Anda di halaman 1dari 11

MEMAHAMI KARAKTERISTIK AYAT-AYAT MAKIYAH DAN

MADANIYAH DALAM PERSPEKTIF AHLI TAFSIR

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur Mata Kuliah


Studi al-Qur’an
Dosen Pengampu: Afif Muamar, M.H.I

Disusun oleh Kelompok 4 (HES D / Semester 1):


1. Akbar Nurcholis (1908202143)
2. Hanifah Azzahro (1908202148)
3. Muhammad Husen Al Maturidhi (1908202152)

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI
CIREBON
2019

1
MEMAHAMI KARAKTERISTIK AYAT-AYAT MAKIYAH DAN
MADANIYAH DALAM PERSPEKTIF AHLI TAFSIR

Akbar Nurcholis, Hanifah Azzahro dan Muhammad Husen Al Maturidhi


Jurusan Hukum Ekonomi Syariah
Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam
Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati Cirebon
Email: Anaksholeh021@gmail.com, hanifahazzahro29@gmail.com dan
muhammadhusen2610@gmail.com,

ABSTRAK
Makalah ini bertujuan untuk memaparkan lebih dalam mengenai definisi
makiyyah dan madaniyyah, ciri-ciri khusus ayat dan surat makiyyah, ciri-ciri
khusus ayat dan surat madaniyyah, manfaat mengetahui karakteristik ayat-ayat
makiyyah dan madaniyyah. Dengan menggunakan metode penulisan studi
kepustakaan, makalah ini menyimpulkan, pertama, makkiyyah adalah ayat yang
turun sebelum rasulullah hijrah ke madinah walaupun bukan turun di mekah,
sedangkan madaniy adalah ayat-ayat yang turun sesudah rasulullah SAW.
Kedua, setiap surah yang padanya terdapat kata kalla sebagian besar ayatnya
kalau tidak semua makkiyah, dan surah yang memuat kisah para nabi dan umat
umat terdahulu adalah makkiyah. Ketiga, semua surah yang padanya terdapat
hukum-hukum faraidh,hudud,qishahsh dan jihad adalah Madaniyyah, dan ayat-
ayat Madaniyyah pada umumnya panjang-panjang. Keempat, pengetahuan
tentang peristiwa peristiwa diseputar turunnya al-Qur’an tentu sangat membantu
memahami dan menafsirkan ayat ayat al-Qu’an.

Kata kunci: Al-Quran, Makiyyah dan Madaniyyah.

2
LATAR BELAKANG
Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam. Al-Qur’an di percaya sebagai
pedoman hidup umat islam. Penting untuk kita mengetahui tempat-tempat
diturunkan berserta ciri-ciri diturunkannya beberapa ayat ataupun surat dalam al-
Qur’an, agar kita bisa lebih memahami tentang kalamullah ini. Juga wajib bagi
kita untuk menerima tentang al-Qur’an secara dalam agar kita bisa ingat dan bisa
menerapkannya di kalangan keluarga dan juga masyarakat.
Al-Qur’an mulai di turunkan kepada Nabi Muhammad ketika beliau
sedang berkhilwat di gua hira pada malam se nin bertepatan dengan tanggal
17 Ramadhan, tahun 41 dari kelahiran Nabi Muhammad SAW, pada 6 Agustus
610 M. Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur dari mulai ketika Nabi
masih berdiam di Makkah sampai Nabi hijrah ke Madinah. Ada beberapa
karakteristik ataupun ciri-ciri dari diturunkannya ayat-ayat al-qur’an dikedua kota
tersebut (harromain).
Dari paparan di atas maka kami tertarik untuk membahas lebih dalam
mengenai studi al-Qur’an dimana terdapat beberapa pertanyaan yang menjadi
pokok bahasan nantinya, yaitu pertama, apa definisi makiyyah dan madaniyyah?
Kedua, bagaimana ciri-ciri khusus ayat dan surat makkiyah? Ketiga, bagaimana
ciri-ciri khusus ayat dan surat madaniyah? Keempat, apa manfaat mengetahui
karakteristik ayat-ayat makkiyah dan madaniyah?.

