OLEH :
Wassalamualikum Wr.Wb
A. Latar Belakang
1. Pengertian Guru
Salah satu aktor penting dalam pendidikan adalah guru. Karena guru adalah orang
yanglangsung berinteraksi dengan anak didik, memberikan keteladanan, motivasi, dan
inspirasi untuk terus bersemangat dalam belajar, berkarya, dan berprestasi.1
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun2005 tentang Guru
dan Dosen, bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah.2
Guru adalah tenaga pendidik yang pekerjaan utamanya mengajar yang tidak hanya
berorientasi pada kecakapan-kecakapan yang berdimensi ranah cipta saja, tetapi juga
berdimensi ranah rasadan karsa. Sebgai guru, seseorang harus memiliki ilmu yang akan
diajarkan.
Karena ia tidak mungkin memberikan sesuatu kepada orang lain kalau ia sendiri
tidak memilikinya. Dengan kata lain, apa yang akan diajarkan harus dikuasai oleh pendidik
terlebih dahulu, kemudian baru diajarkan kepada orang lain.3
Istilah pendidik dalam konteks pendidikan Islam sering disebut dengan istilah
murabbi, mu’allim, atau muaddib. Di samping istilah tersebut, pendidik juga sering
diistilahkan dengan menyebut gelarnya, alUstadz atau al-Syekh. Menurut ahli bahasa, kata
murabbi berasal dari kata rabba, yurabbi yang berarti membimbing mengurus, mengasuh
dan mendidik. Kata mu’allim merupakan bentuk isim fa’il dari’allama, yu’allimu, yang
biasa diterjemahkan ”mengajar” atau “mengajarkan”. Sementara istilah muaddib berasal
dari akar kata addaba, yuaddibu, yang biasa diartikan mendidik.4
1
Jamal Ma‟ruf Asmani, Manajemen Pengelolaan dan Kepemimpinan Pendidikan
Profesional, Diva Press, Jogjakarta, 2009, hlm. 58.
2
Undang-Undang Replublik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
pasal1 ayat 1.
3
Kompri, Motivasi Pembelajaran Perspektif Guru dan Siswa, PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung, 2016, hlm. 309
4
Heri Gunawan, Pendidikan Islam: Kajian Teoretis dan Pemikiran Tokoh, PT. Remaja
Rosdakarya, Bandung, 2014, hlm. 163.
Hakikat pendidik dalam Islam Menurut Ramayulis dan Zayadi sebagaimana dikutip
Heri Gunawan adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan
peserta didik dengan mengupayakan seluruh potensi mereka, baik afektif, kognitif, maupun
psikomotorik.
Selain mengupayakan potensi peserta didik, pendidik juga bertanggung jawabuntuk
memberi pertolongan pada peserta didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar
mencapai tingkat kedewasaan sebagai pribadi yang memenuhi tugasnya sebagai ‘abdullah
dan khalifatullah.5Tanpa guru, pendidikan akan berjalan timpang, karena guru merupakan
juru kunci (key person) dalam proses pelaksanaan pendidikan.
Keberhasilan pendidikan sangat dipengaruhi oleh peranan guru dalam proses
pelaksanaan pendidikan. Oleh sebab itu, guru harus selalu berkembang dan dikembangkan,
agar peroleh subjek didik terhadap pengethuan, keterampilan, sikap dan nilai dapat
maksimal.
Tujuan akhir pendidikan adalah terbentuknya kepribadian subjek didik secara utuh
lahir dan batin, fisik dan mental, jasmani dan rohani. Tujuan ini hanya bisa tercapai jika
subjek didik ditenpa kepribadiannya melalui pendidikan yang terprogram, terencana,
tersusun, sistematis dan dinamis oleh lembaga pendidikan. Tentu lembaga pendidikan
membutuhkan guru yang berkompetensi agar bisa menyusun perencanaan pendidikan yang
demikian sehingga bisa bermuara pada kualitas pribadi subjek didik yang sesuai dengan
cita-cita pendidikan.6
5
Ibid, hlm. 164.
6
Kompri, Motivasi Pembelajaran Prespektif Guru dan Siswa, PT. Remaja Rosdakarya
Bandung, hlm. 31
7
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung,
2002, hlm. 6.
Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik, berarti
meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar, berarti meneruskan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti
mengembangkan keterampilan pada siswa.
b. Tugas guru dalam bidang kemanusiaan
Harus dapat menjadikan dirinya sabagai orang tua kedua di sekolah. Ia harus
mampu menarik simpati sehingga ia menjadi idola para siswanya. Para siswa akan enggan
menghadapi guru yang tidak menarik. Pelajaran tidak dapat diserap sehingga setiap lapisan
masyarakat (homoludens, homopuber, dan homospiens) dapat mengerti bila menghadapi
guru.
c. Tugas guru dalam bidang kemasyarakatan
Masyarakat menempatkan guru pada tempat yang lebih terhormat di lingkungannya
karena dari seorang guru diharapkan masyarakat dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Ini
berarti bahwa guru berkewajiban mencerdaskan anak bangsa menuju pembentukan
manusia Indonesia seutuhnya yang berdasarkan pancasila dan dapat mencerdaskan bangsa.
Sejak dulu, dan mudah-mudahan sampai sekarang, guru menjadi panutan masyarakat.
Guru tidak hanya diperlukan oleh para murid di ruangan kelas, tetapi juga
diperlukan oleh masyarakat lingkungannya dalam menyelesaikan aneka ragam
permasalahan yang dihadapi masyarakat. Tampaknya masyarakat mendudukan guru pada
tempat yang terhormat dalam kehidupan masyarakat, yakni di depan memberi suri tauladan
yang baik, di tengah-tangah membangun, di belakang memberikan dorongan dan motivasi.
Ing ngarso sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.
Gambar 2.1
Tugas Guru
8
Ibid, hlm. 8
TUGAS GURU
A. KEMANUSIAAN
Mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga Negara Indonesia yang
bermoral Pancasila
B. MELATIH
C. MENGAJAR
D. MENDIDIK
Mencerdaskan bangsa Indonesia
Transformasi diri
Auto pengertian :
- Homoludens
- Homopuber
- Homosapiens
Autoidentifikasi
E. KEMASYARAKATAN
Menjadi orang tua kedua
a. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik adalah pemahaman guru terhadap anak didik,
perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan anak didik untuk mengaktualisasikan sebagai potensi yang
dimilikinya. Kompetensi pedagogik ini juga sering dimaknai sebagai kemampuan
mengelola pembelajaran. Ini mencakup kesiapan mengajar, Yang Ditunjukkan
oleh penguasaan dan mengajar keterampilan.12
9
Abu Ahmadi, Psikologi Belajar, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2008, hlm. 106.
10
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
pasal 1 ayat 10.
11
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung, 2009, hlm. 26.
12
Agus Wibowo, Menjadi Guru Berkarakter, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2012, hlm.
Lebih lanjut, dalam RPP tentang Guru dikemukakan bahwa: Kompetensi
pedagogik merupakan kemampuan Guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta
didik yang sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut:13
1) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan
2) Pemahaman terhadap peserta didik
3) Pengembangan kurikulum atau silabus
4) Perencanaan pembelajaran
5) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis
6) Pemanfaatan teknologi pembelajaran
7) Evaluasi hasil belajar (EHB)
8) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya.
b. Kompetensi Kepribadian Kompetensi kepribadian dari seorang guru merupakan
modal dasar bagi yang bersangkutan dalam menjalankan tugasnya secara
profesional Kegiatan pendidikan pada dasarnya merupakan pengkhususan
komunikasi personal antara guru dan anak didik.
Kompetansi kepribadian ini, berupa kepribadian yang mantab dan stabil, dewasa,
arif, berwibawa, dan akhlak mulia, sehingga dapat menjadi teladan. 14 Kompetensi
kepribadian sangatlah besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan
pribadi para peserta didik.
Kompetensi kepribadian ini memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam
membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya
manusia (SDM), serta mensejahterakan masyarakat, kemajuan Negara, dan bangsa pada
umumnya.15 Sehubungan dengan uraian di atas, setiap guru dituntut untuk memiliki
kompetensi kepribadian yang memadai, bahkan kompetensi ini akan melandasi atau
menjadi landasan bagi kompetensikompetensi lainnya.
110.
13
E. Mulyasa, Op. Cit., hlm. 75.
14
Agus Wibowo, Op. Cit., hlm. 113.
15
E. Mulyasa, Op. Cit., hlm 117.
Dalam hal ini, guru tidak hanya dituntut untuk mampu memaknai pembelajaran,
tetapi dan yang paling penting adalah bagaimana guru menjadikan pembelajaran sebagai
ajang pembentukan kompetensi dan perbaikan kualitas pribadi peserta didik.16
c. Kompetensi Profesional
Materi yang dikuasai bukan hanya sekedar materi ajar yang diajarkan di sekolah
atau sesuai sebaran dalam kurikulum sekolah, melainkan materi yang memayunginya.
Dengan menguasai materi yang memayunginya, maka diharapkan guru akan mampu
menjelaskan materi ajar dengan baik, dengan ilustrasi jelas dan landasan yang mapan, dan
dapat diberikan contoh yang kontekstual.
Di samping itu, dikuasai pula struktur keilmuan dari bidang keahlianya. 17 Secara
umum dapat diidentifikasi dan disarikan tentang ruang lingkup kompetensi profesional
guru sebagai berikut:18
1) Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baikfilosofi, psikologis,
sosiologis, dan sebagainya.
2) Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai tarafper kembangan peserta didik.
3) Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggungjawabnya.
4) Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi.
5) Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media dan sumber belajar
yang relevan.
6) Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran.
7) Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik.
8) Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik.
d. Kompetensi Sosial
Dengan memiliki kompetensi sosial ini, seorang guru diharapkan mampu bergaul
secara santun dengan pihak-pihak lain seperti yang sudah disebutkan sebelumnya.
Tujuannya agar terjalin hubungan yang baik dan erat. Hubungan tersebut pastinya akan
memberikan banyak manfaat dari seluruh pihak. Guru yang baik juga hendaknya selalu
bersikap ramah akrab dan hangat terutama kepada anak didiknya agar selalu nyaman
didekat kita, dan bagi pihak lain akan memberikan kepercayaan penuh kepada kita untuk
mendidik anak-anak. Tanpa kompetensi, guru itu tidak akan memiliki „nilai tawar‟.
Dengan kata lain, tanpa kompetensi guru itu tidak memiliki harga diriyang bisa diandalkan
ketika mendidik anak didiknya. Maka, menjadi guru yang kompeten adalah harga mati.
Singkatnya, jika guru Sudah berkomitmen, mencintai profesinya, dan ingin memberikan
pengabdian yang terbaik bagi anak didiknya, maka guru harus berkompeten.19
3. Bervariasi.
Pola pendekatan mengajar yang bervariasai cukup membantu kondusifitas dan
efisiensi dalam kegiatan mengajar, variasi dalam mengajar ini akan membuat siswa didik
tidak merasa jenuh saat mengikuti kegiatan belajar mengajar.
4. Interaktif.
Pola didik yang interaktif menjadikan suasana belajar mengajar menjadi lebih
hidup, dalam kegiatan belajar mengajar yang interaktif menjadikan siswa berperan aktif
dalam kegiatan belajar mengajar, dalam hal ini siswa tidak ahnya mendengar dan
menyimak namun dituntut untuk berperan aktif dalam pembahasan materi, dan dengan
pola interaktif ini akan menjadikan siswa jauh lebih faham pada materi dan juga merasa
lebih dihargai.
