Anda di halaman 1dari 7

TINJAUAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM TERHADAP PENDIDIK

DAN PESERTA DIDIK

Anisa Tiara Putri


anisatiaraputri125@gmail.com

Amina Ramalia
amiwiransyah@gmail.com

Mustopa Sholeh

A. Pendahuluan
Pendidik dan peserta didik merupakan dua komponen penting dalam
suatu instansi pembelajaran pendidikan islam. Komponen ini berperan aktif
dalam mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Oleh karenanya yang
menentukan kearah mana suatu tujuan pembelajaran itu tercapai yaitu oleh
pendidik yang berperan besar dalam menentukan arah tujuan pendidikan
tersebut. Begitupula dengan peserta didik, selain menjadi objek daripada
pendidikan, peserta didik juga menjadi subjek pendidikan yang ikut berperan
aktif dalam mewujudkan tercapainya tujuan pembelajaran yang telah di
tentukan oleh pendidik.
Ahmad D. Marimba menyatakan bahwa pendidikan islam adalah
pembelajaran berdasarkan hukum-hukum ajaran islam yang menuju
terbentuknya kepribadian menurut ajaran islam. Maksud dari kepribadian ini
yaitu yang mengarah kepada nilai-nilai agama dan memutuskan sesuatu sesuai
dengan nilai agama disertai dengan tanggungjawabnya.(Saputra, 2015)
Dalam perspektif pendidikan islam konsep pendidik dan peserta didik
memiliki karakteristik tersendiri yang sesuai dengan karakteristik pendidikan
islam. Hal tersebut dapat dilihat dari tugas dan persyaratan apa saja yang ideal
terdapat pada diri pendidik dan peserta didik tersebut yang sesuai dengan islam.
Landasan ajaran islam itu sendiri yang tidak mungkin lepas dari al-Qur’an dan
Sunnah yang menginginkan perkembangan pendidik dan peserta didik dan tidak
bertentangan dengan kedua landasan tersebut.
Jika karakteristik yang diinginkan oleh pendidikan islam tersebut dapat
dipenuhi, maka pendidikan yang berkualitas niscaya akan di dapatkan oleh oleh
pendidik dan peserta didik. Maka dari itu, kajian dan analisis filosofis sangat

1
dibutuhkan dalam merumuskan konsep pendidik dan peserta didik dalam
perspektif pendidikan islam sehingga diperoleh pemahaman yang sangat utuh
tentang kedua komponen tersebut.
Artikel ini akan menguraikan analisis filosofis tentang pendidik dan
peserta didik dalam perspektif filsafat pendidikan islam.diharapkan artikel ini
akan memberikan pemahaman terkait dengan kedua komponen tersebut
sehingga dapat berguna dalam upaya mewujudkan tujuan pendidikan yang
diinginkan secara efektif dan efisien.

B. Pembahasan
1. Pendidik
Kata pendidik berasal dari kata didik, yang artinya memelihara, merawat
dan memberi latihan agar seseorang memiliki ilmu pengetahuan seperti yang
diinginkan ( sopan santun, akal budi, akhlak, dan lain sebagainya). Pendidik
dapat diartikan secara sederhananya yaitu orang yang mendidik. Sama
pengertiannya dengan kamus Besar Bahsa Indonesia yang menyatakan bahwa
pendidik yaitu orang yang mendidik. Pendidik yaitu orang yang bertanggung
jawab atas perkembangan peserta didiknya,baik itu dari segi kepintaran maupun
dari segi perilakunya.
Dalam bahasa arab dikemukakan bahwa pendidik bisa disebut juga
dengan kata al-mu’alim (guru), murabbi (mendidik), mudarris (pengajar) dan
ustadz. Beberapa pakar pendidikan berpendapat mengenai pendidik diantaranya
Ahmad Tafsir yang mengungkapkan bahwa pendidik yaitu semua orang yang
bertanggung jawab atas perkembangan seseorang baik itu manusia, alam dan
kebudayaan. Akan tetapi lebih di khususkan kepada manusia. Seperti orang tua,
guru-guru, tokoh masyarakat ataupun teman. Berbeda halnya dengan pendapat
Abdul Mujib yang mengungkapkan bahwa pendidik adalah Spiritual Father
(bapak rohani) yang memberikan santapan jiwa seperti pembinaan akhlak mulia
dan memperbaiki akhlak yang buruk menjadi baik bagi peserta didik.
Maragustam Siregar mengungkapkan pendidik yakni orang yang memberikan
ilmu pengetahuan, pengalaman, baik dari lingkungan keluarga, masyarakat
maupun di sekolah.

2
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pendidik dalam
islam merupakan orang yang bertanggungjawab dalam pengembangan
pengetahuan maupun keterampilam ruhani dan jasmani seseorang sesuai
dengan prinsip dan nilai ajaran agama islam sehingga menjadi pribadi yang
berakhlak karimah.(Ramli, 2015)
Yang termasuk kedalam kategori pendidik yaitu terdapat dalam
Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan Dosen pada bab 1,
pasal 1 ayat 1 dan 2 menyatakan Guru dan Dosen adalah pendidik profesional.
Salah satu peran pendidik dalam pendidikan sangat dominan dengan
hasil belajar siswa, maka dari itu seorang pendidik harus memahami dan
menguasai setiap media pembelajaran yang akan disampaikan. Karakteristik
yang sesuai bagi seorang pendidik yaitu : 1. Materi yang diajarkan harus dapat
dikuasai, 2. Menyesuaikan media pembelajaran sesuai dengan materi yang akan
disampaikan, 3. Menggunakan metode yang tidak membosankan sehingga
pembelajaran dapat dilaksanakan dengan lancar, 4. Memanfaatkan fasilitas
yang ada sebagai pendukung dalam media pembelajaran, 5. Memiliki strategi
pembelajaran yang sesuai.(Sari, 2019)
Pratiwi mengungkapkan bahwa komunikasi antar pribadi memiliki
kedudukan yang sangat penting karena itu dapat menyelesaikan masalah yang
dialami oleh peserta didik. Tugas guru juga membentuk siswa supaya mandiri
dalam belajar dan salah satu upayanya yaitu dengan meningkatkan kualitas
komunikasi interpersonal.
Elshinta menjelaskan bahwa pendekatan komunikasi yang baik secara
interpersonal berpengaruh baik dalam pembentukan kemandirian siswa dalam
belajar serta dapat meningkatkan kemandirian siswa. Menurut Wuwungan
komunikasi interpersonal guru mengarah kepada proses pembentukan
kemandirian belajar siswa.(Marwiji & Mariah, 2021)
Hakikat pendidik ditegaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Alaq (96) ayat
1-5 yang artinya : “ Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang
menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah,
dan Tuhanmu lah yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan
perantara kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

3
Dalam Al-Qur’an hakikat guru adalah Allah SWT, namun bukan berarti
manusia tidak menjadi kholifah dimuka bumi ini, karena tugas manusia salah
satunya ialah mengajarkan ilmu kepada orang lain dengan kata lain dia menjadi
seorang guru atau pendidik.
Adapun pendidik dalam pendidikan islam adalah :
1. Allah SWT
Dari berbagai ayat al-Qur’an yang membicarakan tentang kedudukan Allah
sebagai pendidik yaitu terdapat dalam surah Al-Fatihah ayat 1 dan Surah
An-Nahl ayat 89. Ilmu yang diajarkan Allah kepada manusia berupa kitab
suci yang di turunkan kepada Nabi Muhammad berupa Al-Qur’an karena
dalam al-Qur’an merupakan petunjuk jalan yang paling lurus. (Q.S. A-
Isra’ :9).
2. Rasulullah SAW
Kedudukan Rasulullah sebagai pendidik ditunjuk langsung oleh Allah
SWT, sebagai teladan bagi seluruh ummat dan sebagai rahmat bagi seluruh
alam. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ahmad yang artinya : “ dari
Abu Hurairah ra. Rasulullah SAW Bersabda ,” sesungguhnya saya diutus
(kepada manusia hanyalah) untuk menyempurnakan akhlak”. (HR. Ahmad)
Karena selama hidupnya Rasulullah sangatlah berakhlak sangat mulia.
Sehingga menjadi panutan seluruh ummat manusia. Itu semua tercermin
dalam kehidupannya.
3. Orang Tua
Menurut Hasan Basri dan Beni Ahmad Saebani, tanggung jawab terbesar
pendidikan islam menurut ajaran islam terdapat pada diri orang Tua, karena
orang tualah yang menentukan pola pembinaan pertama bagi anak. Menurut
J.I.G.M Drost, orang tua lah yang pertama-tama mengajarkan kepada anak
pengetahuan akan Allah, pengalaman tentang bermasyarakatdan kewajiban
memperkembangkan tanggung jawab terhadap diri sendiri dan terhadap
orang lain.
4. Guru
Guru merupakan suri teladan kedua setelah orang tua. Dapat diartikan pula
bahwa guru merupakan sosok yang mempunyai kewenangan terhadap

4
peserta didik dan bertanggung jawab penuh ketika berada di lingkungan
sekolah. Keahlian sebagai guru atau pendidik dalam islam tidak hanya
untuk mentransferkan ilmu yang di dapat, akan tetapi seorang pendidik
harus dibekali dengan syarat-syarat yang dapat menunjang keberhasilan
dalam proses mengajar sehingga menjadi optimal.
Ahmad Tafsir menjelaskan bahwa syarat-syarat pendidik yaitu sebagai
berikut :
a. Tentang Umur, harus sudah Dewasa
b. Kesehatan, Harus sehat jasmani dan rohani
c. Keahlian, Harus menguasai bidang yang diajarkannya dan menguasai
ilmu mendidik (ilmu mengajar)
d. Harus berkesusilaan dan berdedikasi tinggi. (Tafsir, 1992)

2. Peserta Didik
Peserta didik merupakan orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah
potensi dasar (fitrah) yang perlu dikembangkan. Peserta didik merupakan “ Raw
Material” (Bahan Mentah) dalam proses transformasi dan internalisasi, menepati
posisi yang sangat penting untuk melihat signifikasinya dalam menemukan
keberhasilan sebuah proses. Peserta didik adalah makhluk individu yang
mempunyai kepribadian dengan ciri-ciri yang khas yang sesuai dengan
pertumbuhan dan perkembangannya. Pertumbuhan dan perkembangan peserta
didik dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia berada. Peserta didik adalah anggota
masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses
pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Peserta didik sebagai komponen yang tidak dapat terlepas dari sistem pendidikan
sehingga dapat dikatakan bahwa peserta didik merupakan obyek pendidikan
tersebut. Dalam paradigma pendidikan Islam, peserta didik merupakan orang yang
belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi (kemampuan) dasar yang masih
perlu dikembangkan. Jadi secara sederhana peserta didik dapat didefinisikan
sebagai anak yang belum memiliki kedewasaan dan memerlukan orang lain untuk
mendidiknya sehingga menjadi individu yang dewasa, memiliki jiwa spiritual,
aktifitas dan kreatifitas sendiri.

5
peserta didik adalah individu yang memiliki potensi untuk berkembang, dan
mereka berusaha mengembangkan potensinya itu melalui proses pendidikan pada
jalur dan jenis pendidikan tertentu. Dalam perkembangan peserta didik ini, secara
hakiki memiliki kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi. Pemenuhan
kebutuhan peserta didik tumbuh dan berkembang mencapai kematangan pisik dan
psikis. Kebutuhan yang harus dipenuhi oleh pendidik diantaranya:
a) Kebutuhan jasmani; tuntunan siswa yang bersifat jasmaniah, seperti
kesehatan jasmani yang dalam hal ini olah raga menjadi materi utama,
disamping itu kebutuhan-kebutuhan lain seperti: makan, minum, tidur,
pakaian dan sebagainya, perlu mendapat perhatian.(Fadhil, 2015)
b) Kebutuhan sosial; pemenuh keinginan untuk saling bergaul sesama siswa
dan guru serta orang lain, merupakan salah satu upaya untuk memenuhi
kebutuhan sosial anak didik. Dalam hal ini sekolah harus dipandang
sebagai lembaga tempat para siswa belajar, bergaul dan beradaptasi
dengan lingkungan seperti bergaul sesama teman yang berbeda jenis
kelamin, suku, bangsa, agama, status sosial dan kecakapan. Guru dalam
hal ini harus dapat menciptakan suasana kerja sama antar siswa dengan
suatu harapan dapat melahirkan suatu pengalaman belajar yang lebih baik.
c) Kebutuhan intelektual; semua siswa tidak sama dalam hal minat untuk
mempelajari suatu ilmu pengetahuan, mungkin ada yang lebih berminat
belajar ekonomi, sejarah, biologi atau yang lain-lain. Minat semacam ini
tidak dapat dipaksakan kalau ingin mencapai hasil belajar yang optimal.
Oleh karena itu yang penting, bagaimana guru Menurut Samsul Nizar
beberapa hakikat peserta didik dan implikasinya terhadap pendidikan
Islam, yaitu:
1. Peserta didik bukan merupakan miniatur orang dewasa, akan tetapi
memiliki dunia sendiri.
2. Peserta didik adalah manusia yang memiliki diferensiasi priodesasi
perkembangan dan pertumbuhan.
3. Peserta didik adalah manusia yang memiliki kebutuhan, baik yang
menyangkut kebutuhan jasmani maupun rohani yang harus dipenuhi.
4. Peserta didik adalah makhluk Allah yang memiliki perbedaan

6
individual.
5. Peserta didik terdiri dari dua unsur utama, yaitu jasmani dan rohani.
6. Peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi (fitrah) yang dapat
dikembangkan dan berkembang secara dinamis.
C. SIMPULAN
suatu tujuan pembelajaran itu dapat tercapai apabila terdapat pendidik yang
bertanggungjawab atas keberhasilan peserta didik. Kedua komponen pendidikan
yaitu pendidik dan peserta didik sangat berpengaruh dan berperan aktif dalam
bidang pendidikan. Ahmad D. Marimba menyatakan bahwa pendidikan islam
adalah pembelajaran berdasarkan hukum-hukum ajaran islam yang menuju
terbentuknya kepribadian menurut ajaran islam. Maksud dari kepribadian ini yaitu
yang mengarah kepada nilai-nilai agama dan memutuskan sesuatu sesuai dengan
nilai agama disertai dengan tanggungjawabnya.sesuai dengan pernyataan yang
dikemukakan oleh Ahmad D. Marimba merupakan salah satu tugas pendidik
kepada peserta didik sesuai dengan nilai islam. Jika suatu proses pembelajaran
ingin dikatakan berhasil maka pendidik dan peserta didik harus bisa bekerjasama
dalam mencapai tujuan pendidikan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Fadhil, A. (2015). Karakteristik Pendidik Menurut Al-Qur’an (Analisis Kajian
Tafsir Maudhu’i). Jurnal Online Studi Al-Qur’an, 11(1), 38–54.
Marwiji, M. H., & Mariah, E. Y. (2021). Hubungan Komunikasi Interpersonal
Guru Dengan. Jurnal Jendela Pendidikan, 01(03), 105–111.
Ramli, M. (2015). Hakikat pendidikan dan peserta didik. Tarbiyah Islamiyah,
5(1), 61–85. https://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/tiftk/article/view/1825
Saputra, M. I. (2015). Hakekat Pendidik Dan Peserta Didik. Jurnal Pendidikan
Islam, 6(November), 231–251.
Sari, P. I. (2019). Peran Pendidik dalam Implementasi Media Pembelajaran
Terhadap Peserta Didik Generasi 4.0. Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan FKIP, 2(1), 508–517.

Anda mungkin juga menyukai