BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah adalah salah satu organisasi pendidikan yang menjadi wadah untuk
mencapai tujuan pembangunan nasional. Keberhasilan tercapainya tujuan
pendidikan di sekolah tergantung pada sumber daya manusia yang ada di dalam
lembaga pendidikan tersebut yaitu kepala sekolah, guru, siswa, dan tenaga
kependidikan lainnya.
Dalam paradigma baru pendidikan indonesia yang mengutamakan
peningkatan sumber daya manusia agar berkualitas, maka penyelengaraan
pendidikan pada sekolah menjadi suatu proses yang amat mengutamakan
kualitas pendidikannya.1 Kemudian pada era globalisasi seperti saat ini lembaga
pendidikan pun dituntut untuk dapat mengikuti perkembangan zaman.
Guru/pendidik adalah pelaku utama dalam proses peningkatan mutu
pendidikan di Indonesia. Masalah peningkatan mutu di Indonesia merupakan
masalah yang sangat penting sesuai dengan Undang-Undang RI No.20 Tahun
2003 yang berbunyi “ Sistem pendidikan nasional harus menjamin pemerataan
pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efesiensi manajemen
pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan
lokal, nasional maupun global” dari kutipan undang-undang tersebut sangat jelas
bahwa pendidikan harus membawa perubahan bagi peserta didik atau pelajar,
sehingga mereka mampu menghadapi persaingan dan kemajuan baik lokal,
nasional maupun global. Maka kedisiplinan seorang guru harus ditingkatkan
sebagai bentuk profesionalismenya dalam menjalankan tugasnya sebagai
pendidik.2
Ketika proses pendidikan dikelola dengan baik, maka peradaban bangsa
akan menjadi berkembang. Sebaliknya, jika proses pendidikan tidak berjalan
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka pendidikan akan menjadi
sebuah proses yang sia-sia. Sistem pendidikan di Indonesia mengatur dan
1
Dr. Nur Aedi, M.Pd, 2016. Manajemen Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (Yogyakarta:
Gosyen Publishing) h.33
2
Agustinus Hermino, 2014. Kepemimpinan Pendidikan di Era Globalisasi (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar) h.125
24
3
Jerry H. Makawimbang, 2021. Kepemimpinan Pendidikan yang Bermutu (Bandung:
Alfabeta) h.209
4
Soegeng Prijodaminto, 1994. Disiplin Kiat Menuju Sukses (Jakarta: Pradnya Paramita) h.23
24
) َك ُبَر َم ۡق ًتا ِعنَد ٱلَّلِه َأن َتُقوُلوْا َم ا اَل٢( َيٰٓـَأُّيهَا ٱَّلِذيَن َءاَم ُنوْا َمِل َتُقوُلوَن َم ا اَل َتۡف َعُلوَن
)٣( َتۡف َعُلوَن
5
Dr. Iskandar Agung, M.Si, 2014. Mengembangkan Profesionalitas Guru “Upaya
Meningkatkan kompetensi dan Profesionalisme Kinerja Guru” ( Jakarta: Penerbit Bee Media Pustaka)
h.316
6
Dr. Nur Aedi, M.Pd, 2016. Manajemen Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (Yogyakarta:
Gosyen Publishing)h.55
24
Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak
kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan
apa-apa yang tiada kamu kerjakan. (QS. As-Shaf/61:2-3)
Dalam al-Quran surat as-shaf ayat 2-3 dijelaskan bahwa Allah SWT
memberikan peringatan kepada kita untuk selalu menepati apa yang kita janjikan
dan berkata sesuai dengan perbuatan. Ayat ini juga mengajarkan kita untuk
selalu berusaha menyesuaikan dengan apa yang kita yakini, katakan dan
lakukan. Ini juga merupakan implementasi dari iman, yaitu meyakini dengan
hati, ikrar dengan lisan, dan beramal dengan perbuatan. Orang yang mengaku
beriman namun hatinya ingkar maka disebut munafik. Adapun hubungannya
dengan penelitian ini, maka seorang kepala sekolah harus mampu menjadi
panutan serta mampu menjadi contoh.
Pada sisi lain, guru memegang peranan strategis di sekolah, hal tersebut
tentu saja karena guru merupakan pihak yang paling bertanggung jawab atas
sukses tidaknya proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Guru adalah
pihak yang secara langsung melakukan interaksi baik fisik maupun psikis
dengan peserta didik dalam situasi pendidikan dan pembelajaran. Maka dari itu
guru harus memiliki sejumlah kompetensi. Menurut Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen bahwa kompetensi
yang harus dimiliki oleh guru meliputi (1) kompetensi kepribadian, (2)
kompetensi sosial, (3) kompetensi pedagogik, dan (4) kompetensi profesional.7
Terkait dengan kompetensi yang terakhir kepala sekolah sangat berperan
untuk melakukan supervisi dan pembinaan khususnya dalam pelaksanaan
profesional guru di sekolah. Untuk meningkat kedisplinan seorang guru, peran
kepala sekolah sangatlah berpengaruh. Oleh sebab itu, fungsi dan peran kepala
sekolah tersebut harus benar-benar dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Berdasarkan hasil studi penjajakan (entry research) diketahui bahwa
kedisiplinan guru di MTs Al-Kahfi Kota Bekasi masih belum optimal. Oleh
sebab itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan
harapan dapat diperoleh data informasi yang sesungguhnya secara objektif. Oleh
sebab itu, untuk kepentingan penelitian selanjutnya penulis merumuskan sebuah
7
Suryanto dkk . Menjadi Guru yang Profesional ( Jakarta : Esensi, 2013)h.27
24
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat diidentifikasikan
beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Masih ada siswa yang kurang semangat dalam mengikuti pembelajaran
karena guru yang kurang disiplin sehingga kegiatan belajar mengajar
menjadi kurang efektif.