METODOLOGI PENULISAN
Metode penulisan yang digunakan dalam pembuatan karya ilmiah ini
adalah penulisan kepustakaan (penelitian perpustakaan) dengan meninjau
beberapa referensi sebagai data sumbernya yaitu buku-buku dan jurnal. Metode
yang digunakan dalam penyusunan karya ilmiah ini berperan penting yaitu
metode kualitatif. Dimana, pemikiran terpenting dalam pembahasannya ialah
memberikan pemahaman dan pengetahuan bagi mahasiswa mengenai studi al-
Qur’an dan karakteristik ayat-ayat makkiyah dan madaniyah dalam perspektif ahli
tafsir.

3
LITERATURE REVIEW
Mengkaji mengenai karakteristik ayat ayat makiyah dan madaniyah, pada
penulisan ini terdapat beberapa buku dan jurnal yang membahas mengenai tema
pembahasan diantaranya; pertama, Kamaluddin Marzuki dengan bukunya yang
berjudul “Ulum al-Qur’an”. Buku ini menjelaskan tentang upaya memahami
terhadap al-Qur’an erat kaitannya dengan masalah penulisan al-Qur’an, asbabun
nuzul, nasikh-mansukh, makkiyah- madaniyah, muhkam-mutasyabin, qira’at dan
lain lain. Studi tentang ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah sesungguhnya tidak
lebih dari memahami pengelompokan ayat-ayat al-Qur’an berdasarkan waktu dan
tempat turunnya sebuah atau beberapa buah ayat al-Qur’an. Dengan
pengklasifikasian yang teliti berdasarkan tempat dan waktu turunnya ayat, akan
diketahui ayat-ayat mana saja yang turun lebih dahulu dan turun kemudian.
1
Selanjutnya akan diketahui pula kronologi turunnya ayat-ayat tertentu.
Kedua, Manna’ Khalil al-Qattan dengan bukunya yang berjudul “Studi
Ilmu-Ilmu Qur’an”. Buku ini menjelaskan tentang Perbedaan al-Qur’an dengan
hadits kudsi, ciri-ciri perbedaan ayat-ayat makiyah dan madaniyah, asbabun
nuzul, dan mengetahui pengumpulan al-Qur’an dan penyusunan pada masa nabi
hingga seterusnya. Untuk mengetahui dan menentukan Makkiyah dan Madaniyah
para ulama bersandar pada dua cara yaitu pendengaran seperti apa adanya dan
qiyas hasil ijtihad. Cara pertama berdasarkan pada riwayat shohih dari para
sahabat yang hidup pada saat dan menyaksikan turunnya wahyu atau dari para
tabi’in yang menerima dan mendengar dari para sahabat bagaimana, dimana dan
peristiwa apa yang berkaitan dengan turunnya wahyu itu. Sebagian besar
penentuan Makkiyah dan Madaniyah itu didasarkan pada cara pertama
ini.penjelasan tentang penentuan tersebut telah memenuhi kitab-kitab tafsir, kitab-
kitab asbabun nuzzul dan pembahasan mengenai ilmu-ilmu al-Qur’an. Cara qiyas
hasil ijtihad didasarkan pada ciri-ciri Makkiyah dan Madaniyah. Apabila dalam

1
Kamaluddin Marzuki, ’Ulum al-Qur’an (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), 46-47.

4
surat Makkiyah terdapat suatu ayat yang mengandung sifat madaniyah atau
mengandung peristiwa madaniyah, maka dikatakan bahwa ayat itu madaniyah.
Dan apabila dalam surah madani terdapat suatu ayat yang mengandung sifat
makkiyah atau mengandung peristiwa makkiyah maka ayat itu dinamakan ayat-
ayat makkiyah. Begitupun dalam ciri-cirinya, inilah yang dinamakan cara qiyas
hasil ijtihad.2
Ketiga, Holilurrohman, et al., dengan bukunya yang berjudul “Ilmu al-
Qur’an dan Tafsir”. Buku ini menjelaskan tentang Pengertian dan objek kajian
studi al-Qur’an, sejarah pertumbuhan studi al-Qur’an makiy dan madaniy nuzul
al-Qur’an tahap tahap dan cara turunya fawatih as-suwarwa khawatimuha
munasabah antara kandungan surah sebelum dan sesudahnya, qiraah al-Qur’an
muhkam dan mutasyabih nasikh dan mansukh i’jaz al-Qur’an qasas al-Qur’an
amsal al-Qur’an aqsam al-Qur’an urgensi tafsir dan takwil dalam memahami al-
Qur’an dan bahasan tentang tafsir bi al-ma’sur, tafsir bi ar-ra’yi, dengan tafsir.
Proses turunnya al-Qur’an memakann waktu cukup lama dan secara berangsur.
Dari fenomena ini lahir koknsep Makkiyah (secara harfiyah berarti ayat Makkah)
dan Madaniyah (ayat Madinah). Mempelajari kategorisasi makkiyah dan
madaniyah menjadi penting, karena perbedaan antara makkiyah dan madaniyah
dalam ayat-ayat al-Qur’an merupakan perbedaan antara dua fase penting yang
3
memiliki andil dalam membentuk teks, baik dalam tataran isi maupun struktur.
Keempat, Rosihon Anwar dengan bukunya yang berjudul “Ulum al-
Qur’an”. Buku ini menjelaskan tentang ulumul al-Qur’an, sejarah turunya al-
Qur’an, asbab annuzul, munasabah al-Qur’an, mukjizat, dan makiyyah dan
madaniyyah serta urgensi pengetahuan tentang makiyyah dan madaniyyah dan
klasifikasi ayat-ayat dan suat suratnya. Nama-nama surat dalam al-Qur’an
mengisyaratkan adanya notasi apakah surat itu diwahyukan pada masa Makkah
dan Madinah. Meskipun pemisahan historis ini sering dikaitkan dengan perbedaan
sifat Nabi dan karakter muslim dikedua tempat itu. Para sarajana muslim
umumnya sepakat bahwa padamulanya sebagian besar al-Qur’an diturunkan atau
2
Manna’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu Ilmu al-Qur’an, terj. Mudzakir AS. (Jakarta:
Pustaka Litera Antarnusa-Halim Jaya,1996), 82-83.
3
Holilurrohman, et al., Ilmu al-Qur’an dan Tafsir (Bandung: Arfino Raya, 2013), 31.

5
diwahyukan dalam unit-unit pendek. Mereka mengasumsikan bahwa sebagian
besar unit al-Qur’an dalam suatu surat diwahyukan pada masa yang sama.
Berdasarkan ini, mereka mengklasifikasikan surat-surat al-Qur’an sebagai surat
makkiyah dan madaniyah.4
Dari keempat literatur yang telah kami paparkan, ternyata belum mampu
memberikan pembahasan yang komprehensif mengenai memahami karakteristik
ayat-ayat makkiyah dan madaniyah menurut beberapa ahli. Oleh karena itu,
makalah ini hadir untuk meramu pembahasan dari berbagai sumber hingga hadir
sebuah pemahaman mengenai karakteristik ayat-ayat makiyyah dan madaniyyah.

KONSEP DASAR
Definisi al-Qur’an
Para ulama berbeda pendapat didalam menjelaskan kata al-Qur’an dari sisi
Derivasi (isytiqaq), cara melafalkan al-Qur’an (apakah memakai hamzah atau
tidak), dan apakah ia merupakan kata sifat atau kata kejadian. Menurut
terminologi, al-Qur’an ada beberapa pendapat para ulama:
1. Menurut Manna’ al-Qathan, al-Qur’an adalah kitab Allah yang di turunkan
kepada Nabi Muhammad SAW. dan membacanya mendapatkan pahala.
2. Menurut Al-Jurjani, al-Qur’an adalah yang di turunkan kepada Rasulullah
SAW., yang ditulis didalam mushaf dan yang diriwayatkan secara
mutawatir tanpa keraguan.
3. Menurut Abu Syahbah, al-Qur’an adalah kitab Allah yang diturunkan baik
(lafadz maupun maknanya) kepada Nabi terakhir Nabi Muhammad SAW.,
yang diriwayatkan secara mutawatir, yakni dengan penuh kepastian dan
keyakinan (akan kesesuaiannya dengan apa yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW), yang ditulis pada mushaf mulai dari surat al-Fatihah
sampai akhir surat an-Nas.
4. Menurut pakar ushul fiqh, fiqh dan bahasa arab al-Qur’an adalah kalam
Allah yang diturunkan kepada Nabi-Nya Muhammad, yang lafadz-lafadz
nya mengandung mukjizat yang membacanya mempunyai nilai ibadah,

4
Rosihon Anwar, Ulum al-Qur’an (Bandung: Pustaka Setia, 2007), 101.

6
yang diturunkan secara mutawatir, yang ditulis pada mushaf, mulai dari
surat al-Fatihah sampai surat an-Nas.5

Konsepsi Makkiyah
Makkiyah adalah ayat-ayat yang khithabnya ditunjukan kepada penduduk
makkah, dan madaniyah adalah ayat-ayat yang khithabnya ditunjukan kepada
penduduk madinah.6 Menurut al-Qattan, makkiyah adalah ayat yang turun
sebelum rasulullah hijrah ke madinah walaupun bukan turun di Makkah.7
Para sarjana muslim mengemukakan perspektif dalam mendefenisikan
makkiyah ke empat perspektif itu adalah masa turun (zaman an-nuzul), tempat
turun (makan an-nuzul), objek pembicaraan (mukhathab) dan tema pembicran
(maudu’). Dari perspektitif masa turun, dapat didefinisikan makkiyah ialah ayat-
ayat yang turun sebelum Rasulullah hijrah ke madinah, kendatipun bukan turun di
Makkah. Dari perspektif tempat turun, dapat didefinisikan makkiyah ialah ayat-
ayat yang turun di Makkah dan sekitarnya seperti Mina, Arafah, dan Hudaibiyah,
tetapi terdapat kelemahan dari pendefinisan ini sebab terdapat ayat-ayat tertentu
yang tidak turun di Makkah dan sekitarnya. Dari perspektif objek pembicaraan
Makkiyah adalah ayat-ayat yang menjadi khitab bagi orang-orang Makkah.
Pendefinisian makkiyah dari perpektif tema pembicaraan lebih terperinci dalam
uraian karakteristik ayat makkiyah.

Konsepsi Madaniyyah
Madaniyah adalah ayat-ayat yang turun sesudah rasulullah saw. Hijrah ke
Madinah walaupun bukan turun di Madinah. Jadi, ayat yang turun sesudah
peristiwa hijrah disebut madaniyah walaupun turun di Makkah atau Arafah. Ayat
al-Qur’an yang mengandung seruan “ya ayyuha an-nas” (wahai manusia) adalah
makkiyah, sedangkan ayat yang mengandung seruan “ya ayyuha allazina amanu”
(wahai orang orang yang beriman) adalah madaniyah.8

5
Rosihon Anwar, Ulum al-Qur’an (Bandung: Pustaka Setia, 2007), 31.
6
Kamaluddin Marzuki, ’Ulumul al-Qur’an, 47.
7
Holilurrohman, et al., Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, 34-35.
8
Holilurrohman, et al., Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, 34-35.

7
Sama halnya seperti ayat makkiyah para sarjana muslim mengemukakan
perspektif dalam mendefenisikan terminologi madaniyah juga terbagi dalam
empat perspektif yaitu: masa turun (zaman an-nuzul), tempat turun (makan an-
nuzul), objek pembicaraan (mukhathab) dan tema pembicran (maudu’). Dari
perspektitif masa turun, dapat didefinisikan madaniyyah ialah ayat-ayat yang
turun sesudah Rasulullah hijrah ke madinah, kendatipun bukan turun di Madinah,
ayat-ayat yang turun setelah peristiwa hijrah disebut madaniyyah walaupun turun
di Mekah atau Arafah. Dari perspektif tempat turun, dapat didefinisikan
madaniyyah ialah ayat-ayat yang turun di Madinah dan sekitarnya seperti Uhud,
Quba, dan Sul’a, tetapi terdapat kelemahan dari pendefinisan ini sebab terdapat
ayat-ayat tertentu yang tidak turun di Madinah dan sekitarnya. Dari perspektif
objek pembicaraan Madaniyyah adalah ayat-ayat yang menjadi khitab bagi orang-
orang Madinah. Pendefinisian madaniyyah dari perpektif tema pembicaraan lebih
terperinci dalam uraian karakteristik ayat madaniyah.

PEMBAHASAN DAN DISKUSI


Ciri-ciri Khusus Ayat atau Surat Makkiyah
Menurut Kamaluddin Marzuki9 bahwa ciri khusus ayat atau surat
makkiyah dapat digolongkan menjadi sembilan macam, yaitu:
1. Setiap surat yang padanya terdapat kata kalla sebagian besar ayatnya kalau
tidak semua makkiyah.
2. Setiap surat yang padanya terdapat sujud tilawah,sebagian ayat-ayatnya
kalau tidak semua makkiyah.
3. Semua surat yang diawali huruf tahajji seperti qaf,nun,ha,mim adalah
makkiyah.
4. Semua surat yang memuat kisah adam dan iblis kecuali surah al-Baqarah
adalah makkiyah.
5. Semua surat yang memuat kisah para nabi dan umat umat terdahulu adalah
makkiyah.

9
Kamaluddin Marzuki, ’Ulum al-Qur’an (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), 48-49.

8
6. Semua surat yang didalamnya terdapat khithab (seruan) kepada semua
manusia (wahai semua manusia) adalah makkiyah.
7. Semua surat yang menyeru dengan kalimat “Anak Adam” adalah
makkiyah.
8. Semua surat yang isinya memberi penekanan pada masalah akidah adalah
makkiyah.
9. Ciri ciri makkiyah lainnya adalah ayatnya pendek pendek.

Ciri-ciri Khusus Ayat Madaniyah


Ayat madaniyah memiliki enam ciri khusus sebagaimana dijelaskan oleh
Kamaluddin Marzuki,10 antara lain:
1. Semua surat yang padanya terdapat kalimat “orang orang yang beriman”
adalah madaniyah.
2. Semua surat yang padanya terdapat hukum-hukum
faraidh,hudud,qishahsh dan jihad adalah Madaniyyah.
3. Semua surat yang menyebut “orang-orang munafik”- kecuali al-Ankabut
adalah madaniyyah.
4. Semua surat yang memuat bantahan terhadap Ahlu al-kitab (Yahudi dan
Nasrani) adalah Madaniyyah.
5. Semua surat yang memuat hukum syara’, seperti ibadah, mu’amalah dan
al-ahwal al-syakhshiyah adalah Madaniyyah.
6. Ayat-ayat Madaniyyah pada umumnya panjang-panjang.

Manfaat Mempelajari Karakteristik Ayat-ayat Makiyyah dan Madaniyyah


1. Membantu dalam Menafsirkan al-Qur’an
Pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa diseputar turunnya al-Qur’an tentu
sangat membantu memahami dan menafsirkan ayat ayat al-Qur’an, kendatipun
ada teori yang mengatakan bahwa yang harus menjadi patokan adalah keumuman
redaksi ayat dan bukan kekhususan sebabin. Dengan mengetahui kronologis al-

10
Kamaluddin Marzuki, ’Ulum al-Qur’an (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), 48-49.

9
Qur’an pula, seorang mufassir dapat memecahkan makna kontradiktf dalam dua
ayat yang berbeda, yaitu dengan pemecahan konsep nasikh mansukh yang hanya
bisa diketahui melalui kronologi al-Qur’an.
2. Pedoman Bagi Langkah-langkah Dakwah
Setiap kondisi tentu saja memerluakan ungkapan-ungkapan yang relevan.
Ungkapan-ungkpan dan intonasi berbeda yang digunakan ayat-ayat makkiyah dan
madaniyah memberikan informasi metodologi bagi cara-cara menyampaikan
dakwah agar relevan dengan orang yang di serunya. Disamping itu, setiap
langkah-langkah dakwah memilki objek kajian dan metode-metode tertentu,
seiring dengan perbedaan kondisi sosio-kultural manusia. Periodisasi Makkiyah
dan Madaniyah telah memberikan contoh untuk itu.
3. Memberikan Informasi tentang Sirah Kenabian
Penahapan turunnya wahyu seiring dengan perjalanan dakwah Nabi, baik di
Makkah atau di Madinah, dimulai sejak turunnya wahyu pertama sampai
diturunkannya wahyu terakhir. Al-Qur’an adalah rujukan otentik bagi perjalanan
dakwah Nabi. Dan informasinya tidak bisa diragukan lagi. 11

KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan mengenai memahami karakteristik ayat-ayat
makkiyah dan madaniyah menurut beberapa ahli dapat ditarik empat kesimpulan
diantaranya; pertama, menurut al-Qattan, makkiyah adalah ayat yang turun
sebelum rasulullah hijrah ke madinah walaupun bukan turun di mekah, sedangkan
madaniyah adalah ayat-ayat yang turun sesudah Rasulullah SAW. Jadi, ayat yang
turun sesudah peristiwa hijrah disebut madaniyah walaupun turun di Mekah atau
Arafah. Ayat al-Qur’an yang mengandung seruan “ya ayyuha an-nas” (wahai
manusia) adalah makkiyah, sedangkan ayat yang mengandung seruan “ya ayyuha
allazina amanu” (wahai orang orang yang beriman) adalah madaniyah.
Kedua, ciri-ciri khusus ayat atau surat makiyah adalah setiap surat yang
padanya terdapat kata kalla sebagian besar ayatnya kalau tidak semua makkiyah,
setiap surat yang padanya terdapat sujud tilawah,sebagian ayat-ayatnya kalau

11
Rosihon Anwar, Ulum al-Qur’an (Bandung: Pustaka Setia, 2007), 115-116.

10
tidak semua makkiyah, semua surat yang diawali huruf tahajji seperti
qaf,nun,ha,mim adalah makkiyah, semua surat yang memuat kisah adam dan iblis
kecuali surat al-Baqarah adalah makkiyah, dan semua surat yang memuat kisah
para nabi dan umat umat terdahulu adalah makkiyah.
Ketiga, ciri-ciri khusus ayat madaniyah yaitu semua surat yang padanya
terdapat hukum-hukum faraidh,hudud,qishahsh dan jihad adalah Madaniyyah,
semua surat yang memuat bantahan terhadap Ahlu al-kitab (Yahudi dan Nasrani)
adalah Madaniyyah, dan ayat-ayat Madaniyyah pada umumnya panjang-panjang.
Keempat, pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa seputar turunnya al-
Qur’an tentu sangat membantu memahami dan menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an,
kendatipun ada teori yang mengatakan bahwa yang harus menjadi patokan adalah
keumuman redaksi ayat dan bukan kekhususan sebab.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Qattan, Manna’ Khalil. Studi Ilmu Ilmu al-Qur’an, terj. Mudzakir AS. Jakarta:
Pustaka Litera Antarnusa-Halim Jaya, 1996.
Anwar, Rosihin. ‘Ulum Al-Qur’an. Bandung: Pustaka Setia, 2017.
Holilurrohman,et al. Ilmu al-Qur’an dan Tafsir. Bandung: Arfino Raya, 2013.
Marzuki, Kamaluddin. ’Ulum al-Qur’an. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994.

11

Anda mungkin juga menyukai