Anda di halaman 1dari 20

TUGAS TERSTRUKTUR DOSEN PENGAMPU

TAFSIR TARBAWI Dra. Hj. RUSDIAH, M. Pd. I

AYAT AL-QUR’AN TENTANG


SUBYEK PENDIDIKAN: PENDIDIK/GURU

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 7

NURKHALISA 200101080778
LISA ARIANTI 200101080538

LOKAL B PIAUD ANGKATAN 2020

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, puja dan puji syukur senantiasa tercurah atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah Tafsir Tarbawi tentang “Ayat Al-Qur’an tentang subyek
pendidikan: pendidik/guru”

Makalah ilmiah ini disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
penyusun menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, penyusun
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka penyusun menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar penyusun dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini tentang limbah dan manfaatnya untuk
masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Banjarmasin, 29 Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH .................................1


B. RUMUSAN MASALAH .................................................2
C. TUJUAN PENULISAN ...................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Subyek Pendidikan........................................ 3


B. Subyek Pendidikan Dalam Perpektif Al-Qur’an...............5
1. QS. Ar-Rahman 1-4.....................................................5
2. QS.An-Najm Ayat 5-6.................................................7
3. QS.An-Nahl ayat 43-44...............................................8
4. QS. Al-Kahfi Ayat 66..................................................9

BAB III PENUTUP

SIMPULAN ..................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA .................................................................18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Kita sebagai umat Islam mempunyai pedoman hidup sesuai perintah Allah
SWT yaitu Al-Qur’an. Dalam Al-Qur’an terdapat aturan yang harus kita laksanakan
dan larangan yang harus kita tinggalkan. Al-Qur’an adalah sumber hukum Islam yang
pertama bagi umat Islam. Selain itu Al-Quran sebagai pedoman hidup manusia dan di
dalamnya terkandung ayat-ayat yang dapat kita gunakan sebagai pedoman hidup.
Diantaranya merupakan ayat-ayat yang menjelaskan tentang subjek pendidikan.
Kehidupan kita tidak bisa terlepas dari pendidikan. Pendidikan sangat penting
bagi umat Islam. Sebagai seorang pendidik, tentunya kita diharapkan menjadi
seorang pendidik yang profesional. Dalam Al-Qur’an telah dijelaskan bagaimana
menjadi guru yang baik dan profesional. Dengan demikian kita akan dapat bersikap
dan bertingkah laku sesuai dengan ajaran Islam.
Pendidikan yang ideal adalah pendidikan yang dapat menjadikan manusia
potensial dengan kepribadian luhur, sikap dan prilau yang baik sehaingga mampu
manjadikan dirinya sebagai manusia seutuhnya, yakni manusia yang sehat jasmani
dsan rohani, sehat mental dan spiritual, seheingga mereka mampu mensingkrongkan
antara kepentingan kehdiupan di dunia dan di akhirat. Itula sebabnya, sehingga yang
menjadi tujuan akhir pendidikan termasuk pendidikan Islam adalah terbentuknya
pribadi-pribadi yang berakhlak mulia yang menjadi nilai dasar bagi peserta didik
sehingga menjadi kebiasaan bagi mereka dalam semua tingkah kalu dan selalu
mengedepankan nilai-nilai moral dari pada kepentingan material.1
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut, diperlukan adanya pendidik
atau yang menjadi subjek pendidikan yang handal dan professional2 dalam arti
memiliki skill dan keahlian dalam bidang pendidikan, sehat jasmani dan rohani,
memiliki akal yang cerdas dan wawasan keilmuan yang luas serta dapat
memfungsikan dirinya sebagai qudwatan bagi peserta didiknya. Itulah sebabnya
fungsi pendidik tidak dapat digantikan oleh hasil tekonologi secanggih apa pun,
1
Muhammad Takdir Ilahi, Revitalisasi Pendidikan Berbasis Moral (Cet. I; Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media, 2012), hal. 45-46.
2
Sudirman Damin, Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tentang
Kependidikan (Cet. I; Jakarta: Pustaka Setia, 2002), hal. 20-21
1
misalnya mesin, robot, Tv, dan radio. Seorang pendidik menjadi bintang utama yang
akan diidolakan oleh peserta didiknya.

Fungsi seorang pendidik tidak hanya mengisi otak peserta didik dengan
berbagai ilmu pengetahuan atau hanya memiliki kecerdasan intlektual, tetapi lebih
dari itu, peserta didik harus meliki kecerdasan emosional, spiritual dan sosial. Karena
itu, dalam tulisan ini berusaha menelusuri makna-makna ayat yang terdapat dalam
surah Ar-Rahman, An-Najm, An-Nahl, Al-Kahfi yang terkait dengan subjek
pendidikan, sebagai salah satu usaha untuk membuktikan bahwa al-Qur’an merupakan
sumber normatif pendidikan Islam.

B. RUMUSAN MASLAH
1. Apa itu pengertian subyek pendidikan?
2. Apa saja subyek pendidikan dalam perpektif Al-Qur’an?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui apa itu pengertian subyek pendidikan
2. Untuk mengetahui apa saja subyek pendidikan dalam perpektif Al-Qur’an

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Subyek Pendidikan

Menurut Sanusi et al di dalam buku Model-model pembelajaran


mengembangkan profesionalisme guru karya Rusman disebutkan bahwa subyek
pendidikan adalah manusia yang memiliki kemauan, pengetahuan, emosi, dan
perasaan dan dapat dikembangkan sesuai dengan potensinya; sementara itu
pendidikan dilandasi oleh nilai-nilai kemanusiaan yang menghargai martabat
manusia.3 Sedangkan di dalam buku Zakiyah Drajat yang berjudul Metodik Khusus
Pengajaran Agama Islam disebutkan bahwa Subyek pendidikan atau yang biasa
disebut dengan guru adalah seorang pemimpin sejati, pembimbing dan pengarah yang
bijaksana, pencetak para tokoh dan pemimpin umat. Oleh karena itu, seorang guru
dituntut harus memiliki berbagai sifat dan sikap antara lain:4

1. Seorang guru harus manusia pilihan

2. Seorang guru hendaklah mampu mempersiapkan dirinya sesempurna


mungkin.
3. Seorang guru juga hendaknya tidak pernah tamak dan bathil dalam
melaksanakan tugasnya sehari-hari
4. Seorang guru hendaknya dapat menyakini Islam sebagai konsep Ilahi dimana
dia hidup dengan konsep itu
5. Seorang guru harus memiliki sikap yang terpuji
6. Penampilan seorang guru hendaknya selalu sopan dan rapi
7. Serorang guru seyogyanya juga mampu menjadi pemimpin yang shalih
8. Seruan dan ajaran seorang guru hendaknya tercermin pula dalam sikap
keluarganya dan atau para sahabatnya
9. Seorang guru harus menyukai dan mencintai muridnya

3
Rusman, Model-model pembelajaran mengembangkan profesionalisme guru.(Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada, 2013), hal. 20
4
Zakiah Drajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta; Bumi Aksara, 2001),
hal. 264
3
Kita dapat membedakan pendidik itu menjadi dua kategori yaitu:5
a) Pendidik menurut kodrat, yaitu orang tua

Orang tua sebagai pendidik menurut kodrat adalah pendidik pertama dan
utama, karena secara kodrat anak manusia dilahirkan oleh orang tuanya (ibunya)
dalam keadaan tidak berdaya hanya dengan pertolongan dan layanan orang tua
(terutama ibu) bayi (anak manusia) itu dapat hidup dan berkembang semakin
dewasa. Hubungan orang tua dengan anaknya dalam hubungan edukatif,
mengandung dua unsur dasar, yaitu:

1) Unsur kasih sayang pendidik terhadap anak


2) Unsur kesadaran dan tanggung jawab dari pendidik untuk menuntun
perkembangan anak
b) Pendidik menurut jabatan, yaitu guru
Guru adalah pendidik kedua setelah orang tua. Mereka tidak bisa disebut
secara wajar dan alamiah menjadi pendidik, karena mereka mendapat tugas dari
orang tua, sebagai pengganti orang tua. Mereka menjadi pendidik karena
profesinya menjadi pendidik, guru di sekolah misalnya.

Dalam Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen,


guru adalah pendidk profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik,
pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formanl, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah.

Subjek pendidikan sangat berpengaruh sekali kepada keberhasilan atau


gagalnya pendidikan. Subjek pendidikan adalah orang ataupun kelompok yang
bertanggung jawab dalam memberikan pendidikan, sehingga materi yang
diajarkan dapat dipahami oleh objek pendidikan. Subjek pendidikan yang
dipahami kebanyakan para ahli pendidikan adalah Orang tua, guru-guru di
institusi formal (disekolah) maupun non formal dan lingkungan masyarakat.
Sedangkan pendidikan pertama (tarbiyatul awwal) yang kita pahami selama ini
adalah rumah tangga (orang tua). Sebagai seorang muslim kita harus menyatakan
bahwa pendidik pertama manusia adalah Allah dan yang kedua adalah Rasulullah.

5
Ibid. Hal. 262
4
Dari penjelasan di atas kita dapat menarik kesimpulan bahwa subjek
pendidikan adalah seseorang atau sesuatu yang telah mengajarkan kita ilmu.
Seseorang ini bukan hanya seorang guru tapi siapapun atau apapun yang dapat
mengajari kita. Pendidikan yang pertama kali terjadi dalam ruang lingkup yang
sangat sederhana yaitu keluarga. Subjek pendidikannya adalah orang tua, terutama
ibu. Kita dapat memperoleh ilmu dari mana saja, seperti lingkungan, masyarakat,
alam, dan semua ciptaan Allah SWT.

B. Subyek Pendidikan Dalam Perpektif Al-Qur’an


Al-Qur’an memuat segala hal untuk mengatur hidup kita, termasuk masalah
pendidikan. Dalam pendidikan tentunya ada yang namanya subjek pendidikan. Dalam
bahasan dibawah ini akan diuraikan beberapa dalil tentang subjek pendidikan dalam
Al- Qur’an, di antaranya adalah:

1. QS. Ar-Rahman 1-4

Artinya: “(Tuhan) Yang Maha Pemurah. Yang telah mengajarkan Al-Qur’an.


Yang telah menciptakan manusia. Yang mengajari manusia dengan Al-Bayan.”
(Ar-Rahman: 1-4)

 Aspek Kandungan Pendidikan Dalam QS. Ar-Rahman Ayat 1-4


Term-term qurani yang terdapat pada surah Al-Rahman ayat 1.4 yang
menjadi turunan untuk konsepsi pendidikan adalah:
a) allama, term yang dijadikan turunan untuk konsep pendidikan itu
sendiri.
b) Al-Rahman, term yang menunjuk kepada subyek pendidikan.
c) Al-Insan, term yang selain menunjuk kepada subyek juga obyek
pendidikan.
d) Alquran, sebagai dasar dan sekaligus isi pendidikan.

Yang mula-mula melakukan proses ta’lim al-Qur’an adalah Rahman


kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril yang berperan selain
5
penyampai juga sebagai “penerjemah”51 Alquran dari Kalamullah yang qadim
menjadi Kalamullah dengan menggunakan simbol-simbol kemakhlukan
seperti huruf-huruf yang kemudian menyusun lafal-lafal dan kalimat-kalimat
berbahasa Arab.52 Setelah Nabi Muhammad SAW menerima pengajaran dari
Allah, secara estafet dan berkesinambungan beliau mengajarkannya kepada
para sahabatnya, dan melalui lidah para sahabat, tabi’in, dan para ulama,
sampailah pengajaran alquran itu kepada seluruh manusia. Kata Arrahman
‘allamal qur’an menunjukkan bahwa Allah yang Maha Rahmanlah selaku
subyek Maha Guru yang mengajarkan alquran kepada Nabi Muhammad SAW.
Nabi Muhammad SAW yang ummi53 sangat diyakini bukanlah pengarang Al-
Qur’an.
Beberapa aspek tarbawi yang dapat ditangkap dan isyarat ayat, ayat
tersebut adalah:
1. Seorang pendidik selaku subyek pendidikan harus memiliki sifat kasih
sayang terhadap anak didiknya selayaknya mereka menyayangi
anaknya sendiri.
2. Pendidikan sebagai pengembangan potensi memanusiakan manusia
semestinya dilaksanakan atas dasar sifat kasih sayang yang pada
hakikatnya adalah refleksi dari sifat al-Rahman.
3. Alquran, baik ia sebagai sumber dan dasar pendidikan, maupun
sebagai isi atau materi pendidikan, sarat dengan isyarat-isyarat ilmiah
yang apabila manusia mampu menggunakan potensi albayan, ia akan
mengenal dirinya dan pada ujung-ujungnya ia akan mengenal Tuhan
Penciptanya.
4. Manusia adalah makhluk yng memiliki potensi al-bayan, yang dengan
kemampuan bahasanya ia dapat menjelaskan, menerangkan, dan
mengungkapkan segala fenomena alam dan kehidupan baik yang
abstrak maupun yang konkret. Oleh karenanya, bahasa merupakan
salah satu alat untuk mentransformasikan sebagai bagian dari proses
pendidikan.

2. QS.An-Najm Ayat 5-6

6
Artinya : “Yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat. Yang
mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril) Menampakkan diri dengan rupa yang
asli.” (An-Najm : 5-6)

 Aspek Kandungan Pendidikan Dalam QS. An-Najm Ayat 5-6


Dalam Surah An-Najm dijelaskan bahwasanya Nabi Muhammad SAW
merupakan sahabat, yakni orang yang sangat dekat dan sangat kamu kenal
bagaikan sahabat yang selalu menyertai kamu, dan tidak pula Ia melenceng
dari kebenaran dan tiadalah Ia berucap menurut kemauan hawa nafsunya,
yang disampaikannya itu, tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan
kepadanya. Inilah jaminan selanjutnya tentang wahyu yang diterima oleh
Nabi Muhammad SAW. Bahwasanya yang mengajarkan wahyu itu kepada
beliau ialah makhluk yang sangat kuat. Ibu Katsir dalam tafsirnya, bahwa
yang dimaksud dengan yang sangat kuat itu ialah malaikat Jibril.6
Setelah ayat lalu menjelaskan bahwa apa yang diucapkan Nabi
Muhammad SAW adalah wahyu, kini dijelaskan siapa yang
menyampaikannya kepada beliau. Wahyu yang diterimanya itu diajarkan
kepadanya, yakni kepada Nabi Muhammad SAW, oleh malaikat Jibril yang
sangat kuat, memiliki potensi akliah yang sangat hebat, lalu malaikat Jibril itu,
tampil sempurna dan ufuk langit yang tinggi berhadapan dengan orang yang
menengadah kepadanya.
Pada surat Najm ayat 5-6 ditegaskannya klasifikasi seorang pendidik
atau siapa saja yang berkompeten menjadi subjek pendidikan yakni seperti
yang tersurat dalam ayat ini adalah seperti halnya seorang malaikat Jibril yang
mana beliau digambarkan sebagai berikut:
a. Sangat kuat, maksudnya memiliki fisik dan psikis yang matang dan
mampu memecahkan masalah.
b. Mempunyai akal yang cerdas, yakni seorang pendidik haruslah
memiliki akal yang mumpuni dalam bidangnya yakni berkompeten

6
Al - Imam Abul Fida Isma’il Ibnu Katsir, op. cit., h. 98.
7
dalam mengajarkan apa yang diajarkannya sebagai seorang subyek
pendidikan. Secara bersamaan meski murid sebagai obyek pendidikan
tapi punya prilaku juga sebagai subyek pendidikan yang aktif. Dengan
canggihnya teknologi tapi pendidikan, kasih sayang, evaluasi dan
perhatian guru tak tergantikan oleh mesin.
c. Menampakan dengan rupanya yang asli, yakni seorang subyek
pendidikan hendaklah bersikap wajar yang tidak melebih-lebihkan
segala sesuatu baik dari dirinya maupun apa yang dilakoninya dalam
bidangnya.

Dengan beberapa kompetensi yang dimilikinya diharapkan seorang


guru bisa menjadi pengajar dan pendidik yang baik dan profesional. Bisa
menjadi learning manager yang baik dan profesional dalam suatu proses
pembelajaran.

3. QS.An-Nahl ayat 43-44

Artinya: “Dan kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki
yang kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang
mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui. Keterangan-keterangan
(mukjizat) dan kitab-kitab. Dan kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu
menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan
supaya mereka memikirkan.” (An-Nahl ayat 43-44)
 Aspek Kandungan Pendidikan Dalam QS.An-Nahl 43-44
Ayat ini menegaskan bahwa tujuan turunya alquran adalah untuk semua
manusia. Alquran untuk dua hal. Pertama, untuk menjelaskan apa yang diturunkan
secara bertahap kepada manusia, karena ma’rifah Ilahiah tidak dapat diperoleh
manusia tanpa melalui perantara, karena itu diutus seorang dari mereka untuk
8
menjelaskan dan mengajar. Kedua, adalah harapan kiranya mereka berpikir
menyangkut dirimu Wahai Nabi agung agar mereka mengetahui apa yang engkau
sampaikan adalah kebenaran yang bersumber dari Allah SWT.
Ayat ini menugaskan Nabi Muhammad SAW untuk menjelaskan Al-
Qur’an. Bayan atau penjelasan Nabi Muhammad SAW itu bermacam-macam dan
bertingkat-tingkat.
Nilai pendidikan yang dapat kita ambil dari QS. An-Nahl ayat: 43 dan 44
antara lain:
1. Menganjurkan kita untuk bertanya apabila kita tidak tahu. Guru sebagai
subyek sekaligus sebagai “murid” yang aktif.
2. Apabila kita mempunyai ilmu sebaiknya ajarkan kepada yang belum tahu.
3. Dalam mendidik menyesuaikan dengan tingkat kecerdasan dan
pemahaman peserta didik.
4. Pendidik menggunakan bahasa yang jelas dan mudah dipahami.
5. Pendidikan dilakukan secara bertahap.
6. Pendidik atau guru mesti menguasai bahan ajar.

4. QS. Al-Kahfi Ayat 66

Artinya: “Musa berkata kepada Khidhir: “Bolehkah aku mengikutimu supaya


kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmuilmu yang telah
diajarkan kepadamu?” (Al-Kahfi Ayat 66)

 Aspek Kandungan Pendidikan Dalam QS. Al-Kahfi Ayat 66


Allah SWT berfirman dalam alquran, tentang pertemuannya Nabi Musa
as dengan Khaidir as, sebagaimana percakapan mereka yang tertera jelas
dalam surah Al-Kahfi ayat 66, yang berbunyi :

9
Artinya: “Musa berkata kepada Khidhir: “Bolehkah aku mengikutimu supaya
kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmuilmu yang telah
diajarkan kepadamu?”

Pada ayat di atas di jelaskan bagaimana adabnya seorang murid


kepada guru. Nabi Musa bertanya dengan etika yang sangat halus, dengan
menyebutkan “bolehkah ?”. Walaupun beliau adalah orang yang disegani di
masa itu namun beliau tetap merendahkan diri beliau terhadap orang lain,
padahal beliau adalah seorang Nabi yang mampu bercakap-cakap dengan
Allah secara langsung.
Bahkan demi mencari pengetahuan sebagaimana yang Allah
perintahkan, beliau tetap berjalan di panasnya terik matahari dengan sabar.
Bahkan beliau berani mengatakan akan terus berjalan sampai menemukan
tempat bertemunya dua laut tersebut, bahkan jika jarak yang ditempuh selama
bertahun-tahun lamanya.
Itulah sebagian hikmah yang dapat kita ambil dari ayat tersebut, yang
mengajarkan kepada kita pentingnya beradab dan menghormati kepada guru
kita dan semangat yang tinggi demi mendapatkan ilmu.
Meski Musa as di samping Nabi juga sebagai Rasul tapi beliau tak
segan-segan belajar dengan orang yang derajatnya lebih rendah dari beliau
yakni belajar kepada seseorang dengan kedudukan Nabi saja, yakni Nabi
Khaidir as. Ini memberikan pelajaran supaya rendah hati mau belajar dengan
siapa saja, semua orang adalah guru.
Digambarkan betapa gigihnya hati Nabi Musa as untuk mendapatkan
kebenaran dan kedalaman ilmu. Betapapun sulit dan penuh bahaya suatu
perjalanan dan sukarnya cara yang harus ditempuh, namun ia pantang
menyerah. Betapa pentingnya pula memperhatikan etika-etika, sopan santun
serta memiliki nilai-nilai moral yang baik dalam aspek pendidikan. Nabi
Musa as berjalan dengan muridnya untuk menemui Khaidir as. Musa as
mohon kepada Khaidir as agar diberi perjalaran dan pengalaman, Khaidir as
bersedia menerima permintaan Musa as asal ia mau bersedia sabar dan tidak
menanyakan persoalan yang di hadapinya. Adanya kemauan yang keras dan
Musa as untuk berguru kepada Khaidir as. Kisah Nabi Musa as dan Khaidir

10
as bisa menjadi pedoman dalam adab dan sopan santun seorang murid
terhadap gurunya dan semangat untuk mencari ilmu.
Tujuan dasar pendidikan atau pembelajaran itu sendiri adalah adanya
perubahan tingkah laku pada diri seorang murid dan mencapai kepribadian
yang sholeh. Sedangkan tujuan akhirnya adalah menghambakan diri kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menjadi rahmat bagi semesta dan agar bahagia di
dunia dan di akhirat.
Dari cerita Nabi Musa as dan Nabi Khaidir as terdapat prilaku
tasawuf proses transfer ilmu dari satu pihak ke pihak lain atau dari satu
generasi ke generasi lain.

Artinya: “Yang telah kami berikan rahmat kepadanya dari sisi kami, dan yang
telah Kami ajarkan ilmu kepadanya dari sisi Kami. Musa berkata kepadanya,
Bolehkah aku mengikutimu agar engkau mengajarkan kepadaku (ilmu yang
benar) yang telah diajarkan kepadamu (untuk menjadi petunjuk)? “ (al-Kahfi/
8:65-66)

Yang dimaksud dengan rahmat dalam ayat ini ialah wahyu kenabian.
Sebab sambungan (akhir) ayat ini menyebutkan rahmat itu langsung diajarkan
dan sisi Allah SWT tanpa perantara dan yang berhak menerima seperti itu
hanyalah para Nabi (termasuk Nabi Khaidir as). Dalam ayat berikutnya
disebutkan supaya Nabi Khaidir as mengajarkan ilmu yang benar kepada Nabi
Musa as yang juga sebagai seorang Rasul. Dalam hal ini sikap rendah hati itu
mempunyai nilai yang jauh lebih baik daripada sikap sombong.7 Ada ilmu
kasbi dan ada ilmu laduni.
Dan tafsir ayat di atas yang menceritakan tentang Nabi Musa as dan
Nabi Khaidir as hendaknya kita meneladani apa yang telah diceritakan pada

7
Departemen Agama RI, Alqur’ an dan Tafsimya, ( Jakarta : Lentera Abadi, 1998), hal. 634.
11
ayat tersebut. Adapun kandungan yang terdapat pada ayat di atas sebagai
berikut :
1. Kuatnya kemauan Nabi Musa as untuk belajar.
2. Walaupun sudah pintar janganlah sombong. Masih ada orang yang
lebih pintar.
3. Amar Makhruf Nahi Munkar sang selalu ditegakkan oleh Nabi Musa
as. Walaupun ia sudah berjanji tidak bertanya, tetapi ia tetap menegur
perbuatan yang salah.
4. Sedia berkorban untuk kepentingan umum: nelayan, anak-anak yatim
dan memelihara keimanan. Nabi Khaidir as melakukan tiga peristiwa
itu demi untuk kebaikan dan ia sedia berkorban walaupun dicela Nabi
Musa as dan sebagainya.
5. Ayat ini juga menganjurkan kita untuk berprilaku sopan dan
menghormati orang lain.
6. Proses belajar adalah proses abadi sepanjang hayat. Karena itu, kita
tidak boleh merasa pintar dan cepat berpuas diri.
7. Orang yang berilmu boleh bangga jika ada orang lain yang ingin
belajar kepadanya.
8. Setiap pelajar harus memiliki kesabaran yang kuat dalam menuntut
ilmu.
9. Ada ilmu yang diusahakan dengan sungguh-sungguh (ilmu kasbi). Ada
ilmu yang merupakan pelimpahan ilmu langsung dari Allah SWT
dengan kesucian jiwa (ilmu laduni). Ketaatan kepada guru ini terkait
dengan peran guru sebagai agen ilmu pengetahuan, bahkan agen
spiritual. Kalau kita tidak taat kepada guru, maka apakah mungkin
ilmu yang kita dapat akan berserang di dalam ingatan kita. Dalam
pandangan para ahli pendidikan yang menggunakan paradigma sufistik
terdapat kesimpulan bahwa para guru adalah agen spiritual dan agen
ilmu dari Allah, mereka berpendapat bahwa pada hakikatnya ilmu dari
Allah, dan guru hanyalah sebagai mediator yang menyampaikan ilmu
dari Allah kepada manusia.8 Sejalan dengan itu, maka bagi orang yang

8
Imam Al-Ghazali dalam Abuddin Nata, Para Tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta:
RajaGrapido Persada, 2001), hal. 67.
12
ingin mendapatkan ilmu dari Allah, maka ia harus menghormati guru
sebagai mediatornya, para Rasul pun sudah memerankannya.
10. Kerendahan hati lebih baik daripada kesombongan. Nabi Musa as yang
memiliki ilmu dan kedudukan yang tinggi pun masih mau untuk
belajar dan tidak menyombongkan diri. Beliau sebagai Nabi sekaligus
Rasul mau belajar dengan Nabi Khaidir as. Semua orang adalah
subyek pendidikan, semua orang adalah guru, learning society, reading
society.

13
BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
A. Pengertian Subyek Pendidikan
Subjek pendidikan adalah seseorang atau sesuatu yang telah mengajarkan kita ilmu.
Seseorang ini bukan hanya seorang guru tapi siapapun atau apapun yang dapat mengajari
kita. Pendidikan yang pertama kali terjadi dalam ruang lingkup yang sangat sederhana
yaitu keluarga. Subjek pendidikannya adalah orang tua, terutama ibu. Kita dapat
memperoleh ilmu dari mana saja, seperti lingkungan, masyarakat, alam, dan semua
ciptaan Allah SWT.

B. Subyek Pendidikan Dalam Perpektif Al-Qur’an


1. QS. Ar-Rahman 1-4

Beberapa aspek pendidikan yang dapat ditangkap dan isyarat ayat adalah:
5. Seorang pendidik selaku subyek pendidikan harus memiliki sifat kasih sayang
terhadap anak didiknya selayaknya mereka menyayangi anaknya sendiri.
6. Pendidikan sebagai pengembangan potensi memanusiakan manusia semestinya
dilaksanakan atas dasar sifat kasih sayang yang pada hakikatnya adalah refleksi
dari sifat al-Rahman.
7. Alquran, baik ia sebagai sumber dan dasar pendidikan, maupun sebagai isi atau
materi pendidikan, sarat dengan isyarat-isyarat ilmiah yang apabila manusia
mampu menggunakan potensi albayan, ia akan mengenal dirinya dan pada ujung-
ujungnya ia akan mengenal Tuhan Penciptanya.
8. Manusia adalah makhluk yng memiliki potensi al-bayan, yang dengan
kemampuan bahasanya ia dapat menjelaskan, menerangkan, dan mengungkapkan
segala fenomena alam dan kehidupan baik yang abstrak maupun yang konkret.
Oleh karenanya, bahasa merupakan salah satu alat untuk mentransformasikan
sebagai bagian dari proses pendidikan.

2. QS.An-Najm Ayat 5-6


Pada surat Najm ayat 5-6 ditegaskannya klasifikasi seorang pendidik atau
siapa saja yang berkompeten menjadi subjek pendidikan yakni seperti yang tersurat

14
dalam ayat ini adalah seperti halnya seorang malaikat Jibril yang mana beliau
digambarkan sebagai berikut:
1. Sangat kuat, maksudnya memiliki fisik dan psikis yang matang dan mampu
memecahkan masalah.
2. Mempunyai akal yang cerdas, yakni seorang pendidik haruslah memiliki akal
yang mumpuni dalam bidangnya yakni berkompeten dalam mengajarkan apa
yang diajarkannya sebagai seorang subyek pendidikan. Secara bersamaan
meski murid sebagai obyek pendidikan tapi punya prilaku juga sebagai
subyek pendidikan yang aktif. Dengan canggihnya teknologi tapi pendidikan,
kasih sayang, evaluasi dan perhatian guru tak tergantikan oleh mesin.
3. Menampakan dengan rupanya yang asli, yakni seorang subyek pendidikan
hendaklah bersikap wajar yang tidak melebih-lebihkan segala sesuatu baik
dari dirinya maupun apa yang dilakoninya dalam bidangnya.

3. QS.An-Nahl ayat 43-44

Nilai pendidikan yang dapat kita ambil dari QS. An-Nahl ayat: 43 dan 44
antara lain:

7. Menganjurkan kita untuk bertanya apabila kita tidak tahu. Guru sebagai
subyek sekaligus sebagai “murid” yang aktif.
8. Apabila kita mempunyai ilmu sebaiknya ajarkan kepada yang belum tahu.
9. Dalam mendidik menyesuaikan dengan tingkat kecerdasan dan
pemahaman peserta didik.
10. Pendidik menggunakan bahasa yang jelas dan mudah dipahami.
11. Pendidikan dilakukan secara bertahap.
12. Pendidik atau guru mesti menguasai bahan ajar.

4. QS. Al-Kahfi Ayat 66


Dan tafsir ayat di atas yang menceritakan tentang Nabi Musa as dan
Nabi Khaidir as hendaknya kita meneladani apa yang telah diceritakan pada
ayat tersebut. Adapun kandungan yang terdapat pada ayat tsb sebagai berikut :
11. Kuatnya kemauan Nabi Musa as untuk belajar.
12. Walaupun sudah pintar janganlah sombong. Masih ada orang yang
lebih pintar.

15
13. Amar Makhruf Nahi Munkar sang selalu ditegakkan oleh Nabi Musa
as. Walaupun ia sudah berjanji tidak bertanya, tetapi ia tetap menegur
perbuatan yang salah.
14. Sedia berkorban untuk kepentingan umum: nelayan, anak-anak yatim
dan memelihara keimanan. Nabi Khaidir as melakukan tiga peristiwa
itu demi untuk kebaikan dan ia sedia berkorban walaupun dicela Nabi
Musa as dan sebagainya.
15. Ayat ini juga menganjurkan kita untuk berprilaku sopan dan
menghormati orang lain.
16. Proses belajar adalah proses abadi sepanjang hayat. Karena itu, kita
tidak boleh merasa pintar dan cepat berpuas diri.
17. Orang yang berilmu boleh bangga jika ada orang lain yang ingin
belajar kepadanya.
18. Setiap pelajar harus memiliki kesabaran yang kuat dalam menuntut
ilmu.
19. Ada ilmu yang diusahakan dengan sungguh-sungguh (ilmu kasbi). Ada
ilmu yang merupakan pelimpahan ilmu langsung dari Allah SWT
dengan kesucian jiwa (ilmu laduni). Ketaatan kepada guru ini terkait
dengan peran guru sebagai agen ilmu pengetahuan, bahkan agen
spiritual. Kalau kita tidak taat kepada guru, maka apakah mungkin
ilmu yang kita dapat akan berserang di dalam ingatan kita. Dalam
pandangan para ahli pendidikan yang menggunakan paradigma sufistik
terdapat kesimpulan bahwa para guru adalah agen spiritual dan agen
ilmu dari Allah, mereka berpendapat bahwa pada hakikatnya ilmu dari
Allah, dan guru hanyalah sebagai mediator yang menyampaikan ilmu
dari Allah kepada manusia. Sejalan dengan itu, maka bagi orang yang
ingin mendapatkan ilmu dari Allah, maka ia harus menghormati guru
sebagai mediatornya, para Rasul pun sudah memerankannya.
20. Kerendahan hati lebih baik daripada kesombongan. Nabi Musa as yang
memiliki ilmu dan kedudukan yang tinggi pun masih mau untuk
belajar dan tidak menyombongkan diri. Beliau sebagai Nabi sekaligus
Rasul mau belajar dengan Nabi Khaidir as. Semua orang adalah
subyek pendidikan, semua orang adalah guru, learning society, reading
society.
16
DAFTAR PUSTAKA

Dr. M. Yahya Daud. 2015. Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Alquran. Banjarmasin :

ANTASARI PRESS

Muhammad Takdir Ilahi muhammad. 2012. Revitalisasi Pendidikan Berbasis Moral. Cet. I;

Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Damin Sudirman. 2002. Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme


Tentang

Kependidikan. Cet. I; Jakarta: Pustaka Setia

Rusman. 2013 Model-model pembelajaran mengembangkan profesionalisme guru. Jakarta:


PT
Raja Grafindo Persada
Zakiah Drajat. 2001. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta; Bumi Aksara

Al - Imam Abul Fida Isma’il Ibnu Katsir, op. cit

Departemen Agama RI. 1998. Alqur’ an dan Tafsimya. Jakarta : Lentera Abadi

Imam Al-Ghazali dalam Abuddin Nata. 2001. Para Tokoh Pendidikan Islam. Jakarta: Raja
Grapido Persada

17

Anda mungkin juga menyukai