Anda di halaman 1dari 66

24

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah adalah salah satu organisasi pendidikan yang menjadi wadah untuk
mencapai tujuan pembangunan nasional. Keberhasilan tercapainya tujuan
pendidikan di sekolah tergantung pada sumber daya manusia yang ada di dalam
lembaga pendidikan tersebut yaitu kepala sekolah, guru, siswa, dan tenaga
kependidikan lainnya.
Dalam paradigma baru pendidikan indonesia yang mengutamakan
peningkatan sumber daya manusia agar berkualitas, maka penyelengaraan
pendidikan pada sekolah menjadi suatu proses yang amat mengutamakan
kualitas pendidikannya.1 Kemudian pada era globalisasi seperti saat ini lembaga
pendidikan pun dituntut untuk dapat mengikuti perkembangan zaman.
Guru/pendidik adalah pelaku utama dalam proses peningkatan mutu
pendidikan di Indonesia. Masalah peningkatan mutu di Indonesia merupakan
masalah yang sangat penting sesuai dengan Undang-Undang RI No.20 Tahun
2003 yang berbunyi “ Sistem pendidikan nasional harus menjamin pemerataan
pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efesiensi manajemen
pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan
lokal, nasional maupun global” dari kutipan undang-undang tersebut sangat jelas
bahwa pendidikan harus membawa perubahan bagi peserta didik atau pelajar,
sehingga mereka mampu menghadapi persaingan dan kemajuan baik lokal,
nasional maupun global. Maka kedisiplinan seorang guru harus ditingkatkan
sebagai bentuk profesionalismenya dalam menjalankan tugasnya sebagai
pendidik.2
Ketika proses pendidikan dikelola dengan baik, maka peradaban bangsa
akan menjadi berkembang. Sebaliknya, jika proses pendidikan tidak berjalan
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka pendidikan akan menjadi
sebuah proses yang sia-sia. Sistem pendidikan di Indonesia mengatur dan
1
Dr. Nur Aedi, M.Pd, 2016. Manajemen Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (Yogyakarta:
Gosyen Publishing) h.33
2
Agustinus Hermino, 2014. Kepemimpinan Pendidikan di Era Globalisasi (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar) h.125
24

mendefinisikan bahwa tujuan pendidikan adalah mengembangkan dan


membentuk watak serta peradaban bangsa yang bernilai guna mencerdaskan
kehidupan masyarakat.
Salah satu indikator peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah
peningkatan kedisiplinan kerja guru. Kedisiplinan seseorang mencerminkan
sikap dan kepribadian mereka dalam mematuhi peraturan yang telah di tetapkan
disekolah. Kata disiplin dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan dengan
ketaatan atau kepatuhan terhadap peraturan atau tata tertib. Disiplin berasal dari
Bahasa Latin yaitu disciplina yang artinya pengajar dan pelatihan.3
Menurut Soegeng Prijodarminto, S.H. dalam buku “Disiplin Kiat Menuju
Sukses” mengatakan: Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk
melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan,
kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban.4 Maka dari itu kedisiplinan
menjadi salah satu faktor penting dalam keberhasilan pendidik dalam
menjalankan tugasnya di suatu lembaga pendidikan. Kedisiplinan mampu
membuat seseorang menempatkan dirinya dan membedakan hal-hal yang
menjadi kewajibannya.
Peran guru merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam
pendidikan, karena ia bertugas membimbing dan membantu para siswa untuk
memahami dan mengembangkan sendiri materi atau ilmu yang mereka pelajari
di sekolah. Jika seorang guru tidak mempunyai keterampilan dalam mengajar
atau tidak memenuhi syarat untuk menjadi guru, maka siswa akan gagal dalam
mencapai tujuan dari pendidikan.
Salah satu bentuk kedisiplinan seorang guru adalah dengan memenuhi
tanggung jawabnya yaitu mengisi jam mengajar sesuai waktu yang telah di
tetapkan sehingga para peserta didik mendapatkan materi pembelajaran yang
cukup.
Maka dari itu sebagai pemimpin dalam suatu lembaga pendidikan, kepala
sekolah harus selalu menunjukkan komitmen tinggi dan fokus terhadap
pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar di sekolahnya. Kepala

3
Jerry H. Makawimbang, 2021. Kepemimpinan Pendidikan yang Bermutu (Bandung:
Alfabeta) h.209
4
Soegeng Prijodaminto, 1994. Disiplin Kiat Menuju Sukses (Jakarta: Pradnya Paramita) h.23
24

sekolah merupakan pihak yang paling berhubungan dengan pelaksanaan


pembelajaran sehingga layak untuk diketahui bagaimana perannya dalam
memperhatikan, kinerja yang dimiliki oleh gurunya.5
Kepala sekolah bertanggung jawab dalam menjaga dan memotivasi guru,
peserta didik, dan staf administrasi sekolah agar mau dan mampu melaksanakan
ketentuan dan peraturan yang berlaku di sekolah. Upaya yang dapat dilakukan
oleh kepala sekolah adalah dengan cara memberikan contoh seperti datang lebih
awal ke sekolah, menjalin komunikasi yang baik kepada guru dan tenaga
pendidik lainnya, menyempatkan diri pada waktu istirahat untuk berdiskusi atau
memberikan pencerahan, serta semangat agar dapat bekerja dan berusaha
memberikan yang terbaik demi tercapainya tujuan sekolah.
Dalam hal ini sudah jelas bahwa peran seorang kepala sekolah tidak hanya
mengelola sekolah dalam makna statis, melainkan menggerakkan semua potensi
yang berhubungan langsung atau tidak langsung bagi kepentingan proses
pembelajaran siswa.
Bila dicermati hal tersebut menunjukkan bahwa tugas dan fungsi kepala
sekolah tidak sedikit karena dia merupakan orang yang paling berpengaruh
dalam mencapai suatu tujuan lembaga pendidikan yang dipimpinnya. Menurut
Priansa dan Somad bahwa tugas kepala sekolah adalah sebagai “educator,
manager, administrator, supervisor, leader, entrepreuner, dan climate creator
(EMASLEC)”.6
Dari segi kepemimpinan, kepala sekolah harus menjadi suri tauladan yang
baik, memberikan contoh bagi siswa maupun guru. Selain itu, seorang kepala
sekolah perlu memberikan bentuk kepemimpinan yang mengedepankan akhlak
dan menjadi contoh untuk masyarakat di sekolah yang dipimpinnya. Hal ini
sejalan dengan firman Allah swt, dalam QS. Ash-shaf ayat 2-3:

‫) َك ُبَر َم ۡق ًتا ِعنَد ٱلَّلِه َأن َتُقوُلوْا َم ا اَل‬٢( ‫َيٰٓـَأُّيهَا ٱَّلِذيَن َءاَم ُنوْا َمِل َتُقوُلوَن َم ا اَل َتۡف َعُلوَن‬
)٣( ‫َتۡف َعُلوَن‬
5
Dr. Iskandar Agung, M.Si, 2014. Mengembangkan Profesionalitas Guru “Upaya
Meningkatkan kompetensi dan Profesionalisme Kinerja Guru” ( Jakarta: Penerbit Bee Media Pustaka)
h.316
6
Dr. Nur Aedi, M.Pd, 2016. Manajemen Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (Yogyakarta:
Gosyen Publishing)h.55
24

Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak
kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan
apa-apa yang tiada kamu kerjakan. (QS. As-Shaf/61:2-3)
Dalam al-Quran surat as-shaf ayat 2-3 dijelaskan bahwa Allah SWT
memberikan peringatan kepada kita untuk selalu menepati apa yang kita janjikan
dan berkata sesuai dengan perbuatan. Ayat ini juga mengajarkan kita untuk
selalu berusaha menyesuaikan dengan apa yang kita yakini, katakan dan
lakukan. Ini juga merupakan implementasi dari iman, yaitu meyakini dengan
hati, ikrar dengan lisan, dan beramal dengan perbuatan. Orang yang mengaku
beriman namun hatinya ingkar maka disebut munafik. Adapun hubungannya
dengan penelitian ini, maka seorang kepala sekolah harus mampu menjadi
panutan serta mampu menjadi contoh.
Pada sisi lain, guru memegang peranan strategis di sekolah, hal tersebut
tentu saja karena guru merupakan pihak yang paling bertanggung jawab atas
sukses tidaknya proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Guru adalah
pihak yang secara langsung melakukan interaksi baik fisik maupun psikis
dengan peserta didik dalam situasi pendidikan dan pembelajaran. Maka dari itu
guru harus memiliki sejumlah kompetensi. Menurut Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen bahwa kompetensi
yang harus dimiliki oleh guru meliputi (1) kompetensi kepribadian, (2)
kompetensi sosial, (3) kompetensi pedagogik, dan (4) kompetensi profesional.7
Terkait dengan kompetensi yang terakhir kepala sekolah sangat berperan
untuk melakukan supervisi dan pembinaan khususnya dalam pelaksanaan
profesional guru di sekolah. Untuk meningkat kedisplinan seorang guru, peran
kepala sekolah sangatlah berpengaruh. Oleh sebab itu, fungsi dan peran kepala
sekolah tersebut harus benar-benar dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Berdasarkan hasil studi penjajakan (entry research) diketahui bahwa
kedisiplinan guru di MTs Al-Kahfi Kota Bekasi masih belum optimal. Oleh
sebab itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan
harapan dapat diperoleh data informasi yang sesungguhnya secara objektif. Oleh
sebab itu, untuk kepentingan penelitian selanjutnya penulis merumuskan sebuah

7
Suryanto dkk . Menjadi Guru yang Profesional ( Jakarta : Esensi, 2013)h.27
24

judul penelitian yaitu “ Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan


Kedisiplinan Kerja Guru di MTs Al-Kahfi Kota Bekasi”

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat diidentifikasikan
beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Masih ada siswa yang kurang semangat dalam mengikuti pembelajaran
karena guru yang kurang disiplin sehingga kegiatan belajar mengajar
menjadi kurang efektif.
2. Masih terdapat guru yang memiliki tingkat kedisiplinan rendah dalam
menjalankan tugasnya
3. Kurangnya semangat belajar siswa dalam mengikuti beberapa pelajaran
4. Masih ada guru yang masuk dan meninggalkan kelas tidak sesuai waktu
yang telah ditetapkan di sekolah

C. Batasan Masalah
Batasan masalah digunakan untuk menghindari adanya penyimpangan atau
pelebaran pokok masalah agar penelitian lebih terarah dan mempermudah dalam
bahasan sehingga tujuan dari penelitian ini tercapai. Adapun batasan penelitian
ini yaitu berkaitan dengan peran kepala sekolah, strategi yang dilakukan kepala
sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan guru, upaya yang telah dilakukan
kepala sekolah, kedisiplinan guru, hambatan yang dialami kepala sekolah dalam
meningkatkan kedisiplinan kerja guru di MTs Al-Kahfi Kota Bekasi.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, maka penulis
merumuskan masalah yang telah diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah peran kepala sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan kerja
guru di MTs Al-Kahfi Kota Bekasi ?
2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat kepala sekolah dalam
meningkatkan kedisiplinan kerja guru di MTs Al-Kahfi Kota Bekasi ?
24

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian


Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui peran kepala sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan
kerja guru di MTs Al-Kahfi Kota Bekasi
2. Mengetahui strategi yang diupayakan oleh kepala sekolah dalam
meningkatkan kedisiplinan guru di MTs Al-Kahfi Kota Bekasi.
3. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi kepala sekolah dalam
meningkatkan kedisiplinan guru di MTs Al-Kahfi Kota Bekasi.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang
terlibat baik guru, peserta didik, sekolah, maupun peneliti lain. Selain itu,
peneletian ini memiliki 2 (dua) manfaat utama yaitu:

1. Manfaat Teoritis
a. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan pembaca dapat mengetahui
peran kepala sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan kerja guru di
MTs Al-Kahfi Kota Bekasi.
b. Penelitian ini dapat memberikan informasi serta strategi dalam upaya
meningkatkan kedisiplinan kerja guru yang dilakukan oleh kepala
sekolah di MTs Al-Kahfi Kota Bekasi .
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan perhatian khusus
kepada kepala sekolah serta guru dalam keberhasilan proses belajar
mengajar yang terjadi di MTs Al-Kahfi Kota Bekasi kedepannya.

2. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak,
diantaranya:
a. Bagi Guru
Penelitian ini dapat memberikan informasi serta solusi kepada guru
dalam meningkatkan kualitas kedisiplinan kerjanya dalam menjalani
tugas di MTs Al-Kahfi Kota Bekasi.
24

b. Bagi Sekolah
Penelitian ini dapat memberikan masukan beserta evaluasi terhadap
upaya kepala sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan kerja guru di
MTs Al-Kahfi Kota Bekasi.
c. Bagi Penulis
Penelitian ini dapat digunakan sebagai upaya dalam mengkaji secara
ilmiah mengenai peran kepala sekolah dalam meningkatkan
kedisiplinan kerja guru di MTs Al-Kahfi Kota Bekasi
24

F. Sistematika Penulisan
Sistematika penyusunan skripsi ini terdiri dari lima Bab, yang setiap Bab
nya dibagi kedalam beberapa sub Bab. Adapun sistematikanya sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Batasan Masalah
D. Rumusan Masalah
E. ujuan dan Manfaat Penelitian
F. Sistematika Penulisan
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
B. Penelitian Terdahulu/Relevan
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
B. Pendekatan Penelitian
C. Sumber Data
D. Teknik Pengumpulan Data
E. Analisis Data
F. Pengecekan Keabsahan Data (Validitas)
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
B. Pembahasan
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
24

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Peran Kepala Sekolah
1. Hakikat Peran Kepala sekolah
Pengertian Kepala Sekolah
Kepala sekolah berasal dari dua kata yaitu kepala dan sekolah. Kata
kepala dapat diartikan ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi atau
sebuah lembaga. Sedangkan sekolah adalah sebuah lembaga dimana
menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran. 8 Wahjosumidjo
mengartikan kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang
diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakannya
proses belajar mengajar atau tempat dimana terjadi interaksi anatara guru
yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.9
Dari definisi lain dikatakan bahwa kepala sekolah merupakan salah satu
kompetensi penting yang bertanggung jawab atas manajemen pendidikan
secara mikro yang secara langsung berkaitan dengan proses pembelajaran di
sekolah, seperti yang dikutip oleh Mulyasa bahwa “Erat hubungannya antara
mutu kepala sekolah dengan berbagai aspek kehidupan sekolah seperti
disiplin sekolah, iklim, budaya sekolah, dan menurunnya perilaku nakal
peserta didik.”10
Dapat diambil kesimpulan bahwa kepala sekolah adalah seorang guru
fungsional yang diberi tugas untuk memimpin dan mengarahkan suatu
lembaga pendidikan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar antara
guru dan peserta didik dalam usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Peran Kepala Sekolah


Kata peran sering kali kita dengar dan kita jumpai dalam berbagai
tulisan. Makna peran menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah

8
ahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya,
(Jakarta : Rajawali Press, 2002), h.83
9
Chairul Azuar, dkk, Manajemen Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Fungsi Guru di SMA
Muhammadiyah 2 Medan, Jurnal Edu Religia, Vol. 1 No.2 April-Juni 2017
10
Enco Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional,(Bandung Remaja Rosdakarya,2007),
h.24-25
24

“fungsi, tugas, kewajiban."11 Sedangkan dalam konteks sosiologis peran


adalah sebuah sudut pandang dalam solosiologi dan psikologi sosial yang
menganggap sebagian besar aktifitas harian diperankan oleh kategori-
kategori secara sosial (misalnya manajer, guru, siswa, dan sebagainya).
Menurut Koentjaraningrat setiap peran adalah “serangkaian hak, kewajiban,
harapan, norma, dan perilaku seseorang yang harus dihadapi dan
dipenuhi.”12
Peran adalah “seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang
lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem”. 13 Peran
dipengaruhi oleh kondisi sosial baik secara internal maupun eksternal dan
bersifat stabil.
Pada dasarnya keberhasilan dan kegagalan suatu sekolah sangat erat
kaitannya dengan kualitas peran kepala sekolahnya . Oleh karena itu,
sebagai organisasi pendidikan sekolah harus dipimpin oleh kepala sekolah
yang dapat menjalankan perannya dengan baik. Tugas utama kepala sekolah
sebagai pemimpin pendidikan adalah menciptakan situasi belajar dan
mengajar agar guru dapat mengajar dan siswa dapat belajar dengan baik.
Dalam hal ini kepala sekolah bertanggung jawab atas terselenggaranya
administrasi sekolah untuk menciptakan situasi belajar mengajar yang baik.
Kepala sekolah yang berhasil adalah mereka yang memahami bahwa
sekolah merupakan organisasi yang kompleks dan mampu menjalankan
perannya sebagai seorang pemimpin yang memiliki tanggung jawab untuk
memimpin suatu sekolah.
Ketika kita membicarakan tentang peranan kepala sekolah terkait
dengan peningkatan kedisiplinan guru, maka peran kepala sekolah adalah:
1) Membangun Visi
Kepemimpinan memiliki kedudukan yang menentukan dalam
organisasi. Pemimpin yang melaksanakan kepemimpinannya secara
efektif dapat menggerakkan orang kearah tujuan yang dicita-citakan,

11
J.S Badudu dan Sutan Mohammad Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta :
Pustaka Sinar Harapan, 1996)h.1037
12
Koentjaraningrat, Manusia dalam Budaya, (Jakarta : Bina Aksara, 2001), h.34
13
Djafry, Novianty. Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Yogyakarta: Deepublish
Publisher, 2016)
24

sebaliknya pemimpin yang keberadaannya hanya sebagai figur atau


tidak memiliki pengaruh, kepemimpinannya dapat mengakibatkan
lemahnya kinerja organisasi, yang pada akhirnya dapat menciptakan
sebuah keterpurukan.14
Untuk mencapai apa yang diingikan, seorang pemimpin harus
memiliki visi atau pandangan jauh kedepan tentang gambaran dan arah
demi mencapai tujuan di masa depan. Kemudian berdasarkan dengan
visi tersebut pemimpin harus bergerak dan bekerja serta mengajak
orang lain untuk berkembang demi mencapai tujuan yang dicita-
citakan.
Visi merupakan landasan bagi seluruh organisasi untuk bekerja
bersama-sama. Maka dari itu untuk merumuskan sebuah visi harus
meminta persetujuan dari pihak-pihak yang berkepentingan dalam
kelompok tersebut.
Orang yang bertanggung jawab merumuskan visi adalah pemimpin
melalui kinerja kepemimpinannya. Sebagian orang menyatakan bahwa
tugas terpenting dari seorang pemimpin adalah membangun visi.
Maksud disini adalah seorang pemimpin muncul dengan gambaran
tentang kondisi masa depan yang ideal. Kemudian pemimpin akan
menjelaskan visinya kepada para pengikut dan meyakinkan mereka
untuk melakukan yang diperlukan untuk mencapai visi tersebut.15
Kepala sekolah akan terus mengomukasikan visinya kepada para
anggotanya kemudian berusaha memimpin perubahan dan terus
memotivasi agar setiap orang dalam organisasi tersebut dapat
mengeksekusi visinya dengan benar.

2) Perilaku Pemimpin
Selain visi, karakteristik merupakan aspek yang sangat
mempengaruhi keberhasilan suatu kepemimpinan kepala sekolah. Sikap
kepala sekolah dalam kesehariannya akan menjadi panutan dan sumber

14
Aan K, Cepi, Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif, (Jakrata: Bumi Aksara,
2010),h. 75.
15
Marshall s, Molly G,S, Prinsip-prinsip kepemimpinan, (Jakarta: Erlangga,2011), h.96
24

inspirasi bagi guru dan staf di sekolah. Maka dari itu, seorang kepala
sekolah dalam kesehariannya harus selalu berusaha memperhatikan dan
mempraktikkan delapan fungsi kepemimpinan dalam kehidupan di
sekolah.16
Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dan
keberlangsungan suatu organisasi adalah kuat tidaknya
kepemimpipinan, keberasilan dan kegagalan suatu organisasi yang
ditentukan oleh pengaruh pemimpinnya dalam menentukan arah yang
ingin ditempuh untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai

Dari definisi lain dikatakan bahwa kepala sekolah merupakan salah satu
kompetensi penting yang bertanggung jawab atas manajemen pendidikan
secara mikro, yang secara langsung yang berkaitan dengan proses
pembelajaran di sekolah, seperti yang dikutip oleh Mulyasa bahwa “Kepala
sekolah sebagai pendidik, manajer, sebagai administrator dengan mengelola
kurikulum, siswa, peronalia, sarana prasarana, kearsipan, dan keuangan,
sebagai supervisor, sebagai leader, sebagai innovator dan sebagai
motivator.”17
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah
adalah seorang yang memimpin di sekolah dengan melaksanakan tugas
mengelola kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, supervisi,
monitoring dan warga sekolah.
Adapun tugas dan fungsi kepala sekolah dan sekaligus sebagai indikator
dalam penelitian ini menurut Jamal Ma’mur adalah sebagai berikut:18

16
Sudarwan Danim, Suparno, Manajemen dan Kepemimpinan Tranformasional
Kekepalasekolahan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,2009), h.134
17
Enco Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional,(Bandung Remaja
Rosdakarya,2013).h.29
18
Jamal Ma’mur Asmani, Tips Menjadi Kepala Sekolah Profesional,Yogyakarta: Diva
Press,2012), h.33
24

1) Kepala Sekolah Sebagai Pendidik (Educator)


Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai educator, kepala
sekolah harus mempunyai strategi yang tepat untuk meningkatkan
profesionalisme tenaga kependidikannya di sekolah.19
Kepala sekolah sebagai pendidik bermakna sebagai suatu proses
pembentukan karakter yang didasarai nilai-nilai dari esensi
pendidikan.20Kepala sekolah sebagai educator, harus mempunyai
strategi yang tepat demi mingkatkan profesionalisme tenaga
kependidikan disekolahnya.21
Ada empat hal yang perlu ditanamkan seorang kepala sekolah
dalam fungsinya sebagai pendidik, yaitu:
a. Mental, yaitu hal-hal yang menyangkut dengan watak manusia,
sikap dan batin.
b. Moral, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan ajaran baik dan buruk,
mengenai perbuatan, sikap dan kewajiban, akhlak, budi pekerti,
kesusilaan.
c. Fisik, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan kondisi jasmani,
kesehatan dan penampilan manusia secara lahiriah.
d. Artistic, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan kepekaan manusia
terhadap keindahan dan seni.22
hal yang paling penting dari fungsi kepala sekolah adalah
keteladanan. Keteladanan haruslah ditampilkan oleh kepala sekolah
melalui sikap, perbuatan dan perilaku, termasuk penampilan fisik dan
penampilan kerja.
Kepala sekolah sebagai edukator harus memiliki strategi yang tepat
untuk meningkatkan profesionalisme tenaga pendidik di sekolahnya,
menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberikan nasehat kepada

19
Mulyasa, E., Menjadi Kepala Sekolah Profesional. (Bandung: Remaha Rodaskarya, 2013),
h.32
20
Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012),
h.98
21
Ibid,h.98
22
Ibid,h.124
24

warga sekolah, memberikan dorongan kepada seluruh tenaga pendidik


serta melakssanakan model pembelajaran yang menarik. Kepala sekolah
harus berusaha menanamkan, memajukan dan meningkatkan sedikitnya
4 macam nilai, yaitu pembinaan mental, moral, fisik dan artistik.23
Pembinaan mental adalah membina para tenaga pendidik mengenai
sikap batin dan watak. Peminaan moral merupakan pembinaan tentang
perbuatan baik dan buruk, sikap dan kewajiban sesuai tugas masing-
masing. Pembinan fisik adalah pembinaan secara jasmani, kesehatan
dan penampilan, sedangkan pembinaan artistik adalah pembinaan
tentang kepekaan terhadap keindahan dan seni.
Sebagai edukator, seorang kepala sekolah harus selalu berusaha
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Dalam hal ini pengalaman menjadi faktor yang sangat mendukung
membentuknya pemahaman bagi guru terhadap pelaksanaan tugasnya.
Upaya kepala sekolah sebagai educator dapat di deskripsikan
sebagai berikut:
Pertama, kepala sekolah mengikut sertakan guru dalam pelatihan
untuk menambah wawasan para guru. Kepala sekolah juga harus
memberikan kesempatan kepada para guru untuk meningkatkan
keterampilannya dengan belajar ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi. Misalnya dengan memberikan kesempatan kepada guru yang
belum menempuh jenjang sarjana untuk mengikuti kuliah di universitas
terdekat dengan sekolah, yang tidak mengganggu kegiatan
pembelajaran. Atau kepala sekolah bisa mencarikan beasiswa utnuk
guru yang ingin melanjutkan studi pendidikannya.
Kedua, kepala sekolah harus berusaha menggerakkan tim untuk
mengevaluasi hasil belajar peserta didik untuk lebih giat. Kemudian
hasilnya diumumkan secara terbuka dan dipelihatkan di papan
pengumuman. Hal ini dapat berguna untuk memotivasi peserta didik
agar lebih giat dan meningkatkan prestasinya

23
Sondang P. Siagian, Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi, (Jakarta: Gunung
Agung,1982),h.22
24

Ketiga, menggunakan waktu belajar mengajar yang efektif di


sekolah dengan cara mendorong para guru untuk menulai dan
mengakhiri pelajaran sesuai dengan waktu yang telah ditentukan serta
memanfaatkan waktunya dengan efektif dan efesien untuk kepentingan
pembelajaran.
Tugas pokok dan fungsi kepala sekolah sebagai pendidik (educator)
yaitu melaksanakan kegiatan ekstrakulikuler dan kurikuler untuk siswa,
menyusun program pembelajaran, melaksanakan program
pembelajaran, melakukan evaluasi pembelajaran, melakukan
pembinaan siswa, dan memberikan layanan konseling kepada siswa.24
Demikian dapat disimpulkan tugas kepala sekolah sebagai
educator ialah membimbing semua komponen yang ada di dalam
sekolah agar dapat bersinergi dan menjalankan tugasnya dengan
profesionalitas dan kapasitasnya, serta menciptakan lingkungan yang
kondusif untuk kenyamanan masyarakat sekolah.

