Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KEGURUAN DI INDONESIA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Profesi Keguruan

Oleh :

Muhammad Panji Satria 2020010427

Ahmad Basri 2020010410

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH


HAMZAH FANSURY
KOTA SUBULUSSALAM
2O22
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Guru merupakan sosok yang begitu dihormati lantaran memiliki andil yang sangat besar
terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu
perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Ketika orang tua
mendaftarkan anaknya ke sekolah, pada saat itu juga ia menaruh harapan terhadap guru, agar
anaknya dapat berkembang secara optimal
Minat, bakat, kemampuan, dan potensi peserta didik tidak akan berkembang secara optimal
tanpa bantuan guru. Dalam kaitan ini guru perlu memperhatikan peserta didik secara individual.
Tugas guru tidak hanya mengajar, namun juga mendidik, mengasuh, membimbing, dan
membentuk kepribadian siswa guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia
(SDM).
Ironisnya kekawatiran di dunia pendidikan kini menyeruak ketika menyaksikan tawuran
antar pelajar yang bergejolak dimana-mana. Ada kegalauan muncul kala menjumpai realitas
bahwa guru di sekolah lebih banyak menghukum daripada memberi reward siswanya. Ada
kegundahan yang membuncah ketika sosok guru berbuat asusila terhadap siswanya.
Dunia pendidikan yang harusnya penuh dengan kasih sayang, tempat untuk belajar tentang
moral, budi pekerti justru sekarang ini dekat dengan tindak kekarasan dan asusila. Dunia yang
seharusnya mencerminkan sikap-sikap intelektual, budi pekerti, dan menjunjung tinggi nilai
moral, justru telah dicoreng oleh segelintir oknum pendidik (guru) yang tidak bertanggung jawab.
Realitas ini mengandung pesan bahwa dunia guru harus segera melakukan evaluasi ke dalam.
Sepertinya, sudah waktunya untuk melakukan pelurusan kembali atas pemahaman dalam
memposisikan profesi guru.
Kesalahan guru dalam memahami profesinya akan mengakibatkan bergesernya fungsi guru
secara perlahan-lahan. Pergeseran ini telah menyebabkan dua pihak yang tadinya sama-sama
membawa kepentingan dan salng membutuhkan, yakni guru dan siswa, menjadi tidak lagi saling
membutuhkan. Akibatnya suasana belajar sangat memberatkan, membosankan, dan jauh dari
suasana yang membahagiakan. Dari sinilah konflik demi konflik muncul sehingga pihak-pihak
didalamnya mudah frustasi lantas mudah melampiaskan kegundahan dengan cara-cara yang tidak
benar.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan dintaranya
sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Keguruan ?
2. Bagaimana sejarah keguruan di Indonesia ?
3. Wawasan seperti apa yang semestinya dimiliki oleh seorang guru profesional ?
4. Hal-hal apa saja yang berkaitan dengan kode etik guru di Indonesia ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Guru Menurut para ahli
Guru adalah seorang pengajar suatu ilmu, yaitu pendidik profesional dengan tanggung
jawab dan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik. Namun jika dijabarkan lebih luas, apa banyak definisi guru yang lain
menurut pendapat para ahli.

Guru juga bisa diartikan sebagai seorang pengelola kegiatan proses belajar mengajar yang
bertugas untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik agar bisa mencapai tujuan
pembelajaran. Peran guru menjadi sangat krusial dalam menyalurkan ilmu pengetahuan dan
wawasan yang dimiliki kepada siswa atau murid.

Guru merupakan unsur penting dalam keseluruhan sistem pendidikan, maka dari itu mutu
dan kualitas guru haruslah diperhatikan secara baik. Terdapat istilah guru kencing berdiri, murid
kencing berlari, yang berarti bahwa tindakan guru menjadi teladan bagi muridnya, sehingga mutu
dan kualitas guru juga harus baik.

Meski begitu, definisi guru tidak hanya terbatas pada lingkup pendidikan formal saja.
Guru bisa dijumpai di luar sekolah dalam segala aspek kehidupan. Dengan kata lain, guru bisa
diartikan sebagai orang yang mengajar atau memberikan ilmu pada kita, apa pun bidang
pengetahuan atau keahlian yang ditekuni. Di bawah ini akan dibahas apa saja definisi dan
pengertian guru menurut KBBI, secara umum, dan menurut para ahli selengkapnya.

a. Arti Guru Menurut KBBI


Pengertian guru menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) didefinisikan sebagai orang
yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar.
b. Definisi Guru Secara Umum
Pengertian guru secara umum adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini melalui jalur formal pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

