Dosen pengampu:
Oleh:
Kelompok 1 :
- Aan sulaeman
- Abdul aripin
- Acep cahya Maulana
- Ade lutfiana
- Dede Nazmi
PRODI JINAYAH
FAKULTAS SYARI’AH
2021
BAB I
ULUMUL QUR’AN DAN SEJARAH PERKEMBANGANNYA
B. SEJARAH PERKEMBANGANNYA
Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang di turunkan kepada Nabi Muhammad
Saw. Melalui pelantara malaikat Jibril. Pada awalnya Al-Qur’an dilarang untuk
di tulis karena di takutkan tercampur aduk dengan yang lain.
Pada masa khalifah, tahapan perkembangan awal (embrio) ‘Ulumul Qur’an
mulai berkembang pesat dengan adanya kebijakan-kebijakan yang diterapkan
seperti:
1. Pada masa khalifah Abu Bakar dan Umar bin Khattab
Kebijakan pengumpulan/penulisan Al-Qur’an yang pertama yang diprakarsai
oleh Umar bin Khattab dan dipegang oleh Zaid bin Tsabit.
2. Pada masa khalifah Ustman bin Affan
Membuat terobosan ijtihad mulia, yaitu menyatukan kaum muslimin pada
satu mushaf yang kemudian diberi nama Mushaf Al-Imam.
3. Kekhalifahan ‘Ali bin Abi Thalib
Khalifah ‘Ali Radhiyallahu Anhu memerintahkan Abdul Aswad Ad-Duali
untuk menggagas kaidah nahwu, cara pengucapan yang tepat, dan
memberikan ketentuan harakat pada Qur’an, demi menjaga adanya
kekeliruan dalam pengucapan. Hal ini disebut sebagai permulaan dari ilmu
I’rabil Qur’an.
Pada abad ke empat Hijriah, banyak yang menulis tentang masalah terkait.
Banyak karya-karya ulama yang muncul melanjutkan pengkajian dalam disiplin
ulumul Qur’an.
Dalam konteks modern, studi ilmu-ilmu al-qur’an tetap tidak kalah menarik
dengan ilmu-ilmu lain. Orang-orang yang kompeten dengan gerakan pemikiran
islam terus berupaya menemukan rumusan kajian-kajian Al-Qur’an yang relevan
dengan perkembangan zaman.
BAB II
AL-QUR’AN
A. DEFINISI AL-QUR’AN
1. Pengertian Al-Quran Secara Etimologi (Bahasa)
Al-Quran secara etimologi berasal dari bahasa Arab (qara'a-
yaqra'uqira'atan-waqur'aanan) yang berarti sesuatu yang dibaca. Juga bentuk
mashdar dari al-qira'atu yang berarti menghimpun dan mengumpulkan.
2. Pengertian Al-Quran Secara Terminologi (Istilah)
Al-Quran secara terminologis adalah firman Allah Swt. Yang disampaikan
oleh Malaikat Jibril dengan redaksi langsung dari Allah Swt kepada Nabi
Muhammad Saw. Dan yang diterima oleh umat islam dari generasi ke generasi
tanpa perubahan. Sehingga Al-Quran secara khusus diwahyukan oleh Allah Swt
kepada Nabi Muhammad dengan bahasa Arab yang redaksinya langsung dari
Allah Swt.
2. Sifat-sifat Al-Qur’an
a. Nur (Cahaya)
b. Mau’izhah (Nasehat)
c. Syifa (Obat)
d. Huda (Petunjuk)
e. Rahmah (Rahmat)
f. Mubin (yang membedakan)
g. Al-Mubarak (yang diberkati)
h. Busyra (berita gembira)
i. Aziz (yang mulia)
j. Majid (yang dihormati)
k. Basyir (pembawa berita gembira), dan
l. Nadzir (pemberi peringatan)
A. DEFINISI WAHYU
wahyu adalah kata mashdar (infinitive) yang memiliki dua pengertian dasar,
yaitu; tersembunyi dan scepat. Oleh sebab itu dikatakan, “Wahyu ialah informasi
secara sembunyi dan cepat yang khusus ditujukan kepada orang tertentu tanpa
diketahui orang lain.
Para ulama berpendapat mengenai cara turunnya wahyu Allaah berupa Al-Quran
kepada jibril dengan beberapa pendapat :
Secara umum, ilmu Makkiyah dan Madaniyah adalah suatu ilmu yang
membahas tentang ayat ayat dan surat surat yang diturunkan di mekkah dan
madinah.
D. MANFAAT PEMBAHASAN
1. Menjelaskan perhatian yang diperoleh Al-Qur’an guna menjaganya dan
menentukan ayat-ayatnya.