2) Kepala Sekolah sebagai Pengelola (Manager)


Kepala sekolah sebagai manajer adalah kemampuan kepala sekolah
alam mengelola sumber daya untuk mencapai tujuan institusi
pendidikan secara efektif dan efesien melalui fungsi-fungsi manajerial
dengan bertindak dalam menyusun program, menggerakkan staff serta
mengoptimalkan sumber daya manusia yang ada.25
Kepala sekolah sebagai manajer hendaknya mampu merencanakan,
mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan agar lembaga dapat
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.26
Ada tiga hal yang perlu di perhatikan oleh kepala sekolah sebagai
manajer, yaitu:
1. Proses, adalah suatu cara yang sistematik dalam mengerjakan
sesuatu. Adapun kegiatan-kegiatan dalam proses meliputi:

24
Kemendiknas, Panduan Pendidikan karakter, (Jakarta: Kemendiknas,2011)h.7-10
25
Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, h. 98
26
Agus maimun dan Agus Zainul Fitri, Madrasah Unggulan Lembaga Pendidikan Alternatif
di Era Kompetitif, (Malang: UIN Maliki Press, 2010)h.180
24

a. Merencanakan, artinya kepala sekolah harus memikirkan dan


merumuskan tujuan dan tindakan yang harus dilakukan dalam
suatu program.
b. Mengorganisasikan, artinya kepala sekolah harus mampu
mengkoordinasikan sumber daya manusia dan material sekolah,
sebab keberhasilan sekolah akan sangat bergantung pada
kecakapan dalam mengatur dan memanfaatkan berbagai sumber
dalam mencapai tujuan.
c. Memimpin, dalam arti ini kepala sekolah mampu mengarahkan
dan mempengaruhi seluruh sumber daya manusia untuk
melakukan tugas-tugasnya yang esensial.
d. Mengendalikan, dalam hal ini kepala sekolah memperoleh
jaminan bahwa sekolah berjalan mencapai tujuannya. Jika
terdapat kesalahan pada bagian-bagian dari sekolah tersebut
Kepala Sekolah harus memberikan arahan dan meluruskannya.
2. Sumber daya sekolah, hal ini meliputi: dana, perlengkapan,
informasi, maupun sumber daya manusia, yang masing-masing
berfungsi sebagai pemikir, perencana, pelaku serta pendukung
untuk mencapai tujuan.
3. Mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Artinya kepala sekolah harus berusaha untuk mencapai tujuan akhir
yang bersifat khusus (specific ends). Tujuan akhir yang bersifat
spesifik ini tentunya tidak sama antara sekolah satu dengan sekolah
lainnya.27
Dalam melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer, kepala
sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan
tenaga kependidikan melalui kerja sama atau kooperatif, memberi
kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan
profesinya dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan
dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah.28
27
Wajosumijo, Kepemimpinan Kepala Sekolah,( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1999)h.94-95
28
Albert Silalahi, Studi tentang Ilmu Administrasi: Konsep, Teori, dan Dimensi, (Bandung:
Sinar Baru Algensindo, 2002)h.103
24

Berdasarkan teori diatas , maka dapat disimpulkan bahwa tugas dan


fungsi kepala sekolah sebagai manajer pada hakekatnya adalah sebagai
seorang perencana, organisator, pemimpin dan seorang pengendali.

3) Kepala Sekolah sebagai Pelaku Administrasi (Administrator)


Kepala sekolah sebagai administrator memiliki hubungan sangat
erat dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat
pencatatan, penyusunan, dan pendokumenan seluruh program sekolah.29
Dalam Buku Kerja Kepala Sekolah, menyatakan bahwa menyusun
administrasi sekolah meliputi:
a. Administrasi program pengajaran, meliputi: menyusun jadwal
pelajaran sekolah, daftar pembagian tugas guru, daftar pemeriksaan
pesiapan mengajar, daftar penyelesaian kasus khusus di sekolah,
daftar hasil UAS, rekapitulasi Kenaikan, daftar penyerahan STTB
(Surat Tanda Tamat Belajar), catatan pelaksanaan supervise kelas,
laporan penilaian hasil belajar.
b. Administrasi kesiswaan meliputi: menyusun administrasi
penerimaan siswa baru, buku induk siswa dan buku klaper, daftar
jumlah siswa, buku absensi siswa, surat keterangan pindah sekolah,
dafta mutase siswa selama semester, daftar peserta UAS, daftar
kenaikan kelas, daftar rekapitulasi kenaikan kelas/kelulusan, tata
tertib siswa.
c. Administrasi keguruan, meliputi: menyusun daftar kebutuhan guru,
daftar usulan pengadaan guru, data keguruan, daftar hadir guru,
buku penilaian PNS, dan file-file keguruan lainnya.
d. Administrasi keuangan meliputi: menyusun buku kas, rangkuman
penerimaan dan pengeluaran keuangan sekolah, laporan penerimaan
dan pengeluaran anggaran sekolah.

29
E Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2004), h. 107
24

e. Administrasi perlengkapan meliputi : menyusun buku pemeriksaan


perlengkapan barang, buku inventaris perlengkapan barang, dafta
usul pengadaan perlengkapan/barang.30
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tugas
kepala sekolah sebagai administrator merupakan tugas yang
berhubungan dengan dokumen pada semua sumber daya di sekolah
guna peningkatan mutu sekolah.

4) Kepala Sekolah sebagai Supervisor


Supervisi merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus
untuk membantu para guru dan supervisor dalam mempelajari tugas
sehari-hari di sekolah, agar mampu menggunakan pengetahuan dan
kemampuannya untuk memberikan layanan yang baik kepada orang
tua, peserta didik, sekolah serta berupaya menjadikan sekolah sebagai
masyarakat belajar yang efektif.31
Tugas kepala sebagai supervisor adalah menyusun dan supervisi,
melaksanakan program supervisi, memanfaatkan hasil supervisi yang
meliputi pemanfaatan hasil supervisi untuk peningkatan/pembinaan
kinerja guru dan pemanfaatan hasil supervisi untuk pengembangan
sekolah.32
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa banyaknya tugas
dan tanggung jawab kepala sekolah sebagai seorang supervisor,
walaupun begitu kepala sekolah harus mampu menjalankan supervisi
dengan baik. Kepala sekolah dituntut untuk mampu meneliti, mencari
dan menentukan syarat-syarat mana saja yang diperlukan untuk
kemajuan lembaga pendidikan yang dipimpinnya.

30
Kemendiknas, Buku Kerja Kepala Sekolah,(Jakarta: Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikkan,
2011)h.49
31
Kusmiati Endang, Hubungan Keterampilan Manajer Kepala Sekolah dengan Kinerja Guru
Sekolah Dasar di Kecamatan Sukomanunggal Kota Surabaya, (Universitas Negeri
Yogyakarta,2010)h.15
32
Kemendiknas, Buku Kerja Kepala Sekolah,(Jakarta: Pusat Pengembangan Tenaga
Kependidikkan,2011)
h.7-10
24

5) Kepala Sekolah sebagai Leader


Kepala sekolah sebagai leader adalah upaya untuk mempengaruhi
orang lain untuk bekerjasama mencapai tujuan, dengan berorientasi
pada tugas dan berorientasi pada hubungan. Kepala sekolah sebagai
leader harus mampu memberikan arahan, dalam meningkatkan
kemauan tenaga pendidik, membuka komunikasi dua arah.33
Kepala sekolah sebagai pemimpin harus mempunyai karakter
khusus yang mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan
pengetahuan profesional. Kemampuan yang harus diwujudkan kepala
sekolah sebagai leader dapat dianalisis dari kepribadian, pengetahuan
terhadap tenaga kependidikan, kemampuan mengambil keputusan, dan
kemampuan berkomunikasi.34
Dari teori diatas dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah sebagai
seorang pemimpin harus mampu memberikan arahan dan pengawasan
demi meningkatan kemampuan tenaga pendidik di sekolah.

6) Kepala Sekolah sebagai Inovator


Kepala sekolah sebagai inovator adalah pribadi yang dinamis dan
kreatif, yang tidak terjebak pada suatu rutinitas. Pribadi yang inovator
harus memiliki kemampuan untuk menemukan gagasan-gagasan baru
atau kekinian serta melakukan pembaharuan di sekolah.35
Sebagai inovator seorang kepala sekolah harus mencari strategi
yang pas untuk menjalin hubungan harmonis dengan lingkungan,
mencari ide baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberi contoh
yang baik kepada seluruh tenaga kependidikan di sekolah, dan
mengembangkan berbagai macam model pembelajaran yang kreatif dan
inovatif. Kepala sekolah sebagai inovator akan terlihat dari cara
melakukan pekerjaannya secara konstruktif, rasional, kreatif , objektif
dan fleksibel.

33
Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan kepala sekolah,(Jakarta: Bumi
Aksara,2011)h.99
34
Ibid,h.99
35
Ibid,h.100
24

Kepala sekolah sebagai inovator dapat dikenali dari caranya


melakukan pekerjaannya secara konstruktif, kreatif dan integratif.
Konstruktif memiliki arti bahwa kepala sekolah dalam usahanya
meningkatkan kualitas tenaga kependidikan harus selalu mendorong
dan membina agar dapat melaksanakan tugas yang diembannya secara
optimal. Kreatif berarti kepala sekolah harus berusaha mencari ide
dalam usahanya memprofesionalkan tenaga pengajar dan cara baru
untuk melaksanakan tugasnya.
Integratif berarti bahwa dalam upaya meningkatkan
profesionalisme tenaga pendidik , kepala sekolah berusaha
mengintegrasikan semua kegiatan sedemikian rupa sehingga tercipta
sinergi untuk mencapai tujuan sekolah secara efektif dan obyektif.
Peran kepala sekolah sebagai innovator adalah sebagi berikut:
1. Mempunyai gagasan baru untuk inovasi kemajuan dan
perkembangan sekolah untuk kebutuhan lembaga.
2. Kemampuan menerapkan ide yang batu tersebut dengan baik.
Ide atau gagasan tersebut harus membawa dampak yang positif
kearah kemajuan.
3. Memiliki kemampuan mengatur lingkungan kerja sehingga lebih
kondusif (pengaturan tata ruang kantor, kelas, perpustakaan,
halaman, musholla serta interior lainnya) agar bertugas dengan
baik. Karena dengan terciptanya lingkungan kerja yang nyaman
akan mendorong kearah semangat kerja yang baik.

Tugas pokok kepala sekolah sebagai seorang innovator, dalam Buku Kerja
Kerja Kepala Sekolah yaitu kepala sekolah sebagai innovator harus menjalin
kerja sama dengan pihak lain, menerapkan Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) dalam manajemen sekolah dah melakukan pembaharuan di sekolah.36

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kepala


sekolah sebagai inovator harus mampu mengikuti perubahan yang ada
di sekolah demi mengemmbangkan sekolah yang dipimpinnya. Kepala
36
Kemendiknas, Buku Kerja Kepala Sekolah, (Jakarta: Pusat Pengembangan Tenaga
Kependidikan, 2011 h.7-10
24

sekolah dituntut untuk mampu menciptakan metode pembelajaran yang


inovatif, mengikuti perkembangan teknologi serta menjalin hubungan
dengan masyarakat yang luas untuk mencari ide-ide baru yang dapat
diterapkan di sekolah.

7) Kepala Sekolah sebagai Motivator


Sebagai motivator kepala sekolah harus memilik strategi untuk
memotivasi bawahannya, yaitu guru dan staf. Dimana mereka
dimotivasi untuk melakukan berbagai tugas dan fungsinya.37 Motivasi
ini dapat dilakukan melalui pengaturan lingkungan fisik, suasana kerja,
disiplin, dorongan, penghargaan bagi guru atau staf yang berprestasi
serta penyediaan berbagai sumber belajar melalui pengembangan
sentral belajar. Dorongan dan penghargaan merupakan sumber motivasi
yang efektif diterapkan oleh kepala sekolah.
Motivasi merupakan salah satu faktor yang dominan untuk menuju
kefektifan kerja individu. Setiap guru memiliki karakteristik yang
berbeda-beda sehingga kepala sekolah seharusnya memberikan
pelayanan khusus dalam mengembangkan profesionalitasnya. Ada
beberapa prinsip yang diterapkan oleh kepala sekolah dalam
memotivasi pegawainya, antara lain: guru akan lebih giat melaksanakan
tugasnya jika dilakukan dengan cara yang menarik dan menyenangkan.
Tujuan pendidikan harus jelas diketahui oleh seluruh anggota sekolah,
bahkan oara tenaga pendidik pun harus diikut sertakan dalam
penyusunan tujuan tersebut. Setiap individu harus tahu tentang hasil
dari pekerjaannya, pemberian hadiah lenih baik daripada pemberian
hukuman, meski terkadang hukuman itu diperlukan. Dalam usaha
memenuhi kebutuhan tenaga kependidikan dapat dilakukan dengan cara
memerhatikan kondisi fisiknya, memberi rasa aman, mengatur
peengalaman dengan sedemikian rupa agar setiap orang pernah merasa
memperoleh kepuasan dan pernghargaan atas pekerjaannya.

37
Agus Maimun dan Agus Zainul Fitri, Madrasah Unggulan lembaga Pendidikan Alternatif
di Era Kompetitif, (Malang : UIN Maliki Press, 2010), h. 180
24

Kepala sekolah sebagai motivator dalam hal ini harus memiliki


strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada tenaga
kependidikan dalam melakukan tugas dan fungsinya.38

8) Kepala Sekolah sebagai Entrepreneur


Seorang kepala sekolah yang berjiwa wirausahawan harus memiliki
kemauan dan kemampuan untuk menemukan berbagai peluang dalam
setiap kegiatan pengembangan sekolahnya, menuju sekolah yang
efektif, efisien, produktif, mandiri dan akuntable. Untuk merealisasikan
kondisi sekolah tersebut; kepala sekolah harus mengambil setiap resiko
yang telah diperhitungkan dan menyukai tantangan dengan risiko
moderat.39
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat diambil kesimpulan
bahwa kompetensi kewirausahaan kepala sekolah merupakan
kemampuan yang harus dimiliki dan upaya yang harus dilakukan terus
menerus oleh kepala sekolah dalam menjadikan sekolahnya lebih
bermutu dan mandiri melalui usaha mencari peluang, menciptakan
sesuatu yang baru atau inovatif, bekerja keras, memiliki motivasi yang
kuat untuk mencapai sukses, menggali dan memanfaatkan sumber daya
secara realistik, meminimalkan resiko, mewujudkan kesejahteraan bagi
warganya.
Dari ke delapan indikator yang telah diuraikan diperoleh fungsi dan
tanggung jawab kepala sekolah sebagai pemimpin lembaga pendidikan
akan menjadi efektif apabila mampu menjalankan proses
kepemimpinannya yang mendorong, mempengaruhi dan menggerakkan
kegiatan dan tingkah laku kelompoknya.

2. Kedisplinan Kerja Guru


Pengertian Guru
38
Agus Maimun,H, Madrasah Unggulan Lembaga Pendidikan Alternatif di Era Kompetitif,
(Malang: UIN Maliki Press,2010),h.18
39
E. Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: Bumi
Aksara,2012),h.191
24

Dalam pengertian yang sederhana, guru merupakan orang yang


memberikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Guru dalam pandangan
masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat
tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal tetapi bisa juga di masjid,
mushola, rumah dan sebagainya.40
Guru merupakan komponen yang sangat penting dalam dunia pendidikan,
maka sudah dapat di pastikan bahwa guru menjadi pemecah masalah yang
dialami dalam sebagian masalah pendidikan. Guru merupakan unsur manusia
yang sangat dekat hubungannya dengan anak didik dalam dunia pendidikan.
Terlebih lagi guru yang unggul merupakan sumber daya kritis yang baik dalam
kegiatan belajar mengajar.41

Pengertian Disiplin Kerja


Kata disiplin berasal dari bahasa latin disciple yang berarti pengikut atau
pelajar dari pemimpin yang berpendidikan. Istilah disiplin berarti “systemic
instruction given to disciples to train them as students to follow a particular
code of conduct to order”(instruksi sistematik yang diberikan kepada murid
untuk melatih mereka sebagai pelajar dalam bidangnya untuk mengikuti suatu
kode etik atau aturan tertentu. Istilah disiplin seringkali mengandung arti
konotasi negatif. Hal ini dikarenakan adanya paksaan aturan dengan sanksi
hukuman untuk memastikan pelaksanaan intruksi.42
Pengertian disiplin dikemukakan oleh Wukir yang menyatakan bahwa :
“Disiplin adalah suatu keadaan tertib dimana orang-orang yang tergabung
dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ada dengan
rasa senang”.43
Seseorang harus patuh terhadap suatu aturan meski terkadang ia mematuhi
dan menaatinya dengan keterpaksaan. Orang yang disiplin akan mematuhi
aturan walau dengan terpaksa karena ia tau ada berbagai manfaat bagi dirinya

40
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan anak Didik Dalam Interaksi Edukatif,(Jakarta: RIneka
Cipta,2010) h.31
41
Drajat, Etika Profesi Guru, (Bandung: Alfabeta, 2014), h.47
42
H. Wukir, Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi Sekolah, (Yogyakarta:
Multi Pressindo, 2013)h.92
43
Ibid, h. 92
24

sendiri. Ada beberapa manfaat yang akan didapatkan oleh seseorang dari
kedisiplinan yang ia terapkan, antara lain:
a. Ia akan menjadi pribadi yang hidupnya teratur
b. Menjadi pribadi yang bisa mengendalikan dirinya
c. Akan menjadi pribadi yang dapat menghargai orang lain
d. Menjadi pribadi yang memiliki sifat rela berkorban
e. Menjadi pribadi yang tidak suka mementingkan urusannya sendiri
(egois)
f. Akan menjadi pribadi yang dapat menilai mana yang baik dan mana
yang buruk bagi dirinya sendiri maupun orang lain.44

Widjaja dalam Sukarman (2012:15) mengemukakan indikator


kedisiplinan pegawai mencakup:
a. Menaati segala peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan
yang diberikan oleh atasan yang berhak.
b. Melaksanakan tugas sebaik-baiknya serta memberikan pelayanan yang
baik terhadap masyarakat sesuai dengan bidang dan tugasnya.
c. Menggunakan dan memelihara barang-barang dinas dengan sebaik-
baiknya
d. Bersikap dan bertingkah laku sopan dan santun terhadap masyarakat,
sesama pegawai dan terhadap atasan.45

Menurut Soedjono, mengemukakan bahwa ada beberapa indikator


disiplin kerja pegawai, yaitu sebagai berikut:
a. Ketepatan waktu
Para pegawai yang datang ke kantor tepat waktu, tertib dan teratur,
dengan begitu maka dapat dikatakan disiplin kerja baik.
b. Menggunakan peralatan kantor dengan baik

44
Wiyani, Novan Ardy, Etika Profesi Keguruan, (Yogyakarta: Gava Media, 2015),h.38
45
Sukarman. Studi Tentang Kedisiplinan Pegawai Tata Usaha di SMK Negeri 1 Makasssar.
(Makassar: Skripsi FIS UNM,2012)h.15
24

Sikap hati-hati dalam menggunakan peralatan milik kantor dapat


mewujudkan bahwa seseorang memiliki kedisiplinan kerja yang
baik. Sehingga peralatan milik kantor dapat terhindar dari kerusakan.
c. Tanggung jawab yang tinggi
Pegawai yang mampu mengerjakan dan menyelesaikan pekerjaan
sesuai denngan waktu dan prosedurnya merupakan sebuah bukti
tanggung jawabnya dalam melaksanakan pekerjaan, hal ini juga
dapat disebut sebagai kedisiplinan yang baik.
d. Ketaatan terhadap aturan kantor
Memakai seragam kantor, menggunakan kartu identitas, membuat
ijin bila berhalangan hadir, juga merupakan cerminan kedisiplinan
yang tinggi.46

Ciri-ciri Guru Disiplin


Beberapa indikator yang dapat dikemukakan agar kedisiplinan dapat
dibina dan dilaksanakan dalam proses pendidikan sehingga mutu
pendidikan dapat diatingkatkan sebagai berikut:
a) Melaksanakan tata tertib dengan baik, baik kepala sekolah maupun
guru, karena tata tertib yang berlaku merupakan aturan dan ketentuan
yang harus ditaati oleh siapapun yang terlibat dalam lembaga
pendidikan tersebut, demi kelancaran berjalannya proses pendidikan di
sekolah47 yaitu meliputi:
1) Patuh terhadap aturan sekolah atau lembaga pendidikan
2) Mengindahkan petunjuk-petunjuk yang berlaku di sekolah atu
suatu lembaga pendidikan tertentu
3) Rajin dalam proses belajar mengajar
4) Tepat waktu dalam melaksanakan proses belajar mengajar
5) Tidak pernah bolos dalam melaksanakan tugasnya
b) Taat terhadap kebijakan dan kebijaksanaan yang berlaku di sekolah
baik alam proses belajar mengajar maupun dalam hal administrasi serta
46
Maizar Pratama. Pengaruh kepemimpinan, Motivasi Kerja dan Disiplin Kerja Terhadap
Kinerja Pegawai Balai Wilayah Sungai Sumatra V. (Padang: Jurnal UNITAS,2014)h.6
47
Abdurrahman Fathoni, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT Rineka
Cipta,2006),h.125
24

mengembangkan potensinya dalam meningkatkan kualitas pendidikan


di sekolah sesuai peraturan yang berlaku sebagai berikut:
1) Menerima saran, nasihat, menganalisis dan mengkaji sebagai
bentuk pembaharuan pendidikan di sekolah.
2) Berusaha menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi pendidikan
yang ada di sekolah.
3) Mengerjakan tugas sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan oleh
kepala sekolah
4) Membantu dalam proses belajar mengajar apabila ada guru yang
berhalangan
5) Menguasai intropeksi diri.48
Berdasarkan uraian diatas, maka kedisiplinan pegawai dalam suatu
organisasi atau instansi pendidikan dapat diukur dan dilihat dari berbagai
aspek mencakup ketaatannya terhadap aturan yang berlaku, baik secara
tertulis maupun lisan yang diatur dalam organisasi/instansi.

B. Penelitian Terdahulu/Relevan
Berhubungan dengan penelitian ini, peneliti menemukan beberapa
penelitian yang relevan tentang peran kepala sekolah dan kedisiplinan kerja
guru yang ada di suatu lembaga pendidikan. Kepala sekolah harus mampu
menanamkan dan meningkatkan kedisiplinan semua tenaga
kependidikannya. Beberapa penelitian yang terkai dengan kedisiplinan kerja
guru telah ditelaah sebagai berikut :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Arifah Ahsanti tentang strategi
kepala sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan guru siswa di SMP
Muhammadiyah 17 Prambanan Klaten. Dalam penelitian ini
menunjukkan bahwasanya kedisiplinan guru di SMP Muhammadiyah 17
Prambanan Klaten memiliki tingkat yang berbeda. Untuk kedisiplinan
guru terkait dengan kehadiran masih ada beberapa guru yang terlambat,
seangkan untuk kedisiplinan tanggung jawab guru sudah mencerminkan
sikap disiplin, akan tetapi untuk disiplin siswanya masih terbilang sangat
48
Edy Sutrisno, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Kencana Pradana Media
Group, 2010)h.58
24

rendah. Maka dalam hal ini kepala sekolah memiliki strategi untuk
mendisiplinkan siswa dengan cara memberikan teguran, memberikan
sanksi, memotivasi siswa, dan pemanggilan wali murid. 49 Sedangkan
strategi untuk meningkatkan sikap disiplin terhadap guru adalah dengan
memberikan teladan mengenai sikap disiplin, teguran, melakukan
evaluasi berupa kritik saran, serta motivasi dan melakukan penilaian
kinerja guru.50

2. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Agus Salim terkait peran


kepempinan kepala sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan kerja guru
mengatakan bahwa kepemimpinan seorang kepala sekolah mempunya
pengaruh besar terhadap kedisiplinan kerja guru. Perna kepala sekolah
terhadap guru meliputi pengembangan karir, kekuluragaan/komunikasi,
kebijakan dalam mengambil keputusan dalam hal pemberian tugas,
peningkatan kualitas pendidikan, peningkatan sarana dan prasarana,
hubungan dengan masyarakat, dan sikap/kepribadian dari kepala
sekolah tebukti dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
disiplin kerja.51

3. Penelitian serupa dilakukan oleh Vivi Rusmawati mengenai peran


kepemimpinan kepala sekolah dalam upaya meningkatkan disiplin kerja
guru pada SDN 018 Balikpapan. Bahwa peran kepala sekolah sebagai
educator, manajer, administrator, supervisor, pemimpin dan motivator
dalam melaksanakan kegiatan kegiatan di sekolah dapat dikatakan baik,
dimana kepala sekolah berperan sebagai manajer dengan
memberdayakan guru melalui kerjasama dan juga melibatkan guru
dalam pengambilan keputusan. Sebagai administrator, kepala sekolah
mengelola administrasi dan keuangan. Sebagai supervisor dengan
melakukan pengawasan dan penyusunan program supervisor
49
Nur Arifah Ahsanti, ‘Strategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kedisiplinan Guru
Siswa di SMP Muhammadiyah 17 Prambanan Klaten Jawa Tengah’, Skripsi, Yogyakarta: Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,2015, h. 81-82
50
Ibid., h.68
51
Nur Agus Salim, ‘Peran Kepemimpinan dalam Meningkatkan Disiplin Kerja Guru’, Jurnal
Pendas Mahakam 1, no.2 (2016)h.224.
24

pendidikan, sebagai pemimpin dengan memberikan petunjuk,


meningkatkan kemauan guru dan membuka komunikasi dua arah.
Sebagai motivator dengan cara memberikan motivasi kepada guru dan
mengatur lingkungan fisik dan suasana kerja.52
Dari penjelasan kajian penelitian yang sudah ada sebelumnya,
persamaan yang terlihat antara penelitian sebelumnya dengan penelitian
yang akan dilakukan adalah mengenai bagaimana peran kepala sekolah.
Tetapi dari penjelasan diatas belum terlihat peran kepala sekolah dalam
meningkatkan kedisiplinann kerja terhadap guru, sehingga yang
terfokuskan hanyalah kepa peran kepala sekolah dalam menjalankan
fungsinya. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
yang memiliki fokus pada peran kepala sekolah dalam meningkatkan
kedisiplinan kerja guru dan tenaga kependidikan lainnya, maka peneliti
mengambil judul “Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan
Kedisiplinan Kerja Guru di MTs Al-Kahfi Kota Bekasi”

52
Vivi Rusmawati,’ Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Upaya Meningkatkan
Disiplin Kerja Guru pada SDN 018 Balikpapan’, e-Journal Administrasi Negara 1 no.2 (2013)h. 408
64

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang memerlukan
analisis data berupa angka untuk mengukur kebenaran mengenai yang
ingin diketahui, maka jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif ini dapat dipandang sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.53
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yaitu
penelitian yang dilakukan di suatu tempat yang dipilih sebagai lokasi
dan objektif penelitian.54 Uraian tersebut dapat disimpulkan penelitian
lapangan yaitu mengali data dari lapangan untuk kemudian dicermati dan
disimpulkan secara jelas.

B. Pendekatan Penelitian
Sifat penelitian ini adalah deskriptif, yaitu penelitian yang berusaha
mengungkap keadaan yang terjadi di lapangan secara alamiah. Hal ini
sejalan pendapat lain, bahwa penelitian deskriptif bertujuan membuat
deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis faktual dan akurat
mengenai fakta, sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.55
Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitan yang ditunjukkan
untuk mendiskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena
alamiah maupun fenomena bantuan manusia. Fenomena dapat berupa
bentuk, Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa penelitian
kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini bermaksud untuk
memahami fenomena tentang yang dialami oleh subjek penelitian, yaitu
perilaku subjek, hubungan sosial subjek, tindakan subjek, dan lain-lain
53
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1999), h.3
54
Abdurrahmat Fathoni, Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi,
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), h. 96.
55
Muhammad Nazir, Metode penelitian, Cet Ke -7, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
2009),h.54
64

secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata pada
suatu konteks khusus yang alamiah. Tujuan penelitian deskriptif ini adalah
untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis,
faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat- sifat serta hubungan antar
fenomena yang disedilikidan terperinci membuat perbandingan atau
evaluasi, serta mengkaji lebih mendalam tentang peran kepala sekolah
dalam peningkatan kinerja guru di MTs Al-Kahfi Kota Bekasi.

C. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini merupakan subyek dari mana data
dapat diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara
dalam pengumpulan data, maka sumber data disebut responden, yaitu
orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, 56
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting alamiah
(natural setting), pada laboratorium dengan metode eksperimen,
dirumah dengan berbagai responden, pada suatu seminar, diskusi dijalan
dan lain-lain berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari
settingnya, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah.
Sumber data utama penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan,
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumentasi dan lain-lain.
Sumber data dalam penelitian ini adalah subyek dari mana data diperoleh.
Dalam penelitian ini sumber datanya disebut responden yaitu orang yang
merespon atau menjawab pertanyaan peneliti baik pertanyaan tertulis
maupun lisan.
Sedangkan informan adalah objek penting dalam sebuah penelitian.
Informan adalah orang-orang dalam latar penelitian yang dimanfaatkan
untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.
Untuk mendapatkan hasil atau inti dari sebuah penelitian dibutuhkan,
informan tersebut kepala sekolah dan guru Madrasah Tsanawiyah.

56
Suharsimi Arikunto,prosedur penelitian suatu pendekatan praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), h.107
64

Dalam penentuan sampel sebagai sumber data atau informan harus


memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Mereka yang menguasai memahami sesuatu melalui proses enkulturasi,
sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui, tetapi juga dihayatinya.
2. Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat pada
kegiatan yang tengah diteliti.
3. Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk dimintai
informasi
4. Mereka yang tdak cenderung menyampaikan informasi hasil
“kemasannya” sendiri.
5. Mereka yang pada mulanya tergolong “cukup asing” dengan peneliti
sehingga lebih menggairahkan untuk dijadikan semacam guru atau
narasumber.57
Setiap peneliti dituntut untuk menguasai teknik pengumpulan data
menghasilkan data yang relevan. Sumber data utama dalam penelitian
kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan dari orang yang diobservasi atau
diwawancarai, selebihnya adalah data tambahan, seperti dokumen yang
relevan dengan fokus penelitian, seperti gambar, foto, catatan atau tulisan
yang ada kaitannya dengan fokus penelitian.”58
Data penelitian ini yang dilakukan semua berasal dari:
1. Narasumber (Informan)
Narasumber (informan) penelitian adalah seseorang yang sangat
penting, karena memiliki informasi (data) banyak mengenai objek yang
sedang diteliti, dimintai informasi mengenai objek penelitian tersebut.
Informan atau narasumber dalam penelitian ini sebagai subyek
penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu kepala sekolah dan guru di
MTs Al-Kahfi Kota Bekasi yang sebagai narasumber kunci (key
informan).
Jadi semua sumber yang berkaitan dengan masalah peneliti adalah

57
Sanafiah Faisal, Penelitian Kualitatif: Dasar-dasar dan Aplikasi, (Malang: YA3, 1990),
h. 59-60
58
Lexy J.Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2018),h.38
64

kepala sekolah dan guru-guru , sehingga jawaban yang akan


diperolehpun akan benar-benar nyata dan terbukti.

2. Dokumen dan Arsip


Dokumen merupakan bahan tertulis atau bahan yang berhubungan
dengan suatu peristiwa atau aktifitas tertentu, dapat berupa tulisan,
gambar, benda peninggalan yang berkaitan dengan suatu aktivitas
atau peristiwa tertentu atau arsip. Dokumen dan arsip yang akan
dikaji dalam penelitian ini, antara lain jurnal, dan literatur.

D. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama
dalam penelitian, karena tujuan utama penelitian adalah mendapatkan data.
Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. 59 Pada
penelitan ini, digunakan teknik pengumpulan data yakni data dari
lapangan.
Dalam kegiatan penelitan ini, pengumpulan data diterapkan di
lapangan dengan memakai prosedural yang dianggap memiliki kriteria
sebagai suatu riset memegang nilai keilmiahan. Penggunaan prosedur
dalam penelitian ini lebihdisesuaikan dengan analisis kebutuhan dan
kemampuan peneliti sendiri, Penelitian lapangan diharapkan mampu
memberikan gambaran yang jelas bagi peneliti untuk kelengkapan berkas
serta permasalahan yang jelas, serta mampu menjadi pegangan bagi
peniliti dalam melaksanakan penelitan selanjutnya.

59
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B (Cet. Ke-XV; Bandung
Alfabeta, 2012)h.224
64

a. Observasi
Sutrisno Hadi mengemukakan bahwa, “Observasi merupakan
suatu yang kompleks, suatu yang tersusun dari berbagai biologis dan
psikologis. Dua yang terpenting adalah pengamatan dan ingatan.”60
Peneliti berperan sebagai pengamat, sehingga dalam melakukan
observasi peneliti hanya mengamati suatu objek atau kegiatan tanpa
ikut secara aktif dalam kegiatan tersebut.61 Observasi dilakukan secara
langsung di sekolah.
Observasi (observasi) atau pengamatan merupakan suatu teknik
atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan
terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Observasi dapat
dilakukan secara partisipatif ataupun non partisipatif.
Observasi partisipatif (participatory observation) pengamat
ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung, pengamat ikut
sebagai peserta rapat atau peserta pelatihan. Dalam observasi non
partisipatif pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan, dia hanya
berperan mengamati kegiatan, tidak ikut dalam kegiatan.
Pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan
pengamatan langsung adalah cara pengambilan data dengan
menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk
keperluan tersebut.
Metode observasi merupakan metode pengumpulan data dengan
pengamatan dan pencatatan. Dalam hal ini, observasi biasa diartikan
sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-
fenomena yang diselidiki.62
Tehnik observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik observasi non partisipan atau partisipasi pasif dan teknik
observasi terbuka. Yang dimaksud dengan teknik observasi non
60
Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan, (Bandung:
PT Refika Adimata, 2012), h. 203
61
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan,
(Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri, 2014), Cet. ke 1, h. 389
62
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), h,
187
64

partisipan atau partisipasi pasif adalah peneliti datang di tempat


kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan
tersebut. Teknik ini peneliti tidak ikut langsung dalam kegiatan, akan
tetapi peneliti hanya berperan mengamati kegiatan tersebut.
Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa observasi
dalam penelitian ini dilakukan pengamatan atau cara mengumpulkan
data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang
sedang berlangsung mengumpulkan data tentang Peran Kepala
Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru di MTs Al-Kahfi Kota
Bekasi.