Lebih luas lagi, guru dapat diartikan sebagai orang yang mengajar atau memberi ilmu pada
orang lain dalam bidang ilmu dan keahlian apa pun itu, misalnya saja seperti guru SD, guru
matematika, guru silat, guru piano, dan lain sebagainya.
c. Pengertian Guru Menurut Para Ahli
Selain penjelasan di atas, ada beberapa pendapat dari para ahli dan pakar mengenai apa itu
guru. Berikut ini merupakan pengertian guru menurut para ahli secara lengkap.

d. Menurut Husnul Chotimah (2008)


Pengertian guru secara sederhana adalah orang yang memfasilitasi proses peralihan ilmu
pengetahuan dari sumber belajar ke peserta didik.

e. Menurut Dri Atmaka (2004)


Definisi guru (pendidik) adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan
pertolongan kepada anak didik dalam perkembangan baik jasmani maupun rohaninya. Agar
tercapai tingkat kedewasaan mampu berdiri sendiri memenuhi tugasnya sebagai mahluk Tuhan,
mahluk sosial dan mahluk individu yang mandiri.

f. Menurut Mulyasa (2003)


Arti guru (pendidik) harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudka tujuan
pendidikan secara nasional.
g. Menurut Ahmadi (1977)
Guru (pendidik) adalah sebagai peran pembimbing dalam melaksanakan proses belajar
mengajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa merasa aman dan
berkeyakinan bahwa kecakapan dan prestasi yang dicapai mendapat penghargaan dan perhatian
sehingga dapat meningkatkan motivasi berprestasi siswa.

h. Menurut Drs. Moh. Uzer Usman (1996)


Definisi guru adalah setiap orang yang bertugas dan berwenang dalam dunia pendidikan dan
pengajaran pada lembaga pendidikan formal.

i. Menurut Noor Jamaluddin (1978)


Pengertian guru adalah pendidik, orang dewasa yang bertanggung jawab untuk memberikan
bimbingan atau bantuan kepada siswa dalam pengembangan tubuh dan jiwa untuk mencapai
kematangan, mampu berdiri sendiri dapat melaksanakan tugasnya sebagai khalifah Allah di muka
bumi, sebagai makhluk sosial dan individu yang mampu berdiri sendiri.

B. Sejarah Keguruan di Indonesia


Pada zaman dahulu, sebelum agama masuk di Indonesia, seorang yang ingin belajar harus
mengunjungi seorang petapa. Petapa itu mungkin saja yang telah meninggalkan tahta kerajaan
karena sudah tua dan memperdalam masalah kerohanian. Petapa itulah yang disebut juga guru
bagi murid muridnya yang menuntut ilmu ditempat tersebut. Biasanya para murid itu
mengerjakan sawah ladang petapa untuk keperluan hidup sehari-hari.
Pada masa kerajaan Budha/Hindu di Indonesia orang belajar dibiara. Biksu yang mengajar
membaca serta menulis huruf sansekerta dibiara tersebut disebut guru. Untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari mereka bekerja diladang. Para siswa juga meminta sedekah dari
masyarakat untuk membantu kehidupan sehari-hari.
Setelah agama islam masuk di Indonesia orang belajar di pesantren supaya dapat membaca
Alquran dan melakukan salat dengan benar. Ulama yang mengajar dipesantren juga dinamakan
guru. Para siswa biasanya tinggal dirumah ulama tersebut dan membantu bercocok tanam untuk
kebutuhan hidup sehari-hari.
Para pedagang Portugis dan Belanda yang datang di Indonesia umumnya beragama kristen,
selain berdagang mereka juga menyebarkan agama itu. Mempelajari agama kristen, membaca dan
menulis huruf latin. Para pendeta yang mengajarkan agama kristen itu juga disebut guru. Untuk
kepentingan penjajahannya Belanda memerlukan pegawai yang pandai menulis dan membaca
huruf latin. Karena itu mereka mendirikan sekolah dan mengajarkan ilmu pengetahuan yang tidak
berkaitan dengan agama. Inilah awal mula sistem pendidikan modern di Indonesia.

C. Menjadi Guru Profesional


Guru merupakan elemen penting dalam keberhasilan Pendidikan. Oleh karena itu, untuk
menjadi seorang guru wajib memenuhi kualifikasi yang wajib dimiliki oleh seorang guru. Dalam
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen pasal 10,
yang diatur kemudian dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007
Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, menyatakan bahwa ada empat
kompetensi yang harus dimiliki guru.