2. Mengetahui rahasia syariat islam relavan dengan sejarah perjalanan sumber
yang pokok.
3. Dapat memilih yang nasikh dengan yang mansukh.
BAB VI
ASBAB AN-NUZUL
Setelah wafatnya Abu Bakar pada tahun tiga belas hijiriah, lembaran-lembaran
Al-Qur’an itu berpindah tangan ke tangan umar dan tetap berada di tangannya
hingga ia wafat. Kemudian mushaf itu berpindah ke tangan hafshah, putri umar.
3. Pengumpulan Al-Qur’an Pada Masa Utsman
Pada masa utsman terjadi perbedaan qira’at di dalam membaca al-qur’an yang
menyebabkan banyak pertentangan di kalangan umat bahkan hampir menimbulkan
permusuhan dan perbuatan dosa. Melihat kenyataan demikian, hudzaifah segera
menghadap utsman dan melaporkan kepadanya apa yang telah dilihatnya. Utsman juga
berpendapat demikian bahwa sebagian perbedaaan itu pun terjadi pada orang orang
yang mengerjakan qira’at kepada anak-anak.
1. Menurut penebar syubhat itu, beberapa riwayat menun jukan bahwa ada bebrapa
bagian al-qur’an yang tidak dituliskan dalam mushaf-mushaf yang ada di tangan kita
ini.
3. satu kelompok syiah yang ekstrim menuduh abu bakar, umar, dan utsman telah
mengubah al-qur’an dan menggugurkan beberapa ayat dan suratnya.
1. Tertib Ayat
Tertib ayat adalah penempatan secara tertib urutan ayat-ayat al-qur’an yang bersifat
tauqifi yang berdasarkan ketentuan dari rasulallah saw.
2. Tertib Surat
Para ulama berbeda pendapat mengenai tertib surat, perbedaanya sebagai berikut:
a. ada yang berpendapat bahwa tertib surat itu tauqifi dan di tangani langsung oleh
nabi sebagai mana di beritaukan oleh malaikat jibril kepadanya atas perintah allah
b. kelompok kedua berpendapat bahwa tertib surat itu berdasarkan surat itu
berdasarksebagai mana di beritaukan oleh malaikat jibril kepadanya atas perintah
allah
b. kelompok kedua berpendapat bahwa tertib surat itu berdasarkan surat itu
berdasarkan ijtihad para sahabat, sebab ternyata ada perbedaan tertib di dalam
mushaf.
c kelompok ketiga berpendapat sebagian surat itu tertibnya bersifat tauqifi dan
sebagian lainya berdasarkan ijtihad para sahabat.
Surat-surat al-qur’an itu ada empat bagian yaitu; 1). Ath-thiwal, 2). Al-mi’un, 3).
Al-matsani, 4). Al-mufashshal
Adapun jumlah ayatnya sebanyak 6200 ayat, lebih dari pada itu ada perbedaan
pendapat.
F. Rasm Utsmani
Rasm utsmani (penulisan mushaf utsmani) adalah rasm yang telah diakui dan
diwarisi oleh umat islam sejak masa utsman dan pemeliharaan rasm utsmani merupakan
jaminan kuat bagi penjagaan al-qur’an dari perubahan dan penggantian huruf-hurufnya.
Sebagian besar para ulama berbeda pendapat mengenai makna tujuh huruf di
antaranya:
1. Yang dimaksud dengan tujuh huruf adalah tujuh macam bahasa dari bahasa arab
mengenai satu makna
2. Yang dimaksud dengan tujuh huruf adalah tujuh huruf yang bertebaran di
berbagai surat Al-Qur’an
3. Yang dimaksud dengan tujuh huruf adalah tujuh segi, yaitu; amr (perintah),
nahyu (larangan), wa’d (ancaman), jadal (perdebatan), qashash (cerita), dan
matsal (perumpamaan).
B. Hikmah Turunnya Al-Qur’an dengan Tujuh Huruf
1. Memudahkan bacaan dan hafalan bagi bangsa yang ummi.
2. Bukti kemukjizatan Al-Qur’an bagi naluri kebahasaan orang arab.
3. Kemukjizatan Al-Qur’an dalam aspek amkna dan hukum-hukumnya.
BAB X
Qira’at adalah jamak dari Qira’ah, artinya bacaan. Ia adalah masdar dari
qara’a. Dalam istilah keilmuan, qira’at adalah salah satu madzhab pembacaan Al-
Qur’an yang dipakai oleh salah seorang imam qurra’ sebagai suatu madzhab yang
berbeda dengan badzhab lainnya.
Qurra’ adalah jama’ dari qari’ yang artinya orang yang membaca. Qari’ atau
qura’ ini sudah menjadi istilah baku dalam disiplin ilmu-ilmu Al-Qur’an.
