Anda di halaman 1dari 10

Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Perilaku Islami

di SMA Muhammadiyah 1 Temanggung

Pramudi Wahid Hidayat 23010190012

A. Pengertian dalam pendidikan islam

Secara bahasa pendidik dapat di artikan sebagai orang yang mendidik. 1 Ini bermakna
bahwa pendidik adalah orang yang bertugas dalam suatu kegiatan pendidikan dalam proses
kegiatan mendidik peserta didiknya atau anak didiknya. Lebih jauh lagi tentang pengertian
pendidik maka dilihat dari beberapa pemdapat para ahli yang dikemukakan berikut.

Ramayulis mengemukakan bahwa pendidik merupakan orang dewasa secara jasmani


dan rohani, memiliki kompetensi untuk mendewasakan peserta didiknya kearah
kesempurnaan dengan menggunakan cara cara pendekatan kependidikan. Prndidik adalah
orang yang memiliki kepribadian yang luhur sehingga ia berhak mendidik orang lain agar
memiliki kedewasaan berpikir. Pendidik memiliki sifat karakter mulia sehingga pantas di
jadikan contoh murid muridnya.2

Berdasarkan pendapat Ramayulis tersebut memberikan pemahaman bahwa pendidik


adalah orang yang telah mencapai kedewasaan baik secara jasmani atau rohani serta memiliki
kemampuan melakukan pendewasaan peserta didik lewat proses pendidikan dengan
menggunakan berbagai cara dan pendekatan kependidikan bagi peserta dididknya sehingga
peserta didik mampu tymbuh dan berkembang menuju kedewasaan baik secara jasmani atau
rohaninya.

Umar Tirtarahardja dan S L Lasulo mengemukakan bahwa pendidik ialah orang yang
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didikdidik.
Peserta didik mengalami pendidikan dalam tiga lingkungan yaitu lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Sebab itu yang bertanggung jawab terhadap
pendidikan ialah orang tua, pemimpin program pembelajaran, latihan dan
masyarakat/organisasi.3

1
2
3
Berdasarkan pendapat Umar Tirtarahardja dan S L Lasulo dapat di dipahami bahwa
pendidik adalah semua orang yang memiliki tanggung jawab terhadap berlangsungnya proses
pendidikan bagi peserta didik dimana karna pendidikan itu berlangsung pada tiga lingkungan
pendidikkan maka yang menjadi pendidik itu dapat berupa seperti orang tua di lingkungan
keluarga, guru di lingkungan sekolah dan masyarakat di lingkungan masyarakat.

Muhibbin syah mengutip pendapat Mc Leod tentang pengertian pendidik atau guru
dikemukakan bahwa pendidik atau guru adalah A person whose Occupation is teaching
others artinya seseorang yang pekerjaannya mengajar orang lain.4

Berdasarkan uraian uraian di atas tentang pengartian pendidik secara umum baik
secara bahasa ataupun istilah dapatlah dipahami bahwa pendidik adalah orang yang telah
mencapai kedewasaan baik secara jasmani dan rohani yang dalam kehidupannya
melaksanakan tugas dalam suatu kegiatan pendidikan untuk mendidik peserta didiknya atau
anak didiknya menuju pada terwujudnya kedewasaan pada peserta didik atau anak didiknya
secara jasmani atau rohani dan yang termasuk sebagai pendidik meliputi seperti guruguru di
sekolah, orang tua di rumah dan masyarakat di lingkungan masyarakat.

Lalu bagaimana makna pendidik dalam pendidikan islam. Untuk hal ini dapat di lihat
dari bebrapa pendapat ahli berikut. Bukhari umar mengemukakan bahwa;

Dalam pendidikan islam, pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan peserta didik dengan upaya mengembangkan seluruh potensi peserta didik,
baik potensi afektif (rasa), kognitif (cipta) maupun psikomotor (krasa). Pendidik berarti juga
orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan kepada peserta didik dalam
perkembangan jasmani dan rohaninya., agar mencapai tingkat kedewasaan, maupun mandiri
dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba allah dan khalifah allah dan mampu melakukan
tugas sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk individu yang mandiri.

