Anda di halaman 1dari 61

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam pandangan Islam, setiap orang lahir dalam keadaan fitrah. Fitrah
tersebut bisa tumbuh subur dan berkembang apabila ia mendapat pendidikan yang
berkualitas. Sebaliknya, ia akan layu dan mati apabila ia tidak dirawat dan dididik
dengan semestinya. Oleh karena itu, Islam sangat memperhatikan pendidikan. Di
dalam pandangan Islam, pendidikan merupakan kegiatan yang diwajibkan bagi
setiap muslim, baik pria maupun wanita. Di dalam satu Hadis Nabi bersabda :

‫ِه‬ ‫ِهلل‬ ‫ٍع ٍد‬


‫ َطَلُب‬: ‫ َق اَل َر ُس ْو ُل ا َص َّلى اُهلل َعَلْي َو َس َّلَم‬: ‫َعْن َأيِب َس ْي اْخلٌد ْر ِي َق اَل‬
1
)‫اْلِعْلِم َفِر ْيَض ٌة َعَلى ُك ِّل ُمْس ِلٍم (رواه ابن ماجه‬
Dari Abĭ Sa'id al-Khudrĭ, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Menuntut ilmu
adalah kewajiban atas setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah)

Pendidikan juga berlangsung seumur hidup, tidak mengenal batas usia.


Kedudukan tersebut menempatkan pendidikan sebagai bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan manusia.
Pendidikan merupakan masalah yang penting bagi setiap bangsa yang sedang
membangun. Upaya peningkatan kualitas di bidang pendidikan merupakan suatu
keharusan untuk selalu dilaksanakan agar suatu bangsa dapat maju dan
berkembang. Dalam konsep yang lebih luas, kualitas pendidikan mempunyai
makna sebagai suatu proses dan hasil pendidikan secara keseluruhan. Proses
pendidikan yang berkualitas ditentukan oleh berbagai faktor yang saling terkait.
Kualitas pendidikan bukan terletak pada besar atau kecilnya sekolah, negeri atau
swasta, kaya atau miskin, berpakaian seragam ataupun tidak. Faktor-faktor yang
menentukan kualitas pendidikan suatu sekolah adalah terletak pada unsur-unsur
dinamis yang ada dalam sekolah itu dan lingkungannya sebagai suatu sistem.
Salah satu unsurnya adalah guru sebagai pelaku terdepan dalam pelaksanaan di
tingkat institusional dan instruksional.

1
Muhammad bin Salamah bin Ja'far Abŭ Ja'far Abŭ 'Abdillah, al-Fidha'I, Musnad asy-
Syihab, (Beirut: Muassasah ar-Risalah, t.th), Jilid I, h. 137

1
2

Guru mempunyai fungsi dan peran serta kedudukan yang sangat penting dan
strategis dalam pembangunan nasional dalam bidang pendidikan. Dalam Undang
Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 disebutkan bahwa:
Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan untuk
melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan pendidikan
nasional, yaitu berkembangngnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab .2

Dalam paradigma Jawa, pendidik diidentikkan dengan sebutan Guru (Gu dan
ru), yang berarti digugu dan ditiru. Dikatakan digugu (dipercaya) karena guru
memiliki seperangkat ilmu yang memadai, yang karenanya guru memiliki
wawasan dan pandangan yang luas dalam melihat kehidupan ini. dikatakan ditiru
(diikuti), karena guru memiliki kepribadian yang utuh, yang karenanya segala
tindak tanduk seorang guru patut dijadikan panutan dan suri tauladan yang baik
oleh peserta didiknya.3
Guru sebagai pendidik tidak sebatas memberikan bahan-bahan pengajaran
tetapi menjangkau etika dan estetika perilaku dalam menghadapi tantangan
kehidupan di masyarakat. Profesi guru dalam pendidikan Islam dianggap sebagai
profesi mulia. Profesi guru yang mulia ini disebabkan peranannya yang strategis
dalam membimbing, mengarahkan dan memberi petunjuk sehingga orang lain
selamat dunia akhirat.
Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa pendidik memiliki peran penting
serta berkedudukan mulia dan terhormat. Hal ini disebabkan karena tugas
pendidik yang begitu berarti tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan tapi lebih
dari itu sebagai penanam nilai-nilai akhlak yang baik kepada anak didik, dan
berangkat dari kesadaran bahwa pendidik memiliki peran strategis sekaligus
memberikan konstribusi yang besar terhadap pembangunan dan peradaban suatu
bangsa.

2
Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam, Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Undang-undang Guru dan Dosen (Jakarta:
Sinar Grafika, 2006), h. 4
3
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, ILmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2006), h.
90
3

Setelah melihat serta mengamati dari beberapa tugas dan tanggung jawab
seorang guru, maka Islam memberikan sesuatu penghargaan (posisi) bagi mereka
pengajar kebaikan, suatu kemuliaan. Tugas mulia dan penghargaan yang tinggi
terhadap guru memberikan konsekuensi terhadap pelaksanaan tugasnya sebagai
guru. Guru harus memiliki kompetensi untuk melaksanakan profesinya secara
layak dan bertanggungjawab. Bagaimana suatu pendidikan akan berhasil apabila
profesi guru diberikan kepada orang yang tidak memiliki kompetensi yang layak
sebagai guru. Oleh karenanya, kompetensi merupakan hal yang sangat urgen
dalam keberhasilan pendidikan. Guru diharapkan memiliki kompetensi yang
diperlukan untuk melaksanakan tugas dan fungsinya secara efektif dan efesien.
Al-Nahlawi dalam bukunya “Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas
Sebagai Lembaga Pendidikan” merumuskan kompetensi yang dimaksud yaitu
kompetensi pribadi, kompetensi profesi dan kompetensi kemasyarakatan. 4
Sedangkan dalam Undang Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen disebutkan dalam Bab IV pasal 10 disebutkan bahwa kompetensi guru
meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional.5
Kompetensi merupakan kualifikasi guru yang terpenting. Pengetahuan dan
pemahaman guru tentang kompetensi akan mendasari pola kegiatannya dalam
menunaikan profesi sebagai guru. Secara keseluruhan kompetensi yang dimaksud
bukan hanya pemilikan pengetahuan, keterampilan serta kemampuan guru
menyalurkan pengetahuan kepada peserta didik, lebih dari itu juga mencakup
keperibadian dan sikap sosialnya. Pribadi guru memiliki andil yang sangat besar
terhadap keberhasilan pendidikan, khususnya dalam kegiatan pembelajaran.
Pribadi guru juga sangat berperan dalam membentuk pribadi pesertadidik. Ini
dapat dimaklumi karena manusia makhluk yang suka mencontoh, termasuk
mencontoh pribadi gurunya dalam membentuk pribadinya. Semua itu
menunjukkan kompetensi personal atau kepribadian guru sangat dibutuhkan oleh
pesertadidik dalam proses pembentukan pribadinya. Olehkarena itu wajar kalau

4
Al-Nahlawi, Organisasi Sekolah Dan Pengelola Kelas Sebagai Lembaga Pendidikan,
(Jakarta: PT Gunung Agung, 1989), h.124
5
Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam, op.cit., h. 117
4

orang tua ketika mau memasukkan anak-anaknya ke salah satu lembaga sekolah,
menanyakan siapa gurunya?.6
Keberhasilan pendidikan ditentukan oleh keberhasilan pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar, yakni keterpaduan antara kegiatan guru dengan kegiatan siswa.
Bagaimana siswa belajar banyak ditentukan oleh bagaimana guru mengajar. Salah
satu usaha untuk mengoptimalkan pembelajaran adalah dengan memperbaiki
pengajaran yang banyak dipengaruhi oleh guru, karena pengajaran adalah suatu
sistem, maka perbaikannya pun harus mencakup keseluruhan komponen dalam
sistem pengajaran tersebut. Komponen komponen yang terpenting adalah tujuan,
proses kegiatan belajar mengajar, evaluasi, hal ini terkait erat dengan kompetensi
pedagogik guru.
Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan oleh guru, maka guru harus memiliki dan menguasai perencanaan
kegiatan belajar mengajar, melaksanakan kegiatan yang direncanakan dan
melakukan penilaian terhadap hasil dari proses belajar mengajar.
Kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran merupakan faktor utama dalam mencapai tujuan pengajaran.
Keterampilan merencanakan dan melaksanakan proses belajar mengajar ini
sesuatu yang erat kaitannya dengan tugas dan tanggung jawab guru sebagai
pengajar yang mendidik.
Sebagai pengajar, guru hendaknya memiliki perencanaan (planing) pengajaran
yang cukup matang. Perencanaan pengajaran tersebut erat kaitannya dengan
berbagai unsur seperti tujuan pengajaran, bahan pengajaran, kegiatan belajar,
metode mengajar, dan evaluasi. Unsur-unsur tersebut merupakan bagian integral
dari keseluruhan tanggung jawab guru dalam proses pembelajaran.
Saat ini, dalam segi kurikulum salah satu upaya yang dilakukan pemerintah
untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan memberlakukan Kurikulum
2013. Pada hakikatnya, kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari
kurikulum sebelumnya. Sasaran perubahan kurikulum tidak lain adalah guru
sebagai pelaksana langsung di ruang kelas.

6
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Rosda Karya,
2008).Cet. ke-3. h.117
5

Ada beberapa peran guru dalam penerapan kurikulum 2013 dalam


pembelajaran:
1. Guru sebagai disainer pembelajaran
Sebagai guru professional, guru mendisain bagaimana corak pembelajaran
yang akan dijalankan. Disain pembelajaran itu sudah terekam dalam perangkat
pembelajaran yang terstruktur, praktis dan bisa diterapkan.
2. Guru sebagai seniman pembelajaran
Pembelajaran di ruang kelas memiliki nilai dan sentuhan seni sehingga
menimbulkan rasa senang bagi siswa. Sebelumnya guru telah melakukan
perancangan terhadap pembelajaran yang mengandung unsur seni sehingga
rancangan tersebut dapat dijalankan oleh guru.
3. Motivator pembelajaran
Peran tersulit dialami guru adalah membangkitkan semangat dan kemauan
siswa untuk mengeksplorasi materi belajar sebanyak mungkin. Motivasi yang
cukup akan membuat siswa terangsang untuk belajar secara maksimal.
4. Mediator pembelajaran
Kehadiran guru dalam pembelajaran sebagai perantara antara sumber belajar
dengan siswa. Guru menyajikan pokok permasalahan pembelajaran kepada
siswa dan siswa menerima, menelaah, dan membahas materi itu sehingga
menjadi miliknya.
5. Inspirator pembelajaran
Guru menjadi sumber inspirasi utama bagi siswa dalam mengelola materi
pelajaran. Pemikiran dan strategi yang disampaikan guru akan menggerakkan
siswa belajar secara mandiri dan kreatif.7
Kelima peran tersebut di atas adalah peran minimal guru sebagai pelaksana
kurikulum dalam pembelajaran. Secanggih apapun suatu kurikulum dan sehebat
apapun sistem pendidikan, tanpa kualitas guru yang baik, maka semua itu tidak
akan membuahkan hasil yang maksimal. Oleh karena itu, guru diharapkan
memiliki kompetensi yang diperlukan untuk melaksanakan tugas dan fungsinya
secara efektif dan efisien.
Jika dilihat situasi kehidupan sekarang ini, banyak didapatkan penurunan mutu
kualitas pendidikan yang salah satunya disebabkan karena kurangnya
7
https://www.matrapendidikan.com/2014/06/peran-guru-dalam-kurikulum-2013.html
6

keterampilan mengajar sebagai salah satu akibat dari pandangan bahwa menjadi
guru merupakan pilihan terakhir ketika tidak didapat lagi pekerjaan lain. Selain itu
terdapat pandangan bahwa mendidik hanya bertujuan untuk transfer of knowledge
sehingga guru tidak melibatkan anak didik dalam proses pembelajaran. Pelibatan
anak didik dalam proses pembelajaran bukan hanya terdapat peserta didik dalam
kelas tetapi juga melibatkan peserta didik secara psikis, hal ini erat kaitannya
dengan kemampuan memberikan motivasi kepada peserta didik selain itu
kemampuan guru dalam menciptakan pembelajaran yang efektif yang mampu
menggugah minat peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran, dan ini
terkait dengan kepemilikan kompetensi pedagogik guru.
Islam memandang kompetensi guru merupakan hal yang sangat urgen, karena
mendidik merupakan amanat yang besar yang harus diemban oleh orang yang
berkompeten. Hal ini terbukti dengan adanya Hadis yang mendorong kepemilikan
kompetensi bagi suatu profesi tertentu sebagaimana sabda beliau :

: ‫ َح َّد َثَنا فِلْيٌح َو َح َّد َثَنا ِاْبَر اِه ْيُم ْبُن اْلُم ْن ِذ ِر َق اَل‬: ‫َح َّد َثَنا َحُمَّم ُد ْبُن ِس َناٍن َق اَل‬
‫ِء ِس‬ ‫ِل‬ ‫ِه‬
‫ َبْيَنَم ا َص َّلى اُهلل‬: ‫ َعْن َأيِب ُه َر ْيَر َة َقاَل‬, ‫َح َّد َثَنا اَل ُل ْبُن َع ي َعْن َعَطا ْبِن َي ٍرْي‬
‫ َم ىَت الَّس اَعُة ؟ َفَم َض ى‬: ‫ َج اَءُه َأْع َر اٌّيِب َفَق اَل‬,‫َعَلْيِه َو َس َّلَم يِف ْجَمِلٍس َحُيِّد ُث اْلَق ْو َم‬

‫ِر‬ ‫ ِمَس‬: ‫اْلَق ِم‬ ‫ِه‬ ‫ِهلل‬


‫َه‬ ‫َك‬‫َف‬ ‫َل‬ ‫ا‬ ‫َق‬ ‫ا‬ ‫َع َم‬ ‫ َقاَل َبْعُض ْو‬, ‫َرُسْو ُل ا َص َّلى اُهلل َعَلْي َو َس َّلَم َحُيِّد ُث‬
‫ِد‬ ‫ِا‬
‫ {َاْيَن – َاَر اُه‬: ‫ َبْل ْمَل َيْسَم ْع َح ىَّت ْذ َقَض ى َح ْيُثُه َق اَل‬: ‫ َو َقاَل َبْع ُضُه ْم‬. ‫َم ا َقاَل‬
‫ { َف ِاَذا ِّي ِت‬: ‫ َق اَل‬,‫ ا َأَن ا ا َل اِهلل‬: ‫ َق اَل‬.}‫– الَّس اِئ ِن الَّس ا ِة‬
‫ُض َع‬ ‫َي َر ُس ْو‬ ‫َه‬ ‫َع‬ ‫ُل َع‬

‫ { ِاَذا ُو ِس َد اَاْلْم ُر ِاىَل‬: ‫ َك ْي َف ِاَض اَعُتَه ا ؟ َقاَل‬: ‫اَاْلَم اَنُة َفاْنَتِظ ِر الَّس اَعُة } َقاَل‬
8
) ‫َغِرْي َاْه ِلِه َفاْنَتِظ ِر الَّس اَعَة}(َرَو اُه اْلُبَخ اِر ُّي‬

8
Imam Bukhari, Shahih Bukhari, (Semarang:Toha Putra,t.t.), Jilid I, h.30
7

Dari Abŭ Hurairah r.a, Ia berkata Rasulullah SAW bersabda: pada suatu hari
Nabi SAW berada dalam suatu majelis sedang berbicara dengan sebuah kaum,
datanglah kepada beliau orang badui dan bertanya, “Kapan kiamat datang”
maka Rasulullah meneruskan pembicaraannya. Maka sebagian kaum berkata,
“Beliau mendengar apa yang diucapkan dan beliau tidak suka apa yang
dikatakannya.” Sebagian lagi berkata, “Beliau tidak mendengarnya.” Setelah
Beliau selesai dari pembicaraannya beliau berkata: “Dimana orang yang
bertanya tentang kiamat?.” “Saya ya Rasulullah.” Beliau bersabda: “Jika
urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka nantikanlah saat
kehancurannya.” (H.R. Bukhari)

Hadis Nabi merupakan sumber ajaran Islam yang kedua setelah Al-Quran.
Hadis Nabi, sebagaimana Al-Quran menjadi pedoman hidup (way of life) bagi
umat Islam. Rasulullah menjamin keselamatan bagi mereka yang konsisten dan
konsekwen merujuk segala tindakannya kepada Al-Quran dan Hadis.
Sebagaimana sabda beliau :

: ‫ َك ْي َف َتْق ِض ى؟ َفَق اَل‬: ‫َعْن ُمَعاٍذ َاَّن َرُسْو َل اِهلل ص َبَعَث ُمَع اًذا ِاىَل ْالَيَم ِن َفَق اَل‬

‫ِل‬ ‫ِب ِة‬ ‫ َف ِاْن ُك ىِف ِك ِب ِهلل‬. ‫ َق اَل‬.‫َاْقِض ى َمِبا ىِف ِكَت اِب اِهلل‬
‫ َف ُس َّن َرُس ْو‬: ‫َت ا ا ؟ َق اَل‬ ‫ْمَل َي ْن‬

‫ َاَحْلْم ُد‬: ‫ َقاَل‬. ‫ َاْج َتِه ُد َر ْأىِي‬: ‫ َفِاْن ْمَل َيُك ْن ىِف ُس َّنِة َرُسْو ِل اِهلل ص؟ َقاَل‬: ‫ َقاَل‬.‫اِهلل‬

} ‫ {رواه الرتمذى‬.‫ِِهلل اَّلِذ ْي َو َّفَق َرُسْو َل َرُسْو ِل اِهلل‬

Dari Mu’adz, bahwasanya Rasulullah SAW mengutus Mu’adz ke Yaman. Beliau


SAW bersabda, “Bagaimana kamu memutuskan perkara ?”. (Mu’adz menjawab),
“Saya memutuskan dengan hukum yang ada di dalam kitab Allah”. Rasulullah
SAW bersabda, “Kalau tidak terdapat di dalam kitab Allah ?”. Mu’adz berkata,
“Saya akan memutuskan dengan sunnah Rasulullah”. Rasulullah SAW bersabda,
“Kalau tidak terdapat di dalam sunnah Rasulullah SAW ?”. Mu’adz menjawab,
“Saya berijtihad dengan pendapatku”. Rasulullah SAW bersabda, “Segala puji
bagi Allah yang telah memberi petunjuk kepada utusan Rasulullah”. [HR.
Tirmidzi ]
Abuddin Nata mencatat paling tidak ada empat alasan tentang pentingnya
menghubungkan kajian pendidikan dengan Hadis, yaitu: Pertama, Nabi
Muhammad SAW dinyatakan dalam al-Quran sebagai suri tauladan yang baik
8

bagi ummatnya. Sebagai suri tauladan Allah mengutus Muhammad SAW


menjadi tauladan bagi manusia. Firman Allah Q.S. al-Ahzab ayat 21 yang artinya:
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan Dia banyak menyebut Allah.