5. Fleksibelitas/keluwesan.
Dalam pendekatan pengelolaan kelas salah satu upayanya adalah keluwesan atau
sifat fleksibel dari seorang guru, dalam hal ini guru dituntut untuk mengajar dengan
luwes dan tidak kaku, guru menjadikan suasana kelas yang nyaman, dan gurupun
memberika kesempatan kepada siswanya untuk menyampaikan pendapatnya, sehingga
sesuai dengan poin sebelumnya yaitu interaktif akan terwujud dengan baik.
6. Menekankan pada hal yang positif.
Peran serta guru disini menjadi sangat penting, dalam kegiatan mengajar guru
harus dapat mengarahkan siswa pada hal yang positif, baik sikap positif, tindakan positif,
maupun pola fikir yang positif, ketika siswa diprediksa akan berfikir negatif pada satu
bahasan materi maka sudah menjadi kewajiban dari seorang guru untuk mengarahkan
siswa baik secara berfikir, bersikap maupun bertindak pada hal yang positif, sehingga
manfaat ilmu yang mereka dapat merupakan ilmu yang bermanfaat.
7. Penanaman disiplin.
Penanaman disiplin menjadi salah satu kunci dari pendekatan pengelolaan kelas,
penanaman disiplin harus dimulai dari pengajar terlebih dahulu, seorang guru harus lebih
disiplin daripada siswanya, dengan menunjukan kedisiplinan dari seorang guru maka
siswapun akan menjadi segan, dan setiap ucapan ataupun tindakan dari gurunya akan
lebih berpengaruh dan lebih di dengar oleh siswanya.
Guru dalam melakukan tugas mengajar di suatu kelas, perlu merencanakan dan
menentukan pengelolaan pembelajaran yang bagaimana yang perlu dilakukan dengan
memperhatikan kondisi kemampuan belajar siswa materi pelajaran yang akan diajarkan
dikelas tersebut.Menyusun strategi untuk mengantisipasi apabila hambatan dan tantangan
muncul agar proses belajar mengajar tetap dapat berjalan dan tujuan pembelajaran yang
telah ditentukan dapat tercapai.
Selanjutnya, dalam mengelola kelas guru harus mengetahui tujuan dari
pengelolaan pembelajaran. Tujuan utama pengelolaan pembelajaran adalah untuk
menghemat waktu dan tenaga.Pengelolaan pembelajaran yang baik menolong
menyediakan kondisi belajar yang menyenangkan dan prosedur yang efektif dalam
menjalankan aktivitas secara ekonomis dan efisien.19Pengeloaaan pembelajaran yang
efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar yang
efektif.20
Perlu dipahami bahwa suasana kelas dan aktivitasnya merupakan lingkungan
terdekat dari anak didik sepanjang jam-jam perkembangan di sekolah.Sebagai lingkungan
pendidikan,pengelolaan pembelajaran itu sangatlah penting diperhatikan dan dimengerti.
Gregorio beranggapan bahwa kegagalan atau kesuksesan pendidikan anak didik di
sekolah dapat juga ditentukan oleh bagaimana kelas itu dioorganisasikan dan
dijalankan.21 Menurut Levin and Nolan dalam Kambey: “ Teachers who manage their
cllassroms effectively enjoy teaching more and have greater confidence intheir ability to
effect student achievement”(para guru yang mengatur kelas mereka secara efektif akan
19
Thomas Risk,Principles and Practie Of teaching in Secendary Schools,(New
Delhi:Eurasia,Pub.House,1965), h.461
20
Raka Joni,op.cit,.h.12.
21
A.C.Gregorio,Principle and Methods of Theaching,(Manila: RP Gercia,1994), h.420.
lebih menikmati pengajaran dan lebih mempunyai kepercayaan untuk mempangaruhi
prestasi siswa).22
Agar setiap peserta didik dikelas dapat bekerja dengan tertib maka diperlukan
pengaturan kelas yang efektif dan efisien yang pada akhirnya dapat meningkatkan
kegiatan pembelajaran.23Kelancaran proses pembelajaran di kelas tentu akan dapat
diwujudkan ketika guru mampu mengelola kelas secaraefektif dan efisien.Pengelolaan
pembelajaran bertujuan agar setiap siswa yang terdapat di dalam suatu kelas dapat belajar
dan bekerja dengan tertib sehingga tercapai tujuan pembelajaran secara efektif dan
efisien.
Sedangkan secara khusus pengelolaan pembelajaran dimaksudkan untuk.
mengembangkan kemampuan siswa dalam mengggunakan alat-alat belajar,menyediakan
kondisi yang memungkinkan siswa belajar,serta membantu siswa untuk memperoleh
hasil yang diharapkan. Suatu kondisi belajar siswa akan optimal jika pengajar mampu
mengatur siswa dan sarana pembelajaran serta mengendalikannya dalam suasana ynag
menyenangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran.Keberhsilan pengelolaan
pembelajaran juga didukung oleh hubungan interpersonal yang baik antara pengajar
dengan pelajar dan antara siswa dengan siswa.
Berdasarkan pada kajian teori, jelaslah bahwa tingkat tercapainya tujuan dari
pengelolaan pembelajaran sangat ditentukan oleh guru. Hal ini disebabkan Karena guru
dalam upayamenciptakan kondisi kelas agarproses pembelajaran dapatberjalan sesuai
dengan tujuannya.Tindakan-tindakan yang perlu dilakukan guru dalam menciptakan
kondisi kelas adalah melakukan komunikasi dan hubungan interpersonal antara guru dan
siswa secara timbal balik dan efektif,selain melakukan perencanaan /persiapan mengajar.
22
Daniel C.Kambey,Manajemen Kelas,(Manado: Materi Pada Diklat Widyaiswara
Berjenjang Tingkat Pertama di Balai Diklat Keagamaan,2003), h.2.
23
Yuliani Nuraini ,op.cit., h.11.9.20Sukarsimi Arikunto,op.cit., h.68.
Guru merupakan seseorang dengan kualifikasi khusus yang berkerja untuk
mentransfer ilmu kepada peserta didik agar nantinya menjadi dewasa. Ketika melihat
Kriteria hebat atau tidak seorang guru, dapat dilihat dari beberapa indikator-indikator
tertentu. Berdasarkan pendapat Agustina Soebachman (2014: 79), indikator kualitas
yaitu:
a. Kualitas diri
Seorang guru yang hebat tentu wajib untuk memiliki kualitas diri yang baik pula.
Kualitas diri yang dimaksud antara lain tertanam sikap disiplin yang tinggi, selanjutnya
memiliki etos kerja yang baik, serta sikap bijaksana. Apabila beberapa hal tersebut
terpenuhi maka dapat dikatakan bahwa seseorang guru memiliki kualitas diri.
b. Integritas moral
Integritas moral wajib dimiliki oleh seorang gur, bagaimana ia bertingkah laku,
tentunya harus menjdi sebuah panutan. Namun apabila kita bersama melihat di tayangan
berita saat ini, tidak sedikit pula kasus yang tidak bermoral yang dilakukan oleh guru
kepada peserta didk seperti pencabulan dan kasus lainnya. Hal tesebut tentunya menjadi
sebuah refleksi bagi seorang gur agar selalu menjunjung tinggi integritas moralnya.
c. Kedalaman ilmu
Nampak akan lucu apabila terdapat seorang guru yang mengajar di suatu sekolah
namun tidak memiliki ilmu. Apabila terdapat kasus tersebut, maka apa yang mau
ditransfer kepada peserta didik. Padahal tugas guru adalah menyampaikan pengetahuan
kepada peserta didik agar menjadi seseorang yang berilmu dan dewasa. Maka sudah
barang wajib bahwa seseorang guru perlu memiliki kedalaman ilmu sesuai bidang ilmu
yang didalami.
d. Keteampilan
Keterampilan merupakan hal yang sangat luas. Keterampilan merupakan kemampuan
seseorang dalam menguasai hal tertentu. Maka dapat dikatakan seseorang terampil
apabila telah menguasai hal tertentu. Dalam arti yang sempit keterampilan tidak hanya
tentang menghasilkan suatu barang seperti contoh keterampilan menjahit, keterampilan
batako, dan keterampilan membuat barang lainnya. Namun dalam arti yang luas,
berhitung, menulis, juga merupakan suatu keterampilan. Bagi seorang guru cara
menyampaikan materi, cara berkomunikasi, merupakan keterampilan. Guru yang hebat
tentunya memiliki keterampilan tersebut agar peserta didik dapat memahami pengetahuan
atau ilmu yang disampaikan.
e. Komitmen
Modal awal dalam profesi guru merupakan adanya sebuah komitmen. Guru
hendaknya selalu memegang prinsi bahwa menjadi seorang guru merupakan
panggilan jiwa untuk mengabdikan seluruh hidupnya untuk kemajuan suatu bangsa.
Karena nasib suatu bangsa dapat dilihat dari kualitas anak mudanya.
BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
Guru adalah tenaga pendidik yang pekerjaan utamanya mengajar yang tidak hanya
berorientasi pada kecakapan-kecakapan yang berdimensi ranah cipta saja, tetapi juga
berdimensi ranah rasadan karsa. Sebgai guru, seseorang harus memiliki ilmu yang akan
diajarkan.
Karena ia tidak mungkin memberikan sesuatu kepada orang lain kalau ia sendiri
tidak memilikinya. Dengan kata lain, apa yang akan diajarkan harus dikuasai oleh pendidik
terlebih dahulu, kemudian baru diajarkan kepada orang lain.
Salah satau hal yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah keterampilan dalam
pengelolaan kelas, banyak guru yang cerdas dan benar-benar menguasai setiap materi
dalam studinya namun menjadi sia-sia kala guru tersebut tidak memiliki keterampilan
dalam mengelola kelas, dan untuk mewujudkan keterampilan dalam pengelolaan kelas
maka seorang guru seharusnya faham tentang prinsip-prinsip pengelolaan kelas dengan
pelaksanaan pendekatannya.
Prinsip pengelolaan kelas erat kaitannya dengan tingkat kedewasaan dan pola fikir
seorang guru, dan tingkat kematangan berfikir dan kedewasaan seorang guru jelas
menjadi penentu karena yang dihadapi seorang guru adalah sekumpulan orang-orang
yang tingkat kedewasaannya seharusnya tidak lebih dari gurunya, sehingga tingkat
kedewasaan berfikir dan mental seorang guru adalah hal pertama yang harus di
persipakan sebelum seorang guru turun mengajar, dan jangan sampai anak didiknya
memiliki tingkat kedewasaan berfikir melebihi gurunya, namun bukan berarti tingkat
kedewasaan guru ini menimbulkan garis yang tebal antara guru dan anak, sehingga
seorang anak menjadi takut pada gurunya dalam artian yang berbeda, segan bukan berarti
takut, seorang guru hrus di segani dan bukan ditakuti, sehingga seorang guru tidak perlu
galak di kelas hanya untuk disegani oleh siswanya.
Selanjutnya, dalam mengelola kelas guru harus mengetahui tujuan dari pengelolaan
pembelajaran. Tujuan utama pengelolaan pembelajaran adalah untuk menghemat waktu
dan tenaga.Pengelolaan pembelajaran yang baik menolong menyediakan kondisi belajar
yang menyenangkan dan prosedur yang efektif dalam menjalankan aktivitas secara
ekonomis dan efisien.24 Pengeloaaan pembelajaran yang efektif merupakan prasyarat
mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar yang efektif.
a. Kualitas diri
b. Integritas moral
c. Kedalaman ilmu
d. Keterampilan
e. Komitmen
24
Thomas Risk,Principles and Practie Of teaching in Secendary Schools,(New
Delhi:Eurasia,Pub.House,1965), h.461
DAFTAR PUSAKA