Berdasarkan pendapat Bukhari Umar bahwa pendidik dalam pendidikan islam adalah
orang dewasa yang mengupayakan perkembangannya seluruh potensi peserta didiknya dalam
kehidupan serta potensi tersebut mampu digunakan dengan baik dalam kehidupan serta
penggunaannya selalu disesuaikan dengan aturan aturan yang di tetapkan oleh allah.

Nur Uhbiyati mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan pendidik disini adalah
orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan bimbingan atau bantuan kepada anak
didik dalam perkembangan jasmani dan rohani agar mencapai kedewasaannya, mampu
4
melaksanakan tugas sebagai khalifah allah, , khalifah dipermukaan bumi, sebagai makhluk
sosial dan sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri.5

Berdasarkan pendapat Nur Uhbiyati tersebut memberikan pemahaman bahwa


pendidik dalam pendidikan islam adalah setiap orang dewasa dalam kehidupan yang
melaksanakan proses pembimbingan dan pemberian bantuan bagi peseta didik agar potensi
jasmani dan rohani peserta didik dapat berkembang dan berfungsi dengan baik sehingga
peserta didik mampu menjalankan perannya di muka bumi.

Abuddin Nata terkait keluhan makna pendidik dalam pendidikan islam


mengemukakan sebagai berikut;

Dalam Al-Quran ada empat yang dapat menjadi pendidik, yaitu 1) allah, 2) para nabi,
3) kedua orang tua, 4) orang lain. Orang yang ke empat inilah yang selanjutnya di sebut
guru.6 Bergesernya tugas mendidik dari orang tua kepada guru lebih lanjut di jelaskan Ahmad
tafsir. Menurutnya pada mulanya tugas mendidik itu adalah murni tugas orang tua;jadi tidak
perlu orang tua mengirim anaknya ke sekolah untuk diajar oleh guru. Akan tetapi karna
perkembangan pengetahuan, ketrampilan, sikap serta kebutuhan hidup sudah demikian luas,
dalam dan rumit, maka orang tua tidak mampu lagi melaksanakan sendiri tugas tugas
mendidik anaknya. Selain tidak mampu karna luasnya perkembangan pengetahuan dan
ketrampilan, mendidik anak di rumah sekarang amat tidak ekonomis. Dapat di bayangkan,
seandainya orang tua mendidik anak sejak tingkat dasa sampai Perguruan tinggi di rumah,
oleh dirinya sendiri, sekalipun orang tuanya mampu menyelenggarakan itu, apa yang akan
terjadi? Mahal, tidak efisien dan mungkin juga tidak efektif? Berdasarkan analis tersebut
nampak bahwa apa yang di sebutkan dalam al Quran mengenai adanya pendidik tersebut
menggambarkan adanya perkembangan masyarakat, misalnya dari zaman nabi adam, tentu
allah sendiri sebagai guru, karna tugas tersebut belum dapat diwakilkan kepada orang lain.
Tetapi setelah ada nabi maka tugas mendidik masyarakat sudah diwakilkan kepada nabi,
setelah masyarakat itu berkembang luasluas, tugas tersebut sebagian di wakilkan kepada
orang tuanya masing masing, dan setelah masyarakat itu berkembang luas, maka tugas
mendidik dibagi lagi kepada orang lain yang secara khusus di persiapkan menjadu guru dan
pendidik.

Berdasarkan penelitian Abuddin Nata dapat dipahami bahwa dalam konteks manusia,
pendidik dalam pendidikan islam dapat dimaknai sebagai oarang orang yang diberikan
5
6
amanah untuk mendidik manusia dalam kehidupan agar mereka dapat hudup sesuai tuntunan
nilai nilai ajaran Islam sebagai esensi akhir dalam berlangsung suatu proses pendidikan islam
dimana dalam hal iniyang dimaksud pendidik dalam pendidikan islam meliputi; orang tua
dirumah, guru di sekolah dan masyarakat pada lingkungan masyarakat.Pendidik dalam Islam
ialah siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan
mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi psikomotorik,
kognitif, maupun potensi afektif, yang dikembangkan secara seimbang sampai ke tingkat
yang setinggi mungkin, menurut ajaran Islam. Berdasarkan pendapat Ahmad Tafsir dapat
dipahami bahwa pendidik dalam pendidikan Islam adalah manusia yang dalam kehidupannya
mengupayakan manusia lain agar berkembang dan berfungsi seluruh potensi yang ada pada
diri manusia yang dididik dalam kehidupan sesuai ajaran Islam.

