Anda di halaman 1dari 35

TUGAS TERSTRUKTUR DOSEN PENGAMPU

BIMBINGAN KONSELING Dra. Hj. IKTA YARLIANI, S. Pd, M. Pd

FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN

DENGAN TIMBULNYA PERMASALAHAN ANAK USIA DINI

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 8

KHELDAWATI 200101080249
LISA ARIANTI 200101080538
MAYADA NURHASANAH 200101080416
NURRAIDA RAYYANA 200101080326
SOPIATUL AZKIA 200101080317

LOKAL A & B PIAUD ANGKATAN 2020

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT hingga saat ini masih
memberikan nafas kehidupan dan anugerah akal, sehingga penulis dapat menyelesaikan
pembuatan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah sederhana ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah bimbingan
konseling. Semoga bermanfaat bagi penulis dan khususnya pembaca pada umumnya.

Tidak ada manusia yang luput dari kesalahan dan kekurangan. Dengan segala kerendahan
hati, saran-saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan dari para
pembaca guna meningkatkan kualitas makalah ini dan makalah-makalah lainnya pada waktu
mendatang.

Banjarmasin, 28 Februari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH ............................................ 1


B. RUMUSAN MASALAH ............................................................. 2
C. TUJUAN PENULISAN ............................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Faktor-Faktor yang Berkaitan dangan Timbulnya


Permasalahan Anak Usia Dini ..................................................... 3
B. Jenis-Jenis Permasalahan Perilaku Anak Usia Dini...................... 7
C. Upaya Menangani Permasalahan Anak Usia Dini .......................25

BAB III PENUTUP

SIMPULAN ............................................................................................. 29

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 31

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Anak adalah buah hati bagi setiap orang tua, anak adalah sosok manusia kecil
yang memiliki sifat unik dan memiliki rasa ingin tahu yang sangat kuat. Anak usia
dini adalah sekelompok individu yang berusia 0-6 tahun, dimana pada usia ini
sering disebut masa emas (golden age) yang hanya terjadi satu kali dalam
perkembangan kehidupan manusia, sehingga sangatlah penting untuk merangsang
pertumbuhan otak anak melalui perhatian kesehatan anak, penyediaan gizi yang
cukup dan pelayanan pendidikan.
Proses pertumbuhan dan perkembangan anak dalam berbagai aspek sedang
mengalami masa yang sangat cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia dan
terjadi sejak dalam kandungan, setiap organ dan fungsinya mempunyai kecepatan
tumbuh yang berbeda-beda. Dalam masa pertumbuhan dan perkembangan terdapat
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak itu
sendiri.
Faktor tersebut adalah faktor yang berasal dari dalam dan faktor dari luar. Faktor
dalam meliputi hal-hal yang diturunkan dari orang tua, unsur berfikir dan
kemampuan, keadaan kelenjar zat-zat dalam tubuh dan emosi atau sifat-sifat
(tempramen) tertentu. Sementara itu, faktor luar yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak adalah keluarga, gizi, budaya atau lingkungan
dan tempat bermain juga sekolah .
Dalam masa pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini, adalah masa yang
sangat sensitif, dan mungkin saja dalam masa pertumbuhan dan perkembangan ini
bukan tidak mungkin adanya hambatan-hambatan dalam perkembangan fisik dan
mentalnya, sehingga akan menjadi suatu masalah dikemudian hari, maka sangatlah
penting bagi orangtua ataupun pendidik (guru) untuk dapat mengetahui hambatan
tersebut, dengan mendeteksinya secara dini (deteksi dini tumbuh kembang anak) agar
dapat diatasi sedari awal.

1
Setiap anak yang lahir ke dunia, sangat rentan dengan berbagai masalah. Masalah
yang dihadapi anak, terutama anak usia dini, biasanya berkaitan dengan gangguan pada
proses perkembangannya. Bila gangguan tersebut tidak segera diatasi maka akan
berlanjut pada fase perkembangan berikutnya yaitu fase perkembangan anak sekolah.
Pada gilirannya, gangguan tersebut dapat menghambat proses perkembangan anak
yang optimal. Dengan demikian, penting bagi para orang tua dan guru untuk
memahami permasalahan-permasalahan anak agar dapat meminimalkan kemunculan
dan dampak permasalahan tersebut serta mampu memberikan upaya bantuan yang
tepat.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa-apa saja faktor yang berkaitan dengan timbulnya permasalahan anak usia
dini?
2. Apa saja jenis-jenis permasalahan perilaku anak usia dini?
3. Bagaimana upaya menangani permasalahan anak usia dini?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui apa-apa saja faktor yang berkaitan dengan timbulnya
permasalahan anak usia dini
2. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis permasalahan perilaku anak usia dini
3. Untuk mengetahui bagaimana upaya menangani permasalahan anak usia dini

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Faktor-Faktor yang Berkaitan dangan Timbulnya Permasalahan Anak Usia Dini

Secara umum terdapat dua factor yang berkaitan dengan timbulnya permasalahan
pada anak. Kedua factor tersebut yakni :

1. Internal: kondisi fisik alat indra yang tidak berfungsi baik sindroma down-penyakit
tertentu dan keturunan
2. Eksternal: factor internal ini terdiri dari
a. Kondisi saat didalam kandungan, kondisi ibu (kurang gizi, depresi, obat, alcohol,
kafein)
b. Kondisi saat kelahiran: proses kelahiran, kekurangan oksigen ketika proses kelahiran
terjadi.
c. Keluarga, pola asuh yang salah, stimulasi yang kurang, tingkat pendidikan.

Lebih lanjut, beberapa ahli menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya


permasalahan anak usia dini. Menurut Campbell (2006) terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi permasalahan anak usia dini, yaitu karakteristik anak, cara asuh orang tua,
komposisi keluarga dan pola interaksinya, dan faktor lingkungan sosial yang lebih luas.

1. Karakteristik Anak
Faktor ini meliputi kemungkinan kondisi biologis yang rentan , kepribadian dan
diposisi temperamental, kebutuhan-kebutuhan dimasa perkembangannya.
2. Pola asuh anak
Kualitas orang tua dalam mendidik anak terkait keterlibatan serta kedekatan
dengan anak. Faktor pola asuh yang memengaruhi perilaku anak juga meliputi gaya atau
cara orang tua membesarkan anak.
3. Kondisi keluarga dan pola interaksinya
a. Stres dan konflik keluarga

Hubungan antara stres, konflik rumah tangga dan permasalahan pada masa
anak-anak telah dibuktikan oleh sebagai penelitian. Pada umumnya anak laki-laki

3
lebih rentan terkena dampak dari konflik dalam keluarga. Apabila anak menyaksikan
orang tuanya berselisih anak akan merasa tidak aman, tidak nyaman dan cemas.
Kemudian secara tidak langsung, pola interaksi dalam keluarga akan berubah.

b. Perpisahan dan perceraian


Konflik yang terjadi pada orang tua dapat berdampak pada reaksi stress jangka
pendek dan kesulitan menyesuaikan diri dalam jangka panjang pada anak. Penelitian
menunjukkan bahwa perpisahan dan peceraian berpengaruh pada permasalahan perilaku
anak. Anak laki-laki membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menyesuaikan diri
dengan oerceraian orang tua.

