Anda di halaman 1dari 6

KEUTAMAAN ORANG BERILMU

Resume Ini Dikerjakan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Pada Mata Kuliah Hadis Pendidikan Fakultas Tarbiyah
Prodi Pendidikan Agama Islam

Disusun Oleh:
Kelompok 3

SITI NURUL ANNISA IREN TAMARA


02181145

A.KHAERUNISA
02181168

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE

2020
1. Hadis Pertama

Terjemahan :
Dari Abu Umamah r.a bahwasanya Rasulullah S.A.W bersabda: “
kelebihan ahli ilmu (‘alim) terhadap ahli ibadah (‘abid) adalah kelebihanku
terhadap orang yang paling rendah diantara kamu sekalian “, kemudian
Rasulullah S.A.W meneruskan sabdanya : “sesungguhnya Allah, para
malaikat-Nya serta penghuni langit dan Bumi sampai semut yang berada di
sarangnya dan juga ikan senantiasa memintakan rahmat kepada orang yang
mengajar kebaikan kepada manusia.”(HR.al-Turmudzi)1

 Penjelasan ( Syarah Hadis )

Pada hadits ini Rasulullah S.A.W menjelaskan keutamaan orang ‘alim


atau ‘abid. ‘alim artinya orang yang berilmu pengetahuan terutama ilmu
syara’ , sedangkan ‘abid adalah ahli ibadah saja. Keduanya diperlukan
dalam beragama orang alim harus beribadah sebagai manifestasi ilmunya
yakni pengamalan ilmu. Demikian juga ‘abid harus berilmu.

Maksud orang alim disini adalah orang banyak mengetahui


ilmu syara’ dan sudah melaksanakan ibadah yang wajib-wajib saja.
Sedang abid dimaksudkan adalah orang ahli ibadah setelah sekadar
memperoleh ilmu-ilmu yang wajib. Keutamaan orang alim seperti itu lebih
utama disbanding ahli ibadah. Keutamaannya bagaikan keutamaan Nabi
dibandingkan dengan orang yang terendah diantara sahabat.2

                                                            
1
 Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag., HADIS TARBAWI : Hadis – Hadis Pendidikan, ( Jakarta : 
Kencana, 2012 ) h. 133 
2
 Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag., HADIS TARBAWI : Hadis – Hadis Pendidikan, h. 134 
 Hikma dari Hadis

 Keharusan orang alim beribadah dan keharusan abid berilmu, ilmu


tidak ada manfaatnya tanpa ibadah dan ibadah tak diterima tanpa ilmu
 Allah akan mengangkat kedudukan orang beriman yang berilmu
dibandingkan orang yang hanya sekadar beriman tapi tanpa ilmu.
Karena dengan ilmu, orang yang lebih mudah memahami dan
menguatkan iman. Sementara orang yang hanya beriman akan sangat
mudah goyah jika tanpa disertai dengan berbagai ilmu tentang agama

2. Hadis yang Kedua

Terjemahan :
“ Telah menceritakan kepada kami Isma’il bin Abu Uwais berkata, telah
menceritakan kepadaku Malik dari Hisyam bin ‘Urwah dari bapaknya dari
Abdullah bin ‘Amru bin Al ‘Ash berkata; aku mendengar Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya Allah tidaklah mencabut
ilmu sekaligus mencabutnya dari hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu
dengan cara mewafatkan para ulama hingga bila sudah tidak tersisa ulama
maka manusia akan mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh,
ketika mereka ditanya mereka berfatwa tanpa ilmu, mereka sesat dan
menyesatkan. Berkata Al Firabri Telah menceritakan kepada kami ‘Abbas
berkata, Telah menceritakan kepada kami Qutaibah Telah menceritakan
kepada kami Jarir dari Hisyam seperti ini juga “ (H.R. Bukhori )

 Asbabul Wurud Hadis

Mengenai latar belakang hadist ini adalah menurut Imam Ahmad dan
al-Thabari yang bersumber dari hadits Abu Umamah: “Selesai melakukan
Hajji Wada’ Nabi bersabda: “Ambilah ilmu sebelum ia ditarik dan
diangkat!” lalu seorang Arab Baduy bertanya: “Bagaimana ilmu itu
diangkat?” lalu Rasul Bersabda: “Ketahuilah bahwa hilangnya ilmu itu
dalam tiga periode”, dalam riwayat lain Abu Ummah meriwayatkan bahwa
orang Arab itu bertanya “Bagaimana mungkin ilmu itu diangkat,
sedangkan di tengah-tengah kami ada mushaf al-Quran, kami
mempelajarinya serata kami mengetahuinya , serta kami ajarkan kepada
anak-anak dan istri kami, demikian pula kepada pelayan kami.” Rasulullah
mengangkat kepalanya, dan beliau hamirkan kepada orang itu, karena
marahnya. Rasulullah lau bersabda: “Inilah Yahudi dan Nasrani di
kalangan mereka tidak mempelajarinya , tatkala para Nabi datang kepada
mereka. Ibn Hajar berkata: “Hadits Masyhur sekali dari riwayat Hisyam.
Dan dalam riwayat lain bunyinya: …”sehingga tak ada lagi hidup seorang
alim pun.”3