b. Wawancara
Menurut Salim dan Syahrum memaparkan bahwa “Wawancara
merupakan kegiatan tanya jawab yang dilakukan oleh dua orang atau
lebih, orang yang menyakan pertanyaan disebut pewawancara dan
orang yang member jawaban disebut dengan narasumber.”63
Ada dua teknik dalam wawancara yaitu wawancara terstruktur
dan tidak terstruktur:
1) Wawancara Terstruktur
Ajat Rukajat mendefinisikan bahwa, “Wawancara terstruktur
merupakan teknik wawancara yang telah menyiapkan pertanyaan
terlebih dahulu yang sesuai dengan permasalahan penelitian.”64
2) Wawancara Tidak Terstruktur
Umrati Hengki Wijaya mengatakan, “Pada wawancara tidak
terstruktur peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang
telah tersusun dengan sistematis, melaikan pedoman wawancara
sesuai garis besar permasalahan kemudian pertanyaan selanjutnya
akan mengalir tanpa diketahui sebelumnya oleh peneliti.”65

63
Salim dan Syahrum, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Cita Pustaka Media,
2012), Cet. ke 5, h. 120
64
Aja Rukajat, Pendekatan Penelitian Kualitatif (Qualitative Research Approach),
(Yogyakarta: CV Budi Utama, 2018), Cet. ke 1, h. 23
64

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara terstruktur


yang akan dilaksanakan dengan para narasumber, diantaranya yaitu
kepala sekolah dan guru. Dalam penelitian ini peneliti
mewawancarai narasumber dengan mendatangi langsung kepala
sekolah dan guru yang sedang berada di sekolah. Peneliti
menggunakan teknik ini untuk mencari data yang berkaitan dengan
Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kedisiplinan Kerja Guru
di MTs Al-Kahfi Kota Bekasi.

c. Dokumentasi
Menurut Imam Gunawan, “Dokumentasi adalah setiap proses
pembuktian yang didasarkan atas jenis sumber apapun, baik itu yang
bersifat tulisan, gambar, atau arkeologis.”66 Sedangkan Etta Mamang
Sangadji menjelaskan bahwa, “Dokumentasi adalah teknik yang
digunakan untuk membuktikan data yang didapatkan dari
narasumber dan dari hasil wawancara atau observasi dan rekaman
wawancara atau observasi adalah benar.”67
d. Adapun dokumentasi yang digali dalam penelitian ini yaitu
mengumpulkan data-data mengenai MTs Al-Kahfi Kota Bekasi
melalui profil sekolah, sejarah berdirinya, visi-misi, data guru dan
peserta didik, sarana prasarana, serta foto-foto yang dilakukan saat
penelitian berlangsung. Dengan metode ini, terciptalah data asli
tentang gambaran nyata di MTs Al-Kahfi Kota Bekasidan sebagai
data pendukung dari hasil wawancara.

E. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan
65
Umrati Hengki Wijaya, Analisis Data Kualitatif Teori Konsep dalam Penelitian
Pendidikan, (Makassar: Sekolah Tinggi Theologia Jaffray, 2020), h. 80
66
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014), h. 175
67
Etta Mamang Sangadji, Sopiah, Metodologi Penelitian-Pendekatan Praktis Dalam
Penelitian, (Yogyakarta: Andi Offset, 2010), h. 302
64

dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori,


menjabarkan kedalam unit melakuakan sintesa, memilih mana yang
penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga
mudah dipahami.
Model analisis data dalam penelitian digunakan tehnik tiga tahapan
yang harus dikerjakan dalam menganalisisdata penelitian kualitatif, yaitu
(1) reduksi data (data reduction); (2) paparan data (data display); dan (3)
penarikan kesimpulan dan varifikasi (conclusin drawing verirying). Yaitu
model komponen-komponen analisis data:

Gambar di atas merupakan model komponen analisis data menurut


Untuk lebih jelasnya dijelaskan sebagai berikut:

1. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan
membuang yang tidak perlu.
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting saja, dicari tema dan dan
polanya dan membuang yang tidak perlu.” Data yang diperoleh dari
lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu di catat
secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, semakin lama
peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak,
kompleks dan rumit.Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data
melalui reduksi data.
64

2. Penyajian Data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisiplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori dan sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk
penyajian data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang
bersifat naratif. Dengan mendisiplaykan data, maka akan memudahkan
untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya,
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.68
Setelah data direduksi, selanjutnya dalam menganalisis data adalah
dengan menyajikan data.“Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sebagainya.”69
Sehingga menyajikan data, memudahkan untuk memahami yang
terjadi, kemudian merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan yang
dipahami penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.
Pada penelitian ini data yang telah terorganisir telah disajikan dalam
bentuk deskripsi informasi yang sistematif dalam bentuk narasi dan
tabel.

3. Kesimpulan dan Verifikasi


Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Menganalisis data adalah menarik kesimpulan dan verifikasi.
Kesimpulan awal yang telah dinyatakan sifatnya masih sementara, dan
akan berubah jika ditemukan bukti yang kuat yang mendukung pada
tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi jika kesimpulan yang
dinyatakan diawal sudah didukung oleh teori yang kuat, valid, dan
konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka

68
Lexy J. Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Cet.XXXI; Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2013), h.86.
69
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi, (Bandung:
Alfabeta,2011), h.35
64

kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.


Peneliti dalam melakukan penarikan kesimpulan dengan mencermati
dan menggunakan pola pikir yang dikembangkan. Penarikan
kesimpulan dari hasil penelitian ini menjawab semua rumusan masalah
yang telah ditetapkan oleh peneliti

F. Pengecekan Keabsahan Data (Validitas)


Pengujian keabsahan data adalah menguji tingkat kepecayaan data
yang telah ditemukan. Pengujian keabsahan data memiliki fungsi yaitu
melaksanakan pemeriksaan sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan
penemuan dapat dicapai dan mempertunjukkan derajat hasil-hasil
penemuan dengan jalan pembuktian terhadap kenyataan ganda yang
sedang data.
Pemeriksaan keabsahan data merupakan salah satu bagian yang sangat
penting di dalam penelitian kualitatif yaitu untuk mengetahui derajad
kepercayaan dari hasil penelitian yang dilakukan. Apabila penelitian
melaksakan pemeriksaan terhadap keabsahan data secara cermat dan
menggunakan teknik yang tepat, maka akan diperoleh hasil penelitian
yang benar-benar dapat dipertanggung jawabkan dari berbagai segi.70
Untuk menjaga kredibilitas hasil penelitian yang peneliti lakukan ini,
peneliti melakukan aktivitas validasi dengan cara Triangulasi. Hasri
berpendapat: “ Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data
dengan cara melihat fenomena dari beberapa sudut, atau melakukan
verifikasi temuan dengan menggunakan berbagai sumber.
“Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain.”71 Di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.Teknik triangulasi
yang paling banyak digunakan adalah triangulasi sumber.

70
Enzim, Metodologi, Penelitian Kuantitatif dan kualitatif (Jakarta: Rajawali Pers, 2012),
h. 257
71
Lexy J.Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2018),h. 330
64

Sedangkan uji kredibilitas data triangulasi sumber adalah sumber


datanya diambil dari kepala sekolah. Tringulasi tersebut dilakukan pada
berbagai kesempatan dengan tringulasi dalam keabsahan data tersebut,
maka dapat diketahui apakah nara sumber memberikan data yang sama
atau tidak. Kalau nara sumber memberi data yang berbeda, maka datanya
belum kredibel. Jika data yang dikumpulkan sama antara wawancara,
observasi dan dokumentasi sama, maka data tersebut sudah kredibilitas.
Oleh karena itu teknik triangulasi yang digunakan oleh peneliti adalah
triangulasi sumber yang digunakan untuk menguji keabsahan data dengan
cara mengecek data kepada sumber yang berbeda. Data dari kedua
sumber nantinya akan dideskripsikan dan dikategorikan mana pandangan
yang sama, yang berbeda dan mana yang lebih spesifik dari kedua sumber
tersebut. Setelah data dianalisis dan menghasilkan suatu kesimpulan
maka selanjutnya dilakukan kesepakatan melalui member check kepada
kedua narasumber tersebut.
64
64

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum MTs Al-Kahfi Kota Bekasi


1. Sejarah Singkat Berdirinya Madrasah Tsanawiyah Al Kahfi
Madrasah Tsanawiyah Al-Kahfi didirikan dalam rangka memperluas
jangkauan dalam memperoleh pendidikan bagi siswa tingkat SMP dan dalam
upaya meningkatkan APK (Angka Partisipasi Kasar). Madrasah Tsanawiyah
Al-Kahfi dibawah Yayasan Perguruan Islam Al-Kahfi berupaya membuka
seluas-luasnya kepada siswa lulusan SMP/MTs untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang pendidikan tingkat SMA/MA.
Madrasah Tsanawiyah Al-Kahfi merupakan sekolah berbasis agama yang
berdomisili di wilayah Kelurahan Jatibening Baru. Sekolah ini didirikan
berawal dari bertambahnya minat orang tua yang hendak menyekolahkan
anak-anaknya di sekolah umum. Maka berdirinya Madrasah Tsanawiyah Al-
Kahfi, meskipun usianya masih relatif muda, namun Madrasah Tsanawiyah
Al-Kahfi telah mampu bersaing dengan sekolah-sekolah lain yang sudah
lebih dahulu berdiri. Hal ini dapat dilihat dari semakin bertambahnya jumlah
murid setiap tahunnya. Tingginya animo masyarakat Muara gembong dan
sekitarnya dalam menyekolahkan anak-anaknya di sekolah ini, sehingga dari
tahun ke tahun Madrasah Tsanawiyah Al-Kahfi semakin berkembang.

2. Profil Sekolah
a. Identitas Sekolah
Nama Sekolah : MTs AL-KAHFI
NPSN : 20279659
Jenjang Pendidikan : MTs
Status Sekolah : Swasta
Alamat Sekolah : Jl. Kemang Sari
RT/RW : 003/011
Kode Pos : 17412
Kelurahan : Jatibening Baru
Kecamatan : Pondok Gede
Kabupaten/Kota : Kota Bekasi
64

Provinsi : Jawa Barat


Negara : Indonesia

b. Data Pelengkap
Nomor Rekening : 50060201606068
Nama Bank : BANK BJB SYARIAH
Cabang KCP/Unit : BJB SYARIAH Cabang Bekasi
Rekening Atas Nama : MTS AL-KAHFI
MBS : Ya
Memungut Iuran : Tidak
Nama Wajib Pajak : MTSS AL-KAHFI
NPWP : 656916715447000

c. Kontak Sekolah
Nomor Telepon : -
Email : mtsalkahfijatibening@yahoo.co.id
Website : http:/mtsalkahfibekasi.blogspot.com

d. Data Perodik
Waktu Penyelenggaran : Double Shift/6 hari
Bersedia Menerima BOS? : Ya
Sertifikasi ISO : Belum Bersertifikat
Sumber Listrik : PLN
Daya Listrik (watt) : 69999
Akses Internet : Telkom Astinet
Akses Internet Alternatif : Lainnya (Serat Optik)

3. Visi dan Misi Madrasah Tsanawiyah Al Kahfi


Visi dan Misi Madrasah Tsanawiyah Al-Kahfi Kota Bekasi adalah sebagai
berikut:
Visi :
64

Menciptakan peserta didik yang agamis dan bertaqwa kepada


Allah SWT. Berwawasan dan berbudi luhur sesuai dengan
tatanan kehidupan.

Misi :
a. Meningkatkan kualitas dan pelayanan proses belajar
mengajar yang efektif dan efesien.
b. Meningkatkan kegiatan penghayatan dan pengalaman ajaran
islam.
c. Mengembangkan manajemen dan melibatkan partisipasi
seluruh warga madrasah.
d. Menciptakan calon ilmuwan yang beragama dan beraklak.

4. Struktur Organisasi MTs Al-Kahfi


Sudah menjadi syarat bahwa setiap lembaga pendidikan
mempunyai struktur organisasi dan personalia untuk mengatur
berlangsungnya aktivitas lembaga tersebut. Demikian pula dengan Mts
Al-Kahfi Kota Bekasi dalam meningkatkan kualitas pendidiknya,
sekolah tersebut selalu melenggarakan koordinasi antara sekolah, guru,
siswa dan pihak-pihak lain secara teratur dan sistematis.
Adapun struktur Organisasi di MTs Al-Kahfi Kota Bekasi adalah
sebagai berikut:

STRUKTUR ORGANISASI
MTs AL-KAHFI KOTA BEKASI

Ketua Yayasan YPI Al-Kahfi

Ust. Muhammad Zainal Arifin

Kepala MTs Al-Kahfi Ketua Komite

Kurniadi, S.Pd Hafizudin S.Ag

Wakabid Kesiswaan Wakabid Kurikulum Wakabid Sarana Prasarana

Ahmad Syatiri Achmad Mursyidi S.Pd.I Sabeni S.Pd.


