Anda di halaman 1dari 10

KONSEP PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK PERSPEKTIF AL-QUR’AN

(SURAH AR-RUM AYAT 30)

Dosen Pengampu:

Hidayat, M.Pd.I

Kelompok 3

Ratri Fauziyah Nafisah (2020203041)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

2023
A. PENDAHULUAN
Pendidikan Islam merupakan salah satu komponen penting dalam
pendidikan Nasional. Dalam konteks pendidikan Islam, peran pendidik
dan anak didik tidak dapat diabaikan sumbangsihnya. Kedua komponen ini
saling berinteraksi dalam proses pembelajaran untuk mewujudkan suatu
out put pendidikan yang berkualitas. Untuk mencapai tujuan pendidikan
tersebut, diperlukan pendidik yang profesional, bertanggung jawab, dan
berakhlak mulia. Menurut Zakiah Darojat, Syarat menjadi pendidik yang
profesional ada 4 macam, yakni: a) bertakwa pada Allah SWT; b) berilmu;
c) sehat jasmani & rohani; d) berkelakuan baik. Yang ke empat hal
tersebut, benar-benar harus dicamkan dan dimiliki oleh seorang pendidik.1
Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan
Nasional pasal 1, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhalak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara. Secara umum pendidik adalah orang yang memiliki tanggung
jawab untuk mendidik. Sementara secara khusus, pendidik dalam
perspektif pendidikan islam adalah orang yang bertanggung jawab
terhadap perkembangan peserta didik dengan mengupayakan
perkembangan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif, kognitif,
maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran agama islam.2
Kenyataannya sebagian pendidik dan peserta didik belum memahami
konsep pendidikan, sehingga pendidik belum maksimal dalam
mengupayakan perkembangan potensi peserta didik sesuai dengan ajaran
Al-Quran dan Hadist. Maka konsep pendidik dan peserta didik akan
dijelaskan dalam makalah ini baik dalam perspektif umum maupun dalam
perspektif Al-Qur’an.

1
Pudjo Sumedi, dkk. Profesi Pendidikan, UHAMKA Press.2013: 73-75
2
Samsul Nizar. 2002. Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis Teoritis Dan Praktis. Jakarta:
Ciputat Pres. Hal 43.
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Pendidik
Pendidik dalam bahasa Arab biasa dipakai kata “al-murobbi”
atau kadang-kadang juga dipakai kata “al-mu’addib”. Sedangkan untuk
istilah guru atau pendidik dalam bahasa Arab biasa dipakai kata “al-
mu’allim”, dan “alustadz”. Secara sederhana dapatlah didefinisikan
bahwa yang dimaksud pendidik ialah setiap orang yang dengan
sengaja mempengaruhi orang lain (peserta didik) untuk mencapai
tujuan pendidikan yang dicita-citakan. Dengan definisi ini maka bisa
dibedakan adanya dua macam pendidik, yaitu :3
a. Pendidik kodrati, yaitu orang tua yang secara kodrat telah diberi
amanat oleh Allah SWT untuk menjadi pendidik bagi anak-
anaknya. Itulah sebabnya orang tua dianggap sebagai pendidik
utama atau primer bagi anak-anaknya.
b. Pendidik karena jabatan, yaitu seseorang yang karena jabatannya
mengemban tugas sebagai pendidik, baik sebagai guru, dosen,
tutor, pamong, dan lainnya.

Pendidik dalam islam adalah orang-orang yang bertanggung


jawab terhadap perkembangan peserta didiknya dengan upaya
mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif,
kognitif, dan psikomotorik.4 Pendidik berarti juga orang dewasa yang
bertanggung jawab memberikan pertolongan pada peserta didiknya
dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat
kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan memenuhi tingkat
kedewasaannya, dan mampu memenuhi tugasnya sebagai hamba dan
khalifah Allah SWT. Pendidik utama adalah orang tua sendiri. Mereka
berdua yang bertanggung jawab penuh atas kemajuan perkembangan
anak kandungnya, karena sukses atau tidaknya anak sangat tergantung
pengasuhan, perhatian, dan pendidikannya.

3
Mangun Budiyanto. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga. Hal 52.
4
Ahmad Tafsir. 1992. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hal
74
2. Keutamaan Pendidik
Dalam ajaran Islam pendidik sangatlah dihargai kedudukannya.
Hal ini dijelaskan oleh firman Allah SWT, sebagai berikut:
“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-
lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah
kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan”.(Al–Mujadilah/58:11)
Firman Allah tersebut menggambarkan tingginya kedudukan
orang yang mempunyai ilmu pengetahuan (Pendidik). Hal ini beralasan
bahwa dengan pengetahuan dapat mengantarkan manusia untuk selalu
berfikir dan menganalisa hakikat semua fenomena yang ada pada alam,
sehingga mampu membawa manusia semakin dekat dengan Allah.

3. Tugas Pendidik
Secara umum tugas pendidik adalah mendidik.5 Disamping itu
pendidik juga bertugas sebagai motivator dan fasilitator dalam proses
belajar mengajar, sehingga seluruh potensi peserta didik dapat
teraktualisasi secara baik dan dinamis. Sebagai “warasat al-anbiya”,
yang pada hakikatnya mengemban misi rahmatal li al-alamin, yakni
suatu misi yang mengajak manusia untuk tunduk dan patuh pada
hukum-hukum Allah untuk memperoleh keselamatan dunia akhirat.
Kemudian misi ini dikembangkan kepada pembentukan kepribadian
yang berjiwa tauhid, kreatif, beramal shaleh dan bermoral tinggi.
Menurut Ahmad D. Marimba tugas pendidik dalam pendidikan Islam
adalah membimbing dan mengenal kebutuhan atau kesanggupan
peserta didik, menciptakan situasi yang kondusif bagi berlangsungnya
proses kependidikan, menambah dan mengembangkan pengetahuan
yang dimiliki guna ditransformasikan kepada peserta didik, serta
senantiasa membuka diri terhadap seluruh kelemahan dan
5
Ahmad Tafsir. 1992. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: Rosdakarya. Hal 78.
kekurangannya. Para pendidik hendaknya mengarahkan para peserta
didik untuk mengenal Allah lebih dekat lagi melalui seluruh ciptaan-
Nya.6
4. Definisi Peserta Didik dalam Pendidikan Islam
Secara etimologi, murid berarti “orang yang menghendaki”.
Sedangkan menurut arti terminologi, murid adalah pencari hakikat di
bawah bimbingan dan arahan seorang pembimbing spiritual (mursyid).
Sedangkan thalib secara bahasa berarti orang yang mencari, sedangkan
menurut istilah tasawuf adalah penempuh jalan spiritual, dimana ia
berusaha keras menempuh dirinya untuk mencapai derajat sufi.
Penyebutan murid ini juga dipakai untuk menyebut peserta didik pada
sekolah tingkat dasar dan menengah, sementara untuk perguruan tinggi
lazimnya disebut dengan mahasiswa.7 Peserta didik adalah amanat
bagi para pendidiknya. Jika ia dibiasakan untuk melakukan kebaikan,
niscaya ia akan tumbuh menjadi orang yang baik, selanjutnya
memperoleh kebahagiaan dunia dan akhiratlah kedua orang tuanya dan
juga setiap mu‟alim dan murabbi yang menangani pendidikan dan
pengajarannya. Sebaliknya, jika peserta didik dibiasakan melakukan
hal-hal yang buruk dan ditelantarkan tanpa pendidikan dan pengajaran
seperti hewan ternak yang dilepaskan begitu saja dengan bebasnya,
niscaya dia akan menjadi seorang yang celaka dan binasa.
Di samping itu, peserta didik di dalam mencari nilai-nilai
pendidikan juga harus mendapat bimbingan sepenuhnya dari pendidik.
Karena menurut Islam saat anak dilahirkan adalah dalam keadaan suci,
karena faktor orang tua atau pendidikan dan alam sekitar yang
memberikan corak warna terhadap karakter, nilai hidup dan akidah
peserta didik.Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur‘an
QS. Ar-Rum (30) ayat 30:
‫ّلل ۚ َٰذَلِكَ ٱلدِين ٱ ْلقَ ِيم‬ ِ ‫علَ ْي َها ۚ ََل ت َ ْبدِي َل ِلخ َْل‬
َِ ‫قٱ‬ َ َ‫ّلل ٱلَتِى ف‬
َ َ‫ط َر ٱلن‬
َ ‫اس‬ ْ ‫ِين َحنِيفًا ۚ ف‬
ِ َ ‫ِط َرتَ ٱ‬ ِ ‫فَأ َ ِق ْم َو ْج َهكَ لِلد‬
ِ َ‫َو َٰلَك َِن أ َ ْكث َ َر ٱلن‬
َ‫اس ََل يَ ْعلَمون‬

6
Abnisa Pratama Almaydza. 2017. KONSEP PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK DALAM PERSPEKTIF AL-
QUR’AN. Jurnal Asy-Syukriyyah. Vol 18 Hal 70-72.
7
Abu Ahmadi dkk. 2006. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Cet. 2 hal 73.
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah;
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut
fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang
lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
Dilihat dari segi kedudukannya, peserta didik adalah makhluk
yang sedang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan
menurut fitrahnya masing-masing. Semua bergantung kepada para
pendidiknya dalam mengembangkan fitrah itu sendiri sesuai dengan
usia anak dalam pertumbuhannya. Oleh sebab itu para pendidik sudah
seharusnya memberikan bimbingan dan pengarahan yang konsisten
menuju ke arah titik optimal sesuai dengan kemampuannya. Dasar-
dasar pendidikan agama ini harus sudah ditanamkan sejak peserta didik
itu masih usia muda, karena kalau tidak demikian kemungkinan
mengalami kesulitan kelak untuk mencapai tujuan pendidikan Islam
yang diberikan pada masa dewasa.8 Dengan demikian, maka agar
pendidikan Islam dapat berhasil dengan sebaik-baiknya haruslah
menempuh jalan pendidikan yang sesuai dengan perkembangan fitrah
peserta didik.

5. Kebutuhan-Kebutuhan Peserta Didik


a. Kebutuhan Fisik
Fisik seorang anak didik selalu mengalami pertumbuhan
yang cukup pesat. Proses pertumbuhan fisik ini terbagi menjadi
tiga tahapan:
1) Peserta didik pada usia 0-7 tahun, pada masa ini peserta didik
masih mengalami masa kanak-kanak.
2) Peserta didik pada usia 7-14 tahun, pada usia ini biasanya
peserta didik tengah mengalami masa sekolah yang didukung
dengan peralihan pendidikan formal.

8
Ahmad Tafsir. 2008. Ilmu Pendidikan dalam Presfektif Islam. (Bandung: PT.Remaja Rosda Karya.
Cet 8 Hal 56.
3) Peserta didik pada usia 14-21 tahun, pada masa ini peserta
didik mulai mengalami masa pubertas yang akan membawa
kepada kedewasaan.9
b. Kebutuhan Sosial
Kebutuhan yang berhubungan langsung dengan masyarakat
agar peserta didik dapat berinteraksi dengan masyarakat
lingkungan. Begitu juga supaya dapat diterima oleh orang lebih
tinggi dari dia seperti orang tuanya, guru-gurunya dan
pemimpinnya. Kebutuhan ini perlu agar peserta didik dapat
memperoleh kebutuhan ini perlu agar peserta didik dapat
memperoleh posisi dan berprestasi dalam pendidikan.
c. Kebutuhan untuk Mendapatkan Status
Dalam proses kebutuan ini biasanya seorang peseta didik
ingin menjadi orang yang dapat dibanggakan atau dapat menjadi
seorang yang benar-benar berguna dan dapat berbaur secara
sempurna di dalam sebuah lingkungan masyarakat.
d. Kebutuhan Mandiri
Kebutuhan mandiri ini pada dasarnya memiliki tujuan utama
yaitu untuk menghindarkan sifat pemberontak pada diri peserta
didik, serta menghilangkan rasa tidak puas akan kepercayaan dari
orang tua atau pendidik karena ketika seorang peserta didik terlalu
mendapat kekangan akan sangat menghambat daya kreativitas dan
kepercayaan diri untuk berkembang.
e. Kebutuhan untuk berprestasi
f. Kebutuhan ingin disayangi dan dicintai
g. Kebutuhan untuk curhat
h. Kebutuhan untuk memiliki filsafat hidup.10

9
Jamal Abdul Rahman, Bahrun Abu Bakar ihsan Zubaidi. 2008. Tahapan Mendidik Anak.
Bandung: Irsyad Baitus Salam. Hal 28.
10
Ibid. Hal 30.
6. Sifat-Sifat dan Kode Etik Peserta Didik dalam Pendidikan Islam
Sifat-sifat dan kode etik peserta didik merupakan kewajiban
yang harus dilaksanakannya dalam proses belajar mengajar, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Al-Ghazali, yang dikutip oleh
Fathiyah Hasan Sulaiman, merumuskan sebelas pokok kode etik
peserta didik, yaitu:
a. Belajar dengan niat ibadah dalam rangka taqarrub kepada Allah
SWT, sehingga dalam kehidupan sehari-hari peserta didik dituntut
untuk menyucikan jiwanya dari akhlak yang rendah dan watak
yang tercela (takhalli) dan mengisi dengan akhlak yang tepuji
(tahalli) (perhatikan QS.Al-An‟am: 162, Al-Dzariyat: 56).
b. Mengurangi kecenderungan pada duniawi dibandingkan masalah
ukhrawi (QS. Adl-Dluha: 4). Artinya, belajar tak semata-mata
untuk mendapatkan pekerjaan, tapi juga belajar ingin berjihad
melawan kebodohan demi mencapai derajat kemanusiaan yang
tinggi, baik di hadapan manusia dan Allah SWT.
c. Bersikap tawadlu‟ (rendah hati) dengan cara menanggalkan
kepentingan pribadi untuk kepentingan pendidikannya. Sekalipunia
cerdas, tetapi ia bijak dalam menggunakan kecerdasan itu pada
pendidikanya, termasuk juga bijak kepada teman-temannya yang
IQ-nya lebih rendah.
d. Menjaga pikiran dan pertentangan yang timbul dari berbagai aliran,
sehingga ia terfokus dan dapat memperoleh satu kompetensi yang
utuh dan mendalam dalam belajar.
e. Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji (mahmudah), baik untuk
ukhrawi maupun untuk duniawi, serta meninggalkan ilmu-ilmu
yang tercela (madzmumah). Ilmu terpuji dapat mendekatkan diri
kepada Allah SWT, sementara ilmu tercela akan menjauhkan dari-
Nya dan mendatangkan permusuhan antar sesamanya.
C. KESIMPULAN
Guru atau pendidik dalam Islam adalah orang-orang yang
bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan upaya
mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif (rasa),
kognitif (cipta), maupun psikomotorik (karsa). Sedangkan, peserta didik
atau anak didik secara umum adalah setiap orang yang menerima
pendidikan dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan
kegiatan pendidikan sesuai dengan manajemen yang berlaku.
Islam sangat menghargai dan menghormati orang-orang yang
berilmu, dan bertugas sebagai pendidik. Dalam Islam orang yang beriman
dan berilmu pengetahuan (guru /ustadz/ustadzah) sangat luhur
kedudukannya di sisi Allah. Di samping itu, seorang Guru dalam
pendidikan Islam juga harus memenuhi berbagai persyaratan, yakni :
Umur harus sudah dewasa, sehat jasmani dan rohani, menguasai bidang
yang diajarkannya (kompeten), menguasai ilmu mendidik, berkesusilaan
dan berdedikasi tinggi terhadap pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA

Abnisa Pratama Almaydza. 2017. KONSEP PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK


DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN. Jurnal Asy-Syukriyyah. Vol 18 Hal
70-72.

Abu Ahmadi dkk. 2006. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Cet. 2 hal 73.

Ahmad Tafsir. 1992. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja
Rosdakarya. Hal 74

Ahmad Tafsir. 1992. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung:


Rosdakarya. Hal 78.

Ahmad Tafsir. 2008. Ilmu Pendidikan dalam Presfektif Islam. (Bandung:


PT.Remaja Rosda Karya. Cet 8 Hal 56.

Ibid. Hal 30.

Jamal Abdul Rahman, Bahrun Abu Bakar ihsan Zubaidi. 2008. Tahapan
Mendidik Anak. Bandung: Irsyad Baitus Salam. Hal 28.

Mangun Budiyanto. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: UIN Sunan


Kalijaga. Hal 52.

Pudjo Sumedi, dkk. Profesi Pendidikan, UHAMKA Press.2013: 73-75

Samsul Nizar. 2002. Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis Teoritis


Dan Praktis. Jakarta: Ciputat Pres. Hal 43.

Anda mungkin juga menyukai