2. Masih terdapat guru yang memiliki tingkat kedisiplinan rendah dalam
menjalankan tugasnya
3. Kurangnya semangat belajar siswa dalam mengikuti beberapa pelajaran
4. Masih ada guru yang masuk dan meninggalkan kelas tidak sesuai waktu
yang telah ditetapkan di sekolah
C. Batasan Masalah
Batasan masalah digunakan untuk menghindari adanya penyimpangan atau
pelebaran pokok masalah agar penelitian lebih terarah dan mempermudah dalam
bahasan sehingga tujuan dari penelitian ini tercapai. Adapun batasan penelitian
ini yaitu berkaitan dengan peran kepala sekolah, strategi yang dilakukan kepala
sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan guru, upaya yang telah dilakukan
kepala sekolah, kedisiplinan guru, hambatan yang dialami kepala sekolah dalam
meningkatkan kedisiplinan kerja guru di MTs Al-Kahfi Kota Bekasi.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, maka penulis
merumuskan masalah yang telah diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah peran kepala sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan kerja
guru di MTs Al-Kahfi Kota Bekasi ?
2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat kepala sekolah dalam
meningkatkan kedisiplinan kerja guru di MTs Al-Kahfi Kota Bekasi ?
24
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang
terlibat baik guru, peserta didik, sekolah, maupun peneliti lain. Selain itu,
peneletian ini memiliki 2 (dua) manfaat utama yaitu:
1. Manfaat Teoritis
a. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan pembaca dapat mengetahui
peran kepala sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan kerja guru di
MTs Al-Kahfi Kota Bekasi.
b. Penelitian ini dapat memberikan informasi serta strategi dalam upaya
meningkatkan kedisiplinan kerja guru yang dilakukan oleh kepala
sekolah di MTs Al-Kahfi Kota Bekasi .
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan perhatian khusus
kepada kepala sekolah serta guru dalam keberhasilan proses belajar
mengajar yang terjadi di MTs Al-Kahfi Kota Bekasi kedepannya.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak,
diantaranya:
a. Bagi Guru
Penelitian ini dapat memberikan informasi serta solusi kepada guru
dalam meningkatkan kualitas kedisiplinan kerjanya dalam menjalani
tugas di MTs Al-Kahfi Kota Bekasi.
24
b. Bagi Sekolah
Penelitian ini dapat memberikan masukan beserta evaluasi terhadap
upaya kepala sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan kerja guru di
MTs Al-Kahfi Kota Bekasi.
c. Bagi Penulis
Penelitian ini dapat digunakan sebagai upaya dalam mengkaji secara
ilmiah mengenai peran kepala sekolah dalam meningkatkan
kedisiplinan kerja guru di MTs Al-Kahfi Kota Bekasi
24
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penyusunan skripsi ini terdiri dari lima Bab, yang setiap Bab
nya dibagi kedalam beberapa sub Bab. Adapun sistematikanya sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Batasan Masalah
D. Rumusan Masalah
E. ujuan dan Manfaat Penelitian
F. Sistematika Penulisan
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
B. Penelitian Terdahulu/Relevan
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
B. Pendekatan Penelitian
C. Sumber Data
D. Teknik Pengumpulan Data
E. Analisis Data
F. Pengecekan Keabsahan Data (Validitas)
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
B. Pembahasan
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
24
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Peran Kepala Sekolah
1. Hakikat Peran Kepala sekolah
Pengertian Kepala Sekolah
Kepala sekolah berasal dari dua kata yaitu kepala dan sekolah. Kata
kepala dapat diartikan ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi atau
sebuah lembaga. Sedangkan sekolah adalah sebuah lembaga dimana
menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran. 8 Wahjosumidjo
mengartikan kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang
diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakannya
proses belajar mengajar atau tempat dimana terjadi interaksi anatara guru
yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.9
Dari definisi lain dikatakan bahwa kepala sekolah merupakan salah satu
kompetensi penting yang bertanggung jawab atas manajemen pendidikan
secara mikro yang secara langsung berkaitan dengan proses pembelajaran di
sekolah, seperti yang dikutip oleh Mulyasa bahwa “Erat hubungannya antara
mutu kepala sekolah dengan berbagai aspek kehidupan sekolah seperti
disiplin sekolah, iklim, budaya sekolah, dan menurunnya perilaku nakal
peserta didik.”10
Dapat diambil kesimpulan bahwa kepala sekolah adalah seorang guru
fungsional yang diberi tugas untuk memimpin dan mengarahkan suatu
lembaga pendidikan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar antara
guru dan peserta didik dalam usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
8
ahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya,
(Jakarta : Rajawali Press, 2002), h.83
9
Chairul Azuar, dkk, Manajemen Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Fungsi Guru di SMA
Muhammadiyah 2 Medan, Jurnal Edu Religia, Vol. 1 No.2 April-Juni 2017
10
Enco Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional,(Bandung Remaja Rosdakarya,2007),
h.24-25
24
11
J.S Badudu dan Sutan Mohammad Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta :
Pustaka Sinar Harapan, 1996)h.1037
12
Koentjaraningrat, Manusia dalam Budaya, (Jakarta : Bina Aksara, 2001), h.34
13
Djafry, Novianty. Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Yogyakarta: Deepublish
Publisher, 2016)
24
2) Perilaku Pemimpin
Selain visi, karakteristik merupakan aspek yang sangat
mempengaruhi keberhasilan suatu kepemimpinan kepala sekolah. Sikap
kepala sekolah dalam kesehariannya akan menjadi panutan dan sumber
14
Aan K, Cepi, Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif, (Jakrata: Bumi Aksara,
2010),h. 75.
