Anda di halaman 1dari 22

TUGAS TERSTRUKTUR DOSEN PENGAMPU

PENGEMBANGAN KOGNITIF AUD ASPIYA AZIZA, S.Pd, M.Pd

TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
USWATUN HASANAH 200101080494
SITI AMANAH 200101080782
INTAN SARI 200101080505
NURKHALISA 200101080778
LISA ARIANTI 200101080538

LOKAL B PIAUD ANGKATAN 2020


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
2021

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, puja dan puji syukur senantiasa tercurah atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah Pengembangan Kognitif AUD tentang “Teori
Perkembangan Kognitif Piaget”

Makalah ilmiah ini disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan


dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu penyusun menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, penyusun
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka penyusun
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penyusun dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini tentang limbah dan manfaatnya untuk
masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Banjarmasin, 28 September 2021

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
Kata Pengantar.................................................................................................. i
Daftar Isi........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG MASALAH........................................ 1
B. RUMUSAN MASALAH......................................................... 2
C. TUJUAN PENULISAN........................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN............................................................................ 3
A. Biografi Jean Piaget................................................................. 3
B. Teori Perkembangan Kognitif Piaget...................................... 4
C. Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Piaget.......................... 6
D. Implikasi Teori Piaget Terhadap Praktek Pendidikan............. 13

BAB III PENUTUP..................................................................................... 16


SIMPULAN...................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Dalam Dictionary of Psychology, perkembangan adalah


tahapantahapan perubahan yang progresif yang terjadi dalam rentang
kehidupan manusia dan organisme lainnya, tanpa membedakan aspek-aspek
yang terdapat dalam diri organisme-organisme tersebut.1 Sedangkan menurut
Santrok dan Yussen (dalam Mulyani Sumantri), perkembangan adalah pola
gerakan atau perubahan yang dimulai pada saat terjadi pembuahan dan
berlagsung terus selama siklus kehidupan.2 Salah satu aspek yang mengalami
perkembangan manusia adalah kognitif. Istilah kognitif ( cognitive ) berasal
dari kata cognition yang padanannya knowing, berarti mengetahui, dalam arti
yang luas, cognition ialah perolehan, penataan dan penggunaan pengetahuan.
Dalam Kamus Lengkap Psikologi , cognition adalah pengenalan, kesadaran,
pengertian.3 Selanjutnya istilah kognitif menjadi popular sebagai salah satu
domain atau ranah psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental
yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi,
pemecahan masalah, kesengajaan dan keyakinan.4

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa


perkembangan kogintif adalah tahapan-tahapan perubahan yang terjadi dalam
rentang kehidupan manusia untuk memahami, mengolah informasi,
memecahkan masalah dan mengetahui sesuatu.

Sebagian besar psikolog terutama kognitivis berkeyainan bahwa


proses perkembangan kognitif manusia berlangsung sejak ia baru lahir.

1
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010), h. 41
2
Mulayani Sumantri, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2011), h. 3.
3
JP. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi (Terjemahan), (Jakarta:PT. Raja Grafindo
Persada, 2006), h. 90
4
Ibid , h, 65

1
Pendayagunaan kapasitas ranah kognitif manusia sudah mulai berjalan sejak
mendayagunakan sensor dan motoriknya.

Salah satu ranah perkembangan yang menjadi salah satu fokus


perhatian dalam pendidikan adalah ranah kognitif. Istilah kognitif berasal dari
kata cognition yang memiliki padanan kata knowing (mengetahui). Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana konsep dasar perkembangan
kognitif pada anak menurut Jean Piaget. Makalah ini memfokuskan pada
konsep dasar perkembangan kognitif pada anak menurut Jean Piaget. Hasil
menunjukkan bahwa Hakikat perkembangan kognitif adalah perkembangan
kemampuan berpikir operasional formal dengan ditandai dengan kemampuan
berpikir abstrak dan kemampuan berpikir deduktif-hipotetik, perkembangan
individu dalam kemampuan kognitif tidak bisa diukur secara umum, karena
masih ada faktor determinan yang menentukan kemampuan kognitif, seperti
kebudayaan dan lingkungan sosial, Implikasi teori Piaget dalam proses
pendidikan adalah membantu para pendidik untuk memahami tahap dan
karakteristik perkembangan kognitif peserta didik sehingga membantu
pendidik untuk menentukan tingkat kognitif peserta didik dan memilih strategi
pembelajaran yang sesuai dengan tahapan perkembangan kognitif para peserta
didik.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Saja Biografi Jean Piaget?
2. Bagaimana Teori Perkembangan Kognitif Piaget?
3. Apa Saja Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Piaget?
4. Bagaimana Implikasi Teori Piaget Terhadap Praktek Pendidikan?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk Mengetahui Apa Saja Biografi Jean Piaget
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Teori Perkembangan Kognitif Piaget
3. Untuk Mengetahui Apa Saja Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Piaget

2
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Implikasi Teori Piaget Terhadap Praktek
Pendidikan

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Jean Piaget


Jean Piaget merupakan ahli Biologi dan Psikologi yang merumuskan
teori yang dapat menjelaskan fase-fase perkembangan kemampuan kognitif.
Menurut Piaget, teori perkembangan kognitif mengemukakan asumsi tentang
perkembangan cara berfikir individu dan kompleksitas perubahannya melalui
perkembangan neurologis dan perkembangan lingkungan. Dalam teori Piaget
ini, perkembangan kognitif dibangun berdasarkan sudut pandang aliran
struturalisme dan konstruktivisme. Sudut pandang strukturalisme terlihat dari
pandangannya tentang intelensi yang berkembang melalui serangkaian tahap
perkembangan yang ditandai oleh pengaruh kualitas struktur kognitif.
Sedangkan sudut pandang konstruktivisme dapat dilihat pada pandangannya
tentang kemampuan kognitif yang dibangun melalui interaksi dengan
lingkungan sekitarnya.5
Pada tahun 1969 ia menerima hadiah sebagai tanda terima kasih atas
sumbangannya yang monumental dan unik dalam literatur Psikologi.
Selanjutnya Piaget memperoleh hadiah di Kota Amsterdam yakni hadiah
Erasmus dari tangan pangeran Bernhard. Piaget menerima kurang lebih 12
tanda penghargaan. Sampai saat meninggal Piaget bekerja terus mencari fakta-
fakta dan berdasarkan fakta-fakta itu ia secara terus menerus memperdalam
pemahamannya. Piaget sebagai seorang ilmuan setiap hari menulis kira- kira 5
halaman karya ilmiah dan orang mengatakan bahwa Piaget menulislebih cepat
dari pada orang awam yang membaca karya raksasanya, lebih dari 50 buku,
monografi serta ratusan artikel yang dihasilkannya selama berkecimpung
dalam kegiatan ilmiah kira-kira 70 tahun, ditaksir sebagai lebih dari 24.000
halaman.11 Pada tanggal 16 September 1980 Piaget meninggal, dalam umur 84
tahun di Kota Jenewa yang tidak jauh dari Neuchatel tempat kelahirannya12 .

5
Hasan basri, Kemampuan Kognitif Dalam Meningkatkan Efektifitas Pembelajaran
Ilmu Sosial Bagi Siswa Sekolah Dasar, Jurnal Penelitian Pendidikan, EISSN 2541-4135.

4
Tokoh yang masih tetap produktif sampai akhir hayatnya ini adalah seorang
tokoh yang sangat penting dalam psikologi perkembangan.

B. Teori Perkembangan Kognitif Piaget


Piaget lebih menitik beratkan pembahasannya pada struktur kognitif.
Ia meneliti dan menulis subjek perkembangan kognitif ini dari tahun 1927
sampai 1980. Berbeda dengan para ahli-ahli psikologi sebelumnya. Ia
menyatakan bahwa cara berfikir anak bukan hanya kurang matang
dibandingkan dengan orang dewasa karena kalah pengetahuan, tetapi juga
berbeda secara kualitatif. Menurut penelitiannya juga bahwa tahap-tahap
perkembangan intelektual individu serta perubahan umur sangat
mempengaruhi kemampuan individu mengamati ilmu pengetahuan6. Piaget
mengemukakan penjelasan struktur kognitif tentang bagaimana anak
mengembangkan konsep dunia di sekitar mereka7. Teori Piaget sering disebut
genetic epistimologi (epistimologi genetik) karena teori ini berusaha melacak
perkembangan kemampuan intelektual, bahwa genetic mengacu pada
pertumbuhan developmental bukan warisan biologis (keturunan)8.
Menurut Piaget, anak dilahirkan dengan beberapa skemata
sensorimotor, yang memberi kerangka bagi interaksi awal anak dengan
lingkungannya. Pengalaman awal si anak akan ditentukan oleh skemata
sensorimotor ini. Dengan kata lain, hanya kejadian yang dapat diasimilasikan
ke skemata itulah yang dapat di respons oleh si anak, dan karenanya kejadian
itu akan menentukan batasan pengalaman anak. Tetapi melalui pengalaman,
skemata awal ini dimodifikasi. Setiap pengalaman mengandung elemen unik
yang harus di akomodasi oleh struktur kognitif anak. Melalui interaksi dengan
lingkungan, struktur kognitif akan berubah, dan memungkinkan perkembangan
pengalaman terus-menerus. Tetapi menurut Piaget, ini adalah proses yang

6
Laura A. King. Psikologi Umum Sebuah Pandangan Apresiatif, (Terj Deresi Opi
Perdana Yanti), Cet. 1, Jakarta: Selemba Humanika, hal. 152
7
Loward S. Friedman & Miriam W. Schuctack, Kepribadian Teori Klasik dan Riset
Modern, Jakarta: Erlangga, 2006, Cet I, hal. 259
8
B.R. Hergenhahn & Matthew H. Olson, Theories of Learning (Teori Belajar), alih
bahasa: Tri Wibowo B.S., Cet. III, Jakarta: Prenada Media Group, 2010, hal. 313

5
lambat, karena skemata baru itu selalu berkembang dari skemata yang sudah
ada sebelumnya. Dengan cara ini, pertumbuhan intelektual yang dimulai
dengan respons refleksif anak terhadap lingkungan akan terus berkembang
sampai ke titik di mana anak mampu memikirkan kejadian potensial dan
mampu secara mental mengeksplorasi kemungkinan akibatnya.
Interiorisasi menghasilkan perkembangan operasi yang membebaskan
anak dari kebutuhan untuk berhadapan langsung dengan lingkungan karena
dalam hal ini anak sudah mampu melakukan manipulasi simbolis.
Perkembangan operasi (tindakan yang diinteriorisasikan) memberi anak cara
yang kompleks untuk menangani lingkungan, dan oleh karenanya, anak
mampu melakukan tindakan intelektual yang lebih kompleks. Karena struktur
kognitif anak lebih terartikulasikan. Demikian pula lingkungan fisik anak, jadi
dapat dikatakan bahwa struktur kognitif anak mengkonstruksi lingkungan
fisik9.
Piaget mengemukakan bahwa sejak usia balita, seseorang telah
memiliki kemampuan tertentu untuk mengahadapi objek-objek yang ada di
sekitarnya. Kemampuan ini masih sangat sederhana, yakni dalam bentuk
kemampuan sensor motorik. Dalam memahami dunia mereka secara aktif,
anak-anak menggunakan skema, asimilasi, akomodasi, organisasi dan
equilibrasi.10 Dengan kemampuan inilah balita akan mengeksplorasi
lingkungannya dan menjadikannya dasar bagi pengetahuan tentang dunia yang
akan dia peroleh kemudian, serta akan berubah menjadi
kemampuankemampuan yang lebih maju dan rumit. Kemampuan-kemampuan
ini disebut Piaget dengan skema. Sebagai contoh, seorang anak tahu bagaimana
cara memegang mainannya dan membawa mainan itu ke mulutnya. Dia dengan
mudah membawakan skema ini. Lalu ketika dia bertemu dengan benda lain—
katakanlah jam tangan ayahnya—dia dengan mudah dapat menerapkan skema
“ambil dan bawa ke mulut” terhadap benda lain tersebut. Peristiwa ini oleh

B.R. Hergenhahn & Matthew H. Olson, Theories of Learning (Teori Belajar), alih
9

bahasa: Tri Wibowo B.S., Cet. III, Jakarta: Prenada Media Group, 2010, hal. 325
10
John W. Santrock, Psikologi Pendidikan (terjemahan) , (Jakarta: Kencana, 2008),
hal. 46

6
Piaget disebut dengan asimilasi, yakni pengasimilasian objek baru kepada
skema lain. Ketika anak tadi bertemu lagi dengan benda lain, misalnya sebuah
bola, dia tetap akan menerapkan skema “ambil dan bawa ke mulut”. Tentu
skema ini tidak akan berlangsung dengan baik, karena bendanya sudah jauh
berbeda. Oleh karena itu, skema pun harus menyesuaikan diri dengan objek
yang baru. Peristiwa ini disebut dengan akomodasi, yakni pengakomodasian
skema lama terhadap objek baru. Asimilasi dan akomodasi adalah dua bentuk
adaptasi, istilah Piaget yang kita sebut dengan pembelajaran. Cara kerja
asimilasi dan akomodasi bertugas menyeimbangkan struktur pikiran dengan
lingkungan, menciptakan porsi yang sama di antara keduanya. Jika
keseimbangan ini terjadi, maka tercapailah pada suatu keadaan ideal atau
equiblirium. Dalam penelitiannya pada anak-anak, Piaget mencatat adanya
periode di mana asimilasi lebih dominan, atau akomodasi yang lebih dominan,
dan di mana keduanya mengalami keseimbangan.11

C. Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Piaget


Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami
dunianya melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin
canggih seiring pertambahan usia, yaitu: sensorimotor, praoperasi, operasi
konkret, dan operasi formal.12 Dia percaya bahwa semua anak melewati tahap-
tahap tersebut dalam urutan seperti ini dan bahwa tidak seorang anak pun dapat
melompati satu tahap, walaupun anak-anak yang berbeda melewati tahap-tahap
tersebut dengan kecepatan yang agak berbeda.13

Piaget percaya, bahwa kita semua melalui keempat tahap tersebut,


meskipun mungkin setiap tahap dilalui dalam usia berbeda. Setiap tahap
dimasuki ketika otak kita sudah cukup matang untuk memungkinkan logika
jenis baru atau operasi.14 Semua manusia melalui setiap tingkat, tetapi dengan
11
George Boeree, General Psychology, Psikologi Kepribadian, Persepsi, Kognitif,
Emosi dan Perilaku (terjemahan), (Jakarta: Ar-Ruzz Media Group, 2008), h. 368
12
Syah Muhibbin. Psikologi Belajar (Jakarta: Rajawali Pers, 2012) hal. 24
13
Slavin Robert E., Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik (Jakarta : PT.Indeks, 2011)
hal .45
14
(Matt Jarvis, 2011:148)

7
kecepatan yang berbeda, jadi mungkin saja anak yang berumur 6 tahun berada
pada tingkat operasional konkrit, sedangkan ada seorang anak yang berumur 8
tahun masih pada tingkat pra-operasional dalam cara berfikir. Namun urutan
perkembangan intelektual sama untuk semua anak, struktur untuk tingkat
sebelumnya terintegrasi dan termasuk sebagai bagian dari tingkat berikutnya.15

Berikut adalah tabel ringkasan tahap-tahap perkembangan kognisi


menurut Piaget :

1. Tahap Sensorimotor
Tahap ini merupakan tahap pertama. Tahap ini dimulai sejak lahir
sampai usia 2 tahun. Pada tahap ini, bayi membangun suatu pemahaman
tentang dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman sensor
(seperti melihat dan mendengar) dengan tindakan-tindakan fisik. Dengan
berfungsinya alat-alat indera serta kemampuan kemampuan-kemampuan
melakukan gerak motorik dalam bentuk refleks ini, maka seorang bayi
berada dalam keadaan siap untuk mengadakan hubungan dengan dunianya.

15
(Ratna Wilis, 2011:137)

8
Piaget membagi tahap sensori motor ini kedalam 6 periode, yaitu:

 Periode 1: Penggunaan Refleks-Refleks (Usia 0-1 bulan)


Refleks yang paling jelas pada periode ini adalah refleks
menghisap (bayi otomatis menghisap kapanpun bibir mereka
disentuh) dan refleks mengarahkan kepala pada sumber rangsangan
secara lebih tepat dan terarah. Misalnya jika pipi kanannya
disentuh, maka ia akan menggerakkan kepala ke arah kanan.

 Periode 2: Reaksi Sirkuler Primer (Usia 1-4 bulan)


Reaksi ini terjadi ketika bayi menghadapi sebuah pengalaman
baru dan berusaha mengulanginya. Contoh: menghisap jempol.
Pada contoh menghisap jempol, bayi mulai mengkoordinasikan 1).
Gerakan motorik dari tangannya dan 2). Penggunaan fungsi
penglihatan untuk melihat jempol.

 Periode 3: Reaksi Sirkuler sekunder (Usia 4-10 bulan)


Reaksi sirkuler primer terjadi karena melibatkan koordinasi
bagian bagian tubuh bayi sendiri, sedangkan reaksi sirkuler
sekunder terjadi ketika bayi menemukan dan menghasilkan
kembali peristiwa menarik diluar dirinya.

 Periode 4: Koordinasi skema-skema skunder (Usia 10-12 bulan)


Pada periode ini bayi belajar untuk mengkoordinasikan dua
skema terpisah untuk mendapatkan hasil. Contoh: suatu hari
Laurent (anak Piaget) ingin memeluk kotak mainan, namun Piaget
menaruh tangannya ditengah jala. Pada awalnya Laurent
mengabaikan tangan ayahnya. Dia berusaha menerobos atau
berputar mengelilinginya tanpa menggeser tangan ayahnya. Ketika
Piaget tetap menaruh tangannya untuk menghalangi anaknya,
Laurent terpaksa memukul kotak mainan itu sambil melambaikan

9
tangan, mengguncang tubuhnya sendiri dan mengibaskan
kepalanya dari satu sisi ke sisi lain. Akhirnya setelah beberapa hari
mencoba, Laurent berhasil menggerakkan perintang dengan
mengibaskan tangan ayahnya dari jalan sebelum memeluk kotak
mainan. Dalam kasus ini, Laurent berhasil mengkoordinasikan dua
skema terpisah yaitu:
1). Mengibaskan perintang 2). Memeluk kotak mainan.

 Periode 5: Reaksi Sirkuler Tersier (Usia 12-18 bulan)


Pada periode 4, bayi memisahkan dua tindakan untuk
mencapai satu hasil tunggal. Pada periode 5 ini bayi bereksperimen
dengan tindakan-tindakan yang berbeda untuk mengamati hasil
yang berbeda-beda. Contoh: Suatu hari Laurent tertarik dengan
meja yang baru dibeli Piaget. Dia memukulnya dengan telapak
tangannya beberapa kali. Kadang keras dan kadang lembut untuk
mendengarkan perbedaan bunyi yang dihasilkan oleh tindakannya.

 Periode 6: Permulaan Berfikir (Usia 18-24 bulan)


Pada periode 5 semua temuan-temuan bayi terjadi lewat
tindakan fisik, pada periode 6 bayi kelihatannya mulai memikirkan
situasi secara lebih internal sebelum pada akhirnya bertindak. Jadi,
pada periode ini anak mulai bisa berfikir.dalam mencapai
lingkungan, pada periode ini anak sudah mulai dapat menentukan
cara-cara baru yang tidak hanya berdasarkan rabaan fisis dan
internal, tetapi juga dengan koordinasi internal dalam gambaran
atau pemikirannya.

2. Tahap Pemikiran Pra-Operasional


Tahap ini berada pada rentang usia antara 2-7 tahun. Pada tahap ini
anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar atau
simbol. Menurut Piaget, walaupun anak-anak pra sekolah dapat secara

10
simbolis melukiskan dunia, namun mereka masih belum mampu untuk
melaksanakan “Operation” (operasi) , yaitu tindakan mental yang
diinternalisasikan yang memungkinkan anak-anak melakukan secara
mental yang sebelumnya dilakukan secara fisik. Perbedaan tahap ini
dengan tahap sebelumnya adalah “kemampuan anak mempergunakan
simbol”. Penggunaan simbol bagi anak pada tahap ini tampak dalam lima
gejala berikut:
a. Imitasi tidak langsung.
Anak mulai dapat menggambarkan sesuatu hal yang dialami
atau dilihat, yang sekarang bendanya sudah tidak ada lagi. Jadi
pemikiran anak sudah tidak dibatasi waktu sekarang dan tidak pula
dibatasi oleh tindakan tindakan indrawi sekarang. Contoh: anak
dapat bermain kue-kuean sendiri atau bermain pasar-pasaran. Ini
adalah hasil imitasi.
b. Permainan Simbolis.
Sifat permainan simbolis ini juga imitatif, yaitu anak
mencoba meniru kejadian yang pernah dialami. Contoh: anak
perempuan yang bermain dengan bonekanya, seakan-akan
bonekanya adalah adiknya.
c. Menggambar
Pada tahap ini merupakan jembatan antara permainan
simbolis dengan gambaran mental. Unsur pada permainan simbolis
terletak pada segi “kesenangan” pada diri anak yang sedang
menggambar. Sedangkan unsur gambaran mentalnya terletak pada
“usaha anak untuk memulai meniru sesuatu yang nyata”. Contoh:
anak mulai menggambar sesuatu dengan pensil atau alat tulis
lainnya.
d. Gambaran Mental
Merupakan penggambaran secara pikiran suatu objek atau
pengalaman yang lampau. Gambaran mental anak pada tahap ini
kebanyakan statis. Anak masih mempunyai kesalahan yang

11
sistematis dalam mengambarkan kembali gerakan atau transformasi
yang ia amati. Contoh yang digunakan Piaget adalah deretan lima
kelereng putih dan hitam.
e. Bahasa Ucapan
Anak menggunakan suara atau bahasa sebagai representasi
benda atau kejadian. Melalui bahasa anak dapat berkomunikasi
dengan orang lain tentang peristiwa kepada orang lain.

3. Tahap Operasi berfikir Kongkret


Tahap ini berada pada rentang usia 7-11 tahun.tahap ini dicirikan
dengan perkembangan system pemikiran yang didasarkan pada aturan-
aturan yang logis. Anak sudah mengembangkan operasi logis. Proses-
proses penting selama tahapan ini adalah:
a. Pengurutan
Yaitu kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran,
bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda
ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling
besar ke yang paling kecil.
b. Klasifikasi
Kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi
serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau
karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-
benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian
tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa
animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan).
c. Decentering
Anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu
permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak
tidak akan lagi menganggap gelas lebar tapi pendek lebih sedikit
isinya dibanding gelas kecil yang tinggi.
d. Reversibility

12
Anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda
dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak
dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4
akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
e. Konservasi
Memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-
benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan
dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak
diberi gelas yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan
tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air
di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi gelas lain.
f. Penghilangan sifat Egosentrisme
Kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang
lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah).
Sebagai contoh, Lala menyimpan boneka di dalam kotak, lalu
meninggalkan ruangan, kemudian Baim memindahkan boneka itu
ke dalam laci, setelah itu baru Lala kembali ke ruangan. Anak
dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Lala akan
tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu
tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Baim.

4. Tahap Operasi berfikir Formal.


Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan
kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia 11
tahun dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah
diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara
logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam
tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis,
dan nilai.
Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat
terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia

13
dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan
psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya
mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai
keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan
penalaran dari tahap operasional konkrit.
Pada tahap ini, remaja telah memiliki kemampuan untuk berpikir
sistematis, yaitu bisa memikirkan semua kemungkinan untuk memecahkan
suatu persoalan. Contoh: ketika suatu saat mobil yang ditumpanginya
mogok, maka jika penumpangnya adalah seorang anak yang masih dalam
tahap operasi berpikir kongkret, ia akan berkesimpulan bahwa bensinnya
habis. Ia hanya menghubungkan sebab akibat dari satu rangkaian saja.
Sebaliknya pada remaja yang berada pada tahap berfikir formal, ia akan
memikirkan beberapa kemungkinan yang menyebabkan mobil itu mogok.
Bisa jadi karena businya mati, atau karena platinanya, dll. Seorang remaja
pada tahap ini sudah mempunyai ekuilibrum yang tinggi, sehingga ia dapat
bepikir fleksibel dan efektif, serta mampu berhadapan dengan persoalan
yang kompleks. Remaja dapat berfikir fleksibel karena dapat melihat
semua unsure dan kemungkinan yang ada. Dan remaja dapat berfikir
efektif karena dapat melihat pemikiran mana yang cocok untuk persoalan
yang dihadapi.

D. Implikasi Teori Piaget Terhadap Praktek Pendidikan

Tujuan utama dari teori perkembangan kognitif dari Piaget adalah


untuk memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai cara pikiran
berkembang dan berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif.
Satu hal yang harus digaris bawahi dalam proses penerapan teori dan prinsip
perkembangan kognitif Piaget dalam proses pembelajaran bagi para pendidik
adalah tidak semua prinsip dalam teori Piaget dapat berlaku utuh pada setiap
siswa. Menurut Muhibbin Syah16 Teori ini merupakan outline (garis besar)

16
Muhibbin Syah. 2007. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.
Bandung:Rosdakarya, Hlm 35.

14
yang berhubungan dengan kapasitas-kapasitas kognitif dalam diri siswa dari
masa ke masa. Woolfolk dan Nicolich (tt: 81)17 mengemukakan dua implikasi
teori Piaget dalam praktek pendidikan yaitu membantu para pendidik dalam
menentukan kemampuan kognitif peserta didik dan memilih strategi
pembelajaran.

Teori Piaget telah membawa dampak besar pada teori dan praktik
pendidikan. Pertama, teori tersebut memusatkan perhatian pada gagasan
pendidikan yang sesuai dengan tahap perkembangan (developmentally
appropriate education) pendidikan dengan lingkungan, kurikulum, bahan ajar,
dan pengajaran yang sesuai bagi siswa dari sudut kemampuan fisik dan kognisi
mereka dan kebutuhan social dan emosi mereka. Teori Piaget telah
berpengaruh ke model konstruktivis pembelajaran, yang akan diuraikan
meringkaskan implikasi pengajaran utama yang diambil dari Piaget sebagai
berikut:

1. Fokus pada proses pemikiran siswa, bukan hanya hasilnya. Selain


memeriksa kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses yang
digunakan siswa untuk sampai pada jawaban tersebut. Pengalaman belajar
yang tepat membentuk tingkat keberfungsian kognisi siswa saat ini, dan
hanya jika guru menghargai metode siswa untuk sampai pada kesimpulan
tertentu maka guru berada dalam posisi menyediakan pengalaman seperti
itu.
2. Pengakuan atas peran penting kegiatan pembelajaran berdasar
keterlibatan aktif yang diprakarsai sendiri oleh siswa. Dalam suatu ruang
kelas Piaget, penyajian pengetahuan yang sudah jadi tidak lagi ditekankan,
dan siswa didorong untuk menemukan sendiri melalui interaksi spontan
dengan lingkungan. Karena itu, bukannya mengajar secara didaktik, guru
harus menyediakan berbagai jenis kegiatan yang memungkinkan siswa
bertindak langsung dalam dunia fisik.

17
Woolfolk, Anita E. & Nicolich, Lorraine McCune. (tt). Mengembangkan Kepribadian
dan Kecerdasan Anak-anak (Psikologi Pembelajaran I). Inisiasi Press, Hlm 81.

15
3. Tidak menekankan praktik yang ditujukan untuk menjadikan siswa
berpikir seperti orang dewasa. Piaget merujuk ke pertanyaan “Bagaimana
cara kita mempercepat perkembangan?” sebagai “pertanyaan Amerika”.
Di antara banyak Negara yang dia kunjungi, psikolog dan pendidik di
Amerika Serikat tampak paling tertarik dengan teknik apa saja yang dapat
digunakan untuk mempercepat langkah siswa melewati tahap-tahap
tersebut. Program pendidikan yang berbasis Piaget menerima
keyakinannya yang kuat bahwa pengajaran prematur dapat lebih buruk
daripada tanpa pengajaran sama sekali karena hal itu melahirkan
penerimaan rumus orang dewasa secara dangkal bukannya pemahaman
kognisi yang benar.
4. Penerimaan atas perbedaan kemajuan perkembangan masing-masing
orang. Teori Piaget beranggapan bahwa semua siswa mengalami urutan
perkembangan yang sama tetapi hal itu terjadi dengan kecepatan yang
berbeda. Karena itu, guru harus menempuh upaya khusus untuk
merencanakan kegiatan di ruang kelas bagi masing-masing siswa dan
kelompok kecil anak-anak bukannya bagi seluruh kelompok kelas. Selain
itu, karena perbedaan masing-masing siswa sudah diperkirakan, penilaian
kemajuan pendidikan siswa hendaknya dilakukan berdasarkan
perjalananperkembangan terdahulu masing-masing siswa itu sendiri,
bukan berdasarkan kinerja teman-teman dengan usia yang sama.

16
BAB III

PENUTUP

SIMPULAN

Jean Piaget merupakan ahli Biologi dan Psikologi yang merumuskan


teori yang dapat menjelaskan fase-fase perkembangan kemampuan kognitif.
Menurut Piaget, teori perkembangan kognitif mengemukakan asumsi tentang
perkembangan cara berfikir individu dan kompleksitas perubahannya melalui
perkembangan neurologis dan perkembangan lingkungan. Dalam teori Piaget ini,
perkembangan kognitif dibangun berdasarkan sudut pandang aliran struturalisme
dan konstruktivisme. Sudut pandang strukturalisme terlihat dari pandangannya
tentang intelensi yang berkembang melalui serangkaian tahap perkembangan yang
ditandai oleh pengaruh kualitas struktur kognitif. Sedangkan sudut pandang
konstruktivisme dapat dilihat pada pandangannya tentang kemampuan kognitif
yang dibangun melalui interaksi dengan lingkungan sekitarnya.

Menurut Piaget, anak dilahirkan dengan beberapa skemata sensorimotor,


yang memberi kerangka bagi interaksi awal anak dengan lingkungannya.
Pengalaman awal si anak akan ditentukan oleh skemata sensorimotor ini. Dengan
kata lain, hanya kejadian yang dapat diasimilasikan ke skemata itulah yang dapat
di respons oleh si anak, dan karenanya kejadian itu akan menentukan batasan
pengalaman anak. Tetapi melalui pengalaman, skemata awal ini dimodifikasi.
Setiap pengalaman mengandung elemen unik yang harus di akomodasi oleh
struktur kognitif anak. Melalui interaksi dengan lingkungan, struktur kognitif akan
berubah, dan memungkinkan perkembangan pengalaman terus-menerus. Tetapi
menurut Piaget, ini adalah proses yang lambat, karena skemata baru itu selalu
berkembang dari skemata yang sudah ada sebelumnya. Dengan cara ini,
pertumbuhan intelektual yang dimulai dengan respons refleksif anak terhadap
lingkungan akan terus berkembang sampai ke titik di mana anak mampu
memikirkan kejadian potensial dan mampu secara mental mengeksplorasi
kemungkinan akibatnya.

17
Jean Piaget merumuskan tahapan perkembangan kognitif manusia
disesuaikan dengan tahap kematangan perkembangan otak. Yaitu Tahap
Sensorimotor, Tahap Pemikiran Pra-Operasional, Tahap Operasi berfikir Kongkret
dan Tahap Operasi berfikir Formal.

Tujuan utama dari teori perkembangan kognitif dari Piaget adalah untuk
memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai cara pikiran berkembang dan
berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif. Teori Piaget telah
membawa dampak besar pada teori dan praktik pendidikan. Pertama, teori
tersebut memusatkan perhatian pada gagasan pendidikan yang sesuai dengan
tahap perkembangan (developmentally appropriate education) pendidikan dengan
lingkungan, kurikulum, bahan ajar, dan pengajaran yang sesuai bagi siswa dari
sudut kemampuan fisik dan kognisi mereka dan kebutuhan social dan emosi
mereka.

18
DAFTAR PUSTAKA

Chaplin, JP, 2006 Kamus Lengkap Psikologi (terjemahan) , Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
Hurlock, Elizabeth. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga
Muhibbin Syah. 2007. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung :
Rosdakarya
Mulayani Sumantri. 2011. Perkembangan Peserta Didik, Jakarta: Universitas
Terbuka
Santrock, John. W., 2008, Psikologi Pendidikan (terjemahan) Edisi kedua ,
Jakarta: Kencana
Sumantri Mulyani, 2011 Perkembangan Peserta Didik, Jakarta: Universitas
Terbuka
Suparno, P. 2012. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius.
Susanto, A. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini (Pengantar dalam Berbagai
Aspeknya). Jakarta: Putra Kencana.
Syah Muhiddin, 2010, Psikologi Pendidikan dengan pendekatan baru , Bandung:
Remaja Rosdakarya

19

Anda mungkin juga menyukai