Disusun Oleh:
Kelompok 3
A.KHAERUNISA
02181168
2020
1. Hadis Pertama
Terjemahan :
Dari Abu Umamah r.a bahwasanya Rasulullah S.A.W bersabda: “
kelebihan ahli ilmu (‘alim) terhadap ahli ibadah (‘abid) adalah kelebihanku
terhadap orang yang paling rendah diantara kamu sekalian “, kemudian
Rasulullah S.A.W meneruskan sabdanya : “sesungguhnya Allah, para
malaikat-Nya serta penghuni langit dan Bumi sampai semut yang berada di
sarangnya dan juga ikan senantiasa memintakan rahmat kepada orang yang
mengajar kebaikan kepada manusia.”(HR.al-Turmudzi)1
1
Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag., HADIS TARBAWI : Hadis – Hadis Pendidikan, ( Jakarta :
Kencana, 2012 ) h. 133
2
Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag., HADIS TARBAWI : Hadis – Hadis Pendidikan, h. 134
Hikma dari Hadis
Terjemahan :
“ Telah menceritakan kepada kami Isma’il bin Abu Uwais berkata, telah
menceritakan kepadaku Malik dari Hisyam bin ‘Urwah dari bapaknya dari
Abdullah bin ‘Amru bin Al ‘Ash berkata; aku mendengar Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya Allah tidaklah mencabut
ilmu sekaligus mencabutnya dari hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu
dengan cara mewafatkan para ulama hingga bila sudah tidak tersisa ulama
maka manusia akan mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh,
ketika mereka ditanya mereka berfatwa tanpa ilmu, mereka sesat dan
menyesatkan. Berkata Al Firabri Telah menceritakan kepada kami ‘Abbas
berkata, Telah menceritakan kepada kami Qutaibah Telah menceritakan
kepada kami Jarir dari Hisyam seperti ini juga “ (H.R. Bukhori )
Mengenai latar belakang hadist ini adalah menurut Imam Ahmad dan
al-Thabari yang bersumber dari hadits Abu Umamah: “Selesai melakukan
Hajji Wada’ Nabi bersabda: “Ambilah ilmu sebelum ia ditarik dan
diangkat!” lalu seorang Arab Baduy bertanya: “Bagaimana ilmu itu
diangkat?” lalu Rasul Bersabda: “Ketahuilah bahwa hilangnya ilmu itu
dalam tiga periode”, dalam riwayat lain Abu Ummah meriwayatkan bahwa
orang Arab itu bertanya “Bagaimana mungkin ilmu itu diangkat,
sedangkan di tengah-tengah kami ada mushaf al-Quran, kami
mempelajarinya serata kami mengetahuinya , serta kami ajarkan kepada
anak-anak dan istri kami, demikian pula kepada pelayan kami.” Rasulullah
mengangkat kepalanya, dan beliau hamirkan kepada orang itu, karena
marahnya. Rasulullah lau bersabda: “Inilah Yahudi dan Nasrani di
kalangan mereka tidak mempelajarinya , tatkala para Nabi datang kepada
mereka. Ibn Hajar berkata: “Hadits Masyhur sekali dari riwayat Hisyam.
Dan dalam riwayat lain bunyinya: …”sehingga tak ada lagi hidup seorang
alim pun.”3
3
Ibn Hamzah al‐Husaini al‐Hanafi, Asbabul Wurud, (Jakarta: Kalam Mulia, 2011), hlm.
414‐415
Terjemahan :
“Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub dan Qutaibah bin
Sa’id dan Ibnu Hujr, mereka berkata; telah menceritakan kepada kami Isma’il
yaitu Ibnu Ja’far dari Al ‘Ala dari bapaknya dari Abu Hurairah bahwasanya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda: “Barang siapa
mengajak kepada kebaikan, maka ia akan mendapat pahala sebanyak pahala
yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala
mereka sedikitpun. Sebaliknya, barang siapa mengajak kepada kesesatan,
maka ia akan mendapat dosa sebanyak yang diperoleh orang-orang yang
mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun.”
Asbabul Wurud
Hikma yang dapat kita ambil dari hadis diatas yaitu bahwa betapa
mulianya orang yang memiliki ilmu dan mengajarkannya dan orang
tersebut akan mendapatkan pahala dan bahkan pahala kebaikan itu akan
tetap mengalir terus menerus.
DAFTAR PUSTAKA