Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

“PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADITS”


Disusun dan Dipresentasikan Pada Mata kuliah
HADITS

Disusun Oleh:
Kelompok 3

Asadul umam 22329116

Hisban 22329064

Reza marlius 22329164

Dosen Pembimbing

Oktari Kanus, S.Th.I, M.Ag

DEPARTEMEN ILMU AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2024
BAB I
PEMBAHASAN

A. Pendidik dalam Perspektif Hadits


Secara umum, pendidik adalah orang yang memiliki tanggung jawab untuk
mendidik. Sementara itu secara khusus, pendidik dalam perspektif pendidikan
Islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik
dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensinya, baik potensi afektif,
kognitif, maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat dipahami bahwa pendidik dalam
perspektif pendidikan Islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap upaya
perkembangan jasmani dan rohani peserta didik agar mencapai tingkat
kedewasaan sehingga ia mampu menunaikan tugas-tugas kemanusiaannya (baik
sebagai khalifah maupun abid) sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Oleh karena
itu, pendidik dalam konteks ini bukan hanya terbatas pada orang vang bertugas
disekolah tetapi semua orang yang terlibat dalam proses pendidikan anak sejak
dalam kandungan hingga dewasa, bahkan sampai meninggal dunia.

1. Rasulullah SAW sebagai Seorang Guru


Muhammad selain sebagai Rasulullah, beliau juga menyatakan bahwa
dirinya adalah sebagai guru bagi umatnya. Pernyataan itu mengisyaratkan bahwa
umat harus menerima pelajaran-pelajaran yang diberikannya dalam berbagai hal.
Sehubungan dengan ini, terdapat hadis antara lain sebagai berikut.

Bahwasanya Abdullah bin Amru bin Al-Ash berkata, "Pada suatu hari
Rasulullah keluar dari salah satu kamar beliau untuk menuju masjid. Di
1
dalam masjid, beliau mendapati dua kelompok sahabat. Kelompok
pertama adalah golongan orang yang sedang membaca Al-Quran dan
berdoa kepada Allah. Sementara itu, kelompok kedua adalah golongan
orang yang sedang sibuk mempelajari dan mengajarkan ilmu
pengetahuan. Nabi kemudian bersabda, 'Masing-masing kelompok sama-
sama berada dalam kebaikan. Terhadap yang sedang membaca Al-Quran
dan berdoa kepada Allah, maka Allah akan mengabulkan doa mereka jika
Dia menghendaki, begitupun sebaliknya, doa mereka tidak akan diterima
oleh Allah jika Dia tidak berkenan mengabulkan doa tersebut. Adapun
terhadap golongan yang belajar-mengajar, mereka sedang mempelajari
ilmu dan mengajar orang yang belum tahu. Mereka lebih utama. Maka
(ketahuilah) sesungguhnya aku ini diutus untuk menjadi seorang pengajar
(guru).' Kemudian beliau ikut bergabung bersama mereka." (HR. Ad-
Darimi).

Hadis ini menginformasikan bahwa Nabi menemukan dua kelompok


sahabat dalam masjid. Pertama, kelompok yang membaca Al-Quran dan berdoa.
Kedua, kelompok yang membahas ilmu pengetahuan. Beliau menghargai kedua
kelompok tersebut. Akan tetapi, beliau lebih menyukai kelompok yang membahas
ilmu dan bergabung dengan mereka sambil mempertegas peranannya
sebagai seorang guru.

2. Kedudukan Pendidik
Islam sangat menghargai dan menghormati orang-orang yang berilmu, dan
bertugas sebagai pendidik. Dalam Islam orang yang beriman dan berilmu
pengetahuan (guru) sangat luhur kedudukannya di sisi Allah, sebagaimana firman
Allah QS. Al-Mujadilah (58) ayat 11:

Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu:


“Berlapang-lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:
“Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi

2
ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan.

Pendidik memiliki beberapa fungsi mulia, diantaranya, pertama pensucian,


artinya sebagai pemelihara diri, pengembang serta pemeliharaan fitrah manusia;
kedua adalah fungsi pengajaran, artinya sebagai penyampai ilmu pengetahuan dan
berbagai keyakinan kepada manusia agar mereka menerapkan seluruh
pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, peran pendidik sangat
berperan penting dalam proses pendidikan, karena dia yang bertanggung jawab
dan menentukan arah pendidikan tersebut. Maka, itulah sebabnya Islam sangat
menghargai dan menghormati orang-orang yang berilmu pengetahuan dan
bertugas sebagai pendidik yang mempunyai tugas yang sangat mulia. Dan
kedudukan guru adalah sebagai berikut:

a. Sebagai Orangtua
Menurut Rasulullah SAW pendidik berkedudukan sebagai orangtua,
sehubung dengan ini terdapat hadits sebagai berikut:

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya


aku menempati posisi orangtuamu. Aku akan mengajarmu. Apabila salah
seorang kamu mau buang hajat, maka janganlah ia menghadap atau
membelakangi kiblat, janganlah ia beristinja' (membersihkan dubur
sesudah buang air) dengan tangan kanan. Beliau menyuruh beristinja'
(kalau tidak dengan air), dengan tiga batu dan melarang beristinja'
dengan kotoran (najis) dan tulang." (HR. Abu Dawud).

Hadis di atas dengan jelas mengatakan bahwa Rasulullah bagaikan


orangtua dari para sahabatnya. Pengertian bagaikan orangtua adalah mengajar,
3
membimbing, dan mendidik anak-anak seperti yang pada umumnya dilakukan
oleh orangtua. Beliau mengajarkan kepada sahabat bagaimana adab buang hajat.
Sebenarnya, persoalan ini adalah persoalan orangtua. Akan tetapi, Nabi yang tidak
diragukan lagi bagi umat Islam, sebagai mal guru dan pendidik ulung juga mau
mengajarkan hal itu.
Pendidik (guru di sekolah) perlu menyadari bahwa ia melaksana-kan tugas
yang diamanahkan oleh Allah dan orangtua peserta didik. Mendidik anak harus
didasarkan pada rasa kasih sayang. Oleh sebab itu, pendidik harus memperlakukan
peserta didiknya bagaikan anaknya sendiri. Ia harus berusaha dengan ikhlas agar
peserta didik dapat mengembangkan potensinya secara maksimal. Pendidik tidak
boleh merasa benci kepada peserta didik karena sifat-sifat yang
tidak disenanginya.

b. Sebagai Pewaris Nabi


Sehubung dengan kedudukan ini, terdapat sabda Nabi Muhammad SAW
seperti berikut ini:

Abu Ad-Darda' berkata, "Aku mendengar Rasulullah bersabda, 'Siapa


yang menempuh jalan mencari ilmu, akan dimudahkan Allah jalan
untuknya ke surga. Sesungguhnya, malaikat merentangkan sayapnya
karena senang kepada pencari ilmu. Sesungguhnya, pencari ilmu
dimintakan ampun oleh orang yang ada di langit dan bumi, bahkan ikan
yang ada dalam air. Keutamaan orang berilmu dari orang yang beribadah
adalah bagaikan keutamaan bulan di antara semua bintang.
Sesungguhnya, ulama adalah pewaris para nabi. Mereka tidak
4
mewariskan emas dan perak, tetapi ilmu. Siapa yang mencari ilmu,
hendaklah ia mencari sebanyak-banyaknya." (HR. At-Tirmidzi, Ahmad, Al-
Yaihaqi, Abu Dawud, dan Ad-Darimi).

Dalam hadis di atas dikemukakan beberapa hal penting. Hal yang berkaitan
erat dengan tema ini adalah ulama adalah pewaris para nabi. Pendidik, dalam hal
ini terutama guru, adalah orang yang berilmu pengetahuan. Dengan demikian, ia
termasuk kategori ulama. Jadi, ia adalah pewaris para nabi. Sebagai pewaris para
nabi, tentu guru tidak dapat mengharapkan banyak harta karena mereka tidak
mewariskan harta. Akan tetapi, Rasulullah tidak pernah melarang orang berilmu,
termasuk pendidik, untuk mencari harta kekayaan selama proses itu tidak
mengurangi upaya pengambilan warisan beliau yang sebenarnya, yaitu
ilmu pengetahuan.

3. Keutamaan Pendidik
a. Terbebas dari Kutukan Allah SWT
Adapun hadits yang menguatkan pernyataan ini adalah sebagai berikut:

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa ia mendengar Rasulullah bersabda,


"Ketahuilah, bahwa sesungguhnya dunia dan segala isinya terkutuk,
kecuali dzikir kepada Allah dan apa yang terlibat dengannya, orang yang
tahu (guru) atau orang yang belajar." (HR. At-Tirmidzi).

Dalam hadis ini ditegaskan bahwa orang yang tahu (guru atau
pendidik) adalah orang yang selamat dari kutukan Allah. Ini merupakan
keutamaan yang sangat berharga. Dari hadis ini dapat dipahami bahwa
tidak semua orang yang berpredikat guru, dijamin Rasulullah selamat dari
kotukan. Guru yang beliau maksudkan adalah guru yang berilmu,
mengamalkan ilmunya, dan mengajarkannya dengan ikhlas untuk
mendapatkan keridhaan Allah.
5
b. Didoakan oleh Penduduk Bumi
Berkaitan dengan hal ini berikut hadits Rasulullah SAW:

Abu Umamah Al-Bahili berkata, "Diceritakan kepada Rasulullah dua


orang laki-laki: seorang abid (orang yang banyak beribadah) dan seorang
alim (orang yang banyak ilmu). Beliau bersabda, 'Kelebihan alim
daripada abid adalah bagaikan kelebihanku daripada kamu yang paling
rendah.' Kemudian beliau berkata (lagi), 'Sesungguhnya Allah, malaikat-
Nya, penduduk langit dan bumi, sampai semut yang berada dalam
sarangnya, serta ikan bershalawat (memohon rahmat) untuk orang yang
mengajarkan kebaikan kepada manusia (pendidik atau guru)." (HR. At-
Tirmidzi).

Informasi dalam hadis di atas mencakup bahwa Allah 3


memberikan rahmat dan berkah kepada guru. Selain itu, malaikat juga
penduduk langit dan bumi termasuk semut yang berada dalam sarang, ikan
yang berada dalam laut mendoakan kebaikan untuk guru yang mengajar
orang lain. Ini semua adalah keutamaan yang diberikan oleh-Nya kepada
guru.

c. Mendapat Pahala yang Berkelanjutan


Berikut hadits Nabi Muhammad SAW:

6
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, "Apabila
manusia telah meninggal dunia terputuslah amalannya kecuali tiga hal,
yaitu sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang
mendoakan (orangtua) nya." (HR. Muslim, Ahmad, An-Nasa'i, At-
Tirmidzi, dan Al-Baihaqi).

Dalam hadis di atas terdapat informasi bahwa ada tiga hal yang
selalu diberi pahala oleh Allah pada seseorang, kendatipun ia sudah
meninggal dunia. Tiga hal tersebut, yaitu (a) sedekah jariah (waf yang lama
kegunaannya), (b) ilmu yang bermanfaat, dan (c) doa yang dimohonkan
oleh anak yang shaleh untuk orangtuanya. Sehubungan dengan
pembahasan ini adalah ilmu yang bermanfaat. Artinya, ilmu yang diajarkan
oleh seseorang (alim atau guru) kepada orang lain dan tulisan (karangan)
yang dimaksudkan oleh penulis untuk dimanfaatkan orang lain. Pahala
yang berkelanjutan merupakan salah satu keutamaan yang akan diperoleh
oleh pendidik (guru).
Keutamaan ini diberikan kepada guru karena ia sudah memberikan
sesuatu yang sangat vital dalam kehidupan manusia. Al-Ghazali
mengemukakan bahwa Hasan Al-Bashri berkata, "Kalau sekiranya orang-
orang berilmu tidak ada, niscaya manusia akan bodoh seperti hewan.
Karena hanya dengan mengajar, para ulama dapat menaikkan orang banyak
dari tingkat kehewanan ke tingkat kemanusiaan." Selain dengan mengajar,
seorang alim atau guru juga dapat menyebarluaskan ilmu kepada orang lain
melalui aktivitas mengarang.

7
BAB II
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidik merupakan faktor utama dalam menunjang keberhasilan pendidikan.


pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan
kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai
kedewasaannya, mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah, khalifah di bumi,
sebagai makhluk sosial dan sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri. Oleh karena itu
pendidik mempunyai beberapa syarat dan beberapa sifat yang harus dimiliki serta
mempunyai tugas dan tanggung jawab yang cukup berat tetapi amat mulia disisi Allah
SWT. Dan karena tugas dan tanggung jawabnya tersebut, maka seorang pendidik berhak
untuk mendapatkan gaji dan penghargaan.

Seorang pendidik atau guru memiliki keutamaan yang disebabkan oleh tugas mulia
yang diembannya. Tugas yang diembannya tersebut hampir sama dengan tugas seorang
Rasul. yaitu sebagai “warasat al-anbiya” dan sebagai pengajar, sebagai pendidik (edukator),
dan sebagai pemimpin (managerial).

Oleh karena itu maka Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang berilmu dan
mau mengamalkannya beberapa derajat. Dan juga para malaikat, penghuni langit dan bumi
semuanya sama mendoakan kepada orang-orang yang berilmu dan mengamalkan ilmunya
agar mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan. Akan tetapi bagi mereka yang berilmu
tetapi menyembunyikan ilmunya maka Allah akan mengekangnya dengan kekangan api
neraka, naudhubillahi min dzaliq.

8
DAFTAR PUSTAKA

Al-HikmahSutarman. Guru dan Peserta Didik dalam Perspektif Pendidikan


Islam.2017.Yogyakarta: Al-Misbah
Bukhari Umar. 2012. HADITS TARBAWI (Pendidikan dalam Perspektif Islam).
Jakarta. Amzah
Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. 2002. Jakarta. Kalam Mulia
Siti Sowaibatul, A.2013. Pendidik dalam Perspektif Pendidikan Islam.

Anda mungkin juga menyukai