Berarti termasuk pula suri tauladan dalam hal mendidik. Kedua, zaman
Rasulullah adalah zaman yang telah berhasil melahirkan generasi yang memiliki
keunggulan di bidang moral, sikap keagamaan, kepribadian, intelektual, dan
sosial. Ketiga, Rasulullah diakui di dalam al-Quran sebagai pendidik, di dalam
Hadisnya, beliau menyatakan bahwa kehadirannya di muka bumi ini adalah untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia. Pembentukan ahklak mulia itu selanjutnya
menjadi tujuan dan jiwa pendidikan Islam.9
Berdasarkan pada deskripsi dalam latar belakang di atas, maka penulis
memberi judul Penelitian tentang ”Kompetensi Pedagogik Guru Dalam
Perspektif Hadits”.
Dengan demikian Penelitian ini akan meneliti tentang Kompetensi Pedagogik
Guru dalam Prepektif Hadis. Mengingat begitu besar pengaruh kompetensi
pedagogik guru dalam proses pembelajaran dan mengingat bahwa Hadis adalah
sebagai salah satu dari pedoman hidup, yang dapat dijadikan rujukan bagi
perbaikan pendidikan atau pengajaran.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi masalah
sebagai berikut:
1. Rendahnya kompetensi pedagogik guru dalam proses belajar mengajar.
2. Kurangnya keterampilan memberikan motivasi dalam proses belajar
mengajar.
3. Kurangnya pemahaman guru mengenai kompetensi pedagogik.
4. Kurangnya pemberdayaan Hadis sebagai salah satu landasan dalam proses
pembelajaran.

9
Abuddin Nata, Pendidikan dalam Persfektif Hadis, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005),
h. 13-22
9

5. Rendahnya pengetahuan mengenai Hadis-Hadis yang berbicara tentang


kompetensi pedagogik guru.
6. Kurangnya kesadaran guru untuk mempelajari Hadis yang berkaitan
dengan kompetensi pedagogik.
C. Batasan dan Rumusan Masalah
Untuk lebih memperjelas dalam pembahasan masalah ini, penulis batasi
pembatasannya pada:
Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam menjalankan
profesinya sebagai pendidik dan kompetensi guru dilihat dalam Perspektif
Hadis. Kompetensi yang dimaksud adalah kemampuan seseorang guru dalam
melaksanakan kewajibannya sebagai pendidik secara bertanggung jawab dan
layak. Kompetensi yang dimaksud dalam skripsi ini adalah kompetensi
pedagogik guru. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru mengelola
pembelajaran peserta didik, misalnya kemampuan guru dalam
mengidentifikasi bahan ajar peserta didik, menetukan strategi pembelajaran
berdasarkan karakteristik peserta didik dan kemampuan membangkitkan
motivasi peserta didik.
Maksud Hadis dalam skripsi ini adalah Hadis-hadis yang berhubungan
dengan kompetensi guru yang didapat dari kitab Hadis Shahih Muslim.
Sesuai dengan pembatasan masalah tersebut maka rumusan masalah yang
akan diteliti adalah:
1. Hadis-hadis mana dalam kitab Shahih Muslim yang menjelaskan tentang
kompetensi pedagogik guru?
2. Kompetensi pedagogik apa saja yang harus dimiliki seorang guru dalam
Perspektif Hadis?
D. Kegunaan Penelitian
1. Menemukan Hadis-hadis tentang kompetensi pedagogik guru
2. Menjelaskan nilai-nilai/prinsip-prinsip Hadis mengenai kompetensi
pedagogik guru
3. Meningkatkan pemberdayaan Hadis dalam mendorong proses kegiatan
belajar mengajar
10

4. Memberikan pengetahuan baru kepada para guru untuk dijadikan pedoman


umum dalam perbaikan pengajaran
5. Sebagai upaya pengembangan diri bagi penulis maupun bagi orang yang
membutuhkan
E. Metode Penelitian
1. Objek Penelitian
Metode Penelitian yang penulis gunakan dalam skripsi ini adalah
metode Penelitian library research. Bogdan dan Taylor, sebagaimana
dikutip oleh Moleong, mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai
prosedur Penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat
diamati.10Metode kualitatif adalah suatu Penelitian yang bertujuan untuk
mendiskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas
sosial,sikap, kepercayaan, persepsi, dan pemikiran orang secara individu
maupun kelompok.11
Objek Penelitian dalam Penelitian ini adalah Hadis-hadis Nabi
tentang kompetensi pedagogik guru dengan tidak ditetapkan berdasarkan
probabilitas (random) atau acak, melainkan dengan prinsip teoritik atau
sesuai dengan teori yang menjadi kajian dalam Penelitian ini. Selanjutnya
kesemua data tersebut dipilih bukan atas pertimbangan proporsi yang
representative, melainkan dengan pertimbangan bahwa data-data tersebut
menjadi pilihan terlebih karena dapat menyumbang dalam pengembangan
teori.
2. Fokus Penelitian
Yang menjadi fokus utama dalam Penelitian skripsi ini adalah
pembentukan teori yang dalam kajian ini sedapat mungkin oleh penulis
akan didasarkan kepada data yang ditemukan atau direkonstruksi dari
Hadis-hadis tersebut. Teori-teori tersebut akan dirangkai sesuai dengan
paradigma Hadis itu sendiri. Kesemua Hadis yang telah ditemukan,

10
Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya,1989), hal. 3
11
Nana Syodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Program
Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia dan PT. Remaja Rosydakarya, 2005), hal. 60
11

nantinya akan dijadikan sebagai data utama dalam Penelitian ini, yang
selanjutnya akan dianalisis.
3. Prosedur Penelitian
Adapun prosedur Penelitian yang akan penulis lakukan dalam
skripsi ini adalah sebagai berikut:
a. Pengumpulan data. Data atau Hadis yang berkaitan dengan kompetensi
Hadis dari kitab Shahih Muslim yang berdekatan maknanya dengan
Ta’lim. Setelah itu kita bisa memilah-milah Hadis yang dipandang perlu
dan cocok dengan tema. Setelah kita memilah-milah Hadis, langkah
selanjutnya yang perlu kita lakukan adalah menganalisis Hadis-hadis
tersebut. Dari hasil analisis inilah akan dapat membangun perspektif
Hadis yang berkaitan dengan kompetensi guru.
b. Pengolahan data, yaitu penyeleksian Hadis. Yang mana pada tahapan ini
hanya akan memilih Hadis yang berkaitan dengan pembahasan
Penelitian. Dalam hal ini penulis hanya menampilkan tiga buah Hadis
yang berkaitan dengan tema penulis yaitu kompetensi guru, Alasannya
adalah pertama, karena tiga buah Hadis tersebut dipandang lebih terkait
dengan tema dan kedua, karena keterbatasan penulis.
c. Analisa data, proses ini terdiri atas:
1) Menerjemahkan Hadis-hadis ke dalam Bahasa Indonesia
2) Mengulas isi Hadis, dengan menganalisa Hadis dari segi matan dan
kemudian mengaitkan dengan perspektif pendidikan.
Kesemua Hadis yang telah ditemukan, nantinya akan dijadikan sebagai data
utama dalam Penelitian ini, yang selanjutnya dianalisis, yaitu penulis akan
menganalisis makna Hadis yang ada dengan cara terbatas dengan
menggunakan wacana pendidikan modern sebagai komparasi dan
penajaman pembahasan.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penyelesaian dari Penelitian ini, maka penulis
menyusun sistematika penulisan sebagai berikut :
12

1. Bab I Pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah,


identifikasi, masalah, batasan dan rumusan masalah, kegunaan
penelitian, metode penelitian, sistematika penulisan
2. Bab II Kompetensi Pedagogik Guru berisi tentang pengertian
guru, peran guru, tugas dan tanggung jawab guru dalam
pendidikan, kedudukan guru, kode etik guru, kompetensi guru,
landasan kompetensi guru, landasan agama, landasan negara, jenis-
jenis kompetensi guru, dan dimensi kompetensi pedagogik guru
3. Bab III Ananlisis hadits tentang kompetensi pedagogik guru berisi
tentang kemampuan guru dalam mengidentifikasi bahan ajar
peserta didik, menentukan strategi dan metode pembelajaran
berdasarkan karakteristik siswa, kemampuan membangkitkan
motivasi siswa, dan melakukan evaluasi pembelajaran
4. Bab IV Kesimpulan dan saran berisi tentang kesimpulan dan saran.

BAB II
KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU
A. Guru
1. Pengertian Guru
13

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, guru diartikan sebagai


“Orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya)
mengajar.”12 Dalam hal ini berarti guru adalah orang yang melakukan
tindakan mengajar sebagai pekerjaannya.
Adapun pengertian pendidik menurut istilah telah dikemukakan
oleh ahli pendidikan, sebagaimana yang dijelaskan Hadari Nawawi guru
adalah “Orang yang kerjanya mengajar atau memberikan pelajaran di
sekolah/kelas”.13 Secara lebih khusus lagi, Ia mengatakan bahwa “Guru
berarti orang yang bekerjanya di bidang pendidikan dan pengajaran yang
ikut bertanggung jawab dalam membantu anak dalam mencapai
kedewasaan masing-masing”.14
Saiful Bahri Djamarah berpendapat sebagaimana yang dikutip
Pupuh Fathurrahman bahwa guru adalah “Tenaga pendidik yang
menanamkan sejumlah ilmu pengetahun kepada anak didik di sekolah”. 15
Selain memberikan sejumlah ilmu pengetahuan guru juga bertugas
menanamkan nilai-nilai dan sikap kepada anak didik agar anak didik
memiliki keperibadian yang paripurna dengan keilmuan yang dimilikinya,
Guru membimbing anak didik dalam mengembangkan potensinya.16
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 tahun 2005
Tentang Guru dan Dosen disebutkan dalam pasal I bahwa guru adalah
“Pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai peserta didik pada
pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan
pendidikan menengah”.17
Sementara itu dalam Islam, pendidik atau guru adalah “Orang yang
memiliki tanggung jawab tehadap perkembangan peserta didik dengan

12
Frista Art Manda, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jombang: Lintas Media, 1998 )
h. 377.
13
Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas Sebagai Lembaga
Pendidikan (Jakarta: PT Gunung Agung, 1989), h.123.
14
Ibid., h.123.
15
Pupuh Fathurrahman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar; Melalui
Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islam, (Bandung : PT Rifka Aditama, 2007) h.43.
16
Ibid.
17
Departemen Agama RI Dirjen Pendidikan Islam, op.cit., h.2.
14

mengupayakan perkembangan seluruh potensi peserta didik, baik potensi


afektif, kognitif, maupun psikomotorik sesuai dengan ajaran Islam”.18
Dari pengertian guru di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa
guru bukanlah sekedar pemberi ilmu pengetahuan kepada anak didiknya di
depan kelas, tetapi merupakan tenaga professional yang mempunyai tugas
mendidik, dia harus mengerti betul tentang pendidikan dan memperhatikan
aspek kognitif, aspek psikomotorik dan aspek afektif pada anak didik agar
tumbuh dan terbina secara utuh. Dan kesemua itu hanya akan tercipta
apabila ada pada pendidik jiwa yang sehat, kompeten, dan profesional.
2. Peran Guru
a. Guru Sebagai Motivator
Motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran, karena peserta didik akan belajar dengan sungguh-
sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi. Sebagai motivator, guru
harus mampu membangkitkan motivasi belajar dengan memperhatikan
prisip-prinsip sebagai berikut :
1) Peserta didik akan bekerja kalau memiliki minat dan perhatian
terhadap pekerjaannya.
2) Memberikan tugas yang jelas dan dapat dimengerti.
3) Memberikan penghargaan terhadap hasil kerja dan prestasi peserta
didik.
4) Menggunakan hadiah dan hukuman secara efektif dan tepat guna.
5) Memberikan penilaian yang adil.19

b. Guru Sebagai Pengelola Pembelajaran


Peran guru sebagai pengelola pembelajaran (manager of learning)
menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, baik iklim sosial maupun
iklim psikologis. Iklim sosial yang baik ditunjukkan oleh terciptanya
hubungan yang harmonis baik antara guru dan siswa, guru-guru atau
antara guru dan pimpinan sekolah; sedang hubungan psikologis

18
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis,
(Jakarta : Ciputat Press, 2005), h.41.
19
E. Mulyasa, op.cit., h. 59
15

ditunjukkan oleh adanya kepercayaan dan saling menghormati antar


semua unsur di sekolah. Agar siswa berkembang secara optimal, terbuka,
dan demokratis.20
c. Guru Sebagai Fasilitator
Guru sebagai fasilitator sedikitnya harus memiliki 7 (tujuh) sikap
seperti yang diidentifikasikan Roger berikut ini :
1) Tidak berlebihan mempertahankan pendapat dan keyakinannya atau
kurang terbuka.
2) Dapat lebih mendengarkan peserta didik, terutama tentang aspirasi dan
perasaannya.
3) Mau dan mampu menerima ide peserta didik yang inovatif dan kreatif.
4) Lebih meningkatkan perhatiannya terhadap hubungan dengan peserta
didik seperti halnya terhadap bahan pelajaran.
5) Dapat menerima balikan (feed back) baik yang sifatnya positif maupun
negatif, dan menerimanya sebagai pandangan yang konstruktif terhadap
diri dan prilakunya.
6) Toleransi terhadap kesalahan yang diperbuat peserta didik selama
proses pembelajaran.
7) Menghargai prestasi peserta didik.21
d. Guru Sebagai Evaluator
Guru sebagai seorang evaluator tidak kalah pentingnya dengan
peran yang lain. Dilihat dari fungsinya evaluasi bisa berfungsi sebagai
formatif dan sumatif. Evaluasi formatif berfungsi untuk melihat berbagai
kelemahan guru dalam mengajar, sedangkan evaluasi sumatif digunakan
sebagai bahan untuk menentukan keberhasilan siswa dalam melakukan
pembelajaran. Dengan demikian peran guru sebagai seorang evaluator
menunjukan kedalam dua hal, yaitu peran untuk melihat keberhasilannya
dalam hal mengajar dan peran untuk menentukan ketercapaian siswa dalam
menguasai kompetensi sesuai dengan kurikulum.22
3. Tugas dan Tanggung Jawab Guru dalam Pendidikan

20
Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,
(Jakarta : Kencana, 2008), h. 14
21
E. Mulyasa, op.cit., h. 55-56
22
Wina Sanjaya, op.cit., h. 14
16

Disebutkan dalam Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang


Guru dan Dosen pasal 39 ayat (2) bahwa “Pendidik merupakan tenaga
professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan bimbingan dan
pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat,
terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi”.23
Maka jika kita bicara tugas guru, sesungguhnya ia mempunyai tugas
yang banyak, baik yang terikat oleh dinas maupun di luar dinas, dalam bentuk
pengabdian. Namun jika dikelompokkan maka guru memiliki tiga jenis tugas,
yaitu:
a. Tugas Guru dalam Bidang Profesi
Guru merupakan profesi/jabatan atau pekerjaan yang memerlukan
keahlian khusus sebagai guru. Dan hal ini tidak semua orang dapat
melakukannya. Dalam konteks ini tugas guru meliputi mendidik,
mengajar, dan melatih.24 Tugas guru sebagai pendidik berarti meneruskan
dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada anak didik. Sedangkan tugas
guru sebagai pengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi kepada anak anak didik. Sedangkan melatih
berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa atau
dengan kata lain tugas guru sebagai pelatih berarti mengembangkan
keterampilan dan menerapkannya dalam kehidupan demi masa depan anak
didik.25 Sehingga secara makro tugas guru adalah menyiapkan manusia
susila yang cakap yang dapat diharapkan membangun dirinya dan
membangun bangsa dan negara.
b. Tugas Kemanusiaan
Tugas guru dalam bidang kemanusiaan bahwa guru di sekolah
harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu
menarik simpati ia menjadi idola para siswanya. Oleh karena itu harus
mampu memahami jiwa dan watak anak didik. Maka pelajaran apapun
yang diberikan, hendaknya dapat menjadi motivasi bagi siswanya dalam

23
Departemen Agama RI Dirjen Pendidikan Islam, op.cit., h. 5
24
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Jakarta: Remaja Rosda Karya, 1997), h.
7
25
Moh. Uzer Usman, op.cit., h.7
17

belajar. Jika seorang guru dalam penampilannya sudah tidak menarik,


maka kegagalan pertama adalah tidak dapat menanamkan benih
pengajarannya kepada para siswanya. Guru harus menanamkan nilai
kemanusiaan kepada anak didik.26
c. Tugas dalam bidang kemasyarakatan.
Dalam bidang ini guru mempunyai tugas mendidik dan mengajar
masyarakat untuk menjadi warga negara Indonesia yang bermoral
pancasila. Bahkan keberadaan guru merupakan faktor condisio sine
quanon yang tidak mungkin digantikan oleh komponen manapun dalam
kehidupan bangsa sejak dulu, hingga di era kontemporer. 27 Guru tidak
hanya diperlukan oleh para murid di ruang-ruang kelas, tetapi juga
diperlukan oleh masyarakat lingkungannya dalam menyelesaikan aneka
ragam permasalahan yang dihadapi masyarakat. Jika dipahami, maka tugas
guru tidak hanya sebatas dinding sekolah, tetapi juga sebagai penghubung
antara sekolah dan masyarakat.
Seorang guru harus seorang yang bertanggung jawab. Sebagai seorang
guru tentu saja pertama-tama harus bertanggung jawab kepada tugasnya
sebagai guru, yaitu mengajar dan mendidik anak-anak yang telah
dipercayakan kepadanya, disamping itu, tidak boleh pula dilupakan tugas-
tugas dan pekerjaan lain yang memerlukan tanggung jawabnya.28
Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk
mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk
mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala
sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan
siswa, penyampaian materi pelajaran hanyalah merupakan salah satu dari
berbagai kegiatan dalam belajar sebagai suatu proses yang dinamis dalam
segala fase dan proses perkembangan siswa.
Dalam proses belajar mengajar guru tidak terbatas sebagai
penyampaikan ilmu pengetahuan tetapi bertangung jawab akan
keseluruhan perkembangan kepribadian siswa. Ia harus mampu
26
Ibid.
27
Ibid.
28
M. Ngalim Purwanto MP, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1999), h.142
18

menciptakan proses belajar yang sedemikian rupa sehingga dapat


merangsang siswa untuk belajar.
E. Mulyasa mengemukakan tanggung jawab guru dapat dijabarkan
ke dalam sejumlah kompetensi yang lebih khusus anatara lain:
a. Tanggung jawab moral.
b. Tanggung jawab dalam bidang pendidikan di sekolah.
c. Tanggung jawab dalam bidang kemasyarakatan.
d. Tanggung jawab dalam bidang keilmuan.29
4. Kedudukan Guru
a. Dalam Pandangan Islam
Salah satu hal yang menarik pada ajaran Islam ialah penghargaan
Islam yang sangat tinggi terhadap guru terbukti dengan adanya beberapa
Hadis Nabi yang menjelaskan kedudukan pendidik/guru diantaranya yaitu:

‫ِخ َد اِش اْل ْغ َد اِدُّي َّد َنا َّم د ِز َد اْل اِس ِط‬
‫ُّي‬ ‫َح َث َحُم ْبُن َي ْي َو‬ ‫َب‬ ‫َح َّد َثَنا ْحَمُم ْو ُد ْبُن‬
‫ِد‬ ‫ِثٍرْي‬ ‫ِء‬ ‫ِص‬
‫ َق َم َر ُج ٌل‬: ‫َح َّد َثَنا َعا ُم ْبُن َر َج ا ْبِن َح ْيَو َة َعْن َقْيِس ْبِن َك َق اَل‬
‫ٍم َن اْلَم ِد ْيَن ِة َعَلى َأيِب الَّد ْر َداِء َو ُه َو ِبِد َم ْش َق َفَق اَل َم ا َأْق َد َم َك َي ا َأِخ ْي ؟‬

‫َفَق اَل َح ِد ْيٌث َبَلَغ َأَّن َك َحُتِّد ُث ُه َعْن َرُس ْو ِل اِهلل َص َّلى اُهلل َعَلْي ِه َو َس َّل‬
‫َم‬ ‫ْيِن‬
‫َقاَل َأَّم ا ِج ْئَت َحِلاَج ٍة ؟ َقاَل اَل َقاَل َأَّم ا َقِد ْمَت ِلِتَج اَر ٍة ؟ َقاَل اَل َقاَل َم ا‬
‫ِهلل‬ ‫ِمَس‬ ‫ِد ِث‬ ‫ِج‬
‫ْئَت ِإاَّل يِف َطَلِب َه َذ ا اَحْل ْي ؟ َقاَل َفِإْيِّن ْعُت َرُسْو َل ا َص َّلى اُهلل‬
‫َعَلْيِه َو َس َّلَم َيُقْو ُل َمْن َس َلَك َطِر ْيًق ا َيْبَتِغْي ِفْي ِه ِعْلًم ا َس َّه َل اُهلل َلُه َطِر ْيًق ا‬

‫ا‬ ‫َع‬‫ْل‬ ‫ا‬ ‫َّن‬‫ِإىَل ا َّن ِة ِإَّن اْل اَل ِئَك َة َلَتَض َأْج ِن َه ا ِر َض ا ِلَط اَلِب اْلِعْلِم ِإ‬
‫َمِل‬ ‫َو‬ ‫ًء‬ ‫ُع َح َت‬ ‫َجْل َو َم‬

29
E. Mulyasa, op.cit., h. 18
19

‫يِف اَأْل ِض ىَّت اِحْل اَن يِف اْلمَاِء‬ ‫ِت‬ ‫ِف‬


‫ْر َح ْيَت‬ ‫َلَيْس َتْغ ُر َل ُه َمْن يِف الَّس َمَو ا َو َمْن‬
‫َفْض اْلَعاِمِل َعَلى اْلَعاِبِد َك َفْض ِل اْلَق ِر َعَلى اِئِر اْلَك اِكِب ِإ‬
‫َّن اْلُعَلَم اَء‬ ‫َو‬ ‫َس‬ ‫َم‬ ‫َو ُل‬
‫ِع‬ ‫ِد ِإ‬ ‫ِد‬ ‫ِب ِء ِإ ِب‬
‫َو َر َث ُة اَأْلْن َي ا َّن اَأْلْن َي اَء ْمَل ُيَو ِّر ُثْو ا ْيَن اًر ا َو اَل ْر ًمَها َمَّنا َو َّر ُثْو ا اْل ْلَم‬
30
)‫َفَم ْن َأَخ َذ ِبِه َأَخ َذ َحِبٍّظ َو ِاٍفر(َرَو اُه الُّتْر ُمِذ ي‬

Dari Qais bin Katsir berkata seorang laki-laki datang dari kota Madinah
kepada Abu Darda di Damaskus, lalu Abu Darda bertanya: “Apa yang
menyebabkanmu datang wahai saudaraku”? Lalu ia berkata: “Telah
datang kabar bahwasanya engkau menceritakan Hadis dari Rasulullah
SAW,” Abu Darda bertanya lagi, “Apakah engkau datang untuk
berdagang?” ia menjawab “Tidak”. Lalu ia menjawab “Aku tidak datang
kecuali untuk mencari Hadis ini”. Abu Darda berkata “Sesungguhnya aku
mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang menempuh
jalan untuk menuntut ilmu, maka malaikat akan membentangkan sayap-
sayapnya karena ridho kepada para penuntut ilmu dan sesungguhnya
para penuntut ilmu akan dimintakan ampunan oleh semua yang dilangit
dan dibumi hingga ikan dilautan dan keutamaan seorang yang berilmu
(pendidik) atau orang yang ahli ibadah seperti hal bulan dan bintang
gemintang sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi. Sesungguhnya
Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, sesungguhnya para Nabi hanya
mewarisi ilmu pengetahuan maka barang siapa mengambilnya maka
ambillah dengan bagian yang besar”. (HR. Tirmidzi)

Dalam Hadis tersebut dijelaskan bahwa guru/pendidik adalah


pewaris para Nabi, dikatakan sebagai pewaris para Nabi dikarenakan tugas
guru yang begitu besar sebagai pendidik bagi para peserta didik. oleh
karena itu Rosulullah SAW menaruh perhatian besar terhadap para
pendidik (guru), mengamanatkan kepada mereka risalah kenabiannya,
karena memang mereka mempunyai kedudukan tersendiri di hadapan
Allah ta’ala dan dihadapan segenap makhluk-Nya. Mereka selalu
menyibukan diri dalam tugas dan kewajibannya sementara makhluk-
makhluk Allah selalu memohonkan ampunan atas dosa dan kesalahan-
kesalahan mereka.
30
Al Imam al Hafidz Muhammad Abdurrahan bin ‘Abdurrahim, Tuhfatul Ahwadzi,
(Darul Fikr, t.t.), h. 450
20

Imam al-Ghazali Sebagaimana yang di kutip oleh Hamdani Ihsan


mengemukakan tentang mulianya pekerjaan mengajar, beliau berkata:
Seorang ‘alim yang mau mengamalkan apa yang telah
diketahuinya, dinamakan seorang besar di semua kerajaan langit. Dia
seperti matahari yang menerangi alam-alam yang lain, dia mempunyai
cahaya dalam dirinya, dan dia seperti minyak wangi yang mewangikan
orang lain, karena ia memang wangi. Barang siapa yang memiliki
pekerjaan mengajar, ia telah memilih pekerjaan yang besar dan
penting. Maka dari itu, hendaklah ia mengajar tingkah lakunya dan
kewajiban-wajibannya.31

Sedemikian tingginya penghargaan al-Ghazali terhadap pekerjaan


guru, sehingga mengumpamakannya bagaikan matahari atau minyak
wangi. Matahari adalah sumber cahaya yang dapat menerangi bahkan
memberikan kehidupan. Sebab dengan ilmu yang diperoleh dari guru,
teranglah mana yang benar dan yang salah, sehingga dapat hidup bahagia
dunia dan akhirat. Adapun mengenai minyak wangi adalah benda yang
disukai setiap orang. Karena ilmu itu penting bagi kehidupan manusia
dunia dan akhirat sehingga setiap orang pasti menuntutnya.
b. Dalam Sistem Pendidikan Nasional
Sebagaimana disebut dalam Undang-Undang Guru dan Dosen
pasal 2 ayat (1), “Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga professional
pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.”32Bertujuan untuk melaksanakan sistem
pendidikan nasional yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta
menjaga warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Dalam sejarah bangsa Indonesia, status pendidik juga mendapat
penghormatan yang mulia. Bahkan sering dikenal pepatah yang
menyebutkan bahwa guru adalah digugu dan ditiru. Adanya konstitusi di
atas menunjukan bahwa pendidik memang memiliki peran penting serta

31
Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka
Setia, 2007), h.96
32
Departemen Agama RI Dirjen Pendidikan Islam, op.cit.,, h. 61
21

berkedudukan yang mulia dan terhormat, tidak saja dalam perspektif


Islam, tetapi juga dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia.
Hal ini tentunya berangkat dari kesadaran bahwa pendidik memiliki peran
strategis sekaligus memberikan konstribusi yang besar terhadap
pembangunan dan peningkatan peradaban suatu bangsa.
5. Kode Etik Guru
Guru memiliki kedudukan yang sangat penting dan tanggung jawab
yang sangat besar dalam menangani berhasil atau tidaknya program
pendidikan. Sehubungan dengan itu maka guru sebagai tenaga professional
memerlukan pedoman atau kode etik agar terhindar dari segala bentuk
penyimpangan. Kode etik menjadi pedoman baginya untuk tetap professional
(sesuai dengan tuntutan dan persyaratan profesi).
Kode etik guru adalah “Norma-norma yang mengatur hubungan
kemanusiaan (hubungan relationship) antara pendidik dan peserta didik.
Orang tua peserta didik, koleganya, serta dengan atasannya. Suatu jabatan
yang melayani orang lain selalu memerlukan kode etik”.33
Adapun rumusan kode etik guru yang merupakan kerangka pedoman
guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya itu sesuai dengan
hasil kongres PGRI XIII, yang terdiri dari sembilan item berikut ini:
a. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk
manusia pembangunan yang ber-Pancasila.
b. Guru memiliki kejujuran professional dalam menerapkan kurikulum
sesuai dengan kebutuhan anank didik masing-masing.
c. Guru mengadakan komunikasi terutama dalam memperoleh informasi
tentang anak didik, tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk
penyalahgunaan.
d. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan
dengan orang tua murid sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik.
e. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar sekolahnya
maupun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan.
f. Guru secara sendiri dan/atau bersama-sama berusaha mengembangkan dan
meningkatkan mutu profesinya.
33
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, op.cit., h.97
22

g. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antar sesama guru baik


berdasarkan lingkungan kerja maupun di dalam hubungan keseluruhan.
h. Guru secara bersama-sama memelihara membina dan meningkatkan mutu
organisasi guru profesional sebagai sarana pengabdiannya.
i. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan
pemerintah dalam bidang pendidikan.34
Muhammad Athiyah al-Abrasy menentukan kode etik pendidik dalam
pendidikan Islam sebagai berikut:
a. Mempunyai watak kebapakan.
b. Adanya komunikasi yang aktif antara pendidk dan peserta didik
c. Memperhatikan kemampuan dan kondisi peserta didik
d. Mengetahui kepentingan bersama.
e. Mempunyai sifat-sifat keadilan, kesucian dan kesempurnaan.
f. Ikhlas dalam menjalankan aktivitasnya.
g. Dalam mengajar supaya mengaitkan materi satu dengan materi lainnya
(menggunakan pola integrated curriculum)
h. Memberi bekal peserta didik dengan ilmu yang mengacu pada masa
depan.
i. Sehat jasmani dan rohani35
Dengan demikian dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya,
guru harus memperhatikan kode etik guru agar terhindar dari segala bentuk
penyimpangan.
B. Kompetensi Guru
1. Pengertian Kompetensi Guru
Dalam kamus Umum Bahasa Indonesia kata kompetensi berarti
“Kewenangan atau kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan suatu
hal.”.36 Disamping berarti kemampuan, sebagaimana yang dikutip oleh
Muhibbin Syah kompetensi juga berarti the state of being legally comptent
or gualifel, yakni “Keadaan berwenang atau memenuhi syarat menurut

34
Sardiman A.M, Interaksi dan Motifasi Belajar-Mengajar, (Jakarta: Kencana, 1998), h.
151-159
35
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, op.cit., h.100-101
36
W.J.S. Purwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1989),
h.518
23

ketentuan hukum”. Sedangkan menurut Barlow, kompetensi guru ialah


“Kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya
secara bertanggung jawab dan layak”.37
Istilah kompetensi sebenarnya memiliki banyak arti sebagaimana
yang dikutip oleh M. Uzer Usman dari beberapa pendapat antara lain
sebagai berikut:
Broke dan Stone berpendapat bahwa “Descriptive of qualitative
natur or teacher appears to be entirely meaningful. Kompetensi
merupakan gambaran hakikat kualitatif dari perilaku guru yang tampak
sangat berarti.” Charles E Jhonshon mengemukakan “Competency as a
rational ferformance wich satisfactorily meets the objective for a desired
condition. Kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai
tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan.”
Sedangkan Mc. Leod berpendapat bahwa “The state of legally competent
or qualified. Kompetensi yaitu Keadaan berwenang atau memenuhi syarat
menuntut ketentuan hukum.38
Sebagaimana E. Mulyasa yang mengutip MC. Ahsan
mengemukakan bahwa “Competency Is A Knowlegde, Skill, and Abilities
that A person Achieves, Which become part of his or her being to the exent
satisfactorily perform particular cognitive, and psicomotor behaviors”.39
Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan
yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya
sehingga dapat melakukan perilaku-perilaku berdasarkan dari aspek
kognitif, afektif dan psikomotor yang sebaik-baiknya hal ini dijelaskan
bahwa seseorang yang berkompetensi bukan hanya berdasarkan
pengetahuan yang dimiliki dan keterampilan setelah melakukan pelatihan,
tetapi juga membutuhkan aspek-aspek lain dalam diri individu yang akan
menjadi satu kesatuan.

37
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,
(Bandung :Rosdakarya, 2007), h. 229.
38
Moh. Uzer Usman, op.cit., h.14
39
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, ( Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002),
h. 38
24

Dari berbagai pendapat mengenai kompetensi, penulis


menyimpulkan bahwa kompetensi adalah satu kesatuan yang utuh yang
menggambarkan potensi, pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
dinilai, yang terkait dengan profesi tertentu berkenaan dengan bagian-
bagian yang dapat diaktualisasikan dan diwujudkan dalam bentuk tindakan
atau kinerja untuk menjalani profesi tertentu.
Adapun mengenai kompetensi guru ada beberapa pendapat yaitu:
a. Zakiah Darajat mengemukakan bahwa “Kompetensi guru adalah
kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajibannya sebagai
pengajar secara bertanggung jawab dan layak”.40
b. Menurut Uzer Usman adalah “The ability of a teacher to responsibibly
perform has or or her duties appropriately. Kompetensi guru
merupakan kemampuan seseorang guru dalam melaksanakan
kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak.”41
c. Kunandar mengemukakan Pengertian kompetensi guru adalah
“Seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada dalam diri guru
agar dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat dan efektif”. 42 Definisi
ini menunjukan bahwa tanggung jawab seorang pengajar dalam
melakukan tugasnya mendidik sebagai wujud dari pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki secara rasional oleh jabatan seseorang.
Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
kompetensi guru dapat diartikan sebagai kebulatan pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang diwujudkan dalam bentuk perangkat tindakan
cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang guru untuk
memangku jabatan guru sebagai profesi.
C. Landasan Kompetensi Guru
1. Landasan Agama
Kompetensi merupakan salah satu kualifikasi guru yang terpenting.
Bila kompetensi ini tidak ada pada diri seorang guru, maka ia tidak akan
berkompeten dalam melakukan tugasnya dan hasilnya pun tidak akan
40
Zakiah Drajat, Pendidikan Islam dalam Kelurga dan Sekolah, (Jakarta: Ruhama, 1994),
Cet. 1, h. 95
41
Moh.Uzer Usman, op.cit., h. 14
42
Kunandar, op.cit., h. 55
25

optimal. Dalam syari’at Islam, meskipun tidak terpaparkan secara jelas,


namun terdapat Hadis yang menjelaskan bahwa segala sesuatu itu harus
dilakukan oleh ahlinya (orang yang berkompeten dalam tugasnya
tersebut). Sebagaimana dalam Hadis Nabi dijelaskan:

‫ َح َّد َثَنا فِلْيٌح َح َّد َثَنا ِاْب اِه ْي ْب اْل ْن ِذ ِر‬: ‫َح َّد َثَنا َحُمَّم ُد ْب ِس َناٍن َق اَل‬
‫َر ُم ُن ُم‬ ‫َو‬ ‫ُن‬
: ‫ َعْن َأيِب ُه َر ْيَر َة َق اَل‬, ‫ َح َّد َثَنا ِه اَل ُل ْبُن َعِلي َعْن َعَط اِء ْبِن َيِس ٍرْي‬: ‫َق اَل‬

: ‫ َج اَءُه َأْع َر اٌّيِب َفَق اَل‬,‫َبْيَنَم ا َص َّلى اُهلل َعَلْيِه َو َس َّلَم يِف ْجَمِلٍس َحُيِّد ُث اْلَق ْو َم‬

‫ َق اَل‬, ‫َم ىَت الَّس اَعُة ؟ َفَم َض ى َرُس ْو ُل اِهلل َص َّلى اُهلل َعَلْي ِه َو َس َّلَم َحُيِّد ُث‬
‫ِم ِمَس‬
‫ َبْل ْمَل َيْس َم ْع‬: ‫ َو َقاَل َبْع ُض ُه ْم‬. ‫ َع َم ا َقاَل َفَك ِر َه َم ا َقاَل‬: ‫َبْعُض اْلَق ْو‬
.}‫ {َاْيَن – َاَر اُه – الَّس اِئُل َعِن الَّس اَعِة‬: ‫َح ىَّت ِاْذ َقَض ى َح ِد ْيُث ُه َق اَل‬

‫ { َف ِاَذا ُض ِّيَعِت اَاْلَم اَن ُة َف اْنَتِظ ِر‬: ‫ َق اَل‬,‫ َه ا َأَن ا َياَرُس ْو َل اِهلل‬: ‫َق اَل‬

‫ { ِاَذا ِس َد اَاْل ِاىَل َغِرْي َا ِلِه‬: ‫ َك ِا ا ا ؟ َقاَل‬: ‫الَّس ا ُة } َقاَل‬


‫ْه‬ ‫ْم ُر‬ ‫ُو‬ ‫ْيَف َض َعُتَه‬ ‫َع‬
43
) ‫َفاْنَتِظ ِر الَّس اَعَة}(َرَو اُه اْلُبَخ اِر ُّي‬

Dari Abŭ Hurairah r.a, Ia berkata Rasulullah SAW bersabda: pada suatu
hari Nabi SAW berada dalam suatu majelis sedang berbicara dengan
sebuah kaum, datanglah kepada beliau orang badui dan bertanya,
“Kapan kiamat datang” maka Rasulullah meneruskan pembicaraannya.
Maka sebagian kaum berkata, “Beliau mendengar apa yang diucapkan
dan beliau tidak suka apa yang dikatakannya.” Sebagian lagi berkata,
“Beliau tidak mendengarnya.” Setelah Beliau selesai dari
pembicaraannya beliau berkata: “Dimana orang yang bertanya tentang
kiamat?.” “Saya ya Rasulullah.” Beliau bersabda: “Jika urusan
diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka nantikanlah saat
kehancurannya.” (H.R. Bukhari)
43
Imam Bukhari, Shahih Bukhari, (Semarang:Toha Putra,t.t.), Jilid I, h.30
26

Pada Hadis ini, dijelaskan bahwa seseorang yang menduduki suatu


jabatan tertentu, meniscayakan mempunyai ilmu atau keahlian
(kompetensi) yang sesuai dengan kebutuhan jabatan tersebut. Hal ini
sejalan dengan pesan kompetensi itu sendiri yang menuntut adanya
profesionalitas dan kecakapan diri. Namun bila seseorang tidak
mempunyai kompetensi dibidangnya (pendidik), maka tunggulah saat-saat
kehancurannya.44

2. Landasan Negara
Profesi mengajar yang merupakan kewajiban tersebut, hanya
dibebankan kepada setiap orang yang berpengetahuan. Profesi mengajar
harus didasarkan pada kompetensi dengan kualifikasi akademik tertentu.
Mengajar, bagi seseorang yang tidak professional akan berbuah dosa.
Disinilah perlunya memperhatikan aspek kompetensi dalam
menjalankan tugas mengajar sebagaimana yang ditentukan oleh UU Guru
dan Dosen. Kompetensi dan kualifikasi ini secara khusus disebutkan dalam
Bab VIII pasal 8 “Guru dan dosen sebagai pendidik professional di bidang
pembelajaran wajib memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi
sebagai agen pembelajaran dan transfer ilmu pengetahuan (transfer of
knowledge), sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan”.45
Dengan demikian jelas bahwa kompetensi merupakan hal yang
sangat urgen Islam, dengan adanya Hadis Nabi yang mendorong
kepemilikan kompetensi, hal ini disebabkan karena begitu besar tugas dan
tanggung jawab guru dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

D. Jenis-jenis Kompetensi Guru


Menurut Muhibbin Syah, sebagaimana yang dikutip oleh Pupuh
Fathurahman kompetensi dasar yang harusharus dimiliki guru dalam upaya
peningkatan keberhasilan belajar mengajar, diantaranya:
1. Menguasai bahan

44
Asroruniam Sholeh, Membangun Profesinalitas Guru (Jakarta:Grafindo,1998), h. 135
45
Departemen Agama RI Direktorat Pendidikan Agama Islam, op.cit., h. 59
27

2. Mengelola program belajar mengajar


3. Mengelola kelas
4. Menggunakan media atau sumber belajar
5. Menguasai landasan-landasan kependidikan
6. Mengelola interaksi belajar mengajar
7. Menilai prestasi siswa untuk pendidikan dan pengajaran
8. Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan
9. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
10. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil pendidikan guna
keperluan pengajaran46
Dalam Perspektif Kebijakan Pendidikan Nasional, Pemerintah telah
merumuskan empat jenis kompetensi guru, yaitu:
1. Kompetensi Pedagogik. Dalam Standar nasional Pendidikan, penjelasan
pasal 28 ayat (3) butir a dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik
adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi
pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik
untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.47
2. Kompetensi Kepribadian. Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan
pasal 28 ayat (3) butir b dikemukakn bahwa yang dimaksud dengan
kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap,
stabil, dewasa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlakul
karimah.48
3. Kompetensi Profesional. Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan
pasal 28 ayat (3) butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud kompetensi
professional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara
luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik
memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional
Pendidikan.49

46
Pupuh Fathurrahman dan M. Sobry Sutikno, op.cit., h.45
47
Departemen Agama RI Direktorat Pendidikan Agama Islam, op.cit., h. 131.
48
E. Mulyasa, op.cit., h.75
49
Ibid.,, h. 117.
28

4. Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir d,


dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah
kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi
dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.50
Sedangkan menurut Zakiyah Darajat pada dasarnya seorang guru harus
memiliki tiga kompetensi agar dapat dikatakan sebagai guru yang berkualitas,
yaitu:
1. Kompetensi Kepribadian
Mengenal dan mengakui harkat dan potensi peserta didik, membina
interaksi sosial yang meliputi interaksi belajar mengajar sehingga
menunjang secara moral terhadap kesepahaman antara guru dan peserta
didik, membina suatu perasaan saling menghormati, bertanggungjawab
dan mempercayai antara guru dan peserta didik.
2. Kompetensi Penguasaan Bahan Pengajaran
Menguraikan ilmu pengetahuan dan hal-hal yang harus diajarkan kedalam
bentuk komponen-komponen dan informasi-informasi yang dapat diserap
oleh peserta didik, menyusun komponen-komponen dan informasi-
informasi sehingga memudahkan peserta didik memahaminya.
3. Kompetensi Cara-cara Mengajar
Merencanakan setiap program satuan pembelajaran dan menyusun
kegiatan belajar mengajar, menggunakan dan mengembangkan media
dalam proses pembelajaran, menggunakan dan mengembangkan metode-
metode mengajar sihingga terjadi kombinasi kegiatan belajar-mengajar
yang variatif dan efektif.51
Sebagai bahan perbandingan Asian Institute For Teacher dalam
Mohamad Ali mengemukakan tentang kompetensi yang harus dimiliki seorang
guru antara lain:
1. Kompetensi kepribadian, yakni pengetahuan tentang adat istiadat (baik
sosial maupun keagamaan), budaya dan tradisi, inti demokrasi, estetika,
apresiasi dan kesadaran sosial, sikap yang benar terhadap pengetahuan dan
pekerjaan, setia kepada harkat dan martabat manusia
50
Ibid., h. 135
51
Zakiyah Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
1995), h.34
29

2. Kompetensi mata pelajaran, yakni mempunyai pengetahuan yang memadai


tentang mata pelajaran yang dipegang.
3. Kompetensi profesional yakni, mengerti dan dapat menerapkan landasan
pendidikan baik filosofis, psikologis dan sebagainya, teori belajar sesuai
dengan tingkat perkembangan dan perilaku anak, menerapkan metode
belajar yang sesuai, mampu menangani belajar yang ditugaskan
kepadanya, dapat menggunakan berbagai alat dan fasilitas pengajaran yang
disedikan, dapat mengorganisasi dan melaksanakan program pengajaran,
dan dapat menumbuhkan kepribadian anak.52
Dengan demikian dapat diuraikan bahwa kompetensi yang harus
dimiliki oleh guru mencakup aspek keperibadian yang berkaitan dengan
personality performance seorang guru sebagai sosok individu yang ditauladani
dan dijadikan panutan, aspek sosial yang berkaitan dengan bagaimana seorang
guru dituntut agar mampu berinteraksi sosial dengan peserta didik, tenaga
kependidikan dan masyarakat, aspek profesional yang berkaitan dengan
penguasaan materi atau bahan ajar yang ditugaskan kepada seorang guru dan
aspek pedagogik yang berkaitan dengan bagaimana cara menyampaikan
pembelajaran kepada peserta didik sehingga pesan berupa materi yang harus
dimiliki peserta didik tersampaikan.
E. Dimensi Kompetensi Pedagogik
Pedagogik menurut Nana Syaodih adalah: “Penguasaan, kemampuan
melakukan proses belajar mengajar atau kemampuan dalam mengajar”.
Pedagogik menurut Abd. Rahman adalah: “Interaksi atau pergaulan yang
bersifat mendidik antara pendidik yang bermaksud dan berusaha untuk
mempengaruhi terdidik, demi perkembangan dan kedewasaan peserta didik”.53
Dengan demikian kompetensi pedagogik guru adalah kemampuan
mengelola pembelajaran peserta didik. Yang ditandai menguasai bidang studi
yang yang akan diajarkan, metode pengajaran yang sesuai, memahami
psikologi anak didik, serta memahami beberapa hal penting dalam proses
belajar mengajar.

52
Pupuh Faturohman dan M. Sobry Sutikno, op.cit., h. 60
53
Nana Syodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung:
Remaja Rosda Karya, 2005), h. 193
30

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir


a dikemukakan bahwa “Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya”.54
Adapun dimensi pedagogik yaitu:
1. Pemahaman Terhadap Peserta Didik
Peserta didik adalah salah satu komponen dalam pengajaran,
disaamping faktor guru, tujuan, dan metode pengajaran. Sebagai salah satu
komponen maka dapat dikatakan bahwa peserta didik adalah komponen
yang terpenting diantara komponen lainnya. Pada dasarnya “ia” adalah
unsur penentu dalam proses belajar mengajar. Tanpa adanya peserta didik,
sesungguhnya tidak akan terjadi proses pengajaran.
Memahami peserta didik secara mendalam, memiliki indikator
esensial:
a. Memahami prinsip-prinsip perkembangan kognitif peserta didik.
Jean Piaget membagi perkembangan kognitif menjadi empat tahapan
sebagai berikut:
1) Tahap sensori motoris (0-2 tahun). Pada tahap ini segala perbuatan
merupakan perwujudan dari proses pematangan aspek sensori
motoris tersebut.
2) Tahap pra operasional (2-7 tahun). Pada tahap ini semua perbuatan
rasionalnya tidak didukung oleh pemikiran, tetapi oleh perasaan,
kecenderungan alamiah, sikap-sikap yang diperoleh dari orang-
orang bermakna dan lingkungan sekitar.
3) Tahap operasional konkrit (7-11 tahun). Pada tahap ini mulai
berkembang rasa ingin tahunya. Anak sudah dapat mengamati,
menimbang, mengevaluasi, dan menjelaskan pikiran-pikiran orang
lain dalam cara-cara yang lebih obyektif.
4) Tahap operasional formal (11 tahun ke atas). Pada tahap ini anak
telah mampu mewujudkan suatu keseluruhan dalam pekerjaanya
54
Departemen Agama RI Dirjen Pendidikan Islam, op.cit., h. 70
31

yang merupakan hasil dari berfikir logis, mampu berfikir abstrak,


dan memecahkan persoalan-persoalan yang bersifat hipotesis.55
b. Memahami prinsip-prinsip perkembangan kepribadian siswa
Menurut Erikson, tahap selama remaja adalah berpusat kepada siapa saya.
Seorang remaja bergantung kepada beberapa yang menentukan
identitasnya, yaitu menaruh perhatian besar pada cara orang lain
memperhatikan mereka, mencari sesuatu yang sudah berlalu seperti asal-
usul mereka dan bertindak pada perasaan dan mengapresiasikan
kepercayaan dan pendapat mereka. Selanjutnya, aktivitas perubahan
pubertas memerlukan remaja untuk mengubah konsep fisik mereka,
menyesuaikan diri dengan harapan-harapan teman dan keluarga serta
membuat keputusan tentang peranan sekolah dan tingkah laku.56
c. Mengidentifikasi bahan ajar awal peserta didik.
Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials)
adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa
dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara
terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta,
konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai.57
Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi:
1) Prinsip Relevansi
Prinsip relevansi artinya materi pembelajaran hendaknya relevan
memiliki keterkaitan dengan pencapaian standar kompetensi dan
kompetensi dasar.
2) Prinsip Konsistensi
Prinsip konsistensi artinya adanya keajegan antara bahan ajar dengan
kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa.
3) Prinsip Kecukupan
Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup
memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang
diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu
banyak.58

55
Mohammad Asrori, Psikologi Pembelajaran, (Bandung: CV Wahana Prima, 2009), h.
58
56
Sri Esti Wuryani Wulan Djiwandono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Grasido, 2006),
Cet.3, h.100
57
Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: CV Wahana Prima, 2009),
h. 115
58
Ibid., h.129
32

Untuk mencapai hasil belajar baik, maka perlu berpegang pada


prinsip-prinsip psikologis, yang menyatakan bahwa belajar itu sepatutnya
dilakukan secara bertahap dan meningkat,yaitu:
1) Dari materi pembelajaran yang bersifat sederhana meningkat pada
materi pembelajaran yang makin rumit.
2) Dari materi pembelajaran yang bersifat konkrit dibawa menuju ke
materi pembelajaran yang bersifat abstrak, seperti konsep, ide, atau
simbol.
3) Dari materi pembelajaran yang bersifat umum meningkatkan ke materi
pembelajaran yang bersifat analisis dengan kajian lebih rumit.
4) Didasarkan atas penggunaan penalaran, baik induktif, (mulai dari
mencari fakta dan diambil kesimpulannya), maupun deduktif (mulai
dengan rumusan konsep kemudian diuji berdasarkan fakta yang dapat
diamati.
5) Agar proses belajar yang dilakukan efektif, materi pembelajaran yang
dipelajari hendaknya mempunyai makna bagi siswa.59
2. Perancangan dan Pelaksanaan Pembelajaran.
a. Memahami Landasan Kependidikan
Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis-sistemik selalu
bertolak dari sejumlah landasan. Landasan tersebut sangat penting, karena
pendidikan merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia dan
masyarakat bangsa tertentu. Beberapa landasan pendidikan tersebut adalah
landasan filosofis, sosiologis, dan kultural, yang sangat memegang peranan
penting dalam menentukan tujuan pendidikan.
1) Landasan Filososfis
Pancasila yaitu sebagai idiologi negara, Pancasila digunakan
juga untuk pedoman dan pegangan dalam pendidikan di Indonesia.
Sehingga seorang guru dituntut agar mampu mengetahui
danmengajarkan sikap, tingkah laku,dan perbuatan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai dengan ideologi negara
berdasarkan Pancasila.60

59
Ibid., h.128
60
Muhammad Surya, Landasan dan Asas Pendidikan, (Jakarta: Prenada, 1998), h. 34
33

2) Landasan Psikologis
Dalam pergaulan dan komunikasi pendidikan, pendidik harus
memahami betul tentang kejiwaan atau psikologis anak. Dalam
pergaulan dan komunikasi pendidikan tentunya disesuaikan dengan
masa didik anak tersebut, jangan sampai disamaratakan.61
3) Landasan Kultural
Praktik pendidikan harus disesuaikan dengan kultur bangsa atau
budaya bangsa. Dengan demikian, kebudayaan bangsa dapat terus
dikembangkan sesuai dengan kemajuan zaman, sehingga anak didik
menjadi pewaris dan penerus kebudayaan bangsa yang sesuai dengan
zamannya. Pengembangan kebudayaan dalam pendidikan harus tetap
bepegang pada budaya bangs sendiri, seperti sesuai dengan ungkapan
think globaly but act locally.62
Landasan pendidikan dalam kontek Islam, adalah al-Qur’an dan
al-Hadis Nabi Muhammad SAW Yang dapat dikembangkan dengan
Ijtihad, al-Maslahah al-Mursalah, Istihsan, Qiyas, dan sebagainya.63
b. Menerapkan teori belajar dan pembelajaran
Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori-
teori belajar, yaitu:
1) Teori belajar Behaviorisme
Teori Behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh
Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang
tampak sebagai hasil belajar. Dengan model hubungan stimulus-
responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang
pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode
pelatihan atau pembisaaan semata. Munculnya perilaku akan semakin
kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai
hukuman.64

61
Ibid., h. 35
62
Ibid., h. 34
63
Zuhairini, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Rosda karya, 1998), h. 24
64
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Rineka Cipta, 1998) h. 115
34

2) Teori Belajar kognitivisme


Peneliti yang mengembangkan teori kognitif ini adalah
Ausubel, Bruner, dan Gagne. Dari ketiga peneliti ini, masing-masing
memiliki penekanan yang berbeda. Ausubel menekankan pada apsek
pengelolaan (organizer) yang memiliki pengaruh utama terhadap
belajar. Bruner bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk
konsep sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik
memperoleh informasi dari lingkungan.65
3) Teori Belajar Konstruktivisme
Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat
pendidikan dapat diartikan Konstruktivisme adalah suatu upaya
membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. Pengetahuan
bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk
diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu
dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Dengan teori
konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah,
mencari ide dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena
mereka terlibat langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka
akan lebih paham dan mampu mengapliklasikannya dalam semua
situasi. Selian itu siswa terlibat secara langsung dengan aktif, mereka
akan ingat lebih lama semua konsep.66
d. Menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karaktristik peserta didik.
Strategi merupakan pola umum rentetan kegiatan yang harus
dilakukan untuk mencapai tujuan67. Secara umum strategi mempunyai
pengertian “Suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha
mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar
mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru
anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai
tujuan yang telah digariskan”.68

65
Ibid., h. 117
66
Ibid., h. 119
67
Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,
op.cit., h.99
68
Abudin Nata, op.cit., h. 206
35

Prinsip-prinsip penggunaan strategi pembelajaran dijelaskan


dibawah ini:
1) Berorientasi pada Tujuan
2) Aktivitas
3) Individualitas
4) Integritas69
Jenis-jenis Strategi Pembelajaran
1) Strategi Pembelajaran Langsung (Direct Instruction).
Pembelajaran langsung adalah istilah yang sering digunakan untuk
teknik pembelajaran ekspositori, atau teknik penyempaian semacam
kuliah (sering juga digunakan istilah chalk and talk). Strategi
pembelajaran langsung merupakan bentuk dari pendekatan
pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered
approach).sebab dalam strategi ini guru menyampaikan materi
pembelajaran secara terstruktur.
2) Strategi Pembelajaran dengan Diskusi.
3) Strategi Pembelajaran Kerja Kelompok Kecil (Small Group
Work).
4) Strategi Pembelajaran Cooperative Learning.
5) Strategi Pembelajaran Problem Solving. 70
e. Menyusun rencana pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih
Perencanaan pembelajaran meliputi rumusan tentang apa yang
akan diajarkan pada siswa, dan bagaimana anda mengajarkannya pada
siswa, dan seberapa baik siswa dapat menyerap semua bahan ajar ketika
mereka sudah menyelesaikan proses pembelajarannya. 71 Perencanaan
tersebut amat penting bagi guru, karena kalau tidak ada perencanaan, tidak
hanya siswa yang akan tidak terarah dalam proses belajarnya tetapi guru
juga tidak akan terkontrol, dan bisa salah arah dalam proses belajar yang
dikembangkannya pada siswa. Tentu saja, perencanaan itu tidak menjamin

69
Wina Sanjaya, op.cit., h.103-104
70
Ibid., h.105-107
71
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis: Sebuah Model Pelibatan
Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan,( Jakarta: Prenada Media, 2004) h. 134
36

terciptanya kelas efektif, namun untuk menciptakan kelas efektif harus


dimulai dengan perencanaan, dan itu mutlak.
Perencanaan pembelajaran sedikitnya mencakup tiga kegiatan,
yaitu identifikasi kebutuhan, perumusan kompetensi dasar, dan
penyusunan program pembelajaran. Identifikasi kebutuhan bertujuan
antara lain untuk melibatkan dan memotivasi peserta didik agar kegiatan
belajar dirasakan sebagai bagian dari kehidupan dan mereka merasa
memilikinya.72
Secara lebih detail, Donald P. Kauchak merekomendasikan, untuk
menghadapi keragaman kemampuan siswa dalam belajar, seorang guru
memiliki banyak pilihan, diantaranya yaitu:
1) Ciptakan rancangan kelas yang multidimensional, dan buat juga
rancangan proses pembelajaran yang menggambarkan keragaman
kemampuan belajar tersebut.
2) Buat rancangan waktu belajar yang fleksibel. Beri kelonggaran waktu
bagi siswa dengan kemampuan rendah untuk bisa menyelesaikan
tugas-tugasnya.
3) Kelompokan siswa berdasarkan basis kemampuannya. Dengan cara ini
bisa memungkinkan guru untuk mengajar sesuai basis kemampuan
siswanya, dengan tanpa mengabaikan perlakuan terhadap kelompok
lainnya.
4) Persiapkan strategi pembelajaran untuk kelompok yang lamban dengan
strategi-strategi yang tidak saja akan menghantarkan mereka
memahami tugas-tugasnya, tetapi juga akan mampu meningkatkan
kemampuan belajar mereka.
5) Gunakan tutorial sebaya dan belajar bersama untuk menambah
kemampuan dan pengalaman mereka masing-masing, setidaknya
mampu meningkatkan dalam interaksi sosial.73
f. Menata Seting Pembelajaran
Iklim belajar yang kondusif merupakan tulang punggung dan
faktor- faktor pendorong yang dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi

72
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, op.cit., h. 100
73
Dede Rosyada, op.cit., h. 126
37

proses pembelajaran, sebaliknya iklim belajaran yang kurang


menyenangkan akan menimbulkan kejenuhan dan rasa bosan.
Lingkungan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh penting
terhadap hasil pembelajaran. Lingkungan fisik yang dimaksud meliputi:
1) Ruang tempat proses berlangsung proses belajar mengajar.
2) Pengaturan tempat duduk.
3) Ventilasi dan pengaturan cahaya.
4) Pengaturan penyimpanan barang-barang.74
Agar kegiatan pembelajaran ini dapat berlangsung dengan baik dan
optimal, perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1) Mengatur ruangan.
2) Metode yang akan digunakan.
3) Pengelolaan kegiatan.
4) Pengorganisasian ruangan. Susunan bangku peserta didik dapat
berubah-ubah, peserta didik tidak selalu duduk di kursi tetapi dapat
juga duduk di tikar/karpet, kegiatan hendaknya bervariasi di dalam
kelas maupun di luar kelas, dinding kelas dapat digunakan untuk
memajang hasil karya peserta didik dan alat, sarana dan sumber belajar
dikelola agar memudahkan siswa menggunakan dan menyimpannya
kembali.75
g. Melaksanakan pembelajaran yang efektif
Pembelajaran adalah “Proses interaksi antara peserta didik dengan
lingkunganya sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik.
Dalam pembelajaran tugas guru yang paling utama adalah mengodisikan
lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta
didik”. Menurut Djahiri dalam proses pembelajaran prinsip utamanya
adalah “Adanya proses keterlibatan seluruh atau sebagian besar potensi
diri siswa (fisik non fisik) dan kebermaknaannya bagi diri dan
kehidupannya saat ini dan di masa yang akan datang”.76

74
Abd. Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung:Rosdakarya,2005), h.165-168
75
Kunandar, op.cit., h.347
76
Ibid., h.287
38

Menurut Uzer untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang


efektif, ada lima variabel yang menentukan keberhasilan belajar siswa
yaitu:
1) Melibatkan siswa secara aktif
2) Menarik minat dan perhatian siswa
3) Membangkitkan motivasi siswa
4) Prinsip individualitas
5) Peragaan dalam pengajaran.77
Kegiatan pembelajaran dilaksanakan pada tiga tahap:
1) Kegiatan Pendahuluan/Awal/Pembukaan
Kegiatan ini dilakukan terutama untuk menciptakan suasana
awal pembelajaran untuk mendorong siswa menfokuskan dirinya agar
mampu mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Pada kegiatan ini
waktu yang digunakan berkisar antara 5-10 menit.
Kegiatan yang dapat dilaksanakan adalah apersepsi
(apperception), yaitu mengajukan pertanyaan tentang bahan pelajaran
yang sudah dipelajari sebelumnya dan memberikan komentar terhadap
jawaban siswa, dilanjutkan dengan mengulas materi pembelajaran
yang akan dibahas, dan penilaian awal (pre-tes) dengan cara lisan pada
beberapa siswa yang dianggap mewakili seluruh siswa, bisa juga
penilain awal ini dalam prosesnya dipadukan dengan kegiatan
apersepsi.
2) Kegiatan Inti
Kegiatan ini merupakan kegiatan pembelajaran dalam rangka
pembentukan pengalaman belajar siswa (learning experiences).
Beberapa contoh kegiatan yang dapat dilakukan adalah membahas
tema yang akan disajikan beserta materi/bahan pembelajaran yang
akan dipelajari dan alternative kegiatan belajar yang akan dilakukan
siswa. Dalam pemilihan kegiatan pembelajaran diutamakan pada
kegiatan-kegiatan yang berkadar aktifitas tinggi, yaitu berorientasi
pada aktifitas siswa, sedangkan guru lebih banyak bertindak sebagai
fasilitator.
77
Moh. Uzer Usman, op.cit., h.50
39

Penyajian bahan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan


berbagai strategi/metode yang bervariasi dan dapat dilakukan secara
klasikal, kelompok kecil, ataupun perorangan.
3) Kegiatan Penutup/Akhir dan Tindak Lanjut
Beberapa contoh kegiatan akhir/penutupan yang dapat
dilakukan adalah menyimpulkan/mengungkapkan hasil pembelajaran
yang telah dilakukan, menjelaskan kembali bahan pelajaran yang
dianggap sulit oleh siswa, melakukan penilaian, melaksanakan tindak
lanjut pembelajaran dengan pemberian tugas atau latihan yang harus
dikerjakan di rumah, membaca materi pelajaran tertentu,
mengemukakan tentang topik yang akan dibahas pada waktu yang akan
datang, memberi motivasi atau bimbingan kepada siswa, dan menutup
kegiatan pembelajaran.78

3. Evaluasi Hasil Belajar


Istilah evaluasi berasal dari Bahasa Inggris, yaitu “Evaluation”. Dalam
buku Esantial of Education karangan Edwin Wand & Generald W.Brown,
dikatakan bahwa “Evaluation refer to the act or process determining the value
of action refer to the value of something”. Evaluasi adalah suatu tindakan atau
proses untuk menentukan nilai dari suatu tindakan atau suatu proses untuk
menentukan nilai dari sesuatu. 79
Lebih spesifik Abu Ahmad & Widodo Supriyono menyatakan bahwa
evaluasi memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Merangsang kegiatan siswa
b. Menemukan sebab kenajuan atau kegagalan siswa
c. Memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan dan
bakat masing-masing siswa
d. Memperoleh bahan laporan tentang perkembangan siswa yang diperlukan
orang tua dan lembaga pendidikan
e. Untuk memperbaiki mutu pelajaran/cara belajar dan metode mengajar 80
78
Kunandar, Op.cit., h.347
79
Tim Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel, Dasar-dasar Kependidikan Islam,
(Surabaya: Karya Aditama,1996), h.256
80
Pupuh Fathurrahman dan M. Sobry Sutikno, Op.cit., h. 17
40

Kemampuan guru dalam melaksanakan evaluasi hasil belajar memiliki


indikator sebagai berikut:
a. Memanfaatkan Hasil Penilaian Pembelajaran
Feed back atau umpan balik yang dimaksud adalah segala
informasi yang menyangkut output dan transformasi. Umpan balik ini
diperlukan sekali untuk memperbaiki input maupun transformasi lulusan
yang belum bermutu. Atau belum memenuhi harapan akan menggugah
semua pihak untuk mengambil tindakan yang berhubungan dengan kurang
bermutunya lulusan.81
b. Mengaktualisasikan Potensi Siswa
Untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki oleh
setiap peserta didik. Pengembangan peserta didik dapat dilakukan oleh
guru melalui berbagai cara, antara lain:
1) Memfasilitasi pengembangan berbagai potensi akademik. Berdasarkan
kemampuan pemahaman siswa yang beragam, sekolah dituntut untuk
mengadakan kegiatan kurikuler tambahan guna memfasilitasi siswa
mengembangkan berbagai potensi akademiknya. Diantaranya:
a) Pengayaan dan Remedial
Untuk menguasai (mastery) suatu bahan/materi pelajaran
diperlukan diperlukan waktu yang berbeda-beda setiap siswa.
Apabila waktu yang disediakan cukup dan pelayanannya tepat,
setiap siswa akan mampu menguasai bahan/materi pelajaran yang
diberikan kepadanya. Pemikiran inilah yang mendasari adanya
program remedial; yaitu suatu kegiatan perbaikan bagi siswa yang
belum berhasil dalam belajarnya. Dalam suatu proses belajar
mengajar yang ideal akan mengandung dua macam kegiatan yaitu,
pengayaan bagi siswa yang sudah berhasil menguasai suatu satuan
unit pelajaran di satu pihak, dan perbaikan bagi yang belum
berhasil di lain pihak.82

81
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Bandung:Rosakarya,1998),
h.5
82
Sardiman A.M, Op.cit., h. 167
41

Dalam hal menyusun program pengajara perbaikan


(remedial teaching), sebelumnya guru perlu menetapkan hal-hal
sebagai berikut.
1) Tujuan pengajaran remedial
2) Materi pengajaran remedial
3) Metode pengajaran remedial
4) Alokasi waktu pengajaran remedial
5) Evaluasi kemajuan siswa setelah mengikuti program
pengajarn remedial.83
Program pengayaan adalah program yang diberikan kepada
peserta didik yang belajar lebih cepat. ada dua model pembelajaran
bagi siswa yang memrlukan pembelajaran pengayaan yaitu:
1) Diberi kesempatan memberikan pelajaran tambahan kepada
siswa yang lambat dalam belajar (mentoring dan tutoring).
2) Pembelajaran yang memberikan suatu proyek khusus yang dapat
dilakukan dalam kurikulum ekstra kurikuler.84
b) Bimbingan dan Konseling Pendidikan85
Dalam tugas dan peranannya di sekolah guru juga sebagai
pembimbing ataupun konselor/penyuluh. Itulah sebabnya guru
harus mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan
penyuluhan disekolah serta harus menyelenggarakan program
layanan bimbingan di sekolah, agar kegiatan intraksi belajar-
mengajarnya bersama para siswa menjadi lebih tepat dan produktif.
2) Memfasilitasi pengembangan berbagai potensi non akademik.
Kegiatan ekstra kurikuler yang sering juga disebut ekskul
merupakan kegiatan tambahan di suatu lembaga pendidikan, yang
dilaksanakan diluar kegiatan kurikuler. Kegiatan ekskul ini banyak
dan ragam kegiatannya, antara lain panduan suara, paskibra, pramuka,
olah raga, kesenian, panjat tebing, pencinta alam dan masih banyak

83
Muhibbin Syah, Op.cit., h.174
84
Kunandar, Op.cit., h.240.
85
E. Mulyasa, Op.cit., h.113
42

kegiatan yang dikembangkan oleh setiap lembaga pendidikan sesuai


dengan kondisi sekolah dan lingkungan masing-masing.86
Dari uraian tentang dimensi kompetensi pedagogik disimpulkan
bahwa guru dikatakan memiliki kompetensi pedagogik apabila Ia memiliki
kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik, yang meliputi
pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik
untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

BAB III
ANALISIS HADIS TENTANG KOMPETENSI

PEDAGOGIK GURU

A. Pemahaman terhadap peserta didik.


1. Hadis dan Terjemahannya
86
Ibid., h.111
43

‫َح َّد َثَنا َأُبو َبْك ِر ْبُن َأىِب َش ْيَبَة َو َأُبو ُك َر ْيٍب َو ِإْس َح اُق ْبُن ِإْبَر اِه يَم ِمَج يًع ا َعْن َو ِكيٍع‬
‫ِإ‬ ‫ِك‬
‫ َعْن َزَك ِر َّي اَء ْبِن ْس َح اَق َق اَل َح َّد َثىِن ْحَيىَي ْبُن‬- ‫ َق اَل َأُب و َبْك ٍر َح َّد َثَنا َو يٌع‬-
‫ َق اَل َأُبو‬- ‫َعْب ِد الَّل ِه ْبِن َص ْيِف ٍّى َعْن َأىِب َم ْع َب ٍد َعِن اْبِن َعَّب اٍس َعْن ُمَع اِذ ْبِن َجَب ٍل‬
‫صلى اهلل‬- ‫ َقاَل َبَعَثىِن َرُس وُل الَّلِه‬- ‫َبْك ٍر ُر َمَّبا َقاَل َو ِكيٌع َعِن اْبِن َعَّباٍس َأَّن ُمَعاًذا‬
‫ َفاْد ُعُه ْم ِإىَل َش َه اَدِة َأْن َال‬. ‫ َقاَل « ِإَّنَك َتْأِتى َقْو ًم ا ِم ْن َأْه ِل اْلِكَتاِب‬-‫عليه وسلم‬
‫ِل‬ ‫ِل ِل‬ ‫ِه‬
‫ِإَل َه ِإَّال الَّل ُه َو َأىِّن َرُس وُل الَّل َف ِإْن ُه ْم َأَط اُعوا َذ َك َف َأْع ْمُه ْم َأَّن الَّل َه اْفَتَر َض‬
‫ِل‬ ‫ِل ِل‬ ‫ٍم ٍة‬ ‫ٍت‬
‫َعَلْيِه ْم ْمَخَس َص َلَو ا ىِف ُك ِّل َيْو َو َلْيَل َفِإْن ُه ْم َأَطاُعوا َذ َك َفَأْع ْمُه ْم َأَّن الَّل َه‬
‫اْفَتَر َض َعَلْيِه ْم َص َدَقًة ُتْؤ َخ ُذ ِم ْن َأْغ ِنَي اِئِه ْم َفُتَر ُّد ىِف ُفَق َر اِئِه ْم َف ِإْن ُه ْم َأَط اُعوا‬
‫الَّل ِه‬ ‫ِم‬ ‫ِهِل‬ ‫ِئ‬ ‫ِل ِل‬
‫َذ َك َفِإَّي اَك َو َك َر ا َم َأْم َو ا ْم َو اَّت ِق َدْع َو َة اْلَم ْظُل و َفِإَّن ُه َلْيَس َبْيَنَه ا َو َبَنْي‬
87
)‫ِح َج اٌب (رواه مسلم‬
Dari Mu’adz r.a, berkata: “Rasulullah SAW Mengutusku ke Negeri
Yaman”, sabda beliau, “Engkau akan mendatangi suatu kaum ahli kitab,
ajaklah mereka mengakui (syahadat) bahwa tidak ada Tuhan selain Allah,
dan bahwa aku Rasululah. Jika telah mengetahui yang demikian, maka
ajarkanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan mereka shalat lima
kali sehari semalam. Jika mereka teleah mematuhi yang demikian,
ajarkanlah kepada mereka membayar zakat, diambil dari orang-orang
kaya mereka lalu diberikan kepada orang-orang fakir. Jika mereka telah
mematuhi yang demikian, maka hati-hatilah engkau terhadap harta
mereka yang terbaik. Dan jagalah dirimu dari do’a orang-orang
teraniaya, karena antara dia dengan Allah tidak ada dinding”.(HR.
Muslim, Hadis ke-121)
2. Pemahaman Hadis
Maka ucapan Beliau (engkau akan menghadapi suatu kaum dari
golongan Ahli Kitab) adalah semacam penegasan yang mengandung
wasiat untuk mengundang perhatiannya pada wasiat dimaksud, sebab
mayoritas Ahlul Kitab adalah orang-orang berilmu, maka cara
berkomunikasi dengan mereka tidak seperti berkomunikasi seperti
berkomunikasi dengan orang-orang yang masih jahil dari golongan
penyembah berhala.

87
Imam Abi Husain Muslim ibni Hajjaj bin Muslim al-Qusyairi al-Naisaburi, Shahih
Muslim, (Riyad: Darussalam, 1998), h. 31
44

Sebenarnya dalam Hadis tersebut, Rasulullah memerintahkan hal-


hal yang paling penting terlebih dahulu, lalu sesuatu yang kadar
urgensinya masih di bawah perintah yang sebelumnya. Bisa dilihat bahwa
pertama kali Rasulullah memerintahkan seseorang untuk memeluk agama
Islam. Setelah itu beliau memerintahkan ibadah shalat terlebih dahulu
sebelum memerintahkan zakat. 88
Dalam Hadis ini terdapat pelajaran tentang tahapan dalam
mengajar dan mempelajari ilmu, yakni memulai dari yang paling penting
kemudian dilanjutkan perkara penting yang di bawahnya. Hal yang paling
penting dan mendesak dipelajari saat ini adalah ilmu tauhid, karena
tauhidlah sumber kebahagiaan dunia dan akherat. Selain itu, kenalilah
lawan dari tauhid yaitu syirik dengan perinciannya. Juga imu tentang
aqidah yang mencukup keenam rukun iman. Demikian pula perkara-
perkara ibadah wajib maupun sunnah yang rutin dikerjakan siang dan
malam, serta perkara-perkara yang berhubungan dengan muamalah.89
Selanjutnya beliau menyeru untuk memulai pengajaran dengan
masalah aqidah, yaitu dengan syahadatain. Sebab hal ini adalah pintu
masuknya kepada Islam dan merupakan pondasinya agama, dimana suatu
ibadah atau amal tidak akan diterima tanpa pengakuan (persaksian)
tersebut yang disertai konsekwensinya. Jika mereka mengikuti ajakan
tersebut, rela dengan Allah sebagai Tuhan dan Muhammad selaku utusan-
Nya, baru dibertahukan kepada mereka tentang kewajiban sehari-hari dan
ibadah amaliyah yang pertama, yang mana ibadah ini merupakan
penghubung yang paten antara manusia dengan Tuhannya, dan menjadi
pembeda antara muslim dengan kafir, yaitu shalat adalah tiangnya agama
Islam. setelah mereka tahu hal tersebut dan menerimanya, baru kemudian
dikabarkan kewajiban amaliyah berikutnya yaitu praktek pelaksanaan
shalat dalam al-Qur’an dan al-Sunah, dan membina hubungan ekonomi
masyarakat antar sesama kaum muslimin, yakni zakat yang merupakan
jembatan agama Islam.
88
Imam al-Nawawi, Syarah Shahih Muslim, Terj. Dari Shahih Muslim bi Syarh al-
Nawawi oleh Wawan Dzunaidi Soffiandi, (Jakarta:Pustaka Azzam, 2010),h. 481
89
Muslim, “Akhlak dan Nasehat Bertahap Dalam Belajar Islam”, dari
http://Muslim.Or.Id/Akhlaq-Dan-Nasehat/Bertahap-Dalam-Belajar-Islam.Html , 12 Mei 2012
45

Dari Hadis Nabi tersebut terkandung pengertian bahwa dalam


memberikan pengajaran guru harus memiliki tahapan-tahapan. Tahapan
tersebut ada yang berhubungan dengan materi dan metode.
a. Bagian yang pertama adalah hendaknya seorang murid mendapat
materi atau bahan ajar yang sesuai dengan tingkat pemahaman, tidak
berlebihan dan tidak membebaninya dengan sesuatu yang tidak
disanggupinya.
Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials)
adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari
siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah
ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri
dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan
sikap atau nilai.90
Setelah mengetahui jenis-jenis materi pembelajaran tersebut,
selanjutnya guru harus mampu menyampaikannya dan membentuk
kompetensi peserta didik secara sistematis. Meril, mengemukakan
tingkat kompetensi peserta didik, dengan “Tiga klasifikasi yaitu
mengingat, menggunakan dan menemukan/mengembangkan.”91
Tahapan guru dalam menyampaikan materi dan membentuk
kompetensi peserta didik secara sistematis yaitu:
1) Mula-mula guru menyajikan materi pembelajaran yang bersifat
fakta.
2) Kemudian menyajikan konsep/definisi dan prosedur.
3) Selanjutnya menyajikan prinsip-prinsip dan suatu gagasan baru
atau permasalahan.
4) Diakhiri dengan pemecahan masalah. 92

E. Mulyasa mengemukakan beberapa hal yang perlu


diperhatikan dalam mengorganisasikan materi pembelajaran
diantaranya adalah sebagai berikut.
1) Materi pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan tingkat
perkembangan peserta didik, baik perkembangan pengetahuan dan
cara berfikir maupun perkembangan social dan emosionalnya.
90
Mohammad Asrori, op.cit., h. 58
91
E. Mulyasa, Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru, op.cit., h. 140
92
Ibid., h. 141
46

Pelaksanaan pembelajaran perlu diatur sedemikian rupa agar tidak


membosankan dan memberatkan peserta didik.
2) Materi pembelajaran hendaknya dikembangkan dengan
memperhatikan kedekatan dengan peserta didik, baik secara fisik
maupun psikis.
Untuk kepentingan tersebut materi pembelajaran hendaknya
disusun dengan prinsip:
a) Bertolak dari hal-hal yang kongkret menuju hal-hal yang
abstrak.
b) Dikembangkan dari yang diketahui ke yang belum diketahui.
c) Dimulai dari hal-hal yang dekat ke hal-hal yang jauh.
d) Dikembangkan dari pengalaman lama ke pengalaman baru.
e) Disusun dari hal-hal yang sederhana menuju hal-hal rumit dan
kompleks.
3) Materi pembelajaran harus dipilih yang bermakna dan bermanfaat
bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.93
Materi atau bahan ajar merupaka hal yang sangat penting,
sebagai sarana yang digunakan dalam proses belajar mengajar untuk
mencapai tujuan dan membentuk kompetensi peserta didik. dari
Hadis Rasulullah tersebut memberikan gambaran kepada para guru
bahwa dalam megidentifikasi bahan ajar awal untuk peserta didik
hendaklah para guru merancang urutan materi berdasarkan konsep
yang paling umum, paling mudah dan paling dikenal oleh peserta
didik, kemudian menjabarkan menjadi konsep-konsep lain yang
lebih rinci dan bermakna.
b. Bagian yang kedua adalah, yang berhubungan dengan metode dan
bentuk, yang berarti bahwa seorang guru hendaknya memulai dari dari
yang tampak sebelum yang tersembunyi, dari yang sederhana sebelum
yang pelik, dan dari yang ringan sebelum yang berat, dan dari yang
praktis sebelum teoritis.
Pengajaran manusia dimulai dari ilmu yang ringan sebelum
yang berat. Maksud ilmu yang ringan adalah yang masalahnya bisa
93
Ibid., h. 155-156
47

tampak, sedangkan maksud ilmu yang besar adalah yang mendetail.


Pengajaran dari bagian-bagiannya sebelum secara keseluruhan. Yang
penting seorang guru tidak memulai mengajar murid-muridnya dengan
pelajaran yang sulit dan permasalahan yang rumit. Tetapi seharusnya
memulai dari yang paling mudah, sebab sesuatu itu jika permulaannya
mudah akan mendorong seseorang untuk mendalaminya lebih jauh.
Selain itu perlu pula memperhatikan perbedaan umur. Anak-
anak tidak bisa diberi materi untuk remaja, dan remaja pun tidak bisa
diberi materi untuk dewasa. Itulah hal-hal yang selalu diperhatikan
oleh para ahli pendidikkan dalam menentukan materi ajar pada proses
pembelajaran yang akan dilakukannya.94
B. Perancangan dan pelaksanaan pembelajaran
1. Hadis dan terjemahannya
‫ِغ ِة‬
‫َو َح َّد َثَنا َش ْيَباُن ْبُن َفُّر وَخ َح َّد َثَنا ُس َلْيَم اُن ْبُن اْلُم َري َح َّد َثَنا َمُحْي ُد ْبُن‬
-‫صلى اهلل عليه وسلم‬- ‫ِه َالٍل َق اَل َق اَل َأُب و ِر َفاَع َة اْنَتَه ْيُت ِإىَل الَّنِّىِب‬
‫ا َأُل ِد يِنِه‬ ‫ِه‬
‫َو ُه َو ْخَيُطُب َقاَل َفُقْلُت َيا َرُس وَل الَّل َرُج ٌل َغ ِر يٌب َج َء َيْس َعْن‬
‫صلى اهلل عليه‬- ‫ َفَأْقَب َل َعَلَّى َر ُس وُل الَّل ِه‬- ‫ َق اَل‬- ‫َال َي ْد ِر ى َم ا ِد يُن ُه‬
‫ِئ‬ ‫ِس‬ ‫ِس‬ ‫ِت‬
‫ َو َتَر َك ُخ ْطَبَت ُه َح ىَّت اْنَتَه ى ِإَّىَل َف ُأ َى ِبُك ْر ٍّى َح ْبُت َقَو ا َم ُه‬-‫وسلم‬
-‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫اهلل‬ ‫صلى‬- ‫ َق َد َل ِه وُل الَّلِه‬- ‫ َقاَل‬- ‫ِد يًد ا‬
‫َل‬ ‫َجَع‬ ‫َو‬ ‫َف َع َع ْي َرُس‬ ‫َح‬
95
)‫ُيَعِّلُم ىِن َّمِما َعَّلَم ُه الَّلُه َّمُث َأَتى ُخ ْطَبَتُه َفَأَّمَت آِخ َر َه ا(رواه مسلم‬
Dari Abu Rif’ah r.a berkata: “Aku datang kepada Nabi SAW dan
berkata:” “Ya Rasulullah, ada seorang asing datang menanyakan tentang
agamanya, dia tidak tahu agamanya”. Rasulullah menoleh kepadaku dan
meninggalkan khutbahnya hingga sampai kepadaku dengan membawa
kursi yang aku kira kayu-kayunya terbuat dari besi. Beliau pun duduk
diatasnya, kemudian mengajariku apa-apa yang telah diajarkan Allah
kepadanya. Kemudian kembali ke tempatnya dan menyelesaikan
khutbahnya.

