PENDAHULUAN
1
Muhammad bin Salamah bin Ja'far Abŭ Ja'far Abŭ 'Abdillah, al-Fidha'I, Musnad asy-
Syihab, (Beirut: Muassasah ar-Risalah, t.th), Jilid I, h. 137
1
2
Guru mempunyai fungsi dan peran serta kedudukan yang sangat penting dan
strategis dalam pembangunan nasional dalam bidang pendidikan. Dalam Undang
Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 disebutkan bahwa:
Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan untuk
melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan pendidikan
nasional, yaitu berkembangngnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab .2
Dalam paradigma Jawa, pendidik diidentikkan dengan sebutan Guru (Gu dan
ru), yang berarti digugu dan ditiru. Dikatakan digugu (dipercaya) karena guru
memiliki seperangkat ilmu yang memadai, yang karenanya guru memiliki
wawasan dan pandangan yang luas dalam melihat kehidupan ini. dikatakan ditiru
(diikuti), karena guru memiliki kepribadian yang utuh, yang karenanya segala
tindak tanduk seorang guru patut dijadikan panutan dan suri tauladan yang baik
oleh peserta didiknya.3
Guru sebagai pendidik tidak sebatas memberikan bahan-bahan pengajaran
tetapi menjangkau etika dan estetika perilaku dalam menghadapi tantangan
kehidupan di masyarakat. Profesi guru dalam pendidikan Islam dianggap sebagai
profesi mulia. Profesi guru yang mulia ini disebabkan peranannya yang strategis
dalam membimbing, mengarahkan dan memberi petunjuk sehingga orang lain
selamat dunia akhirat.
Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa pendidik memiliki peran penting
serta berkedudukan mulia dan terhormat. Hal ini disebabkan karena tugas
pendidik yang begitu berarti tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan tapi lebih
dari itu sebagai penanam nilai-nilai akhlak yang baik kepada anak didik, dan
berangkat dari kesadaran bahwa pendidik memiliki peran strategis sekaligus
memberikan konstribusi yang besar terhadap pembangunan dan peradaban suatu
bangsa.
2
Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam, Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Undang-undang Guru dan Dosen (Jakarta:
Sinar Grafika, 2006), h. 4
3
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, ILmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2006), h.
90
3
Setelah melihat serta mengamati dari beberapa tugas dan tanggung jawab
seorang guru, maka Islam memberikan sesuatu penghargaan (posisi) bagi mereka
pengajar kebaikan, suatu kemuliaan. Tugas mulia dan penghargaan yang tinggi
terhadap guru memberikan konsekuensi terhadap pelaksanaan tugasnya sebagai
guru. Guru harus memiliki kompetensi untuk melaksanakan profesinya secara
layak dan bertanggungjawab. Bagaimana suatu pendidikan akan berhasil apabila
profesi guru diberikan kepada orang yang tidak memiliki kompetensi yang layak
sebagai guru. Oleh karenanya, kompetensi merupakan hal yang sangat urgen
dalam keberhasilan pendidikan. Guru diharapkan memiliki kompetensi yang
diperlukan untuk melaksanakan tugas dan fungsinya secara efektif dan efesien.
Al-Nahlawi dalam bukunya “Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas
Sebagai Lembaga Pendidikan” merumuskan kompetensi yang dimaksud yaitu
kompetensi pribadi, kompetensi profesi dan kompetensi kemasyarakatan. 4
Sedangkan dalam Undang Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen disebutkan dalam Bab IV pasal 10 disebutkan bahwa kompetensi guru
meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional.5
Kompetensi merupakan kualifikasi guru yang terpenting. Pengetahuan dan
pemahaman guru tentang kompetensi akan mendasari pola kegiatannya dalam
menunaikan profesi sebagai guru. Secara keseluruhan kompetensi yang dimaksud
bukan hanya pemilikan pengetahuan, keterampilan serta kemampuan guru
menyalurkan pengetahuan kepada peserta didik, lebih dari itu juga mencakup
keperibadian dan sikap sosialnya. Pribadi guru memiliki andil yang sangat besar
terhadap keberhasilan pendidikan, khususnya dalam kegiatan pembelajaran.
Pribadi guru juga sangat berperan dalam membentuk pribadi pesertadidik. Ini
dapat dimaklumi karena manusia makhluk yang suka mencontoh, termasuk
mencontoh pribadi gurunya dalam membentuk pribadinya. Semua itu
menunjukkan kompetensi personal atau kepribadian guru sangat dibutuhkan oleh
pesertadidik dalam proses pembentukan pribadinya. Olehkarena itu wajar kalau
4
Al-Nahlawi, Organisasi Sekolah Dan Pengelola Kelas Sebagai Lembaga Pendidikan,
(Jakarta: PT Gunung Agung, 1989), h.124
5
Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam, op.cit., h. 117
4
orang tua ketika mau memasukkan anak-anaknya ke salah satu lembaga sekolah,
menanyakan siapa gurunya?.6
Keberhasilan pendidikan ditentukan oleh keberhasilan pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar, yakni keterpaduan antara kegiatan guru dengan kegiatan siswa.
Bagaimana siswa belajar banyak ditentukan oleh bagaimana guru mengajar. Salah
satu usaha untuk mengoptimalkan pembelajaran adalah dengan memperbaiki
pengajaran yang banyak dipengaruhi oleh guru, karena pengajaran adalah suatu
sistem, maka perbaikannya pun harus mencakup keseluruhan komponen dalam
sistem pengajaran tersebut. Komponen komponen yang terpenting adalah tujuan,
proses kegiatan belajar mengajar, evaluasi, hal ini terkait erat dengan kompetensi
pedagogik guru.
Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan oleh guru, maka guru harus memiliki dan menguasai perencanaan
kegiatan belajar mengajar, melaksanakan kegiatan yang direncanakan dan
melakukan penilaian terhadap hasil dari proses belajar mengajar.
Kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran merupakan faktor utama dalam mencapai tujuan pengajaran.
Keterampilan merencanakan dan melaksanakan proses belajar mengajar ini
sesuatu yang erat kaitannya dengan tugas dan tanggung jawab guru sebagai
pengajar yang mendidik.
Sebagai pengajar, guru hendaknya memiliki perencanaan (planing) pengajaran
yang cukup matang. Perencanaan pengajaran tersebut erat kaitannya dengan
berbagai unsur seperti tujuan pengajaran, bahan pengajaran, kegiatan belajar,
metode mengajar, dan evaluasi. Unsur-unsur tersebut merupakan bagian integral
dari keseluruhan tanggung jawab guru dalam proses pembelajaran.
Saat ini, dalam segi kurikulum salah satu upaya yang dilakukan pemerintah
untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan memberlakukan Kurikulum
2013. Pada hakikatnya, kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari
kurikulum sebelumnya. Sasaran perubahan kurikulum tidak lain adalah guru
sebagai pelaksana langsung di ruang kelas.
6
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Rosda Karya,
2008).Cet. ke-3. h.117
5
keterampilan mengajar sebagai salah satu akibat dari pandangan bahwa menjadi
guru merupakan pilihan terakhir ketika tidak didapat lagi pekerjaan lain. Selain itu
terdapat pandangan bahwa mendidik hanya bertujuan untuk transfer of knowledge
sehingga guru tidak melibatkan anak didik dalam proses pembelajaran. Pelibatan
anak didik dalam proses pembelajaran bukan hanya terdapat peserta didik dalam
kelas tetapi juga melibatkan peserta didik secara psikis, hal ini erat kaitannya
dengan kemampuan memberikan motivasi kepada peserta didik selain itu
kemampuan guru dalam menciptakan pembelajaran yang efektif yang mampu
menggugah minat peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran, dan ini
terkait dengan kepemilikan kompetensi pedagogik guru.
Islam memandang kompetensi guru merupakan hal yang sangat urgen, karena
mendidik merupakan amanat yang besar yang harus diemban oleh orang yang
berkompeten. Hal ini terbukti dengan adanya Hadis yang mendorong kepemilikan
kompetensi bagi suatu profesi tertentu sebagaimana sabda beliau :
: َح َّد َثَنا فِلْيٌح َو َح َّد َثَنا ِاْبَر اِه ْيُم ْبُن اْلُم ْن ِذ ِر َق اَل: َح َّد َثَنا َحُمَّم ُد ْبُن ِس َناٍن َق اَل
ِء ِس ِل ِه
َبْيَنَم ا َص َّلى اُهلل: َعْن َأيِب ُه َر ْيَر َة َقاَل, َح َّد َثَنا اَل ُل ْبُن َع ي َعْن َعَطا ْبِن َي ٍرْي
َم ىَت الَّس اَعُة ؟ َفَم َض ى: َج اَءُه َأْع َر اٌّيِب َفَق اَل,َعَلْيِه َو َس َّلَم يِف ْجَمِلٍس َحُيِّد ُث اْلَق ْو َم
{ ِاَذا ُو ِس َد اَاْلْم ُر ِاىَل: َك ْي َف ِاَض اَعُتَه ا ؟ َقاَل: اَاْلَم اَنُة َفاْنَتِظ ِر الَّس اَعُة } َقاَل
8
) َغِرْي َاْه ِلِه َفاْنَتِظ ِر الَّس اَعَة}(َرَو اُه اْلُبَخ اِر ُّي
8
Imam Bukhari, Shahih Bukhari, (Semarang:Toha Putra,t.t.), Jilid I, h.30
7
Dari Abŭ Hurairah r.a, Ia berkata Rasulullah SAW bersabda: pada suatu hari
Nabi SAW berada dalam suatu majelis sedang berbicara dengan sebuah kaum,
datanglah kepada beliau orang badui dan bertanya, “Kapan kiamat datang”
maka Rasulullah meneruskan pembicaraannya. Maka sebagian kaum berkata,
“Beliau mendengar apa yang diucapkan dan beliau tidak suka apa yang
dikatakannya.” Sebagian lagi berkata, “Beliau tidak mendengarnya.” Setelah
Beliau selesai dari pembicaraannya beliau berkata: “Dimana orang yang
bertanya tentang kiamat?.” “Saya ya Rasulullah.” Beliau bersabda: “Jika
urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka nantikanlah saat
kehancurannya.” (H.R. Bukhari)
Hadis Nabi merupakan sumber ajaran Islam yang kedua setelah Al-Quran.
Hadis Nabi, sebagaimana Al-Quran menjadi pedoman hidup (way of life) bagi
umat Islam. Rasulullah menjamin keselamatan bagi mereka yang konsisten dan
konsekwen merujuk segala tindakannya kepada Al-Quran dan Hadis.
Sebagaimana sabda beliau :
: َك ْي َف َتْق ِض ى؟ َفَق اَل: َعْن ُمَعاٍذ َاَّن َرُسْو َل اِهلل ص َبَعَث ُمَع اًذا ِاىَل ْالَيَم ِن َفَق اَل
ِل ِب ِة َف ِاْن ُك ىِف ِك ِب ِهلل. َق اَل.َاْقِض ى َمِبا ىِف ِكَت اِب اِهلل
َف ُس َّن َرُس ْو: َت ا ا ؟ َق اَل ْمَل َي ْن
َاَحْلْم ُد: َقاَل. َاْج َتِه ُد َر ْأىِي: َفِاْن ْمَل َيُك ْن ىِف ُس َّنِة َرُسْو ِل اِهلل ص؟ َقاَل: َقاَل.اِهلل
Berarti termasuk pula suri tauladan dalam hal mendidik. Kedua, zaman
Rasulullah adalah zaman yang telah berhasil melahirkan generasi yang memiliki
keunggulan di bidang moral, sikap keagamaan, kepribadian, intelektual, dan
sosial. Ketiga, Rasulullah diakui di dalam al-Quran sebagai pendidik, di dalam
Hadisnya, beliau menyatakan bahwa kehadirannya di muka bumi ini adalah untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia. Pembentukan ahklak mulia itu selanjutnya
menjadi tujuan dan jiwa pendidikan Islam.9
Berdasarkan pada deskripsi dalam latar belakang di atas, maka penulis
memberi judul Penelitian tentang ”Kompetensi Pedagogik Guru Dalam
Perspektif Hadits”.
Dengan demikian Penelitian ini akan meneliti tentang Kompetensi Pedagogik
Guru dalam Prepektif Hadis. Mengingat begitu besar pengaruh kompetensi
pedagogik guru dalam proses pembelajaran dan mengingat bahwa Hadis adalah
sebagai salah satu dari pedoman hidup, yang dapat dijadikan rujukan bagi
perbaikan pendidikan atau pengajaran.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi masalah
sebagai berikut:
1. Rendahnya kompetensi pedagogik guru dalam proses belajar mengajar.
2. Kurangnya keterampilan memberikan motivasi dalam proses belajar
mengajar.
3. Kurangnya pemahaman guru mengenai kompetensi pedagogik.
4. Kurangnya pemberdayaan Hadis sebagai salah satu landasan dalam proses
pembelajaran.
9
Abuddin Nata, Pendidikan dalam Persfektif Hadis, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005),
h. 13-22
9
10
Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya,1989), hal. 3
11
Nana Syodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Program
Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia dan PT. Remaja Rosydakarya, 2005), hal. 60
11
nantinya akan dijadikan sebagai data utama dalam Penelitian ini, yang
selanjutnya akan dianalisis.
3. Prosedur Penelitian
Adapun prosedur Penelitian yang akan penulis lakukan dalam
skripsi ini adalah sebagai berikut:
a. Pengumpulan data. Data atau Hadis yang berkaitan dengan kompetensi
Hadis dari kitab Shahih Muslim yang berdekatan maknanya dengan
Ta’lim. Setelah itu kita bisa memilah-milah Hadis yang dipandang perlu
dan cocok dengan tema. Setelah kita memilah-milah Hadis, langkah
selanjutnya yang perlu kita lakukan adalah menganalisis Hadis-hadis
tersebut. Dari hasil analisis inilah akan dapat membangun perspektif
Hadis yang berkaitan dengan kompetensi guru.
b. Pengolahan data, yaitu penyeleksian Hadis. Yang mana pada tahapan ini
hanya akan memilih Hadis yang berkaitan dengan pembahasan
Penelitian. Dalam hal ini penulis hanya menampilkan tiga buah Hadis
yang berkaitan dengan tema penulis yaitu kompetensi guru, Alasannya
adalah pertama, karena tiga buah Hadis tersebut dipandang lebih terkait
dengan tema dan kedua, karena keterbatasan penulis.
c. Analisa data, proses ini terdiri atas:
1) Menerjemahkan Hadis-hadis ke dalam Bahasa Indonesia
2) Mengulas isi Hadis, dengan menganalisa Hadis dari segi matan dan
kemudian mengaitkan dengan perspektif pendidikan.
Kesemua Hadis yang telah ditemukan, nantinya akan dijadikan sebagai data
utama dalam Penelitian ini, yang selanjutnya dianalisis, yaitu penulis akan
menganalisis makna Hadis yang ada dengan cara terbatas dengan
menggunakan wacana pendidikan modern sebagai komparasi dan
penajaman pembahasan.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penyelesaian dari Penelitian ini, maka penulis
menyusun sistematika penulisan sebagai berikut :
12
BAB II
KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU
A. Guru
1. Pengertian Guru
13
12
Frista Art Manda, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jombang: Lintas Media, 1998 )
h. 377.
13
Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas Sebagai Lembaga
Pendidikan (Jakarta: PT Gunung Agung, 1989), h.123.
14
Ibid., h.123.
15
Pupuh Fathurrahman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar; Melalui
Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islam, (Bandung : PT Rifka Aditama, 2007) h.43.
16
Ibid.
17
Departemen Agama RI Dirjen Pendidikan Islam, op.cit., h.2.
14
18
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis,
(Jakarta : Ciputat Press, 2005), h.41.
19
E. Mulyasa, op.cit., h. 59
15
20
Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,
(Jakarta : Kencana, 2008), h. 14
21
E. Mulyasa, op.cit., h. 55-56
22
Wina Sanjaya, op.cit., h. 14
16
23
Departemen Agama RI Dirjen Pendidikan Islam, op.cit., h. 5
24
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Jakarta: Remaja Rosda Karya, 1997), h.