4. Faktor Lingkungan Sosial yang Lebih Luas

a. Dukungan sosial
Adanya dukungan sosial dari keluarga, atau orang-orang terdekat berpengaruh
pada mental orang tua. Hal tersebut kemudian berdampak pada perkembangan anak.
Dukungan sosial berupa nasihat, perhatian, mencontohkan cara merawat anak, ataupun
dukungan secara emosional, semuanya dapat memberi dampak pada perilaku
pengasuhan.
b. Kualitas dan kesediaan orang tua memerhatikan anak
Pada zaman modern ini semakin banyak wanita yang disibukkan dengan karier.
Tugas sebgai orang tua untuk merawat anak dengan baik, kedekatan ibu dengan anak
menjadi hal yang menghawatirkan bagi anak dan kondisi keluarganya. Orang tua
kemudian menyewa tenaga yang bertugas merawat anak mereka. Menurut Campbell
(2002), orang yang menggantikan peran orag tua dalam merawat anak, akan menjadi
pihak tidak terlepas dalam lingkungan interaksi sosial anak. Belsky (dalam Campbell
2002) mengutrakan bahwa bayi atau anak usia dini yang berada lebih dari 20 jam
bersama dengan orang yang bukan orang tuanya, berpotensi akan merasakan perasaan
yang tidak nyaman dengn orang tuanya sendiri, serta berbagai kesulitan dikemudian hari
seperti regulasi diri yang buruk, ketidakpatuhan, agresi kepada teman sebayanya.
c. Faktor kultural
Adat istiadat, aturan yang berlaku dalam keluarga, hak dan kewajiban anak,
memengaruhi pola hubungan yang terjadi antara orang tua dan anak. Factor kultural

4
memengaruhi pola komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak, cara orang tua
mengasuh anak, dan secara keseluruhan memengaruhi lingkungan keluarga dan
perkembangan anak.
Sementara itu menurut najman, dkk (2000) mengemukakan berbagai factor yang
juga memengaruhi masalah perilaku anak usia dini. Factor-fakor tersebut antara la
1. Struktur sosial
2. Gaya hidup ibu
3. Lingkungan sosial anak
4. Factor biologis dan fisiologis

1. Struktur sosial
Anak yang memilihi maslah perilaku seringkali berasal dari keluarga yang
berstatus ekonomi rendah. Keluarga yang berstatus ekonomi rendah secara konsisten
memiliki kaitan dengan sebagai factor resiko untuk pengembangan dan pemeliharaan
dari permasalahan perilaku anak termasuk kehamilan dini, komplikasi kelahiran,
jumblah keluarga yang besar, perselisihan keluarga, dan masalah pengasuhan orang tua.
2. Gaya hidup ibu

Dalam menguji dampak atau pengaruh dari kesehatan dan gaya hidup dari si
anak, merokok dan segala bentuk penggunaan zat-zat terlarang (misalnya alcohol)
ketika hamil dapat meningkatkan factor resiko terjadinya masalah perkembangan dan
perilaku anak baik ketika sebelum lahir maupun ketika anak sudah lahir.

3. Lingkunga sosial anak


a. Keadaan mental dari ibu
Anak yang berada dalam keluarga yang tidak harmonis atau sering terjadi
konflik, secara konsisten menunjukkan tingginya pengaruh baik internal maupun
eksternal dari masalah perilaku anak. Anak yang lahir dari ibu yang mengalami
kecemasan atau depresi memunculkan resiko yang lebih besar pada jumblah kasus
permasalahan perilaku termasuk antisosial, membolos, mencari perhatian secara
berlebihan, masalah emosional, konsentrasi rendah, kemampuan kognitif rendah, dan
kemampuan penyesuaian yang buruk di sekolah.

5
b. Pola asuh dan praktik disiplin
Fakta menunjukkan bahwa kualitas orang tua dan hubungan keluarga
memilih pengaruh pada timbulnya masalah perilaku pada anak. Orang tua dari anak
yang bermasalah dengan perilaku, menunjukkan penerimaan yang rendah terhadap
anak, dan sikap hangat dan kasih saying yang lebih rendah di bamdimg dengan orang
tua dari anak yang normal. Disiplin di golongkan oleh kombinasi antara sikap
hangat, tegas, namun pola asuh yang tetap terkontrol dengan baik.

Berkaitan dengn lingkungan sosial anak, fantuzzo et al (2004) juga


mengungkapkan bahwa kemampuan dan perkembangan anak tidak hanya
dipengaruhi oleh orang tua saja, tetapi teman sebayanya juga. Fantuzzo et al
menunjukkan bahwa perilaku anak berhubungan dengan pola hubungan interaksi
anak dengan teman sebaya baik dilingkungan rumah maupun lingkungan sekolah.
Dabova (2009) juga mengatakan bahwa untuk tumbuh menjadi individu dewasa yang
sehat, anak perlu memiliki perasaan di terima baik dengan dirinya maupun orang
lain, percaya diri dalam memilih keputusan yang baik, kesempatan untuk
membangun tanggung jawab, dan penerimaan terhadap dirinya sendiri.

4. Faktor Biologis/ fsikologis


Penelitian telah menguji tingkat pengaruh biologis seperti berat badan rendah,
axonia, kelahiran premature, dan masalah kelahiran lainnya sebagai predictor dalam
masalah pertumbuhan dan masalah perilaku pada anak. Factor lain juga memberi
dampak besar bagi pembentukan perilaku anak, yakni televise atau media massa. Pada
masa sekarang ini, banyak anak yang menonton televise dalam waktu yang lama dan
menjadi kebiasaan. Perilaku yang di tampilkan di televisi tidak semua positif, anak usia
dini yang gemar meniru apa yang dilihat dan didengarnya, akan mudah menerima segala
pesan dalam televise. Dari uraian tersebut dapat dilihat bahwa perilaku anak dipengaruhi
oleh tiga hal penting yakni kondisi anak yang dibawa sejak lahir, factor orang tua, dan
factor lingkungan.

6
B. Jenis-Jenis Permasalahan Perilaku Anak Usia Dini

Para ahli menyebutkan bahwa usia dini adalah masa paling fundamental dari lahir
sampai usia delapan tahun. Masa ini disebut juga sebagai masa keemasan, masa sensitif atau
peka, masa inisiatif, serta pengembangan diri.

Ketika ada masalah yang terjadi dalam masa emas, hal itu bisa mengganggu kehidupan
anak Anda karena adanya hambatan dalam perkembangannya. Sayangnya, terkadang anak
yang bermasalah itu agak sulit dibedakan dengan anak pada normalnya.

Untuk membedakannya, seorang anak disebut bermasalah ketika besarnya frekuensi


atau intensitas perbuatannya mulai mengkhawatirkan. Tiga kriteria yang dijadikan acuan
adalah statistik rata-rata, sosial, dan penyesuaian diri.

Yang dimaksud dengan kriteria statistik adalah perkembangan rata-rata seseorang yang
tidak sesuai dengan variabel pengukuran statistik. Contohnya adalah seorang anak yang
memiliki tinggi badan di bawah atau di atas normal rata-rata anak seusianya dianggap memiliki
masalah dalam tinggi badan.

Kriteria sosial adalah tingkah laku yang dianggap menyimpang dari norma sosial yang
ada di masyarakat. Sebagai contoh, pada masyarakat tertentu seorang anak yang terlalu aktif
akan dianggap mengganggu dan melawan norma, namun di komunitas lain dianggap normal.

Kemudian yang dimaksud dengan kriteria penyesuaian diri adalah kemampuan seorang
individu dalam menyesuaikan diri. Kriteria ini merujuk pada perilaku yang dianggap
meresahkan bahkan mengganggu perkembangan diri sendiri atau lingkungan sekitar seperti
perilaku agresif, berbohong, dan lain-lain.

Dari beberapa ahli bahwa kriteria Kriteria menggambarkan bahwa perkembangan yang
Termanifestasi dalam perilaku adalah normal atau bermasalah sungguh sulit. Secara umum hal
ini disebabkan karena ada perilaku yang merupakan proses perkembangan yang normal di
suatu area atau pada umur tertentu namun di area lain atau pada umur selanjutnya dianggap

7
bermasalah, sehingga normal atau tidak seseorang dianggap relatif atau bukan sesuatu yang
mutlak. Pada anak-anak prasekolah perilaku mana yang dapat dipandang sebagai norma untuk
suatu usia tertentu juga sulit dibedakan dari perilaku yang bermasalah, kecuali gejala yang
nampak sudah mengarah kepada kelainan perkembangan atau psikopatologi.

Dalam upaya memberikan kejelasan konseptual dalam deskripsi tentang


kemungkinan perilaku bermasalah anak-anak, Campbell (1990) berpendapat bahwa istilah
perilaku bermasalah mungkin digunakan untuk mengindikasikan membesarnya fersekusi dan
intensitas dari perilaku tertentu, bagi pada situasi belajar atau bukan sampai pada tingkatan
yang mengkhawatirkan. Koot (1996) menambahkan ciri pembeda anak-anak menyimpang
anak-anak normal adalah frekuensi atau seberapa sering anak tersebut berperilaku bermasalah
intensitas atau bobot dari perilaku yang bisa dilihat dari dampaknya.

Di samping frekuensi dan intensitas, terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan,
yakni derajat kekronisan, konstelasi dan konteks sosial dari perilaku bermasalah.1

1. Kronisan mengacu pada seberapa mendalam permasalahan tersebut dilihat dari akar
perilaku bermasalah. Perilaku bermasalah yang bersumber dari kelainan genetis bersifat
jauh lebih kronis daripada perilaku yang bersumber pada proses mencontoh atau orang
dewasa yang ada di lingkungan sekitar.
2. Konstelasi, yakni keterkaitan satu perilaku bermasalah dengan perilaku yang lain. Sebagai
contoh agresivitas anak yang terkait dengan hambatan kemampuan berbicara berbeda
sifatnya dengan agresivitas yang dilakukan oleh anaknya yang memiliki kemampuan
berbicara normal
3. Konteks sosial, menyangkut pertimbangan bahwa setiap kelompok sosial memiliki norma
perilaku sendiri. Sebuah sifat keterbukaan mengemukakankan pendapat yang dijunjung
tinggi oleh satu kelompok masyarakat mungkin dianggap kurang sopan oleh kelompok lain.
Karena anak dibesarkan dalam konteks sosial, dan karenanya harus mengikuti norma yang
berlaku, ukuran bermasalah atau tidaknya sebuah pelaku pun harus dikaitkan dengan norma
sosial yang berlaku

1
Dr. Rita Eka Izzaty, M. Si, Model Konseling Anak Usia Dini, (Bandung: PT Remaja
Posdakarya, 2017), hal.75-77
8
Dari beberapa kajian literatur, perilaku bermasalah anak secara umum dapat dipilih
menjadi dua dimensi, yaitu perilaku bermasalah eksternal dan perilaku masalah internal
(Achenbach dan Edelbrock, 1981; Campbell 1995; Deater-Deckard, 2005; Jensen,2005).
perilaku bermasalah eksternal merujuk pada perilaku yang ditunjukkan dengan karakteristik
kegagalan anak dalam mengontrol emosi dari impuls impuls pada dirinya, yang menyebabkan
beberapa perilaku seperti perilaku agresif, tidak patuh, mengganggu, permusuhan, menentang,
dan menyimpang ( Koot, 1996; Jensen, 2005). secara umum berlaku ini menyebabkan
lingkungan seperti orang tua, saudara, teman sebaya serta sekolah menjadi terganggu.

Pada perilaku bermasalah yang internal, ditunjukkan dengan karakteristik perilaku terlalu
mengontrol emosi dan impuls-nya sehingga perilaku yang muncul seperti menarik diri, penuh
ketakutan merasa tertekan, menghindar dan oversensitif. Secara umum, anak tersebut lebih
merasa menderita dibandingkan dengan orang-orang di lingkungannya ( Van As, 1997). Ahli
lain, Saifer (2003) menyebutkan bahwa jenis permasalahan pada anak usia dini meliputi:
agresif, berbohong, menggigil, cruel, berlari di dalam kelas, masturbasi, excessive crying,
malu-malu, mencuri, temper tantrums, mengemut jari, menarik diri, tidak mau mendengar,
special needs (gifted, disability, ketakutan yang intens).

Sementara itu, penelitian yang dilakukan di Indonesia dilakukan Izzaty (2003)


menunjukkan bahwa berbagai jenis permasalahan perilaku yang ada pada anak usia dini,
khususnya di taman kanak-kanak, yaitu perilaku agresivitas, kecemasan, temper tantrum,
terlalu aktif, gangguan pemusatan perhatian, gagap, withdrawal, enuresis, dan encopresis,
berbohong, menangis, tergantung, dan pemalu.

Berbagai permasalahan perkembangan anak tentunya akan berdampak negatif dan


memengaruhi ranah perkembangan yang lain atau fungsi-fungsi yang ada pada anak tersebut.
Dampak negatif tersebut antara lain berikut ini.

1. Dampak internal, yaitu akibat yang tertuju pada diri sendiri;


Munculnya emosi yang negatifyang negatif dan temperamen yang sulit, serta tidak
mampu beradaptasi (Bates dan Bayles, 1988), perkembangan kognitif yang terhambat
berkenaan dengan ketidakmampuan menyesuaikanmenyesuaikan dengan program
belajar (Stevenson dalam koot, 1996).

9
2. Dampak eksternal, yaitu akibat yang tertuju pada lingkungan anak, seperti mengganggu
suasana kelas serta penolakan teman sebaya (Grainger, 1997).

➢ Permasalahan Internal Anak Usia Dini


1) Masalah Fisik
Masalah motorik

Masalah motorik anak bisa dibedakan menjadi dua, yaitu motorik kasar dan
halus. Meskipun berbeda, tapi kedua hal tersebut sebenarnya masih saling
berhubungan.

Motorik kasar merupakan keterampilan gerakan tubuh yang membutuhkan


otot besar. Keterampilan tersebut akan membutuhkan sebagian besar atau seluruh
anggota tubuh dan dipengaruhi oleh berat badan dan perkembangan fisiknya.
Contohnya adalah kemampuan duduk, menendang, berlari, atau naik turun tangga.
Perkembangan motorik kasar ini sejalan dengan keterampilan buah hati dalam
menggerakkan anggota tubuh secara harmonis sesuai dengan perkembangannya.

Sebaliknya, motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan dengan


keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata-tangan. Saraf
motorik halus ini dapat dilatih dan dikembangkan dengan rangsangan secara rutin,
seperti bermain puzzle, menyusun balok, memasukkan benda ke dalam lubang
sesuai bentuknya, dan sebagainya.

Kemampuan motorik halus setiap anak berbeda-beda, baik dalam kekuatan


maupun ketepatannya. Beberapa permasalahan anak usia dini yang sering terjadi
adalah kesulitan dalam menggenggam pensil, menjiplak bentuk, menggunting,
menempel, melipat, dan gerakan motorik halus lainnya.

Kekurangan gizi

Permasalahan anak usia dini yang satu ini adalah gangguan kesehatan yang
diakibatkan oleh kekurangan atau ketidakseimbangan zat gizi. Padahal gizi adalah

10
hal yang diperlukan untuk pertumbuhan, aktifitas berfikir dan hal-hal yang
berhubungan dengan perkembangan buah hati.

Ketika seorang anak kekurangan gizi, hal tersebut bisa memengaruhi


produksi tenaganya, pertahanan tubuh, struktur, dan fungsi otak juga perilaku. Oleh
karena itu, buah hati membutuhkan asupan makanan dengan gizi seimbang sejak
dini.

Sayangnya, ada anggapan bahwa salah satu faktor kekurangan gizi pada
anak usia dini adalah perekonomian keluarga yang tidak mencukupi.
Padahal, menu makanan dengan gizi seimbang tidak harus yang mahal.Seperti
halnya protein daging yang bisa digantikan oleh protein dalam telur, tahu, atau
tempe.

Gangguan panca indra

Pada dasarnya, panca indra memiliki fungsi penting dalam perkembangan


seorang anak. Di antaranya adalah penglihatan (visual), pendengaran (auditori),
pengecap (rasa), penciuman (bau), dan sentuhan (taktil).

Masalah penglihatan yang biasa terjadi pada anak usia dini biasanya adalah
kesulitan dalam mengelompokkan benda berdasarkan warna, bentuk, dan
ukurannya. Selain itu, mereka juga kesulitan dalam mengamati benda secara jelas.

Gangguan pendengaran pada anak usia dini yang dimaksud di sini bukan
berarti si kecil mengalami tuli, tapi lebih pada ketidakmampuan dalam
membedakan suatu bunyi atau suara. Hal ini biasanya disebabkan oleh seringnya
buah hati terpapar suara nyaring atau keras, sehingga pendengarannya terganggu
ketika sinyal suara gagal mencapai otak.

Beberapa gejala gangguannya pendengarannya adalah:

• Tidak kaget saat mendengar suara nyaring.


• Tidak menoleh ke arah sumber suara.

11
• Tidak menyebutkan atau menirukan satu kata pun. apalagi lagu
sederhana.
• Menyadari kehadiran seseorang ketika melihatnya, namun acuh saat
dipanggil.
• Sering berbicara dengan lantang atau menyetel volume TV keras-keras
saat menonton film kartun kesukaannya.

Penyakit

Gangguan kesehatan yang dimaksud di sini adalah penyakit yang menimpa


anak-anak. Beberapa di antaranya adalah batuk, pilek, demam diare, radang, cacar,
campak, dan lain-lain. Penyakit tersebut disebabkan oleh kuman dan bakteri yang
dipengaruhi makanan dan kebersihan lingkungan sekitar.

Jika penyakitnya berlangsung lama dan tidak segera diatasi, hal tersebut
bisa menghambat aspek perkembangan yang penting dan memengaruhi
keterampilan lain si kecil. Ketika kesehatan anak terganggu, maka usahanya dalam
melakukan kegiatan belajar dan bermain pun akan mengalami gangguan juga.

Cacat tubuh

Kecacatan pada tubuh yang dialami anak usia dini tidak hanya merupakan
faktor bawaan yang sudah dialami sejak ia lahir, tapi juga bisa karena adanya
sebuah musibah yang membuatnya kehilangan salah satu anggota tubuhnya.

Permasalahan anak usia dini yang muncul adalah efek dari


ketidaksempurnaannya yang tidak sama seperti halnya anak lain pada normalnya.
Sehingga ia pun merasa malu dan rendah diri, apalagi kalau ia diejek dan dikucilkan
oleh teman-temannya.

Mengompol atau erunesis

12
Mengompol atau enuresis baru dianggap sebagai gangguan jika terjadi pada
buah hati yang berusia lebih dari 3 tahun. Hal ini dikarenakan, pada usia ini si kecil
seharusnya sudah bisa belajar untuk buang air kecil di kamar mandi.

Biasanya hal ini terjadi pada malam hari, tapi tidak menutup kemungkinan bisa
terjadi ketika si kecil tidur siang. Secara umum, beberapa faktor yang menyebabkan
permasalahan anak usia dini yang satu ini adalah kelainan fungsi fisiologis pada
kandung kemih dan saluran kemih akhir, lubang kencing yang sempit, tidur terlalu
nyenyak, dan ketidakmatangan jaringan syaraf otonom. Hal tersebut menjadikan
kandung kemih tidak memiliki kemampuan untuk menyimpan air kencing.

Selain itu, pada anak usia dini, faktor penyebabnya juga bisa dikarenakan ia
terlalu dibiasakan menggunakan popok dan tidak dibiasakan untuk buang air kecil
di kamar mandi. Sehingga si kecil akan merasa baik-baik saja buang air dimana
saja, bahkan ketika tidak memakai popok sekalipun.

Gangguan berbahasa

Berbahasa merupakan sebuah keterampilan dalam mendengarkan, berbicara,


membaca, dan menulis. Untuk anak usia dini, keterampilan yang diutamakan
adalah dalam hal mendengarkan dan berbicara.

Permasalahan anak usia dini dalam hal berbahasa diawali dari


ketidakmampuannya mendengar dan memahami bahasa lisan yang diucapkan
orang di sekitarnya. Pada umumnya, ada beberapa gangguan berbahasa yang bisa
dialami buah hati, yaitu keterlambatan bicara (speech delay), gagap (stuttering),
atau cadel.

Beberapa alasan masalah ini bisa muncul pada anak-anak biasanya disebabkan
oleh kurangnya kesempatan pada anak untuk mengutarakan isi hatinya. Sehingga
mengakibatkan buah hati tidak mampu mengekspresikan perasaan dengan
kalimatnya sendiri.

13
Ketidakmampuan anak dalam berbahasa juga memengaruhi kemampuan bicara
anak pada tahap perkembangan selanjutnya, seperti bicara yang tidak terlalu jelas,
juga gagap. Sehingga nantinya bisa memengaruhi hubungan sosial si kecil dengan
orang lain.

Ketidakmampuan anak dalam berbahasa juga memengaruhi kemampuan bicara


anak pada tahap perkembangan selanjutnya. Sehingga nantinya bisa memengaruhi
hubungan sosial si kecil dengan orang lain.

Hiperaktif

Gangguan hiperaktif merupakan sebuah masalah yang memiliki ciri-ciri


keaktifan berlebihan. Jika si kecil memiliki gangguan tersebut, dia akan sukar
memusatkan perhatian pada jangka waktu tertentu dan kesulitan mengendalikan
dirinya sendiri. Pada akhirnya, keaktifan itu bisa memengaruhi dan mengganggu
kinerja si kecil di sekolah, perilakunya di rumah, dan hubungan sosialnya dengan
teman yang lain.

Sebagai orangtua, tidak jarang Anda merasa khawatir si kecil yang terlalu aktif
ini mengidap ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau gangguan
pemusatan perhatian dan hiperaktivitas). Di mana ia tidak hanya sekedar hiperaktif,
tapi juga cenderung impulsif sehingga ia kesulitan menunda dorongan untuk
mengatakan atau melakukan sesuatu. Jika gangguan itu sampai terjadi, nantinya
bisa sangat memengaruhi perkembangan si kecil.

Kegemukan dan Obesitas

Berat badan yang berlebihan pada anak bisa membatasi ruang geraknya. Hal ini
dikarenakan buah hati harus menopang beban tubuhnya ketika melakukan aktivitas.

Dampaknya bisa memengaruhi kehidupan bersosial buah hati. Tak hanya ada
kemungkinan ia diejek oleh rekan sekolahnya, tapi juga karena ia sulit mengikuti
kegiatan bermain sehingga kehilangan kesempatan untuk mencapai keterampilan
yang penting dalam hubungan sosial.

14
Kidal

Seringnya, orang menganggap bahwa kidal adalah ketidakmampuan buah hati


dalam menggunakan tangan kanannya. Padahal, itu bukanlah hal yang pasti.

Seseorang yang kidal bukan berarti tidak bisa menggunakan tangan kanannya
sama sekali. Namun, si kecil menjadi kidal karena ia sudah lebih terbiasa
menggunakan tangan kirinya sejak pertama kali belajar melatih motorik tangannya.
Secara umum, faktor penyebab kidal pada anak adalah karena otak kanannya jauh
lebih unggul dibandingkan otak kirinya.

Kidal ini menjadi sebuah permasalahan anak usia dini ketika ia harus
menggunakan beberapa benda yang biasanya didesain hanya untuk mereka yang
dominan tangan kanannya. Contohnya adalah gunting, alat musik seperti gitar, atau
bahkan ketika belajar menulis menggunakan pulpen.

Meskipun begitu, jika buah hati Anda tengah makan atau melakukan sesuatu
menggunakan tangan kiri, jangan langsung memaksanya untuk mengganti menjadi
tangan kanan. Karena hal tersebut bisa membuat si kecil mengalami gangguan
berbicara. Kenapa bisa begitu?

Berdasarkan penelitian dari Pusat Penelitian Ilmiah Nasional Perancis (French


National Center for Scientific Research atau Centre National de la Recherche
Scientifique, CNRS), bagian otak yang mengendalikan keterampilan berbicara
sama dengan yang menggendalikan penggunaan tangan. Jika buah hati Anda
dipaksakan untuk melakukan aktivitas yang berlawanan dengan pilihan alaminya,
hal tersebut bisa menyebabkan si kecil menjadi frustasi dan menimbulkan banyak
masalah lain dalam perkembangannya.

2) Masalah Psiko-Sosial

Perkembangan psikis dan sosial buah hati erat hubungannya dengan


perkembangan jati dirinya. Namun, karena buah hati masih kecil, masalah psikis dan
sosial yang muncul biasanya tidak akan berlangsung secara permanen.

15
Permasalahan anak usia dini tersebut bersifat sementara karena si kecil masih
dalam masa memiliki sifat egosentris. Masalah tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh
lingkungan sekitarnya, tapi juga bisa berasal dari dirinya sendiri. Beberapa di antaranya
adalah:

Gangguan Kosentrasi

Konsentrasi adalah kemampuan seseorang untuk fokus dalam mengerjakan


atau melakukan sesuatu. Tujuannya adalah agar pekerjaan tersebut bisa
diselesaikan dalam batas waktu tertentu.

Kemampuan seorang anak dalam berkonsentrasi berbeda-beda sesuai


dengan usianya. Rentang perhatiannya dalam menerima informasi pun berbeda
pula. Biasanya, rentang perhatiannya akan dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti
kurang menariknya materi, faktor lingkungan yang ramai, dan kesulitan si kecil
dalam melakukan sesuatu.

Yang dimaksud dengan gangguan konsentrasi di sini adalah ketika buah hati
tidak bisa fokus dalam memperhatikan sesuatu atau perhatiannya terpecah.
Sehingga, ia tidak bisa menuntaskan pekerjaan apapun karena perhatiannya cepat
berubah. Beberapa tanda adanya permasalahan anak usia dini ini adalah:

• Anak mudah bosan dengan mainan yang dipegangnya.


• Sering bingung atau melamun.
• Kakinya sering digoyangkan dan bergerak ketika duduk atau rebahan.
• Bila mewarnai gambar terburu-buru dan tidak rapi.
• Ketika mempelajari sesuatu yang dianggapnya sulit, langsung beralasan sudah
bisa atau capek.
• Kalau antri terlalu lama sering merasa gelisah.

Bakat

Dr. Joseph S. Renzulli, seorang guru besar dalam bidang pendidikan anak
berbakat dari Amerika, menyebutkan ada beberapa indikasi untuk menunjukkan

16
anak yang berbakat. Di antaranya adalah IQ di atas rata-rata, kreativitas tinggi,
dan motivasijuga komitmen menyelesaikan tugas yang baik. Renzulli juga
menambahkan kalau potensi tersebut tidak akan terwujud tanpa dukungan keluarga,
sekolah, dan lingkungan sekitarnya.

Namun, jika tidak diarahkan dengan benar, keberbakatan ini bisa menjadi
sebuah masalah tidak hanya bagi si kecil tapi juga bagi pendidiknya. Beberapa
karakter anak berbakat yang menyebabkan kerentanan adalah perfeksionisme,
kepekaan yang cukup tinggi, dan kurangnya keterampilan sosial.

Seorang anak yang berbakat biasanya memiliki dorongan untuk mencapai


kesempurnaan. Biasanya, ia hanya memilih melakukan hal-hal yang diyakini pasti
berhasil. Belum lagi kritiknya terhadap diri sendiri yang berlebih dan tidak realistis
membuatnya sering merasa tidak mampu.

Beberapa anak berbakat juga sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan


sosialnya, sehingga ia pun lebih banyak menyendiri. Ada juga anak berbakat yang
populer dan menjadi pemimpin sehingga mengarah pada kecenderungan untuk
mendominasi kelompoknya. Tanpa pengarahan yang tepat pada si kecil, bakatnya
sebagai pemimpin itu tidak akan berkembang dengan baik.

Selain internal, ada juga masalah eksternal yang bisa menyulitkan anak
berbakat, seperti isolasi sosial, harapan yang tidak realistis, dan tidak tersedianya
pendidikan yang sesuai. Kurangnya kepedulian masyarakat terhadap kebutuhan
anak berbakat menyebabkan bakatnya tidak terasah secara maksimal. Belum lagi
adanya orang-orang yang menunjukkan sentimen dan penolakan karena kurang
memahami si kecil.

Gangguan Kecerdasan

Kecerdasan adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran


seseorang yang mencakup sejumlah kemampuan. Di antaranya adalah kemampuan
menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami

17
gagasan, menggunakan bahasa, dan mempelajari sesuatu. Masing-masing anak
terlahir dengan tingkat kecerdasannya masing-masing.

Beberapa anak memiliki intelegensi tinggi sehingga memiliki kecepatan dalam


mengerjakan sesuatu dan memiliki daya tangkap juga daya ingat yang baik.
Sementara anak lain merasa kesulitan dalam mengingat dan menangkap suatu
pelajaran atau informasi yang diterimanya.

Ketika buah hati menunjukkan tanda-tanda kesulitan tersebut, itu artinya ia


memiliki gangguan kecerdasan. Jika tidak segera diatasi, nantinya bisa
menghambat proses mempelajari hal baru pada masa tumbuh kembangnya.

Penyebab dari gangguan kecerdasan tersebut tidak hanya dikarenakan faktor


genetik, tapi juga beberapa hal lain. Di antaranya adalah kurang tidur, kurangnya
gizi dalam makanan, dan penyakit tiroid.

Masalah Emosi

Permasalahan anak usia dini yang satu ini tidak bisa dianggap sepele karena
jika tidak segera diatasi bisa mengganggu kesehatan dan sosialnya. Beberapa
gangguannya adalah risiko penyakit jantung atau darah tinggi, juga gangguan
emosi negatif seperti rasa sedih dan takut yang berlebihan.

Ada empat macam klasifikasi gangguan emosi anak yang bisa terjadi. Di
antaranya adalah:

• Ketidakmampuan menunjukkan tingkah laku yang tepat pada situasi tertentu.


• Ketidakmampuan dalam membangun hubungan pertemanan dengan teman
seusianya.
• Mudah merasa sedih atau cemas hanya karena alasan kecil.
• Memiliki gejala tertentu saat menghadapi masalah, contohnya adalah takut dan
panik ketika bertemu dengan orang yang memiliki kumis atau berewok.

18
Dari keempat klasifikasi tersebut, selanjutnya bisa dibagi menjadi tiga tingkatan
yaitu ringan, sedang, dan berat. Tingkatannya dibedakan berdasarkan tindakan
yang dilakukan si kecil ketika suatu hal terjadi tidak sesuai dengan keinginannya.

Gangguan emosi ringan biasanya tidak mudah terdeteksi karena orangtua


menganggap hal tersebut adalah sesuatu yang wajar dimiliki si kecil. Contohnya
adalah ketika buah hati berusia 4 tahun lalu menolak berbagi mainan dengan
temannya, bahkan marah jika ada yang memegang mainan tersebut. Padahal,
berdasar tahap perkembangan emosinya, anak yang berusia 4 tahun seharusnya
sudah mulai memahami konsep berbagi dan bermain bersama.

Tingkatan yang sedang akan terlihat ketika si kecil bertindak lebih jauh dari
situasi di atas, seperti marah dan menyakiti teman yang mau meminjam mainannya.

Gangguan emosi disebut berat ketika buah hati mengamuk diikuti dengan
tindakan menyakiti dirinya sendiri. Atau, ketika si kecil merasa takut atau khawatir,
ia langsung pucat, menjerit, dan mengeluarkan keringat dingin.

Berbohong

Pada dasarnya, seorang anak melakukan kebohongan dengan alasan yang


berbeda-beda, tidak ada bedanya dengan ketika orang dewasa berbohong. Beberapa
di antaranya adalah menghindari hukuman, mengelak dari tanggung jawab, atau
ingin dipuji. Bahkan, pada anak usia dini, adakalanya mereka berbohong dengan
alasan yang bersifat kekanak-kanakan, seperti menguji kemampuan menghindar
dari amarah kedua orangtuanya, sekedar berimajinasi, atau memang karena suka
mengarang cerita.

Apa pun penyebabnya, dampak yang ditimbulkan dari perilaku berbohong ini
bisa berefek dalam jangka panjang. Dampak terburuknya adalah si kecil akan
terbiasa melakukan kebohongan dan mengganggap hal tersebut adalah hal yang
biasa dan benar.

19
Yang lebih buruk lagi, kebohongan tersebut akan berdampak pula pada sikap
dan karakternya di kemudian hari. Ketika suatu hari ia melakukan kesalahan, ia pun
akan berusaha memungkiri dan menyelewengkan tanggung jawabnya.

Ketika buah hati berbohong, Anda jangan langsung berusaha memojokkan si


kecil untuk mengakui kebohongannya. Akan jauh lebih baik jika Anda melakukan
pendekatan dengan cara yang bersahabat, mencari tahu penyebabnya melakukan
kebohongan, dan jika ingin menghukumnya gunakanlah hukuman yang mendidik.

➢ Permasalahn Eksternal Anak Usia Dini


Keinginan Yang Tidak Terpenuhi

Pada umumnya, ketika seorang anak memiliki keinginan yang tidak terpenuhi,
ia akan menunjukkan perilaku yang merusak, membanting, dan melemparkan
barang-barang di sekitarnya. Terkadang pada beberapa kasus, ia tidak akan berhenti
bahkan setelah keinginannya terpenuhi. Kalau seperti itu, tandanya buah hati
mendapatkan kesenangan ketika memecahkan atau menghancurkan mainannya
menjadi bagian-bagian kecil.

Biasanya, beberapa orangtua akan membiarkan perilaku merusak ini karena


mengira buah hatinya masih terlalu kecil. Padahal, jika dibiarkan secara terus
menerus hal ini akan mengganggu kehidupan sosialnya. Khususnya ketika ia mulai
merusak mainan atau benda miliki orang lain.

Penyebab perilaku merusak ini bisa diakibatkan karena adanya amarah yang
terpendam dan kekecewaan. Selain itu, bisa jadi karena kurangnya perhatian yang
diberikan kedua orangtuanya, sehingga ia berusaha mencari-cari perhatian tersebut.

Kesalahan Pola Asuh

Pola asuh anak menjadi bagian penting yang harus diperhatikan oleh setiap
orangtua. Karena jika ada kesalahan dalam pola asuh seperti menggunakan
kekerasan, otoriter, atau terlalu sering dilarang, nantinya bisa berdampak buruk
bagi pertumbuhan dan perkembangan buah hati.

20
Salah satu dampaknya adalah si kecil menunjukkan sikap permusuhan,
amarah, dan tindakan melukai orang lain baik secara fisik atau verbal. Hal tersebut
biasanya ditunjukkan untuk mencapai tujuan tertentu berupa pembelaan diri atau
meraih keunggulan dengan membuat lawannya merasa tidak berdaya.

Sasarannya bisa diarahkan pada pendidik, teman, atau bahkan benda mati.
Cara pelampiasannya tidak hanya dengan menendang atau memukul, tapi juga bisa
mengganggu proses belajar atau kegiatan lain yang sedang berlangsung.

Ruang Lingkup Pergaulan Terbatas

Beberapa orangtua terkadang kurang memberi kesempatan pada putra dan


putrinya untuk mengenal lingkungan dan pertemanan selain di rumah dan sekolah.
Biasanya, hal tersebut dilakukan karena beberapa alasan tertentu seperti
kekhawatiran diganggu temannya atau ikut-ikutan temannya yang bandel.

Sayangnya, jika hal tersebut dibiarkan begitu saja, nantinya bisa membuat si
kecil menjadi lebih menarik diri dari lingkungannya. Efek jangka panjangnya bisa
membuat buah hati menjadi sulit bergaul, pasif, kurang percaya diri, dan kurang
mandiri. Padahal jika anak usia dini dibiarkan berksplorasi dan bersosialisasi
dengan anak sebayanya, hal tersebut bisa membantunya beradaptasi dengan
lingkungan sekitarnya.

Tekanan Dari Orang Sekitar

Seorang anak bukanlah orang dewasa yang bisa dipaksa atau mudah melakukan
sesuatu karena terpaksa. Ia juga bukanlah sebuah robot yang bisa dengan mudah
mengikuti semua keinginan kedua orangtuanya. Sayangnya, ada beberapa orangtua
yang berpikiran bahwa memaksakan dan menekan buah hatinya bisa memberikan
efek yang baik.

Padahal jika seorang anak terus menerus mendapatkan tekanan dan paksaan,
nantinya bisa membuat buah hati menjadi depresi, sensitif, mudah ragu-ragu,
murung, dan akhirnya kesulitan bergaul dengan sekitarnya. Sifat tersebut jika

21
dibiarkan secara terus menerus bisa menjadi masalah yang cukup serius dan
menghambat perkembangan si kecil. Khususnya dalam pergaulan, pertumbuhan,
ego, dan penyesuaian diri.

Aturan Rumah Terlalu Keras Atau Longgar

Didikan keluarga adalah suatu hal yang penting dalam hidup seorang anak.
Karena aspek ini merupakan salah satu pendukung pertumbuhan karakter si kecil
untuk menjalani hidup ke depannya. Jika didikannya baik maka buah hati pun
kemungkinan besar akan tumbuh dengan baik, begitu pula sebaliknya.

Sayangnya, beberapa orangtua memilih untuk mendidik anaknya dengan keras,


seperti membentak, memukul, meneriaki, mencubit, mencambuk, menendang,
menampar, dan lain sebagainya. Para orangtua tersebut beranggapan bahwa
mendidik anak dengan cara keras inilah maka seorang anak akan lebih mudah
menurut dan disiplin. Padahal, kenyataannya belum tentu seperti itu.

Ketika seorang anak merasa terlalu dikekang akibat aturan yang terlalu keras,
adakalanya ia pun akan berusaha memberontak dan membangkang. Di mana,
mereka mungkin terlihat seperti menurut di hadapan orangtuanya, tapi akan
melakukan apapun sesuka mereka selama tidak ketahuan.

Namun, tidak berarti aturan rumah yang terlalu longgar adalah hal yang baik.
Karena jika anak usia dini dibebaskan begitu saja bisa menjadikannya kurang peka
terhadap mana yang benar dan mana yang salah.

Terlalu Dimanjakan

Sudah sewajarnya jika orangtua ingin memberikan dan menyediakan segala


sesuatu untuk menyenangkan buah hatinya. Namun, jika hal tersebut dilakukan
secara berlebihan dan tidak benar-benar dikontrol, nantinya ia pun menjadi seorang
anak yang manja.

22
Berdasarkan Dr. Seto Mulyadi, S.Psi., M.Si., anak manja adalah anak yang
selalu mengharapkan perhatian berlebih dari lingkungan sekelilingnya. Kemudian,
hal itu diikuti dengan keinginan untuk segera dituruti segala kemauannya.

Ketika buah hati terlalu dimanjakan, ia pun akan cenderung berada di zona
nyaman yang lama-lama membuatnya tumbuh menjadi pribadi yang tidak memiliki
kecakapan sosial. Hal ini dikarenakan ia cenderung tidak diharuskan untuk
memikirkan pemecahan bagi permasalahannya. Sehingga kemampuannya
menghadapi masalah pun lebih rendah dibandingkan anak lainnya yang sudah
dilatih mandiri.

Ketidakmampuan tersebut bisa berlanjut hingga ia dewasa, di mana ia akan


terbiasa bergantung pada kedua orangtuanya. Tak hanya itu, ia pun akan menjadi
seseorang yang keras kepala, egois, sulit dewasa, dan kurang bisa mandiri.

Secara garis besar, masalah yang dihadapi anak dapat digolongkan menjadi tiga aspek
perkembangan, yaitu:2

1) Permasalahan dalam Perkembangan Fisik-Motorik


Pola perubahan yang cenderung berbeda pada setiap anak menyebabkan pertumbuhan
fisik anak-anak tanpak berbeda satu sama lain. Pertumbuhan fisik yang dialami anak akan
mempengaruhi proses perkembangan motoriknya. Perkembangan motorik berarti
perkembangan pengendalian jasmaniah melalui kegiatan pusat saraf, urat saraf, dan otot-
otot yang terkoordinasi. Sebagian besar waktu anak dihabiskan dengan bergerak dan
kegiatan bergerak ini akan sangat menggunakan otot-otot yang ada pada tubuhnya.
Menurut Rusda Koto dan Sri Maryati (1994) dalam perkembangannya, mungkin
ditemukan beberapa hambatan pada anak diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Gangguan fungsi pancaindra
b. Cacat tubuh
c. Kegemukan (obesitas)
d. Gangguan gerak peniruan (stereotipik)

2
Ernawulan Syaodih, Mubiar Agustin, Bimbungan Konseling untuk Anak Usia Dini,
(Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), hal. 27-30
23
2) Permasalahan dalam Perkembangan Kognitif
Kemampuan kognitif anak harus dikembangkan secara optimal karana menyangkut
kemampuan memecakan masalah dan kehidupan sehari-hari anak. Namun, dalam
perkembangannya, ditemukan kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak diantaranya anak
sulit mengerti apabila dijelaskan tentang sesuatu, lambat dalam mengerjakan sesuatu, atau
keliru dalam menyelesaikan suatu persoalan, atau sulit berkonsentrasi.

3) Permasalahan dalam Perkembangan Bahasa


Bahasa merupakan alat komunikasi. Dalam pengertian ini tercakup semua cara untuk
berkomunikasi sehingga pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk tulisan, lisan,
isyarat atau gerak dengan menggunakan kata-kata, kalimat, bunyi, lambang, dan gambar.
Melalui bahasa, manusia dapat mengenal dirinya, penciptanya, semua manusia, alam
sekitar, ilmu pengetahuan, dam nilai-nilai moral dan agama.3
Kemampuan bahasa merupakan aspek penting yang perlu dikuasai anak, tetapi tidak
semua anak mampu menguasai kemampuan ini. Ketidakmampuan anak dalam
berkomunikasi secara baik karena keterbatasan kemampuan menangkap pembicaraan anak
lain atau tidak mampu menjawab deangan benar.
Selain itu, masalah perkembangan bahasa terkait dengan terbatasnya pembendaharaan kata
anak dan adanya gangguan artikulasi seperti sulit mengucapkan huruf r, dy, l, f, z, s, atau
c.

4) Permasalahan dalam Perkembangan Sosial


Kemempuan bersosial adalah suatu kemampuan lain yang harus dikuasai anak karena
anak akan berinteraksi dengan orang lain. Akan tetapi, tidak semua anak mampu
bersosialisasi. Beberapa masalah sosial yang sering dialami anak adalah anak ingin menang
sendiri, sok berkuasa, tidak mau menunggu giliran apabila sedang bermain bersama, selalu
ingin diperhatikan atau memilih-milih teman, agresif dengan cara menyerang orang atau
anak lain, merebut mainan atau barang orang lain, merusak barang teman lain dan
ketidakmampuan diri dengen lingkungan baru.

3
Prof. Dr. H.E. Mulyasa, M. Pd, Manajemen PAUD, (Bandung: PT Remaja
Posdakatya,2012), hal.27
24
5) Permasalahan dalam Perkembangan Emosi
Pada umumnya anak kecil lebih emosional daripada orang dewasa karena pada usia ini
anak masih relatif muda dan belum dapat mengendalikan emosinya. Ekspresi emosi pada
anak mudah berubahah dengan cepat dari satu bentuk eksprsi ke bentuk ekspresi emosi
yang lain. Rangsangan yang sering membangkitkan emosi anak adalah keinginan yang
tidak terpenuhi, dangan cara mengungkapkan ekspresi yang tidak terkendali. Beberapa
masalah dalam perkembangan emosi anak yang sering ditemukan adalah perasaan takut,
perasaan cemas, perasaan sedih, marah yang berlebihan, iri hati, cemberut dan mudah
tersinggung.

C. Upaya Menangani Permasalahan Anak Usia Dini


Pada hakikatnya, penanganan permasalahan perkembangan anak usia dini itu tidak ada
yang benar-benar ideal dan sudah pasti efektif. Karena bagaimanapun, kita harus
memperhatikan karakter si kecil dan jenis masalahnya. Di antara cara yang bisa Anda lakukan
adalah:
✓ Mencari Akar Permasalahan

Langkah awal dalam usaha menangani permasalahan anak usia dini adalah dengan
mencari akar masalahnya. Jika permasalahannya sudah diketahui, maka akan lebih mudah
dicari pemecahannya.

