Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam rangka turut serta mencerdaskan kehidupan bangsa, peranan guru sangat
penting sekali untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dan
berakhlak mulia. Kita sadari, bahwa peran guru sampai saat ini masih eksis, sebab
sampai kapanpun posisi atau peran guru tersebut tidak akan bisa digantikan
sekalipun dengan mesin sehebat apapun, mengapa ? Karena, guru sebagai seorang
pendidik juga membina sikap mental yang menyangkut aspek-aspek manusiawi
dengan karakteristik yang beragam dalam arti berbeda antara satu siswa dengan
lainnya. Banyak pengorbanan yang telah diberikan oleh seorang guru semata-mata
ingin melihat anak didiknya bisa berhasil dan sukses kelak. Tetapi perjuangan guru
tersebut tidak berhenti sampai disitu, guru juga merasa masih perlu meningkatkan
kompetensinya agar benar-benar menjadi guru yang lebih baik dan lebih profesional
terutama dalam proses belajar mengajar sehari-hari.
Pada dasarnya terdapat seperangkat tugas yang harus dilaksanakan oleh guru
berhubungan dengan profesinya sebagai pengajar, tugas guru ini sangat berkaitan
dengan kompetensi profesionalnya. Hakikat profesi guru merupakan suatu profesi,
yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak
dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan. Walaupun pada
kenyataannya masih terdapat hal-hal tersebut di luar bidang kependidikan. Namun,
dibalik itu semua juga tersirat suatu dilema profesi ini dimana seringkali guru tidak
menerima penghargaan ataupun perlakuan yang sebanding dengan apa yang telah
dikorbankan. Sebagai seorang yang berprofesi sebagai seorang guru apakah yang
harus kita lakukan? Bagaimana pula sebaiknya kita menyikapi hal ini dengan lebih
arif dan bijaksana? Karangan ini hanyalah sebuah tulisan, namun dengan tulisan ini,
penulis bisa berharap dapat memberikan masukan untuk merefleksikan kembali
pilihan kita.
Sebagaimana telah dimaklumi bahwa dalam lingkup pendidikan yang terkecil yaitu
sekolah, guru memegang peranan yang amat penting dan strategi. Kelancaran proses
seluruh kegiatan pendidikan sekolah terutama disekolah,sepenuhnya berada dalam

1
tanggung jawab para guru. Guru adalah seorang pemimpin yang harus
mengatur,mengawasi dan mengelolah seluruh kegiatan proses pembelajaran di
sekolah yang menjadi lingkup tanggung jawabnya.
Dalam menghadapi tuntunan situasi perkembangan zaman dan pembangunan
nasional System pendidikan nasional harus dapat dilaksanakan secara tepat guna
dan hasil guna dalam berbagai aspek dimensi,jenjang dan tingkat
pendidikan.keadaan semacam itu pada giliranya akan menuntut para pelaksana
dalam bidang pendidikan diberbagai jenjang untuk mampu menjawab tutunan
tersebut melalui fungsi-fungsinya sebagai guru.
Guru memegang peranan yang sangat penting dan strategis dalam upaya membentuk
watak bangsa dan mengembangkan potensi siswa dalam kerangka pembangunan
pendidikan di Indonesia.tampaknya kehadiran Guru hingga saat ini hingga terakhir
hanya nanti tidak dapat digantikan oleh orang lain.terlebih pada masyarakat
Indonesia yang multi cultural dan multibudaya,kehadiran teknologi tidak dapat
menggantikan posisi guru yang cukup kompleks dan unik.
Oleh sebab itu,diperlukan guru yang memiliki kemampuan yang maksimal untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional dan diharapkan berkesinambungan
sehingga mereka dapat meningkatkan kompetensinya .,baik kompetensii
pedagogik,kepribadian ,sosial maupun professional. Petugas yang professional
adalah petugas yang memiliki keahlian ,tanggung jawab.
Keberadaan guru profesional  sangat jauh dari yang telah dicita – citakan saat ini.
Dengan menjamurnya sekolah – sekolah yang rendah mutunya memberitahukan
bahwa guru profesional hanya sebuah wacana public yang belum teralisasi secara
merata dalam seluruh tingkat pendidikan yang ada di Indonesia. Hal tersebut telah
memberikan bukti tentang keprihatinan yang tidak hanya datang dari kalangan
pelajar/ akademis tetapi orang awam saat ini mulai mengomentari ketidakberesan
pendidikan dan tenaga pengajar yang sudah ada. Kenyataan tersebut menggugah
kalangan akademis sehingga mereka akan lebih berupaya meningkatkan ualifikasi
guru melalui pemberdayaan dan peningkatan profesionalisme guru dengan pelatihan
sehingga guru memiliki kualifikasi pendidikan minimal Strata 1.
Tantangan pada masa depan sistem pendidikan di Indonesia tidak semata – mata
menyangkut upaya untuk meningkatkan mutu dan efisiensi pendidikan secara

2
internal/ dari dalam, tetapi juga dituntut untuk meningkatkan kesesuaian pendidikan
dengan aneka aspek kehidupan lain yang semakin kompleks ( Danin, 2002 : 17 ).
Oleh karena itu perlu program pengembangan tenaga kependidikan penting untuk
dirancang secara cermat dan tepat.  Dunia pendidikan dituntut untuk menghasilkan
Sumber Daya Manusia yang sesuai dengan kemajuan teknologi dan budaya yang
berkembang dalam masyarakat. Hal ini disebabkan karena pendidikan merupakan
upaya untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Guru sebagai bagian dari
organisasi sekolah memiliki kewajiban untuk melaksanakan serangkaian tugas
sesuai dengan fungsi yang harus dijalankannya. Sebagai seorang manajer proses
belajar mengajar guru berkewajiban member pelayanan kepada siswanya terutama
alam kegiatan pembelajaran di kelas. Tanpa menguasai materi pelajaran, strategi
pembelajaran dan pembimbingan kepada siswa untuk mencapai prestasi yang tinggi,
maka guru tidak mungkin dapat mencapai kualitas pendidikan yang maksimal
( Suhardan, 2007 : 4 ). Oleh karena itu disusunlah makalah ini dimana didalamnya
menerangkan tentang bagaimana seorang guru menjadi profesional, apa saja yang
harus dilakukan dan sebagainya.
Seorang guru yang mengajar karena panggilan jiwanya, ada misi untuk
mengantarkan mereka (anak didiknya) kepada kehidupan yang lebih baik secara
intelektualdan sosial bukan sekedar karena profesi gurulah pekerjaan yang paling
mudah didapatkan. Maka ia akan bisa mengalirkan energi kecerdasan, kemanusiaan,
kemuliaan, dan keislamanyang besar dalam dada setiap muridnya, bahkan sesudah
ia meninggal. Guru yang mengajar dengan mental seorang pendakwah sekaligus
pengasuh, bukan dengan mental tukang teriak untuk mendapat upah bulanan
bernama gaji, akan mampu menyediakan cadangan energi agar tetap lembut
menghadapi murid yang membuat kening berkerut.
Guru selalu mendarma baktikan tenaga dan pikirannya demi kemajuan pendidikan,
dan mereka juga ikhlas dalam melakukannya. Guru juga tidak menuntut balas jasa,
karena pekerjaannya itu bukan bisnis yang harus ada kalkulasi untung dan rugi. Tapi
yang dituntut guru cuma satu, yakni keadilan akan haknya sebagai warga negara,
sebagai pegawai, dan sebagai pemangku profesi yang sangat mulia dan berat sekali
tanggung jawabnya.

3
Oleh karena itu dalam sejarah pendidikan, tentu seorang gurulah yang paling awal
muncul, baru kemudian murid dan infrastruktur lain yang terkait dengan paradigma
pengelolaannya. Setelah terciptanya pendidikan baru kemudian berkembang
kurikulum yang berkaitan dengan manajemen lembaga pendidikan, seperti
bangunan sekolah, kepala sekolah, karyawan, hingga sampai pada perdana mentri
pendidikan. Sebuah reposisi guru sangay diperlukan karena perannya tidak lagi
hanya sebagai “pengabdi” pendidikan yang dicekoki rutinitas, tapi harus menjadi
“pendidik murni” yang mendapatkan kesempata-kesempatan yang luas untuk
mengembangkan sendiri pola pembelajarannya dan meningkatkan kualitas pribadi
sehingga bisa menghasilkan anak didik yang cerdas dan bermoral

1.2 Rumusan Masalah


Dalam permasalahan ini penulis lebih menekankan sejauh mana peran pendidik
dalam upaya peningkatan kualitas pendidik dalam mutu pendidikan terkait dengan
semakin majunya sistem pendidikan dan semakin sulitnya mencari lapangan
pekerjaan. Pertanyaan dari masalah yang menjadi analisa dalam penelitian
diformulasikan dengan pertanyaan – pertanyaan di bawah ini:
1. Apa pengertian dari guru profesional ?
2. Apa saja kriteria dari guru profesional ?
3. Mengapa guru profesional perlu ditingkatkan ?
4. Apa saja unsur-unsur guru profesional ?

1.3 Tujuan Penulisan


Penulis menyusun karya tulis ilmiah ini dengan tujuan :
Makalah ini disusun selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia,
juga untuk menambah wawasan kita mengenai profesionalisme seorang Guru,dan
diharapkan kita menjadi guru yang professional.
Beberapa tujuan penulisan ini antara lain :
1. Untuk mengetahui pengertian guru profesional.
2. Untuk mengetahui kriteria dari guru profesional.
3. Untuk mengetahui mengapa guru profesional perlu ditingkatkan.
4. Untuk mengetahui apa saja unsur-unsur dari guru profesional

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar dan Prosedur Pelaksanaan


Pendidikan merupakan salah satu hak dasar manusia sebagai insan yang
dikaruniai akal pikiran, manusia membutuhkan pendidikan dalam proses hidupnya.
Dari mulai lahir hingga dewasa akan selalu membutuhkan pendidikan. Seperti
ketika manusia dapat berjalan pada masa balita. Disana ada proses belajar yang
dibimbing oleh orang tua sebagai pendidik manusia untuk pertama kali. Lebih jauh,
ketika harus berinteraksi dengan mayarakat, manusia memerlukan pendidikan agar
dapat bermanfaat dan memiliki keterampilan yang dibutuhkan.
Pendidikan dapat dipahami sebagai usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Pendidikan adalah membentuk
manusia yang berkarakter dengan intektual, moral, dan budaya maka akan menarik
jika ditelusuri perkembangan budaya Indonesia melalui sejarah pendidikannya.