4 kompetensi guru menurut Undang-Undang di atas adalah:


1) Kompetensi Pedagogik adalah kemampuan atau keterampilan seorang guru mengelola
proses pembelajaran atau interaksi belajar mengajar dengan siswa.
2) Kompetensi Kepribadian berkaitan dengan karakter personal guru yang mencerminkan
kepribadian positif yaitu: supel, sabar, disiplin, jujur, rendah hati, berwibawa, santun,
empati, ikhlas, berakhlak mulia, bertindak sesuai norma sosial & hukum, dan lain
sebagainya.
3) Kompetensi profesional guru adalah Sejauh mana seorang guru menguasai materi
pelajaran yang diampu, berikut struktur, konsep, dan pola pikir keilmuannya.
4) Kompetensi sosial berkaitan dengan keterampilan berkomunikasi, bersikap dan
berinteraksi secara umum, baik itu dengan peserta didik, sesama guru, tenaga
kependidikan, orang tua siswa, hingga masyarakat secara luas.
Hal yang perlu dibutuhkan untuk pengembangan profesionalisme guru adalah program
pengembangan profesionalisme guru. Untuk itu, Guru pintar harus tahu cara meningkatkan
profesionalisme guru. Cara meningkatkan profesionalisme guru dapat dilakukan dengan berbagai
cara. Upaya meningkatkan profesionalisme guru harus didukung banyak pihak seperti:
pemerintah, instansi tempat Guru pintar mengajar, dan diri Guru pintar sendiri. Berikut ini adalah
enam cara meningkatkan profesionalisme guru:
1) Melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi
Salah satu upaya pemerintah meningkatkan profesionalisme guru adalah dengan kualifikasi dan
persyaratan jenjang pendidikan yang lebih tinggi bagi tenaga pengajar mulai tingkat persekolahan
sampai perguruan tinggi. Pemerintah juga mengadakan program-program sehingga guru memiliki
akuntabilitas yang memadai untuk menjalankan perang dan fungsinya dalam mendidik siswa.

2) Aktif mengikuti kegiatan KKG (Kelompok Kerja Guru) dan Komunitas Guru
Strategi pengembangan profesi guru dapat dilakukan dengan mengikuti kegiatan-kegiatan yang
bertujuan untuk meng-upgrade kemampuan dan keterampilan guru. Untuk mendapatkan inspirasi
tidak harus belajar dari seorang profesor atau orang yang memiliki gelar lebih tinggi dari kita.
Justru belajar dari sesama guru yang sudah berhasil mempraktikkan strategi atau terobosan besar
adalah pembelajaran sangatlah penting karena tidak hanya sekedar teori saja.

3) Mengikuti pelatihan yang mendukung kualitas pembelajaran


Pembinaan dan pengembangan profesi guru dapat dilakukan dengan mengikuti pelatihan-
pelatihan. Saat ini banyak sekali pelatihan-pelatihan yang ditujukan untuk meningkatkan
profesionalitas guru baik secara online maupun offline. Guru pintar dapat mengikuti berbagai
pelatihan yang mengajarkan berbagai keterampilan untuk menunjang pembelajaran seperti
pelatihan IT, menggambar, coding, dan lain sebagainya. Jadi untuk menjadi guru yang
professional Guru pintar tidak melulu belajar tentang strategi pembelajaran tetapi harus
diimbangi dengan keterampilan lainnya juga.

4) Banyak Membaca
Buku adalah salah satu sumber belajar tidak hanya bagi siswa, tetapi bagi guru juga. Jangan
sampai Guru pintar hanya menyuruh siswa untuk gemar membaca tanpa memberikan teladan
pada mereka. Guru pintar dapat membaca buku-buku yang mengandung pengetahuan seputar
konten pelajaran, kompetensi pedagogik, cara berkomunikasi, dan lain sebagainya. Sumber
bacaan dapat berasal dari perpustakaan sekolah, koleksi pribadi, artikel, dan juga buku digital
yang dapat diakses dengan internet.
5) Peer Observation and Evaluation
Bentuk kegiatan yang dapat meningkatkan kompetensi guru adalah melalui kegiatan peer
observation and evaluation. Guru pintar tidak perlu malu meminta masukan dari rekan sejawat
tentang cara mengajar, media yang Guru pintar buat, dan juga penilaian yang Guru pintar
laksanakan. Jika ada rekan yang dianggap memiliki keterampilan atau pengetahuan lebih, jangan
segan untuk meminta izin melakukan observasi atau bertanya.

6) Membuat Karya tulis


Hal yang perlu dibutuhkan guru agar berkembang selain mengikuti seminar, membaca buku, dan
bertanya pada orang lain adalah dengan membuat karya tulis. Sebagai seorang guru, Guru pintar
sangat dianjurkan untuk banyak menulis, terutama mengenai tema pendidikan dan pengajaran.
Hasil karya tulisan Guru pintar yang berupa penelitian, artikel, jurnal, atau praktik baik
pengajaran dapat dijadikan dokumentasi atas apa saja yang telah guru pintar lakukan dan juga
salah satu metode untuk meningkatkan kemampuan Guru pintar dalam menuangkan konsep-
konsep dan gagasan. Tanpa Guru pintar sadari karya tulis yang Guru pintar hasilkan dapat
dijadikan portofolio atau bahkan menjadi sumber inspirasi bagi guru-guru lainnya.
Guru pintar, keenam langkah cara meningkatkan kompetensi profesional guru di atas tidak
akan berhasil tanpa kemauan dan komitmen yang kuat. Jangan bosan memotivasi diri sendiri
untuk menjadi seorang guru yang lebih baik lagi.

D. Kode Etik seorang Guru


Kode Etik Guru Indonesia ditetapkan sebagai pedoman bersikap dan berperilaku yang
mengejewantah dalam bentuk nilai-nilai moral dan etika dalam jabatan guru sebagai pendidik.
Setiap guru harus secara sungguh-sungguh menghayati, mengamalkan, serta menjunjung tinggi
Kode Etik Guru Indonesia. Kode Etik Guru Indonesia ditetapkan melalui Keputusan Kongres
XX PGRI VI/KONGRES/X/PGRI.2008. Kode Etik Guru Indonesia juga mengalami beberapa
penyempurnaan sesuai kebutuhan dan perkembangan pendidikan
Kode Etik Guru Indonesia adalah norma dan asas yang disepakati dan diterima oleh guru-
guru Indonesia sebagai pedoman sikap dan perilaku dalam melaksanakan tugas profesi sebagai
pendidik, anggota masyarakat, dan warga negara. Pedoman sikap dan perilaku sebagaimana yang
dimaksudadalah nilai-nilai moral yang membedakan perilaku guru yang baik dan buruk, yang
boleh dan tidak boleh dilaksanakan selama menunaikan tugas-tugas profesionalnya. Kode Etik
Guru Indonesia berfungsi sebagai seperangkat prinsip dan norma moral yang melandasi
pelaksanaan tugas dan layanan profesional guru dalam hubungannya dengan peserta didik,
orangtua/wali siswa, sekolah dan rekan seprofesi, organisasi profesi, dan pemerintah sesuai
dengan nilai-nilai agama, pendidikan, sosial, etika, dan kemanusiaan.

Guru dan organisasi profesi guru bertanggungjawab atas pelaksanaan Kode Etik Guru
Indonesia. Guru dan organisasi guru berkewajiban mensosialisasikan Kode Etik Guru Indonesia
kepada rekan sejawat, penyelenggara pendidikan, masyarakat, dan pemerintah.

Perilaku menyimpang dan atau tidak melaksanakan Kode Etik Guru Indonesia dan
ketentuan perundangan yang berlaku yang berkaitan dengan profesi guru ditetapkan sebagai
pelanggaran. Guru yang melanggar Kode Etik Guru Indonesia dikenai sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan yang berlaku. Jenis pelanggaran meliputi pelanggaran ringan, sedang, dan
berat. Pemberian rekomendasi sanksi terhadap guru yang melakukan pelanggaran terhdap Kode
Etik Guru Indonesia menjadi wewenang Dewan Kehormatan Guru Indonesia. Pemberian sanksi
dilaksanakan objektif, tidak diskriminatif, dan tidak bertentangan dengan anggaran dasar
organisasi profesi serta peraturan perundang-undangan.

Kode Etik Guru Indonesia bersumber dari nilai-nilai agama dan Pancasila, nilai-nilai
kompetensi guru, dan nilai-nilai jatidiri, harkat, dan martabat manusia.

Berikut ini adalah bunyi dari 9 Kode Etik Guru Indonesia terbaru yang telah
disempurnakan. Kode Etik Guru Indonesia :

1. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia pembangun
yang berjiwa Pancasila.
2. Guru memiliki kejujuran Profesional dalam menerapkan Kurikulum sesuai dengan
kebutuhan anak didik masing-masing.
3. Guru mengadakan komunikasi terutama dalam memperoleh informasi tentang anak didik,
tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan.
4. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan orang tua
murid sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik.
5. Guru memelihara hubungan dengan masyarakat disekitar sekolahnya maupun masyarakat
yang luas untuk kepentingan pendidikan.
6. Guru secara sendiri-sendiri dan atau bersama-sama berusaha mengembangkan dan
meningkatkan mutu Profesinya.
7. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru baik berdasarkan
lingkungan maupun didalamhubungan keseluruhan.
8. Guru bersama-sama memelihara membina dan meningkatkan mutu Organisasi Guru
Profesional sebagai sarana pengabdiannya.
9. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan Pemerintah dalam
bidang Pendidikan.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan kajian yang telah dipaparkan, maka yang dapat disimpulkan adalah pada
konsep profesi guru, guru yang professional harus memiliki komitmen dan tidak boleh goyang
oleh selera masyarakat, sebab tugas seorang guru untuk peserta didiknya ialah membantu
opeserta didik untuk belajar, membantu dan membimbing peserta didik dalam
belajar.

Guru dapat digolongkan sebagai sebuah profesi, sebab menjadi guru dituntut memiliki
keahlian yang di mana akan di dapat melalui pendidikan dan latihan. Salah satunya guru adalah
sebagai motivator belajar untuk peserta didik, dalam dunia pendidikan motivasi selalu menjadi
faktor yang dominan dalam ikut menentukan tercapainya atau tidaknya suatu tujuan
pembelajaran.

Guru sebagai sebuag profesi di bidang pendidikan yang memiliki hak dan kewajiban yang
menyangkut dunia pendidikan yang digeluti. Tentunya guru yang professional memilik
kemampuan dalam melaksanakan tugas-tugas keprofessionalannya secara tepat guna dan berhasil
dengan menjalankan tugas utamanya yaitu sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pengarah,
pelatih, penilai dan pengevaluasi siswa. Jadi komponen kompetensi yang harus dimiliki guru
sebagai guru professional adalah harus menguasai bahan materi ajar, kemampuan dalam
mengelola pembelajaran, dan pengetahuan tentang evaluasi.
Daftar Pustaka
Efendi, I., Prawitasari, M., & Susanto, H. (2021). Implementasi Penilaian Pembelajaran
Pada Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Sejarah. Prabayaksa: Journal of History
Education, 1(1), 21-25.

Susanto, H. (2020). Profesi Keguruan. Banjarmasin: FKIP Universitas Lambung


Mangkurat.

Susanto, H., & Akmal, H. (2018). Efektivitas Penggunaan Aplikasi Pembelajaran Berbasis
Mobile Smartphone Sebagai Media Pengenalan Sejarah Lokal Masa Revolusi Fisik Di
Kalimantan Selatan Pada Siswa Sekolah Menengah Atas. HISTORIA: Jurnal Program
Studi Pendidikan Sejarah, 6(2), 197-206.

Susanto, H., Irmawati, I., Akmal, H., & Abbas, E. W. (2021). Media Film Dokumenter
Masuknya Islam Ke Nusantara dan Pengaruhnya Terhadap Keterampilan Berpikir
Kritis Siswa. HISTORIA: Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah, 9(1).

Syaharuddin, S., & Susanto, H. (2019). Sejarah Pendidikan Indonesia (Era Pra
Kolonialisme Nusantara sampai Reformasi). Banjarmasin: FKIP Universitas
Lambung Mangkurat.

Syarnubi, S. (2019). Guru yang bermoral dalam konteks sosial, budaya, ekonomi, hukum
dan agama (Kajian terhadap UU No 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen). Jurnal
PAI Raden Fatah, 1(1), 21-40.

Hamid, A. (2017). Guru Profesional. Al-Falah: Jurnal Ilmiah Keislaman dan


Kemasyarakatan, 17(2), 274-285.

Darmadi, H. (2016). Tugas, peran, kompetensi, dan tanggung jawab menjadi guru
profesional. Edukasi: Jurnal Pendidikan, 13(2), 161-174.

Komara, E. (2016). Perlindungan Profesi Guru di Indonesia. Mimbar Pendidikan, 1(2).


Manizar, E. (2015). Peran guru sebagai motivator dalam belajar. Tadrib, 1(2), 204-222.

Mudhofir, A. (2012). Pendidik profesional: konsep, strategi, dan aplikasinya dalam


peningkatan mutu pendidikan di Indonesia.

Kartowagiran, B. (2011). Kinerja guru profesional (Guru pasca sertifikasi). Jurnal


Cakrawala Pendidikan, 3(3).

Gaffar, M. F. (2007). Guru Sebagai Profesi. Jurnal Administrasi Pendidikan, 5(1).


Muhson, A. (2004). Meningkatkan Profesionalisme Guru: Sebuah Harapan. Jurnal
Ekonomi dan Pendidikan, 1(2).

Anda mungkin juga menyukai