Anda di halaman 1dari 18

HAKIKAT PENDIDIK

Berdasarkan tinjauan etimologi, Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,


kata-kata pendidik asal dari kata dasar didik, yang berarti, menjaga, merawat dan
memberi latihan agar seseorang memiliki ilmu pengetahuan seperti yang diha-
rapkan tentang sopan santun, akal budi, akhlak, dan sebagainya. Kemudian
ditambah awalan pe menjadi berarti orang yang mendidik. Dalam bahasa Inggris,
pendidik disebut pendidik degangan. Sementara dalam bahasa Arab disebut
dengan mu'allim, murabbi, mu'addib, mursyid, dan ustädz, dengan perbedaan
makna yang berbeda.
Dalam UU Sisdiknas No. 20. Tahun 2003, terbatas bah- wa pendidik
adalah kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong
belajar, widyaiswara, instruktur, fasilisator, dan sebutan lain yang sesuai.
Berdasarkan pengertian di atas pendidik guru di sekolah, akan tetapi setiap orang
yang memba guru banyak jenisnya termasuk orangtua di rumah tanea rikan
ilmunya, dapat disebut sebagai pendidik. Kar ena itu ustaz yang menyampaikan
seramahnya di masjid, dan tokoh masyarakat yang memberikan bimbingan dan
ilmu kepada warga masyarakatnya. Dalam perspektif pendidikan Islam, di
samping yang disebut di atas Allah SWT dan para rasul-Nya juga termasuk
pendidik. Ahmad D.
Dwi Nugrhoho Hidayanto10 menginventarisasi pendidik meliputi: 1)
orang dewasa; 2) guru; 4) pemimpin masyarakat; dan 5) pemimpin agama. Wens
Tanlain, dkk., Wikipedia Ahmad D. Marimba, mengemukakan, bahwa secara
umum orang-orang dewasa dalam masyarakat dapat pendidik, sebab-sebab
pendidikan adalah sosial, perilaku dasar yang terjadi yang mendorong
perkembangan anak-anak didik ke arah pribadi dewasa susila. Pribadi dewasa
susila itu beberapa macam;
1) mempunya vidualitas yang utuh
2) memiliki yang utuh
3) memiliki kesusilaan dan nilai-nilai manusia
4) tindakan sesuai dengan norma dan nilai-nilai itu atas tanggung jawab sendiri
demi kebahagiaan dirinya dan kebahagiaan masyarakat atau orang lain. "i indi-
later, pendidik dalam lembaga pendidikan formal disebut dengan guru, profesor.
Pen- didik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

KEDUDUKAN PENDIDIK
Al-Qurthubi misalnya, menu- lis tentang Adab al-'Älim wa al-Muta'allim
dalam Kitabnya, Jami Bayan al-Im wa-Fadhlihi. Al-Ghazali juga menulis lam
Kitabnya Fätihat al-Ulum dan Ihyā '' Ulum al-Din. Guru dikenal sebagai pendidik
dan ditempatkan pada manzilat ara nabi. Rasulullah SAW telah mengungkapkan,
Inna madad al-ulama khairun min dimai al-Syuhada '(Tinda ulama itu lebih baik
dari darahnya para syuhada). Orang yang berilmu itu seorang ahli ibadah yang
pua- sa sepanjang hari, melaksanakan shalat malam.
Guru dalam Islam dikenal sebagai "abu al-rüh" bagi peserta didiknya.
Eksistensinya merupakan sosok yang meludah-kejiwaaan peserta dan
meluruskannya. Dalam konteks ini, Abu Darda 'telah menyidangkan Mohammad
Athiyah al-Abrasyi.
Keberadaan guru, posisi penempatan strategis pendidikan Islam, hal ini sesuai
dengan perkataan Rasulullah SAW: Innama bu'istu mu'alliman (Aku diutus hanya
sebagai pendidik). merupakan komponen utama dalam proses kunci. Selanjutnya,
keutamaan pendidik dalam perspektif Ha-dis dapat dikemukakan, sebagaimana
berikut:
1. Keutamaan mu'allim atas 'abid (orang yang sering ibadah), seperti keutamaan
Rasulullahu atas orang yang rendah hati.
2. Allah dan malaikat-Nya-Nya penduduk langit dan bumi sampai lalat pun
berselawat kepada seorang mu'allim agar ia dianugerahi segala kebaikan (al-
khair). Mu'allim yang mendapatkan uang tersebut adalah pendidik manusia
yang cukup berkompetensi dalam bidangnya dan mampu mengamalkan ilmu-
ilmunya.
3. Ulama adalah pewaris para nabi. Oleh karena itu, misi kenabian merupakan
tanggung jawab ulama yang disampaikan kepada manusia sesuai dengan
zamannya.
4. Seorang fakih lebih ditakuti setan dari seribu orang 'abid.
5. Keberadaan ulama di atas permukaan bumi, laksana penegakan bintang di
langit yang menunjukkan ke jalan kebenaran. Berikan jalan kepada manusia
untuk menemukan hidayah dari Allah. lajaran yang dapat menghantarkan
seseorang untuk ter- hindar dari kemaksiatan.
6. Pahala seorang mu'allim terus-menerus "dipetiknya selama ada yang
mengamalkan ilmu yang mengajarkannya. Hal ini sesuai dengan sabda Rasul:

PERANAN PENDIDIK

Pentingnya penggunaan oleh Salman al-Faris menulis surat kepada Ibnu


Darda ': "Gugus Per-umpamaan seorang laksana laki-laki dalam perjalanan yang
gelap, erangan bagi setiap belajar dan orang-orang baik." Imam al-Ghazali menga-
takan: "orang yang berilmu dan beramal dengan il-laksana matahari yang
menerangi benda 0 lainnya di langit." Dalam buku yang ditulis Shalahuddin Abdul
dul Aziz Abdul Majid, yang berjudul al-Tarbiyat wa Thariqat al-Tadris, atau ahli
dalam proses pembelajaran. Gurulah yang menem- patkan peserta didikganti
pengetahuan, kebiasaan yang saleh, berperilaku mulia, mengembangkan potensi,
dan membiasakan mereka dengan tanggung jawab keluarga Dengan siswa untuk.
Dalam Sisdiknas UU RI No. 20 Tahun 2003, mengisi pendidik yang
merupakan tenaga profesional yang berstatus sebagai perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran, melakukan pembinaan dan pelatihan, serta melakukan
penelitian dan pengabdiankepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada
perguruan tinggi
Dengan singkat tugas guru adalah "membelajarkan siswa" mengemukakan
beberapa guru di sekolah, sebagai berikut:
1) Suri dalam sikap; ucapan tingkah laku yang de-
2) Direktur pembelajaran; bakat arah
3) penyebar dan pelaksana ide-ide baru demi
4) Motivator; penggali, pemupuk, pengembang motivasi, wasa, baik mental
maupun spritual. bahan tingkah laku si anak didik. peningkatan mutu
pendidikan / penjara. mengpa anak-anak didik itu harus belajar dengan
giat; Mengapa mereka dan mereka harus memilih sekolah ini dan
5) Konduktor pembelajaran; guru seolah-olah seorang diri- orkes, yang
dimainkan oleh anak-anak didik- nya.
6) Manajer dalam hal ini tugas guru selain mengelola kelas, juga
menggunakan wacana penulis sesuai,

SIFAT GURU
Ulama Muslim telah menulis beberapa kitab yang berhubungan dengan guru
dalam proses pemembelajaran. Di antara mereka ada yang namanya Abdullah ibn
al-Qafah pada awal abad ke-2 Hijiriah dalam Kitabnya berjudul al-Adabu al-
Saghir wa al-Adab al-Kabir.
Thatthawuriha fi Bilad al-'Arab, sebagaimana berikut
1. Hendaknya bersifat wara 'terhadap difardhukan dalam agamanya.
Maksudnya adalah hati-hati dan mawas diri, mengerjakan yang
difardhukan belakang, dan menghilangkan hal-hal yang dapat mengurangi
harga dan kesehatan diri.
2. Mengetahui ilmu Ushuluddin dan keutamaan ilmu yang diajarkannya.
Guru inginnya mengetahui berbagai ilmu yang berhubungan dengan
keislaman dan mendalami bidang ilmu yang mengajarnya.
3. Mengamalkan ilmunya. Bicara terhindar topi yang difirmankan Allah
SWT: Ata'murunannas bi al-birri wa tansauna anfusakum. yang 3. 4.
4. Henda knya menganggap peserta didiknya oleh-olah-sendiri dalam
kehidupan dan tingkah laku. Hal ini sesuai dengan Rasulullah SAW:
"Innamā ana lakum mitsia al-Walid li wäladihi" (Hanya saja aku untuk
anak-anak).
5. Hendaknya seorang guru mengetahui nama-nama mu- ridnya dan orang
yang hadir di majelisnya, nasab, tanah dan keadaan mereka.
6. Hendaklah ia menjaga harga depan murid-murid- nya. Jangan terlalu
membesarkan diri di hadapan murid- dan tidak menghinakan diri, dan
tidak menertawakan murid-muridnya, jangan bermam masam terhadap
murid-muridnya.
7. Menyayangi murid-muridnya. Jangan sekali-kali melukis mereka. Hal ini
didasari Hadis Rasulullah SAW: 6. 7. limù wa la ta'nifu. Faina al-mu'allim
khairun min al-mu'annif "(Ajarilah dan jangan mencerca, maka para
sungguhnya guru itu lebih jelas dari tukang cerca).
8. Menciptakan dan melarang siswa dari berakhlak buruk menghalangi cara
menyindirnya dan bukan secara meneriakinya.
9. Meringkas waktu mengajar, sekira-kira mereka sudah paham,berpura-pura
kepada mereka yang tidak bisa meminta akalnya, maka dia memahaminya.
10. Bersifat adil terhadap para siswanya. Mereka dengan pergaulan yang
sama, tanpa gambar asal -asul, dan latar belakang social siswa
11. Hendaklah ikhlas dalam mengajar siswanya, Guru hen- daknya, ikhlas,
kompilasi mengajar, rujukan terhadap sesuatu selain ridha Allah SWT.
12. Hendaknya ia lapang dada, memperbanyak sabar, perbagus Pekerjaan
akhlak. Karena biasanya peserta didik akan mencontoh sifat dan tingkalh
laku gurunya. -sebutan menjawab pertanyaan, kata-kata besar, dan
mengeta- huinya dengan pengetahuan yang b enar, jawablah dengan ilmu
yang meyakinkan.
13. Janganlah menyibukan murid dalam proses belajar de. Jangan jangan
siswa untuk mengatur kegiatan yang lain.
14. Janganlah menjelek-jelekkankan ilmu yang lain pada diri peserta didik,
yang dipelajari siswa dari guru yang lain. Hal ini termasuk akhlak yang
buruk bagi seorang salahannya dan masalah kepribadiannya. guru. 18.
15. Hendaknya guru menjadi contoh teladan bagi peserta didiknya dalam
segala hal.
Menurut al-Hizimi, s guru memberikan informasi secara langsung kepada
peserta didik. Mereka secara langsung mengambil manfaat dari guru.
Di bawah ini lebih diperincikan lagi si- fat-sifat al-khulugiyah yang mesti
dimiliki guru:
1. Takwa. Takwa Singkat bahasa dari diri sendiri. Dalam agama, bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berarti menciptakan-Nya, mengerjakan
suruhan dan mengakhiri larangan-Nya, mungkin terpahit dari hukuman
Tuhan, baik di dunia maupun di akhirat. Guru sejati memiliki sifat takwa,
diri, dan hati-hati terhadap perbuatan yang mengarah kepada kemaksiatan.
2. Penyayang dan pengasih.
Semestinya seorang guru memiliki sifat pengasih tidak berhati keras. Hal
yang merupakan perbuatan Rasulullah yang sudah ada dalam firman Allah
SWT: "Fabima rahmatan minallahi linta lahumn, lau kunta fadzhan galbi
lanfaddhů min haulika (Qs Ali Imran [3]: 159).
3. Mengumpulkan orang yang penting penyantun dan tenang. Rasulullah
SAW berkata kepada Abdu a-Qais: Inna fika khiltaini yuhibbuhumälläh,
al-hilmu wa al-anäh "(Sesungguhnya pada saat itu terdapat dua sifat yang
Allah SWT katakan, yaitu sifat santun dan tenang) (HR. Muslim [1/48]
Tidak . Hadis [17-25]).
4. Menjauhi sifat marah. Arah merupakan jelmaan kejahatan, karena
memaling- kan sifat buruk kepada yang buruk
5. Besifat benar (al-Shidą). Sifat jujur dan benar itu merupakan penenang
jiwa, ketakutan dan ketakutan.
6. Tawadhu 'Sifat tawadhu' adalah rendah hati tidak sombong. Masukan guru
berlaku untuk para peserta didiknyaDalam buku yang ditulis oleh Shalih
Abdul Aziz dan Abdul Aziz Abdul Majid, sulang dari keistimewaan yang
merupakan guru yang diundang. Keistimewaan tersebut terdiri dari
keistimewaan jismiyah, 'aqliyah, dan khalqiyah.
Kestimewaan seorang guru inginnya sehat badan, tidak lemah. dan sakit. Karena
guru yang melayani mereka sejak saat dia sehat. Guru inginnya dari aib dan cacat,
seperti buta, gagap.
Upah DAN HAK GURU

Majdah Saruji hearts bukunya Thuruq al-Ta'lim fi al-Islam, sebagaimana


dikutip Usman," mengatakan bahwa Pendidik pada masa Rasulullah SAW Dan
para sahabat kan merupakan profesi atau Pekerjaan untuk review menghasilkan
Sesuatu Yang Dibutuhkan Bagi kehidupannya, me- lainkan besarbesaran
Mengajar karena Panggilan agama, Yaitu sebagai Upaya mendekatkan Diri
Kepada Allah SWT.
Dalam Hadis, hak pendidik dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Hak keterjagaan jiwa atau hak hidup. Hadis di atas menjelaskan, bahwa
siapa saja sengaja, maka membunuh mereka di-qishas jika keluarga si
terbunuh kinya, jika ia menghendaki ia untuk dimaafkan.
2. Hak terpelihara harta benda dan kemuliaan.
Oleh Hadis di dapat diandalkan, setiap benda, orang kaum muslimin.
Tidak bisa diram- dirampok, dan dicuri. Kepemilikan dan hak selama
barang tersebut diperoleh dengan jalan yang halal.
3. Hak mencari upah.
4. Hak kepemilikan tertentu dengan syarat-syarat tertentu dan halal.
Kemudian Rasulullah menjelaskan, sesun gguh Allah mengh
menghukumnya mengeluarkan uang yang sama dengan mengharamkan
harganya.
5. Hak kemerdekan.

RASULULLAH SEBAGAI PENDIDIK

Sendiri ditelaah sirat nabawiyat, sesungguhnya banyak sisi kehidupan


Rasulullah SAW, yang cocok dijadikan sebagai teladan. Dalam aspek politik,
strategi perang, pengembangan ekonomi, konsep tentang ketuhanan, dan
sebagainya, pribadi Rasulullah SAW adalah seorang yang perempuan diteladani.
Allah SWT berfirman: Sesungguhnya sudah ada (diri) Rasulullah itu suri leladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang naskah harap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab [33]:
21)

REFORMULASI KONSEP DAN FUNGSI PENDIDIIK

A. Rasulullah Murabbi
Istilah murabbi merupakan bentuk (shighat) al- ism a- füil yang berakar dari
tiga kata. Pertama, kata raba yarbu, yang berarti zäd dan nama (tumbuh dan
tumbuh). Contoh kalimat dapt dikemukakan, arbaituhu, namaituhu, maksud saya
menumbuhkannya. Kedua, berasal dari kata rabiya, yarba, yang memiliki makna
tumbuh (nasya) dan menjadi besar (tarard a). Ketiga, berasal dari kata rab arubbu
yang berarti, memperbaiki, menguasai, memiahankan, dan menjaga. memimpin.
Abu al-A'lä al-Maudüdi, 'kata rabba yang digunakan sebagai berikut:
(a) Mendidik, menjaga, dan meningkatkan, misalnya: Rabba al-walad, tidak
mendidik, menjaga, dan mengasuh anak.
(b) Menghimpun, menyiapkan, misalnya: Fulanun yarubbu al-nás, berarti
Fulan mengumpulkan orang-orang.
(c) Tanggung jawab, perbaikan, pengasuhan,
(d) Keagungan, kepemimpinan, dan wewenang, misalnya:
(e) Pemilik, misalnya: Arabbu ghanamin anta am rabbu Rabbu dhi'at, yang
berarti memperbaiki sesuatu yang rusak dan bertanggung jawab .

B. Rasulullah sebagai Mu'allim


Berasal dari al-fi'l al-mädhi 'allama, mudhari- nya yu'allimu, dan masdarnya
al-ta'lim. Artinya, telah me-ngajar, sedang mengajar, dan soal. Kata mu'allim
pengajar atau orang yang mengajar. Istilah mu'allim sebagai pendidik dalam
Hadis Rasulullah adalah kata yang paling umum dikenal dan banyak ditemukan
Mu'allim merupakan al-ism al ja'll dari allama yang artin orang yang mengajar.
Dalam bentuk tsuläsi muzarad, r dar dari 'ulima adalah Wmun, yang sering
dipakai dalam ba hasa Indonesia yang disebut ilmu, ay mas.
Hadis ini membahas tentang keutamaan yang disi- liki oleh seorang sebagai
berikut:
(1) Keutamaan mu'allim atas 'abid (orang yang sering iba- tanpa yang
memadai), seperti keutamaan Ra-sulullah atas orang-orang yang
paling rendah di antara sekalian manusia.
(2) Allah dan malaikat-Nya-Nya dan penduduk langit dan bumi sampai
lalat pun berselawat kepada mu'allim yang mengajarkan kebaikan (al-
khair). Mu'allim yang mendapatkan kebaikan tersebut adalah pendidik
manusia yang cukup berkompetensi dalam bidangnya dan mampu
mengamalkan ilmu-ilmunya.
Berdasarkan Hadis ini, terlihat peran mu'allim sangat penting dalam upaya
pencerdasan yang banyak.

C. Rasulullah sebagai Mu'addib


menjadi al-ism al-fai'l dari madhi-nya menambahkan aba. Addaba, tidak
mendidik, sementara mu'addib artinya yang mendidik atau pendidik. Dalam
wazan fitil tsulätsi mujarrad, masdar aduba adalah adaban artinya sopan, ber udi
baik. Al-adabu artinya kesopanan. Dalam kamus bahasa Arab, al -Mujam al-
Wasith, istilah yang memiliki makna dasar sebagai berkut:
a. Tadib dari kata 'aduba-ya'dubu "yang (nyai tingkah laku terpuji.
Mendisiplin diri untuk berperilaku yang baik (2) Kata dasar, adaba ya'dibu
yang berarti menyanyikan pesta atau perjamuan yang berarti bertindak dan
berperilaku lutal melambankn (3) Addaba mengandung pengertian
mendidik, melatih, memperbaiki, mendisiplin, dan memberikan tin- Dalam
kitab-kitab Hadis dan agama Islam, pengertian adabnik dengan etiket atau
tata cara yang baik dalam melakukan pekerjaan, baik iba-dah maupun
muamalah. Karena itu, ulama menggariskan adab-adab tertentu dalam
melakukan kegiatan sesuai dengan tuntunan Al-Qur'an dan Hadis. Adab
tertentu itu, misalnya salam, dan izin untuk sebuah rumah, adab berjabat
tangan dan berpe-lukan, adab terlarang tidur, adab bangun duduk,
berberbaring, dan berjalan, adab bersin dan menguap, adab kan dan
minum, adab berzikir, WC, adab mandi, wudhu, adab sebe lum dan
kompilasi pelaksanaan sha lat, adab imam dan makmum, menuju masjid,
dalam masjid, adab jumatan, adab puasa, adab berkumpul, adab guru, dan
adab murid
Menurut al-Ghazali44 adab adalah melatih diri lahir dan batin untuk mencapai
kesucian menjadi sufi. Adab itu menurutya ada dua tingkat: (1) Adab al-khidmat,
yaitu fana daribah ibadahnya dan berlakunya ibadah yang diperbuatnya hanya
sema-tu dengan izin dan anugerah Allah SWT mewujudkan. (A) Adab ahli
hadharat al-uluhiuyat bagi ahlial-qurb (orang-orang yang dekat dengan Tuhan),
yaitu adab yang sedang melakukan adalah adab Rasulullah lahir dan batin. Dalam
Kitab Minhăj al-Muslim, karya Abü Bakar al-Shid-dq al-Jazairi, garis 13 macam
adab Muslim terhadap Tuhan, Nabi Muhammad SAW, sesama manusia, dan
terhadap dirinya sendiri. Adab tersebut, yaitu:
a. Adab berniat.
b. Adab terhadap Tuhan.
c. Adab terhadap Al-Qur'an.
d. Adab terhadap Rasulullah.
e. Adab terhadap diri sendiri sebagai taubat, muraqabat (kontrol),
muhäsabat (perhitungan), dan mujähadot perjuangan).
f. Adab terhadap sesama makhluk yang terdiri atas; adab pada anak,
untuk anak, adab suami istri, adab untuk karib kerabat, adab untuk
tetangga, adab untuk sesama Muslim, adab untuk orang kafir, dan
adab kepada orang kafir.
g. Adab persaudaraan (al-ukhwat) karena Allah SWT, cin-ta dan
benci karena Allah SWT.
h. Adab duduk dan selama majelis pertemuan
i. Adab makan dan minum
j. Adab bertamu.
D. Rasulullah sebagai Mudarris
Secara etimologi, mudarris berasal dari bahasa Arab, yaitu shigat al-ism al-
fa'il dari al-fil al-mädhi drrasa. Darat, tidak mengajar, pengajar.154 Kata-kata
yang mirip dengan mudarris adalah al-mid- adalah rumah untuk belajar Al-
Qur'an, sama dengan orang Yahudi, adalah tempat untuk bersalin. 15 Dalam
bentuk al-fiil al-mādhi tsulatsi mujarrad mudarris berasal dari kata dara- sa,
mudhari'-yadrusu, masdarnya darsan / dirāsatan, artinya telah menulis, sedang
akan terbit, dan pelajaran.
E. Rasulullah sebagai Mursyid
Mursyid lain yang pendidik dalam pendidikan Islam. Secara etimologi,
istilah mursyid berasal dari bahasa Arab ism al-fail dari al-fi'al al-mādhi rassyada
does allama; mengajar. Sementara mursyid memiliki persamaan makna dengan
kata al-dalil dan mu'allim, yang berarti pemimpin, pemimpin, dan instuktur.

F. Rasulullah sebagai Mutli


Tidak ada kata mutli dalam Hadis Rasulullah, akan tetapi kata-kata yang akar
katanya sama dengan mutli dengan berbagai bentuknya banyak ditemukan.
Secara etimologi, mutli menjadi bentuk al-isim fa'il dari tallā. Talla, artinya
membaca, sementara mutli does a pembaca atau orang yang membaca.

MEMBANGKITKAN PROFESIONALISME GURU

A. Pendahuluan
seperti telah disinggung sebelumnya, radaan guru dalam pendidikan
berada pada titik yang utama Sabagaimana dituliskan oleh hasil wawancara yang
diangkatkan Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) agustus 2004 dengan mantan
Menteri Pendidi- kan Nasional Wardiman Djoyonegoro, dua syarat utama yang
harus dipertimbangkan dalam pembangu- guntunan pendidikan dapat
berkontribusi terhadap penigkat-an kualitas manusia (SDM), yaitu sarana gedung,
buku yang berkualitas guru, dan tenaga kependidikan yang professional.
Dikemukakan juga bahwa "hanya 43 persen guru yang mensyaratkan"
sebagian besar guru (57 persen) tidak atau belum memenuhi persyaratan, tidak
kompeten, dan tidak pro- 8 fesional. i68 Tuntutan profesionalisme digambarkan
Sudarwam Da- dalam bukunya
dalam berbagai ekspresi sosial, ekonomi, dan masyarakat yang lebih beresklasi
masif, per syaratan kemampuan yang diperlukan bagi orang-orang untuk
melakukan berbagai pekerjaan yang semakin meningkat, keterampilan, dan sikap
yang diperlukan di tempat lain. ekstratingzi sementara menusajian di se kolah
teramati lamban pemutakhirannya. Lingkup pengeta huan dan keterampilan yang
dapat diberikan oleh guru dibatasi oleh kalender kerja, di samping kemampuan
gurs sendiri yang tidak tampa batas. Keterampilan komputer, kete rampilan
khusus, kemampuan berhahass, misalnya, sering kali harus dilakukan pada
Lembaga Pendidikan Luar Sekolah (PLS). Pada saat melakukan pekerjaan yang
lebih ketat, kebebasan akan profesionalisme dalam bekerja menjadi keniscayaan
orang-orang yang kurang-lebih itu, menciptakan berbagai masalah dalam proses
pembelajaran. E. Mu lyasa, mengemukakan tujuh kesalahan yang sering
dilakukan guru.
Pertama, mengambil jalan pintas dalam pembelajaran. Banyak guru yang
merasa dirinya bisa dapat mengajar de ngan baik, meskipun tidak ada alsan yang
mendasari asums itu. Seperti halnya yang sering kali menyesatkan dan menurun,
banyak guru yang mengambil jalan pintas dalam pembelajaran, baik dalam
pembelajaran, pelak sanaan, maupun evaluasi.
Kedua, peserta yang menunggu didik berperilaku negatif. Banyak guru
yang tahu, babwa tugasnya hanya biasa saja, tanpa mempertimbangkan aspek-
aspek keperibadian. Biu- guru guru guru telah selesai keributan di kelas, dalam
artian menunggu
perbuatan negatif.
Ketiga, menggunakan disiplin destruktif. Sebagai akibat dari kesalahan
kedua, guru sering memberikan bujukan kepada orang-orang secara langsung
tanpa melihat latar belakang, misalnya memberikan tugas di luar batas
kesanggupan siswa untuk melaksanakannya. Karena itu, guru perlu
mendisiplinkan para peserta didikmemasisi situasi tenang, gunakan disiplin tepat
waktu dan tepat sasaran, hindari menghina dan mengejek peserta didik, pi- lib
kebebasan yang tepat, gunakan disiplin sebagai alat pemembelajaran.
Keempat, pengurangan jumlah peserta didik Setiap peserta didik memiliki
berbagai angka unik, mereka memilik kekuatan, kelemahan, minat, dan perhatian
yang berbeda-beda.
Latar belakang keluarga, latar belakang jadi sial-ekonomi dan lingkungan,
kreativitas, inteligensi, dan kompetensinya. Sikap dengan perbedaan, mengekstrak
lebih banyak, bakat dan minat masing-masing peserta didik, dan menempatkan
mereka sesuai dengan kondisi dan keleluasaan mereka, yang paling mudah
Dikarena- kan perkembangan zaman dan kemajuan sarana, media informasi dan
kemajuan teknologi. Tidak menutup kemungkinan para peserta didik
mendapatkan informasi lebih dari gurunya. Karena itu, guru yang bijak adalah
guru yang mau mengakui kelemahannya dan berusaha untuk memperbai- kinya.
Jangan sampai guru ketinggalan kereta, tapi disorientasi guru ortodoks
Keenam, tidak adil (diskriminatif) Sering sekali guru kurang adil dalam
pembelajaran. Terkadang lebih memperhatikan seseorang yang merupakan
hubungan keke- luargaan dan sebagainya, dan melupakan yang lain. Hal ini
berdampak pada kelambanan perkembangan potensi peserta didik yang lainnya.
Karena itu, berlaku adillah dalam hal termasuk juga dalam memberikan Penilaian.
Ketujuh, memaksakan hak pesrrta didik.Sering terlihat ada an
Untuk menjawab tantangan peroblematika keseharian pendidikan perlu dituntut
kepada pendidik yang berprofesi sebagai guru. Guru yang dibutuhkan dan
profesional bertugas tugasnya. Istilah profesi guru itu ganti hal kecil. Akan tetapi,
merupakan bentuk kesempurnaan dari manusia yang menjadi teladan bagi
manusia lainnya. B. Pengertian Profesionalisme Guru secara etimologi, profesi
yang berasal dari bahasa indika profesi atau bahasa latin profecus, yang berarti
pengakuan, pengakuan, menyatakan mampu, atau ahli dalanm Melakukan
pekerjaan tertentu.170 Menurut Kamus pendidikan, yang dikutip Syafruddin
"Profesi adalah persiapan yang relatif panjang dan khusus pada tingkat pendidikan
tinggi dan diatur oleh,
BAB TUGAS, KEWAJIBAN, DAN TANGGUNG JAWAB GURU

Ada tiga jawab guru dari wacana yang dikemuka- kan oleh Kenneth G
Ryder di atas, yaitu tanggung jawab untuk mengembangkan ilmu pengetahuan
pada disiplin akade- mik melalui pengenalan dengan publikasi, jurnal dan per-
temuan-pertemuan tertentu; tanggung jawab untuk mencari- kan kunci efektivitas
sebagai seorang guru, mengeksplorasikan kunci-kunci baru, materi akademik,
motivasi siswa, perbaikan metode-metode evaluasi siswa, tanggung jawab
pengembangan pengetahuan pada disiplin akademik melaui riset individual,
tulisan-tulisan, atau pertemuan profesional. Peters mengemukakan ada tiga tugas
dan tanggung jawab guru, yakni:
(a) Sebagai pengajar.
(b) Sebagai pembimbing
(c) Sebagai administrator kelas.

KOMPETENSI PEDAGOGIK

A. Pendahuluan
Seiring dengan tekad pemerintah Indonesia untuk meningkatkan mutu
pendidikan, muncul ketentuan tentang syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk
menjadi seorang tenaga pendidik profesional. Kedudukan guru sebagai tenaga
profesional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen adalah berfungsi untuk
meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran untuk
meningkatkan mutu pendidikan nasional.23 Kedudukan guru maupun dosen
sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan
nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya
potensi didik agar menjadi manusia yang beriman dan kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat. u, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara
yang berilm demokratis dan bertanggung jawab
B. Indikator Kompetensi Pedagogilk Dalam Standar Nasional
Pendidikan
penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a) dikemukakan bahwa kompetensi
pedagogik kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik canaan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil ntuk mengaktua- adalah belajar dan
pengembangan peserta didik u lisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.23
Begitu juga halnya dengan kompetensi pedagogik yang dimaksud dalam tulisan
ini yakni kemampuan pemahaman tentang peserta didik secara mendalam dan
penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik. Kompetensi pedagogik seorang
guru ditandai dengan kemampuannya menyelenggarakan proses pembelajaran
yang bermutu serta sikap dan tindakan yang dapat dijadikan teladan. Kompetensi
pedagogik merupakan kemampuan guru lam pengelolaan pembelajaran peserta
didik. Adapun indikator kompetensi pedagogik yang sekurang-kurangnya meliputi
hal-hal, sebagai berikut: 1. Kemampuan mengelola pembelajaran mengelola
pembe lajaran
C. Indikator Kompetensi Pedagogik Berdasarkan Al-Qur'arn
Berkenaan dengan kompetensi pedagogik yang umum telah dijelaskan di
dalam Al-Qur'an terdapat beberapa indikator, di antaranya: 1. Bekerja sesuai
dengan keahlian yang dimiliki, ajaran Islam memberikan motivasi bagi pendidik
agar bekerja sesuai dengan keahlian yang dikuasai. Suatu pekerjaan yang tidak
profesional akan mengalami kegagalan. Sabda Rasulullah SAW sebagaimana
artinya, "Apabila suatu pekerjaan diserahkan kepada orang yang tidak ahli, maka
tunggulah kehancuran" (HR. Muslim).280 Mengutamakan keikhlasan dalam
bekerja, ajaran Islam menekankan pentingnya keikhlasan dalam bekerja. Seo-
rang pendidik yang benar-benar melaksanakan tugasnya ikhlas karena Allah SWT,
maka tugasnya akan dibalas 2.
Berusaha selalu meningkatkan kompetensi yang dimiliki, agama memberikan
motivasi agar selalu berusaha dalam meningkatkan dan mengembangkan
profesionalitas- 3. nya.
4. Muara setiap pekerjaan untuk beribadah kepada Al lah SWT, salah satu
tujuan manusia diciptakan oleh Allah adalah untuk melaksanakan ubudiyah
kepada Allah SWT Pekerjaan mendidik yang dilakukan oleh guru, salah satu
bentuk ubudiyah kepada Allah SWT.
Komponen Pembelajaran Kaitannya dengan Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik sebagaimana dijelaskan sebelum- D. nya adalah
kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktuali- sasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

BAB KOMPETENSI PROFESIONAL

A. Pendahuluan
Seiring dengan tekad pemerintah Indonesia untuk meningkatkan mutu
pendidikan, muncul ketentuan tentang syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk
menjadi seorang tenaga pendidik profesional. Kedudukan guru sebagai tenaga
profesional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen adalah berfungsi untuk
meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran untuk
meningkatkan mutu pendidikan nasional ..
B. Pengertian Kompetensi Seorang pendidik
Kompetensi secara seder- hana berarti kemampuan atau kecakapan, dalam
artian bahwa kompetensi guru adalah kemampuan dan kecakapan seorang
pendidik mengaplikasikan dan memanfaatkan situasi bela- jar-mengajar dengan
menggunakan prinsip-prinsip dan teknik penyajian bahan pelajaran yang telah
disiapkan secara matang sehingga dapat dipahami dengan mudah oleh peserta
didik. Sementara itu, menurut Barlow dikutip oleh Muhibbin Syah, kompetensi
sebagai kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya
secara bertanggung jawab dan layak. Oleh karenanya, kompetensi profesional
diartikan dan kewenangan guru dalam menjalankan profesi keguruannya. Artinya,
guru yang piawai menjalankan profesinya disebut sebagai guru yang kompeten
dan profesional.
C. Ruang Lingkup Kompetensi Profesional
Kemampuan profesional guru, sebagaimana diperincikan oleh Moh.Uzer
Usman meliputi beberapa hal, yaitu: 1. Menguasai landasan kependidikan, yaitu:
Mengenal tujuan pendidikan untuk mencapai pendidikan nasional: 1) Mengkaji
tujuan pendidikan nasional.2) a.Mengkaji tujuan pendidikan dasar dan
menengah.Meneliti kaitan antara tujuan pendidikan dasar 3)Indikator Kompetensi
Profesional Ada beberapa indikator kompetensi profesional. yang dijadikan
sebagai patokan untuk menentukan bahwa seoran guru dapat dikatakan
profesional, di antaranya:
1. Memahami jenis-jenis materi.
2. Mengurutkan materi pembelajaran.
3. Mengorganisasikan materi pembelajaran.

BAB KOMPETENSI KEPRIBADIAN

A. Pendahuluan
Seiring dengan tekad pemerintah Indonesia untuk meningkatkan mutu
pendidikan, muncul ketentuan tentang syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk
menjadi seorang tenaga pendidik profesional. Kedudukan guru sebagai tenaga
profesional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen adalah berfungsi untuk
meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran untuk
meningkatkan mutu pendidikan nasional.
B. Pentingnya Kompetensi Kepribadian
Karena tuntutan tugasnya, maka setiap guru harus m liki kepribadian yang
baik dan terintegrasi.Kepribadian baik ini tentu saja ditinjau dari segi murid,
orangtua da segi kebutuhan serta tugasnya.Oleh karenanya, guru harus berusaha
untuk tampil menyenangkan peserta didik dapat mendorong mereka untuk belajar.

KOMPETENSI SOSIAL
A. Pendahuluan
Seiring dengan tekad pemerintah Indonesia untuk meningkatkan mutu
pendidikan, muncul ketentuan tentang syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk
menjadi seorang tenaga pendidik profesional. Kedudukan guru sebagai tenaga
profesional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen adalah berfungsi untuk
meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran untuk
meningkatkan mutu pendidikan nasional.
B. Pengertian Kompetensi Sosial Dalam Standar Nasional Pendidikan
penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir d dikemukakan bahwa yang dimaksud
dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru dari bagian mas yarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif de- ngan peserta didik, sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar 37.

Anda mungkin juga menyukai