64

Kepala Tata Usaha

Neneng Alfiyah, S.Pd

Dewan Guru

Siswa/Siswi

5. Keadaan Siswa
Siswa merupakan bagian dari komponen yang tidak dapat
dipisahkan dari Madrasah Aliyah karena siswa merupaka salah satu
obyek dalam pendidikan dan menjadi tujuan untuk diberi pendidikan.
Pendidikan tidak mungkin terlaksana tanpa adanya siswai atau peserta
didik sebagai objek yang menerima pendidikan tersebut.
Jumlah siswa Madrasah Tsanawiyah Al-Kahfi sampai dengan tahun
2023 sebanyak 64 siswa. Data selengkapnya disajikan dalam tabel
berikut:
Tabel 1
Data Keadaan Siswa Madrasah Tsanawiyah Al-Kahfi
Tahun Pelajaran 2022/2023
No Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 VII 10 14 24
2 VIII 9 11 20
3 XII 8 10 18
JUMLAH 64

6. Kurikulum MTs Al-Kahfi Kota Bekasi


Kurikulum yang dipergunakan di MTs Al-Kahfi adalah Standar
Nasional dengan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang
berbasis kompetensi yang dipadukan dengan pelajaran Dinul islam.
64

Berikut adalah contoh kegiatan Dinul Islam yang wajib dilakukan oleh
siswa/i MTs Al-Kahfi :
a. Tadarus Al-Qur’an (Membaca Al-Qur’an setiap hari)
b. Tahfidz Al-Qur’an (Menghafal Juz 30)
c. Muhadoroh (Pembinaan mental dan kreatifitas)
d. Sholat Berjama’ah
e. Kaligrafi
f. Marawis
g. Hadroh72

7. Sumber Daya Manusia


Jumlah guru di MTs Al-Kahfi Kota Bekasi, berdasarkan latar
belakang pendidikan dan masa tugasnya dapat dilihat pada tabel
berikut ini :

Tabel 2
Data Keadaan Guru Madrasah Tsanawiyah Al-Kahfi
Tahun Pelajaran 2022/2023

Pendidikan
No Nama Jabatan Bid. Stud
Terakhir
1 Kurniadi S.Pd Kepala Sekolah S1 -
2 Ir. Umar Mulyono Ketua Komite S1 Matematika
3 Ahmad Mursyidi Bidang Kurikulum S1 Ekonomi
4 Hafidzuddin S.Ag Wali Kelas VII S1 SKI/Geografi
6 Ahmad Syatiri, S.Ag Wali Kelas VIII S1 Fiqih
7 Luluk Prasetyo S.Ag Wali Kelas IX S1 IPS
8 Kurniadi S.Pd Guru S1 Qurdis
9 Mat Nasir S.Ag Guru S1 B.Arab

10 Anwar Sholeh S.Pd. Guru S1 TIK

11 Hj. Permasih, S.Pd Guru S1 B. Inggris

72
Hasil wawancara dengan Waka Kurikulum Mts Al-Kahfi Kota Bekasi
64

12 Nisfal Khoiro S.Pd. Guru S2 B. Indonesia


13 Ardhia Resti Fauzi, S.Pd Guru S1 Aqidah Akhlaq
14 Veny Vionita Guru MA Seni Budaya
15 Husin S,Pd. Guru S1 PKN
18 Neneng Alfiyah S.Pd. TU S1 -
19 Sabeni S.Pd. Operator Sekolah S1 -

Memperhatikan latar belakang pendidikan dan jumlah guru seperti


pada tabel di atas, proses belajar mengajar di Madrasah Aliyah Al-Kahfi
dapat berjalan dengan baik karena kualifikasi dan kompetensi guru dapat
dipertanggung jawabkan.

8. Fasilitas Sarana dan Prasarana MTs AL-Kahfi Kota Bekasi


Sarana dan prasarana adalah komponen penting fasilitas sebuah
sekolah. Demi kelancaran proses belajar mengajar, peralatan dan
perlengkapan yang ada di sekolah secara langsung dipergunakan demi
menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar
seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi serta alat-alat dan media
pengajaran.
Adapun yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah
fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses
pendidikan atau pengajaran seperti halaman, kebun, tanaman sekolah,
dan jalan menuju sekolah.
Sarana dan prasarana merupakan faktor pendukung berjalannya
sebuah kegiatan belajar mengajar, karena tanpa itu semua jalannya
kegiatan belajar mengajar akan kurang optimal dan kurang kondusif.
Madrasah Tsanawiyah Al-Kahfi memiliki sarana dan prasarana
yang cukup memadai. Mulai dari ruang belajar beserta perlengkapanya
dan juga perlengkapan administrasi/ tata usaha (TU). Adapun sarana
dan prasarana yang dimiliki madrasah terebut disajikan dalam tabel
berikut:
64

Tabel 3
Sarana Dan Prasarana Madrasah Tsanawiyah Al-Kahfi
Tahun Pelajaran 2022/2023
No Nama Sarana & Pra Sarana Jumlah Keadaan
1 Luas Tanah 450 M2 Milik Sendiri
2 Ruang Kantor 1 Ruang Baik
3 Ruang Kepala Sekolah 1 Ruang Baik
4 Lemari Kantor 6 Unit Baik
5 Komputer 20 Unit Baik
6 Meja Kantor 6 Unit Baik
7 Rak Buku Kantor 3 Unit Baik
8 Lab Komputer 1 Ruang Baik
9 Ruang Perpustakaan 1 Ruang Baik
10 Ruang Kelas 3 Ruang Baik
11 Meja & Kursi Siswa 58 Unit Baik
12 WC Guru 1 Ruang Baik
13 WC Siswa 1 Ruang Baik
14 Aula Kegiatan 1 Ruang Baik

9. Sistem Keuangan
Sistem manajemen keuangan di Madrasah Tsanawiyah Al-Kahfi
terutama berkenaan dengan kiat sekolah dalam menggali dana, kiat
sekolah dalam mengelolah dana, dan pengelolaan keuangan dikaitkan
dengan program tahunan sekolah, cara mengadministrasikan dana
sekolah, dan cara melakukan pengawasan, sistem penggajian, serta
pemeriksaan.
Sumber keuangan dan tanggung jawab sistem keuangan di
Madrasah Tsanawiyah Al-Kahfi adalah sebagai berikut:
 Pihak yang bertanggung jawab terhadap pembiyaan adalah
lembaga penyelenggara Madrasah Tsanawiyah Al-Kahfi yaitu :
Yayasan Perguruan Islam Al-Kahfi .
 Peran serta siswa melalui iuran bulana (SPP) serta pemerintah,
masyarakat, dan sumber-sumber lainnya yang tidak mengikat
Inti sistem manajemen keuangan di Madrasah Tsanawiyah Al-
Kahfi adalah pencapaian efesiensi dan efektivitas. Oleh karena itu, di
samping mengupayakan ketersediaan dana yang memadai untuk
64

kebutuhan pembangunan maupun kegiatan rutin operasional di


sekolah, juga perlu di perhatikan faktor akuntabilitas dan transparansi
setiap penggunaan keuangan baik yang bersumber dari pemerintah,
masyarakat, dan sumber-sumber lainnya.

B. Temuan Khusus Penelitian


1. Peran Kepala Sekolah
Peran utama kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah
menciptakan situasi belajar mengajar sehingga guru-guru dapat
mengajar dan siswa pun dapat belajar dengan baik. Dalam
melaksanakan peran tersebut, kepala sekolah memiliki tanggung jawab
ganda yaitu: melaksanakan administrasi sekolah sehingga tercipta
situasi belajar mengajar yang baik. Dan melaksanakan supervisi
sehingga guru-guru merasa di awasi oleh kepala sekolah. Dalam
menjalankan tugas guru terutama dalam proses belajar mengajar di MTs
Al-Kahfi Kota Bekasi. Data wawancara menurut Bapak Husin, S.Pd :
Peran kepala sekolah yang dapat saya amati selama ini di MTs Al-
Kahfi adalah kepala sekolah sudah mengotrol dan menyambut
datangnya guru dan siswa. Selain itu kepala sekolah juga melakukan
pembinaan kepada guru lewat mendorong guru untuk melakukan
pelatihan baik pengisian RKM, Pengisian Rapor Online, Pengisian
dan belajar perangkat pembelajaran lainnya,0
Berdasarkan hasil wawancara diatas penulis dapat di simpulkan
bahwa Kepala sekolah merupakan sosok yang sangat menjadi
panutan dan mempunyai peranan penting bagi lembaga yang di
pimpinnya. tugas dari kepala sekolah yaitu membimbing dan
membina para guru dan seluruh Para staf yang berperan penting dalam
proses pembelajaran agar mampu meningkatkan dan
mengembangkan kemampuan yang di miliki para guru untuk
menciptakan situasi pembelajaran yang efektif, kondusif, inovatif
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai harapan. Adapun
peran kepala sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan guru yakni :

0
Data hasil wawancara dengan Bapak Husin, S.Pd di Ruang Guru MTs Al-Kahfi Kota
Bekasi pada tanggal 9 Maret 2023
64

1) Kepala sekolah sebagai manajer


Berdasarkan hasil Observasi dilapangan yang telah
dianalisis, maka peran kepala sekolah dalam meningkatkan
kedisiplinan guru mata pelajaran di MTs Al-Kahfi Kota Bekasi
yang terdiri dari peran kepala sekolah dalam meningkatkan
kedisiplinan guru, oleh karena itu yang menjadi tolak ukur
disiplinnya guru tergantung bagaimana kepala sekolah membuat
konsep yang bisa menjadi acuan motivasi guru, dalam
menjalangkan tugas dan tanggung jawabnya faktor pendukung
peran kepala sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan guru,
karena guru salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas
pendidikan,
Kepala sekolah memegang peranan penting dalam
mempengaruhi dan mengarahkan guru-guru memimpin jalannya
proses belajar mengajar dan faktor penghambat peran kepala
sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan guru dapat dipaparkan
Oleh guru MTs Al-Kahfi Kota Bekasi sekolah sebagai berikut
Data wawancara menurut pak Husin, S.Pd :
Peran kepala sekolah MTs Al-Kahfi yang paling menonjol adalah
pengembangan kedisiplinan guru terutama harapan kepala sekolah
hadir tepat waktu agar bidang studi yang bersangkutan dapat
berjalan dengan baik selain daripada penekanan kehadiran tepat
waktu juga pembuatan perangkat pembelajaran sebagai bahan
evaluasi pengawas jika datang berkunjung ke MTs Al-Kahfi Kota
Bekasi. 0
Berdasarkan data hasil wawancara diatas penulis dapat
kami mengambil kesimpulkan bahwa peran kepala sekolah adalah
sebagai pemimpin sekaligus manajer yang harus mengatur
memberi perinta pada guru serta mengayomi bawahannya yaitu
para guru dan menyelesaikan masalah -masalah yang timbul, jadi
berdasarkan hasil wawancara diatas yang dapat di paparkan oleh
guru MTs Al-Kahfi Kota Bekasi bahwa kepala sekolah
mempunyai kemampuan untuk memimpin segala sumber daya

0
Data Hasil Wawancara Pak Husin , S.Pd di Ruang Guru MTs Al-Kahfi Kota Bekasi Pada
Tanggal 9 Maret 2023.
64

yang ada di sekolah sehingga dapat didayagunakan secara


maksimal untuk mencapai tujuan bersama.

2) Kepala Sekolah Sebagai Fasilitator


Peran kepala sekolah sebagai fasilitator, kepala sekolah
MTs Al-Kahfi Kota Bekasi dalam mengembangkan berbagai
aspek dalam proses belajar mengajar tentunya tak terlepas dari
berbagai fasilitas untuk menjadi penunjang dalam
mengembangkan kualitas pendidikan di sekolah MTs Al-Kahfi
Kota Bekasi fasilitas yang paling utama adalah menyediakan buku
paket, absensi siswa, print kantor, spidol dan kebutuhan fasilitas
lainnya.
Data hasil wawancara menurut ibu Neneng Alfiyah, S.Pd :

Menjelaskan bahwa peran kepala sekolah dalam menfasilitasi


sekolah masi belum maksimal berhubung karena Sekolah MTs Al-
Kahfi Kota Bekasi belum mendapatkan dana bos, jadi fasilitas
sekolah masi dalam kondisi sederhana adapun dana kadang di
gunakan seperti transportasi guru jika ada yang ikut pelatihan itu
masi dana pribadi kepala sekolah sebagai penanggung jawab.0

Berdasarkan data hasil wawancara menurut bu Neneng


Alfiyah, S.Pd peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa, peran
kepala sekolah dalam menfasilitasi sekolah masi belum memadai
karena sekolah MTs Al-Kahfi Kota Bekasi belum mendapatkan
dana bos dari pemerintah sehingga fasilitas sekolah masi sederhana
adapun dana pembangunan gedung darurat bersumber dari swadaya
masyarakat.

