Anda di halaman 1dari 9

Nama : Ipan Ahmad Faqihudin

NIM : 22101157

Semester : 2 (Dua)

Kelas : F Non Reguler

Mata Kuliah : Ulumul Qur’an

Dosen : Arif Budisetiawan, ST

JAWABAN

1. Al-Quran, kitab suci bagi umat Islam, memiliki sejarah perkembangan yang

panjang. Berikut adalah gambaran umum tentang sejarah perkembangan Al-

Quran:

a) Penyampaian Awal: Al-Quran mulai disampaikan oleh Allah SWT

kepada Nabi Muhammad SAW pada abad ke-7 Masehi. Penyampaian ini

dilakukan melalui wahyu yang diterima oleh Nabi Muhammad secara

bertahap selama periode 23 tahun.

b) Periode Hidup Nabi Muhammad: Nabi Muhammad menerima wahyu-

wahyu tersebut dan menyampaikannya kepada para pengikutnya secara

lisan. Wahyu-wahyu ini diturunkan dalam bentuk ayat-ayat yang

kemudian dihafal dan ditulis oleh para sahabat Nabi.

c) Pengumpulan Teks: Selama kehidupan Nabi Muhammad, ayat-ayat Al-

Quran dihafalkan oleh para sahabat dan dicatat dalam berbagai media
yang tersedia saat itu, termasuk daun palem, tulang, dan kulit. Nabi

Muhammad juga memerintahkan pengumpulan dan penyalinan Al-Quran

untuk keperluan umat Islam.

d) Penyusunan Al-Quran dalam Bentuk Buku: Setelah wafatnya Nabi

Muhammad, masa Khulafaur Rasyidin (khalifah pertama, kedua, ketiga,

dan keempat) dijalani. Pada masa khalifah Utsman bin Affan, terjadi

upaya penyusunan Al-Quran dalam bentuk buku yang seragam untuk

memastikan keseragaman teks di seluruh wilayah kekuasaan Muslim.

Standar Teks Al-Quran: Utsman bin Affan menunjuk sekelompok

sahabat yang menguasai bacaan Al-Quran untuk menyusun standar teks

Al-Quran.

e) Standar ini disusun berdasarkan penghapalan sahabat yang menerima

wahyu dari Nabi Muhammad secara langsung. Salinan Al-Quran yang

dibuat sesuai dengan standar ini kemudian disebarkan ke berbagai

wilayah kekuasaan Muslim.

f) Perkembangan Ilmu Qurani: Setelah masa khulafaur rasyidin, muncul

disiplin ilmu Qurani yang fokus pada pemahaman, penafsiran, dan

penghapalan Al-Quran. Para sarjana Muslim mengembangkan berbagai

metode dan disiplin ilmu untuk memahami dan menginterpretasikan Al-

Quran, termasuk ilmu tafsir, ilmu qira'at (ilmu bacaan), dan ilmu ulumul

Qur'an (ilmu pengetahuan tentang Al-Quran).

g) Penyebaran Al-Quran di Seluruh Dunia: Seiring dengan perkembangan

Islam, Al-Quran menyebar ke berbagai wilayah di dunia. Penyebaran ini


melalui perjalanan para pedagang, penaklukan wilayah oleh umat

Muslim, dan kegiatan dakwah. Selain itu, pengenalan teknologi cetak

memungkinkan Al-Quran untuk disebarkan dalam jumlah yang lebih

besar dan lebih mudah diakses oleh umat Islam di seluruh dunia.

Itulah beberapa poin penting dalam sejarah perkembangan Al-Quran.

2. Penulisan Al-Qur'an merupakan sebuah proses yang terjadi selama beberapa

dekade setelah kewafatan Nabi Muhammad SAW. Sejarah penulisan Al-Qur'an

memiliki beberapa tahapan penting yang meliputi pengumpulan, penyusunan,

dan penulisan akhir teks Al-Qur'an. Berikut adalah penjelasan tentang sejarah

penulisan Al-Qur'an:

1) Pada masa Nabi Muhammad SAW:Nabi Muhammad SAW menerima

wahyu Al-Qur'an secara bertahap selama periode 23 tahun. Selama masa

ini, Nabi Muhammad SAW secara lisan menyampaikan ayat-ayat yang

diwahyukan kepadanya kepada para pengikutnya. Ayat-ayat tersebut juga

dituliskan oleh beberapa sahabat yang terampil dalam menulis.

2) Pengumpulan pada masa Abu Bakar al-Siddiq: Setelah wafatnya Nabi

Muhammad SAW, beberapa sahabat mengumpulkan fragmen-fragmen

Al-Qur'an yang ada dalam bentuk tulisan di berbagai media seperti kulit,

tulang, dan daun kurma. Saat itu, penulisan Al-Qur'an belum berbentuk

satu volume terkompilasi. Abu Bakar al-Siddiq, yang menjadi khalifah

pertama setelah Nabi Muhammad SAW, memerintahkan untuk

mengumpulkan semua fragmen Al-Qur'an dalam satu naskah tunggal

yang disebut "Mushaf Abu Bakar".


3) Penyusunan pada masa Umar ibn al-Khattab: Pada masa kepemimpinan

Umar ibn al-Khattab sebagai khalifah kedua, penulisan Al-Qur'an

mengalami perkembangan lebih lanjut. Umar meminta bantuan Zaid ibn

Thabit, seorang sahabat yang dianggap ahli dalam tulisan Arab, untuk

menyusun Al-Qur'an dalam urutan yang tepat berdasarkan wahyu yang

diterima Nabi Muhammad SAW. Zaid ibn Thabit melakukan penyusunan

tersebut dengan mempertimbangkan urutan kronologis wahyu dan

mendiskusikannya dengan para sahabat yang memahami Al-Qur'an

dengan baik. Hasilnya adalah Mushaf Umar, yang merupakan

penyusunan Al-Qur'an dalam satu urutan yang disepakati.

4) Penulisan akhir pada masa Utsman ibn Affan: Pada masa kepemimpinan

Utsman ibn Affan sebagai khalifah ketiga, perhatian terhadap kelestarian

Al-Qur'an semakin meningkat. Utsman memerintahkan untuk membuat

salinan-salinan Mushaf Umar yang akurat dan resmi. Salinan-salinan

tersebut dikirim ke berbagai wilayah Muslim untuk menggantikan

naskah-naskah yang ada, yang dapat mengandung kesalahan atau variasi

dalam penulisan. Langkah ini bertujuan untuk menjaga keseragaman

dalam penulisan Al-Qur'an. Salinan yang dibuat dalam periode ini

disebut "Mushaf Utsman", yang menjadi dasar standar penulisan Al-

Qur'an hingga saat ini.

3. Asbabun Nuzul adalah istilah dalam studi Al-Quran yang merujuk pada sebab-

sebab atau kejadian yang menyebabkan turunnya suatu ayat atau surah dalam

Al-Quran. Secara harfiah, "asbabun nuzul" berarti "sebab turunnya". Konsep ini
membantu kita memahami latar belakang sejarah dan konteks di balik

pengungkapan ayat-ayat Al-Quran.

Mengetahui asbabun nuzul penting dalam memahami pesan-pesan Al-Quran

karena membantu kita memahami situasi atau peristiwa tertentu yang

mempengaruhi penurunan ayat-ayat tersebut. Ayat atau surah dalam Al-Quran

sering kali diturunkan dalam tanggapan langsung terhadap kejadian-kejadian

yang terjadi pada masa itu, seperti pertanyaan dari para sahabat, situasi sosial,

perang, atau peristiwa sejarah penting.

4. Surat Madaniyah dan Surat Makiyah merujuk pada dua kategori surah (surat)

dalam Al-Qur'an, yang diklasifikasikan berdasarkan tempat di mana surah-surah

tersebut diturunkan. Surat Madaniyah diturunkan di Madinah, sementara Surat

Makiyah diturunkan di Makkah.

 Surat Madaniyah: Surat Madaniyah adalah surah-surah yang diturunkan

kepada Nabi Muhammad setelah hijrah beliau ke Madinah. Hijrah adalah

perpindahan Nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah pada tahun 622

Masehi. Surah-surah Madaniyah mengandung hukum dan peraturan

sosial yang berkaitan dengan tatanan masyarakat, hukum syariah,

keadilan, dan pembentukan negara Islam di Madinah.

 Surat Makiyah: Surat Makiyah adalah surah-surah yang diturunkan

kepada Nabi Muhammad saat beliau masih berada di Makkah, sebelum

hijrah ke Madinah. Surah-surah ini fokus pada ajaran fundamental Islam,

iman, tauhid, hari kiamat, kritik terhadap penyembahan berhala, dan


pengajaran moral. Mereka juga menghadapi oposisi dan penindasan dari

kaum musyrik Makkah.

5. Ilmu Muhkam dan Ilmu Mutasyabih adalah dua konsep yang terkait dengan

pemahaman teks Al-Qur'an dalam tradisi keilmuan Islam. Berikut adalah

penjelasan singkat tentang keduanya:

 Ilmu Muhkam: Ilmu Muhkam merujuk pada ayat-ayat Al-Qur'an yang

memiliki makna yang jelas, tegas, dan tidak membutuhkan interpretasi

tambahan. Ayat-ayat ini dikatakan memiliki kejelasan yang tinggi dan

dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca yang mampu memahami

bahasa Arab. Ilmu Muhkam berkaitan erat dengan pengertian literal dan

harfiah dari ayat-ayat Al-Qur'an. Oleh karena itu, ayat-ayat yang

termasuk dalam Ilmu Muhkam sering kali dianggap sebagai hukum atau

perintah yang memiliki aplikasi praktis langsung dalam kehidupan

sehari-hari.

 Ilmu Mutasyabih: Ilmu Mutasyabih merujuk pada ayat-ayat Al-Qur'an

yang memiliki makna yang lebih samar atau ambigu. Ayat-ayat ini

memerlukan interpretasi dan pemahaman yang lebih dalam, karena

maknanya tidak langsung terlihat atau dapat dipahami secara harfiah.

Ayat-ayat dalam Ilmu Mutasyabih mungkin mengandung simbol, majas,

atau bahasa metaforis yang memerlukan pemahaman yang lebih

mendalam dan konteks yang luas. Tafsir dan ilmu-ilmu lain seperti ilmu

tajwid, ilmu balaghah, dan ilmu ushul fiqh sering digunakan untuk

memahami ayat-ayat yang termasuk dalam Ilmu Mutasyabih.


6. Ilmu Nasikh dan Ilmu Mansukh adalah konsep yang berkaitan dengan studi dan

pemahaman tentang perubahan dan pembatalan hukum-hukum dalam Al-Qur'an.

Istilah "nasikh" berasal dari kata Arab yang berarti "yang menggantikan,"

sedangkan "mansukh" berarti "yang dibatalkan" atau "yang dihapuskan."

Ilmu Nasikh adalah ilmu yang mempelajari hukum-hukum atau ayat-ayat dalam

Al-Qur'an yang diturunkan lebih awal (ayat-ayat nasikh) yang kemudian diubah

atau digantikan oleh hukum-hukum atau ayat-ayat yang diturunkan kemudian

(ayat-ayat mansukh). Contohnya adalah aturan mengenai minuman keras dalam

Islam. Pada awalnya, pengonsumsian minuman keras diizinkan dalam jumlah

tertentu. Namun, kemudian ayat-ayat yang mengharamkannya diturunkan,

sehingga hukum yang mengizinkannya ditiadakan dan dianggap mansukh.

Ilmu Mansukh adalah ilmu yang mempelajari hukum-hukum atau ayat-ayat

dalam Al-Qur'an yang dihapuskan atau dibatalkan oleh hukum-hukum atau ayat-

ayat yang diturunkan kemudian. Contohnya adalah perubahan dalam hukum

waris dalam Islam. Pada awalnya, seorang pria non-Muslim dapat mewarisi

harta dari anggota keluarga Muslim yang meninggal. Namun, kemudian hukum

waris diubah dengan ayat-ayat yang menetapkan bahwa penerima waris haruslah

seorang Muslim, sehingga hukum yang mengizinkan non-Muslim mewarisi

harta tersebut dianggap mansukh.

Ilmu Nasikh dan Ilmu Mansukh memiliki peran penting dalam memahami

konteks historis dan perkembangan hukum-hukum Islam. Mereka membantu

para ulama dan cendekiawan untuk menafsirkan dan menerapkan hukum-hukum


Islam dengan mempertimbangkan perubahan dalam hukum yang terdapat dalam

Al-Qur'an.

7. Ilmu qira'at adalah salah satu cabang ilmu dalam bidang studi Al-Qur'an yang

berkaitan dengan variasi-variasi bacaan Al-Qur'an. Istilah "qira'at" secara harfiah

berarti "membaca" dalam bahasa Arab. Dalam konteks ilmu qira'at, istilah ini

merujuk pada cara-cara berbeda di mana Al-Qur'an dapat dibaca, dengan

perbedaan-perbedaan kecil dalam pengucapan, penekanan, dan makna tertentu.

8. Dalam Al-Qur'an, sumpah atau qasam merujuk pada tindakan atau pernyataan

yang didasarkan pada sumpah yang diucapkan oleh individu untuk menegaskan

kebenaran atau kesungguhan mereka terhadap sesuatu. Sumpah atau qasam

dalam Al-Qur'an adalah bentuk serius dan solennya pendekatan yang digunakan

untuk memberikan kekuatan dan otoritas pada suatu pernyataan atau janji.

Dalam konteks Al-Qur'an, sumpah atau qasam dapat digunakan dalam berbagai

situasi untuk berbagai tujuan. Sumpah ini bisa bersifat pribadi atau diucapkan di

hadapan orang lain sebagai bentuk keyakinan atau pengukuhan. Ada beberapa

jenis sumpah yang disebutkan dalam Al-Qur'an, termasuk sumpah yang

ditujukan kepada Allah SWT, sumpah yang berhubungan dengan ciptaan Allah,

sumpah yang bersifat pribadi, dan sumpah yang digunakan sebagai retorika

dalam argumen.

9. Fawatihussuwar merupakan pembuka kalimat pada awal surat dalam alquran,

dalam konteks Komunikasi Pengantar awal atau pembuka komunikasi sangat

menentukan keberlanjutan komunikasi berikutnya. Hal ini dikarenakan fungsi

komunikasi merupakan penyampaian informasi dari Komunikator kepada


Komunikan.Fawatihussuwar juga dapat diartikan sebagai cabang ilmu dalam Al

Quran yang digunakan untuk mempelajari pembuka surat-surat.Fawatihus

Suwar terdiri dari dua kata. Seperti dijelaskan oleh Juhana Nasrudin dalam

bukunya yang berjudul Kaidah Ilmu Tafsir Al Quran Praktis, menurut bahasa

fawatih adalah jamak dari fatihah yang berarti pembukaan atau awalan.

Sedangkan as-suwar adalah jamak dari kata as-surah yakni sekumpulan ayat Al

Quran yang mempunyai awalan dan akhiran.

10. Dalam konteks Al-Qur'an, konsep "munasabah" mengacu pada kesesuaian,

konsistensi, dan kelayakan suatu pernyataan atau perintah dengan keseluruhan

pesan Al-Qur'an dan tujuan syariat Islam secara umum. Istilah "munasabah"

sendiri tidak secara eksplisit disebutkan dalam Al-Qur'an, tetapi prinsip ini

diterapkan dalam memahami dan menafsirkan ayat-ayat Al-Qur'an. Dalam

menjalankan tafsir Al-Qur'an, prinsip munasabah ini melibatkan pemahaman

konteks sosial, sejarah, dan lingkungan ayat-ayat Al-Qur'an. Para ahli tafsir

menggunakan pendekatan ini untuk mencari pemahaman yang masuk akal dan

relevan terhadap pesan Al-Qur'an. Mereka mempertimbangkan keterkaitan

antara ayat-ayat, prinsip-prinsip Islam yang sudah dikenal, dan tujuan Islam

secara keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai