya akan menerangkan kepada kalian tentang
dosa besar (diucapkan tiga kali) sahabat menjawab tentu ya
Rasulullah, Nabi bersabda: Mempersekutukan Allah, swt, durhaka
kepada orang tua. ingat! Perkataan palsu dan kesaksian palsu.
Rasulullah mengulang-ulang sampai kami minta beliau diam.- (HR.
Bukhari - Muslim).
2. Uutuk merinci ayat-ayat yang bersifat global.
Misalnya, mengenai shalat, Allah, swt berfirman dalam Q. S. An Nisa : 103
Artinya: "...maka dirikanlah Shalat sesungguhnya shalat itu bagi orang
mukmin merupakan, kewajiban yang telah ditentukan waktu-waktunya."
Ayat tentang perintah shalat sesungguhnya diterangkan Nabi tentang tata
caranya, syarat dan rukunnya, waktu-waktunya dengan cara
mempraktekannya di depan para sahabat.

22
Sabda Nabi Muhammad, saw :
Artinya: "Sahalatlah kamu sebagaimana kamu melihat saya shalat, begini dan
begitu...."
3 . Membatasi kemutlakan ayat.-ayat Al Qur'an.
Misalnya mengenai wasiat, Allah, swt berfirman dalam Q.S. An Nisa : 12
Artinya. :"...sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat dan atau sesudah dibayar
hutang-hutang…..."
Ayat ini membolehkan kepada setiap orang untuk membuat wasiat tanpa
batasan. Kemudian Rasulullah membatasinya hanya 1/3 saja dengan sabda
beliau :
Artinya : "...sepertiga, sepertiga itu sudah besar dan sudah banyak, kamu
meninggalkan ahli warismu berkecukupan lebih balk daripada mereka
miskin dan minta-minta kepada orang banyak " (H.R. Bukhari - Muslim).
4. Mengkhususkan ayat-ayat Al Qur'an yang bersifat umum.
Misalnya mengenai bangkai dan darah, firman Allah, swt dalam Q.S. Al
Maidah:3: Artinya : "Diharamkan bagimu memakan bangkai, darah dan
daging babi..." Ayat ini dikhususkan oleh sabda Nabi :
Artinya :"Dihalalkan bagi kita dua bangkai dan dua darah, yaitu bangkai
ikan dan belalang, adapun darah yaitu hati dan limpah." (H.R. Ibn Majah &
Al Hakim),
5. Sebagai hokum yang berdiri sendiri (fidak dijciaskan Al Qur'an)
Misalnya sabda Nabi :
Artinya: "Rasulullah melarang memakan setiap binatang buas dan burung
yang berkuku kuat." (H.R, Muslim).

Sunnah yang merupakan interprestasi AI Qur'an maupun yang menjadi


sumber ajaran yang berdiri sendiri, semula tidak ditulis atau dibukukan dengan
alasan untuk menghindari agar tidak bercampur dengan Al Qur'an. Keadaan ini
berjalan sejak Nabi masih hidup sampai ke masa tabi'in. Hadis-hadis hanya
tersiar dari mulut ke mulut dan tidak adas kumpulan sunnah yang lengkap seperti
Al Qur'an.

23
Hadis baru dibukukan sekitar tahun 100 H (Abad ke-2 H) pada masa
khalifah Umar bin Abdul Azis. Dan yang pertama merespon pengumpulan dan
penulisan Hadis adalah Ibn Syihab Al Zuhri. Setelah itu menyusul kernudian
nama-nama yang lain dalam mengumpulkan dan menulis Hadis, hingga di
kalangan Sunni terkenal al Kutub as Sittah = 6 kitab Hadis, yaitu Kumpulan
Bukhari, Muslim, Abu Daud, an Nasa'I, at Tarrnizi dan Ibn Majah.
Sebelum mengakhiri pembahasan tentang Hadis perlu ditegaskan adanya
ucapan Nabi yang disebut Hadis Qudsi yang tidak menjadi bagian Al Qur'an, tetapi
di dalamnya Allah, swt, yang berbicara melalui Nabi, disampaikan dengan kata-kata
Nabi sendiri. Jelasnya H ad is Q ud s i ha di s ya ng ol eh N ab i di s a nd ar ka n
ke pa da A l la h, s w t. M aks ud ny a N ab i meriwayatkan bahwa itu adalah kalam
Allah, swt, maka Rasul menjadi perawi kalam Allah, swt ini dengan lafaz dari
Nabi sendiri.

3.3 IJT1HAD (IJMA)

Menurut ajaran Islam manusia dibekali Allah, swt dengan berbagai


perlengkapan yang sangat berharga antara lain, akal, kehendak dan
kemampuan untuk berbicara. Dengan akalnya manusia dapat membedakan
antara yang benar dengan yang salah. yang balk dengan yang buruk, antara
kenyataan dan khayalan. Dengan mempergunakan akalnya, manusia akan
selalu sadar. Dengan kehendak bebas (free will) yang diberikan Tuhan
kepadanya, manusia dapat memilih jalan yang dilaluinya, membedakan mana
yang mutlak mana yang nisbi. Karena manusia bebas menentukan
pilihannya, ia dapat dimintai pertanggungiawaban mengenai segala perbuatannya
dalam memilih sesuatu.
Sebagai sumber ajaran yang ketiga, kedudukan akal pikran manusia
yang memenuhi syarat penting sekali di dalam sistem ajaran Islam. Di dalam
kepustakaan, sumber ajaran Islam yang ketiga ini disebut dengan istilah ar
Ra'yu atau sering juga disebut denga kata ijtihad.
Ijtihad merupakan sumber tambahan dalam ajaran Islam yaitu usaha

24
sungguh-sungguh seorang (beberapa orang) ulama tertentu, yang memiliki syarat-
syarat tertentu, pada waktu tertentu, untuk merumuskan kepastian hukum
(penilaian hukum) mengenai suatu perkara tertentu, yang tidak ada kepastian
hukumnya secara tegas dalam Al Qur'an maupun As Sunnah.
litihad yang dilaksanakan secara kolektif (beberapa ulama) dalam suatu
masa untuk merumuskan kepastian hukum suatu perkara disebut "ijma",
sedang yang dilakukan seorang ulama tertentu saja dinamai "ijtihad" saja.

Adapun perkara yang boleh dilakukan ijtihad ialah perkara yang


berhubungan dengan keduniawian (furu’), bukan masalah keimanan (ushul)
yang tidak terdapat hukumnya di dalam Al Qur'an maupun As Sunnah. Misalnya
terhadap kejadian baru, yang tidak ada pada masa Nabi, sedang hukumnya
tidak jelas, karena tidak ada nashnya dalam Al Qur'an maupun As Sunnah.
Maka pada saat demikian orang yang mampu beri jitihad berusaha dengan
sungguh-sungguh mencari ketentuan hukum dengan jalan istimbat
(mengeluarkan) hukum dari keumuman pengertian Al Qur'an dan atau Sunnah
seperti masalah keluarga berencana, alat kontrasepsi, pemindahan organ
tubuh mayat kepada orang lain masih hidup, bayi tabung dan lain-lain masalah
yang kontemporer dan berkembang di masyarakat.

3.4 QIYAS
Qiyas adalah usaha yang ditempuh oleh mujtahid untuk menemukan kepastian
hukum mengenai suatu perkara yang terdapat hukumnya di dalam Al Qur'an atau
Sunnah dengan jalan mempersamakan perkara itu dengan perkara lain yang
ada hukumnya di Al Qur'an atau As Sunnah disebabkan adanya persamaan
alasan hukum bagi dua macam kejadian tersebut.
Qiyas dalarn fiqh Islam sama dengan "analogi" dalam hukum umum,
hanya saja analogi bukan sebagai sumber hukum, melainkan salah satu cara
atau metode penafsiran hukum.
Sebagai contoh hukum orang yang memukul orang tuanya
(bapak-ibu) tidak dijelaskan dalam Al Qur'an, tapi berkata kasar dan

25
membentak kedua orang tua adalah dilarang atau diharamkan, Maka hukum
memukul orang tua diqiyaskan dengan hukum membentak orang tua, karena kedua
kejadian itu mempunyai persamaan alasan hukum, yaitu sama-sama menyakiti
orang tua.
Qiyas mendorong umat Islam untuk berfikir secara logis dan rasional dalam
membandingkan (mempersamakan dan membedakan) beberapa kasus, ditinjau
dari alasan dan akibat-akibatnya. Dengan demikian, make ruang lingkup
hukum Islam mejadi lugas, tidak terbatas/terikat pada makna letterlyknya ayat
Al Qur'an dan sunnah saja. Ayat Al Qur'an dan Sunnah memberikan ketentuan
hukum yang bersifat garis besar dan umum.

26

Anda mungkin juga menyukai