2.1.1 Pengertian Guru Profesional


Pengertian Guru - Dalam proses belajar mengajar guru adalah orang
yang memberikan pelajaran. Dalam kamus bahasa Indonesia, guru diartikan
“orang yang kerjanya mengajar”. (Purwanarminta, 1984: 335) Guru adalah
salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut
berperan serta dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang
potensial di bidang pembangunan”. 
Definisi guru (Sardiman, 2001:123)  Guru adalah semua orang yang
berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik
secara individual maupun secara klasikal, baik di sekolah maupun di luar
sekolah” (Djamarah, 1994:33). Pada  sisi lain , Djamarah berpendapat “guru

5
adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk
membimbing dan membina anak didik, baik secara individual maupun
klasikal di sekolah maupun di luar sekolah” (Djamarah, 2000:32).
Latar belakang pendidikan seorang guru dari guru lainnya terkadang
tidak sama dengan pengalaman pendidikan yang pernah dimasuki selama
jangka waktu tertentu. Perbedaan latar belakang pendidikan akan
mempengaruhi kegiatan guru dalam melaksanakan kegiatan interaksi belajar
mengajar. Tetapi, karena banyaknya guru   yang dibutuhkan di madrasah-
madrasah maka latar belakang pendidikan seseorang seringkali tidak
dipertimbangkan.
Satu tenaga pendidik atau guru yang mengabdi pada sistem negara. Yang
menentukan nasib maju mundurnya satu negara.mewariskan kebudayaan
yang menentukan komponen suatu kualitas sumber budaya manusia. Tidak
hanya itu gurupun sebagai agen penggerak agar dapat meningkatkan taraf
hidup masyarakat agar menuju lebih baik. Melalui Pendidik kepada generasi
muda yaitu peserta didik. Guru akan senantiasa menjadi panutan kepada anak
didiknya. Mereka akan menuruti apa yang gurunya ajarkan. Guru tersebut
senantiasa memiliki kemampuan dan keahlian dalam mengatur, membimbing
atau mengarahkan anak didik sebaik-baiknya. Sehingga guru yang
mempunyai kemampuanseperti itula yang dikataka guru propesional. 
Rice dan Bishprick menyebutkan bhwa seorang guru profesional mam pu
mengelola dirinya sendiri dalam tugasnya sehari-hari. Profesionalisasi guru
yang disebutkan oleh kedua pasangan penulis dikatakan sebagai salah sat
proses pergerakan dari ketidak tahuan (ignorance), menjadi tahu, atau dari
ketidak matangan menjadi matang (immaturity), dari diarahkan orang lain
menjadi mengarah sendiri. Peningkatan mutu pendidikan yang ber basis
sekolah (MPMBS) mempersaratkan adanya guru-guru yang mempunyai
pengetahuan luas, kematangan, dan mempu menggerrakan dirinya sendiri
untuk meningkakan mutu pendidikan, kebenaran apa bila seorangguru
mampu mengelola dirinya sendiiri diapun akan mampu mengelola orang lain,.
Tapi tidak kebalikannya. Dengan guru yang bisa mengelola dirinya sendiri
dia akan mampu mengembangka kemampuan yang dimilikinya. Sedangkan

6
Glickman (1981) mengatakan bahwa seorang akan bekerja profesional
apabila dia mempunyai kemampuan (abilit) dan (motivation).
Pengertiannya seorang akan bekerja profesional apabila mempunyai
kemampuan kerja yang tinggi disertai kesungguhan hati mengerjakan dngan
baik. Masih dengan pernyataan Glickman sama dengan pemikirannya diatas
seorng guru akan bekerja profesional apa bila iya memiliki kemampuna tinggi
(high level of abstract) atau motivasi tinggi (high level of commitment)
pertanyaan yang sangat tepat jika seorang dengan kemampuan yang tinggi
tidak disertai dengan motivasi yang tinggi pula mungkin tidak ada hasilnya.
Contoh : seorang guru yang pandai dalam memberikan penjelasan kepada
orang lain, dan diapun mampu menerapkan ilmu yang didapat dalam
kehidupan sehari-hari, tapi seorang guru tersebut tidak mempunyai motivasi
yang tinggi, tentunya dia tidak akan bekerja sungguh-sungguh dalam
pekerjaannya.
Meski banyak teori yang menjelaskan tentang guru profesional, akan tetapi
dalm kaitan implementasi p[eningkatan mutu pendidikan, yang berdasarkan
pada teori-teori tersebut, kesimpulannya bahwa guru yang profsional adalah
guru yang mempunyai visi dan misi yang tepat dan inovatif.