Khususnya untuk anak usia dini yang terkadang masih belum mengetahui bagaimana
cara mendeskripsikan atau mengungkapkan masalah yang tengah ia alami. Di sinilah peran
orangtua hadir untuk memperhatikan dan mengarahkan agar permasalahannya bisa segera
teratasi.

Dalam usaha mencari akar permasalahan tersebut, orangtua juga bisa meminta bantuan
pada dokter atau psikiater anak. Terutama jika masalahnya tidak bisa terlihat langsung. Jika
masalah tersebut bermula di sekolah, jangan ragu-ragu untuk bekerja sama dengan guru
atau pengajar buah hati untuk mendeteksi permasalahannya.

✓ Memberikan Saran Dan Nasehat

25
Dalam menangani permasalahan anak usia dini, saran dan nasihat untuk buah hati
sangat diperlukan. Khususnya jika Anda ingin mengarahkan dan menjelaskan nilai baik
dan buruk pada si kecil.

Khususnya karena si kecil masih berusia dini sehingga ia masih bisa dididik dan
diarahkan dengan baik. Nasihat yang diberikan kepadanya pun lebih bisa tertanam di dalam
kepala.

✓ Contohan Dan Ajarkan Nilai Moral Yang Baik

Setiap anak adalah seorang peniru yang ulung. Setelah melihat, mendengar, dan
merasakan hal-hal yang ada di sekitarnya, ia pun akan berusaha menirukannya sebaik
mungkin.

Oleh karenanya, sebagai orangtua Anda harus menjadi teladan yang baik untuk si
kecil. Sehingga, ia pun akan berusaha menirukan hal-hal baik yang Anda lakukan dan
menghindari masalah-masalah yang nantinya bisa muncul di kemudian hari.

Ajarkan juga nilai-nilai moral yang berlaku di masyarakat dengan cara


menyenangkan, seperti melalui lagu atau cerita yang mudah dipahami si kecil. Jelaskan
juga bagian mana yang salah dari permasalahan yang ia alami.

✓ Melatih Kognitif

Yang dimaksud di sini adalah melatih aspek kognitif si kecil, yaitu kemampuan
berpikirnya. Kemampuan tersebut akan menjadikan anak sanggup menghubungkan,
menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa.

Salah satu caranya adalah melatihnya untuk berpikir secara kritis dan membuat
keputusan sendiri. Sesudahnya, biasakan si kecil untuk melihat hasil dari keputusan yang
dibuatnya. Sehingga nantinya ia bisa mulai belajar untuk mengambil keputusan
berdasarkan kemampuan dan penilaian yang logis, bukan sekedar berdasarkan emosi
semata.

26
Dengan melatih aspek kognitifnya, Ayah dan Bunda bisa mengetahui dan
mengevaluasi sejauh mana kemampuan dan kelemahan buah hati. Sehingga ketika sebuah
permasalahan muncul, orangtua bisa langsung mengatasi permasalahan anak usia dini yang
mungkin terjadi.

✓ Permainan

Bermain merupakan kebutuhan bagi setiap anak. Melalui permainan, anak bisa
mengembangkan berbagai aspek penting dalam hidupnya.

Beberapa aspek penting tersebut di antaranya adalah perkembangan fisik, kognitif,


bahasa, dan sosio-emosional. Dengan bermain secara baik dan benar, itu bisa menjadi salah
satu media untuk menstimulasi si kecil.

Di lain pihak, dengan melakukan permainan yang aktif bisa membuat si kecil menjadi
lebih sehat karena banyak bergerak. Khusunya jika hal tersebut didukung dengan
pengaturan pola makan yang seimbang.

✓ Bantuan Profesional

Hal ini merupakan tahap terakhir yang bisa dilakukan setelah mencoba berbagai macam
cara. Di mana proses yang terjadi adalah konselor berusaha membantu anak untuk sembuh
dan mengatasi permasalahan anak usia dini.

Hal ini merupakan tahap terakhir yang bisa dilakukan setelah mencoba berbagai macam
cara. Di mana proses yang terjadi adalah dokter, konselor, atau psikiater anak berusaha
membantu buah hati untuk sembuh dan mengatasi permasalahan anak usia dini.

Khususnya adalah ketika masalah yang terjadi berhubungan dengan syaraf si kecil.
Karena biasanya jika berhubungan dengan masalah tersebut, seorang dokter atau psikiater
akan lebih bisa mengidentifikasi masalah utamanya dan mengetahui cara menanganinya.

Konseling ini bisa dilakukan pada si kecil sejak usianya sedini mungkin. Khususnya
sejak si kecil sudah bisa diajak berkomunikasi karena salah satu tahapan dalam konseling

27
ini adalah dengan cara mengobrol dan mengidentifikasi permasalahan yang ada.
Sesudahnya, baru konselor bekerja sama dengan orangtua untuk tindak lanjutnya.

28
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

1. Faktor Yang Berkaitan Dengan Timbulnya Permasalahan Anak Usia Dini


a. Karakteristik anak
b. Pola asuh orang tua
c. Kondisi keluarga dan pola interaksinya
▪ Stres dan konflik keluarga
▪ Perpisahan dan perceraian
d. Faktor lingkungan sosial yang lebih luas
▪ Dukungan sosial
▪ Kualitas dan kesedian orang tua memperhatikan anak
▪ Faktor kultural
o Strujtur sosial
o Gaya hidup ibu
o Lingkungan sosial anak
❖ Keadaan mental dari ibu
❖ Pola asuh dan praktik disiplin
o Faktor biologis/fisiologis
2. Jenis-Jenis Permasalahan Anak Usia Dini
➢ Permasalahan Internal Anak Usia Dini
➢ Masalah Fisik
• Masalah motorik
• Kekurangan gizi
• Gangguan pancaindra
• Penyakit
• Cacat tubuh
• Mengompol dan enuresis
• Gangguan berbahasa
• Hiperaktif

29
• Kegemukan dan obesitas
• Kidal
➢ Masalah Psiko-Sosial
• Gangguan konsentrasi
• Bakat
• Gangguan kecerdasan
• Masalah emosi
• Berbohong
➢ Permasalahan Eksternal Anak Usia Dini
• Keinginan yang tidak terpenuhi
• Kesalahan pola asuh
• Ruang lingkup pergaulan terbatas
• Terkanan dari orang sekitar
• Aturan rumah terlalu keras atau longgar
• Terlalu dimanjakan

3. Upaya Menangani Permasalahan Anak Usia Dini


➢ Mencari akar permasalahan
➢ Memberikan saran dan nasihat
➢ Contohkan dan ajarkan nilai moral yang baik
➢ Melatih kognitif
➢ Permainan
➢ Bantuan profesional

30
DAFTAR PUTAKA

Ernawulan Syaodih, Mubiar Agustin. 2008. Bimbungan Konseling untuk Anak Usia Dini.
Jakarta: Universitas Terbuka
Dr. Rita Eka Izzaty, M. Si. 2017. Model Konseling Anak Usia Dini. Bandung: PT Remaja
Posdakarya

Prof. Dr. H.E. Mulyasa, M. Pd. 2012. Manajemen PAUD. Bandung: PT Remaja

Posdakatya

Rizki Adinda. 2020. “Mengenali Permasalahan Anak Usia Dini dan Cara Menanganinya”,
https://www.posbunda.com/parenting/permasalahan-anak-usia-dini/ , diakses pada 28
Februari pukul 20.35

31

Anda mungkin juga menyukai