Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berbicara tentang Al Qur’an, takkan pernah ada habisnya. Al Qur’an mengandung
berbagai kisah dari sejarah zaman lampau hingga masa yang akan datang, termuat juga
hukum-hukum islam, rahasia alam semesta, serta masih banyak lagi.

Al-Qur’an menjadi salah satu mukjizat besar Nabi Muhammad SAW, sebab
turunnya Al Qur’an melalui perantara beliau, Al Qur’an mempunyai peranan yang sangat
penting untuk keberlangsungan umat manusia di Dunia. Betapa tidak, semua persoalan
manusia di dunia sebagian besar dapat ditemukan jawabannya pada Al Qur’an. Oleh
karenannya kemudian Al Qur’an di yakini sebagai firman Allah yang menjadi sumber
hukum Islam pertama sebelum Hadist serta menjadi sumber ajaran bagi Agama Islam.

Kewajiban manusia untuk mengimani, membaca, menelaah, menghayati, dan


mengamalkan ajaran Al Quran secara keseluruhan, serta mendakwahkannya (Q.S. Al-
'Ashr:1-3). Jika kita memang benar-benar beriman kepada Allah SWT atau mengaku
Muslim. Membacanya saja sudah berpahala, bahkan kata Nabi Saw satu huruf
mengandung 10 pahala, apalagi jika mengamalkannya.

Dikalangan ulama terdapat kesepakatan bahwa sumber ajaran yang utama adalah
Al Qur’an dan As Sunnah. Sedangkan penalaran atau akal pikiran sebagai alat untuk
memahami Al Qur’an dan As Sunnah. Ketentuan ini sesuai dengan Agama Islam itu
sendiri sebagai wahyu dari allah SWT yang penjabarannya dilakukan oleh nabi
Muhammad SAW. Di dalam Al Qur’an (QS an nisa :156) kita dianjurkan agar menaati
Allah dan rosulNya, serta ulil amri(pemimpin). Ketaatan kepada Allah dan rosulNya ini
mengandung konsekuensi ketaatan kepada ketentuanNya yang terdapat di dalam Al
Qur’an, dan ketentuan nabi Muhammad SAW yang terdapat di dalam HaditsNya.

Al-Qur’an menjadi salah satu mukjizat besar Nabi Muhammad SAW, sebab
turunnya Al Qur’an melalui perantara beliau, AL Qur’an mempunyai peranan yang sangat
penting untuk keberlangsungan umat manusia di Dunia. Betapa tidak, semua persoalan
manusia di dunia sebagian besar dapat ditemukan jawabannya pada Al Qur’an. Oleh
karenannya kemudian Al Qur’an di yakini sebagai firman Allah yang menjadi sumber
hukum Islam pertama sebelum Hadist.

Kewajiban manusia untuk mengimani, membaca, menelaah, menghayati, dan


mengamalkan ajaran Al-Quran secara keseluruhan, serta mendakwahkannya (Q.S. Al-
'Ashr:1-3). Jika kita memang benar-benar beriman kepada Allah SWT atau mengaku
Muslim. Membacanya saja sudah berpahala, bahkan kata Nabi Saw satu huruf
mengandung 10 pahala, apalagi jika mengamalkannya.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Al Qur’an

Hadits Rasulullah SAW, yaitu:


”Kutinggalkan kepadamu dua perkara, dan kamu sekalian tidak akan sesat selama
berpegang teguh kepada keduanya, yaitu Kitabullah (Al-Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya)”.

Al Qur’an adalah sumber ajaran Islam yang utama. Al-Qur’an adalah wahyu Allah
yang diturunkan kepada Rasul-Nya, Nabi Muhammad SAW. Al-Qur’an dijaga dan
dipelihara oleh Allah SWT, sesuai dengan firmannya sebagai berikut:
”Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-
benar memeliharanya.” (QS 15:9)
”Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an. Kalau sekiranya Al-Qur’an itu
bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapatkan pertentangan yang banyak di
dalamnya.” (QS 4:82)

Al Qur’an menyajikan tingkat tertinggi dari segi kehidupan manusia. Sangat


mengagumkan bukan saja bagi orang mukmin, melainkan juga bagi orang-orang kafir. Al
Qur’an pertama kali diturunkan pada tanggal 17 Ramadhan (Nuzulul Qur’an). Wahyu yang
perta kali turun tersebut adalah Surat Alaq, ayat 1-5. Al-Qur’an memiliki beberapa nama
lain, antara lain adalah Al-Qur’an:

1. Al Qur’an (QS. Al-Isra: 9),


2. Al-Kitab (QS. Al-Baqoroh: 1-2),
3. Al-Furqon (QS. Al-Furqon: 1),
4. At-Tanzil (QS As-Syu’ara: 192),
5. Adz-Dzikir (Surat Al-Hijr: 1-9)

 Kandungan Al-Qur’an, antara lain adalah:


Pokok-pokok keimanan (tauhid) kepada Allah, keimanan kepada malaikat, rasul-
rasul, kitab-kitab, hari akhir, qodlo qodar, dan sebagainya.
Prinsip-prinsip syari’ah sebagai dasar pijakan manusia dalam hidup agar tidak salah jalan
dan tetap dalam koridor yang benar bagaimanamenjalin hubungan kepada Allah (hablun
minallah, ibadah) dan kepada manusia (hablun minannas, mu’amalah).

Janji atau kabar gembira kepada yang berbuat baik (basyir) dan ancaman siksa bagi
yang berbuat dosa (nadzir).Kisah-kisah sejarah, seperti kisah para nabi, para kaum
masyarakat terdahulu, baik yang berbuat benar maupun yang durhaka kepada Tuhan.

Dasar-dasar dan isyarat-isyarat ilmu pengetahuan antara lain : astronomi, fisika,


kimia, ilmu hukum, ilmu bumi, ekonomi, pertanian, kesehatan, teknologi, sastra, budaya,
sosiologi, psikologi, dan sebagainya.

2
 Keutamaan Al Qur’an ditegaskan dalam Sabda Rasullullah, antara lain:
Sebaik-baik orang di antara kamu, ialah orang yang mempelajari Al Qur’an dan
mengajarkannya
Umatku yang paling mulia adalah Huffaz (penghafal) Al Qur’an (HR. Turmudzi)
Orang-orang yang mahir dengan Al Qur’an adalah beserta malaikat-malaikat yang suci dan
mulia, sedangkan orang membaca Al Qur’an dan kurang fasih lidahnya berat dan sulit
membetulkannya maka baginya dapat dua pahala (HR. Muslim).

Sesungguhnya Al Qur’an ini adalah hidangan Allah, maka pelajarilah hidangan


Allah tersebut dengan kemampuanmu (HR. Bukhari-Muslim).
Bacalah Al Qur’an sebab di hari Kiamat nanti akan datang Al Qur’an sebagai penolong
bagai pembacanya (HR. Turmuzi).

 Adapun pengertian al qur’an dari segi istilah dapat dikemukakan berbagai


pendapat berikut ini:
Mana’ alqaththan, secara ringkas mengutip pendapat para ulama pada umumnya
yang menyatakan bahwa al quran adalah firman allah yang diturunkan kepada nabi
Muhammad S.A.W dan dinilai ibadah bagi pembacanya.Kemudian Al-Zarqoniberpendapat
bahwa al qur’an adalah lafat yang diturunkan kepada nabi Muhammad S.A.W mulai dari
surat al-fatikhah sampai an-nas.KemudianAl-Wahhab Al-Khallafberpendapat menurutnya,
al qur’an adalah firman allah S.W.T yang diturunkan kepada hati rosulullah S.A.W

Dari beberapa kutipan tersebut dapat diketahui bahwa al qur’an adalah kitab suci
yang isinya mengandung firman allah, turunnya bertahap, melalui malaikat jibril,
susunannya dimulai dari surat al-fatikhah dan diakhiri dengan surat an-nas serta bagi yang
membacanya bernilai ibadah, fungsinya antara lain menjadi hujjah yang kuat atas
kerosulan nabi Muhammad SAW.

Berkenaan dengan definisi tersebut maka berkembanglah studi tentang Al Qur’an


baik dari segi kandungan ajarannya, maupun metode penafsirannya. Oleh sebab itu di
kalangan ulama berpendapat bahwa Al Qur’an lah sumber utama ajaran Agama Islam.

B. Peranan dan Fungsi Al Qur’an

Berikut ini beberapa fungsi al qur’an dan peranannya dari segi kandungan ajarannya

1. Al-Qur’an sebagai Kalamullah

Kalam (perkataan) Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW melalui
Malaikat Jibril dengan lafal dan maknanya. Al-Qur’an sebagai kitab Allah menempati
posisi sebagai sumber pertama dan utama dari seluruh ajaran Islam dan berfungsi sebagai
petunjuk atau pedoman bagi umat manusia dalam mencapai kebahagiaan hidup di dunia
dan akhirat.

3
Sebagai Kalamullah, Al-Qur’an dalam bentuk aslinya berada dalam induk Al-Kitab
(Lauh Mahfuzh) dalam lindungan Tuhan. Lalu diturunkan kepada Nabi dalam bahasa
kaumnya (bahasa Arab).Wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada nabi-nabi-Nya adalah
suatu ilmu yang dikhususkan untuk mereka. Kumpulan wahyu yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW disebut al Qur’an, yang merupakan pembawa rahmat bagi alam
semesta dan petunjuk bagi manusia dalam hidup dan kehidupannya.

Wahyu turun dalam berbagai cara seperti ; Malaikat Jibril langsung atau menyerupai
manusia, berupa suara atau gemuruh, atau lonceng.

2. Al-Qur’an sebagai Sumber Hukum Islam

Sumber hukum ajaran Islam ada tiga. Yakni; Al Quran, As-Sunnah, dan Ijtihad. Al-
Qur’an adalah firman Allah, dan hadist merupakan sabda Rasulullah Muhammad
SAW.Sedangkan ijtihad didapatkan dari hasil pemikiran para ulama mujtahid (yang
berijtihad), dengan tetap mengacu kepada Al Quran dan As-Sunnah.

Isi Al Quran meliputi segala hal, mulai soal keimanan atau akidah hingga fenomena
alam. Al Quran mengajari manusia bersikap ilmiah atau berdasarkan ilmu (Q.S. Al-
Isro’:36), mendorong manusia melakukan penelitian untuk menyibak tabir alam
(Q.S.Yunus:101), menaklukkan angkasa luar (Q.S. Ar-Rahman:33), mengabarkan prediksi
ilmiah tentang rahim ibu (Q.S. Az-Zumar:6), gaya berat atau gravitasi (Q.S. Ar-
Rahman:7), pemuaian alam semesta (Q.S. Adz-Dzariyat:47, Q.S Al-Anbiya: 104,Q.S
Yasin:38), tentang ruang hampa di angkasa luar (Q.S. Al-An’am:125), tentang geologi,
gerak rotasi, dan revolusi planet bumi (Q.S. An-Naml:88) dan masih sangat banyak lagi.

2. Al-Qur’an sebagai Mukjizat

Dalam Bahasa Arabmukjizat berasal dari kata ‘ajz yang berarti lemah, kebalikan
dari qudrah(kuasa) sedangkan i’jaz berarti membuktikan kelemahan. Mu’jizadalah sesuatu
yang melemahkan atau membuat yang lain menjadi lemah, tidak berdaya. Setiap mukzijat
biasanya turun untuk memberikan tantangan bagi situasi zaman itu. Ketika pada zaman
Nabi Musa para tukang sihir sangat berkuasa dan mereka mencapai puncak
kemampuannya dalam ilmu sihir, Nabi Musa datang dengan membawa mukjizat yang
mampu melumpuhkan tipu daya para tukang sihir tersebut. Rasulullah SAW. pun hadir
pada suatu zaman ketika sastra Arab mencapai puncak ketinggiannya. Beliau datang
dengan Al-Quran yang memiliki gaya bahasa tingkat tinggi yang mampu melumpuhkan
seluruh penyair yang ada pada zaman itu.

Selain keindahan gaya bahasanya, ada petunjuk-petujuk sangat jelas lainnya yang
memperlihatkan bahwa Al-Quran datang dari Allah Swt. dengan segala kemukjizatannya.
Ayat-ayat yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan misalnya, dapat meyakinkan setiap
orang yang mau berpikir bahwa Al-Quran adalah firman-firman Allah Swt., tidak mungkin

4
ciptaan manusia apalagi ciptaan Nabi Muhammad saw. yang ummi (QS 7:158) yang hidup
pada awal abad keenam Masehi (571-632 M). Di antara ayat-ayat tersebut umpamanya: QS
39:6; QS 6:125; QS 23:12,13,14; QS 51:49; QS 41:11-41; QS 21:30-33; QS 51:7,49, dan
lain-lain.

Ada pula ayat-ayat yang berhubungan dengan sejarah seperti tentang kekuasaan di
Mesir, Negeri Saba’. Tsamud, ’Aad, Nabi Adam, Nabi Yusuf, Nabi Dawud, Nabi
Sulaiman, Nabi Musa, dan sebagainya. Ayat-ayat ini dapat memberikan keyakinan kepada
kita bahwa Al-Quran adalah wahyu Allah bukan ciptaan manusia. Ayat-ayat yang
berhubungan dengan ramalan-ramalan khusus yang kemudian dibuktikan oleh sejarah
seperti tentang bangsa Romawi, berpecah-belahnya Kristen, dan lain-lain juga menjadi
bukti lagi kepada kita bahwa Al-Quran adalah wahyu dari Allah Swt. yang disampaikan
melalui lisan utusan-Nya.

4. Al Quran sebagai Pedoman Hidup

Sebagai pedoman hidup, Al Qur’an banyak mengemukakan pokok-pokok serta


prinsip-prinsip umum pengaturan hidup dalam hubungan antara manusia dengan Allah dan
mahluk lainnya. Di dalamnya terdapat peraturan-peraturan seperti:beribadah
langsung kepada Allah Swt, berkeluarga, bermasyarakat, berdagang, utang-
piutang, kewarisan, pendidikan dan pengajaran, pidana, dan aspek-aspek kehidupan
lainnya yang oleh Allah Swt. Dijamin dapat berlaku dan dapat sesuai pada setiap tempat
dan setiap waktu.

Setiap Muslim diperintahkan untuk melakukan seluruh tata nilai tersebut dalam
kehidupannya. Sikap memilih sebagian dan menolak sebagian tata nilai itu dipandang Al
Quran sebagai bentuk pelanggaran dan dosa. Melaksanakannya dinilai ibadah,
memperjuangkannya dinilai sebagai perjuangan suci, mati karenanya dinilai sebagai mati
syahid, hijrah karena memperjuangkannya dinilai sebagai pengabdian yang tinggi, dan
tidak mau melaksanakannya dinilai sebagai zalim, fasiq, dan kafir.

5. Al-Quran sebagai Korektor

Sebagai korektor, Al-Quran banyak mengungkapkan persoalan-persoalan yang


dibahas oleh kitab-kitab suci sebelumnya, semacam Taurat dan Injil yang dinilai tidak lagi
sesuai dengan ajaran yang telah diturunkan oleh Allah Swt. Ketidaksesuaian tersebut
menyangkut sejarah orang-orang tertentu, hukum-hukum, prinsip-prinsip ketuhanan, dan
sebagainya.1

1
Al-Khallaf Al-Wahhab, Ilmu Ushul Al-Fiqh Jakarta: Al-Majelis Al-A’la Al-Indonesia Li
Al Da’wah Al-Islamiyah, 1972

5
Ada beberapa contoh koreksian yang diungkapkan oleh Al-Quran terhadap kitab-
kitab terdahulu tersebut, antara lain:
a) Tentang ajaran Trinitas (QS 5:73)
b) Tentang Nabi Isa (QS 3:49,59; QS 5:72,76)
c) Tentang peristiwa penyaliban Nabi Isa (4:157-158)
d) Tentang Nabi Luth (QS 29:28-30; QS 7:80-84)
e) Tentang Nabi Harun (QS 20:90-94)
f) Tentang Nabi Sulaiman (QS 2:102; QS 27:15-44) dan sebagainya.

C. Pendekatan Memahami Al Qur’an

Dalam upaya menggali dan memahami maksud dari ayat-ayat Al Qur’an, terdapat
dua term atau istilah, yakni Tafsir dan Takwil. Imam al-Alusi berpendapat, bahwa
menurutnya tafsir adalah pejelasan makna Al Qur’an yang zahir (nyata), sedangkan takwil
adalah penjelasan para ulama dari ayat yang maknanya tersirat, serta rahasia-rahasia
ketuhanan yang terkandung dalam ayat Al Qur’an. Dapat juga dipahami bahwa Takwil
mempunyai beberapa arti yang mendalam, yaitu berupa pengertian-pengertian tersirat yang
di istinbathkan (diproses) dari ayat-ayat Al Qur’an, yang memerlukan perenungan dan
pemikiran serta merupakan sarana membuka tabir.

Apabila mendapati ayat yang mempunyai kemungkinan beberapa pengertian, para


mufassir menentukan pengertian yang lebih kuat, lebih jelas dan gamblang. Namun, hal
tersebut sifatnya tidak pasti, sebab kalau makna atau arti tersebut dipastikan berarti mufasir
tersebut telah menguasai Al Qur’an, sedangkan hal tesebut tidak dibenarkan sebagaimana
dijelaskan dalam Al Qur;an (Q.S Ali Imran : 7).

Secara garis besar istilah antara tafsir dengan takwil tidak terdapat perbedaan yang
mendasar, kedua-duannya mempunyai semangat untuk menggali, mengkaji dan memahami
maksud dari ayat-ayat Al Qur’an guna dijadikan sebagai pedoman dan rujukan umat Islam
tatkala mengalami berbagai macam persoalan dalam kehidupan di dunia.

Sebagai upaya untuk menjelaskan maksud dari ayat Al Qur’an, obyek yang
dijadikan kajian dalam menafsirkan Al Qur’an adalah kalam Allah, maka dalam konteks
ini tidak perlu diragukan dan diperdebatkan kembali mengenai kemuliaannya.
Kandungannya meliputi aqidah-aqidah yang benar, hukum-hukum syara’ dan lain-lain.
Tujuan akhirnya adalah dapat diperolehnya tali yang amat kuat dan tidak akan putus serta
akan memperoleh kebahagiaan baik di dunia ataupun di akhirat. Dan oleh karenanya, ilmu
tafsir merupakan pokok dari segala ilmu agama, sebab ia diambil dari Al Qur’an, maka ia
menjadi ilmu yang sangat dibutuhkan oleh manusia.

Al-Qaththan Manna’, Mabahits Fi ‘Ulum Al-Qur’anMesir: Mensyurat Al-‘Ashr Al Hadis


T.T

6
Metodologi tafsir adalah ilmu tentang metode menafisirkan Al Qur’an dan
pembahasan ilmiah tentang metode-metode penafsiran Al Qur’an, pembahasan yang
berkaitan dengan cara penerapan metode terhadap ayat-ayat Al Qur’an disebut Metodik,
sedangkan cara menyajikan atau memformulasikan tafsir tersebut dinamakan teknik atau
seni penafsiran.

Metode penafsiran Al Qur’an, secara garis besar dibagi dalam empat macam
metode, namun hal tersebut tergantung pada sudut pandang tertentu :
1) Metode Penafsiran ditinjau dari sumber penafsirannya.
2) Metode penafsiran ditinjau dari cara penjelasannya.
3) Motede penafsiran ditinjau dari keleluasan penjelasan.
4) Metode penafsiran ditinjau dari aspek sasaran dan sistematika ayat-ayat yang
ditafsirkan.

Ayat-ayat Al Qur’an yang sangat banyak ini sejatinya dapat menjawab semua
persoalan yang terjadi pada masyarakat. Namun kesan yang ada pada saat ini seakan-akan
ayat Al Qur’an masih mengandung misteri, sehingga belum mampu menjawab semua
persoalan yang ada. Kesan dan pemahaman yang keliru ini adalah akibat dari ”miskin”nya
cara, metode dan pendekatan dalam memahami dan menafsirkan ayat Al Qur’an.
Metodologi tafsir Al Qur’an adalah salah satu cara untuk mengkaji, memahami dan
menguak lebih jauh maksud dan kandungan dari ayat-ayat Al Qur’an. Metode tafsir yang
adapun sangat beragam model, bentuk dan pendekatannya.

Suatu hal yang sangat penting bagi kita untuk mengetahui dan memahami macam-
macam metode tafsir ayat Al Qur’an yang ada dengan berbagai macam pendekatannya,
jika hal ini telah kita ketahui, maka ayat-ayat Al Qur’an semakin hidup dan mampu untuk
menjawab segala persoalan masyarakat yang berkembang begitu cepat. Hal ini semakin
mempertegas bahwa Al Qur’an adalah wahyu Allah yang menjadi rujukan dan sumber
utama ajaran semua umat Islam.

a. Ulumul Qur’an

Secara etimologi, kata Ulumul Qur’an berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari
dua kata, yaitu “ulum” dan “Al-Qur’an”. Kata ulum adalah bentuk jama’ dari kata “ilmu”
yang berarti ilmu-ilmu. Kata ulum yang disandarkan kepada kata Al Qur’an telah
memberikan pengertian bahwa ilmu ini merupakan kumpulan sejumlah ilmu yang
berhubungan dengan Al Qur’an, baik dari segi keberadaanya sebagai Al Qur’an maupun
dari segi pemahaman terhadap petunjuk yang terkandung di dalamnya.

 Ulumul Qur’an menurut Assuyuthi dalam kitab itmamu al-Dirayah :


“Ilmu yang membahas tentang keadaan Al-Qur’an dari segi turunya, sanadnya, adabnya
makna-maknanya, baik yang berhubungan lafadz-lafadznya maupun yang berhubungan
dengan hukum-hukumnya, dan sebagainya”.

7
Ulumul Qur’an merupakan suatu ilmu yang mempunyai ruang lingkup pembahasan yang
luas. Ulumul Qur’an meliputi semua ilmu yang ada kaitanya dengan Al-Qur’an, baik
berupa ilmu-ilmu agama, seperti ilmu tafsir maupun ilmu-ilmu bahasa Arab. Disamping
itu, masih banyak lagi ilmu-ilmu yang tercakup di dalamnya.
Secara garis besar Ilmu alQur’an terbagi dua pokok bahasan yaitu :

1) Ilmu yang berhubungan dengan riwayat semata-mata, seperti ilmu yang membahas
tentang macam-macam qira’at, tempat turun ayat-ayat Al-Qur’an, waktu-waktu turunnya
dan sebab-sebabnya.
2) Ilmu yang berhubungan dengan dirayah, yakni ilmu yang diperoleh dengan jalan
penelaahan secara mendalam seperti memahami lafadz yang ghorib (asing) serta
mengetahui makna ayat-ayat yang berhubungan dengan hukum.
Pertumbuhan dan perkembangan Ulumul Qur’an menjelma menjadi suatu disiplin ilmu
melalui proses secara bertahap dan sesuai dengan kebutuhan dan kesempatan untuk
membenahi Al Qur’an dari segi keberadaanya dan segi pemahamanya.

b. Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Al Qur’an Adalah ilmu pengetahuan untuk memahami dan menafsirkan yang
bersangkutan dengan Al Qur'an dan isinya. Berfungsi sebagai mubayyin, menjelaskan
tentang arti dan kandungan Al Qur’an, khususnya menyangkut ayat-ayat yang tidak
dipahami dan samar artinya. Tafsir berasal dari kata al-fusru yang mempunyai arti al-
ibanah wa al-kasyf (menjelaskan dan menyingkap sesuatu). Menurut pengertian
terminologi, seperti dinukil oleh Al-Hafizh As-Suyuthi dari Al-Imam Az-Zarkasyi ialah
ilmu untuk memahami kitab Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW,
menjelaskan makna-maknanya, menyimpulkan hikmah dan hukum-hukumnya.

 Perkembangan ilmu Tafsir

Ilmu tafsir Al Qur'an terus mengalami perkembangan sesuai dengan tuntutan


zaman. Perkembangan ini merupakan suatu keharusan agar Al Qur'an dapat bermakna bagi
umat Islam. Pada perkembangan terbaru mulai diadopsi metode-metode baru guna
memenuhi tujuan tersebut. Dengan mengambil beberapa metode dalam ilmu filsafat yang
digunakan untuk membaca teks Al Qur'an maka dihasilkanlah cara-cara baru dalam
memaknai Al Qur'an. Di antara metode-metode tersebut yang cukup populer antara lain
adalah Metode Tafsir Hermeneutika dan Metode Tafsir Semiotika.2

2 Al-Zarqoni, Manahil Al-Arfan Fi ‘Ulum Al-Qur’anMesir: Isa Al-Baby, T.T

Kaelany HD , Islam Agama Universal (Edisi Revisi), Midada Rahma Press, 2009

8
 Ilmu yang terkait dengan Ilmu Tafsir

a) Lughat (fitologi), yaitu ilmu untuk mengetahui setiap arti kata AlQur'an. Mujahid
rah.a., berkata, "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhirat, ia tidak layak
berkomentar tentang ayat-ayat Al Qur'an tanpa mengetahui ilmu lughat.
Sedikit pengetahuan tentang ilmu lughat tidak cukup karena kadangkala satu kata
mengandung berbagai arti. Jadi hanya mengetahui satu atau dua arti, tidaklah cukup. Dapat
terjadi, yang dimaksud kata tersebut adalah arti yang berbeda.

b) Nahwu (tata bahasa). Sangat penting mengetahui ilmu nahwu, karena sedikit saja
i'rab (bacaan akhir kata) berubah akan mengubah arti kata tersebut. Sedangkan
pengetahuan tentang i'rab hanya di dapat dalam ilmu nahwu.

c) Sharaf (perubahan bentuk kata) sama halnya dengan ilmu nahwu, ilmu sharaf pun
juga penting, karena sedikit saja beda hurufnya maka akaan dapat mengubah arti,
karenanya ilmu sharaf dan ilmu nahwu sangat berkaitan erat.

d) Asbabun Nuzul adalah sebuah ilmu yang menerangkan tentang latar belakang
turunnya suatu ayat. Atau bisa juga keterangan yang menjelaskan tentang keadaan atau
kejadian pada saat suatu ayat diturunkan, meski tidak ada kaitan langsung dengan turunnya
ayat. Tetapi ada konsideran dan benang merah antara keduanya. Seringkali peristiwa yang
terkait dengan turunnya suatu ayat bukan hanya satu, bisa saja ada beberapa peristiwa
sekaligus yang menyertai turunnya suatu ayat. Atau bisa juga ada ayat-ayat tertentu yang
turun beberapa kali, dengan motivasi kejadian yang berbeda. Dan masih banyak lagi ilmu-
ilmu yang lainnya.

D. Metode Penafsiran Al Qur’an


Terdapat dua bentuk penafsiran yaitu at-tafsîr bi al- ma’tsûr dan at-tafsîr bi- ar-
ra’yi, dengan empat metode, yaitu;

1. Metode Ijmali (Global)


Ijmali secara etimologi berarti global, sehingga dapat diartikan tafsir al-ijmali adalah tafsir
ayat al Qur’an yang menjelaskannya masih bersifat global.

Secara termiologis, menurut Al Farmawi adalah penafsiran Al-Qur’an berdasarkan


urut-urutan ayat dengan suatu urutan yang ringkas dan dengan bahasa yang sederhana
sehingga dapat dikonsumsi oleh semua kalangan masyarakat baik yang awam maupun
yang intelek.3

3 Dr. Kaelany HD., MA , Islam Agama Universal (Edisi Revisi), (MIDADA RAHMA PRESS, 2009), Hal.131-150
[2]Manna’ Al-Qaththan, Mabahits Fi ‘Ulum Al-Qur’an (Mesir: Mensyurat Al-‘Ashr Al Hadis T.T) Hal.21
[3]Al-Zarqoni, Manahil Al-Arfan Fi ‘Ulum Al-Qur’an (Mesir: Isa Al-Baby, T.T.,) Hal.21

9
2. Metode Tahlil
Tahlili adalah akar kata dari hala, huruf ini terdiri dari huruf ha dan lam, yang
berarti membuka sesuatu.Secara terminologi, metode Tahlily adalah menafsirkan ayat-ayat
Al Qur’an dengan memaparkan segala aspek yang terkandung di dalam ayat-ayat yang
ditafsirkan dengan menerangkan makna-makna yang tercakup di dalamnya sesuai dengan
keahlian dan kecenderungan mufassir yang menafsirkan ayat-ayat terebut; ia menjelaskan
dengan pengertian dan kandungan lafadz-lafadznya, hubungan ayat-ayatnya, hubungan
surat-suratnya, asbabun nuzulnya hadis-hadis yang berhubungan dan pendapat
para mufasirterdahulu yang diwarnai oleh latar belakang pendidikan dan keahliannya.

3. Metode Maqarin (Komparatif atau Perbandingan)


Secara etimologis kata maqarin adalah merupakan bentuk isim al-fa’il dari
kata qarana, maknannya adalah membandingkan antara dua hal. Jadi dapa dikatakan
tafsir maqarin adalah tafsir perbandingan. Secara terminologis adalah menafsirkan
sekelompok ayat Al Qur’an atau suatu surat tertentu dengan cara membandingkan antara
ayat dengan ayat, atau antara ayat dengan hadis, atau antara pendapat ulama tafsir dengan
menonjolkan aspek-aspek perbedaan tertentu dari obyek yang dibandingkan.

4. Metode Maudhu’i (Tematik)


Kata maudhu’iy ini dinisbahkan kepada kata al-mawdhu’i, artinya adalah topik atau
materi suatu pembicaraan atau pembahasan secara semantik. Jadi tafsir mawdhu’i adalah
tafsir ayat Al Qur’an berdasarkan tema atau topik tertentu. Jadi para mufasir mencari tema-
tema atau topik-topik yang berada di tengah-tengah masyarakat atau berasal dari Al Qur’an
itu sendiri atau dari yang lain-lain.

Sumber Utama Rujukan Tafsir Al-Qur’an


Secara garis besar ada tiga sumber utama yang dirujuk oleh para sahabat dalam
menafsirkan Al-Qur'an :
1) Al-Qur'an itu sendiri karena kadang-kadang satu hal yang dijelaskan secara global di
satu tempat dijelaskan secara lebih terperinci di ayat lain.
2) Rasulullah SAW semasa masih hidup para sahabat dapat bertanya langsung pada
Beliau SAW tentang makna suatu ayat yang tidak mereka pahami atau mereka berselisih
paham tentangnya.
3) Ijtihad dan Pemahaman mereka sendiri, karena mereka adalah orang-orang Arab asli
yang sangat memahami makna perkataan dan mengetahui aspek kebahasaannya. Tafsir
yang berasal dari para sahabat ini dinilai mempunyai nilai tersendiri menurut jumhur
ulama, karena disandarkan pada Rasulullah SAW terutama pada masalah asbabun nuzul.
Sedangkan pada hal yang dapat dimasuki ra’yi maka statusnya terhenti pada sahabat itu
sendiri selama tidak disandarkan pada Rasulullah SAW.

10
 Macam Tafsir Al-Qur'an
Setiap penafsir akan menghasilkan corak tafsir yang berbeda tergantung dari latar belakang
ilmu pengetahuan, aliran kalam, mahzab fiqih, kecenderungan sufisme dari mufassir itu
sendiri sehingga tafsir yang dihasilkan akan mempunyai berbagai corak. Abdullah
Darraz mengatakan dalam an-Naba’ al-Azhim sebagai berikut:

“Ayat-ayat Al-Qur'an bagaikan intan, setiap sudutnya memancarkan cahaya yang berbeda
dengan apa yang terpancar dari sudut-sudut lainnya, dan tidak mustahil jika kita
mempersilahkan orang lain memandangnya, maka ia akan melihat banyak dibandingkan
apa yang kita lihat.”4

 Di antara berbagai corak itu antara lain adalah :

 Corak Sastra Bahasa.


 Corak Filsafat dan
 Corak Penafsiran Ilmiah
 Corak Fikih
 Corak Tasawuf
 Corak Sastra Budaya Kemasyarakatan

4 Nata Abuddin, Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004
Al-Wahhab Al-Khallaf, Ilmu Ushul Al-Fiqh(Jakarta: Al-Majelis Al-A’la Al-Indonesia Li
Al Da’wah Al-Islamiyah, 1972) Hal.23
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Al Qur’an adalah sumber ajaran Islam yang utama. Al-Qur’an adalah wahyu Allah
yang diturunkan kepada Rasul-Nya, Nabi Muhammad SAW. Al Qur’an menyajikan
tingkat tertinggi dari segi kehidupan manusia. Sangat mengagumkan bukan saja bagi orang
mukmin, melainkan juga bagi orang-orang kafir. Al Qur’an pertama kali diturunkan pada
tanggal 17 Ramadhan (Nuzulul Qur’an). Wahyu yang perta kali turun tersebut adalah Surat
Alaq, ayat 1-5.

Didalam al qur’an di jelaskan bahwa islam merupakan nama bagi agamaa allah
yang disampaikan oleh para nabi dan juga rosulullah SAW (QS al maidah : 3) islam
merupakan hakekat agama allah (QS ali imron : 19).

Fungsi atau peranan Al Quran yang sangat penting untuk dipahami seorang
Muslim, Yakni Al Qur’an berfungsi sebagai mukjizat bagi Rasulullah Muhammad saw,
sebagai Kalamullah,sebagai Sumber Hukum Islam, sebagai pedoman hidup bagi setiap
Muslim, serta sebagai korekter atau penyempurna terhadap kitab-kitab yang pernah Allah
Swt. bernilai abadi atau berlaku sepanjang zaman. Sedangkan pendekatan untuk
memahami al qur’an yakni dengan ulumul qur’an dan tafsir al qur’an yang didalamnya
berisi tentang sumber utama ajaran agama islam.

Munculnya corak ini diakibatkan banyaknya orang non-Arab yang memeluk Islam
serta akibat kelemahan orang-orang Arab sendiri di bidang sastra sehingga dirasakan perlu
untuk menjelaskan kepada mereka tentang keistimewaan dan kedalaman arti kandungan
Al-Qur'an di bidang ini.

B. Saran

Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Masih
banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik yang kami sengaja
maupun yang tidak kami sengaja. Maka dari itu sangat kami harapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga dengan berbagai
kekurangan yang ada ini tidak mengurangi nilai-nilai dan manfaat dari mempelajari nya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Al-Khallaf Al-Wahhab, Ilmu Ushul Al-Fiqh Jakarta: Al-Majelis Al-A’la Al-Indonesia Li


Al Da’wah Al-Islamiyah, 1972

Al-Qaththan Manna’, Mabahits Fi ‘Ulum Al-Qur’anMesir: Mensyurat Al-‘Ashr Al Hadis


T.T

Al-Zarqoni, Manahil Al-Arfan Fi ‘Ulum Al-Qur’anMesir: Isa Al-Baby, T.T

Kaelany HD , Islam Agama Universal (Edisi Revisi), Midada Rahma Press, 2009

Nata Abuddin, Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004

Dr. Kaelany HD., MA , Islam Agama Universal (Edisi Revisi), (MIDADA RAHMA
PRESS, 2009), Hal.131-150

Manna’ Al-Qaththan, Mabahits Fi ‘Ulum Al-Qur’an (Mesir: Mensyurat Al-‘Ashr Al Hadis


T.T) Hal.21

Al-Zarqoni, Manahil Al-Arfan Fi ‘Ulum Al-Qur’an (Mesir: Isa Al-Baby, T.T.,) Hal.21

Al-Wahhab Al-Khallaf, Ilmu Ushul Al-Fiqh(Jakarta: Al-Majelis Al-A’la Al-Indonesia Li


Al Da’wah Al-Islamiyah, 1972) Hal.23

13

Anda mungkin juga menyukai