2.1.2 Kriteria dari Guru Profesional


Berikut beberapa ciri guru yang profesional yang mungkin dapat menjadi
patoan bagi anda para guru untuk mengembagkan diri sehingga benar-benar
profesional. Sehingga tidak dianggap hanya profesional dalam hal tunjangan
saja.
1. Selalu punya energi untuk siswanya
Seorang guru yang baik menaruh perhatian pada siswa di setiap
percakapan atau diskusi dengan mereka. Guru yang baik juga punya
kemampuam mendengar dengan seksama.
2. Punya tujuan jelas untuk Pelajaran
Seorang guru yang baik menetapkan tujuan yang jelas untuk setiap
pelajaran dan bekerja untuk memenuhi tujuan tertentu dalam setiap kelas.

7
3. Punya keterampilan mendisiplinkan yang efektif
Seorang guru yang baik memiliki keterampilan disiplin yang efektif
sehingga bisa mempromosikan perubahan perilaku positif di dalam kelas.
4. Punya keterampilan manajemen kelas yang baik
Seorang guru yang baik memiliki keterampilan manajemen kelas yang
baik dan dapat memastikan perilaku siswa yang baik, saat siswa belajar
dan bekerja sama secara efektif, membiasakan menanamkan rasa hormat
kepada seluruh komponen didalam kelas.
5. Bisa berkomunikasi dengan Baik Orang Tua
Seorang guru yang baik menjaga komunikasi terbuka dengan orang tua
dan membuat mereka selalu update informasi tentang apa yang sedang
terjadi di dalam kelas dalam hal kurikulum, disiplin, dan isu lainnya.
Mereka membuat diri mereka selalu bersedia memenuhi panggilan
telepon, rapat, email dan sekarang, twitter.
6. Punya harapan yang tinggi pada siswa nya
Seorang guru yang baik memiliki harapan yang tinggi dari siswa dan
mendorong semua siswa dikelasnya untuk selalu bekerja dan
mengerahkan potensi terbaik mereka.
7. Pengetahuan tentang Kurikulum
Seorang guru yang baik memiliki pengetahuan mendalam tentang
kurikulum sekolah dan standar-standar lainnya. Mereka dengan sekuat
tenaga memastikan pengajaran mereka memenuhi standar-standar itu.
8. Pengetahuan tentang subyek yang diajarkan
Hal ini mungkin sudah jelas, tetapi kadang-kadang diabaikan. Seorang
guru yang baik memiliki pengetahuan yang luar biasa dan antusiasme
untuk subyek yang mereka ajarkan. Mereka siap untuk menjawab
pertanyaan dan menyimpan bahan menarik bagi para siswa, bahkan
bekerja sama dengan bidang studi lain demi pembelajaran yang
kolaboratif.

8
9. Selalu memberikan yang terbaik untuk Anak-anak dan proses
Pengajaran
Seorang guru yang baik bergairah mengajar dan bekerja dengan anak-
anak. Mereka gembira bisa mempengaruhi siswa dalam kehidupan
mereka dan memahami dampak atau pengaruh yang mereka miliki dalam
kehidupan siswanya, sekarang dan nanti ketika siswanya sudah beranjak
dewasa.
10. Punya hubungan yang berkualitas dengan Siswa
Seorang guru yang baik mengembangkan hubungan yang kuat dan saling
hormat menghormati dengan siswa dan membangun hubungan yang
dapat dipercaya.

2.1.3 Alasan Guru Profesional Perlu Ditingkatkan


Banyak alasan yang mendasari mengapa profesionalisme guru itu perlu
ditingkatkan, karena ini berhubungan langsung dengan upaya peningkatan
mutu pendidikan. Apabila diinginkan suatu hasil pendidikan yang berkualitas
maka semua komponen yang terkait dengan pendidikan tersebut juga harus
ditingkatkan salah satunya yaitu guru.
Pentingnya peningkatan kemampuan profesional guru dapat ditinjau dari
berbagai sudut pandang. Pertama, ditinjau dari perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang sangat pesat, berbagai metode dan media baru dalam
pembelajaran telah berhasil dikembangkan.
Demikian pula halnya dengan pengembangan materi dalam rangka
pencapaian target kurikulum harus seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Semua itu harus dikuasai oleh guru dan kepala
sekolah, sehingga mampu mengembangkan pembelajaran yang dapat
membawa anak didik menjadi lulusan yang berkualitas tinggi. Dalam rangka
itu, peningkatan profesional guru perlu dilakukan secara kontinu seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pendidikan. Suatu
contoh, disaat ini banyak guru yang menggunakan media LCD dalam
kegiatan belajar mengajar, apabila guru tersebut tidak menguasai teknologi

9
maka ia akan tertinggal oleh guru-guru yang memang menguasai IPTEK, ia
hanya menulis di papan kemudian para siswa mencatat. Selain itu, di era
seperti ini banyak informasi-informasi yang disajikan lewat internet. Apabila
guru gagap teknologi maka ia akan ketiggalan informasi yang seharusnya
wajib ia ketahui.
Kedua, ditinjau dari kepuasan dan moral kerja. Sebenarnya peningkatan
kemampuan profesional guru merupakan hak setiap guru. Artinya, setiap
pegawai berhak mendapat pembinaan secara kontinu, apakah dalam bentuk
supervisi, studi banding, tugas belajar, maupun dalam bentuk lainnya.
Pemenuhan hak tersebut, bilamana dilakukan dengan sebaik-baiknya, guru
tidak hanya semakin mampu dan terampil dalam melaksanakan tugas-tugas
profesionalnya, melainkan juga semakin puas, memiliki moral atau semangat
kerja yang tinggi, dan berdisiplin.
Ketiga, ditinjau dari keselamatan kerja. Banyak aktivitas pembelajaran di
sekolah yang bilamana tidak dirancang dan dilakukan secara hati-hati oleh
guru mengandung risiko yang tidak kecil. Aktivitas pembelajaran yang
mengandung risiko tersebut banyak ditemukan pada mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam, khususnya pada pokok-pokok bahasan yang dalam proses
pembelajarannya menuntut keaktifan siswa dan atau guru menggunakan
bahan-bahan kimia. Bilamana pembelajarannya tidak dirancang dan
dilaksanakan secara profesional, tidak menutup kemungkinan terjadi adanya
kecelakaan-kecelakaan tertentu, seperti peledakan bahan kimia, tersentuh
jaringan listrik, dan sebagainya. Dalam rangka mengurangi terjadinya
berbagai kecelakaan atau menjamin keselamatan kerja, pembinaan terhadap
guru perlu dilakukan secara kontinu.
Keempat, peningkatan kemampuan profesional guru sangat dipentingkan
dalam rangka manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah. Sebagaimana
ditegaskan bahwa salah satu ciri implementasi manajemen peningkatan mutu
berbasis sekolah adalah kemandirian dari seluruh stakeholder sekolah, salah
satunya dari guru. Kemandirian guru akan tumbuh bilamana ada peningkatan
kemampuan profesional kepada dirinya.

10
Jadi, dari uraian di atas sudah jelas bahwa peningkatan profesionalisme
guru memang sangat penting, baik ditinjau dari perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, dari kepuasan dan moral kerja, dari keselamatan
kerja serta dalam rangka manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah.
2.1.4 Unsur-unsur dari Guru Profesional
 Memiliki Ketrampilan mengajar yang baik
Guru yang mempunyai kompetensi pedagogik tinggi adalah guru yang
senantiasa mempunyai ketrampilan mengajar yang sangat baik, yaitu
dengan berbagai cara dalam memilih model, strategi dan metode
pembelajaran yang tepat sesuai dengan karakteristik Kompetensi Dasar
dan karakteristik peserta didiknya.
 Memiliki Wawasan yang luas
Seorang Guru hendaknya secara terus menerus mengembangkan dirinya
dengan meningkatkan penguasaan pengetahuan secara terus menerus
sehingga pengetahuan yang dimilikinya senantiasa berkembang
mengikuti perkembangan jaman.
 Menguasai Kurikulum
Kurikulum dapat berubah sesuai dengan kebutuhan pengguna lulusan
dan masukan para pakar. Saat ini di semua satuan tingkat pendidikan
menerapkan KBK/KTSP, sehingga dalam implementasi KBK guru
memposisikan sebagai fasilisator dalam proses pembelajaran.
 Menguasai media pembelajaran
Guru profesional harus mampu menguasai media pembelajaran,
Pengembangan alat/media pembeljaran dapat berbasis kompetensi lokal
maupun modern dan berbasi ICT. Saat ini Dinas Pendidikan Kota /
Kabupaten telah mewajibkan guru tersertifikasi memiliki laptop guna
meningkatkan kuaitas pembelajaran.
 Penguasaan teknologi
Penguasaan teknologi mutlak diperlukan oleh guru. Guru hendaknya
menguasai materi dan sekaligus metode penelitiannya sesuai dengan
kedalaman materi yang diajarkan. jaringan dengan Perguruan Tinggi,
Lembaga Penelitian dan Instansi yang terkait lainnya.

11
 Memiliki kepribadian yang baik 
Jika seorang pendidik mempunyai karakter seperti diatas, akan disenangi
oleh peserta didik, dengan sendirinya akan disenangi ilmu yang
diajarkannya juga. Banyak siswa yang membenci suatu ilmu atau materi
pembelajaran karena watak gurunya yang keras, kasar dan cara mengajar
guru yang sulit. Nah dan disisi lain pula siswa menyukai dan terarik
untuk mempelajari suatu ilmu atau mata pelajaran, karena cara perlakuan
yang baik, kelembutan, keteladanannya yang indah dari gurunya.
 Menjadi teladan yang baik
Guru hendaknya menjadi teladan yang baik bagi peserta didiknya. Untuk
memperoleh jawaban tentang ciri-ciri ideal seorang guru yang dapat
dijadikan teladan oleh peserta didik, peling tidak harus melakukan
pendekatan terhadap peserta didiknya.

2.2 Tujuan dan Manfaat


Manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah agar pendidik melaui
pemahaman akan fungsi tugas dan perannya bisa meningkatkan kemampuan
mendidik atau mengajar terhadap anak didiknya serta mampu mengembangkan
potensi diri peserta didik, mengembangkan kreativitas dan mendorong adanya
penemuan keilmuan dan teknologi yang inovatif, sehingga para siswa mampu
bersaing dalam masyarakat global.

2.3 Karakteristik
Guru merupakan suatu pekerjaan profesional. Untuk dapat melaksanakan
tugastersebut dengan baik, selain harus memenuhi syarat-syarat kedewasaan, sehat
jasmani dan rohani, guru juga harus memiliki ilmu dan kecakapan-keterampilan
keguruan. Ilmu dan kecakapan-keterampilan tersebut diperoleh selama menempuh
pelajaran di lembaga pendidikan guru.
Ada beberapa karakter yang harus dimilki oleh Guru Profesional, yaitu:
1. Guru selalu membuat perencanaan mengajar yang konkret dan rinci yang
digunakan sebagai pedoman dalam KBM. Ini sebenarnya sudah biasa
dilakukan guru, karena sekalipun format berubah-ubah, pada prinsipnya

12
persiapan mengajar guru sudah diwajibkan sejak lama. Saat ini tinggal
melakukan berbagai adaptasi saja dari perubahan yang diinginkan.
2. Guru berusaha menempatkan siswa sebagai subyek belajar, guru sebagai
pelayan, fasilitator, dan mitra siswa agar siswa dapat mengalami proses belajar
bermakna. Ketika guru memposisikan diri sebagai mitra belajar siswa
merupakan hal baru, karena Selama ini guru adalah sebagai pusat perhatian
siswa. Guru masih sebagai orang sumber belajar utama, dan ada anggapan
bahwa guru harus tahu semuanya. Untuk sekolah di pedesaan, guru masih
sebagai figure sentral dalam KBM, bahkan dipandang sebagai tokoh
masyarakat. Mungkin sedikit agak berbeda dengan guru di perkotaan, karena
para siswa memiliki sumber belajar yang lebih bervariasi dan teknologi
informasi menjadi pilihan alternative, maka peran guru sebagian sudah dapat
digantikan oleh teknologi informasi tersebut.
3. Guru dapat bersikap kritis, teguh, dalam membela kebenaran dan bersikap
inovatif. Untuk dapat bersikap kritis, guru dituntut memiliki pengetahuan yang
cukup, menguasai subtansi materi pelajaran dengan baik, memiliki motifasi
luas tentang pendidikan dan kehidpan masyarakat, serta memahami arah dan
kebijakan politik pendidikan yang terus berubah sesuai dengan tuntutan
zamannya.
4. Guru juga bersikap dinamis dalam mengubah pola pembelajaran (peran siswa,
peran guru, dan gaya mengajarnya). Peran siswa digeser dari citra ‘konsumen’
gagasan (menyalin, mendengar, menghafal, mencatat) menjadi citra ‘produsen’
atau ‘pembangun’ gagasan (bertanya, meneliti, menganalisis, mengarang,
menulis kisah sejarah).
5. Guru juga berani meyakinkan pihak lain (kepala sekolah, orangtua, dan
masyarakat) tentang rancangan inovasi yang akan dilakukan, dengan
argumentasi logis-kritis. Untuk dapat melakukan itu, guru harus belajar secara
terus menerus, agar dapat memiliki pengetahuan yang komprehensif, sehingga
langkah inovasi merupakan bagian dari sikap kritis terhadap tuntutan
perubahan.
6. Guru harus kreatif membangun dan menghasilkan karya pendidikan seperti :
tulisan ilmiah, pembuatan alat bantu belajar, menganalisis bahan ajar,

13
organisasi kelas dsb.Proses kreatif seperti ini berjalan secara simultan dengan
proses pembelajaran. Kreatifitas harus dapat menunjang keefektifan
pembelajaran.

Dalam melaksanakan tugasnya ini, guru yang ucapan dan tingkah lakunya tidak
dapat digugu dan ditiru, tidak akan dapat memerankan tugasnya dengan baik.
Dengan demikian, guru dapat diartikan sebagai orang yang tugasnya mengajar,
mendidik, dan melatih peserta didik, serta memenuhi kompetensi sebagai orang
yang patut digugu dan ditiru dalam ucapan dan tingkah lakunya.

Karakteristik guru yang professional sedikitnya ada lima karakteristik dan


kemampuan professional guru yang harus dikembangkan, yaitu:

1. Menguasai kurikulum
2. Menguasai materi semua mata pelajaran
3. Terampil menggunakan multi metode pembelajaran
4. Memiliki komitmen yang tinggi terhadap tugasnya
5. Memiliki kedisiplinan dalam arti yang seluas-luasnya

2.4 Pemecahan Masalah


Profesionalisme guru merupakan acuan yang sangat penting bagi peningkatan
dunia pendidikan. Banyak cara yang dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme
guru. Jalan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan Profesionalisme guru antara
lain:
1. Peningkatan kesejahteraan. Agar seorang guru bermartabat dan mampu
"membangun" manusia muda dengan penuh percaya diri, guru harus memiliki
kesejahteraan yang cukup seperti gaji yang memadai. Perlu ditata ulang sistem
penggajian guru agar gaji yang diterimanya setiap bulan dapat mencukupi
kebutuhan hidup dirinya dan keluarganya dan pendidikan putra-putrinya.
Dengan penghasilan yang mencukupi, tidak perlu guru bersusah payah untuk
mencari nafkah tambahan di luar jam kerjanya. Guru akan lebih berkonsentrasi
pada profesinya, tanpa harus mengkhawatirkan kehidupan rumah tangganya
serta khawatirakan pendidikan putra-putrinya. Guru mempunyai waktu yang
cukup untuk mempersiapkan diri tampil prima di depan kelas. Jika mungkin,

14
seorang guru dapat meningkatkan profesinya dengan menulis buku materi
pelajaran yang dapat dipergunakan diri sendiri untuk mengajar dan membantu
guru-guru lain yang belum mencapai tingkatnya. Hal ini dapat lebih
mensejahterakan kehidupan guru dan akan lebih meningkatkan status sosial
guru. Guru akan lebih dihormati dan dikagumi oleh anak didiknya. Jika anak
didik mengagumi gurunya maka motivasi belajar siswa akan meningkat dan
pendidikan pasti akan lebih berhasil.
2. Kurangi beban guru dari tugas-tugas administrasi yang sangat menyita waktu.
Sebaiknya tugas-tugas administrasi yang selama ini harus dikerjakan seorang
guru, dibuat oleh suatu tim di Diknas atau Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP) yang disesuaikan dengan kondisi daerah dan bersifat fleksibel (bukan
harga mati) lalu disosialisasikan kepada guru melalui sekolah-sekolah. Hal ini
dapat dijadikan sebagai pegangan guru mengajar dalam mengajar dan
membantu guru-guru pemula untuk mengajar tanpa membebani tugas-tugas
rutin guru.
3. Penyelenggaraan pelatihan dan sarana. Salah satu usaha untuk meningkatkan
profesionalitas guru adalah pendalaman materi pelajaran melalui pelatihan-
pelatihan. Beri kesempatan guru untuk mengikuti pelatihan-pelatihan tanpa
beban biaya atau melengkapi sarana dan kesempatan agar guru dapat banyak
membaca buku-buku materi pelajaran yang dibutuhkan guru untuk
memperdalam pengetahuannya.
4. Pembinaan perilaku kerja. Studi-studi sosiologi sejak zaman Max Weber di
awal abad ke-20 dan penelitian penelitian manajemen dua puluh tahun
belakangan bermuara pada satu kesimpulan utama bahwa keberhasilan pada
berbagai
wilayah kehidupan ternyata ditentukan oleh perilaku manusia, terutama
perilaku kerja.
5. Penciptaan waktu luang. Waktu luang (leisure time) sudah lama menjadi
sebuah bagian proses pembudayaan. Salah satu tujuan pendidikan klasik
(Yunani-Romawi) adalah menjadikan manusia makin menjadi "penganggur
terhormat", dalam arti semakin memiliki banyak waktu luang untuk
mempertajam intelektualitas (mind) dan kepribadian (personal).

15
6. Memahami tuntutan standar profesi yang ada. Upaya memahami tuntutan
standar profesi yang ada (di Indonesia dan yang berlaku di dunia) harus
ditempatkan sebagai prioritas utama jika guru kita ingin meningkatkan
profesionalismenya. Hal ini didasarkan kepada beberapa alasan sebagai
berikut: Pertama, persaingan global sekarang memungkinkan adanya mobilitas
guru secara lintas negara. Kedua, sebagai profesional seorang guru harus
mengikuti tuntutan perkembangan profesi secara global, dan tuntutan
masyarakat yang menghendaki pelayanan vang lebih baik. Cara satu-satunya
untuk memenuhi standar profesi ini adalah dengan belaiar secara terus menerus
sepanjang hayat, dengan membuka diri yakni mau mendengar dan melihat
perkembangan baru di bidangnya.
7. Mencapai kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan, Kemudian upaya
mencapai kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan juga tidak kalah
pentingnya bagi guru. Dengan dipenuhinya kualifikasi dan kompetensi yang
memadai maka guru memiliki posisi tawar yang kuat dan memenuhi syarat
yang dibutuhkan. Peningkatan kualitas dan kompetensi ini dapat ditempuh
melalui in-service tarining dan berbagai upaya lain untuk memperoleh
sertifikasi
8. Membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas termasuk lewat
organisasi profesi. Upaya membangun hubungan kesejawatan yang baik dan
luas dapat dilakukan guru dengan membina jaringan kerja atau networking.
Guru harus berusaha mengetahui apa yang telah dilakukan oleh sejawatnya
yang sukses
9. Mengembangkan etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan pelayanan
bermutu tinggi kepada konstituen, Selanjutnya upaya membangun etos kerja
atau budaya kerja yang mengutamakan pelavanan bermutu tinggi kepada
konstituen merupakan suatu keharusan di zaman sekarang. Semua bidang
dituntut untuk memberikan pelayanan prima. Guru pun harus memberikan
pelayanan prima kepada konstituennya yaitu siswa, orangtua dan sekolah
sebagai stakeholder. Terlebih lagi pelayanan pendidikan adalah termasuk
pelayanan publik vang didanai. diadakan, dikontrol oleh dan untuk kepentingan

16
publik. Oleh karena itu guru harus mempertanggungjawabkan pelaksanaan
tugasnya kepada publik.
10. Mengadopsi inovasi atau mengembangkan kreativitas dalam pemanfaatan
teknologi komunikasi dan informasi mutakhir agar senantiasa tidak ketinggalan
dalam kemampuannya mengelola pembelajaran. Guru dapat memanfaatkan
media dan ide-ide baru bidang teknologi pendidikan seperti media presentasi,
komputer (hard technologies) dan juga pendekatan-pendekatan baru bidang
teknologi pendidikan (soft technologies). Upaya-upaya guru untuk
meningkatkan profesionalismenya tersebut pada akhirnya memerlukan adanya
dukungan dari semua pihak yang terkait agar benar-benar terwujud. Pihak-
pihak yang harus memberikan dukungannya tersebut adalah organisasi profesi
seperti PGRI, pemerintah dan juga masyarakat.

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sikap dan perilaku guru yang
profesional adalah mampu menjadi teladan bagi para peserta didik, mampu
mengembangkan kompetensi dalam dirinya, dan mampu mengembangkan potensi
para peserta didik. Sikap dan perilaku guru yang profesional mencakup enam belas
pilar dalam pembangun karakter. Keenam belas pilar tersebut, yakni kasih sayang,
penghargaan, pemberian ruang untuk mengembangkan diri, kepercayaan, kerjasama,
saling berbagi, saling memotivasi, saling mendengarkan, saling berinteraksi secara
positif, saling menanamkan nilai-nilai moral, saling mengingatkan dengan ketulusan
hati, saling menularkan antusiasme, saling menggali potensi diri, saling mengajari
dengan kerendahan hati, saling menginsiprasi, saling menghormati perbedaan.
Sikap dan perilaku guru dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang
mempengaruhinya berupa faktor eksternal dan internal. Oleh karena itu pendidik
harus mampu mengatasi apabila kedua faktor tersebut menimbulkan hal-hal yang
negatif.
Manusia modern dihadapkan pada pekerjaan yang dilatarbelakangi oleh pendidikan
apa yang dia capai. Lulusan fakultas teknik akan menjalani profesi sebagai Insinyur,
Lulusan fakultas Kedokteran akan menjalani profesi sebagai dokter, Fakultas
Ekonomi akan menjalani profesi sebagai Akuntan, Ekonom, atau seorang Lulusan
Pendidikan Keguruan, akhirnya menjadi seorang guru yang dalam undang-undang
No. 14/2005 tentang guru dan dosen sebagai Profesi Guru.
Profesi memiliki konsekuensi, bukan saja kompetensi akademik, sosial, atau
kompetensi kompetensi lainnya. Melainkan juga melekat apa yang disebut sebagai
kaum profesional. Guru adalah sebutan akhir yang kita kategorikan sebagai
golongan kaum profesional. Nasib profesional guru tidaklah secepat cemerlang
profesi yang telah ada dulu. Mengapa demikian
Secara historis, keberadaan kaum pendidik di Indonesia memang telah ada sejak
zaman penjajahan Belanda. Belanda menyekolahkan kaum priyai, untuk
menghindari penggunaan guru-guru asal Belanda dalam mendidik para siswa di

18
tanah jajahannya. Bisa dibayangkan berapa besar dana yang dikeluarkan jika Kaum
belanda harus mengimpor guru langsung dari Belanda. Anggaran untuk bayar gaji,
penginapan, transportasi dll akan menguras kas Belanda. Kondisi demikian lantas
diakali dengan memilih pribadi dan warga terbaik untuk menjadi guru

3.2 Saran
1. Guru yang profesional tidak hanya tahu akan tugas, peranan dan
kompetensinya. Namun dapat melaksanakan apa-apa yang menjadi tugas dan
perannya, dan selalu meningkatkan kompetensinya agar tercapai kondisi
proses belajar mengajar yang efektif dan tercapai tujuan belajar secara
optimal.
Para guru haruslah dapat mengembangkan suatu perilaku adaptif agar
berhasil mengemban profesinya di era otonomi daerah dan era global ini.
2. Dengan cara demikian, karena guru adalah “soko guru” pendidikan, mudah-
mudahan peningkatan mutu pendidikan di era otonomi daerah segera akan
tercapai.
3. Sebaiknya guru maupun murid lebih meningkatkan profesionalisme dan
prestasi belajar yang ada sehingga hasil pembelajaran akan lebih maksimal
meskipun prestasi belajar siswa dapat dikualifikasikan

19
Daftar Pustaka

Purwadarmintly, W.J.S., 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka.

Djamarah, S.B., 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Surabaya.Usahan


Nasional.
Sardiman, 2001 Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta. Rajawali
Usman. U.M, 2004.Menjadi Guru Profesional.  Bandung. Remaja Rosdakarya.

__________. 2004. Reaktualisasi Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan


Pendidikan di Indonesia. Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Sosiologi
Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Surakarta : Universitas
Sebelas Maret.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta :


Balai Pustaka, 2002, Cetakan ke 2

Hamalik, Oemar. 2006.Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi.


Jakarta :  PT. Bumi Aksara, Cet, Ke-4.

Karsidi, Rayik. 2000. Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan. Surakarta

R. Hermawan S. (1979), Etika Keguruan , Jakarta , PT Margi Waluyo

Samana, M.Pd (1994) Profesionalisme Keguruan , Yogyakarta, Kanisius

Sanusi, Ahmad. (1991) Studi Pengembangan Model Pndidikan Profesional Tenaga


Kependidikan, Bandung, IKIP Bandung

Slamet,Margono. 1999. Filosofi Mutu dan penerapan Prinsip – Prinsip Manajemen


Mutu. Bogor : IPB

20

Anda mungkin juga menyukai