7
25
Moh. Uzer Usman, op.cit., h.7
17
ِخ َد اِش اْل ْغ َد اِدُّي َّد َنا َّم د ِز َد اْل اِس ِط
ُّي َح َث َحُم ْبُن َي ْي َو َب َح َّد َثَنا ْحَمُم ْو ُد ْبُن
ِد ِثٍرْي ِء ِص
َق َم َر ُج ٌل: َح َّد َثَنا َعا ُم ْبُن َر َج ا ْبِن َح ْيَو َة َعْن َقْيِس ْبِن َك َق اَل
ٍم َن اْلَم ِد ْيَن ِة َعَلى َأيِب الَّد ْر َداِء َو ُه َو ِبِد َم ْش َق َفَق اَل َم ا َأْق َد َم َك َي ا َأِخ ْي ؟
َفَق اَل َح ِد ْيٌث َبَلَغ َأَّن َك َحُتِّد ُث ُه َعْن َرُس ْو ِل اِهلل َص َّلى اُهلل َعَلْي ِه َو َس َّل
َم ْيِن
َقاَل َأَّم ا ِج ْئَت َحِلاَج ٍة ؟ َقاَل اَل َقاَل َأَّم ا َقِد ْمَت ِلِتَج اَر ٍة ؟ َقاَل اَل َقاَل َم ا
ِهلل ِمَس ِد ِث ِج
ْئَت ِإاَّل يِف َطَلِب َه َذ ا اَحْل ْي ؟ َقاَل َفِإْيِّن ْعُت َرُسْو َل ا َص َّلى اُهلل
َعَلْيِه َو َس َّلَم َيُقْو ُل َمْن َس َلَك َطِر ْيًق ا َيْبَتِغْي ِفْي ِه ِعْلًم ا َس َّه َل اُهلل َلُه َطِر ْيًق ا
ا َعْل ا َّنِإىَل ا َّن ِة ِإَّن اْل اَل ِئَك َة َلَتَض َأْج ِن َه ا ِر َض ا ِلَط اَلِب اْلِعْلِم ِإ
َمِل َو ًء ُع َح َت َجْل َو َم
29
E. Mulyasa, op.cit., h. 18
19
Dari Qais bin Katsir berkata seorang laki-laki datang dari kota Madinah
kepada Abu Darda di Damaskus, lalu Abu Darda bertanya: “Apa yang
menyebabkanmu datang wahai saudaraku”? Lalu ia berkata: “Telah
datang kabar bahwasanya engkau menceritakan Hadis dari Rasulullah
SAW,” Abu Darda bertanya lagi, “Apakah engkau datang untuk
berdagang?” ia menjawab “Tidak”. Lalu ia menjawab “Aku tidak datang
kecuali untuk mencari Hadis ini”. Abu Darda berkata “Sesungguhnya aku
mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang menempuh
jalan untuk menuntut ilmu, maka malaikat akan membentangkan sayap-
sayapnya karena ridho kepada para penuntut ilmu dan sesungguhnya
para penuntut ilmu akan dimintakan ampunan oleh semua yang dilangit
dan dibumi hingga ikan dilautan dan keutamaan seorang yang berilmu
(pendidik) atau orang yang ahli ibadah seperti hal bulan dan bintang
gemintang sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi. Sesungguhnya
Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, sesungguhnya para Nabi hanya
mewarisi ilmu pengetahuan maka barang siapa mengambilnya maka
ambillah dengan bagian yang besar”. (HR. Tirmidzi)
31
Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka
Setia, 2007), h.96
32
Departemen Agama RI Dirjen Pendidikan Islam, op.cit.,, h. 61
21
34
Sardiman A.M, Interaksi dan Motifasi Belajar-Mengajar, (Jakarta: Kencana, 1998), h.
151-159
35
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, op.cit., h.100-101
36
W.J.S. Purwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1989),
h.518
23
37
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,
(Bandung :Rosdakarya, 2007), h. 229.
38
Moh. Uzer Usman, op.cit., h.14
39
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, ( Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002),
h. 38
24
َح َّد َثَنا فِلْيٌح َح َّد َثَنا ِاْب اِه ْي ْب اْل ْن ِذ ِر: َح َّد َثَنا َحُمَّم ُد ْب ِس َناٍن َق اَل
َر ُم ُن ُم َو ُن
: َعْن َأيِب ُه َر ْيَر َة َق اَل, َح َّد َثَنا ِه اَل ُل ْبُن َعِلي َعْن َعَط اِء ْبِن َيِس ٍرْي: َق اَل
: َج اَءُه َأْع َر اٌّيِب َفَق اَل,َبْيَنَم ا َص َّلى اُهلل َعَلْيِه َو َس َّلَم يِف ْجَمِلٍس َحُيِّد ُث اْلَق ْو َم
َق اَل, َم ىَت الَّس اَعُة ؟ َفَم َض ى َرُس ْو ُل اِهلل َص َّلى اُهلل َعَلْي ِه َو َس َّلَم َحُيِّد ُث
ِم ِمَس
َبْل ْمَل َيْس َم ْع: َو َقاَل َبْع ُض ُه ْم. َع َم ا َقاَل َفَك ِر َه َم ا َقاَل: َبْعُض اْلَق ْو
.} {َاْيَن – َاَر اُه – الَّس اِئُل َعِن الَّس اَعِة: َح ىَّت ِاْذ َقَض ى َح ِد ْيُث ُه َق اَل
{ َف ِاَذا ُض ِّيَعِت اَاْلَم اَن ُة َف اْنَتِظ ِر: َق اَل, َه ا َأَن ا َياَرُس ْو َل اِهلل: َق اَل
Dari Abŭ Hurairah r.a, Ia berkata Rasulullah SAW bersabda: pada suatu
hari Nabi SAW berada dalam suatu majelis sedang berbicara dengan
sebuah kaum, datanglah kepada beliau orang badui dan bertanya,
“Kapan kiamat datang” maka Rasulullah meneruskan pembicaraannya.
Maka sebagian kaum berkata, “Beliau mendengar apa yang diucapkan
dan beliau tidak suka apa yang dikatakannya.” Sebagian lagi berkata,
“Beliau tidak mendengarnya.” Setelah Beliau selesai dari
pembicaraannya beliau berkata: “Dimana orang yang bertanya tentang
kiamat?.” “Saya ya Rasulullah.” Beliau bersabda: “Jika urusan
diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka nantikanlah saat
kehancurannya.” (H.R. Bukhari)
43
Imam Bukhari, Shahih Bukhari, (Semarang:Toha Putra,t.t.), Jilid I, h.30
26
2. Landasan Negara
Profesi mengajar yang merupakan kewajiban tersebut, hanya
dibebankan kepada setiap orang yang berpengetahuan. Profesi mengajar
harus didasarkan pada kompetensi dengan kualifikasi akademik tertentu.
Mengajar, bagi seseorang yang tidak professional akan berbuah dosa.
Disinilah perlunya memperhatikan aspek kompetensi dalam
menjalankan tugas mengajar sebagaimana yang ditentukan oleh UU Guru
dan Dosen. Kompetensi dan kualifikasi ini secara khusus disebutkan dalam
Bab VIII pasal 8 “Guru dan dosen sebagai pendidik professional di bidang
pembelajaran wajib memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi
sebagai agen pembelajaran dan transfer ilmu pengetahuan (transfer of
knowledge), sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan”.45
Dengan demikian jelas bahwa kompetensi merupakan hal yang
sangat urgen Islam, dengan adanya Hadis Nabi yang mendorong
kepemilikan kompetensi, hal ini disebabkan karena begitu besar tugas dan
tanggung jawab guru dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
44
Asroruniam Sholeh, Membangun Profesinalitas Guru (Jakarta:Grafindo,1998), h. 135
45
Departemen Agama RI Direktorat Pendidikan Agama Islam, op.cit., h. 59
27
46
Pupuh Fathurrahman dan M. Sobry Sutikno, op.cit., h.45
47
Departemen Agama RI Direktorat Pendidikan Agama Islam, op.cit., h. 131.
48
E. Mulyasa, op.cit., h.75
49
Ibid.,, h. 117.
28
52
Pupuh Faturohman dan M. Sobry Sutikno, op.cit., h. 60
53
Nana Syodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung:
Remaja Rosda Karya, 2005), h. 193
30
55
Mohammad Asrori, Psikologi Pembelajaran, (Bandung: CV Wahana Prima, 2009), h.
58
56
Sri Esti Wuryani Wulan Djiwandono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Grasido, 2006),
Cet.3, h.100
57
Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: CV Wahana Prima, 2009),
h. 115
58
Ibid., h.129
32
59
Ibid., h.128
60
Muhammad Surya, Landasan dan Asas Pendidikan, (Jakarta: Prenada, 1998), h. 34
33
2) Landasan Psikologis
Dalam pergaulan dan komunikasi pendidikan, pendidik harus
memahami betul tentang kejiwaan atau psikologis anak. Dalam
pergaulan dan komunikasi pendidikan tentunya disesuaikan dengan
masa didik anak tersebut, jangan sampai disamaratakan.61
3) Landasan Kultural
Praktik pendidikan harus disesuaikan dengan kultur bangsa atau
budaya bangsa. Dengan demikian, kebudayaan bangsa dapat terus
dikembangkan sesuai dengan kemajuan zaman, sehingga anak didik
menjadi pewaris dan penerus kebudayaan bangsa yang sesuai dengan
zamannya. Pengembangan kebudayaan dalam pendidikan harus tetap
bepegang pada budaya bangs sendiri, seperti sesuai dengan ungkapan
think globaly but act locally.62
Landasan pendidikan dalam kontek Islam, adalah al-Qur’an dan
al-Hadis Nabi Muhammad SAW Yang dapat dikembangkan dengan
Ijtihad, al-Maslahah al-Mursalah, Istihsan, Qiyas, dan sebagainya.63
b. Menerapkan teori belajar dan pembelajaran
Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori-
teori belajar, yaitu:
1) Teori belajar Behaviorisme
Teori Behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh
Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang
tampak sebagai hasil belajar. Dengan model hubungan stimulus-
responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang
pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode
pelatihan atau pembisaaan semata. Munculnya perilaku akan semakin
kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai
hukuman.64
61
Ibid., h. 35
62
Ibid., h. 34
63
Zuhairini, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Rosda karya, 1998), h. 24
64
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Rineka Cipta, 1998) h. 115
34
65
Ibid., h. 117
66
Ibid., h. 119
67
Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,
op.cit., h.99
68
Abudin Nata, op.cit., h. 206
35
69
Wina Sanjaya, op.cit., h.103-104
70
Ibid., h.105-107
71
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis: Sebuah Model Pelibatan
Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan,( Jakarta: Prenada Media, 2004) h. 134
36
72
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, op.cit., h. 100
73
Dede Rosyada, op.cit., h. 126
37
74
Abd. Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung:Rosdakarya,2005), h.165-168
75
Kunandar, op.cit., h.347
76
Ibid., h.287
38
81
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Bandung:Rosakarya,1998),
h.5
82
Sardiman A.M, Op.cit., h. 167
41
83
Muhibbin Syah, Op.cit., h.174
84
Kunandar, Op.cit., h.240.
85
E. Mulyasa, Op.cit., h.113
42
BAB III
ANALISIS HADIS TENTANG KOMPETENSI
PEDAGOGIK GURU
َح َّد َثَنا َأُبو َبْك ِر ْبُن َأىِب َش ْيَبَة َو َأُبو ُك َر ْيٍب َو ِإْس َح اُق ْبُن ِإْبَر اِه يَم ِمَج يًع ا َعْن َو ِكيٍع
ِإ ِك
َعْن َزَك ِر َّي اَء ْبِن ْس َح اَق َق اَل َح َّد َثىِن ْحَيىَي ْبُن- َق اَل َأُب و َبْك ٍر َح َّد َثَنا َو يٌع-
َق اَل َأُبو- َعْب ِد الَّل ِه ْبِن َص ْيِف ٍّى َعْن َأىِب َم ْع َب ٍد َعِن اْبِن َعَّب اٍس َعْن ُمَع اِذ ْبِن َجَب ٍل
صلى اهلل- َقاَل َبَعَثىِن َرُس وُل الَّلِه- َبْك ٍر ُر َمَّبا َقاَل َو ِكيٌع َعِن اْبِن َعَّباٍس َأَّن ُمَعاًذا
َفاْد ُعُه ْم ِإىَل َش َه اَدِة َأْن َال. َقاَل « ِإَّنَك َتْأِتى َقْو ًم ا ِم ْن َأْه ِل اْلِكَتاِب-عليه وسلم
ِل ِل ِل ِه
ِإَل َه ِإَّال الَّل ُه َو َأىِّن َرُس وُل الَّل َف ِإْن ُه ْم َأَط اُعوا َذ َك َف َأْع ْمُه ْم َأَّن الَّل َه اْفَتَر َض
ِل ِل ِل ٍم ٍة ٍت
َعَلْيِه ْم ْمَخَس َص َلَو ا ىِف ُك ِّل َيْو َو َلْيَل َفِإْن ُه ْم َأَطاُعوا َذ َك َفَأْع ْمُه ْم َأَّن الَّل َه
اْفَتَر َض َعَلْيِه ْم َص َدَقًة ُتْؤ َخ ُذ ِم ْن َأْغ ِنَي اِئِه ْم َفُتَر ُّد ىِف ُفَق َر اِئِه ْم َف ِإْن ُه ْم َأَط اُعوا
الَّل ِه ِم ِهِل ِئ ِل ِل
َذ َك َفِإَّي اَك َو َك َر ا َم َأْم َو ا ْم َو اَّت ِق َدْع َو َة اْلَم ْظُل و َفِإَّن ُه َلْيَس َبْيَنَه ا َو َبَنْي
87
)ِح َج اٌب (رواه مسلم
Dari Mu’adz r.a, berkata: “Rasulullah SAW Mengutusku ke Negeri
Yaman”, sabda beliau, “Engkau akan mendatangi suatu kaum ahli kitab,
ajaklah mereka mengakui (syahadat) bahwa tidak ada Tuhan selain Allah,
dan bahwa aku Rasululah. Jika telah mengetahui yang demikian, maka
ajarkanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan mereka shalat lima
kali sehari semalam. Jika mereka teleah mematuhi yang demikian,
ajarkanlah kepada mereka membayar zakat, diambil dari orang-orang
kaya mereka lalu diberikan kepada orang-orang fakir. Jika mereka telah
mematuhi yang demikian, maka hati-hatilah engkau terhadap harta
mereka yang terbaik. Dan jagalah dirimu dari do’a orang-orang
teraniaya, karena antara dia dengan Allah tidak ada dinding”.(HR.
Muslim, Hadis ke-121)
2. Pemahaman Hadis
Maka ucapan Beliau (engkau akan menghadapi suatu kaum dari
golongan Ahli Kitab) adalah semacam penegasan yang mengandung
wasiat untuk mengundang perhatiannya pada wasiat dimaksud, sebab
mayoritas Ahlul Kitab adalah orang-orang berilmu, maka cara
berkomunikasi dengan mereka tidak seperti berkomunikasi seperti
berkomunikasi dengan orang-orang yang masih jahil dari golongan
penyembah berhala.
87
Imam Abi Husain Muslim ibni Hajjaj bin Muslim al-Qusyairi al-Naisaburi, Shahih
Muslim, (Riyad: Darussalam, 1998), h. 31
44
2. Pemahaman Hadis
94
Firdaus, Metode Pengajaran Rasulullah, (Surabaya: Prenada, 1998), h. 35
95
Imam Abi Husain Muslim ibni Hajjaj bin Muslim al-Qusyairi al-Naisaburi, op.cit., h.
351
48
97
http://guraru.org/guru-berbagi/meniru-lukmanul-hakim-dalam-mendidik-anak/
98
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Rineka Cipta, 1998) h. 125
50
99
Ibid., h.127
100
Roestiah, N.K., Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h.138
101
Akhmad Sudrajat, Model Pembelajaran Langsung, dari:
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/ 20011/01/27model-pembelajaran-langsung/
51
َح َّد َثَنا َعاِص ُم ْبُن الَّنْض ِر الَّتْيِم ُّى َح َّد َثَنا اْلُم ْع َتِم ُر َح َّد َثَنا ُعَبْي ُد الَّل ِه ح َق اَل
ِك ِع ٍد
َو َح َّد َثَنا ُقَتْيَب ُة ْبُن َس ي َح َّد َثَنا َلْيٌث َعِن اْبِن َعْج َالَن َالَمُها َعْن َمُسٍّى
ِد ِل
َو َه َذ ا َح يُث ُقَتْيَب َة َأَّن ُفَق َر اَء- َعْن َأىِب َص ا ٍح َعْن َأىِب ُه َر ْيَر َة
َأ َذ واُلا َق -وسلم عليه اهلل صلى- اْل اِج ِر ي َأ ا وَل الَّل ِه
َب ُل ْه َه َف ُم َه َن َتْو َرُس
َق اُلوا.» َفَق اَل « َو َم ا َذاَك. الُّد ُثوِر ِبالَّد َرَج اِت اْلُعَلى َو الَّنِعيِم اْلُم ِق يِم
ُيَص ُّلوَن َك َم ا ُنَص ِّلى َو َيُص وُموَن َك َم ا َنُص وُم َو َيَتَص َّد ُقوَن َو َال َنَتَص َّد ُق
« َأَفَال-صلى اهلل عليه وسلم- َفَق اَل َرُس وُل الَّل ِه. َو ُيْع ِتُق وَن َو َال ُنْع ِت ُق
ُأَعِّلُم ُك ْم َش ْيًئا ُت ْد ِر ُك وَن ِب ِه َمْن َس َبَق ُك ْم َو َتْس ِبُقوَن ِب ِه َمْن َبْع َد ُك ْم َو َال
َق اُلوا َبَلى َي ا.» َيُك وُن َأَح ٌد َأْفَض َل ِم ْنُك ْم ِإَّال َمْن َص َنَع ِم ْث َل َم ا َص َنْع ُتْم
َقاَل « ُتَس ِّبُح وَن َو ُتَك ِّبُر وَن َو ْحَتَم ُد وَن ُدُبَر ُك ِّل َص َالٍة َثَالًثا.َرُس وَل الَّل ِه
َق ا اْل اِج ِر ي ِإىَل وِل الَّل ِه ِل ِث
َقاَل َأُبو َص ا ٍح َفَر َج َع ُف َر ُء ُم َه َن َرُس.» َو َثَال َني َم َّر ًة
َفَق اُلوا ِمَس َع ِإْخ َو اُنَن ا َأْه ُل اَألْم َو اِل َمِبا َفَعْلَن ا-صلى اهلل عليه وسلم-
102
Roestiah, N.K., Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h.139
53
B. Pemahaman Hadis
Dalam Hadis tersebut dijelaskan bahwa bandingan ganjaran setiap
sedekah yang berupa harta itu sama pahalanya dengan membaca tasbih,
tahmid, takbir dan tahlil serta perintah untuk berbuat baik dan
meninggalkan perkara yang dilarang oleh syari’at itu juga merupakan
sedekah.
Dalam Hadis tersebut Rasulullah memberikan motivasi kepada para
sahabatnya yang miskin, bahwa mereka akan mendapatkan ganjaran
pahala sedekah sama seperti orang-orang kaya yang mampu bersedekah
dengan harta mereka, yaitu dengan membaca tasbih, tahmid, dan takbir
yang dibaca sebanyak 33 kali setiap setelah melakukan shalat. Sebelum
Rasulullah mengajarkan tentang tasbih, tahmid dan takbir yang dibaca
setelah selesai shalat, Rasulullah memberikan motivasi dengan ungkapan:
Maukah kalian ku ajari sesuatu yang dengan itu kalian bisa mengejar orang
yang mendahului kalian dan meninggalkan orang-orang yang di belakang kalian
103
Imam Abi Husain Muslim ibni Hajjaj bin Muslim al-Qusyairi al-Naisaburi, op.cit.,
h.451
54
dan tidak ada orang yang lebih utama dari kalian kecuali yang melakukan hal
yang sama?. Ungkapan ini mendorong para sahabat untuk mengetahui dan
mempelajari apa yang akan disampaikan Rasulullah, kemudian para
sahabat dari kaum kaya yang mampu bersedekahpun mengetahui Hadis
tentang pahala bersedekah dan mereka kemudian mengamalkan apa yang
diajarkan Rasulullah, hal ini merupakan bentuk pengajaran Rasulullah
yang mampu membangkitkan motivasi baik bagi para sahabat dari
golongan miskin dan kaya.
Proses belajar akan berjalan dengan lancar dan mudah apabila
beberapa prinsipnya diterapkan dengan benar. Adapun jika prinsip-prinsip
ini tidak diterapkan, maka terkadang proses pembelajaran tidak pernah
terjadi. Kalau pun terjadi, maka akan berjalan dengan sulit dan lambat.
Kita akan mengetahui beberapa prinsip belajar yang telah diterapkan oleh
Rasulullah SAW ketika ketika beliau mengajari, mengarahkan, dan
membimbing para sahabatnya. Motivasi merupakan sebuah prinsip penting
dari beberapa prinsip belajar.
Manusia, begitu juga dengan hewan, bisaanya tidak akan belajar
kecuali kalau dia merasakan ada masalah yang akhirnya mendorong
dirinya untuk memcahkan masalah tersebut. beberapa eksperimen telah
membuktikan akan pentingnya faktor motivasi dalam proses belajar. Hasil
semua eksperimen menunjukan bahwa belajar akan berjalan dengan lancar
dan efektif ketika ada motivasi yang mendorong seseorang untuk belajar.
Motivasi untuk belajar pada manusia bisa dibangkitkan dengan
memberikan sesuatu yang atraktif, sesuatu yang mengandung unsur
intimidasi, maupun dengan menggunakan cerita.
Dalam proses pembelajaran, motivasi merupakan salah satu aspek
dinamis yang sangat penting. Secara etimologi, motivasi merupakan
“Dorongan yang mendasari dan mempengaruhi setiap usaha serta kegiatan
seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan”.104Dalam kegiatan
belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya
penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang
104
M. Ngalim Purwanto MP., Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1994), h. 104.
55
105
Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2000), h. 73.
106
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008),
Ed. 1, Cet. 3, h. 23.
56
siapa saja yang memperoleh nilai terbaik pada mata pelajaran yang
diajarnya akan diberikan tiga seri buku cerita Hari Porter107
107
Muhammad Asrori, op.cit., h.183
108
Sobri Sutikno, Motivasi Belajar, dari: http://SobriSutikno.wordpress.com/
2011/01/27/motivasi belajar/
57
109
Abdurrahman Abror, Psikologi dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Raja Grafindo, 1998)
h. 95
58
yang kuat akan dapat memompa semangat peserta didik untuk memiliki
keinginan guna mencari dan meneliti apa yang hendak diketahuinya.
Begitupula halnya seorang guru yang bertugas mendidik murid maka
membangkitkan motivasi atau gairah peserta didik merupakan salah satu
faktor terpenting untuk membangkitkan semangat peserta didik dan
membuat pembelajaran lebih efektif. Pemberian motivasi ini dapat
menggunakan imbalan hasil belajar, hadiah, kompetisi, pujian atau dengan
hukuman secara efektif dan tepat guna.
وَح َّد َثَنا َأُبو َبْك ِر ْبُن َأىِب َش ْيَبَة َو ُز َه ْيُر ْبُن َح ْر ٍب ِمَج يًع ا َعِن اْبِن ُعَلَّي َة َق اَل
ُز َه ْيٌر َح َّد َثَنا ِإَمْساِعيُل ْبُن ِإْبَر اِه يَم َعْن َأىِب َح َّي اَن َعْن َأىِب ُز ْر َع َة ْبِن َعْم ِر و
ْبِن َج ِر يٍر َعْن َأىِب ُه َر ْيَر َة َق اَل َك اَن َرُس وُل الَّل ِه -صلى اهلل عليه وسلم-
َيْو ًم ا َب اِر ًز ا ِللَّناِس َفَأَت اُه َر ُج ٌل َفَق اَل َي ا َرُس وَل الَّل ِه َم ا اِإل َمياُن َق اَل « َأْن
ُتْؤ ِم َن ِبالَّل ِه َو َم َالِئَك ِت ِه َو ِكَتاِب ِه َو ِلَق اِئِه َو ُرُس ِلِه َو ُتْؤ ِم َن ِب اْلَبْع ِث اآلِخ ِر ».
َقاَل ا وَل الَّلِه ا اِإل َال َقاَل « اِإل َال َأْن َد الَّل َال ُتْش ِر َك ِبِه
ْس ُم َتْع ُب َه َو َم ْس ُم َي َرُس
َش ْيًئا َو ُتِق يَم الَّص َالَة اْلَم ْك ُتوَبَة َو ُتَؤ ِّدَى الَّز َك اَة اْلَم ْف ُر وَض َة َو َتُص وَم َرَم َض اَن
»َ .قاَل َيا َرُس وَل الَّلِه َم ا اِإل ْح َس اُن َقاَل « َأْن َتْع ُبَد الَّلَه َك َأَّنَك َتَر اُه َفِإَّنَك
ِإْن َال َتَر اُه َفِإَّن ُه َيَر اَك »َ .ق اَل َي ا َر ُس وَل الَّل ِه َم ىَت الَّس اَعُة َق اَل « َم ا
اْلَمْس ُئوُل َعْنَه ا ِب َأْع َلَم ِم َن الَّس اِئِل َو َلِكْن َس ُأَح ِّد ُثَك َعْن َأْش َر اِط َه ا ِإَذا
و ُة ا َف ا ُة ا ْل ا َل َد ِت اَأل ُة َّب ا َف َذ اَك ِم َأْش اِط ا ِإَذا َك اَنِت
ُرُء َس ُحْل َر ُع ْن َر َه َو َم َر َه َو
ِم ِن ىِف ِط ِإ ِم
الَّن اِس َف َذ اَك ْن َأْش َر ا َه ا َو َذا َتَط اَو َل ِر َع اُء اْلَبْه ِم اْلُبْنَي ا َف َذ اَك ْن
َأْش َر اِط َه ا ىِف ْمَخٍس َال َيْع َلُم ُه َّن ِإَّال الَّلُه »َّ .مُث َتَال -صلى اهلل عليه وسلم-
(ِإَّن الَّل َه ِعْن َد ُه ِعْلُم الَّس اَعِة َو ُيَنِّز ُل اْلَغْيَث َو َيْع َلُم َم ا ىِف اَألْر َح اِم َو َم ا
59
ِس
َتْد ِر ى َنْف ٌس َم اَذا َتْك ُب َغًد ا َو َم ا َتْد ِر ى َنْف ٌس ِبَأِّى َأْر ٍض ُمَتوُت ِإَّن الَّل َه
صلى اهلل عليه- َق اَل َّمُث َأْد َبَر الَّر ُج ُل َفَق اَل َر ُس وُل الَّل ِه.» )َعِليٌم َخ ِب ٌري
َفَق اَل. َفَأَخ ُذ وا ِلَيُر ُّدوُه َفَلْم َيَر ْو ا َش ْيًئا.» « ُر ُّدوا َعَلَّى الَّر ُج َل-وسلم
ِل ِج ِرْب َّل ِه
« َه َذ ا يُل َج اَء ُيَعِّلَم الَّن اَس-صلى اهلل عليه وسلم- َرُس وُل ال
110
.» ِد يَنُه ْم
Menceritakan kepada kamiAbu Bakar bin Abi Syaibah dan zuhair bin Harb
dari Ibnu ‘Ulayah bahwasanya Zuhair berkata: menceritakan kepada kami
Ismail ibn Ibrahim, memberitakan kepada kami Abu Hayyan al-Tamimidari
Abi Zar’at dari Abu Hurairah, ia berkata, “Pada suatu hari ketika Nabi
SAW sedang duduk bersama sahabat, tiba-tiba datang seorang laki-laki dan
bertanya, “Apakah iman itu?” jawab Nabi, “Iman adalah percaya kepada
Allah, para malaikat-Nya, dan pertemuan dengan-Nya, para rasul-Nya, dan
percaya pada hari berbangkit dari kubur. Lalu laki-laki itu bertanya
kembali. Apakah Islam itu? Jawab Nabi SAW, “Islam ialah menyembah
kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun,
mendirikan shalat,menunaikan zakat yang difardukan dan berpuasa di
bulan Ramadhan.” Lalu laki-laki itu bertanya lagi, “Apakah Ihsan itu?”
Jawab Nabi SAW, Ihsan ialah menyembah Allah seolah-olah engkau
melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya, ketahuilah bahwa Allah
melihatmu.” Lalu laki-laki itu bertanya lagi: “apakah hari kiamat itu?”
Nabi SAW menjawab , “Orang yang ditanya tidak lebih mengetahui
daripada orang yang bertanya, tetapi saya beritahukan kepadamu beberapa
syarat (tanda-tanda) akan tiba hari kiamat, yaitu jika budak sahaya telah
melahirkan majikannya, dan jika pengembala unta dan ternak lainnya telah
berlomba-lomba membangun gedung-gedung. Dan termasuk dalam lima
macam yang tidak dapat mengetahuinya kecuali Allah, yaitu tersebut dalam
ayat: “sesungguhnya Allah hanya pada sisinya sajalah yang mengetahui
kiamat, dan Dia pula yang menurunkan hujan dan mengetahui apa yang
ada dalam rahim ibu, dan tidak seorang pun yang mengetahui dimanakah ia
110
Imam Abi Husain Muslim ibni Hajjaj bin Muslim al-Qusyairi al-Naisaburi, op.cit.,
h.23
60
111
Samsul Nizar dan Zainal Effendi Hasibuan, Hadis Tarbawi, (Jakarta: Kalam Mulia,
2011), h. 183
61