15
Marshall s, Molly G,S, Prinsip-prinsip kepemimpinan, (Jakarta: Erlangga,2011), h.96
24
inspirasi bagi guru dan staf di sekolah. Maka dari itu, seorang kepala
sekolah dalam kesehariannya harus selalu berusaha memperhatikan dan
mempraktikkan delapan fungsi kepemimpinan dalam kehidupan di
sekolah.16
Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dan
keberlangsungan suatu organisasi adalah kuat tidaknya
kepemimpipinan, keberasilan dan kegagalan suatu organisasi yang
ditentukan oleh pengaruh pemimpinnya dalam menentukan arah yang
ingin ditempuh untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai
Dari definisi lain dikatakan bahwa kepala sekolah merupakan salah satu
kompetensi penting yang bertanggung jawab atas manajemen pendidikan
secara mikro, yang secara langsung yang berkaitan dengan proses
pembelajaran di sekolah, seperti yang dikutip oleh Mulyasa bahwa “Kepala
sekolah sebagai pendidik, manajer, sebagai administrator dengan mengelola
kurikulum, siswa, peronalia, sarana prasarana, kearsipan, dan keuangan,
sebagai supervisor, sebagai leader, sebagai innovator dan sebagai
motivator.”17
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah
adalah seorang yang memimpin di sekolah dengan melaksanakan tugas
mengelola kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, supervisi,
monitoring dan warga sekolah.
Adapun tugas dan fungsi kepala sekolah dan sekaligus sebagai indikator
dalam penelitian ini menurut Jamal Ma’mur adalah sebagai berikut:18
16
Sudarwan Danim, Suparno, Manajemen dan Kepemimpinan Tranformasional
Kekepalasekolahan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,2009), h.134
17
Enco Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional,(Bandung Remaja
Rosdakarya,2013).h.29
18
Jamal Ma’mur Asmani, Tips Menjadi Kepala Sekolah Profesional,Yogyakarta: Diva
Press,2012), h.33
24
19
Mulyasa, E., Menjadi Kepala Sekolah Profesional. (Bandung: Remaha Rodaskarya, 2013),
h.32
20
Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012),
h.98
21
Ibid,h.98
22
Ibid,h.124
24
23
Sondang P. Siagian, Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi, (Jakarta: Gunung
Agung,1982),h.22
24
24
Kemendiknas, Panduan Pendidikan karakter, (Jakarta: Kemendiknas,2011)h.7-10
25
Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, h. 98
26
Agus maimun dan Agus Zainul Fitri, Madrasah Unggulan Lembaga Pendidikan Alternatif
di Era Kompetitif, (Malang: UIN Maliki Press, 2010)h.180
24
29
E Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2004), h. 107
24
30
Kemendiknas, Buku Kerja Kepala Sekolah,(Jakarta: Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikkan,
2011)h.49
31
Kusmiati Endang, Hubungan Keterampilan Manajer Kepala Sekolah dengan Kinerja Guru
Sekolah Dasar di Kecamatan Sukomanunggal Kota Surabaya, (Universitas Negeri
Yogyakarta,2010)h.15
32
Kemendiknas, Buku Kerja Kepala Sekolah,(Jakarta: Pusat Pengembangan Tenaga
Kependidikkan,2011)
h.7-10
24
33
Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan kepala sekolah,(Jakarta: Bumi
Aksara,2011)h.99
34
Ibid,h.99
35
Ibid,h.100
24
Tugas pokok kepala sekolah sebagai seorang innovator, dalam Buku Kerja
Kerja Kepala Sekolah yaitu kepala sekolah sebagai innovator harus menjalin
kerja sama dengan pihak lain, menerapkan Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) dalam manajemen sekolah dah melakukan pembaharuan di sekolah.36
37
Agus Maimun dan Agus Zainul Fitri, Madrasah Unggulan lembaga Pendidikan Alternatif
di Era Kompetitif, (Malang : UIN Maliki Press, 2010), h. 180
24
40
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan anak Didik Dalam Interaksi Edukatif,(Jakarta: RIneka
Cipta,2010) h.31
41
Drajat, Etika Profesi Guru, (Bandung: Alfabeta, 2014), h.47
42
H. Wukir, Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi Sekolah, (Yogyakarta:
Multi Pressindo, 2013)h.92
43
Ibid, h. 92
24
sendiri. Ada beberapa manfaat yang akan didapatkan oleh seseorang dari
kedisiplinan yang ia terapkan, antara lain:
a. Ia akan menjadi pribadi yang hidupnya teratur
b. Menjadi pribadi yang bisa mengendalikan dirinya
c. Akan menjadi pribadi yang dapat menghargai orang lain
d. Menjadi pribadi yang memiliki sifat rela berkorban
e. Menjadi pribadi yang tidak suka mementingkan urusannya sendiri
(egois)
f. Akan menjadi pribadi yang dapat menilai mana yang baik dan mana
yang buruk bagi dirinya sendiri maupun orang lain.44
44
Wiyani, Novan Ardy, Etika Profesi Keguruan, (Yogyakarta: Gava Media, 2015),h.38
45
Sukarman. Studi Tentang Kedisiplinan Pegawai Tata Usaha di SMK Negeri 1 Makasssar.
(Makassar: Skripsi FIS UNM,2012)h.15
24
B. Penelitian Terdahulu/Relevan
Berhubungan dengan penelitian ini, peneliti menemukan beberapa
penelitian yang relevan tentang peran kepala sekolah dan kedisiplinan kerja
guru yang ada di suatu lembaga pendidikan. Kepala sekolah harus mampu
menanamkan dan meningkatkan kedisiplinan semua tenaga
kependidikannya. Beberapa penelitian yang terkai dengan kedisiplinan kerja
guru telah ditelaah sebagai berikut :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Arifah Ahsanti tentang strategi
kepala sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan guru siswa di SMP
Muhammadiyah 17 Prambanan Klaten. Dalam penelitian ini
menunjukkan bahwasanya kedisiplinan guru di SMP Muhammadiyah 17
Prambanan Klaten memiliki tingkat yang berbeda. Untuk kedisiplinan
guru terkait dengan kehadiran masih ada beberapa guru yang terlambat,
seangkan untuk kedisiplinan tanggung jawab guru sudah mencerminkan
sikap disiplin, akan tetapi untuk disiplin siswanya masih terbilang sangat
48
Edy Sutrisno, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Kencana Pradana Media
Group, 2010)h.58
24
rendah. Maka dalam hal ini kepala sekolah memiliki strategi untuk
mendisiplinkan siswa dengan cara memberikan teguran, memberikan
sanksi, memotivasi siswa, dan pemanggilan wali murid. 49 Sedangkan
strategi untuk meningkatkan sikap disiplin terhadap guru adalah dengan
memberikan teladan mengenai sikap disiplin, teguran, melakukan
evaluasi berupa kritik saran, serta motivasi dan melakukan penilaian
kinerja guru.50
52
Vivi Rusmawati,’ Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Upaya Meningkatkan
Disiplin Kerja Guru pada SDN 018 Balikpapan’, e-Journal Administrasi Negara 1 no.2 (2013)h. 408
64
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang memerlukan
analisis data berupa angka untuk mengukur kebenaran mengenai yang
ingin diketahui, maka jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif ini dapat dipandang sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.53
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yaitu
penelitian yang dilakukan di suatu tempat yang dipilih sebagai lokasi
dan objektif penelitian.54 Uraian tersebut dapat disimpulkan penelitian
lapangan yaitu mengali data dari lapangan untuk kemudian dicermati dan
disimpulkan secara jelas.
B. Pendekatan Penelitian
Sifat penelitian ini adalah deskriptif, yaitu penelitian yang berusaha
mengungkap keadaan yang terjadi di lapangan secara alamiah. Hal ini
sejalan pendapat lain, bahwa penelitian deskriptif bertujuan membuat
deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis faktual dan akurat
mengenai fakta, sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.55
Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitan yang ditunjukkan
untuk mendiskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena
alamiah maupun fenomena bantuan manusia. Fenomena dapat berupa
bentuk, Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa penelitian
kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini bermaksud untuk
memahami fenomena tentang yang dialami oleh subjek penelitian, yaitu
perilaku subjek, hubungan sosial subjek, tindakan subjek, dan lain-lain
53
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1999), h.3
54
Abdurrahmat Fathoni, Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi,
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), h. 96.
55
Muhammad Nazir, Metode penelitian, Cet Ke -7, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
2009),h.54
64
secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata pada
suatu konteks khusus yang alamiah. Tujuan penelitian deskriptif ini adalah
untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis,
faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat- sifat serta hubungan antar
fenomena yang disedilikidan terperinci membuat perbandingan atau
evaluasi, serta mengkaji lebih mendalam tentang peran kepala sekolah
dalam peningkatan kinerja guru di MTs Al-Kahfi Kota Bekasi.
C. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini merupakan subyek dari mana data
dapat diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara
dalam pengumpulan data, maka sumber data disebut responden, yaitu
orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, 56
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting alamiah
(natural setting), pada laboratorium dengan metode eksperimen,
dirumah dengan berbagai responden, pada suatu seminar, diskusi dijalan
dan lain-lain berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari
settingnya, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah.
Sumber data utama penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan,
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumentasi dan lain-lain.
Sumber data dalam penelitian ini adalah subyek dari mana data diperoleh.
Dalam penelitian ini sumber datanya disebut responden yaitu orang yang
merespon atau menjawab pertanyaan peneliti baik pertanyaan tertulis
maupun lisan.
Sedangkan informan adalah objek penting dalam sebuah penelitian.
Informan adalah orang-orang dalam latar penelitian yang dimanfaatkan
untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.
Untuk mendapatkan hasil atau inti dari sebuah penelitian dibutuhkan,
informan tersebut kepala sekolah dan guru Madrasah Tsanawiyah.
56
Suharsimi Arikunto,prosedur penelitian suatu pendekatan praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), h.107
64
57
Sanafiah Faisal, Penelitian Kualitatif: Dasar-dasar dan Aplikasi, (Malang: YA3, 1990),
h. 59-60
58
Lexy J.Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2018),h.38
64
59
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B (Cet. Ke-XV; Bandung
Alfabeta, 2012)h.224
64
a. Observasi
Sutrisno Hadi mengemukakan bahwa, “Observasi merupakan
suatu yang kompleks, suatu yang tersusun dari berbagai biologis dan
psikologis. Dua yang terpenting adalah pengamatan dan ingatan.”60
Peneliti berperan sebagai pengamat, sehingga dalam melakukan
observasi peneliti hanya mengamati suatu objek atau kegiatan tanpa
ikut secara aktif dalam kegiatan tersebut.61 Observasi dilakukan secara
langsung di sekolah.
Observasi (observasi) atau pengamatan merupakan suatu teknik
atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan
terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Observasi dapat
dilakukan secara partisipatif ataupun non partisipatif.
Observasi partisipatif (participatory observation) pengamat
ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung, pengamat ikut
sebagai peserta rapat atau peserta pelatihan. Dalam observasi non
partisipatif pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan, dia hanya
berperan mengamati kegiatan, tidak ikut dalam kegiatan.
Pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan
pengamatan langsung adalah cara pengambilan data dengan
menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk
keperluan tersebut.
Metode observasi merupakan metode pengumpulan data dengan
pengamatan dan pencatatan. Dalam hal ini, observasi biasa diartikan
sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-
fenomena yang diselidiki.62
Tehnik observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik observasi non partisipan atau partisipasi pasif dan teknik
observasi terbuka. Yang dimaksud dengan teknik observasi non
60
Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan, (Bandung:
PT Refika Adimata, 2012), h. 203
61
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan,
(Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri, 2014), Cet. ke 1, h. 389
62
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), h,
187
64
b. Wawancara
Menurut Salim dan Syahrum memaparkan bahwa “Wawancara
merupakan kegiatan tanya jawab yang dilakukan oleh dua orang atau
lebih, orang yang menyakan pertanyaan disebut pewawancara dan
orang yang member jawaban disebut dengan narasumber.”63
Ada dua teknik dalam wawancara yaitu wawancara terstruktur
dan tidak terstruktur:
1) Wawancara Terstruktur
Ajat Rukajat mendefinisikan bahwa, “Wawancara terstruktur
merupakan teknik wawancara yang telah menyiapkan pertanyaan
terlebih dahulu yang sesuai dengan permasalahan penelitian.”64
2) Wawancara Tidak Terstruktur
Umrati Hengki Wijaya mengatakan, “Pada wawancara tidak
terstruktur peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang
telah tersusun dengan sistematis, melaikan pedoman wawancara
sesuai garis besar permasalahan kemudian pertanyaan selanjutnya
akan mengalir tanpa diketahui sebelumnya oleh peneliti.”65
63
Salim dan Syahrum, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Cita Pustaka Media,
2012), Cet. ke 5, h. 120
64
Aja Rukajat, Pendekatan Penelitian Kualitatif (Qualitative Research Approach),
(Yogyakarta: CV Budi Utama, 2018), Cet. ke 1, h. 23
64
c. Dokumentasi
Menurut Imam Gunawan, “Dokumentasi adalah setiap proses
pembuktian yang didasarkan atas jenis sumber apapun, baik itu yang
bersifat tulisan, gambar, atau arkeologis.”66 Sedangkan Etta Mamang
Sangadji menjelaskan bahwa, “Dokumentasi adalah teknik yang
digunakan untuk membuktikan data yang didapatkan dari
narasumber dan dari hasil wawancara atau observasi dan rekaman
wawancara atau observasi adalah benar.”67
d. Adapun dokumentasi yang digali dalam penelitian ini yaitu
mengumpulkan data-data mengenai MTs Al-Kahfi Kota Bekasi
melalui profil sekolah, sejarah berdirinya, visi-misi, data guru dan
peserta didik, sarana prasarana, serta foto-foto yang dilakukan saat
penelitian berlangsung. Dengan metode ini, terciptalah data asli
tentang gambaran nyata di MTs Al-Kahfi Kota Bekasidan sebagai
data pendukung dari hasil wawancara.
E. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan
65
Umrati Hengki Wijaya, Analisis Data Kualitatif Teori Konsep dalam Penelitian
Pendidikan, (Makassar: Sekolah Tinggi Theologia Jaffray, 2020), h. 80
66
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014), h. 175
67
Etta Mamang Sangadji, Sopiah, Metodologi Penelitian-Pendekatan Praktis Dalam
Penelitian, (Yogyakarta: Andi Offset, 2010), h. 302
64
1. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan
membuang yang tidak perlu.
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting saja, dicari tema dan dan
polanya dan membuang yang tidak perlu.” Data yang diperoleh dari
lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu di catat
secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, semakin lama
peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak,
kompleks dan rumit.Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data
melalui reduksi data.
64
2. Penyajian Data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisiplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori dan sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk
penyajian data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang
bersifat naratif. Dengan mendisiplaykan data, maka akan memudahkan
untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya,
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.68
Setelah data direduksi, selanjutnya dalam menganalisis data adalah
dengan menyajikan data.“Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sebagainya.”69
Sehingga menyajikan data, memudahkan untuk memahami yang
terjadi, kemudian merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan yang
dipahami penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.
Pada penelitian ini data yang telah terorganisir telah disajikan dalam
bentuk deskripsi informasi yang sistematif dalam bentuk narasi dan
tabel.
68
Lexy J. Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Cet.XXXI; Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2013), h.86.
69
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi, (Bandung:
Alfabeta,2011), h.35
64
70
Enzim, Metodologi, Penelitian Kuantitatif dan kualitatif (Jakarta: Rajawali Pers, 2012),
h. 257
71
Lexy J.Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2018),h. 330
64
BAB IV
2. Profil Sekolah
a. Identitas Sekolah
Nama Sekolah : MTs AL-KAHFI
NPSN : 20279659
Jenjang Pendidikan : MTs
Status Sekolah : Swasta
Alamat Sekolah : Jl. Kemang Sari
RT/RW : 003/011
Kode Pos : 17412
Kelurahan : Jatibening Baru
Kecamatan : Pondok Gede
Kabupaten/Kota : Kota Bekasi
64
b. Data Pelengkap
Nomor Rekening : 50060201606068
Nama Bank : BANK BJB SYARIAH
Cabang KCP/Unit : BJB SYARIAH Cabang Bekasi
Rekening Atas Nama : MTS AL-KAHFI
MBS : Ya
Memungut Iuran : Tidak
Nama Wajib Pajak : MTSS AL-KAHFI
NPWP : 656916715447000
c. Kontak Sekolah
Nomor Telepon : -
Email : mtsalkahfijatibening@yahoo.co.id
Website : http:/mtsalkahfibekasi.blogspot.com
d. Data Perodik
Waktu Penyelenggaran : Double Shift/6 hari
Bersedia Menerima BOS? : Ya
Sertifikasi ISO : Belum Bersertifikat
Sumber Listrik : PLN
Daya Listrik (watt) : 69999
Akses Internet : Telkom Astinet
Akses Internet Alternatif : Lainnya (Serat Optik)
Misi :
a. Meningkatkan kualitas dan pelayanan proses belajar
mengajar yang efektif dan efesien.
b. Meningkatkan kegiatan penghayatan dan pengalaman ajaran
islam.
c. Mengembangkan manajemen dan melibatkan partisipasi
seluruh warga madrasah.
d. Menciptakan calon ilmuwan yang beragama dan beraklak.
STRUKTUR ORGANISASI
MTs AL-KAHFI KOTA BEKASI
Dewan Guru
Siswa/Siswi
5. Keadaan Siswa
Siswa merupakan bagian dari komponen yang tidak dapat
dipisahkan dari Madrasah Aliyah karena siswa merupaka salah satu
obyek dalam pendidikan dan menjadi tujuan untuk diberi pendidikan.
Pendidikan tidak mungkin terlaksana tanpa adanya siswai atau peserta
didik sebagai objek yang menerima pendidikan tersebut.
Jumlah siswa Madrasah Tsanawiyah Al-Kahfi sampai dengan tahun
2023 sebanyak 64 siswa. Data selengkapnya disajikan dalam tabel
berikut:
Tabel 1
Data Keadaan Siswa Madrasah Tsanawiyah Al-Kahfi
Tahun Pelajaran 2022/2023
No Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 VII 10 14 24
2 VIII 9 11 20
3 XII 8 10 18
JUMLAH 64
Berikut adalah contoh kegiatan Dinul Islam yang wajib dilakukan oleh
siswa/i MTs Al-Kahfi :
a. Tadarus Al-Qur’an (Membaca Al-Qur’an setiap hari)
b. Tahfidz Al-Qur’an (Menghafal Juz 30)
c. Muhadoroh (Pembinaan mental dan kreatifitas)
d. Sholat Berjama’ah
e. Kaligrafi
f. Marawis
g. Hadroh72
Tabel 2
Data Keadaan Guru Madrasah Tsanawiyah Al-Kahfi
Tahun Pelajaran 2022/2023
Pendidikan
No Nama Jabatan Bid. Stud
Terakhir
1 Kurniadi S.Pd Kepala Sekolah S1 -
2 Ir. Umar Mulyono Ketua Komite S1 Matematika
3 Ahmad Mursyidi Bidang Kurikulum S1 Ekonomi
4 Hafidzuddin S.Ag Wali Kelas VII S1 SKI/Geografi
6 Ahmad Syatiri, S.Ag Wali Kelas VIII S1 Fiqih
7 Luluk Prasetyo S.Ag Wali Kelas IX S1 IPS
8 Kurniadi S.Pd Guru S1 Qurdis
9 Mat Nasir S.Ag Guru S1 B.Arab
72
Hasil wawancara dengan Waka Kurikulum Mts Al-Kahfi Kota Bekasi
64
Tabel 3
Sarana Dan Prasarana Madrasah Tsanawiyah Al-Kahfi
Tahun Pelajaran 2022/2023
No Nama Sarana & Pra Sarana Jumlah Keadaan
1 Luas Tanah 450 M2 Milik Sendiri
2 Ruang Kantor 1 Ruang Baik
3 Ruang Kepala Sekolah 1 Ruang Baik
4 Lemari Kantor 6 Unit Baik
5 Komputer 20 Unit Baik
6 Meja Kantor 6 Unit Baik
7 Rak Buku Kantor 3 Unit Baik
8 Lab Komputer 1 Ruang Baik
9 Ruang Perpustakaan 1 Ruang Baik
10 Ruang Kelas 3 Ruang Baik
11 Meja & Kursi Siswa 58 Unit Baik
12 WC Guru 1 Ruang Baik
13 WC Siswa 1 Ruang Baik
14 Aula Kegiatan 1 Ruang Baik
9. Sistem Keuangan
Sistem manajemen keuangan di Madrasah Tsanawiyah Al-Kahfi
terutama berkenaan dengan kiat sekolah dalam menggali dana, kiat
sekolah dalam mengelolah dana, dan pengelolaan keuangan dikaitkan
dengan program tahunan sekolah, cara mengadministrasikan dana
sekolah, dan cara melakukan pengawasan, sistem penggajian, serta
pemeriksaan.
Sumber keuangan dan tanggung jawab sistem keuangan di
Madrasah Tsanawiyah Al-Kahfi adalah sebagai berikut:
Pihak yang bertanggung jawab terhadap pembiyaan adalah
lembaga penyelenggara Madrasah Tsanawiyah Al-Kahfi yaitu :
Yayasan Perguruan Islam Al-Kahfi .
Peran serta siswa melalui iuran bulana (SPP) serta pemerintah,
masyarakat, dan sumber-sumber lainnya yang tidak mengikat
Inti sistem manajemen keuangan di Madrasah Tsanawiyah Al-
Kahfi adalah pencapaian efesiensi dan efektivitas. Oleh karena itu, di
samping mengupayakan ketersediaan dana yang memadai untuk
64
0
Data hasil wawancara dengan Bapak Husin, S.Pd di Ruang Guru MTs Al-Kahfi Kota
Bekasi pada tanggal 9 Maret 2023
64
0
Data Hasil Wawancara Pak Husin , S.Pd di Ruang Guru MTs Al-Kahfi Kota Bekasi Pada
Tanggal 9 Maret 2023.
64
0
Data Hasil Wawancara Menurut Ibu Neneng Alfiyah, S.Pd di gedung MTs Al-Kahfi Pada
Tanggal 9 Maret 2023 .
64
0
Data Hasil Wawancara, dari Ibu Neneng Alfiyah, S.Pd di gedung MTs Al-Kahfi Kota
Bekasi Pada Tanggal 9 Maret 2023
64
0
Sudarman Danim, Manajemen Kepemimpinan Transfornasional, Kepala Sekolah,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2009). h. 21
64
Analisis dari pemaparan Ibu Ardhia Resti Fauzi, S.Pd di atas dapat
peneliti ketahui bahwa selain motivasi kepala sekolah dalam hal ini,
kerja sama yang baik, memberi keteladanan pada guru, apresiasi bagi
guru yang aktif menjalankan tugas dan tanggung jawab, Tugas utama
yang di miliki guru dalam pembelajaran di MTs Al-Kahfi Kota Bekasi
adalah acuan dasar peneliti yang di gunakan dalam mengkaji lebih
dalam tentang kedisiplinan guru melaksanankan tugas dan tanggung
jawab di MTs Al-Kahfi Kota Bekasi
Pengaruh dari pembinaan perilaku sosial guru juga berdampak
pada rasa tanggug jawab dalam meningkatkan kedisiplinan guru atau
0
Menurut Ibu Ardhia Resti Fauzi, S.Pd pada tanggal 20 Maret 2023 di Ruang kelas MTs
Al-Kahfi
64
Tabel 4.4 Data hasil wawancara dari ibu Ardhia Resti Fauzi, S.Pd di MTs Al-
Kahfi Kota Bekasi
0
Menurut Bapak Ir. Umar Mulyono pada tanggal 20 Maret 2023 di Ruang Guru MTs Al-
Kahfi
64
tertib itu tidak akan berjalan apabila pengurus lembaga tidak tegas dan
juga kesadaran dari guru sebagai panutan di MTs Al-Kahfi Kota Bekasi,
jadi berjalannya tata tertib ini dikarenakan adanya kepalah sekolah yang
tegas dan ramah dalam hal pendekatan kepada guru kesadaran guru
terinspirasi dalam memegang amanah dan tanggung jawab, jadi
penerapan tata tertib terutama dalam hal kedisiplinan guru, karena
sistimnya kerja koletif kolegal itu tidak berat, sehingga tata tertib yang
ada bisa menciptaka kebiasaan sosial dalam membangung tingkat kualitas
sekolah MTs Al-Kahfi.
0
Data Wawancara dari ibu Neneng Alfiyah, S.Pd sdi MTs Al-Kahfi Kota Bekasi pada tanggal 21
Maret 2023
0
Data wawancara dari ibu Nisfal Khoiro, S. Pd. Pada tanggal 21 Februari 2023 di Gedung
MTs Al-Kahfi Kota Bekasi
64
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas yang merupakan perpaduan antara hasil
penelitian teoritas di lapangan yang mengacu pada rumusan masalah skripsi ini
maka penulis memperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah memiliki peran penting
untuk menjalankan tugasnya. Peran kepala sekolah yaitu sebagai educator,
manajer, administrator, supervisor, leader, innovator dan motivator. Peran-
peran tersebut harus dimiliki oleh kepala sekolah untuk membantu
terlaksananya program dan tujuan sekolah.
2. Kedisiplinan guru yang di terapkan di MTs Al-Kahfi Kota Bekasi sudah
terlaksana dengan cukup baik dengan guru yang sudah berusaha hadir
tepat waktu di sekolah, kerja sama yang baik antara guru dengan kepala
sekolah, saling menghargai dan memiliki hubungan sosial yang baik. Ini
semua terlaksana karena adanya rasa tanggung jawab yang diajarkan pada
nilai-nilai moralitas.
3. Deskripsi perilaku sosial guru di MTs Al-Kahfi Kota Bekasi meningkat
tajam dari hari ke hari. Hal ini didukung dengan sistem peraturan yang
berlaku di MTs Al-Kahfi Kota Bekasi. Mulai dari proses belajar mengajar
sehingga kegiatan pengelolaan administrasi lainnya, semua terkendali
dengan baik dan hal ini sangat membantu dalam meningkatkan perilaku
sosial guru di MTs Al-Kahfi Kota Bekasi.
4. Faktor yang mendukung meningkatnya kedisiplinan guru di MTs Al-Kahfi
Kota Bekasi:
a) Peraturan yang ditegaskan dan diterapkan oleh MTs Al-Kahfi Kota
Bekasi sehingga Kedisiplinan guru pun dapat meningkat dan terjaga.
b) Adanya piket guru bagi guru yang tidak memiliki bidang studi jam
mengajar.
c) Ada juga yang datang dari diri guru yang merasa memiliki tanggung
jawab dan amanah.
64
d) Ada juga guru yang ingin mengetahui tingkat rajin dan malasnya
siswa.
e) Karena sudah terjalinnya hubungan yang erat antara kepala sekolah
dan guru.
B. Saran
Setelah melakukan penelitian berupa observasi dan wawancara secara
langsung kepada subjek penelitian, penulis ingin memberikan saran-saran
sebagai harapan yang mungkin bisa membantu dalam peningkatan sekolah dan
juga sebagai pelengkap dalam penyelesaian skripsi ini.
1. Alangkah baiknya kepala sekolah memperhatikan kekurangan dan
kebutuhan guru agar mampu menjadi tumpuan segala kegiatan guru,
sehingga guru dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabanya untuk
mencapai tujuan pendidikan seutuhnya.
2. Guru sebagai tenaga pendidik hendaknya menjadi teladan bagi peserta didik
baik dalam ketekunan, ketepatan waktu maupun akhlak yang baik sebagai
ciri kedisiplinan yang terorganisir dengan baik sehingga ketika terwujud di
masyarakat akan terbiasa.
3. Pembinaan dan pengawasan harus terus dilakukan terhadap seluruh
komponen sekolah demi meningkatkan dan menanamkan kedisiplinan
dalam diri agar terwujud sekolah yang memiliki kualitas pendidik dan
sumber daya manusia yang baik.
64
DAFTAR PUSTAKA