Anda di halaman 1dari 13

TUGAS TERSTRUKTUR DOSEN PENGAMPU

PENDIDIKAN AKHLAK Drs. H. SAMDANI, M. Fil. I

ETIKA, MORAL DAN SUSILA

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 8

KHAIRIAH 200101080471
LISA ARIANTI 200101080538
SITI AMANAH 200101080782

LOKAL B PIAUD ANGKATAN 2020

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT hingga saat ini masih
memberikan nafas kehidupan dan anugerah akal, sehingga penulis dapat menyelesaikan
pembuatan makalah ini tepat pada waktunya.

Makalah sederhana ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pendidikan Akhlak dengan dosen pengampu Bapak Drs. H. Samdani, M. Fil. I yang
berjudul Etika, Moral dan Susila. Semoga bermanfaat bagi penulis dan khususnya pembaca
pada umumnya.

Tidak ada manusia yang luput dari kesalahan dan kekurangan. Dengan segala
kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan
dari para pembaca guna meningkatkan kualitas makalah ini dan makalah-makalah lainnya
pada waktu mendatang.

Banjarmasin, 11 Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH .................................1


B. RUMUSAN MASALAH .................................................1
C. TUJUAN PENULISAN ...................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika............................................................... 3
B. Pengertian Moral...............................................................4
C. Pengertian Susila.............................................................. 5
D. Hubungan Antara Akhlak, Etika, Moral, Dan Susila....... 6

BAB III PENUTUP

SIMPULAN ..................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA .................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Sejarah Agama menunjukkan bahwa kebahagiaan yang ingin dicapai dengan
menjalankan syariah agama itu hanya dapat terlaksana dengan adanya akhlak yang
baik.Kepercayaan yang hanya berbentuk pengetahuan tentang keesaan Tuhan, ibadah
yang dilakukan hanya sebagai formalitas belaka, muamalah yang hanya merupakan
peraturan yang tertuang dalam kitab saja, semua itu bukanlah merupakan jaminan untuk
tercapainya kebahagiaan tersebut.
Timbulnya kesadaran akhlak dan pendirian manusia terhadap-Nya adalah
pangkalan yang menetukan corak hidup manusia.Akhlak, atau moral, atau susila adalah
pola tindakan yang didasarkan atas nilai mutlak kebaikan.Hidup susila dan tiap-tiap
perbuatan susila adalah jawaban yang tepat terhadap kesadaran akhlak, sebaliknya hidup
yang tidak bersusila dan tiap-tiap pelanggaran kesusilaan adalah menentang kesadaran itu.
Kesadaran akhlak adalah kesadaran manusia tentang dirinya sendiri, dimana
manusia melihat atau merasakan diri sendiri sebagai berhadapan dengan baik dan
buruk.Disitulah membedakan halal dan haram, hak dan bathil, boleh dan tidak boleh
dilakukan, meskipun dia bisa melakukan.Itulah hal yang khusus manusiawi.Dalam dunia
hewan tidak ada hal yang baik dan buruk atau patut tidak patut, karena hanya manusialah
yang mengerti dirinya sendiri, hanya manusialah yang sebagai subjek menginsafi bahwa
dia berhadapan pada perbuatannya itu, sebelum, selama dan sesudah pekerjaan itu
dilakukan.Sehingga sebagai subjek yang mengalami perbuatannya dia bisa dimintai
pertanggungjawaban atas perbuatannya itu.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu pengertian moral?
2. Apa itu pengertian moral?
3. Apa itu pengertian susila?
4. Apa hubungan antara akhlak, etika, moral, dan susila?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui apa itu pengertian moral
2. Untuk mengetahui apa itu pengertian moral

1
3. Untuk mengetahui apa itu pengertian susila
4. Untuk mengetahui apa hubungan antara akhlak, etika, moral, dan susila

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika
Etika adalah suatu ajaran yang berbicara tentang baik dan buruknya yang menjadi
ukuran baik buruknya atau dengan istilah lain ajaran tenatang kebaikan dan
keburukan, yang menyangkut peri kehidupan manusia dalam hubungannya dengan
Tuhan, sesama manusia, dan alam.
Secara bahasa Etika berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti adat istiadat
(kebiasaan) kecenderungan hati untuk melakukan perbuatan.1 Dalam kamus umum
Bahasa Indonesia, Etika diartikan ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan
tentang hak dan kewajiban moral (Akhlak) dan pengertian kebiasaan ini terlihat
bahwa etika berhubungan dengan upaya menentukan tingkah laku manusia. 2 Kamus
Istilah Pendidikan dan Umum, Etika adalah bagian dari filsafat yang mengajarkan
tentang keluruhan budi (baik/buruk).

Adapun arti etika dari segi istilah, telah dikemukakan para ahli dengan ungkapan
yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandangnya. Menurut para ulama’ etika
adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya
dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam
perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya
diperbuat.
Sebagai cabang pemikiran filsafat, etika bisa dibedakan manjadi dua:
obyektivisme dan subyektivisme.
1) Obyektivisme
Berpandangan bahwa nilai kebaikan suatu tindakan bersifat obyektif,
terletak pada substansi tindakan itu sendiri. Faham ini melahirkan apa yang
disebut faham rasionalisme dalam etika. Suatu tindakan disebut baik, kata faham
ini, bukan karena kita senang melakukannya, atau karena sejalan dengan kehendak
masyarakat, melainkan semata keputusan rasionalisme universal yang mendesak
kita untuk berbuat begitu.
2) Subyektivisme

1
Pengantar Studi, Akhlak, Drs Zahruddin AR, M.M.Si. hal43
2
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988)
3
Berpandangan bahwa suatu tindakan disebut baik manakala sejalan dengan
kehendak atau pertimbangan subyek tertentu.Subyek disini bisa saja berupa
subyektifisme kolektif, yaitu masyarakat, atau bisa saja subyek Tuhan.

a. Macam-Macam Etika
1) Etika deskriptif
Etika yang berbicara mengenai suatu fakta yaitu tentang nilai dan pola
perilaku manusia terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya dalam
kehidupan masyarakat.
2) Etika Normatif
Etika yang memberikan penilaian serta himbauan kepada manusia
tentang bagaimana harus bertindak sesuai norma yang berlaku. Mengenai
norma norma yang menuntun tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari
hari.

Etika dalam keseharian sering dipandang sama denga etiket, padahal


sebenarnya etika dan etiket merupakan dua hal yang berbeda. Dimana etiket adalah
suatu perbuatan yang harus dilakukan.Sementa etika sendiri menegaskan bahwa
suatu perbuatan boleh atau tidak.Etiket juga terbatas pada pergaulan. Di sisi yang lain
etika tidak bergantung pada hadir tidaknya orang lain. Etiket itu sendiri
bernilairelative atau tidak sama antara satu orang dengan orang lain. Sementa itu
etika bernilaiabsolute atau tidak tergantung dengan apapun.Etiket memandang
manusia dipandang dari segi lahiriah.Sementara itu etika manusia secara utuh.
Dengan ciri-ciri yang demikian itu, maka etika lebih merupakan ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang dilakukan
manusia untuk dikatakan baik atau buruk. Dengan kata lain etika adalah aturan atau
pola tingkah laku yang dihasilkan oleh akal manusia.

B. Pengertian Moral
Adapun arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores yaitu
jamak dari kata mos yang berarti adat kebiasaan. Di dalam kamus umum bahasa
Indonesia dikatan bahwa moral adalah penentuan baik buruk terhadap perbuatan dan
kelakuan.

4
Selanjutnya moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang
secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk.
Berdasarkan kutipan tersebut diatas, dapat dipahami bahwa moral adalah
istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktifitas manusia dengan
nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah.
Moral lebih mengacu kepada suatu nilai atau sistem hidup yang dilaksanakan
atau diberlakukan oleh masyarakat. Nilai atau sistem hidup tersebut diyakini oleh
masyarakat sebagai yang akan memberikan harapan munculnya kebahagiaan dan
ketentraman. Nilai-nilai tersebut yang berkaitan dengan perasaan wajib, rasional,
berlaku umum dan kebebasan. Jika nilai-nilai tersebut telah mandarah daging dalam
diri seseorang, maka akan membentuk kesadaran moralnya sendiri. Orang yang
seperti itu akan mudah melakukan suatu perbuatan tanpa harus ada dorongan atau
paksaan dari luar.

Jika pengertian etika dan moral tersebut dihubungkan satu dengan lainnya,
kita dapat mengetakan bahwa antara etika dan moral memiki objek yang sama, yaitu
sama-sama membahas tentang perbuatan manusia selanjutnya ditentukan posisinya
apakah baik atau buruk. Namun demikian dalam beberapa hal antara etika dan moral
memiliki perbedaan. Pertama, kalau dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai
perbuatan manusia baik atau buruk menggunakan tolak ukur akal pikiran atau rasio,
sedangkan moral tolak ukurnya yang digunakan adalah norma-norma yang tumbuh
dan berkembang dan berlangsung di masyarakat. Dengan demikian etika lebih bersifat
pemikiran filosofis dan berada dalam konsep-konsep, sedangkan etika berada dalam
dataran realitas dan muncul dalam tingkah laku yang berkembang di masyarakat.

Dengan demikian tolak ukur yang digunakan dalam moral untuk mengukur
tingkah laku manusia adalah adat istiadat, kebiasaan dan lainnya yang berlaku di
masyarakat.

C. Pengertian Susila
Susila atau kesusilaan berasal dari kata susila yang mendapat awalan ke dan
akhiran an. Kata tersebut berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu Su dan Sila. Su berarti
baik, bagus dan Sila berarti dasar, prinsip, peraturan hidup atau norma.3
3
M.Said,Etika Masyarakat Indonesia,(Jakarta:Pradnya Paramita,1976), hlm.23
5
Kata Susila selanjutnya digunakan untuk arti sebagai aturan hidup yang lebih
baik. Orang yang susila adalah orang yang berkelakuan baik, sedangkan orang yang a
susila adalah orang yang berkelakuan buruk. Pada pelaku Zina (pelacur) misalnya
sering diberi gelar sebagai Tuna Susila.
Selanjutnya kata susila dapat pula berarti sopan, beradab, baik budi bahasanya.
Dan kesusilaan sama dengan kesopanan. Dengan demikian kesusilaan lebih mengacu
kepada upaya membimbing, memandu, mengarahkan, membiasakan dan
memasyarakatkan hidup yang sesuai dengan norma atau nilai-nilai yang berlaku
dalam masyarakat. Kesusilaan menggambarkan keadaan dimana orang selalu
menerapkan nilai-nilai yang dipandang baik.
Sama halnya dengan moral, pedoman untuk membimbing orang agar berjalan
dengan baik juga berdasarkan pada nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat
dan mengacu kepada sesuatu yang dipandang baik oleh masyarakat.4

D. Hubungan Antara Akhlak, Etika, Moral, Dan Susila


1. Persamaan antara akhlak, etika, moral dan susila.
Akhlak, Etika, Moral, dan Susila secara konseptual memiliki makna yang
berbeda, namun pada aras praktis, memiliki prinsip-prinsip yang sama, yakni
sama-sama berkaitan dengan nilai perbuatan manusia. Seseorang yang sering kali
berkelakuan baik kita sebut sebagai orang yan berakhlaq, beretika, bermoral, dan
sekaligus orang yang mengerti susila. Sebaliknya, orang yang perilakunnya buruk
di sebut orang yang tidak berakhlak, tidak bermoral, tidak tahu etika atau orang
yang tidak berasusila. Konotasi baik dan buruk dalam hal ini sangat bergantung
pada sifat positif atau negative dari suatu perbuatan manusia sebagai makhluk
individual dalam komunitas sosialnya.
Dalam perspektif agama, perbuatan manusia didunia ini hanya ada dua pilihan
yaitu baik dan benar. Jalan yang di tempuh manusia adalah jalan lurus yang sesuai
dengan petunjuk ajaran agama dan keyakinannya, atau sebaliknya, yakni jalan
menyimpang atau jalan setan, kebenaran atau kesesatan. Itu sebuah logika binner
yang tidak pernah bertemu dan tidak pernah ada kompromi. Artinya, tidak boleh
ada jalan ketiga sebagai jalan tengah antara keduanya.

4
Nata, M.A.,Prof. Dr. H. Abuddin.2012.Akhlak Tasawuf.Jakarta:PT
RAJAGRAFINDO PERSADA. hlm 52

6
Keempat istilah tersebut sama-sama mengacu pada perbuatan manusia yang
selanjutnya ia diberikan kebebasan untuk menentukan apakah mau memilih jalan
yang berniai baik atau buruk, benara atau salah berdasarkan kepeutusannya. Tentu
saja, masing-masing pilihan mempunyai konsekuensi berbeda.
Ditinjau dari aspek pembentukan karakter, keempat istilah itu merupakan
suatu proses yang tidak pernah ada kata berhenti di dalamnya. Proses itu harus
terus-menerus di dorong untuk terus menginspirasi terwujudnya manusia –
manusia yang memiliki karakter yang baik dan mulia, yang kemudian
terefleksikan ke dalam bentuk perilaku pada tataran fakta empiric di lapangan
sosial dimana manusia tinggal. Kesadaran terhadap arah yang positif ini menjadi
penting ditanamkan, agar supaya tugas manusia sebagai khalifatullah fi al-ardi
menjadi kenyataan sesuai titah Allah swt. Bukankah Allah telah membekali
manusia berupa sebuah potensi fitri, jika manusia mampu memeliharanya, maka ia
akan mencapai drajad yang lebih mulia dari pada malaikat.
Sebaliknya, jika tidak mampu, maka ia akan jatuh ke posisi derajad binatang
dan bahkan lebih sesat lagi. Inilah di antara argumentasinya, bahwa betapa
perilaku manusia itu harus senatiasa dibina, di bombing, di arahkan bahkan harus
di control melalui regulasi-regulasi, agar supaya manusia selalu berada di jalan
yang benar dan lurus. Untuk mewujudkan cita-cita luhur itu, memang dibutuhkan
suatu proses yang panjang sekaligus dengan cost yang tidak sedikit.

2. Perbedaan antara akhlak, etika, moral dan susila.


Berdasarkan paparan di atas, maka secara formal perbedaan keempat istilah
tersebut adalah antara lain sebagai berikut:
1) Etika bertolak ukur pada akal pikiran atau rasio.
2) Moral tolak ukurnya adalah norma-norma yang berlaku pada masyarakat.
3) Etika bersifat pemikiran filosofis yang berada pada tataran konsep atau
teoritis.
4) Pada aras aplikatif, etika bersifat lokalitas dan temporer sesuai consensus,
dengan demikian dia disebut etiket (etiqqueta), etika praksis, atau dikenal juga
dengan adab/tatakrama/tatasusila.
5) Moral berada pada dataran realitas praktis dan muncul dalam tingkah laku
yang berkembang dalam masyarakat.
6) Etika di pakai untuk pengkajian system nilai yang ada.
7
7) Moral yang di ungkapkan dengan istilah moralitas di pakai untuk menilai
suatu perbuatan.
8) Akhlaq berada pada tataran aplikatif dari suatu tindakan manusia dan bersifat
umum, namun lebih mengacu pada barometer ajaran agama. Jadi, etika islam
(termasuk salah satu dari berbagai etika relegius yang ada) itu tidak lain adalah
akhlaq itu sendiri.
9) Susila adalah prinsip-prinsip yang menjadi landasan berpijak masyarakat, baik
dalam tindakan maupun dalam tata cara berpikir, berdasarkan kearifan-
kearifan local.
10) Akhlaq juga berada pada level spontanitas-spesifik, karena kebiasaan
individual/ komunitas yang dapat disebut dengan “Adab” , seperti adab encari
ilmu, adab pergaulan keluarga dan lain-lain.

8
BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
1. Etika
Etika merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan
perbuatan yang dilakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk. Dengan kata lain
etika adalah aturan atau pola tingkah laku yang dihasilkan oleh akal manusia.
2. Moral
Moral adalah istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktifitas
manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah.
Tolak ukur yang digunakan dalam moral untuk mengukur tingkah laku manusia
adalah adat istiadat, kebiasaan dan lainnya yang berlaku di masyarakat.
3. Susila
Susila dapat berarti sopan, beradab, baik budi bahasanya. Dan kesusilaan sama
dengan kesopanan. Dengan demikian kesusilaan lebih mengacu kepada upaya
membimbing, memandu, mengarahkan, membiasakan dan memasyarakatkan hidup
yang sesuai dengan norma atau nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Kesusilaan
menggambarkan keadaan dimana orang selalu menerapkan nilai-nilai yang dipandang
baik.
4. Hubungan antara Akhlak, Etika, Moral, dan Susila
Akhlak, Etika, Moral, dan Susila secara konseptual memiliki makna yang berbeda,
namun pada aras praktis, memiliki prinsip-prinsip yang sama, yakni sama-sama
berkaitan dengan nilai perbuatan manusia. Seseorang yang sering kali berkelakuan
baik kita sebut sebagai orang yan berakhlaq, beretika, bermoral, dan sekaligus orang
yang mengerti susila. Sebaliknya, orang yang perilakunnya buruk di sebut orang yang
tidak berakhlak, tidak bermoral, tidak tahu etika atau orang yang tidak berasusila.
Konotasi baik dan buruk dalam hal ini sangat bergantung pada sifat positif atau
negative dari suatu perbuatan manusia sebagai makhluk individual dalam komunitas
sosialnya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996

Nata, M.A.,Prof. Dr. H. Abuddin.2012.Akhlak Tasawuf.Jakarta:PT.


RAJAGRAFINDO PERSADA

Drs. Zahruddin AR, M,M.Si.2004.Pengantar Studi Akhlak.Jakarata:PT Raja


Grafindo Persada

Fakhry, Maj.1996.Etika Dalam Islam.Pustaka Pelajar: Yogyakarta


Sinaga, Hasanudin dan Zaharuddin. 2004. Pengatar Studi Akhlak. PT Raja
Grafmdo Persada: Jakarta

10

Anda mungkin juga menyukai