1. Mutawatir
2. Masyhur
3. Ahad
4. Syadz
5. Maudhu’
6. Mudarraj
I. Masalah Athaf
Athaf terbagi menjadi 3 macam:
1. Athaf alal lafzhi (athaf kepada lafazh)
2. Athaf alal mahal (athaf kepada mahal)
3. Athaf alal ma’na (athaf kepada makna)
K. Lafazh Fa’ala
Lafazh fa’ala digunakan untuk menunjukan beberapa jenis perbuatan, bukan satu
perbuatan saja.
L. Lafadz Kana
Lafazh kana dalam Al-Qur’an banyak digunakan berkenaan dengan zat Allah dan
sifat-sifatnya.
M. Lafadz Kada
Para ulama berbeda pendapat mengenai lafazh kada diantaranya:
1. kada sama dengan fi’il lainnya
2. kada berbeda dengan fi’il-fi’il lainnya
3. kadaa negatif menunjuk pada terjadinya sesuatu dengan susah payah
4. dibedakan antara kalimat negatif (nafi) yang berbentuk mudhari’ dan yang madhi.
5. kada yang dinegatifkan untuk menunjukkan arti positif jika lafazh yang
sesudahnya berhubunyan atau berkaitan dengan lafazh yang sebelumnya.
N. Lafazh Ja’ala
Ja’ala digunakan dalam Al-Qur’an dengan beberapa pengertian:
1. Dengan arti samma (menamakan)
2. Dengan makna awjada (mewujudkan)
3. Dengan makna perpindahan dari suatu keadaan kepada keadaan lain
4. Dengan makna i’tiaqad (keyakinan)
5. Dengan makna memberi hukum sesuatu atas sesuatu yang lain
C. Jenis-Jenis Nasakh
D. Hikmah Nasakh
Muthlaq adalah lafazh yang menunjukan satu hakikat (dalam suatu kelompok)
tanpa suatu qayyid (pembatas).
Adapun mukayyad adalah lafazh yang menunjukan suatu hakikat dengan qayyid
(batasan).
Manthuq adalah suatu yang ditunjukan oleh lafazh pada saat diucapkannya;
yakni bahwa penunjukan makna berdasarkan materi huruf-huruf yang diucapkan.
Pembagian manthuq:
1) Nash; ialah lafazh yang bentuknya sendiri telah dapat menunjukan makna yang
dimaksud secara tegas (syarih).
2) Zhahir; ialah lafazh yang menunjukan suatu makna yang segera dipahami ketika ia
diucapkan tetapi disertai kemungkinan makna lain yang lemah.
3) Mu’awwal; adalah lafazh yang diartikan dengan makna marjuh karena ada sesuatu
dalil yang menghalangi pemaknaannya dari makna yang rajih.
Mafhum adalah makna yang ditunjukan oleh lafazh, tidak berdasarkan pada
bunyi ucapan.
Macam-macam Mafhum:
1) Mafhum muwafaqah; ialah makna yang dipahami itu lebih utama diambil hukumnya
daripada manthuqnya. Mafhum ini ada dua macam, yaitu Fahwal Khitab dan Lahnul
Khitab.
2) Mafhum mukhalafah; ialah makna yang berbeda hukumnya dengan manthuq.
Mafhum ini ada empat macam, yaaitu; musytaq dalam ayat, hal (keterangan
keadaan), ‘addad (bilangan), dan mafhum hasr (pembatasan).
A. Definisi Amtsal
Amtsal adalah bentuk jamak dari mantsal. Adalah kata matsal, mitst, dan matsil
serupa dengan syabah, syibh dan syabih, baik lafazh maupun maknanya.
C. Faedah-Faedah Amtsal
1) Menampilkan sesuatu yang ma’qul (rasional) dalam bentuk kongkrit yang dapat
dirasakan indra manusia, sehingga akal mudah menerimanya.
2) Mengungkapkan hakikat-hakikat sesuatu yang tidak tampak seakan-akan sesuatu
yang tampak.
3) Menghimpun makna yang menarik dan indah dalam satu ungkapan yang padat.
4) Mendorong orang yang diberi matsal untuk berbuat sesuai isi matsal.
5) Menjauhkan dan menghindarkan, jika isi matsal berupa sesuatu yang dibenci jiwa.
6) Untuk menguji orang yang diberi matsal.
7) Untuk menggambarkan sesuatu yang mempunyai sifat yang dipandang buruk oleh
orang banyak.
8) Amtsal lebih berbekas dalam jiwa, lebih efektif dalam memberikan nasihat, lebih
kuat dalam memberikan peringatan, dan lebih dapat memuaskan hati.
