PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Dan al-Qur'an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu
membacakannya perlahan - lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya
bagian demi bagian (Q.s. al-Isrâ’: 106).
Setelah beberapa ayat Al-Qur’an di turunkan, Rasulullah SAW mengumpulkan
Al-Qur’an dilakukan melalui dua cara, hafalan dan penulisan dalam lembarah atau
yang di kenal sebagai shuhuf. Untuk menjaga keaslian hafalan dan catatan
tersebut, Malaikat Jibril selalu mengecek hafalan Rasulullah SAW. Tiap tahun
sekali. Ketika nabi Muhammad SAW menyampaikan wahyu Al-Qur’an beliau
selalu menginstruksikan kepada para penulis wahyu yang di sebut sebagai Kuttab
alwahy untuk mendokumentasikannya.
Tafsir dalam Bahasa yang berarti Al-Bayan atau yang dimaksud dengan
penjelasan atau keterangan. Memiliki kata kerja yang berarti wazan (dharaba,
yadbhiru, dharban) atau (nashara, yanshuru, nasran) yang memiliki arti Al-Ibanah.
Tafsir sendiri memiliki berbagai macam bentuk penafsiran di antaranya; Tafsir Bi
al-ma’tsur, at-tafsir bir ra’yi, dan tafsir isyari.
Tafsir bi ma’tsur disebut juga tafsir bi-riwayah dan an-nagl yang mendasar
pada penjelasan Al-Qur’an. Dalam tafir bi ma’tsur memiliki metode penafsiran
dengan cara mengutip atau mengambil rujukan potongan ayat Al-Qur’an, hadist
Nabi, kutipan sahabat serta tabi’in. Tafsir bi Ma’tsur sudah ada sejak zaman
sahabat, pada zamannya tafsir ini dilakukan dengan cara menukil atau mengutip
perkataan Rasulullah SAW, atau dari sahabatnya dengan cara yang jelas
periwayatannya. Setelah para penfsir menjadi disiplin ilmu, maka di tulis dan
terbitlah buku-buku yang memuat khusus tafsir bil ma’tsur. Tafsir ini merupakan
tafsir yang pertama kali muncul dalam sejarah intelektual Islam.
Berbeda dengan tafsir Bi ra’yi tafsir ini disebut muncul pada periode akhir.
Pada periode ini islam sudah semakin maju dan berkenmbang, kata Bi ra’yi
menurut definisinya adalah penafsiran Al-Qur,an yang di dasarkan pada pendapat
pribadi mufassir. Menurt Bahasa ra’yi yang berarti keyakinan (I’tiqod), analogi
(Qiyas dan ijtihat). Dengan demikian tafsir Bi ra’yi didefinisikan adalah tafsir
yang penjelasannya di ambil berdasarkan ijtihad.
2.3 Perkembangan studi Al-Qur’an pasca klasik hingga modern
Pada masa awal Al-Qur’an di turunkan kaum Kafir Quraisy masih benar benar
berkuasa, tidak ada penerang untuk mendorong manusia menuju jalan yang benar
hingga sampai dimana Ketika Nabi Muhammad di utus oleh Allah SWT dunia,
disaat itu manusia memiliki harapan untuk berjalan kearah yang benar, kearah
yang terang yaitu jalan Allah SWT. Para ulama membagi sejarah turunnya Al-
Qur’an dalam dua periode; (1) Periode sebelum hijrah dan (2) Periode sesudah
hijrah
Dalam jaman sekarang yang tentu saja sudah di sebut sebagai jaman yang
modern, kita di tuntut untuk mengamalkannya di harapkan menjadi pedoman
hidup. Untuk merespon tantangan masa kini sarjana muslim di tuntut
memformulasikan posisi Islam dengan melihat Kembali tradisi keagamaan,
bergantung pada tingkat rasionalitas dan diharapkan dapat Kembali melihat tradisi
terutama Al-Qur’an. Hal ini diharapkan dapat mengajarkan masyarakat untuk
terus menerus mengamalkan ajaran ajaran islam dan Al-Qur’an untuk menuju
kesempurnaan aqidah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan