Kelompok 1 :
Sarah Safira
Supyandi
UU Abdullah
2023
KATA PENGANTAR
Makalah ini diharapkan bisa menambah pengetahuan dan wawasan bagi prmbaca dan
bagi penulis. Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah “Ulumul Quran”
Pendidikan Kader Ulama MUI DKI Jakarta.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran semoga makalah ini
dapat lebih bermanfaat bagi pembaca khususnya bagi penulisnya. Aamiin.
Pemakalah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al- Qur’an adalah mukjizat islam yang abadi dimana semakin maju ilmu
pengetahuan. Semakin tampak validitas kemukjizatannya. Allah SWT menurunkannya
kepada Nabi Muhammad SAW , demi membebaskan manusia dari berbagai kegelapan
hidup menuju cahaya ilahi, dan membimbing mereka ke jalan yang lurus. Rasulullah
menyampaikannya kepada para sahabatnya sebagai penduduk asli arab yang sudah
tentu dapat memahami tabiat mereka. Jika terdapat sesuatu yang kurang jelas bagi
mereka tentang ayat-ayat yang mereka terima, mereka langsung menanyakannya
kepada Rasulullah SAW.1
Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Rasul-Nya Muhammad
Saw, yang keotentikan (keaslian) al-Qur’an dijamin oleh Allah SWT. Hal ini sesuai
dengan firman-Nya dalam Q. S al-Hijr ayat 9, yaitu:
1 H. Aunnur Rafiq El -Mazni, Lc, MA, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an,terjemah Mabahits Fi Ulumul
22:51
3 Muhammad Amin Suma, Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an 1, Cet. I, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000), h.48.
al-ghar) bukan mutakallim wahdah yang menunjukkan kemahatunggalan Allah Yang
Maha Esa, mengindikasikan keharusan keterlibatan kaum muslimin dalam
mempertahankan kemurnian kitab suci al-Qur’an. Upaya demikian memang telah
berjalan sepajang sejarah kaum muslimin sejak Nabi Muhammad Saw, dan terus
berlanjut hingga kini dan di masa-masa mendatang.
Sejarah telah membuktikan kebenaran pemeliharaan al-Qur’an dari
kemungkinan ternodanya wahyu Allah SWT ini. Adapun Sejarah Al-Qur’an itu sendiri
secara umum ada beberapa tahap, yaitu: Sejarah al-Qur’an pada Masa Nabi Muhammad
Saw, Sejarah al-Qur’an pada Masa Khulafaur Rosyidin, dan Sejarah al-Qur’an pada
Masa Usmani.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, kami merumuskan masalahnya sebagai berikut :
1. Pengertian Al-Qur’an
2. Sejarah Al-Qur’an pada Masa Nabi Muhammad Saw
3. Sejarah Al-Qur’an pada Masa Khulafaur Rosyidin
4. Sejarah Al-Qur’an pada Masa Usmani
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Al-Qur’an
Al-Quran menurut pendapat yang paling kuat seperti yang
dikemukakan Dr. Subhi Al Salih berarti "bacaan", asal kata qara’a. Kata Al-
Quran itu berbentuk masdar dengan arti isim maf‟ul yaitu maqru”
Berbicara tentang pengertian Al-Quran, apakah itu dipandang dari
sudut bahasa maupun istilah. Banyak para ulama berbeda pandangan dalam
mendefinisikannya. Qara’a mempunyai arti mengumpulkan dan
menghimpun, dan qira’ah berarti menghimpun huruf-huruf dan kata-kata satu
dengan yang lain dalam suatu ucapan yang terusun rapi. Quran pada mulanya
seperti qira’ah, yaitu masdar (infinitive) dari kata qara’a, qira’atan, qur’anan,
Sebagaimana firman Allah :
فَِإذَا قَ َرْأنََٰ ُه فَٱتَّبِ ْع قُ ْر َءانَ ُهۥۥ, إِ َّن َعلَْي نَا َج ْم َع ُهۥ َوقُ ْر َءانَ ُه
Artinya: Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di
dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai
membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. 4
Al-Qur’an menurut istilah, antara lain, adalah: Firman Allah swt yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, yang memiliki kemukjizatan lafal,
membacanya bernilai ibadah, diriwayatkan secara mutawatir, yang tertulis
dalam mushhaf, dimulai dengan surah al-Fatihah dan diakhiri dengan surah
al-Nas.5
M. Qurais Shihab (1997) mendefinisikan Al-Qur’an sebagai : “firman-
firman Allah yang disampaikan oleh malaikat jibril sesuai redaksinya kepada
Nabi Muhammad saw, dan diterima oleh ummat Islam secara tawatur.
Maka dapat didefinisikan bahwa: Al-Qur’an adalah firman Allah swt
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw melalui perantara malaikat
Jibril a.s sesuai dengan redaksinya, yang memiliki kemukjizatan lafal, yang
4 https://media.neliti.com/media/publications/293616-pendekatan-dalam-studi-al-quran-studi-te-
6 Manna Al-Qaththan, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2013), h. 154
7 Al-Qurtubi, Al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an, (Beirut:Muassasah al -Risalah,2006), h. 34
8 Manna Al-Qattan, Mabahits fi Ulum al-Qur’an, (Riyadh:Muassasah al-Risalah,1987), h.29
b. Langsung menerimanya dari Allah, dan mendengar bunyinya secara
jelas.9
Pada saat diturunkannya al-Qur’an, Rasulullah menganjurkan supaya
al-Qur’an itu dihafal, dibaca selalu, dan diwajibkannya membacanya
dalam shalat.10
Sedangkan untuk penulisan al-Qur’an, Rasulullah Saw mengangkat
beberapa orang sahabat, yang bertugas merekam dalam bentuk tulisan
semua wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah Saw. Di antara mereka
ialah Abu Bakar al-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin
Abi Thalib, Zaid bin Tsabit, Ubay bin Ka’ab dll.11
Adapun alat yang digunakan untuk menulis wahyu pada saat itu masih
sangat sederhana. Para sahabat menulis al-Qur’an pada ‘usub (pelepah
kurma), likhaf (batu halus berwarna putih), riqa’ (kulit), aktaf (tulang
unta), dan aqtab (bantalan dari kayu yang biasa dipasang di atas punggung
unta). Salah seorang sahabat yang paling banyak terlibat dalam penulisan
al-Qur’an pada masa nabi adalah Zaid bin Tsabit. Dan juga Ia terlibat
dalam pengumpulan dan pembukuan al-Qur’an masing-masing di masa
Abu bakar dan Utsman bin Affan.
Untuk menghindari kerancuan akibat bercampuraduknya ayat-ayat
alQur’an dengan lainnya, misalnya hadis Rasulullah, maka Beliau tidak
membenarkan seseorang sahabat menulis apapun selain al-Qur’an.
Larangan Rasulullah untuk tidak menuliskan selain al-Qur’an ini, oleh Dr.
Adnan Muhammad, yang disebutkan oleh Kamaluddin Marzuki dalam
bukunya, dipahami sebagai suatu usaha yang sungguh-sungguh untuk
menjamin nilai akurasi (keakuratan) al-Qur’an.12
Setiap kali turun ayat al-Qur’an, Rasulullah memanggil juru tulis
wahyu dan memerintahkan sahabatnya agar mencatat dan menempatkan
serta mengurutkannya sesuai dengan petunjuk Beliau. Pada masa
Rasulullah, Keseluruhan al-Qur’an telah ditulis, namun masih belum
terhimpun dalam satu tempat artinya masih berserak-serak. Mengingat
13 Ibrahim Al lbyariy, Pengenalan Sejarah Al-Qur’an, Penej. Saad Abdul Wahid, Cet. II, (Jakarta: Raja
15 As-Shalih, Subhi. 1988. Mabahis Fi Ulum Al-Quran. Beirut: Darul Ilmi. Hal. 361-362.
16 As-Suyuti, Jaluddin. 1978. Al-Itqoan Fi Ulum Al-Qur’an. Beirut: Darul Ma’arif. Juz 5.
tersebut diserahkan kepada Hafshah, istri Rasulullah untuk disimpan.
Pertimbangannya, selain istri Rasulullah, Hafshah juga dikenal sebagai orang
yang pandai membaca dan menulis (Shihab, 2001: 29).17
4. Sejarah Al-Qur’an Masa Usmani
Babak baru sejarah penulisan Al-Qur’an, muncul saat Utsman bin Affan
(644- 655 M) terpilih menjadi Khalifah ketiga menggantikan Umar bin
Khattab. Saat itu dunia Islam telah meluas sampai ke berbagai daerah dan
kota. Di setiap daerah telah tersebar dan populer bacaan Al-Qur’an dari para
sahabat yang telah mengajar kepada mereka. Penduduk Syam membaca Al-
Qur’an mengikuti bacaan Ubay bin Ka’ab, penduduk Kufah mengikuti
Bacaan Abdullah bin Mas’ud, penduduk Bashrah mengikuti bacaan Abu
Musa al-Asy’ari (ash-Shabuni, 1999: 108), penduduk Hims mengikuti bacaan
Ubadah bin Shamit dan penduduk Damaskus mengikuti bacaan Abu Darda.‟
begitu seterusnya (Akaha, 1996: 29). Di antara mereka terdapat perbedaan
bunyi huruf, dan bentuk bacaan. Masalah ini kemudian mulai membawa
mereka kepada pintu perpecahan dan pertikaian antar sesama.
Menurut M.M al-A„zami, sesungguhnya perbedaan bacaan Al-Qur’an
(qira’ah) sebenarnya bukan barang baru, sebab Umar pernah mengantisipasi
bahaya perbedaan ini sejak zaman pemerintahannya. Dengan mengutus Ibnu
Mas’ud ke Irak, setelah Umar diberitahukan bahwa Ibnu Mas’ud mengajarkan
Al-Qur’an dengan dialek Hudhail, Umar sempat marah (al-A’zami, 2005: 99-
100).18
Setidaknya terdapat beberapa riwayat dan hasil penelitian yang
melatarbelakangi Khalifah Utsman kembali mengadakan penyalinan Al-
Qur’an -meminjam terminologi Manna’Khalil al-Qattan- merupakan
kodifikasi kedua (al-jam’u al-tsani) setelah masa kekhalifahan Abu Bakar;
a. Menurut riwayat al-Bukhari dari Anas bin Malik, proses penulisan
mushaf Al-Qur’an di zaman Utsman adalah bermula ketika Hudzaifah
bin al-Yamani datang menemui Utsman, setelah sebelumnya ikut
berperang dengan penduduk Syam dan Irak dalam pembukaan (futuh)
Armenia dan Azerbaijan. Yang mana perbedaan mereka dalam bacaan
Kesimpulan
Al-Qur’an adalah firman Allah swt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
saw melalui perantara malaikat Jibril a.s sesuai dengan redaksinya, yang memiliki
kemukjizatan lafal, yang tertulis dalam mushaf, dimulai dari suruh al-Fatihah sampai
pada suruh al-Nas, dan disampaikan secara mutawatir kepada umat Islam, dimana
membacanya dinilai sebagai ibadah.
Pada saat diturunkannya al-Qur’an, Rasulullah menganjurkan supaya al-
Qur’an itu dihafal, dibaca selalu, dan diwajibkannya membacanya dalam shalat.
Sedangkan untuk penulisan al-Qur’an, Rasulullah Saw mengangkat beberapa orang
sahabat, yang bertugas merekam dalam bentuk tulisan semua wahyu yang diturunkan
kepada Rasulullah Saw.
Adapun alat yang digunakan untuk menulis wahyu pada saat itu masih sangat
sederhana. Para sahabat menulis al-Qur’an pada ‘usub (pelepah kurma), likhaf (batu
halus berwarna putih), riqa’ (kulit), aktaf (tulang unta), dan aqtab (bantalan dari kayu
yang biasa dipasang di atas punggung unta).
Setelah Rasulullah wafat, kemudian Abu Bakar diangkat menjadi khalifah.
Umar menyarankan dengan sangat kepada Khalifah Abu Bakar untuk segera
mengambil tindakan kongkrit dalan membukukan Al-Qur’an (jam’u Al-Qur’an),
karena kekhawatirannya Al-Qur’an akan berangsur-angsur hilang bila hanya
mengandalkan hafalan semata, apalagi para penghafalnya (qurra’) semakin berkurang.
Pada awalnya Abu Bakar dalam sebuah riwayat al-Bukhari dengan sanad dari Zaid
bin Tsabit, menolak usulan Umar bin Khattab,sampai akhirnya Abu Bakar
menyetujuinya dan menunjuk Zaid bin Tsabit sebagai ketua Tim Lajnah Kodifikasi
Mushaf Al-Qur’an
Sepeninggal Abu Bakar, estafet pemerintahan beralih kepada Umar bin
Khattab, pada periode inilah mushaf zaman Khalifah Abu Bakar disalin dalam
lembaran (shahifah). Umar tidak menggandakan lagi shahifah yang ada, karena motif
awalnya memang dipergunakan sebagai naskah asli (original), bukan sebagai naskah
hafalan. Setelah semua rangkaian naskah selesai, naskah tersebut diserahkan kepada
Hafshah, istri Rasulullah untuk disimpan. Pertimbangannya, selain istri Rasulullah,
Hafshah juga dikenal sebagai orang yang pandai membaca dan menulis.
Saat Utsman bin Affan (644- 655 M) terpilih menjadi Khalifah ketiga
menggantikan Umar bin Khattab. Pengumpulan Al-Qur’an pada Utsman sangat jauh
berbeda dengan faktor yang ada pada masa Abu Bakar. Dominasi perbedaan bacan
qira’ah Al-Qur’an pada masa Utsman lebih menjadi sebab utama yang akhirnya
melahirkan apa yang dikenal sampai saat ini, dengan meminjam istilah Manna’Khalil
al-Qattan, dalam Mabahist-nya yaitu; “Rasm Utsmani lil Mushaf”
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abdullah al-Zanjani, Sejarah Al-Qur’an, Penerj. Kamaluddin Marzuki, A. Qurtubi
Hasan, Cet. I, Jakarta: Hikmah, 2000
Al-Qurtubi, Al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an, Beirut:Muassasah al-Risalah,2006
Anwar, Rosihan. 2006. Ulumul Qur’an. Bandung: Pustaka Setia
As-Shalih, Subhi. 1988. Mabahis Fi Ulum Al-Quran. Beirut: Darul Ilmi.
As-Suyuti, Jaluddin. 1978. Al-Itqoan Fi Ulum Al-Qur’an. Beirut: Darul Ma’arif.
H. Aunnur Rafiq El-Mazni, Lc, MA, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an,terjemah
Mabahits Fi Ulumul Qur’an, Jakarta : Pustaka Al Kautsar, 2006
H.A. Athaillah, Sejarah al-Qur’an, Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2010
Ibrahim Al lbyariy, Pengenalan Sejarah Al-Qur’an, Penej. Saad Abdul Wahid, Cet. II,
Jakarta: Raja Gravindo Persada, 1993
Kamaluddin Marzuki, ‘Ulum Al-Qur’an, Cet. II, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994
Manna Al-Qaththan,Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an,Bogor:Pustaka Litera Antar Nusa,2013
Manna Al-Qattan, Mabahits fi Ulum al-Qur’an, Riyadh:Muassasah al-Risalah,1987
Muhammad Abu Syahbah, Madkhal li dirasatil-Qur'anil-Karim, As-Sunnah, 1992
Muhammad Amin Suma,Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an 1, Cet. I,Jakarta:Pustaka
Firdaus,2000
Zainal Abidin S, Seluk Beluk Al-Qur’an, Cet. I, Jakarta: Rineka Cipta, 1992
Website
https://tafsirweb.com/4159-surat-al-hijr-ayat-9.html, di Download pada Rabu, 29
Maret 2023 Pukul 22:51WIB
https://media.neliti.com/media/publications/293616-pendekatan-dalam-studi-al-quran-
studi-te-d152fd5b.pdf , di Download pada 29 Maret 2023 Pukul 09.42 WIB