2. Pemahaman Hadis
94
Firdaus, Metode Pengajaran Rasulullah, (Surabaya: Prenada, 1998), h. 35
95
Imam Abi Husain Muslim ibni Hajjaj bin Muslim al-Qusyairi al-Naisaburi, op.cit., h.
351
48

Ulama sepakat terhadap Hadis Nabi tersebut bahwa apabila


seseorang bertanya tentang Iman dan tentang agama Islam maka wajib
bagi seseorang dalam hal ini Nabi untuk menjawab dan mengajarkannya
secara langsung dan segera menjawabnya. Dan duduknya Nabi diatas kursi
tujuannya adalah untuk bisa didengar dan dilihat oleh para jamaah.96
Sebagai umat Islam pendidikan pertama yang harus diberikan
kepada anak-anaknya adalah mengenalkan Allah (Ilmu Tauhid). Ketika
anak sudah mengenal Allah, para orang tua yang bijak biasanya akan
mengajarkan mereka cara-cara beribadat yang benar (Ilmu
Fiqih). Selanjutnya diajarkan cara menjaga ibadat tersebut agar tidak
sirna (Tasawuf).
Jika ketiga pendidikan ini sudah ada pada diri si anak, ketika
beranjak masa remaja anak-anak kita akan menjadi pribadi yang kuat. Baik
budi pekertinya, lembut tutur katanya dan peduli terhadap lingkungannya,
baik keluarga dan masyarakat. Karena ketiga pendidikan di atas sudah
merepresentasi bagaimana cara berinteraksi dengan Allah Swt dan cara
berinteraksi dengan manusi, yang sering disebut dengan hablumminallah
wahablumminannas.
Dalam al-Qur’an sudah tertera cara mendidik anak serta ilmu apa
pertama kali yang harus ditanamkan oleh orangtua. Banyak kisah-kisah
para pendahulu kita yang sukses mendidik anak dengan metode Alquran.
Sebut saja Lukmanul Hakim, adapun metode pembelajaran yang
dilakukannya adalah :
Pertama, persoalan aqidah. Sebagaimana firman Allah,” Wahai anak ku
jangan sekali-kali engkau sekutukan Allah” (QS: Al-Lukman:13).
Sebagaimana dipahami bahwa persoalan aqidah merupakan dasar yang
diibaratkan dengan akar pada pohon, jika akarnya kuat maka pohon
tersebut akan berdiri dengan kokoh dan kuat, walaupun banyak rintangan
dan tantangan yang menghadangnya, seperti angin ataupun banjir
sekalipun. Akar yang kuat tersebut diumpamakan dengan aqidah yang
kuat, artinya sekali bertuhan Allah tidak akan ada yang lainnya, terhadap
ajakan dan rayuan hingga jasad dipisahkan oleh nyawa tetap namun bila
96
Imam al-Nawawi, op.cit., h.780
49

sebaliknya jika akarnya lemah maka dengan sendirinya ia akan mudah


diombang-ambing dengan keadaan yang tidak menentu dan beragam
godaan serta bisikan hawa nafsu
Kedua, rasa hormat kepada orangtua. ” Dan kami perintahkan kepada
manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapakya; ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kepada ku dan ke dua ibu
bapak mu, hanya kepada ku lah kembalimu.” (QS: Al-Lukman: 14).
Ketiga, pendidikan moral.” Wahai anakku bila ada kebaikan yang kamu
kerjakan, kecil (tidak nampak oleh pandangan mata yang zahir), yang
kecil itu tersembunyi dipuncak langit, di dasar bumi yang paling dalam
atau di tengah-tengah batu hitam sekalipun, Allah pasti akan
mengetahuinya dan pasti akan memberikan balasan yang sedail-adilnya”
(QS: Al-Lukman: 16).
Keempat, tatanan hidup si anak “Wahai anakku dirikanlah shalat dan
suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari
perbuatan yang mungkar, dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa
kamu.Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan
oleh Allah” (QS: Al-Lukman: 17).
Inilah dasar-dasar agama dalam mendidik anak yang harus diaplikasikan
oleh setiap orang tua sebelum memberikan berbagai disiplin ilmu lainnya.
Mantapkan aqidah, tanamkan rasa hormat kepada orang tua, ajarkan
ahklak dan tingkah laku yang baik, kemudian berikan tatanan hidup yang
sesuai dengan Islam.97
Dari Hadis diatas dapat kita lihat salah satu strategi pembelajaran
yang dilakukan Rasulullah, disini akan peneliti kemukakan makna strategi,
bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang
harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai
secara efektif dan efisien.98 Strategi pembelajaran sifatnya masih
konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai

97
http://guraru.org/guru-berbagi/meniru-lukmanul-hakim-dalam-mendidik-anak/
98
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Rineka Cipta, 1998) h. 125
50

metode pembelajaran tertentu. Adapun Pengajaran yang diberikan


Rasulullah adalah dengan menggunakan strategi pembelajaran langsung,
dan menggunakan metode ceramah. Strategi mengajar secara langsung
(Direct instruction) dapat dikatakan juga sebagai teknik kuliah, merupakan
suatu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan atu
informasi, atau uraian tentang suatu pokok persoalan serta masalah secara
lisan .99
Biasanya guru menggunakan teknik ceramah bila memiliki tujuan
agar siswa mendapatkan informasi tentang suatu pokok atau persoalan
tertentu. Memang hal itu wajar digunakan bila sekolah itu tidak memiliki
bahan bacaan tentang masalah yang akan dibicarakan. Mengingat juga
bahwa jumlah siswa pada umumnya banyak, sehingga sulit untuk
menggunakan teknik penyajian lain kecuali ceramah, untuk menjangkau
jumlah siswa sebanyak itu.100
Beberapa situasi yang memungkinkan strategi pembelajaran
langsung cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran:
a. Ketika guru ingin mengenalkan suatu bidang pembelajaran yang baru
dan memberikan garis besar pelajaran dengan mendefinisikan konsep-
konsep kunci dan menunjukkan keterkaitan di antara konsep-konsep
tersebut.
b. Ketika guru ingin mengajari siswa suatu keterampilan atau prosedur
yang memiliki struktur yang jelas dan pasti.
c. Ketika guru ingin menunjukkan sikap dan pendekatan-pedekatan
intelektual (misalnya menunjukkan bahwa suatu argumen harus
didukung oleh bukti-bukti, atau bahwa suatu penjelajahan ide tidak
selalu berujung pada jawaban yang logis)
d. Ketika subjek pembelajaran yang akan diajarkan cocok untuk
dipresentasikan dengan pola penjelasan, pemodelan, pertanyaan, dan
penerapan.
e. Ketika para siswa menghadapi kesulitan yang sama yang dapat diatasi
dengan penjelasan yang sangat terstruktur.
f. Ketika lingkungan mengajar tidak sesuai dengan strategi yang berpusat
pada siswa atau ketika guru tidak memiliki waktu untuk melakukan
pendekatan yang berpusat pada siswa.101

99
Ibid., h.127
100
Roestiah, N.K., Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h.138
101
Akhmad Sudrajat, Model Pembelajaran Langsung, dari:
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/ 20011/01/27model-pembelajaran-langsung/
51

Dalam kaitannya dengan Hadis tersebut, Nabi memberikan


pengajaran langsung kepada para jamaah mengingat kondisi peserta didik
pada waktu itu memerlukan teknik pembelajaran secara langsung,
kemudian dalam pengajarannya, Nabi memberikan kebebasan bertanya
kepada peserta didik, dilihat dari ungkapan bahwa ketika Nabi berkhutbah,
ada seorang Badui yang bertanya tentang agama Islam, seketika itu Nabi
menghentikan khutbahnya dan menjawab pertanyaan orang tersebut. hal
ini sesuai dengan situasi dalam penetapan strategi pembelajaran langsung,
yaitu kebutuhan peserta didik yang mendapati kesulitan dan hanya dapat
dipecahkan dengan memberikan penjelasan secara langsung. Dalam
memberikan jawaban, Nabi duduk dikursi dengan tujuan agar dapat dilihat
oleh jamaah. Dengan demikian para jamaah pun mendapatkan ilmu dari
pertanyaan yang disampaikan oleh orang yang bertanya.
Apabila guru memiliki keterampilan berbicara yang dapat menarik
perhatian siswa, bisaanya cenderung untuk menggunakan teknik ceramah,
kurang perhatian pada penggunaan teknik-teknik lain, Di dorong pula oleh
tanggung jawab guru untuk berusaha memperkenalkan pokok-pokok
terpenting yang merupakan suatu kerangka yang bulat dari sesuatu
pelajaran baru, dengan sendirinya guru akan menggunakan teknik
berceramah. Dengan alasan siswa harus tertarik pada pelajaran baru itu,
ditunjang pula keterampilan guru untuk berbicara, maka siswa akan
menyenanginya bahan pelajaran baru itu. Kemudian bila guru sedang
mengajar bermaksud ingin membuat kesimpulan pelajaran yang baru
diberikan itu, untuk mengambil inti sari atau pokok-pokok terpenting, agar
siswa terbisaa berbuat demikian, maka teknik ceramah berperan pula.
Hal-hal yang perlu dilakukan dalam memberikan metode ceramah:
pertama selama guru melakukan ceramah, guru perlu mengajukan
pertanyaan-pertanyaan. Sikap itu perlu diambil untuk meneliti apakah
siswa telah menguasai pengertian dari setiap pokok persoalaan yang telah
diuraikan oleh guru; juga dapat dipakai untuk meneliti apakah perhatian
siswa masih ada pada uraian pelajarannya. Atau juga dengan pertanyaan
guru itu dapat membangkitkan perhatian siswa kembali pada pelajaran itu.
52

Pada kesempatan lain guru memberikan kebebasan pada siswa untuk


mengajukan pertanyaan, di tengah-tangah guru sedang berceramah
maupun diwaktu pelajaran itu selesai dijelaskan. Dapat diberikan juga
setiap guru selesai berceramah selalu diiringi dengan pemberian
pertanyaan-pertanyaan, siswa berusaha menjawab. Teknik ini di samping
menggiatkan daya berfikir siswa, berarti pula guru selama mulai
mengkombinasikan penggunaan teknik berceramah dengan teknik Tanya
jawab. Kemungkinan lain di waktu guru menjelaskan kata-kata, istilah,
pengertian atau ungkapan perlu disertai dengan contoh-contoh kongkrit,
menggunakan alat-alat peraga atau media pendidikan102
C. Perancangan dan Pelaksaan Pembelajaran (Kemampuan
Membangkitkan Motivasi Siswa)
A. Hadis dan terjemahannya.

‫َح َّد َثَنا َعاِص ُم ْبُن الَّنْض ِر الَّتْيِم ُّى َح َّد َثَنا اْلُم ْع َتِم ُر َح َّد َثَنا ُعَبْي ُد الَّل ِه ح َق اَل‬
‫ِك‬ ‫ِع ٍد‬
‫َو َح َّد َثَنا ُقَتْيَب ُة ْبُن َس ي َح َّد َثَنا َلْيٌث َعِن اْبِن َعْج َالَن َالَمُها َعْن َمُسٍّى‬
‫ِد‬ ‫ِل‬
‫ َو َه َذ ا َح يُث ُقَتْيَب َة َأَّن ُفَق َر اَء‬- ‫َعْن َأىِب َص ا ٍح َعْن َأىِب ُه َر ْيَر َة‬
‫َأ‬ ‫َذ‬ ‫وا‬‫ُل‬‫ا‬ ‫َق‬ -‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫اهلل‬ ‫صلى‬- ‫اْل اِج ِر ي َأ ا وَل الَّل ِه‬
‫َب ُل‬ ‫ْه‬ ‫َه‬ ‫َف‬ ‫ُم َه َن َتْو َرُس‬
‫ َق اُلوا‬.» ‫ َفَق اَل « َو َم ا َذاَك‬. ‫الُّد ُثوِر ِبالَّد َرَج اِت اْلُعَلى َو الَّنِعيِم اْلُم ِق يِم‬
‫ُيَص ُّلوَن َك َم ا ُنَص ِّلى َو َيُص وُموَن َك َم ا َنُص وُم َو َيَتَص َّد ُقوَن َو َال َنَتَص َّد ُق‬
‫ « َأَفَال‬-‫صلى اهلل عليه وسلم‬- ‫ َفَق اَل َرُس وُل الَّل ِه‬. ‫َو ُيْع ِتُق وَن َو َال ُنْع ِت ُق‬
‫ُأَعِّلُم ُك ْم َش ْيًئا ُت ْد ِر ُك وَن ِب ِه َمْن َس َبَق ُك ْم َو َتْس ِبُقوَن ِب ِه َمْن َبْع َد ُك ْم َو َال‬
‫ َق اُلوا َبَلى َي ا‬.» ‫َيُك وُن َأَح ٌد َأْفَض َل ِم ْنُك ْم ِإَّال َمْن َص َنَع ِم ْث َل َم ا َص َنْع ُتْم‬
‫ َقاَل « ُتَس ِّبُح وَن َو ُتَك ِّبُر وَن َو ْحَتَم ُد وَن ُدُبَر ُك ِّل َص َالٍة َثَالًثا‬.‫َرُس وَل الَّل ِه‬
‫َق ا اْل اِج ِر ي ِإىَل وِل الَّل ِه‬ ‫ِل‬ ‫ِث‬
‫ َقاَل َأُبو َص ا ٍح َفَر َج َع ُف َر ُء ُم َه َن َرُس‬.» ‫َو َثَال َني َم َّر ًة‬
‫ َفَق اُلوا ِمَس َع ِإْخ َو اُنَن ا َأْه ُل اَألْم َو اِل َمِبا َفَعْلَن ا‬-‫صلى اهلل عليه وسلم‬-

102
Roestiah, N.K., Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h.139
53

‫ِل‬ ‫َّل ِه‬ ‫ِم‬


‫ « َذ َك َفْض ُل‬-‫صلى اهلل عليه وسلم‬- ‫ َفَق اَل َرُس وُل ال‬.‫َفَف َعُل وا ْثَل ُه‬
103
)‫ (رواه مسلم‬.» ‫الَّلِه ُيْؤ ِتيِه َمْن َيَش اُء‬
Dari Abu Hurairah: Suatu hari datanglah rombongan orang-orang fakir
ke hadapan Rasulullah SAW mereka mengeluh: "Wahai Rasulullah,
orang-orang kaya telah mendapatkan kemuliaan dan surga dengan harta
mereka. Mereka sholat seperti sholat kita, mereka puasa seperti puasa
kita, mereka bersedekah tapi kami tidak, mereka memerdekakan budak
dan kami tidak". Rasulullah SAW pun menjawab: “Maukah kalian ku ajari
sesuatu yang dengan itu kalian bisa mengejar orang yang mendahului
kalian dan meninggalkan orang-orang yang di belakang kalian dan tidak
ada orang yang lebih utama dari kalian kecuali yang melakukan hal yang
sama?” "Tentu Mau wahai Rasulullah" "Kalian membaca tasbih, takbir
dan tahmid sebanyak 33 kali setiap selesai sholat". Berkata Abu Shalih
kemudian para sahabat Rasulullah yang fakir dari golongan Muhajirin
kembali kepada Rasulullah, mereka berkata: “Kami mendengar saudara
kami yang memiliki harta juga mengerjakan hal yang sama dengan kami
(membaca tasbih,tahmid dan takbir setelah selesai shalat sebanyak 33
kali) maka Rasulullah menjawab: “yang demikian itu keutamaan
keutamaan Allah yang diberikan kepada orang yang dikehendakinya.”
(H.R. Muslim).

B. Pemahaman Hadis
Dalam Hadis tersebut dijelaskan bahwa bandingan ganjaran setiap
sedekah yang berupa harta itu sama pahalanya dengan membaca tasbih,
tahmid, takbir dan tahlil serta perintah untuk berbuat baik dan
meninggalkan perkara yang dilarang oleh syari’at itu juga merupakan
sedekah.
Dalam Hadis tersebut Rasulullah memberikan motivasi kepada para
sahabatnya yang miskin, bahwa mereka akan mendapatkan ganjaran
pahala sedekah sama seperti orang-orang kaya yang mampu bersedekah
dengan harta mereka, yaitu dengan membaca tasbih, tahmid, dan takbir
yang dibaca sebanyak 33 kali setiap setelah melakukan shalat. Sebelum
Rasulullah mengajarkan tentang tasbih, tahmid dan takbir yang dibaca
setelah selesai shalat, Rasulullah memberikan motivasi dengan ungkapan:
Maukah kalian ku ajari sesuatu yang dengan itu kalian bisa mengejar orang
yang mendahului kalian dan meninggalkan orang-orang yang di belakang kalian

103
Imam Abi Husain Muslim ibni Hajjaj bin Muslim al-Qusyairi al-Naisaburi, op.cit.,
h.451
54

dan tidak ada orang yang lebih utama dari kalian kecuali yang melakukan hal
yang sama?. Ungkapan ini mendorong para sahabat untuk mengetahui dan
mempelajari apa yang akan disampaikan Rasulullah, kemudian para
sahabat dari kaum kaya yang mampu bersedekahpun mengetahui Hadis
tentang pahala bersedekah dan mereka kemudian mengamalkan apa yang
diajarkan Rasulullah, hal ini merupakan bentuk pengajaran Rasulullah
yang mampu membangkitkan motivasi baik bagi para sahabat dari
golongan miskin dan kaya.
Proses belajar akan berjalan dengan lancar dan mudah apabila
beberapa prinsipnya diterapkan dengan benar. Adapun jika prinsip-prinsip
ini tidak diterapkan, maka terkadang proses pembelajaran tidak pernah
terjadi. Kalau pun terjadi, maka akan berjalan dengan sulit dan lambat.
Kita akan mengetahui beberapa prinsip belajar yang telah diterapkan oleh
Rasulullah SAW ketika ketika beliau mengajari, mengarahkan, dan
membimbing para sahabatnya. Motivasi merupakan sebuah prinsip penting
dari beberapa prinsip belajar.
Manusia, begitu juga dengan hewan, bisaanya tidak akan belajar
kecuali kalau dia merasakan ada masalah yang akhirnya mendorong
dirinya untuk memcahkan masalah tersebut. beberapa eksperimen telah
membuktikan akan pentingnya faktor motivasi dalam proses belajar. Hasil
semua eksperimen menunjukan bahwa belajar akan berjalan dengan lancar
dan efektif ketika ada motivasi yang mendorong seseorang untuk belajar.
Motivasi untuk belajar pada manusia bisa dibangkitkan dengan
memberikan sesuatu yang atraktif, sesuatu yang mengandung unsur
intimidasi, maupun dengan menggunakan cerita.
Dalam proses pembelajaran, motivasi merupakan salah satu aspek
dinamis yang sangat penting. Secara etimologi, motivasi merupakan
“Dorongan yang mendasari dan mempengaruhi setiap usaha serta kegiatan
seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan”.104Dalam kegiatan
belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya
penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang

104
M. Ngalim Purwanto MP., Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1994), h. 104.
55

menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah


pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar
itu dapat tercapai.105
Motivasi sangat erat hubungannya dengan kebutuhan, sebab
memang motivasi muncul karena kebutuhan sesseorang. Seseorang akan
terdorong untuk bertindak manakala dalam dirinya ada kebutuhan.
Pemberian motivasi adalah salah satu teknik yang dapat meningkatkan
semangat dan keinginan belajar siswa. Manusia pada hakikatnya selalu
ingin mengetahui sesuatu yang baru. Dorongan dan motivasi dari seorang
guru terhadap siswanya akan dapat memompa semangat siswa untuk
memiliki keinginan kuat guna mencari dan meniliti apa yang hendak
diketahuinya.
Sedangkan menurut Hamzah B. Uno hakikat motivasi belajar adalah
“dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk
mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa
indikator atau unsur yang mendukung.” dikatakan pula bahwa indikator
motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil.
2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar.
3) Adanya cita-cita dan harapan masa depan.
4) Adanya penghargaan dalam belajar.
5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.
6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif.106
Secara umum, ada 2 jenis motivasi yang mempengaruhi kegiatan
belajar seseorang:
1) Motivasi Instrinsik yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri
sesorang. Misalnya seorang siswa, tanpa disuruh oleh siapapun setiap
malam membaca buku pelajaran yang esok harinya akan dijelaskan
oleh gurunya.
2) Motivasi Ekstrinsik yaitu motivasi yang berupa usaha pembentukan
dari orang lain. Motifasi jenis ini sering kali disebut motivasi
ekstrinsik. Misalnya: seorang siswa bisaanya kurang rajin belajar
kemudian menjadi rajin belajar karena gurunya menjanjikan kepada

105
Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2000), h. 73.
106
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008),
Ed. 1, Cet. 3, h. 23.
56

siapa saja yang memperoleh nilai terbaik pada mata pelajaran yang
diajarnya akan diberikan tiga seri buku cerita Hari Porter107

Bentuk-bentuk pemberian motivasi:


1) Imbalan hasil belajar
Imbalan hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh siswa sebagai
konsekuensi dari upaya yang telah dilakukan sehingga terjadi
perubahan perilaku yang bersangkutan baik perilaku dalam bidang
kognitif, afektip maupoun psikomotorik. umumnya hasil belajar itu
berupa nilai atau angka yang diperoleh siswa setelah dilakukan
serangkaian proses evaluasi hasil belajar. Besar kecilnya imbalan
yang diberikan akan mempengaruhi krepuasan belajar, dan setiap
kepuasan yang ditimbulkan dari imbalan akan berpengaruh kepada
besar kecilnya motivasi.
2) Hadiah
Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu
semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu,
siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar
siswa yang berprestasi.
3) Kompetisi
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk
meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil
prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
4) Pujian
5) Hukuman.108
Rasulullah SAW ternyata menggunkan cara at-targhiib wat-tarhiib
untuk mengobarkan motivasi manusia agar memeluk agama Islam, beriman
kepada Allah tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, beriman
kepada para Rasul, Kitab-kitab Allah, hari akhir, hari perhitungan amal
perbuatan, dan beriman kepada surga neraka . melalui cara ini Rasulullah
SAW menggugah motivasi manusia untuk mengikuti ajaran Islam,

107
Muhammad Asrori, op.cit., h.183
108
Sobri Sutikno, Motivasi Belajar, dari: http://SobriSutikno.wordpress.com/
2011/01/27/motivasi belajar/
57

menjauhi berbagai bentuk maksiat maupun hal-hal yang dimurkai oleh


Allah SWT.
Al-Targhiib (ajakan yang mengandung unsur atraktif) dengan
menjanjikan pahala Allah Ta’ala bisa menghancurkan rasa pesimis dari
rahmat Allah. Sebaliknya al-Tarhiib (pringatan yang mengandung unsur
intimidasi) dengan menggambarkan siksa Allah sangat efektif untuk
membenahi rasa tawakkal berlebihan yang menyebabkan seseorang
senantiasa berangan-angan mendapatkan rahmat-Nya.
Kalau motivasi memiliki peran penting dalam membangkitkan
semangat seseorang untuk mencari problem solving, berguna untuk
merealisasikan tujuan yang akan diraih, dan mempercepat daya tangkap
pengetahuan yang dipelajari, maka reward (imbalan atau hadiah) juga
memiliki posisi penting untuk mensupport seseorang melakukan respon
yang positif. Sebuah respon yang tidak berorientasi pada pemecahan
masalah atau mengarah pada tujuan yang hendak dicapai malah membuat
lemah dan kendor semangat pelajar. Berbeda apabila respon yang dilakukan
mengarah pada kesuksesan pemecahan masalah dan sukses meraih tujuan,
maka bisa membangkitkan spirit bagi pelajar untuk terus menimba ilmu
pengetahuan. Banyak sekali eksperimen membuktikan pentingnya reward
untuk memunculkan respon positif yang mampu memberikan semangat
belajar.109
Motivasi yang diberikan Rasulullah pada Hadis tersebut adalah jenis
motivasi ekstrinsik, motivasi yang diberikan Rasululah dalam
pengajarannya dalam Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim adalah
dengan memberikan imbalan (al-Targhib) yaitu berupa pahala sedekah
yang akan didapatkan dengan membaca tasbih, tahmid dan takbir sebanyak
33 kali setiap selesai shalat, ini menunjukkan bahwa Rasulullah dalam
pengajarannya memberikan motivasi sehingga dengan motivasi tersebut
akan meningkatkan semangat dan keinginan belajar.
Peserta didik pada hakikatnya selalu ingin mengetahui sesuatu yang
baru dan selalu ingin memenuhi kebutuhannya, dorongan dan motivasi

109
Abdurrahman Abror, Psikologi dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Raja Grafindo, 1998)
h. 95
‫‪58‬‬

‫‪yang kuat akan dapat memompa semangat peserta didik untuk memiliki‬‬
‫‪keinginan guna mencari dan meneliti apa yang hendak diketahuinya.‬‬
‫‪Begitupula halnya seorang guru yang bertugas mendidik murid maka‬‬
‫‪membangkitkan motivasi atau gairah peserta didik merupakan salah satu‬‬
‫‪faktor terpenting untuk membangkitkan semangat peserta didik dan‬‬
‫‪membuat pembelajaran lebih efektif. Pemberian motivasi ini dapat‬‬
‫‪menggunakan imbalan hasil belajar, hadiah, kompetisi, pujian atau dengan‬‬
‫‪hukuman secara efektif dan tepat guna.‬‬

‫‪D. Evaluasi hasil belajar belajar.‬‬


‫‪1.‬‬ ‫‪Hadis dan terjemahannya.‬‬

‫وَح َّد َثَنا َأُبو َبْك ِر ْبُن َأىِب َش ْيَبَة َو ُز َه ْيُر ْبُن َح ْر ٍب ِمَج يًع ا َعِن اْبِن ُعَلَّي َة َق اَل‬
‫ُز َه ْيٌر َح َّد َثَنا ِإَمْساِعيُل ْبُن ِإْبَر اِه يَم َعْن َأىِب َح َّي اَن َعْن َأىِب ُز ْر َع َة ْبِن َعْم ِر و‬
‫ْبِن َج ِر يٍر َعْن َأىِب ُه َر ْيَر َة َق اَل َك اَن َرُس وُل الَّل ِه ‪-‬صلى اهلل عليه وسلم‪-‬‬
‫َيْو ًم ا َب اِر ًز ا ِللَّناِس َفَأَت اُه َر ُج ٌل َفَق اَل َي ا َرُس وَل الَّل ِه َم ا اِإل َمياُن َق اَل « َأْن‬
‫ُتْؤ ِم َن ِبالَّل ِه َو َم َالِئَك ِت ِه َو ِكَتاِب ِه َو ِلَق اِئِه َو ُرُس ِلِه َو ُتْؤ ِم َن ِب اْلَبْع ِث اآلِخ ِر »‪.‬‬
‫َقاَل ا وَل الَّلِه ا اِإل َال َقاَل « اِإل َال َأْن َد الَّل َال ُتْش ِر َك ِبِه‬
‫ْس ُم َتْع ُب َه َو‬ ‫َم ْس ُم‬ ‫َي َرُس‬
‫َش ْيًئا َو ُتِق يَم الَّص َالَة اْلَم ْك ُتوَبَة َو ُتَؤ ِّدَى الَّز َك اَة اْلَم ْف ُر وَض َة َو َتُص وَم َرَم َض اَن‬
‫»‪َ .‬قاَل َيا َرُس وَل الَّلِه َم ا اِإل ْح َس اُن َقاَل « َأْن َتْع ُبَد الَّلَه َك َأَّنَك َتَر اُه َفِإَّنَك‬
‫ِإْن َال َتَر اُه َفِإَّن ُه َيَر اَك »‪َ .‬ق اَل َي ا َر ُس وَل الَّل ِه َم ىَت الَّس اَعُة َق اَل « َم ا‬
‫اْلَمْس ُئوُل َعْنَه ا ِب َأْع َلَم ِم َن الَّس اِئِل َو َلِكْن َس ُأَح ِّد ُثَك َعْن َأْش َر اِط َه ا ِإَذا‬
‫و‬ ‫ُة‬ ‫ا‬ ‫َف‬ ‫ا‬ ‫ُة‬ ‫ا‬ ‫ْل‬ ‫ا‬ ‫َل َد ِت اَأل ُة َّب ا َف َذ اَك ِم َأْش اِط ا ِإَذا َك اَنِت‬
‫ُرُء َس‬ ‫ُحْل‬ ‫َر‬ ‫ُع‬ ‫ْن َر َه َو‬ ‫َم َر َه‬ ‫َو‬
‫ِم‬ ‫ِن‬ ‫ىِف‬ ‫ِط ِإ‬ ‫ِم‬
‫الَّن اِس َف َذ اَك ْن َأْش َر ا َه ا َو َذا َتَط اَو َل ِر َع اُء اْلَبْه ِم اْلُبْنَي ا َف َذ اَك ْن‬
‫َأْش َر اِط َه ا ىِف ْمَخٍس َال َيْع َلُم ُه َّن ِإَّال الَّلُه »‪َّ .‬مُث َتَال ‪-‬صلى اهلل عليه وسلم‪-‬‬
‫(ِإَّن الَّل َه ِعْن َد ُه ِعْلُم الَّس اَعِة َو ُيَنِّز ُل اْلَغْيَث َو َيْع َلُم َم ا ىِف اَألْر َح اِم َو َم ا‬
59

‫ِس‬
‫َتْد ِر ى َنْف ٌس َم اَذا َتْك ُب َغًد ا َو َم ا َتْد ِر ى َنْف ٌس ِبَأِّى َأْر ٍض ُمَتوُت ِإَّن الَّل َه‬
‫صلى اهلل عليه‬- ‫ َق اَل َّمُث َأْد َبَر الَّر ُج ُل َفَق اَل َر ُس وُل الَّل ِه‬.» )‫َعِليٌم َخ ِب ٌري‬
‫ َفَق اَل‬.‫ َفَأَخ ُذ وا ِلَيُر ُّدوُه َفَلْم َيَر ْو ا َش ْيًئا‬.» ‫ « ُر ُّدوا َعَلَّى الَّر ُج َل‬-‫وسلم‬
‫ِل‬ ‫ِج ِرْب‬ ‫َّل ِه‬
‫ « َه َذ ا يُل َج اَء ُيَعِّلَم الَّن اَس‬-‫صلى اهلل عليه وسلم‬- ‫َرُس وُل ال‬
110
.» ‫ِد يَنُه ْم‬
Menceritakan kepada kamiAbu Bakar bin Abi Syaibah dan zuhair bin Harb
dari Ibnu ‘Ulayah bahwasanya Zuhair berkata: menceritakan kepada kami
Ismail ibn Ibrahim, memberitakan kepada kami Abu Hayyan al-Tamimidari
Abi Zar’at dari Abu Hurairah, ia berkata, “Pada suatu hari ketika Nabi
SAW sedang duduk bersama sahabat, tiba-tiba datang seorang laki-laki dan
bertanya, “Apakah iman itu?” jawab Nabi, “Iman adalah percaya kepada
Allah, para malaikat-Nya, dan pertemuan dengan-Nya, para rasul-Nya, dan
percaya pada hari berbangkit dari kubur. Lalu laki-laki itu bertanya
kembali. Apakah Islam itu? Jawab Nabi SAW, “Islam ialah menyembah
kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun,
mendirikan shalat,menunaikan zakat yang difardukan dan berpuasa di
bulan Ramadhan.” Lalu laki-laki itu bertanya lagi, “Apakah Ihsan itu?”
Jawab Nabi SAW, Ihsan ialah menyembah Allah seolah-olah engkau
melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya, ketahuilah bahwa Allah
melihatmu.” Lalu laki-laki itu bertanya lagi: “apakah hari kiamat itu?”
Nabi SAW menjawab , “Orang yang ditanya tidak lebih mengetahui
daripada orang yang bertanya, tetapi saya beritahukan kepadamu beberapa
syarat (tanda-tanda) akan tiba hari kiamat, yaitu jika budak sahaya telah
melahirkan majikannya, dan jika pengembala unta dan ternak lainnya telah
berlomba-lomba membangun gedung-gedung. Dan termasuk dalam lima
macam yang tidak dapat mengetahuinya kecuali Allah, yaitu tersebut dalam
ayat: “sesungguhnya Allah hanya pada sisinya sajalah yang mengetahui
kiamat, dan Dia pula yang menurunkan hujan dan mengetahui apa yang
ada dalam rahim ibu, dan tidak seorang pun yang mengetahui dimanakah ia
110
Imam Abi Husain Muslim ibni Hajjaj bin Muslim al-Qusyairi al-Naisaburi, op.cit.,
h.23
60

akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui sedalam-dalamnya.”


Kemudian pergilah orang itu. Lalu Nabi SAW menyuruh sahabat.
“antarkanlah orang itu. Lalu Nabi SAW menyuruh sahabat, “antarkanlah
orang itu. Akan tetapi, sahabat tidak melihat bekas orang itu. Maka Nabi
SAW bersabda, “Itu adalah Malaikat Jibril AS yang datang mengajarkan
agama bagimu.” (H.R. Muslim)
2. Pemahaman Hadis
Dalam Hadis tersebut memberikan gambaran bahwa Rasulullah dalam
melaksanakan pengajaran melakukan evaluasi. Evaluasi yang dilakukan
pada Hadis tersebut adalah mengevaluasi Rasulullah melalui malaikat Jibril
ketika beliau sedang mengajar sahabat di suatu majelis.
Jika dilihat dari teori taksonomi Benjamin S. Bloom maka jelaslah bahwa
psychological domains yang dijadikan sasaran evaluasi Nabi sebagai
pelaksana perintah Tuhan sesuai wahyu yang diturunkan kepada beliau lebih
menitik beratkan pada kemampuan dan kesediaan manusia mengamalkan
ajaran-Nya, dimana factor psikomotorik menjadi tenaga penggeraknya. Di
samping itu, factor konatif (kemauan) juga dijadikan sasarannya (konatif
psikomotorik).
Adapun system pengukuran yang dilakukan Nabi sendiri tidak
menggunakan sistem laboratorial seperti dalam dunia ilmu pengetahuan
modern sekarang. Namun, prinsip-prinsipnya menunjukkan bahwa system
pengukuran juga terdapat dalam Hadis Nabi.
Dengan demikian evaluasi yang diterapkan pada masa Rasulullah SAW
adalah secara langsung melihat tingkah laku para sahabat. Mendengarkan
bacaan sahabat tentang ayat al-Qur’an tanpa menggunakan buku catatan
sebagaimana sekarang ini. Bila belum sampai kepada ukuran yang
diharapkan, Rasulullah SAW memberikan penekanan penambahan materi,
berupa nasehat, arahan dan sebagainya.111
Evaluasi dalam pembelajaran dimaksudkan untuk mengetahahui,
memahami dan menggunakan hasil kegiatan belajar siswa dalam mencapai
tujuan yang telah di tetapkan, evaluasi dapat dilakukan ketika aktifitas

111
Samsul Nizar dan Zainal Effendi Hasibuan, Hadis Tarbawi, (Jakarta: Kalam Mulia,
2011), h. 183
61

belajar mengajar berlangsung dan dapat juga dilakukan di akhir


pembelajaran, dengan adanya evaluasi atau penilaian semua kegiatan
termasuk kegiatan pendidikan akan terkontrol, terukur dan teramati, dan
ketika sudah diketahui hasilnya maka kegiatan akan ditingkatkan,
kekurangan akan diperbaiki dan ditambah, dan disempurnakan untuk
kegiatan selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai