KUMPULAN RESUME
OLEH
DOSEN PENGAMPU
FAKULTAS SYARI’AH
2020/2021
PEGANTAR STUDI AL-QUR’AN HADITS
KELAS :HTN A
SILABUS :1
A. Al-Qur’an
Etimologi : bacaan yang sempurna, mengumpulkan, dan menghimpun
Terminology : Firman Allah yang disampaikan melalui perantara mallaikat
Jibril kepada Nabi Muhammad SAW.
Adapun menurut para ahli, pengertian al-qur’an adalah:
Subhi As-Shaleh
Al-Qur’an adalah kalam Allah yang berupa mukjizat yang
diturunkan kepada Rasulullah dalam bentuk mushaf yang
diriwayatkan secara mutawatir dan bernilai ibadah membacanya.
Ali As-Sabbani
Al-Qur’an adalah firman Allah yang tidak ada tandingannya yang
diturunkan kepada Rasulullah melalui malaikat Jibril, diriwayatkan
secara mutawatir.
Syekh Kudaribaik
Al-Qur’an adalah firman Allah yang berbahasa arab yang
diturunkan kepada Rasulullah dalam bentuk mushaf secara
mutawatir yang diawali dengan surah al-fatihah dan diakiri dengan
surah an-nas.
B. Wahyu
Wahyu adalah kalam allah yang diturunkan kepada seluruh makhaluk-Nya
melalui malaikat Jibril.
Adapun tata cara turunnya wahyu adalah:
Malaikat jubril memyampaikan wahyu dengan cara menampakkan
wujud aslinya
Malaikat Jibril menyampaikan wahyu dengan cara menyamar
menjadi orang asing
Malaikat Jibril menyampaikan wahyu melalui geemiricik bunyi
lonceng
Perbedaan antara wahyu dan Al-qur’an adalah wahyu diturunkan kepada
seluruh makhaluk sedangkan Al-qur’an diturunkan khusus kepada Rasulullah.
KELAS :HTN A
SILABUS :2
A. Pengertian Al-Qur’an
Etimologi: bacaan , mengumpul, dan menghimpun
Terminology: firman Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad melalui perantara malaikat Jibril, diturunkan secara
mutawatir dalam bentuk mushaf.
Para ahli ushul fiqih
Al-Qur’an adalah nama bagi keseluruhan Al-qur’an dan nama untuk
bagian-bagiannya yang diturunkan kepada Rasulullah SAW maka
jadilah sebagai identitas diri
B. Pengertian Tafsir
Etimologi: tafsir berarti al-ibahah wa kasyfu al-mughattha yang
berarti menjelaskan dan menyingkap yang tertutup
Terminology: suatu ilmu untuk memahami Al-qur’an, baik berupa
makna, hikmah, dan isi kandungannya
Al-zarqoni
Tafsir adalah ilmu untuk memahami Al-qur’an yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad dengan menjelaskan makna-maknanya dan mengeluarkan
hukum dan hikmah0hikmahnya.
Abu Hayyan
Tafsir adalah ilmu yang membahas cara pengucapan lafaz Al-qur’an,
petunjuk-petunjuknya, hukum-hukumnya, baik Ketika berdiri sendiri maupun
tersusun dan makna yang dimungkinkan baginya Ketika tersusun serta hal
lain yang melengkapinya.
C. Nama- Nama Lain Al-qur’an
Al-furqan (Pembeda antara yang hak nan yang batil)
Al-Furqan:1
Al-Burhan (Bukti kebenaran)
An-Nissa’:174
Al-Haq (kebenaran)
Al-Haqqah:51
An-Naba’ Al-Azhim (berita yang besar)
Shad:67-68
Al-Balagh (penjelasan)
Ibrahim:52
Al-Mau’izah ( pembelajaran)
Yunus:57
D. Sifat dan Fungsi Al-Qur’an
Al-qur’an adalah Ash-Shirath Al-Mustaqim ( jalan yang lurus)
Al-qur’an adalah Al-Hablul Matin ( tali yang sangat kokoh)
Al-qur’an adalah Al-Mizan (timbangan)
Al-qur’an adalah An-Nurul Mubin (cahaya yang terang benderang)
Al-qur’an adalah Asy-Syifa’ (penyembuh)
E. Urgensi Tafsir
Tafsir Bil Ma’tsur
Metode penafsiran yang ditempuh oleh para sahabat dan generasi
selanjutnya dalam kerangka metodologis atau dalam bentuk
periwayatan.
Tafsir Bil Ra’yi
Metode penafsiran Al-qur’an dimana seorang mufassir
menggunakan akal atau rasio sebagai pendekatan utamanya.
Tafsir Tahlily
Metode penafsiran Al-qur’an yang berupaya menjelaskan
kandungan ayat-ayat Al-qur’an dari berbagai segi dengan
memperhatikan runtutan ayat-ayat sebagaimana yang tercantuk
dalam mushaf.
Tafsir Muqaran
Motode penafsiran Al-qur’an yang membanding-bandingkan ayat
Al-qur’an yang satu dengan ayat lainnya yang sama redaksinya,
tetapi berbeda masalahnya, atau membandingkan Al-qur’an
dengan hadits atau membandingkan Al-qur’an dengan pendapat
ulama tafsir lainnya.
Tafsir Ijmaly
Metode penafsiran Al-qur’an yang menafsirkan ayat-ayat Al-qur’an
dengan cara menggunakan makna global.
Tafsir Maudhu’i
Metode penafsiran Al-qur’an dengan cara menggumpulkan ayat-
ayat Al-qur’an yang memiliki satu tujuan.
KELAS :HTN A
SILABUS :3
Pengertian
Istilah ulum al-Qur’an, secara etimologi, merupakan gabungan dari dua kata
bahasa Arab, yaitu Ulum dan al-Qur’an. Kata ulum adalah bentuk jamak dari kata
ilm yang merupakan bentuk masdar dari kata ‘alima, ya’lamu yang berarti
mengetahui. Dalam kamus al-Muhit kata alima disinonimkan dengan kata arafa
(mengetahui, mengenal). Dengan demikian, kata ilm semakna dengan ma’rifah yang
berarti pengetahuan. Sedangkan ulum berarti sejumlah pengetahuan.
Ulum al- Qur’an , menurut Manna’ al-Qattan adalah: “Ilmu yang mencakup
pembahasan-pembahasan yang berhubungan dengan Al-Qur’an, dari segi sebab
turunnya, pengumpulan dan urutan-urutannya, pengetahuan tentang ayat-ayat
makkiyyah dan madaniyyah, nasikh dan mansukh, mahkam dan mutasyabih, dan
hal-hal lain yang berkaitan dengan Al-Qur’an”.
a. Gharib Al-Qur’an
b. Mu’rob Al-Qur’an
i. Musykil
j. Nasikh-Mansukh, dll.
Persoalan Makna-makna Al-Qur’an yang berpautan dengan
Kata-kata Al-Qur’an
a. Berpisah (Fasl)
b. Bersambung (Washl)
c. Uraian singkat (i’jaz)
d. Uraian panjang (Ithnab)
Sejarah Ulumul Qur’an
Perkembangan Ulum Al-Qur’an Abad II H
Pada abad ini tiba masa pembukuan yang dimulai dengan
pembukuan hadist dengan segala babnya, akan tetapi para
ulama lebih memprioritaskan penyusunan tafsir karena tafsir
adalah induk ‘Ulum Al-Qur’an. Diantara mufassir yang terkenal
pada abad ini adalah:
o Syu’bah Al-Hajjaj (w. 160 H)
o Sufyan bin Uyainah (w. 198 H)
o Sufyan Ats-Tsauri (w. 161 H)
o Ibn Jarir Ath-Thabari (w. 310 H)
Perkembangan Ulum Al-Qur’an Abad III H
Pada abad ini para ulama mulai menyusun pula beberapa
ilmu Al-Qur’an diantaranya:
o Ali bin Al-Madini (w. 234 H) telah menyusun
karangannya mengenai Asbabun Nuzul.
o Abu ‘Ubaid Al-Qasim (w. 224 H) menulis tentang
Nasikh-Mansukh dan Qira’at
o Ibn Qutaibah (w. 276 H) menulis tentang Musykilatul
Qur’an
Perkembangan Ulum Al-Qur’an Abad VI H
Pada ini mulai disusun ilmu Gharib Al-Qur’an, di antara
ulama yang menyusun ilmu ini adalah:
o Abu Bakar As-sijistani (w. 330 H)
o Abu Bakar Muhammad bin Al-Qasim (w. 328 H)
o Perkembangan ulum Al-Qur’an Abad V H
o Abu Bakar Al-Baqalani (w. 403 H) menyusun I’jazul
Qur’an
o Alamudin As-Sakhawi (w. 643 H), menyusun Aqsamul
Qur’an
o Ali bin Ibhrahim bin Said Al-Hufi (w. 430 H),
menyusun mngenai I’rabul; Qur’an.
PEGANTAR STUDI AL-QUR’AN HADITS
NUZULUL QUR’AN
NAMA :MUHAMMAD FAUZAN
NIM :2013030005
KELAS :HTN A
SILABUS :4
Kata asbab an-nuzul terdiri atas dua suku kata, yaitu asbab dan
nuzul. Adapun asbab adalah jamak dari kata sababun yang artinya
sebab. Sedangkan al-nuzul yang artinya turun. Kedua suku kata ini
dalam ilmu gramatika bahasa Arab disebut tarkib al-idhafiy. Makna
tekstual dari dua kata itu adalah sebab-sebab turun.
NIM :2013030005
KELAS :HTN A
SILABUS :5
Al Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang berisi wahyu wahyu Allah SWT
yang diturunkan melalui perantara malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW.
Ada dua pendapat yang dikenal tentang ayat yang pertama kali diturunkan,
yaitu :
Pendapat ini didasarkan pada suatu hadis yang diriwayatkan oleh Al-
Bukhari dan Muslim serta yang lainnya dari Aisyah r.a.
Q.S Al-Mudattsir
Pendapat ini didasarkan pada suatu hadis yang diriwayatkan oleh Jabir
ibn ‘Abdillah r.a.
Ada begitu banyak pendapat dari para ulama mengenai ayat yang terakhir
diturunkan antara lain :
Pendapat ini didasarkan pada hadis yang diriwayatkan oleh Said bin
al-Musayyab yang menyatakan bahwa ayat yang terakhiir turun yaitu ayat
tentang utang.
Q.S Al-Maidah : 3
Pendapat Abdullah bin Amru. Ayat ini turun ketika nabi Muhammad
SAW sedang melakukan ibadah haji wada’.
Artinya : Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-
cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.
Q.S Al-Mudatsir
Surah ini berisi perintah untuk Nabi Muhammad SAW agar berdakwah
atau memberi peringatan kepada umatnya untuk menjauhi larangan dan
menjalankan perintah Allah SWT. Selain itu surah ini juga berisi perintah
untuk tidak menyekutukan Allah, membersihkan hati dari sifat syirik dan
bersih amal, meninggalkan sesuatu yang dapat menyebabkan kemurkaan
Allah, serta berbuat kebaikan bukan karena untuk mendapat balasan tetapi
untuk mendapat ridha Allah.
Ayat 278 berisi perintah untuk bertakwa kepada Allah dan melarang
melakukan riba. Ayat 281 menjelaskan peringatan kepada manusia bahwa
pada hari dimana manusia kembali kepada Allah akan ada balasan atas
segala macam hal yang telah dilakukan. Dan ayat 282 menjelaskan bahwa
dalam kegiatan hutang piutang sebaiknya dituliskan persyaratan pembayaran
agar jika nanti terjadi perselisihan maka terdapat bukti. Kemudian dalam
menuliskan persyaratan sebaiknya ditulis oleh seseorang yang adil dan jujur
dan disaksikan oleh dua orang saksi agar apabila seorang lupa maka masih
ada seorang lagi yang dapat mengingatkan.
Q.S Al-Maidah : 3
Ayat ini menjelaskan tentang makanan haram baik itu dari jenisnya
maupun dari cara memperolehnya. Barang siapa yang terpaksa karena
kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa maka Allah akan mengampuninya,
karena sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Selain
itu ayat ini juga menjelaskan diharamkannya mengundi nasib.
NIM :2013030005
KELAS :HTN A
SILABUS :6
QUR’AN
Bahasa: Pemeliharaan Al-Qur’an terdiri dari dua kata yaitu pemeliharaan dan Al-
Qur’an. Pemeliharaan sendiri berasal dari kata pelihara berarti jaga atau
rawat,yang diberi imbuhan pe- dan –an yang berarti proses,cara dan
perbuatan
memelihara.
NIM :2013030005
KELAS :HTN A
SILABUS :7
A. HADITS
Pengertian Hadits
Hadist secara etimologi berarti Al-Jadid yang artinya sesuatu yang
baru.
Sedangkan menurut istilah adalah segala sesuatu yang disandarkan
kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassallam baik ucapan
perbuatan,ketetapan maupun sifat Nabi SAW setelah menjadi Rasul.
Kedudukan Hadits
Kedudukan hadist sebagai bayani atau menjalankan fungsi yang
menjelaskan hukum al-qur’an,tidak diragukan lagi dan dapat diterima
oleh semua pihak,karena memang itulah nabi ditugaskan Allah SWT.
Fungsi Hadits
Fungsi hadits yang paling utama adalah untuk menjelaskan Al-qur’an
Ada beberapa fungsi hadits, yaitu sebagai berikut:
Bayan At-Taqrir ( memperkuat ayat Al-Qur’an )
Bayan At-Tafsir ( menjelaskan ayat yang bersifat global )
Bayan At-Tasyri’ ( menetapkan hukum yang tidak ada dalam Al-
Qur’an )
Bayan An-Nasakh ( menjelaskan ayat yang tidak diberlakukan )
Bayan At-Takhis ( menjelaskan ayat yang bersifat khusus )
Unsur- Unsur Hadits
Sanad
Etimologi: sanad berarti sandaran
Terminology: sanad adalah rangkaian para periwayat hadits
yang menghubungkan sampai kepada materi hadits.
Rawi
Rawi merupakan orang yang menyampaikan hadits atau
periwayat hadits, baikitu meriwayatkan melalui tulisan maupun
lisan yang diterima dari gurunya.
Matan
Matan merupakan isi hadits atau redaksi hadits itu sendiri.
B. SUNNAH
Pengertian Sunnah
Etimologi: sunnah adalah cara, jalan yang ditempuh, tradisi atau
ketetapan.
Terminology: sunnah adalah segala sesuatu yang bersumber dari Nabi
baik perkataan, perbuatan, ketetapan , atau sifat Nabi baik sebelum
atau sesudah menjadi rasul.
Kedudukan Hadits
Sebagai pedoman yang telah ditinggalkan Rasulullah
Para ulama telah sepakat bahwa sunah merupakan sumber
hukum dalam amal karena sesuai dengan yang dikehendaki
oleh Allah.
Fungsi Sunnah
Sebagai sumber ajaran islam yang ke dua sesudah alquran , al-sunnah
yang fungsinya sejalan dengan al-quran.Al-sunnah tidak bisa di
lepaskan dari ayat alquran.yang bersifatnya global(garis besar).
Menurut Abu Rayyah fungsi sunnah adalah menjadi penafsir dan
penjelas dari hukum – hukum al Qur’an dan al Qur’an itu merupakan
suatu yang sempurna, tidak ada yang terlewati satu pun didalamnya,
baik itu urusan agama, hukum didunia dan akhirat.
C. KHABAR
Pengertian Kabar
Etimologi: khabar adalah berita
Terminology: khabar adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada
Nabi dan para sahabat.
Jadi setiap hadits adalah khabar, namun setiap khabar belum tentu
hadits.
D. ATSAR
Pengertian Atsar
Etimologi: atsar adalah bekas atau jejak
Terminology: atasar adalah segala sesuatu yang berasal dari sahabat
Ada beberapa pendapat para Ahli tentang atsar, yaitu:
o Jumhur ahli hadits mengatakan bahwa Atsar sama dengan
khabar juga hadits, yaitu sesuatu yang disandarkan kepada
Nabi SAW., sahabat, dan tabi’in.
o Ulama Khurasan, bahwa Atsar untuk yang mauquf (yang
disandarkan kepada sahabat) dan khabar untuk yang marfu.
(yang disandarkan kepada Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam .
Jadi, atsar merupakan istilah bagi segala yang disandarkan
kepada para sahabat atau tabi’in.
E. Hadits Qudsi
Etimologi: hadits qudsi berasal dari kata qadusa, yaqdusu, qudsan, artinya
suci atau bersih.
Berdasarkan terminology ada beberapa pengertian, yaiyu:
o sesuatu yang diberitakan allah SWT Kepada nabi SAW dengan ilham
atau mimpi, kemudian nabi menyampaikan berita itu dengan unkapan-
ungkapan sendiri.
o segala hadits Rasulullah SAW yang berupa ucapan, yang disandarkan
kepada allah ‘azza wa jalla
Dari semua defenisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa hadits
qudsi adalah segala sesuatu yang diberitakan Allah SWT kepada Nabi SAW
selain al-quran yang redaksinya disusun oleh Nabi SAW.
Disebut hadits karena redaksinya disusun sendiri oleh Nabi SAW dan
disebut qudsi karena hadits ini suci dan bersih (ath-thaharah wa at-tanzih)
dan datangnya dari dzat yang mahasuci. Hadits qudsi ini juga sering disebut
dengan hadits ilahiyah atau hadits rabbaniah. Disebut ilahi atau rabbani
karena hadits ini datang dari allah raab al-‘alamin.
Jadi dapat disimpulkan bahawa hadits qudsi adalah hadits yang
lafaznya dari Allah sementara redaksinya dari Rasulullah.
PEGANTAR STUDI AL-QUR’AN HADITS
ULUMUL HADITS
NIM :2013030005
KELAS :HTN A
SILABUS :8
Yang dimaksud dengan mujmal adalah ayat yang ringkas atau singkat.
Dari ungkapan yang singkat terkandung banyak makna yang perlu dijelaskan.
Kata mutlaq artinya kata yang menunjuk pada hakikat kata itu sendiri,
apa adanya, dengan tanpa memandang kepada jumlah maupun sifatnya.
Mentaqyid yang mutlaq, artinya mmbatasi ayat-ayat yang mutlaq dengan
sifat, keadaan atau syarat-syarat tertentu.
Kata takhsis atah khas ialah kata yang menunjukan arti khusus tertentu
atau tunggal. Sedangkan kata ‘am ialah kata yang menunjukan atau memiliki
makna dalam jumlah yang banyak (umum).
Bayan An-Nasakh
NIM :2013030005
KELAS :HTN A
SILABUS :9
Periode ini disebut `Ashr Al-Wahyi wa At-Taqwin' (masa turunnya wahyu dan
pembentukan masyarakat Islam). Pada periode inilah, hadis lahir berupa sabda
(aqwal), af’al, dan taqrir Nabi yang berfungsi menerangkan AI-Quran untuk
menegakkan syariat.
Hadis pada zaman nabi Muhammad SAW. belum ditulis secara umum
sebagaimana al-Qur’an. Hal ini disebabkan oleh dua factor ; Selain alat-alat tulis
yang belum memadai, para sahabat hanya mengandalkan kekuatan hafalan dan
kecerdasan otaknya.
E. Penulisan Hadist
NIM :2013030005
KELAS :HTN A
SILABUS :10
pengetahuan.
diriwayahkan.
Pendiri ilmuhadits dirayah adalah Al-Qadhi Abu Muhammad Al-Hasan bin
Abdurahman bin Khalad Ramahumuzi(w.360H).
Pada periode Rasulullah, penelitian terhadap suatu Hadits menjadi cikal bakal
ilmu hadits. Apabila seorang sahabat ragu menerima suatu Riwayat dari sahabat
lain, maka ia segera menemu Rasulullah atau sahabat lain yang dapat dipercaya
untuk dikomfirmasikan setelah itu barulah ia menerima dan mengamalkan Hadits itu.
===========================================================
Soal Ujian:
2. Jika ada jawaban yang sama persisi antara seseorang dengan yang lain
maka nilai ujian MID semesternya gagal.
dto
NIM :2013030005
KELAS :HTN A
1
Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Manna Khallil Al-Qattan
2. ULUMUL QUR’AN, NUZULUL QUR’AN, DAN TAFSIR AL-QUR’QN
A. Ulumul Qur’an
Pengertian
Istilah ulum al-Qur’an, secara etimologi, merupakan gabungan dari
dua kata bahasa Arab, yaitu Ulum dan al-Qur’an. Kata ulum
adalah bentuk jamak dari kata ilm yang merupakan bentuk masdar
dari kata ‘alima, ya’lamu yang berarti mengetahui. Dalam kamus al-
Muhit kata alima disinonimkan dengan kata arafa (mengetahui,
mengenal). Dengan demikian, kata ilm semakna dengan ma’rifah
yang berarti pengetahuan. Sedangkan ulum berarti sejumlah
pengetahuan.2
Sedangkan kata Al-Qur’an berasal dari beberapa kata, yaitu:
Qur’an adalah bentuk masdar dari qara’a, yang berarti
bacaan
Qur’an adalah kata sifat dari al-qar’u yang bermakna al-
jam’u (kumpulan).