 Penjelasan ( Syarah Hadis )

Hadits ini menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan mencabut ilmu


dalam mutlak bukan menghapusnya dari hati para penghafalnya, akan
tetapi sumber ilmu itu telah diangkat oleh Allah dari bumi, sehingga tidak
ada lagi yang mampu menjelasakan ilmu dengan sebenar-benarnya.
Akibatnya, mereka yang tidak lagi merujuk apapun dengan dasar
keilmuan, sampai pada ketidaktahuan mereka dengan memilih pemimpin
yang sama tidak berilmunya. Hadist ini kemudia menjelaskan akibat yang
sangat fatal bila seorang guru sebagai sumber ilmu yang otentik wafat,
yaitu manusia ditinggalkan dalam keadaan sesat dan menyesatkan. Yaitu
pemimpin bodoh menjawab pertanyaan tanpa didasari oleh ilmu.

 Hikma dari Hadis

Hadis ini menegaskan bagaimana pentingnya orang berilmu dan


menyebarkan ilmunya. Dan Matinya orang yang berilmu (guru)
merupakan matinya ilmu, sehingga peran seorang guru menentukan nasib
orang-orang berikutnya. Jadi kita harus menghormati orang – orang yang
berilmu yang telah menyampaikan ilmunya kepada kita.

3. Hadis yang Ketiga

                                                            
3
  Ibn  Hamzah  al‐Husaini  al‐Hanafi,  Asbabul  Wurud,  (Jakarta:  Kalam  Mulia,  2011),  hlm. 
414‐415 
Terjemahan :
“Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub dan Qutaibah bin
Sa’id dan Ibnu Hujr, mereka berkata; telah menceritakan kepada kami Isma’il
yaitu Ibnu Ja’far dari Al ‘Ala dari bapaknya dari Abu Hurairah bahwasanya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda: “Barang siapa
mengajak kepada kebaikan, maka ia akan mendapat pahala sebanyak pahala
yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala
mereka sedikitpun. Sebaliknya, barang siapa mengajak kepada kesesatan,
maka ia akan mendapat dosa sebanyak yang diperoleh orang-orang yang
mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun.”

 Asbabul Wurud

Suatu ketika seorang sahabat menghadap Rasulullah SAW, dia


bertanya kepada rasul “Bawalah aku kepada kebaikan?”, maka Rasul pun
memberikanya sebuah perintah untuk senantiasa berbuat baik dan
mengajak kepada kebaikkan, bagi mereka ganjaran yang sama
menjalankan kebaikan.

 Penjelasan ( Syarah Hadis )

Hadis ini menerangkan bahwa ganjaran bagi merka yang mengajarkan


sebuah kebaikan tidak akan terputus ketika mengajak saja, bahkan pahala
kebaikan itu akan tetap mengalir selama yang diajak tadi melakukan apa
yang diperintahkan. Posisi guru sebagai pemberi ilmu dan ajaran baik
kepada murid akan sangat mulia dan berharga, karena setiap kali murid
melakukan apa yang disampaikan oleh guru maka sebesar itu pula balasan
yang didapat guru. Tentunya hadits ini menggugah bagi siapa saja untuk
tidak segan-segan memberikan nasehat baik dan ajaran baik kepada
siapapun, karena pahala dan kebaikan itu akan sangat bernilai bukan hanya
buat dia, tetapi buat yang mengajak dan mengajrkan kebaikkan. Kemulian
yang sangat luar biasa bagi seorang yang menjarkan ilmu.

 Hikma dari Hadis

Hikma yang dapat kita ambil dari hadis diatas yaitu bahwa betapa
mulianya orang yang memiliki ilmu dan mengajarkannya dan orang
tersebut akan mendapatkan pahala dan bahkan pahala kebaikan itu akan
tetap mengalir terus menerus.
DAFTAR PUSTAKA

H. Abdul Majid Khon, 2012, HADIS TARBAWI : Hadis – Hadis Pendidikan, (


Jakarta : Kencana )
Ibn Hamzah al-Husaini al-Hanafi, 2011, Asbabul Wurud, ( Jakarta: Kalam Mulia )

Anda mungkin juga menyukai