Dengan demikian berdasarkan penjelasan penjelasan tersebut di atas tentang pendidik


dalam pendidikan Islam dapatlah dipahami bahwa pendidik dalam pendidikan Islam adalah
setiap manusia yang telah dewasa, telah memahami konsep konsep hidup dan kehidupan serta
nilai-nilai ajaran Islam serta mengimplementasikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan lalu
melaksanakan proses pembinaan kepada peserta didiknya agar mereka mampu memahami
konsep-konsep tentang hidup UPH dan kehidupan serta nilai-nilai Islam lalu menjalankan
perannya dalam kehidupan sesuai dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Allah
dimana pendidik dalam pendidikan Islam ini meliputi pendidik yang berada di rumah seperti
orang tua dan kakak kandung, pendidik yang ada di sekolah seperti guru dan kepala sekolah,
pendidik yang ada di perguruan tinggi seperti dosen, pendidik yang ada di majelis taklim
seperti ustadz, pendidik yang ada di TPQ seperti guru ngaji atau senior dalam TPQ,
pendidikan di tengah lingkungan masyarakat seperti warga masyarakat dan sebagainya di
mana bila dikelompokkan berdasarkan lingkungan yaitu pendidik lembaga pendidikan
informal yaitu pendidik pada lingkungan keluarga, pendidik pada lembaga pendidikan formal
yaitu pada lingkungan lembaga sekolah dan perguruan tinggi serta pendidik pada lembaga
pendidikan non formal yaitu pada lingkungan masyarakat.

B. Tugas Pendidik dalam Pendidikan Islam

Menurut Al-Ghazali, tugas pendidik yang utama adalah menyempurnakan,


membersihkan, menyucikan serta membimbing hati manusia untuk mendekatkan diri kepada
Allah SWT. Hal ini karena tujuan pendidikan Islam yang utama adalah upaya untuk
mendekatkan diri kepada- Nya. Jika pendidik belum mampu membiasakan diri dalam
peribadatan kepada peserta didik, berarti ia mengalami kegagalan dalam tugasnya, sekalipun
peserta didik memiliki prestasi akademik yang luar biasa. Hal ini mengandung arti akan
keterkaitan antara ilmu dan amal.7

Dalam paradigma Jawa, pendidik diidentikkan dengan guru (gu dan ru) yang berarti
digugu dan ditiru. Dikatakan digugu (dipercaya) karena guru memiliki seperangkat ilmu yang
memadai, dalam melihat kehidupan ini. Dikatakan ditiru (diikuti) karena guru memiliki
kepribadian yang utuh, yang karenanya segala tindak tanduknya patut dijadikan panutan dan
suri tauladan oleh peserta didik. Pengertian ini diasumsikan bahwa tugas guru tidak sekedar
transformasi ilmu, tetapi juga bagaimana ia mampu menginternalisasikan ilmunya kepada
peserta didik. Pada tataran ini terjadi sinkronisasi antara apa yang diucapkan oleh guru (di
dengar oleh peserta didik) dan yang dilakukan (dilihat oleh peserta didik).

Untuk itu, tugas pendidik dalam pendidikan Islam adalah melakukan proses
pendidikan kepada peserta didik baik lewat pengajaran secara tulisan, lisan maupun secara
perilaku terkait dengan upaya menyempurnakan, membersihkan, menyucikan serta
membimbing hati peserta didik dengan nilai-nilai ajaran Islam agar peserta didik mampu
menjalankan aktivitas dalam kehidupan sebagai bagian dari upaya mendekatkan diri kepada
Allah SWT.

Ahmad tafsir mengutip pendapat Agus Soedjono tentang tugas pendidik (termasuk
guru) secara umum yaitu:

a. Wajib menemukan pembawaan yang ada pada anak-anak didik dengan berbagai cara
seperti observasi wawancara, melalui pergaulan, angket dan sebagainya.
b. Berusaha menolong anak didik mengembangkan pembawaan yang baik dan menekan
perkembangan pembawaan yang buruk agar tidak berkembang
c. Memperlihatkan kepada anak didik tugas orang dewasa dengan cara memperkenalkan
berbagai bidang keahlian, keterampilan, agar anak didik memilihnya dengan tepat.
d. Mengadakan evaluasi setiap waktu untuk mengetahui apakah perkembangan anak
tidak berjalan dengan baik.8

Lebih lanjut terkait dengan tugas pendidik secara umum tersebut maka Ahmad tafsir
mengemukakan sebagai berikut:

7
8
Dalam tugas tersebut diatas tidak disebut dengan jelas tugas guru, yang terpenting
adalah mengajar. Sebenarnya tugas itu terdapat secara implisit dalam tugas pada (b) dan (c).
Sebenarnya dalam teori pendidikan barat tugas guru tidak hanya mengajar, mereka juga
bertugas mendidik dengan cara selain mengajar, sama saja dengan tugas guru dalam
pendidikan Islam. Perbedaannya adalah tugas tugas itu dikerjakan mereka untuk mencapai
tujuan pendidikan sesuai dengan keyakinan filsafat mereka tentang manusia, yang baik
menurut mereka. Sikap demokratis dan sikap terbuka misalnya dibiasakan dan dicontohkan
mereka kepada murid. Hal itu kelihatan terutama dalam metode mengajar yang digunakan
mereka, juga dalam perilaku guru-guru di barat. Jadi perbedaannya bukan terletak pada tugas
guru, melainkan pada sistem filsafat yang dianut.

Berdasarkan pemikiran Ahmad tafsir tersebut memberikan pemahaman bahwa yang


membedakan pendidik dalam pendidikan Islam dengan pendidikan dalam pendidikan barat
bukan dari persoalan kegiatan mendidik atau mengajarnya tetapi yang membedakan adalah
kandung nilai-nilai yang ingin dicapai dari proses pendidikannya. Hal ini juga bermakna
karena pendidikan Islam kandungan nilai-nilai yang ingin dicapainya adalah nilai-nilai Islam
maka tugas pendidik dalam Islam itu harus mendidik dan mengacu pada konsep nilai-nilai
Islam.

Untuk itu bila tugas pendidik secara umum yang dikutip Ahmad tafsir dari pendapat
Agus Soedjono tersebut diakumulasi menjadi tugas pendidik dalam pendidikan Islam kira-
kira gambaran tugas pendidik dalam pendidikan Islam seperti berikut:

a. Wajib menemukan pembawaan yang ada pada anak-anak didik dengan berbagai cara
dan tetap berlandaskan pada konsep nilai-nilai Islam
b. Berusaha menolong anak didik mengembangkan pembawaan yang baik dan menekan
perkembangan pembawaan yang buruk sesuai dengan nilai-nilai Islam
c. Memperlihatkan kepada anak didik tugas orang dewasa dengan cara memperkenalkan
berbagai bidang keahlian keterampilan, agar anak didik memilihnya dengan tepat sesuai
dengan nilai-nilai ajaran Islam.
d. Mengadakan evaluasi setiap waktu untuk mengetahui apakah perkembangan anak
didik berjalan dengan baik sesuai dengan nilai-nilai Islam
e. Memberikan bimbingan dari penyuluhan tatkala anak didik menemui kesulitan dalam
mengembangkan potensi sesuai dengan nilai-nilai Islam.9

9
Muhaimin mengemukakan bahwa tugas guru dalam pandangan pendidikan Islam meliputi:

a. Mengembangkan profesionalisme secara berkelanjutan dalam melakukan ta'lim,


tarbiyah, irsyad, tadris, ta'dib, takziyah dan tilawah
b. Mengembangkan pengetahuan teoritis, praktis dan fungsional bagi peserta didik
c. Menumbuh kembangkan kreatifitas, potensi-potensi dan atau fitrah peserta didik.
d. Meningkatkan kualitas akhlak dan kepribadian, dan menumbuhkembangkan nilai-
nilai insani dan nilai-nilai ilahi.
e. Menyiapkan tenaga kerja yang produktif.
f. Membangun peradaban yang berkualitas (sesuai dengan nilai-nilai Islam) di masa
depan.
g. Membantu peserta didik dalam penyucian jiwa sehingga ia kembali kepada fitrahnya.
h. Mewarisi nilai-nilai ilahi dan nilai-nilai insani kepada peserta didik.10

Muhaimin juga mengemukakan yaitu:

 Tilawah adalah upaya pewarisan nilai-nilai ilahi dan nilai-nilai insani kepada peserta
didik.
 Tazkiyah adalah upaya penyucian jiwa peserta didik sehingga ia kembali kepada
fitrahnya.
 Ta'dib adalah upaya menyiapkan peserta didik untuk bertanggung jawab dalam
membangun peradaban yang berkualitas di masa depan.
 Tadris adalah upaya mencerdaskan peserta didik memberantas kebodohan mereka,
serta melatih keterampilan sesuai dengan bakat minat dan kemampuannya sehingga menjadi
tenaga yang produktif.
 Irsyad adalah upaya meningkatkan kualitas akhlak dan kepribadian peserta didik atau
upaya pemberian keteladanan.
 Tarbiyah adalah upaya membantu peserta didik agar mampu mengatur, memelihara,
mengembangkan, memperbaiki dan meningkatkan dirinya dengan segala potensi dan satuan
sosial (dalam kehidupan bermasyarakat) secara bertahap ke tingkat yang lebih tinggi dan
lebih baik.
 Ta'lim adalah upaya membantu peserta didik agar mampu menangkap makna baik
yang tersurat, mengembangkan pengetahuan serta menjelaskan fungsinya dalam kehidupan
baik secara teoritis maupun praktis atau melakukan transfer ilmu, internalisasi serta amaliah

10
(implementasi) secara terpadu. Ustadz bertugas untuk melakukan ta'lim, tarbiyah, Irsyad,
tadris, ta'dib, tarbiyah dan tilawah.11

Berdasarkan penjelasan dari Muhaimin tersebut memberikan pemahaman bahwa


tugas pendidik dalam pendidikan Islam tiada lain adalah mengupayakan peserta didik agar
dapat mengembangkan dan menggunakan segala potensi yang ada pada dirinya dalam
kehidupan baik dalam kehidupan secara individu maupun secara sosial sesuai dengan
tuntunan ajaran Islam sehingga terwujud kesejahteraan hidup di dunia dan keselamatan hidup
di akhirat.

Dengan demikian berdasarkan uraian-uraian tersebut dapatlah dipahami esensi dari


tugas pendidik dalam pendidikan Islam adalah mengupayakan berlangsungnya proses
pendidikan bagi peserta didik sehingga peserta didik mampu mengembangkan segala potensi
kemampuan yang ada pada diri dan maupun di luar diri untuk difungsikan demi kesejahteraan
hidup di dunia dan keselamatan hidup di akhirat sesuai dengan ajaran Islam atau dalam istilah
sederhana adalah mampu membuat peserta didik dalam proses pendidikan Islam cerdas
secara akal, cerdas secara kalbu, dan cerdas secara perilaku dalam kehidupan sesuai dengan
tuntunan ajaran Islam dimana hal itu bisa diwujudkan bukan hanya pekerjaan satu atau dua
pendidik saja tetapi dilakukan oleh keseluruhan pendidikan Islam di mana dan kapan saja
peserta didik itu berada serta sistem pendidikan Islam yang diterapkan disesuaikan dengan
peran masing-masing.

A. Kualifikasi Guru Agama


Menurut bahasa, kata kualifikasi diartikan dengan ”Pembatasan; penggolongan;
tingkatan kapabilitas; kecakapan; syarat; watak; sifat”. Sedangkan dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, definisi kualifikasi adalah keahlian yang diperlukan untuk melakukan
sesuatu, atau menduduki jabatan tertentu. Jadi, kualifikasi mendorong seseorang untuk
memiliki suatu keahlian atau kecakapan khusus.Kualifikasi guru dapat dipandang sebagai
pekerjaan yang membutuhkan kemampuan yang mumpuni. Bahkan, kualifikasi terkadang
dapat dilihat dari segi derajat lulusannya, sebagaimana dalam penjelasan UU Sisdiknas
2003, ditetapkan bahwa guru Sekolah Dasar (SD) saja harus lulusan Strata 1 (S-1),
apalagi bagi guru yang mengajar pada tingkat Sekolah Menengah Umum (SMU). (PP RI
No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 29 ayat 2).

11
Menurut Anwar Jasin yang dikutip oleh Mujtahid salah seorang dosen Fakultas
Tarbiyah UIN Maliki Malang; kualifikasi guru dapat ditilik dari tiga hal.12
Pertama, memiliki kemampuan dasar sebagai pendidik. Kualitas seperti ini
tercermin dari diri pendidik. Adapun persyaratan yang harus dimiliki oleh jiwa pendidik
antara lain:13
a. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b. Berwawasan ideologi Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945
c. Berkepribadian dewasa, terutama dalam melaksanakan fungsinya, sebagai
orangtua kedua, in loco parentis, bagi siswa-siswanya
d. Mandiri (independen judgement), terutama dalam mengambil keputusan yang
berkaitan dengan pembelajaran dan pengelolaan kelas.
e. Penuh rasa tanggungjawab, mengetahui fungsi, tugas dan tanggungjawabnya
sebagai pendidik dan pelatih, serta mampu memutuskan sesuatu dan
melaksanakan tugasnya sesuai dengan fungsi, tugas dan tanggungjawabnya,
serta tidak menyalahkan orang lain dalam memikul konsekuensi dari
keputusannya terutama yang berkaitan dengan pembelajaran dan pengelolaan
kelas.
f. Berwibawa, mempunyai kelebihan terhadap para siswanya terutama
penguasaan materi pelajaran dan ketrampilan megerjakan sesuatu dalam
pembelajaran dan pengelolaan kelas.
g. Berdisiplin, mematuhi ketentuan peraturan dan tata tertib sekolah dan kelas.
h. Berdedikasi, memperlihatkan ketekunan dalam melaksanakan tugas
membimbing, mengajar dan melatih para siswanya, sebagai pengabdi atau
ibadat.
Kedua, memiliki kemampuan umum sebagai pengajar. Sebagai pengajar, seorang
guru, di samping memiliki kemampuan dasar sebagai pendidik, juga perlu dan harus
memiliki kemampuan sebagai prasyarat untuk mencapai kemampuan khusus dalam
rangka memperoleh kualifikasi dan kewenangan mengajar. Kemampuan umum itu terdiri
dari atas penguasaan antara lain:14
i. Ilmu pendidikan atau pedagogik, didaktik dan metodik umum, psikologi
belajar, ilmu-ilmu keguruan lain yang relevan dengan jenis jenjang
pendidikan.
12
13
14
j. Bahan kajian akademik yang relevan dengan isi dan bahan pelajaran
(kurikulum) yang diajarkannya.
k. Materi kurikulum (isi dan bahan pelajaran) yang relevan dan cara-cara
pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman kegiatan belajar mengajar.
l. Kemahiran mengoperasionalkan kurikulum (GBPP) termasuk pembuatan
satuan pelajaran, persiapan mengajar harian, merancang KBM, dan lain-lain.
m. Kemahiran pembelajaran dan mengelola kelas.
n. Kemahiran memonitor dan mengevaluasi program, proses kegiatan dan hasil
belajar.
o. Bersikap kreatif dan inovatif dalam melaksanakan kurikulum, serta mengatasi
masalah-masalah praktis pembelajaran dan pengelolaan kelas.

Ketiga, mempunyai kemampuan khusus sebagai pelatih. Kemampuan khusus ini


bertujuan untuk melatih para siswanya agar terampil menguasai materi pelajaran.
Terutama mata pelajaran yang membutuhkan keterampilan langsung dari siswa. Karena
itu, untuk memperoleh kewenangan mengajar, guru berkewajiban menjabarkan program
pembelajaran yang tertera dalam rancangan kurikulum ke dalam sistem belajaran yang
yang lebih bersifat operasional. Untuk mempermudah dalam proses belajar mengajar,
para guru diminta memiliki keahlian khusus dalam mendesain pengajaran secara mandiri.
Materi atau mata pelajaran butuh penjabaran teknis yang harus dilakukan guru, supaya
dapat diterima oleh peserta didik dengan mudah.15
Dengan demikian, modal kualifikasi kependidikan yang ditawarkan di atas,
diharapkan bisa meringankan tugas guru dalam menghadapi masa depan dapat
terwujudkan secara tepat dan cermat. Sebab, jika tingkat kompetitif guru yang dihadapi
dengan kualifikasi kependidikan, maka eksistensi guru akan tetap survive dengan
sendirinya. Bahkan prospek masa depannya juga akan semakin baik serta banyak yang
akan membutuhkan dan mencarinya

15

Anda mungkin juga menyukai