BAB XIX
QASAM DALAM AL-QUR’AN
Aqsam adalah bentuk jamak dari Qasam yang berarti al-Hilf dan al-Yamin,
yakni sumpah.
Ada tiga unsur dalam shigat Qasam (sumpah); fi’il yang di transitifkan dengan
“ba”, muqsam bih, dan muqsam alaih.
B. Jenis-Jenis Sumpah
1) Zhahir
2) Mudhmar
Qasam dan syarat yang menjadi satu dalam satu kalimat, maka yang menjadi
jawab adalah yang lebih dahulu dari keduanya, baik qasam maupun syarat, jawab yang
terletak kemudian tidak diperlukan. Apabila qasam mendahului syarat, maka unsur yang
menjadi jawab adalah qasam, dan jawab syarat tidak diperlukan lagi.
Apabila qasam berfungsi memperkuat muqsam alaih, maka beberapa fi’il dapat
difungsikan sebagai qasam jika konteks kalimatnya menunjukan makna qasam.
BAB XX
A. Definisi Jadal
Jadal dan jidal adalah bertukar pikiran dengan cara bersaing dan berlomba untuk
mengalahkan lawan. Pengertian ini berasal dari kata-kata “jadaltul habl” yakni
“ahkamtu fatlahtu” (aku kokohkan jalinan tali itu), mengingat kedua belah pihak yang
berdebat itu mengokohkan pendapatnya masing-masing dan berusah menjatuhkan lawan
dari pendirian yang dipegangnya.
Kisah berasal dari kata al-qashshu yang berarti mencari atau mengikuti jejak.
Qashsash Al-Qur’an adalah pemberitaan Al-Qur’an tentang hal ihwal umat yang telah
lalu, nubuat (kenabian) yang terdahulu dan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi.
A. Makna Terjemah
1) Terjemah harfiah yaitu lafazh-lafazh dari satu bahasa ke dalam lafazh-lafazh yang
serupa dari bahasa lain sedemikian rupa sehingga susunan dan tertib bahasa kedua
sesuai dengan susunan dan tertib bahasa pertama.
2) Terjemah tafsiriyah atau terjemah maknawiah, yaitu menjelaskan makna
pembicaran dengan bahasa lain tanpa terikat dengan tertib kata-kata bahasa asal atau
memperhatikan susuna kalimatnya.
1) Boleh secara mutlak, atau di saat tidak sanggup mengucapkan dengan basaha arab.
2) Haram, shalat dengan bahasa bahasa seperti ini tidak sah.
BAB XXIII
Ta’wil secara bahasa berasal dari kata “a-u-l” yang berarti kembali ke asal atas dasar ini
maka ta’wil al-kalam (penakwilan terhadap suatu kalimat).
C. Keutamaan Tafsir
Tafsir adalah ilmu syariat paling agung dan paling tinggi kedudukanya.
BAB XXIV
A. Syarat-Syarat Mufassir
B. Adab Mufasir
Dalam Menafsirkan, para tabi’in berpegang pada sumber-sumber yang ada pada
masa pendahulunya disamping ijtihad dan pertimbangan nalar mereka sendiri.
A. Ibnu Abbas
Ibnu Abbas adalah abdulloh bin abbas bin abdul muthalib bin hasyim bin abdi
manaf alquraisy al hasyimi putra paman rasulallah saw. Ibunya bernama ummu al
fadhel lubanah binti al harits al hilaliyyah. Ia dilahirkan ketika bani hasyim berada di
syi’ib, tiga atau lima tahun sebelum hijrah.
Riwayat dari ibnu abbas mengenai tafsir tidak terhitung banyaknya, dan apa
yang di nukil darinya itu telah dihimpun dalam sebuah kitab tafsir ringkas yang kurang
sistematis tajuknya tafsir ibnu abbas.
Ia adalah mujahid bin jabir al maliki abu al hajjaj al makhzumi al muqri’, maula
as sa’ib bin abu assaib. Mujahid adalah pemimpin atau tokoh utama mufassir generasi
tabi’in, sehingga ada yang mengatakan bahwa ia adalah orang yang paling mengetahui
tentang tafsir diantara mereka.
C. AT THABARI
Nama lengkapnya muhammad bin jarrir bin yazid bin khalid bim katsir abu
ja’far ath thabari. Berasal dari amil, lahir dan wafat di bagdad. Dilahirkan pada 224 H
dan wafat pada 320 H.
D. Ibnu Katsir
Ia adalah ismail bim amr al quraisyi bin katsir al basri ad dimasyqi imaduddin
abu al fida al hafizh al muhaddits asy syafi’i. Dilahirkan pada 705 H dan wafat pada 774
H.