Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH AL-QURAN SEBAGAI SUMBER HUKUM ISLAM

ADITYA EKA WIRAWAN EUIS KARDILAH KHUSNAN AJI PUTRI ADISTYA

122100 12210011 122100 122100

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDOCEMENT 2013

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Al-Quran adalah pedoman manusia khususnya Ummat Muslim yang telah ditinggalkan oleh Rasullullah saw kepada seluruh ummatnya. Al-Quran merupakan firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. sebagai pedoman bagi ummat manusia dalam menata kehidupannya, agar memperoleh kebahagiaan lahir dan batin baik didunia maupun diakhirat kela. konsep-konsep yang dibawa Al-Quran selalu relevan dengan problem yang dihadapi manusia kerena ia turun untuk berdialok dengan setiap ummat yang ditemuinya, sekaligus menawarkan pemecahan terhadap problem tersebut, kapan dan dimanapun Al-Quran berada. dari sinilah perlunya studi tetang AlQuran sangat penting dilakukan. 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Bagaimana Pengertian Al-Quran? 1.2.2 Bagaimana Sejarah Singkat Terbentuknya Al-quran? 1.2.3 Bagaimana Kehujjahan Al-quran? 1.2.4 Bagaimana Fungsi Diturunkannya Al-quran? 1.2.5 Bagaimana Kedudukan Al Qur`an sebagai Sumber Hukum Islam? 1.2.6 Bagaimana Isi Pokok Kandungan Al-quran? 1.2.7 Bagaimana Uraian Penjelasan Al-quran terhadap Hukum? 1.2.8 Bagaimana Petunjuk (Dilalah) Al-quran? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Agama. Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk memahami al-quran sebagai sumber hukum ajaran islam, dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. 1.4 Metode Penulisan Penyusun memakai metode studi literatur dan kepustakaan dalam penulisan makalah ini. Referensi makalah ini bersumber tidak hanya dari buku, juga dari media media lain seperti e-book, web, blog, dan perangkat media massa yang diambil dari internet. 1.5 Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan Bab II Isi 2.1 Pengertian Al-Quran 2.2 Sejarah Singkat Terbentuknya Al-quran 2.3 Kehujjahan Al-quran 2.4 Fungsi Diturunkannya Al-quran

2.5 Al Qur`an sebagai Sumber Hukum Islam 2.6 Isi Pokok Kandungan Al-quran 2.7 Uraian Penjelasan Al-quran terhadap Hukum 2.8 Petunjuk (Dilalah) Al-quran Bab III Penutup 3.1 Kesimpulan 3.2 Daftar Pustaka

ABSTRAK
Secara umum, makalah ini membahas tentang al-quran sebagai sumber hukum dalam agama islam. kami mencoba menjelaskan bagaimana sejarah singkat terbentuknya al-quran dengan segala fungsi dan manfaatnya bagi semua makhluk sampai dengan akhir jaman. Untuk penjelasan lebih mendalam, pembaca bisa menelisik lebih lanjut isi dari makalah ini. Kami selaku penulis makalah ini berharap mampu menyajikan bahan ajaran ini dengan baik dan memuaskan.

BAB II ISI
2.1 Pengertian Al-Quran Pengertian Al-Quran Sebagai masdar dari kata qaraa (membaca), Quran secara harfiah berarti bacaan. Al-Quran disebut juga sebagai kitab suci yang diyakini ummat islam sebagai firman Allah SWT, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, secara mutawattir, melalui malaikat Jibril yang berisi pesan-pesan atau ajaran keilahian yang dipedomani oleh setiap muslim. Istilah Quran sendiri sebenarnya lebih disebabkan karena bentuk dan isi kitab ummat islam tersebut sebagai satu bacaan yang dalam bahasa Arab berasal dari kata qoraa, yaqrau, quraanna artinya bacaan atau himpunan . Mengenai hal ini, Allah berfirman dalam QS. Al Qiyamah (75) ayat 17-18 Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu)dan (membuatmu pandai) membacanya. (Al Qiyamah: 17) Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. (Al Qiyamah: 18) Definisi Alquran menurut Abdul Wahab Kholaq yaitu : Al-quran adalah firman Allah yang mengandung mujizat yang diturunkan kepada nabi dan rasul terakhir dengan perantara malaikat Jibril AL Amin A.S yang dtulis dalam mushaf yang sampai kepada kami dengan tawatir yang menjadi ibadah dengan membacanya yang dimulai dengan surat Al-fatihah dan diakhiri dengan surat An-nas. Tawatir artinya sebagi hujjah yang jelas kebenarannya dan tidak perlu diragukan lagi kebenarannya atau dikenal dengan Hadist Soheh. Al Quran menurut arti istilah yaitu: 1. Alquran adalah firman Allah SWT, yang merupakan mukjizat, yang diturunkan kepada Nabi dan Rasul terakhir dengan perantaraan Malaikat Jibril yang tertulis di dalam mushaf yang disampaikan kepada kita secara mutawatir yang diperintahkan membacanya, yang dimulai dengan surat Al fatihah dan ditutup dengan Surat Annas.Alquran adalah lafal berbahasa Arab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang disampaikan kepada kita secara mutawatir, yang diperintahkan membacanya yang menantang setiap orang (untuk menyusun walaupun) dengan (membuat) surat yang terpendek dari pada surat-surat yang ada di dalamnya. 2. Alquran diperintahkan untuk dibaca (selain dipelajari dan diamalkan) karena membaca Alquran merupakan ibadah. 3. Alquran ditulis di dalam mushaf, bahwa Alquran ini ditulis sejak masa turun (Nabi Muhammad SAW). Karena selalu ditulis inilah Alquran juga disebut Alkitab. Dewasa ini mushaf Alquran disebut Mushaf Usmani karena penulisannya mengikuti metode usman Bin Affan.

Jadi secara singkat Al Quran berisi wahyu-wahyu dari Allah SWT yang diturunkan secara berangsur-angsur (mutawattir) kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril. Al Quran diawali dengan surat Al Fatihah, diakhiri dengan surat An Nas. Membaca Al Quran merupakan ibadah. Al Quran merupakan sumber hukum Islam yang utama. Setiap muslim berkewajiban untuk berpegang teguh kepada hukum-hukum yang terdapat di dalamnya agar menjadi manusia yang taat kepada Allah SWT, yaitu menngikuti segala perintah Allah dan menjauhi segala larangnannya. 2.2 Sejarah Singkat Terbentuknya Al-quran Al-Quran adalah kitab suci yang berisi firman-firman Allah Swt yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw. Pemakaian nama Al-Quran dinukilkan dari surat Al-Qiyaamah ayat 17 dan ayat 18. Al-Quran terdiri dari 114 Surat, 6.236 Ayat (sebagian ulama mengatakan 6666 ayat), 77.439 kata, 74437 kalimat dan 323.015 huruf (ada juga yang mengatakan 325345 huruf) yang diturunkan dalam kurun waktu 22 tahun, 2 bulan, dan 22 hari . Wahyu pertama turun pada saat Nabi SAW berusia 40 tahun di saat beliau sedang bermeditasi di Gua Hira (17 Ramadhan). Wahyu berikutnya turun 3 tahun kemudian. Uruturutan Surat yang terdapat dalam Al-Quran bukan berdasarkan urutan turunnya ayat-ayat tersebut. Surat pertama yang diwahyukan adalah Al-Alaq ayat 1-5 (QS: 96) dan yang turun terakhir adalah An-Nasr (QS: 110), sedangkan ayat terakhir yang diturunkan adalah ayat 1-3 dari surat Al-Maaidah. Sedangkan surat pertama yang terdapat dalam Al-Quran adalah AlFatihah (QS: 1) dan yang terakhir An-Nas (QS: 114). Urutan-urutan dalam Al-Quran tersebut semata-mata berdasarkan petunjuk dari Allah SWT kepada Nabi SAW. Al-Quran diturunkan tidak secara sekaligus tapi secara berangsur-angsur. Di Mekah selama 13 tahun dan di Madinah 10 tahun. Terbagi menjadi ayat-ayat Makkiyyah (19/30 = 86 surat) dan Madaniyyah (11/30 = 28 surat). Cara turunnya al-Quran diturunkan oleh Allah melalui proses sebagai berikut; pertama, alQuran diturunkan oleh Allah secara sekaligus ke Lauh Mahfudz. Demikian yang disebutkan dalam al-Quran; Bahkan (yang didustakan mereka itu) ialah al-Quran yang mulia. Yang tersimpan dalam Lauh Mahfudz. (QS 85:21-22). Kedua, al-Quran kemudian diturunkan dari Lauh Mahfudz ke langit dunia pada malam al-qadr (layla al-qadr) secara sekaligus, kemudian diturunkan secara berangsur-angsur kepada nabi Muhammad dalam 23 tahun. Mayoritas umat islam Indonesia menyebut malam laylatul qadar yaitu pada tanggal 17 Ramadhan. Seperti dalam al-Quran: Sesungguhnya Kamu menurunkan pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya kami-lah yang memberi peringatan (QS.44:3). Ketiga, adalah tahap terakhir, al-Quran diturunkan dari langit dunia kepada nabi Muhammad melalui perantara malaikat Jibril. Dalam tahap akhir inilah ajaran serta petunjuk Allah sampai kepada umat manusia, seperti dalam al-Quran: : Dia (al-Quran) dibawa al-Ruh al-Amin, ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan dengan bahasa Arab yang jelas. (QS 26:193-195).

Para ulama Ulumul al-Quran biasanya membagi sejarah turunnya al-Quran dalam dua periode: pertama, periode sebelum hijrah. Ayat-ayat yang turun pada periode pertama disebut ayat Makkiyah, dan ayat-ayat yang turun pada periode kedua disebut ayat Madaniyyah. 1. Periode Mekah I (4-5 tahun): Dakwah Islam masih dalam ruang lingkup yang kecil. Belum begitu banyak resistansi. Ayat-ayat yang turun umumnya tentang (i) pelajaran bagi Rasulullah dalam membentuk kepribadiannya, (ii) pengetahuan dasar tentang sifat-sifat Allah, (iii) keterangan tentang dasar-dasar akhlak islamiyah dan bantahan tentang pandangan hidup masyarakat jahiliyah saat itu. 2. Periode Mekah II (8-9 tahun): Dakwah Islam mulai terbuka. Oposisi terhadap Islam dari penduduk Mekah mulai terbentuk untuk menghalangi dakwah. Ayat-ayat yang turun umumnya tentang (i) kewajiban prinsipal penganutnya, (ii) kecaman & ancaman kepada kaum musyrik yang berpaling dari kebenaran, (iii) argumentasi tentang keesaan Tuhan dan kepastian hari kiamat. Periode Madinah (10 tahun): Masyarakat Islam mulai terbentuk di Madinah setelah Nabi SAW hijrah dari Mekah. Selain oposisi dari jahiliyah Mekah, warga Yahudi di Medinah yang semula berikrar untuk hidup berdampingan dengan Muslim juga mulai menghalangi-halangi dakwah Nabi SAW Pada masa nabi SAW al-Quran hanya di tulis di pelepah kurma, lempengan batu, dan kepingan tulang serta dihafal, hingga datang masa khulfaurrosyidin al-Quran dibukukan. Masa Para Khalifah, kodifikasi Al-Quran Pertama dilakukan pada masa Abu Bakar AshShiddiq, kemudian atas usulan Umar bin Khaththab yang sangat khawatir akan keberlangsungan Al-Quran mengingat banyak Kodifikasipenghafal Al-Quran yang ikut perang Yamamah mati syahid. Dipimpin oleh Zaid bin Tsabit dengan mengumpulkan catatan ayat-ayat dari para sahabat Nabi yang telah ditulis di kain, kulit, tulang, dan batu. Ini adalah kodifikasi lengkap Al-Quran resmi yang pertama. Dan buku pertama dalam bahasa Arab. Hasil kodifikasi ini kemudian disimpan oleh Abu Bakar RA sampai wafat yang kemudian disimpan oleh Umar RA sampai wafat dan lalu disimpan oleh Hafsah (anak Umar dan juga salah satu istri Nabi SAW). Pada masa pemerintahan khalifah ke-3 yaitu Usman bin Affan, lembaran-lembaran Al Quran yg disimpan oleh Hafsah disalin oleh Zaid ibn Tsabit menjadi beberapa naskah. Hal ini mengingat penganut Islam semakin banyak, meluas hingga di luar semenanjung Arab. Penggandaan Al-Quran & Pendistribusian dilakukan pada masa Khalifah Utsman bin Affan, Islam telah tersebar sampai Bizantium dan Iran. Penggandaan Al-Quran & pendistribusian berikutnya dilakukan Huzaifah bin Yaman sekembalinya dari peperang di Azerbaijinoleh (25H/645M) melaporkan kepada Utsman RA tentang perselisihan umat Islam di daerah sekitar tersebut tentang perbedaan tata cara membaca Al-Quran. Lalu Utsman RA membentuk panitia yang diketuai Zaid bin Tsabit untuk memperbanyak Al-Quran berdasarkan Kodifikasi Quran yang asli yang dipegang oleh Hafsah dan bila ada perbedaan dalam bacaan harus dituliskan berdasarkan dialek suku Quraisy. Satu kopi dipegang oleh Utsman RA di Madinah dan kopi lainnya dikirim ke Mekah, Syiria, Yaman, Bahrain, Basra,

dan Kufa untuk dijadikan standard acuan. Versi-versi yang tidak resmi yang beredar sebelumnya kemudian dimusnahkan atas perintah Utsman RA. Versi Al-Quran Utsman RA ini dikenal dengan Mushhaf Utsmani, dipakai oleh kaum muslim diseluruh dunia. 2.3 Kehujjahan Al-quran sebagai Sumber Hukum Islam yang Utama

2.3.1. Kebenaran Al-quran Abdul Wahab Khallaf mengatakan bahwa kehujjahan Al-Quran itu terletak pada kebenaran dan kepastian isinya yang sedikitpun tidak ada keraguan atasnya. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT yang Artinya: Kitab (Al-Quran ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (Q. S. Al-Baqarah, 2 :2). Berdasarkan ayat di atas yang menyatakan bahwa kebenaran Al-Quran itu tidak ada keraguan padanya, maka seluruh hukum-hukum yang terkandung di dalam Al-Quran merupakan aturan-aturan Allah yang wajib diikuti oleh seluruh ummat manusia sepanjang masa hidupnya. M. Quraish Shihab menjelaskan bahwa seluruh Al-Quran sebagai wahyu, merupakan bukti kebenaran Nabi SAW sebagai utusan Allah, tetapi fungsi utamanya adalah sebagai petunjuk bagi seluruh ummat manusia 2.3.2. Kemukjizatan Al-Quran Mukjizat memiliki arti sesuatu yang luar biasa yang tiada kuasa manusia membuatnya karena hal itu adalah di luar kesanggupannyaMukjizat merupakan suatu kelebihan yang Allah SWT berikan kepada para nabi dan rasul untuk menguatkan kenabian dan kerasulan mereka, dan untuk menunjukan bahwa agama yang mereka bawa bukanlah buatan mereka sendiri melainkan benar-benar datang dari Allah SWT. Seluruh nabi dan rasul memiliki mukjizat, termasuk di antara mereka adalah Rasulullah Muhammad SAW yang salah satu mukjizatnya adalah Kitab Suci Al-Quran. Al-Quran merupakan mukjizat terbesar yang diberikan kepada nabi Muhammad SAW, karena Al-Quran adalah suatu mukjizat yang dapat disaksikan oleh seluruh ummat manusia sepanjang masa, karena Rasulullah SAW diutus oleh Allah SWT untuk keselamatan manusia kapan dan dimana pun mereka berada. Allah telah menjamin keselamatan Al-Quran sepanjang masa, hal tersebut sesuai dengan firman-Nya yangArtinya: Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Quran dan sesungguhnya Kami tetap memeliharanya (Q. S. Al-Hijr, 15:9). Adapun beberapa bukti dari kemukjizatan Al-Quran, antara lain: 1. Di dalam Al-Quran terdapat ayat-ayat yang berisi tentang kejadian-kejadian yang akan terjadi di masa mendatang, dan apa-apa yang telah tercantum di dalam ayat-ayat tersebut adalah benar adanya. 2. Di dalam Al-Quran terdapat fakta-fakta ilmiah yang ternyata dapat dibuktikan dengan ilmu pengetahuan pada zaman yang semakin berkembang ini. )dikutip dari makalah Al-Quran sebagai sumber hukum IAIN Walisongo Semarang )

3. Dasar-Dasar Al-Quran dalam Membuat Hukum Menutut Imam Madzhab.

2.4 Fungsi Diturunkannya Al-Quran Al-Quran merupakan kitab yang universal untuk seluruh manusia, bahkan untuk bangsa jin, untuk memberikan kabar gembira dan peringatan kepada mereka. (periksa QS. al-Jin:2). AlQuran diturunkan kepada manusia dengan memiliki fungsi yang amat banyak. Di antara fungsi diturunkannya al-Quran adalah sebagai berikut: 1. Petunjuk kepada umat manusia ke jalan yang baik dan benar agar manusia memperoleh kebahagiaan dalam menjalani hidupnya. 2. Keterangan-keterangan, yaitu untuk memberikan keterangan, dalil-dalil, penjelasanpenjelasan secara terperici tentang batas-batas yang ditentukan Allah, kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan, keterangan mana yang halal dan mana yang haram, dan lain-lain. Al-Quran diturunkan ke muka bumi untuk memberikan penjelasan tentang segala sesuatu, sehingga manusia memilili pedoman dan arahan yang jelas dalam melaksanakan tugas hidupnya sebagai makhluk Allah. 3. Al-Quran sebagai kabar gembira dengan memberikan harapan-harapan masa depan bagi orang-orang yang beriman, tunduk dan patuh kepada aturan Allah, berupa janji dalam bentuk kesenangan tiada tara. 4. Pemisah atau pembeda, yaitu menjadi garis pemisah untuk membedakan antara yang hak dan yang bathil, antara yang benar dan yang sesat. 5. Pengajaran dari Allah , yaitu pengajaran yang dapat membimbing manusia untuk mencari kebenaran. 6. Obat penyakit hati, yaitu penawar bagi hati yang gundah, jiwa yang tidak tentram, hati yang kesat, dan membersihkan jiwa yang kotor, al-Quran sebagai penawar jiwa (syifa). Syifa artinya obat penawar atau penyembuh. Sasaran dari penyembuhan ini adalah hati yaitu memberikan penyembuhan terhadap segala penyakit hati yang membuat manusia menderita penyakit rohaniah. 7. Rahmat, yaitu karunia untuk umat manusia yang memberikan kenikmatan hidup jasmaniah dan rohaniah. 2.5 Kedudukan Al Qur`an sebagai Sumber Hukum Islam Berbicara tentang sumber hukum Islam, pada ulama sepakat bahwa Al Qur`an menempati urutan yang pertama dan utama, setelah Al Qur`an adalah Al Hadis yang kemudian disusul dengan ijma` dan qiyas. Saidus Syahar menyebutkan bahwa sumber-sumber syari`at dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu sumber utama dan deduction atau kesimpulan. Sumber utama adalah wahyu, yang dapat dibagi kepada wahyu langsung (Al Qur`an) dan wahyu tidak

langsung (sunnah). Sedangkan deduction atau kesimpulan yang ditarik dari wahyu juga terbagi kepada: 1. Qiyas (analogi), yakni penarikan kesimpulan seseorang mujtahid. 2. Ijma` (persamaan pendapat dari beberapa mujtahid) 3. Dan lain-lain. Dalam sebuah riwayat, terjadi dialog antara Rasulullah saw dengan sahabatnya yang bernama Mu`az bin Jabal sebelum mengutusnya untuk menjadi Gubernur di negeri Yaman, yang dikenal dengan hadis Mu`az bin Jabal sebagai berikut: : Artinya: Bagaimana engkau akan memutuskan hukum jika disodorkan perkara kepadamu? Mu`az menjawab, Saya akan memutuskan perkara itu sesuai dengan hukum Al Qur`an (Kitabullah). Apabila aku tidak jumpai di dalam Kitabullah, aku akan memutuskan dengan Sunnah Rasulullah, jika tidak ada di dalam Sunnah Rasulullah, saya akan melakukan ijtihad dengan kemampuanku. Jika ditinjau dari segi kekuatannya, sumber hukum tersebut dapat digolongkan atas sumber yang disepakati dan sumber yang tidak disepakati oleh para ulama. Sumber hukum yang disepakati oleh ulama sebagai sumber utama ajaran Islam adalah Al Qur`an dan Al Sunnah/Hadis. Sebagaimana telah dikemukakan di atas, para ulama sepakat bahwa Al Qur`an adalah sumber hukum Islam yang pertama dan utama. Pada umumnya isi kandungan Al Qur`an bersifat kully, umum atau global dalam mengemukakan satu persoalan. Itulah sebabnya Al Qur`an memerlukan interpritasi sebagai upaya untuk mencari ayat yang sifatnya kully, umum atau global tersebut. Untuk merinci kandungan Al Qur`an diperlukan hadis Nabi saw, sebab tanpa adanya hadis Nabi tersebut, banyak ayat Al Qur`an yang sulit dipahami secara jelas. Karena itulah hadis-hadis berfungsi untuk memberikan penjelasan atau menafsirkan (hadis tafsir) terhadap ayat-ayat yang bersifat global tersebut. Karena hadis-hadis Nabi saw juga jumlahnya terbatas, maka dianjurkan kepada para ulama yang mempunyai kemampuan ijtihad untuk menafsirkan Al Qur`an, agar kandungan Al Qur`an dapat dipahami secara utuh. 2.6 Isi Pokok Kandungan Al Quran Isi Al-Quran mencakup dan menyempurnakan pokok- pokok ajaran dari kitab-kitab Allah SWT yang terdahulu (Taurot, Injil, dan Zabur). Sebagian ulama mengatakan, bahwa AlQuran mengandung tiga pokok ajaran: a) keimanan; b) akhlak dan budi pekerti; dan c) aturan tentang pergaulan hidup sehari-hari antar sesama manusia. Sebagian ulama yang lain berpendapat, bahwa Al-Quran berisi dua peraturan pokok: a) peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT; dan b) peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan sesamanya, dan dengan alam sekitarnya. Isi kandungan Alquran, pada garis besrnya mengandung pokok-pokok ajaran sebagai berikut: 1. Prinsip-prinsip akidah (keimanan), yaitu doktrin kepercayaan untuk meluruskan dan menyempurnakan keyakinan, kitab, rasul, hari akhir, qadha dan qadar.

2. Prinsip-prinsip syariah, yakni hokum-hukum yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya, dan hubungan manusia dengan makhluk lainnya atau alam sekitarnya. 3. Janji dan ancaman, seperti janji kepada orang-ornga yang berbuat baik, dan ancaman kepada orang-orang yang berbuat jahat atau dosa. 4. Ilmu pengetahuan, yakni informasi-informasi tentang manusia, binatang, tumbuhtumbuhan, langit dan bumi, matahari, bulan, bintang dan lain sebagainya. 5. Sejarah atau kisah-kisah masa lalu, seperti kisah para nabi dan rasul, kisah orang-orang dan umat-umat trdahulu, baik mengenai sebab-sebab kemajuan dan kemundurannya, kebangkitan dan kejatuhannya untuk dijadikan cerminan dan pelajaran dalam kehidupan manusia selanjutnya.

2.7 Uraian Penjelasan Alquran terhadap Hukum


2.7.1 Hukum-hukum dalam Al-Qur'an itu ada 3 macam :

1. Hukum-hukum I'tiqadiyah, yakni : hukum-hukum yang berkaitan dengan-Nya, Rasul-Nya, dan hari pembalasan. 2. Hukum-hukum Akhlak, yaitu : hukum-hukum yang berkaitan dengan kewajiban orang mukallaf untuk menghiasi dirinya dengan sifat-sifat keutamaan dan menjauhkan diri dari sifat-sifat tercela. 3. Hukum-hukum 'Amaliyah, yaitu: yang bersangkutan dengan perkataan, perbuatan, perjanjian dan muamalah (kerjasama dengan sesama manusia) Hukum 'Amaliyah dalam Al-Qur'an terbagi 2 macam : a. Hukum ibadat, seperti : shalat, puasa, zakat, haji dan lain sebagainya yang bertujuan untuk mengatur hubungan hamba dengan Tuhan-Nya. b. Hukum-hukum Mu'amalat, seperti : perikatan, transaksi, kebendaan, jinayat dan 'Ukubat (pidana), yang bertujuan mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam masyarakat. Hukum Mu'amalat, jika dilhat dari sifat dan maksud diadakannya dapat di bedakan dengan nama-nama sebagai berikut : a. Akhwalus Syakhshiyah (hukum keluarga) Bertujuan untuk mengatur hak kehidupan suami, istri, anak keturunan, dan kerabat sama yang lain. b. Ahkamul Madaniyah (hukum privat)

Bertujuan untuk mengatur hak kebendaan, tukar-menukar, serta manfaatnya dan pemeliharaannya. c. Ahkamul jinaiyah (hukum pidana) Bertujuan untuk memelihara kehidupan manusia, harta benda, kehormatan dan hak-hak mereka. d. Ahkamul Murafa'at (hukum acara) Bertujuan mewujudkan keadilan dalam masyarakat yang erat kaitannya mengenai pelaku, saksi-saksi lainnya. e. Ahkamud Dusturiyah (hukum perundang-undangan) Bertujuan untuk menjamin hak-hak perseorangan dan masyarakat dan mengatur hubungan penguasa dengan rakyat. f. Ahkamud Dauliah (hukum internasional) Bertujuan mengatur hubungan negara Islam dengan negara non muslim dalam bidang-bidang perdamaian, keamanan, perekonomian, dll. g. Ahkamul latishadiyah maliyah (hukum ekonomi dan keuangan) bertujuan untuk mengatur sumber-sumber keuangan dan pengeluaran dan juga hak-hak keuangan pemerintah dan rakyatnya. 2.8 Petunjuk (Dilalah) Al-Quran Kaum Muslimin sepakat bahwa Al-Quran adalah sumber hukum Syara. Merekapun spakat bahwa semua ayat al-Quran dari segi wurut (kedatangan) dan Tsubut (penetapannya) adalah qathi. Hal ini karena semua ayatnya sampai kepada kita dengan jalan mutawattir. Kalaupun ada sebagian sahabat yang mencantumkan beberapa kata pada mushiaf-nya, yang tidak ada pada qiroah mutawatir, hal itu hanya merupakan penjelasan dan penafsiran pada Al-Quran yang didengar dari Nabi SAW. Atau hasil ijtihad mereka dengn jalan membawa nas mutlak pada muqayyad dan hanya untuk dirinya sendiri. Hanya saja para penbahas berikutnya menduga bahwa hal tersebut termasuk qiroat Khairu Mutawatir yang periwayatannya tersendiri. Diantara para Sahabat yang mencantumkan beberapa kata pada mushafnya itu adalah Abdullah Ibnu Masud di mencantumkan kata Mutata Biatin pada ayat 89 surah al-Maidah sehingga ayat tersebut pada mushaf-nya tertulis : Dan menambah kata dzi ar-rohmi almuharrami pada ayat 233, surat Al-Baqarah sehingga ayat tertulis: Ubai Ibnu Kaab mencantumkan kata Min Al-Ummi pada ayat 12 surat An-Nisa, sehingga ayat tersebut tertulis pada mushaf-nya:

Namun, perlu di tegaskan bahwa hal tersebut tidak di dapati dalam Mushaf Utsmani yang kita pakai sekarang ini. Adapun di tinjau dari segi Dilalah-Nya, ayat-ayat Al-Quran itu dapat di bagi dalam dua bagian; 1. Nash yang Qathi dilalah-nya Yaitu nash yang tegas dan jelas maknanya tdk bisa di takwil, tdk mempunyai makna yg lain, dan tdk tergantung pd hal-hal lain di luar nash itu sendiri.Contoh yg dapat dikemukakan di sini, adalah ayat yg menetapkankadar pembagian waris, pengharaman riba , pengharaman daging babi,hukuman had zina sebanyak seratus kali dera, dan sebagainya. Ayat ayatyg menyangkut hal hal tersebut, maknanya jelas tegas dan menunjukkan arti dan maksud tertentu, dan dalam memahaminya tidak memerlukan ijtihad. (Abdul Wahab Khalaf,1972;35) 2. Nashyang Zhanni dilalah-nya Yaitu nash yg menunjukkan suatu makna yg dpt di-takwil ayau nash yg mempunyai makna lebih dari satu, baik karena lafazdnya musytarak (homonim) atapun karena susunan kata-katanya dapat dipahami dengan berbagai cara, seperti dilalah isyarat-nya , iqtidha-nya, dan sebagainya. Para ulama, slain berbeda pendapat tentang nash Al-quran mengenai penetapan yg qathi dan zhanni dilalah, juga berbeda pandapat mengenai jumlah ayat yg termsuk qathi atau zhanni dilalah. Imam Asy-syatibi menegaskan behwa wujud dalil syara yg dengan sendirinya dapat menunjukkan dilalah yg qathi itu tidak ada atau sangat jarang. Dalil syara yg qathi tubut pun untnk menghasilkan dilalah yg qathi masih bergantung pd premis-premis yg seluruh atau sebagiannya zhanni . Dalil-dalil syara yg bergantung pd dalil yg zhanni menjadi zhnni pula.(Asy-Syatibi,1975,1;35).

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN Sebagai umat islam, kita diwajibkan untuk mengetahui serta memperdalam sumber ajaran agama yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Karena sumber ajaran agama islam merupakan merupakan media penuntun agar kita dapat melaksanakan semua perintah Allah dan semua larangan-Nya. Agama islam pun tidak mempersulit kita dalam mempelajari seluk beluk agama islam. Karena terdapat tingkatan sumber ajaran agama islam yang harus kita pedomani.

3.2 DAFTAR PUSTAKA

http://rahasiasuksesirfanansori.wordpress.com/2011/10/31/al-quran-sebagai-sumber-hukumislam-pertama/ http://peusijuek.blogspot.com/2011/04/al-quran-sebagai-sumber-hukum-islam.html http://ipsb2011.wordpress.com/2012/04/27/al-quran-sebagai-sumber-hukum-islam/

Anda mungkin juga menyukai