DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 8
KHELDAWATI 200101080249
LISA ARIANTI 200101080538
MAYADA NURHASANAH 200101080416
NURRAIDA RAYYANA 200101080326
SOPIATUL AZKIA 200101080317
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT hingga saat ini masih
memberikan nafas kehidupan dan anugerah akal, sehingga penulis dapat menyelesaikan
pembuatan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah sederhana ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah bimbingan
konseling. Semoga bermanfaat bagi penulis dan khususnya pembaca pada umumnya.
Tidak ada manusia yang luput dari kesalahan dan kekurangan. Dengan segala kerendahan
hati, saran-saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan dari para
pembaca guna meningkatkan kualitas makalah ini dan makalah-makalah lainnya pada waktu
mendatang.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
SIMPULAN ............................................................................................. 29
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Setiap anak yang lahir ke dunia, sangat rentan dengan berbagai masalah. Masalah
yang dihadapi anak, terutama anak usia dini, biasanya berkaitan dengan gangguan pada
proses perkembangannya. Bila gangguan tersebut tidak segera diatasi maka akan
berlanjut pada fase perkembangan berikutnya yaitu fase perkembangan anak sekolah.
Pada gilirannya, gangguan tersebut dapat menghambat proses perkembangan anak
yang optimal. Dengan demikian, penting bagi para orang tua dan guru untuk
memahami permasalahan-permasalahan anak agar dapat meminimalkan kemunculan
dan dampak permasalahan tersebut serta mampu memberikan upaya bantuan yang
tepat.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa-apa saja faktor yang berkaitan dengan timbulnya permasalahan anak usia
dini?
2. Apa saja jenis-jenis permasalahan perilaku anak usia dini?
3. Bagaimana upaya menangani permasalahan anak usia dini?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui apa-apa saja faktor yang berkaitan dengan timbulnya
permasalahan anak usia dini
2. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis permasalahan perilaku anak usia dini
3. Untuk mengetahui bagaimana upaya menangani permasalahan anak usia dini
2
BAB II
PEMBAHASAN
Secara umum terdapat dua factor yang berkaitan dengan timbulnya permasalahan
pada anak. Kedua factor tersebut yakni :
1. Internal: kondisi fisik alat indra yang tidak berfungsi baik sindroma down-penyakit
tertentu dan keturunan
2. Eksternal: factor internal ini terdiri dari
a. Kondisi saat didalam kandungan, kondisi ibu (kurang gizi, depresi, obat, alcohol,
kafein)
b. Kondisi saat kelahiran: proses kelahiran, kekurangan oksigen ketika proses kelahiran
terjadi.
c. Keluarga, pola asuh yang salah, stimulasi yang kurang, tingkat pendidikan.
1. Karakteristik Anak
Faktor ini meliputi kemungkinan kondisi biologis yang rentan , kepribadian dan
diposisi temperamental, kebutuhan-kebutuhan dimasa perkembangannya.
2. Pola asuh anak
Kualitas orang tua dalam mendidik anak terkait keterlibatan serta kedekatan
dengan anak. Faktor pola asuh yang memengaruhi perilaku anak juga meliputi gaya atau
cara orang tua membesarkan anak.
3. Kondisi keluarga dan pola interaksinya
a. Stres dan konflik keluarga
Hubungan antara stres, konflik rumah tangga dan permasalahan pada masa
anak-anak telah dibuktikan oleh sebagai penelitian. Pada umumnya anak laki-laki
3
lebih rentan terkena dampak dari konflik dalam keluarga. Apabila anak menyaksikan
orang tuanya berselisih anak akan merasa tidak aman, tidak nyaman dan cemas.
Kemudian secara tidak langsung, pola interaksi dalam keluarga akan berubah.
a. Dukungan sosial
Adanya dukungan sosial dari keluarga, atau orang-orang terdekat berpengaruh
pada mental orang tua. Hal tersebut kemudian berdampak pada perkembangan anak.
Dukungan sosial berupa nasihat, perhatian, mencontohkan cara merawat anak, ataupun
dukungan secara emosional, semuanya dapat memberi dampak pada perilaku
pengasuhan.
b. Kualitas dan kesediaan orang tua memerhatikan anak
Pada zaman modern ini semakin banyak wanita yang disibukkan dengan karier.
Tugas sebgai orang tua untuk merawat anak dengan baik, kedekatan ibu dengan anak
menjadi hal yang menghawatirkan bagi anak dan kondisi keluarganya. Orang tua
kemudian menyewa tenaga yang bertugas merawat anak mereka. Menurut Campbell
(2002), orang yang menggantikan peran orag tua dalam merawat anak, akan menjadi
pihak tidak terlepas dalam lingkungan interaksi sosial anak. Belsky (dalam Campbell
2002) mengutrakan bahwa bayi atau anak usia dini yang berada lebih dari 20 jam
bersama dengan orang yang bukan orang tuanya, berpotensi akan merasakan perasaan
yang tidak nyaman dengn orang tuanya sendiri, serta berbagai kesulitan dikemudian hari
seperti regulasi diri yang buruk, ketidakpatuhan, agresi kepada teman sebayanya.
c. Faktor kultural
Adat istiadat, aturan yang berlaku dalam keluarga, hak dan kewajiban anak,
memengaruhi pola hubungan yang terjadi antara orang tua dan anak. Factor kultural
4
memengaruhi pola komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak, cara orang tua
mengasuh anak, dan secara keseluruhan memengaruhi lingkungan keluarga dan
perkembangan anak.
Sementara itu menurut najman, dkk (2000) mengemukakan berbagai factor yang
juga memengaruhi masalah perilaku anak usia dini. Factor-fakor tersebut antara la
1. Struktur sosial
2. Gaya hidup ibu
3. Lingkungan sosial anak
4. Factor biologis dan fisiologis
1. Struktur sosial
Anak yang memilihi maslah perilaku seringkali berasal dari keluarga yang
berstatus ekonomi rendah. Keluarga yang berstatus ekonomi rendah secara konsisten
memiliki kaitan dengan sebagai factor resiko untuk pengembangan dan pemeliharaan
dari permasalahan perilaku anak termasuk kehamilan dini, komplikasi kelahiran,
jumblah keluarga yang besar, perselisihan keluarga, dan masalah pengasuhan orang tua.
2. Gaya hidup ibu
Dalam menguji dampak atau pengaruh dari kesehatan dan gaya hidup dari si
anak, merokok dan segala bentuk penggunaan zat-zat terlarang (misalnya alcohol)
ketika hamil dapat meningkatkan factor resiko terjadinya masalah perkembangan dan
perilaku anak baik ketika sebelum lahir maupun ketika anak sudah lahir.
5
b. Pola asuh dan praktik disiplin
Fakta menunjukkan bahwa kualitas orang tua dan hubungan keluarga
memilih pengaruh pada timbulnya masalah perilaku pada anak. Orang tua dari anak
yang bermasalah dengan perilaku, menunjukkan penerimaan yang rendah terhadap
anak, dan sikap hangat dan kasih saying yang lebih rendah di bamdimg dengan orang
tua dari anak yang normal. Disiplin di golongkan oleh kombinasi antara sikap
hangat, tegas, namun pola asuh yang tetap terkontrol dengan baik.
6
B. Jenis-Jenis Permasalahan Perilaku Anak Usia Dini
Para ahli menyebutkan bahwa usia dini adalah masa paling fundamental dari lahir
sampai usia delapan tahun. Masa ini disebut juga sebagai masa keemasan, masa sensitif atau
peka, masa inisiatif, serta pengembangan diri.
Ketika ada masalah yang terjadi dalam masa emas, hal itu bisa mengganggu kehidupan
anak Anda karena adanya hambatan dalam perkembangannya. Sayangnya, terkadang anak
yang bermasalah itu agak sulit dibedakan dengan anak pada normalnya.
Yang dimaksud dengan kriteria statistik adalah perkembangan rata-rata seseorang yang
tidak sesuai dengan variabel pengukuran statistik. Contohnya adalah seorang anak yang
memiliki tinggi badan di bawah atau di atas normal rata-rata anak seusianya dianggap memiliki
masalah dalam tinggi badan.
Kriteria sosial adalah tingkah laku yang dianggap menyimpang dari norma sosial yang
ada di masyarakat. Sebagai contoh, pada masyarakat tertentu seorang anak yang terlalu aktif
akan dianggap mengganggu dan melawan norma, namun di komunitas lain dianggap normal.
Kemudian yang dimaksud dengan kriteria penyesuaian diri adalah kemampuan seorang
individu dalam menyesuaikan diri. Kriteria ini merujuk pada perilaku yang dianggap
meresahkan bahkan mengganggu perkembangan diri sendiri atau lingkungan sekitar seperti
perilaku agresif, berbohong, dan lain-lain.
Dari beberapa ahli bahwa kriteria Kriteria menggambarkan bahwa perkembangan yang
Termanifestasi dalam perilaku adalah normal atau bermasalah sungguh sulit. Secara umum hal
ini disebabkan karena ada perilaku yang merupakan proses perkembangan yang normal di
suatu area atau pada umur tertentu namun di area lain atau pada umur selanjutnya dianggap
7
bermasalah, sehingga normal atau tidak seseorang dianggap relatif atau bukan sesuatu yang
mutlak. Pada anak-anak prasekolah perilaku mana yang dapat dipandang sebagai norma untuk
suatu usia tertentu juga sulit dibedakan dari perilaku yang bermasalah, kecuali gejala yang
nampak sudah mengarah kepada kelainan perkembangan atau psikopatologi.
Di samping frekuensi dan intensitas, terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan,
yakni derajat kekronisan, konstelasi dan konteks sosial dari perilaku bermasalah.1
1. Kronisan mengacu pada seberapa mendalam permasalahan tersebut dilihat dari akar
perilaku bermasalah. Perilaku bermasalah yang bersumber dari kelainan genetis bersifat
jauh lebih kronis daripada perilaku yang bersumber pada proses mencontoh atau orang
dewasa yang ada di lingkungan sekitar.
2. Konstelasi, yakni keterkaitan satu perilaku bermasalah dengan perilaku yang lain. Sebagai
contoh agresivitas anak yang terkait dengan hambatan kemampuan berbicara berbeda
sifatnya dengan agresivitas yang dilakukan oleh anaknya yang memiliki kemampuan
berbicara normal
3. Konteks sosial, menyangkut pertimbangan bahwa setiap kelompok sosial memiliki norma
perilaku sendiri. Sebuah sifat keterbukaan mengemukakankan pendapat yang dijunjung
tinggi oleh satu kelompok masyarakat mungkin dianggap kurang sopan oleh kelompok lain.
Karena anak dibesarkan dalam konteks sosial, dan karenanya harus mengikuti norma yang
berlaku, ukuran bermasalah atau tidaknya sebuah pelaku pun harus dikaitkan dengan norma
sosial yang berlaku
1
Dr. Rita Eka Izzaty, M. Si, Model Konseling Anak Usia Dini, (Bandung: PT Remaja
Posdakarya, 2017), hal.75-77
8
Dari beberapa kajian literatur, perilaku bermasalah anak secara umum dapat dipilih
menjadi dua dimensi, yaitu perilaku bermasalah eksternal dan perilaku masalah internal
(Achenbach dan Edelbrock, 1981; Campbell 1995; Deater-Deckard, 2005; Jensen,2005).
perilaku bermasalah eksternal merujuk pada perilaku yang ditunjukkan dengan karakteristik
kegagalan anak dalam mengontrol emosi dari impuls impuls pada dirinya, yang menyebabkan
beberapa perilaku seperti perilaku agresif, tidak patuh, mengganggu, permusuhan, menentang,
dan menyimpang ( Koot, 1996; Jensen, 2005). secara umum berlaku ini menyebabkan
lingkungan seperti orang tua, saudara, teman sebaya serta sekolah menjadi terganggu.
Pada perilaku bermasalah yang internal, ditunjukkan dengan karakteristik perilaku terlalu
mengontrol emosi dan impuls-nya sehingga perilaku yang muncul seperti menarik diri, penuh
ketakutan merasa tertekan, menghindar dan oversensitif. Secara umum, anak tersebut lebih
merasa menderita dibandingkan dengan orang-orang di lingkungannya ( Van As, 1997). Ahli
lain, Saifer (2003) menyebutkan bahwa jenis permasalahan pada anak usia dini meliputi:
agresif, berbohong, menggigil, cruel, berlari di dalam kelas, masturbasi, excessive crying,
malu-malu, mencuri, temper tantrums, mengemut jari, menarik diri, tidak mau mendengar,
special needs (gifted, disability, ketakutan yang intens).
9
2. Dampak eksternal, yaitu akibat yang tertuju pada lingkungan anak, seperti mengganggu
suasana kelas serta penolakan teman sebaya (Grainger, 1997).
Masalah motorik anak bisa dibedakan menjadi dua, yaitu motorik kasar dan
halus. Meskipun berbeda, tapi kedua hal tersebut sebenarnya masih saling
berhubungan.
Kekurangan gizi
Permasalahan anak usia dini yang satu ini adalah gangguan kesehatan yang
diakibatkan oleh kekurangan atau ketidakseimbangan zat gizi. Padahal gizi adalah
10
hal yang diperlukan untuk pertumbuhan, aktifitas berfikir dan hal-hal yang
berhubungan dengan perkembangan buah hati.
Sayangnya, ada anggapan bahwa salah satu faktor kekurangan gizi pada
anak usia dini adalah perekonomian keluarga yang tidak mencukupi.
Padahal, menu makanan dengan gizi seimbang tidak harus yang mahal.Seperti
halnya protein daging yang bisa digantikan oleh protein dalam telur, tahu, atau
tempe.
Masalah penglihatan yang biasa terjadi pada anak usia dini biasanya adalah
kesulitan dalam mengelompokkan benda berdasarkan warna, bentuk, dan
ukurannya. Selain itu, mereka juga kesulitan dalam mengamati benda secara jelas.
Gangguan pendengaran pada anak usia dini yang dimaksud di sini bukan
berarti si kecil mengalami tuli, tapi lebih pada ketidakmampuan dalam
membedakan suatu bunyi atau suara. Hal ini biasanya disebabkan oleh seringnya
buah hati terpapar suara nyaring atau keras, sehingga pendengarannya terganggu
ketika sinyal suara gagal mencapai otak.
11
• Tidak menyebutkan atau menirukan satu kata pun. apalagi lagu
sederhana.
• Menyadari kehadiran seseorang ketika melihatnya, namun acuh saat
dipanggil.
• Sering berbicara dengan lantang atau menyetel volume TV keras-keras
saat menonton film kartun kesukaannya.
Penyakit
Jika penyakitnya berlangsung lama dan tidak segera diatasi, hal tersebut
bisa menghambat aspek perkembangan yang penting dan memengaruhi
keterampilan lain si kecil. Ketika kesehatan anak terganggu, maka usahanya dalam
melakukan kegiatan belajar dan bermain pun akan mengalami gangguan juga.
Cacat tubuh
Kecacatan pada tubuh yang dialami anak usia dini tidak hanya merupakan
faktor bawaan yang sudah dialami sejak ia lahir, tapi juga bisa karena adanya
sebuah musibah yang membuatnya kehilangan salah satu anggota tubuhnya.
12
Mengompol atau enuresis baru dianggap sebagai gangguan jika terjadi pada
buah hati yang berusia lebih dari 3 tahun. Hal ini dikarenakan, pada usia ini si kecil
seharusnya sudah bisa belajar untuk buang air kecil di kamar mandi.
Biasanya hal ini terjadi pada malam hari, tapi tidak menutup kemungkinan bisa
terjadi ketika si kecil tidur siang. Secara umum, beberapa faktor yang menyebabkan
permasalahan anak usia dini yang satu ini adalah kelainan fungsi fisiologis pada
kandung kemih dan saluran kemih akhir, lubang kencing yang sempit, tidur terlalu
nyenyak, dan ketidakmatangan jaringan syaraf otonom. Hal tersebut menjadikan
kandung kemih tidak memiliki kemampuan untuk menyimpan air kencing.
Selain itu, pada anak usia dini, faktor penyebabnya juga bisa dikarenakan ia
terlalu dibiasakan menggunakan popok dan tidak dibiasakan untuk buang air kecil
di kamar mandi. Sehingga si kecil akan merasa baik-baik saja buang air dimana
saja, bahkan ketika tidak memakai popok sekalipun.
Gangguan berbahasa
Beberapa alasan masalah ini bisa muncul pada anak-anak biasanya disebabkan
oleh kurangnya kesempatan pada anak untuk mengutarakan isi hatinya. Sehingga
mengakibatkan buah hati tidak mampu mengekspresikan perasaan dengan
kalimatnya sendiri.
13
Ketidakmampuan anak dalam berbahasa juga memengaruhi kemampuan bicara
anak pada tahap perkembangan selanjutnya, seperti bicara yang tidak terlalu jelas,
juga gagap. Sehingga nantinya bisa memengaruhi hubungan sosial si kecil dengan
orang lain.
Hiperaktif
Sebagai orangtua, tidak jarang Anda merasa khawatir si kecil yang terlalu aktif
ini mengidap ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau gangguan
pemusatan perhatian dan hiperaktivitas). Di mana ia tidak hanya sekedar hiperaktif,
tapi juga cenderung impulsif sehingga ia kesulitan menunda dorongan untuk
mengatakan atau melakukan sesuatu. Jika gangguan itu sampai terjadi, nantinya
bisa sangat memengaruhi perkembangan si kecil.
Berat badan yang berlebihan pada anak bisa membatasi ruang geraknya. Hal ini
dikarenakan buah hati harus menopang beban tubuhnya ketika melakukan aktivitas.
Dampaknya bisa memengaruhi kehidupan bersosial buah hati. Tak hanya ada
kemungkinan ia diejek oleh rekan sekolahnya, tapi juga karena ia sulit mengikuti
kegiatan bermain sehingga kehilangan kesempatan untuk mencapai keterampilan
yang penting dalam hubungan sosial.
14
Kidal
Seseorang yang kidal bukan berarti tidak bisa menggunakan tangan kanannya
sama sekali. Namun, si kecil menjadi kidal karena ia sudah lebih terbiasa
menggunakan tangan kirinya sejak pertama kali belajar melatih motorik tangannya.
Secara umum, faktor penyebab kidal pada anak adalah karena otak kanannya jauh
lebih unggul dibandingkan otak kirinya.
Kidal ini menjadi sebuah permasalahan anak usia dini ketika ia harus
menggunakan beberapa benda yang biasanya didesain hanya untuk mereka yang
dominan tangan kanannya. Contohnya adalah gunting, alat musik seperti gitar, atau
bahkan ketika belajar menulis menggunakan pulpen.
Meskipun begitu, jika buah hati Anda tengah makan atau melakukan sesuatu
menggunakan tangan kiri, jangan langsung memaksanya untuk mengganti menjadi
tangan kanan. Karena hal tersebut bisa membuat si kecil mengalami gangguan
berbicara. Kenapa bisa begitu?
2) Masalah Psiko-Sosial
15
Permasalahan anak usia dini tersebut bersifat sementara karena si kecil masih
dalam masa memiliki sifat egosentris. Masalah tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh
lingkungan sekitarnya, tapi juga bisa berasal dari dirinya sendiri. Beberapa di antaranya
adalah:
Gangguan Kosentrasi
Yang dimaksud dengan gangguan konsentrasi di sini adalah ketika buah hati
tidak bisa fokus dalam memperhatikan sesuatu atau perhatiannya terpecah.
Sehingga, ia tidak bisa menuntaskan pekerjaan apapun karena perhatiannya cepat
berubah. Beberapa tanda adanya permasalahan anak usia dini ini adalah:
Bakat
Dr. Joseph S. Renzulli, seorang guru besar dalam bidang pendidikan anak
berbakat dari Amerika, menyebutkan ada beberapa indikasi untuk menunjukkan
16
anak yang berbakat. Di antaranya adalah IQ di atas rata-rata, kreativitas tinggi,
dan motivasijuga komitmen menyelesaikan tugas yang baik. Renzulli juga
menambahkan kalau potensi tersebut tidak akan terwujud tanpa dukungan keluarga,
sekolah, dan lingkungan sekitarnya.
Namun, jika tidak diarahkan dengan benar, keberbakatan ini bisa menjadi
sebuah masalah tidak hanya bagi si kecil tapi juga bagi pendidiknya. Beberapa
karakter anak berbakat yang menyebabkan kerentanan adalah perfeksionisme,
kepekaan yang cukup tinggi, dan kurangnya keterampilan sosial.
Selain internal, ada juga masalah eksternal yang bisa menyulitkan anak
berbakat, seperti isolasi sosial, harapan yang tidak realistis, dan tidak tersedianya
pendidikan yang sesuai. Kurangnya kepedulian masyarakat terhadap kebutuhan
anak berbakat menyebabkan bakatnya tidak terasah secara maksimal. Belum lagi
adanya orang-orang yang menunjukkan sentimen dan penolakan karena kurang
memahami si kecil.
Gangguan Kecerdasan
17
gagasan, menggunakan bahasa, dan mempelajari sesuatu. Masing-masing anak
terlahir dengan tingkat kecerdasannya masing-masing.
Masalah Emosi
Permasalahan anak usia dini yang satu ini tidak bisa dianggap sepele karena
jika tidak segera diatasi bisa mengganggu kesehatan dan sosialnya. Beberapa
gangguannya adalah risiko penyakit jantung atau darah tinggi, juga gangguan
emosi negatif seperti rasa sedih dan takut yang berlebihan.
Ada empat macam klasifikasi gangguan emosi anak yang bisa terjadi. Di
antaranya adalah:
18
Dari keempat klasifikasi tersebut, selanjutnya bisa dibagi menjadi tiga tingkatan
yaitu ringan, sedang, dan berat. Tingkatannya dibedakan berdasarkan tindakan
yang dilakukan si kecil ketika suatu hal terjadi tidak sesuai dengan keinginannya.
Tingkatan yang sedang akan terlihat ketika si kecil bertindak lebih jauh dari
situasi di atas, seperti marah dan menyakiti teman yang mau meminjam mainannya.
Gangguan emosi disebut berat ketika buah hati mengamuk diikuti dengan
tindakan menyakiti dirinya sendiri. Atau, ketika si kecil merasa takut atau khawatir,
ia langsung pucat, menjerit, dan mengeluarkan keringat dingin.
Berbohong
Apa pun penyebabnya, dampak yang ditimbulkan dari perilaku berbohong ini
bisa berefek dalam jangka panjang. Dampak terburuknya adalah si kecil akan
terbiasa melakukan kebohongan dan mengganggap hal tersebut adalah hal yang
biasa dan benar.
19
Yang lebih buruk lagi, kebohongan tersebut akan berdampak pula pada sikap
dan karakternya di kemudian hari. Ketika suatu hari ia melakukan kesalahan, ia pun
akan berusaha memungkiri dan menyelewengkan tanggung jawabnya.
Pada umumnya, ketika seorang anak memiliki keinginan yang tidak terpenuhi,
ia akan menunjukkan perilaku yang merusak, membanting, dan melemparkan
barang-barang di sekitarnya. Terkadang pada beberapa kasus, ia tidak akan berhenti
bahkan setelah keinginannya terpenuhi. Kalau seperti itu, tandanya buah hati
mendapatkan kesenangan ketika memecahkan atau menghancurkan mainannya
menjadi bagian-bagian kecil.
Penyebab perilaku merusak ini bisa diakibatkan karena adanya amarah yang
terpendam dan kekecewaan. Selain itu, bisa jadi karena kurangnya perhatian yang
diberikan kedua orangtuanya, sehingga ia berusaha mencari-cari perhatian tersebut.
Pola asuh anak menjadi bagian penting yang harus diperhatikan oleh setiap
orangtua. Karena jika ada kesalahan dalam pola asuh seperti menggunakan
kekerasan, otoriter, atau terlalu sering dilarang, nantinya bisa berdampak buruk
bagi pertumbuhan dan perkembangan buah hati.
20
Salah satu dampaknya adalah si kecil menunjukkan sikap permusuhan,
amarah, dan tindakan melukai orang lain baik secara fisik atau verbal. Hal tersebut
biasanya ditunjukkan untuk mencapai tujuan tertentu berupa pembelaan diri atau
meraih keunggulan dengan membuat lawannya merasa tidak berdaya.
Sasarannya bisa diarahkan pada pendidik, teman, atau bahkan benda mati.
Cara pelampiasannya tidak hanya dengan menendang atau memukul, tapi juga bisa
mengganggu proses belajar atau kegiatan lain yang sedang berlangsung.
Sayangnya, jika hal tersebut dibiarkan begitu saja, nantinya bisa membuat si
kecil menjadi lebih menarik diri dari lingkungannya. Efek jangka panjangnya bisa
membuat buah hati menjadi sulit bergaul, pasif, kurang percaya diri, dan kurang
mandiri. Padahal jika anak usia dini dibiarkan berksplorasi dan bersosialisasi
dengan anak sebayanya, hal tersebut bisa membantunya beradaptasi dengan
lingkungan sekitarnya.
Seorang anak bukanlah orang dewasa yang bisa dipaksa atau mudah melakukan
sesuatu karena terpaksa. Ia juga bukanlah sebuah robot yang bisa dengan mudah
mengikuti semua keinginan kedua orangtuanya. Sayangnya, ada beberapa orangtua
yang berpikiran bahwa memaksakan dan menekan buah hatinya bisa memberikan
efek yang baik.
Padahal jika seorang anak terus menerus mendapatkan tekanan dan paksaan,
nantinya bisa membuat buah hati menjadi depresi, sensitif, mudah ragu-ragu,
murung, dan akhirnya kesulitan bergaul dengan sekitarnya. Sifat tersebut jika
21
dibiarkan secara terus menerus bisa menjadi masalah yang cukup serius dan
menghambat perkembangan si kecil. Khususnya dalam pergaulan, pertumbuhan,
ego, dan penyesuaian diri.
Didikan keluarga adalah suatu hal yang penting dalam hidup seorang anak.
Karena aspek ini merupakan salah satu pendukung pertumbuhan karakter si kecil
untuk menjalani hidup ke depannya. Jika didikannya baik maka buah hati pun
kemungkinan besar akan tumbuh dengan baik, begitu pula sebaliknya.
Ketika seorang anak merasa terlalu dikekang akibat aturan yang terlalu keras,
adakalanya ia pun akan berusaha memberontak dan membangkang. Di mana,
mereka mungkin terlihat seperti menurut di hadapan orangtuanya, tapi akan
melakukan apapun sesuka mereka selama tidak ketahuan.
Namun, tidak berarti aturan rumah yang terlalu longgar adalah hal yang baik.
Karena jika anak usia dini dibebaskan begitu saja bisa menjadikannya kurang peka
terhadap mana yang benar dan mana yang salah.
Terlalu Dimanjakan
22
Berdasarkan Dr. Seto Mulyadi, S.Psi., M.Si., anak manja adalah anak yang
selalu mengharapkan perhatian berlebih dari lingkungan sekelilingnya. Kemudian,
hal itu diikuti dengan keinginan untuk segera dituruti segala kemauannya.
Ketika buah hati terlalu dimanjakan, ia pun akan cenderung berada di zona
nyaman yang lama-lama membuatnya tumbuh menjadi pribadi yang tidak memiliki
kecakapan sosial. Hal ini dikarenakan ia cenderung tidak diharuskan untuk
memikirkan pemecahan bagi permasalahannya. Sehingga kemampuannya
menghadapi masalah pun lebih rendah dibandingkan anak lainnya yang sudah
dilatih mandiri.
Secara garis besar, masalah yang dihadapi anak dapat digolongkan menjadi tiga aspek
perkembangan, yaitu:2
2
Ernawulan Syaodih, Mubiar Agustin, Bimbungan Konseling untuk Anak Usia Dini,
(Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), hal. 27-30
23
2) Permasalahan dalam Perkembangan Kognitif
Kemampuan kognitif anak harus dikembangkan secara optimal karana menyangkut
kemampuan memecakan masalah dan kehidupan sehari-hari anak. Namun, dalam
perkembangannya, ditemukan kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak diantaranya anak
sulit mengerti apabila dijelaskan tentang sesuatu, lambat dalam mengerjakan sesuatu, atau
keliru dalam menyelesaikan suatu persoalan, atau sulit berkonsentrasi.
3
Prof. Dr. H.E. Mulyasa, M. Pd, Manajemen PAUD, (Bandung: PT Remaja
Posdakatya,2012), hal.27
24
5) Permasalahan dalam Perkembangan Emosi
Pada umumnya anak kecil lebih emosional daripada orang dewasa karena pada usia ini
anak masih relatif muda dan belum dapat mengendalikan emosinya. Ekspresi emosi pada
anak mudah berubahah dengan cepat dari satu bentuk eksprsi ke bentuk ekspresi emosi
yang lain. Rangsangan yang sering membangkitkan emosi anak adalah keinginan yang
tidak terpenuhi, dangan cara mengungkapkan ekspresi yang tidak terkendali. Beberapa
masalah dalam perkembangan emosi anak yang sering ditemukan adalah perasaan takut,
perasaan cemas, perasaan sedih, marah yang berlebihan, iri hati, cemberut dan mudah
tersinggung.
Langkah awal dalam usaha menangani permasalahan anak usia dini adalah dengan
mencari akar masalahnya. Jika permasalahannya sudah diketahui, maka akan lebih mudah
dicari pemecahannya.
Khususnya untuk anak usia dini yang terkadang masih belum mengetahui bagaimana
cara mendeskripsikan atau mengungkapkan masalah yang tengah ia alami. Di sinilah peran
orangtua hadir untuk memperhatikan dan mengarahkan agar permasalahannya bisa segera
teratasi.
Dalam usaha mencari akar permasalahan tersebut, orangtua juga bisa meminta bantuan
pada dokter atau psikiater anak. Terutama jika masalahnya tidak bisa terlihat langsung. Jika
masalah tersebut bermula di sekolah, jangan ragu-ragu untuk bekerja sama dengan guru
atau pengajar buah hati untuk mendeteksi permasalahannya.
25
Dalam menangani permasalahan anak usia dini, saran dan nasihat untuk buah hati
sangat diperlukan. Khususnya jika Anda ingin mengarahkan dan menjelaskan nilai baik
dan buruk pada si kecil.
Khususnya karena si kecil masih berusia dini sehingga ia masih bisa dididik dan
diarahkan dengan baik. Nasihat yang diberikan kepadanya pun lebih bisa tertanam di dalam
kepala.
Setiap anak adalah seorang peniru yang ulung. Setelah melihat, mendengar, dan
merasakan hal-hal yang ada di sekitarnya, ia pun akan berusaha menirukannya sebaik
mungkin.
Oleh karenanya, sebagai orangtua Anda harus menjadi teladan yang baik untuk si
kecil. Sehingga, ia pun akan berusaha menirukan hal-hal baik yang Anda lakukan dan
menghindari masalah-masalah yang nantinya bisa muncul di kemudian hari.
✓ Melatih Kognitif
Yang dimaksud di sini adalah melatih aspek kognitif si kecil, yaitu kemampuan
berpikirnya. Kemampuan tersebut akan menjadikan anak sanggup menghubungkan,
menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa.
Salah satu caranya adalah melatihnya untuk berpikir secara kritis dan membuat
keputusan sendiri. Sesudahnya, biasakan si kecil untuk melihat hasil dari keputusan yang
dibuatnya. Sehingga nantinya ia bisa mulai belajar untuk mengambil keputusan
berdasarkan kemampuan dan penilaian yang logis, bukan sekedar berdasarkan emosi
semata.
26
Dengan melatih aspek kognitifnya, Ayah dan Bunda bisa mengetahui dan
mengevaluasi sejauh mana kemampuan dan kelemahan buah hati. Sehingga ketika sebuah
permasalahan muncul, orangtua bisa langsung mengatasi permasalahan anak usia dini yang
mungkin terjadi.
✓ Permainan
Bermain merupakan kebutuhan bagi setiap anak. Melalui permainan, anak bisa
mengembangkan berbagai aspek penting dalam hidupnya.
Di lain pihak, dengan melakukan permainan yang aktif bisa membuat si kecil menjadi
lebih sehat karena banyak bergerak. Khusunya jika hal tersebut didukung dengan
pengaturan pola makan yang seimbang.
✓ Bantuan Profesional
Hal ini merupakan tahap terakhir yang bisa dilakukan setelah mencoba berbagai macam
cara. Di mana proses yang terjadi adalah konselor berusaha membantu anak untuk sembuh
dan mengatasi permasalahan anak usia dini.
Hal ini merupakan tahap terakhir yang bisa dilakukan setelah mencoba berbagai macam
cara. Di mana proses yang terjadi adalah dokter, konselor, atau psikiater anak berusaha
membantu buah hati untuk sembuh dan mengatasi permasalahan anak usia dini.
Khususnya adalah ketika masalah yang terjadi berhubungan dengan syaraf si kecil.
Karena biasanya jika berhubungan dengan masalah tersebut, seorang dokter atau psikiater
akan lebih bisa mengidentifikasi masalah utamanya dan mengetahui cara menanganinya.
Konseling ini bisa dilakukan pada si kecil sejak usianya sedini mungkin. Khususnya
sejak si kecil sudah bisa diajak berkomunikasi karena salah satu tahapan dalam konseling
27
ini adalah dengan cara mengobrol dan mengidentifikasi permasalahan yang ada.
Sesudahnya, baru konselor bekerja sama dengan orangtua untuk tindak lanjutnya.
28
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
29
• Kegemukan dan obesitas
• Kidal
➢ Masalah Psiko-Sosial
• Gangguan konsentrasi
• Bakat
• Gangguan kecerdasan
• Masalah emosi
• Berbohong
➢ Permasalahan Eksternal Anak Usia Dini
• Keinginan yang tidak terpenuhi
• Kesalahan pola asuh
• Ruang lingkup pergaulan terbatas
• Terkanan dari orang sekitar
• Aturan rumah terlalu keras atau longgar
• Terlalu dimanjakan
30
DAFTAR PUTAKA
Ernawulan Syaodih, Mubiar Agustin. 2008. Bimbungan Konseling untuk Anak Usia Dini.
Jakarta: Universitas Terbuka
Dr. Rita Eka Izzaty, M. Si. 2017. Model Konseling Anak Usia Dini. Bandung: PT Remaja
Posdakarya
Prof. Dr. H.E. Mulyasa, M. Pd. 2012. Manajemen PAUD. Bandung: PT Remaja
Posdakatya
Rizki Adinda. 2020. “Mengenali Permasalahan Anak Usia Dini dan Cara Menanganinya”,
https://www.posbunda.com/parenting/permasalahan-anak-usia-dini/ , diakses pada 28
Februari pukul 20.35
31