Kata al-Qur’an adalah ism alam, yang sejak awal digunakan
sebagai nama bagi kitab suci yang diturunkan oleh Allah
SWT kepada nabi Muhammad saw.
a. Gharib Al-Qur’an
b. Mu’rob Al-Qur’an
i. Musykil
j. Nasikh-Mansukh, dll.
Persoalan Makna-makna Al-Qur’an yang berpautan dengan
Kata-kata Al-Qur’an
a. Berpisah (Fasl)
b. Bersambung (Washl)
c. Uraian singkat (i’jaz)
d. Uraian panjang (Ithnab)
Sejarah Ulumul Qur’an
Pada masa Rasulullah SAW sampai masa kekhalifahan Abu Bakar
(12-13 H) dan Umar bin Khattab (13-23 H) ilmu Al-qur’an terutama
mengenai tafsir Al-Qur’an masih diriwayatkan secara lisan. Ketika
zaman kekhalifahan Utsman dimana pada saat itu Utsman
memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk membukukan Al-Qur’an
menjadi satu mushaf dan satu bahasa yaitu logat orang Quraisy,
karena pada saat itu umat muslim memperdebatkan masalah
bahasa Al-Qur’an (Qira’at) yang berbeda, yang kemudian hal
tersebut terlaksana. Mushaf itu disebut Mushaf imam. Penulisan
mushaf tersebut dinamakan ar-Rasmul ‘Utsmani, dan itu dianggap
sebagai permulaan ilmu Rasmil Qur’an. 4
Kemudian datang masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib. Dan atas
perintahnya, Abul Aswad Ad-Du’ali meletakkan qaidah-qaidah
nahwu, cara pengucapan yang tepat dan baku dan memberikan
ketentuan harakat pada Qur’an. Yang kemudian hal ini disebut ‘ilmu
I’rabul Qur’an.
Yang selanjutnya para sahabat dan tabi’in melanjutkan usaha
mereka dalam menyampaikan makna-makna Al-Qur’an beserta
ilmunya.
Perkembangan Ulum Al-Qur’an Abad II H
4
Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Manna Khalil Al-Qattan
Pada abad ini tiba masa pembukuan yang dimulai dengan
pembukuan hadist dengan segala babnya, akan tetapi para
ulama lebih memprioritaskan penyusunan tafsir karena tafsir
adalah induk ‘Ulum Al-Qur’an. Diantara mufassir yang
terkenal pada abad ini adalah:
o Syu’bah Al-Hajjaj (w. 160 H)
o Sufyan bin Uyainah (w. 198 H)
o Sufyan Ats-Tsauri (w. 161 H)
o Ibn Jarir Ath-Thabari (w. 310 H)
Perkembangan Ulum Al-Qur’an Abad III H
Pada abad ini para ulama mulai menyusun pula beberapa
ilmu Al-Qur’an diantaranya:
o Ali bin Al-Madini (w. 234 H) telah menyusun
karangannya mengenai Asbabun Nuzul.
o Abu ‘Ubaid Al-Qasim (w. 224 H) menulis tentang
Nasikh-Mansukh dan Qira’at
o Ibn Qutaibah (w. 276 H) menulis tentang Musykilatul
Qur’an
Perkembangan Ulum Al-Qur’an Abad VI H
Pada ini mulai disusun ilmu Gharib Al-Qur’an, di antara
ulama yang menyusun ilmu ini adalah:
o Abu Bakar As-sijistani (w. 330 H)
o Abu Bakar Muhammad bin Al-Qasim (w. 328 H)
Perkembangan ulum Al-Qur’an Abad V H
o Abu Bakar Al-Baqalani (w. 403 H) menyusun I’jazul
Qur’an
o Alamudin As-Sakhawi (w. 643 H), menyusun Aqsamul
Qur’an
o Ali bin Ibhrahim bin Said Al-Hufi (w. 430 H),
menyusun mngenai I’rabul; Qur’an.
Sedangkan pengumpulan hasil pembahasan dan bidang-
bidang tersebut mengenai Al-Qur’an, semuanya atau sebagian
besarnya dalam satu karangan, maka syaikh Muhammad Abdul
‘Azim Az-zarqani menyebutkan didalam kitabnya Manahilul Irfan Fi
Ulumil Qur’an bahwa ia telah menemukan di dalam perpustakaan
mesir sebuah kitab yang ditulis oleh Ali bin Ibrahim bin Said Al-Hufi
yang terkenal dengan al- Hufi, judulnya Al-Burhan fi Ulumil Qur’an
yang terdiri atas tiga puluh jilid. Dari ketiga puluh jilid itu terdapat
lima belas jilid yang tidak tersusun dan tidak berurutan. Pengarang
membicarakan ayat-ayat Qur’an menurut tertib mushaf. Dia
membicarakan ilmu-ilmu Al-Qur’an yang dikandung ayat itu secara
tersendiri, masing-masing diberi judul sendiri.
Dengan metode seperti ini, Al-Hufi dianggap orang yang
pertama yang membukukukan ‘Ulumul Qur’an.
B. Nuzul Al-Qur’an
Pengertian Nuzul Al-Qur’an
Kata asbab an-nuzul terdiri atas dua suku kata, yaitu asbab dan
nuzul. Adapun asbab adalah jamak dari kata sababun yang artinya
sebab. Sedangkan al-nuzul yang artinya turun. Kedua suku kata ini
dalam ilmu gramatika bahasa Arab disebut tarkib al-idhafiy. Makna
tekstual dari dua kata itu adalah sebab-sebab turun. 5
Adapun definisi asbabun nuzul dalam terminologi pakar ilmu-ilmu
al-Qur’an, yaitu:
Subhi Shalih mendefinisikan azbabun nuzul yaitu “ Sesuatu
(peristiwa atau pertanyaan) yang dengan sebabnya turun
suatu ayat atau beberapa ayat yang mengandung hukumnya
atau member jawaban tentang sebab itu atau sebagai
penjelasan hukumnya, pada masa terjadinya perisriwa itu ”.
Dr. Dawud al-Aththar mengemukakan pengertian asbabun
nuzul, yaitu “Asbab al-Nuzul adalah sesuatu yang melatar
belakangi turunnya suatu ayat atau lebih, sebagai jawaban
terhadap suatu pertanyaan atau menjelaskan hukum yang
terdapat dalam peristiwa tersebut”.
5
Pengantar Ulumul Qur’an, Anhar Ansyory
adakalanya terjadi suatu peristiwa yang membutuhkan
penjelasan hukum, atau adanya suatu pertanyaan yang di
ajukan kepada Nabi saw, kemudian turun suatu ayat untuk
menjelaskan hukum dari peristiwa atau pertanyaan tersebut.
6
Pengantar Studi Ulumul Qur’an, Anshar Ansyory
orang-orang yang diseru dengan ayat-ayat makkiyyah ini
adalah tipe orang orang yang berpaling dari kebenaran dan
sombong.
Ayat madaniyah adalah ayat al-qur’an yang di turunkan
setelah nabi Muhammad hijrah ke kota Madinah.
Metode penyampaian di dalam ayat-ayat madaniyah adalah
lembut dan seruannya mudah, karena kebanyakan orang-
orang yang diseru dengan ayat-ayat madaniyyah adalah tipe
orang-orang yang tunduk dan menerima kebenaran.
C. Tafsir Al-Qur’an
Pengertian Tafsi Al-Qur’an
Kata tafsir diambil dari kata fassara-yufassiru—tafsiran yang berarti
keterangan atau uraian, al-jurjani berpendapat bahwa kata tafsir
menurut pengertian bahasa adalah al-kasyf al-idzhar yang ardnya
menyingkap (membuka) dan melahirkan. Adapun mengenai
pengertian tafsir berdasarkan istilah, para ulama
mengemukakannya dengan redaksi yang berbeda-beda.
Menurut al-Kilabi dalam at-Tashil: “Tafsir adalah
menjelaskan Al-Qur’an, menerangkan maknanya dan
menjelaskan apa yang dikehendaki, nash, isyarat, atau
tujuannya.
Menurut al-Jazairi dalam Shahib at-Taujih: “Tafsir pada
hakikatnya adalah menjelaskan kata yang sukar dipahami
oleh pendengar sehingga berusaha mengemukakan
sinonimrrya atau makna yang mendekatinya, atau dengan
jalan mengemukakan salah satu dilalah-Nya.”
PEMBAGIAN HADISTS
NIM :2013030005
SILABUS :11