3) Kepala Sekolah Sebagai Administrator


Peran kepalah sekolah sebagai administrator kepala sekolah
berperan, membimbing mengembangkan, pengadministrasian
sekolah yang baik, lengkap akurat, yang semua yang berhubungan
dengan berkas pendidikan terutama perangkat pembelajaran

0
Data Hasil Wawancara Menurut Ibu Neneng Alfiyah, S.Pd di gedung MTs Al-Kahfi Pada
Tanggal 9 Maret 2023 .
64

seperti RPP, Silabus, absensi siswa Promes, Prota, Kalender


pendidikan dan berkas lainya.
Hasil data wawancara dari ibu Neneng Alfiyah, S.Pd :

Kepala sekolah MTs Al-Kahfi Kota Bekasi sangat


memperhatikan administrasi baik kelengkapan perangkat
pembelajaran guru seperti RPP, Silabus, Promes, Prota, Kalender
pendidikan sebagai bahan evaluasi pengawas jika datang
mengawas di MTs Al-Kahfi Kota Bekasi memperhatikan daftar
hadir guru dalam proses belajar mengajar, karena daftar hadir
guru adalah sebagai acuan proses penggajian guru akhir bulan0
Berdasarkan data hasil wawancara di atas peneliti dapat
menarik kesipulan bahwa Kepala sekolah MTs Al-Kahfi Kota
Bekasi sangat memperhatikan dan memantau tentang administrasi
guru-guru baik perangkat pembelajaran maupun daftar hadir guru,
namun kepala sekolah belum mendapatkan dana bos tapi tetap
melakukan penggajian guru sesuai standar gaji guru per jam.

4) Kepala Sekolah Sebagai Evaluator.


Kepala sekolah mengevaluasi guru dalam proses belajar
mengajar untuk mengetahui sejau mana guru menjalangkan tugas
dan tanggung jawab dalam proses belajar mengajar mapun
pembuatan perangkat pembelajaran yang nantinya akan menjadi
acuan evaluasi baik kepala sekolah mapun pengawas jika datang
berkunjung kesekolah

2. Fungsi Kepala Sekolah


Fungsi kepala sekolah di bagi menjadi empat komponen sebagai
berikut:
a. Fungsi sebagai Perencanaan
Dalam kerangka manajemen sekolah perencanaan bermakna
bahwa kepala sekolah bersama guru-guru berfikir untuk
menentukan apa yang perlu di benahi sekolah MTs Al-Kahfi Kota
Bekasi, maka kepala sekola dan guru saling mengeluarkan saran-

0
Data Hasil Wawancara, dari Ibu Neneng Alfiyah, S.Pd di gedung MTs Al-Kahfi Kota
Bekasi Pada Tanggal 9 Maret 2023
64

saran untuk pembenahan baik penambahan sarana dan prasarana


maupun pembenahan kebutuhan lainnya.

b. Fungsi sebagai Pengorganisasian


Kepala sekolah harus mampu membimbing, mengatur
menggerakkan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas-tugas guru
dalam melakukan semua hal yang berkaitang denga kepentingan
sekolah MTs Al-Kahfi Kota Bekasi dengan terbentuknya personil
organisasi sekolah maka akan teratur penuh kerja sama sehingga
lahir semangat guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar.0

c. Fungsi sebagai pembimbing


Administrasi pendidikan adalah proses mengembangkan
aktivitas yang bersifat husus melalui kegiatan, perencanaan,
pengorganisasian, dan pembinaan guru-guru di sekolah agar
melalui pembinaan inilah lebih mampu menciptakan situasi belajar
mengajar yang sesuai dengan tujuan bersama.

d. Fungsi Sebagai Penasehat


Kepala sekolah sebagai supervisor artinya kepala sekolah
berfungsi sebagai pengawas, pengendali pembina, pengarah dan
pemberi contoh kepada para guru di sekolah salah satu hal yang
terpenting adalah sebagai supervisor memahami tugas dan
kedudukan di sekolah
Hal yang menjadi ide pokok kepala sekolah adalah yang
dilakukan kepala sekolah sebagai pemimpin agar guru dapat
memiliki motivasi dan menaati seturuh aturan-aturan atau tata
tertib yang telah disepakati bersama adalah dengan memposisikan
dirinya sebagai seorang pemimpin yang harus memberi contoh
yang baik kepada guru dan memberikan motivasi kepada guru
baik yang berkaitan dengan proses belajar mengajar maupun

0
Sudarman Danim, Manajemen Kepemimpinan Transfornasional, Kepala Sekolah,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2009). h. 21
64

pembuatan perangkat pembelajaran yang menjadi bahan evaluasi


ketika pengawas datang berkunjung kesekolah. Ini akan menjadi
penilaian khusus kepala sekolah untuk di berikan penghargaan
setiap selesai semester
Analisis peneliti dari hasil wawancara diatas tentang Peran Kepala
Sekolah di sekolah, kepala sekolah mampu mengatur, memperhatikan
kegiatan yang ada disekolah. Kepala sekolah MTs Al-Kahfi Kota
Bekasi telah menjalankan di sekolah dengan beberapa indikator,
meliputi penegakan peraturan atau tata tertib dengan mengontrol
kehadiran guru di sekolah, mengontrol ketepatan waktu guru dalam
mengajar, pembagian tugas dan tanggung jawab, serta cara berpakaian
atau penampilan guru di sekolah sebagai sekolah Madrasah yang
dominan pendidikan agama islam.
Selain hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa Kepala
sekolah merupakan sosok yang sangat menjadi panutan dan
mempunyai peranan penting bagi lembaga yang di pimpinnya. tugas
dari kepala sekolah yaitu membimbing dan membina para guru dan
seluruh para staf yang berperan penting dalam proses pembelajaran agar
mampu meningkatkan dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki
para guru untuk menciptakan situasi pembelajaran yang efektif,
kondusif, inovatif sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai
harapan.
Peran kepala sekolah ialah mengarahkan guru dalam meningkatkan
kedisiplinan, upaya yang dilakukan kepala sekolah MTs Al-Kahfi Kota
Bekasi secara umum dengan memberikan pembinaan dan pengarahan
kepada seluruh guru di saat rapat awal tahun, mengenai betapa
pentingnnya tertip baik dalam atministrasi maupun dalam proses belajar
mengajar .
1. Kepala sekolah membimbing guru dalam proses belajar mengajar
sebagai sistem kedisiplinan dibutuhkan kekonsistenan pada waktu
pelaksanaan dan kerja sama antara kepala sekolah, guru, dan siswa
demi kelangsungan aktifitas belajar mengajar di MTs Al-Kahfi Kota
Bekasi.
64

2. Kepala sekolah memberi pemahaman tugas pokok guru sehingga


pada pelaksanaan kegiatan proses belajar mengajar siswa guna untuk
membiasakan pola hidup tepat waktu, kebersamaan, saling
membantu, mengajak, dan interaksi sosial keagamaan. Yang
diharapkan nantinya akan tercipta kebiasaan, proses kebiasaan itu
dengan cara di pandu oleh kepala sekolah.
Pada umumnya guru-guru di MTs Al-Kahfi adalah dominan guru-
guru baru yang sangat membutuhkan bimbingan baik dari kepala
sekolah maupun dari pengawas. Kedisiplinan guru merupakan aspek
utama dan esensial pada lembaga pendidikan dalam struktural
organisasi sekolah MTs Al-Kahfi Kota Bekasi yang di emban oleh
kepala sekolah karena bertanggung jawab sebagai pimpinan di sekolah
menerapkan dasar-dasarnya pada guru. Data hasil wawancara dari Ibu
Ardhia Resti , S.Pd :
Tanggung jawab kepala sekolah yang dapat di amati selama ini
adalah yang membuat guru-guru termotivasi selain dari pada kerja sama
yang baik, pengaruh dari nilai keteladanan kepala sekolah, dan
Apresiasi kepala sekolah kepada guru, setelah selesai semester guru-
guru pun termotivasi karena adanya persaingan Madrasah sederajat
yang saling berdekatan MTs Al-Kahfi Kota Bekasi yang sama- sama
terletak dalam satu wilayah, persaingan inilah yang membuat guru-guru
juga termotivasi disiplin baik proses belajar mengajar, datang tepat
waktu, pembuatan prangkat pembelajaran.0

Analisis dari pemaparan Ibu Ardhia Resti Fauzi, S.Pd di atas dapat
peneliti ketahui bahwa selain motivasi kepala sekolah dalam hal ini,
kerja sama yang baik, memberi keteladanan pada guru, apresiasi bagi
guru yang aktif menjalankan tugas dan tanggung jawab, Tugas utama
yang di miliki guru dalam pembelajaran di MTs Al-Kahfi Kota Bekasi
adalah acuan dasar peneliti yang di gunakan dalam mengkaji lebih
dalam tentang kedisiplinan guru melaksanankan tugas dan tanggung
jawab di MTs Al-Kahfi Kota Bekasi
Pengaruh dari pembinaan perilaku sosial guru juga berdampak
pada rasa tanggug jawab dalam meningkatkan kedisiplinan guru atau

0
Menurut Ibu Ardhia Resti Fauzi, S.Pd pada tanggal 20 Maret 2023 di Ruang kelas MTs
Al-Kahfi
64

amanah yang diberikan oleh kepala sekolah dengan penuh rasa


tanggung jawab, untuk lebih jelasnya dapat penulis paparkan
presentasinya dari setiap itemnya sebagai berikut perilaku sosial guru
dalam menjalankan tanggung jawabnya. Data wawancara dari ibu
Ardhia Resti Fauzi,S,Pd :

Tabel 4.4 Data hasil wawancara dari ibu Ardhia Resti Fauzi, S.Pd di MTs Al-
Kahfi Kota Bekasi

No. Perilaku Guru Jumlah Keterangan


1 Sangat Bertanggung Jawab 9 Orang Guru Mapel
2 Bertanggung Jawab 7 Orang Guru Mapel
3 Kurang Bertanggung Jawab 3 Orang Guru Mapel
4 Tidak Bertanggung Jawab Tidak Ada Tidak Ada
Jumlah 19 Orang Guru Mapel

Data di atas diketahui bahwa ada 9 orang Guru yang sangat


tanggung jawab terhadap amanah yang diberikan ada 7 orang Guru
yang kurang tanggung jawab terhadap amanah yang diberikan dan ada
3 orang guru. Dari data yang ada di atas menunjukkan bahwa guru
bertanggung jawab terhadap amanah yang di berikan oleh kepala
Sekolah, ini membuktikan bahwa guru sangat bertanggung jawab baik
pada dirinya sendiri dan terhadap amanah yang di bebankan pada guru
MTs Al-Kahfi Kota Bekasi
Tanggung jawab dalam hal ini, Tanggung jawab melaksanakan
tugas yang di amanatkan oleh kepala sekolah, baik tugas pokok maupun
tugas tambahan, tugas pokok yaitu, melaksanakan proses belajar
mengajar di kelas setiap jadwal yang telah di tetapkan bersama, adapun
tugas tambahan yaitu sebagian guru ada yang di tugaskan sebagai wali
kelas, Operator Emis, Operator sarana dan prasarana, pembina osis,
Guru BK, dan pembina ekstrakurikuler lainnya.

3. Faktor Pendukung Kedisiplinan Guru


64

Banyak faktor yang pendukung sehingga terjadinya kedisiplinan


guru mata pelajaran, faktor utamanya itu dirasa dari kedisiplinan dalam
peraturan yang di terapkan MTs Al-Kahfi , sehingga ada banyak
faktor-faktor lainnya berikutnya yang mendukung terjadinya
kedisiplinan guru , sebagai berikut:
Data dari hasil wawancara dengan bapak Umar Mulyono di MTs Al-
Kahfi Kota Bekasi menjelaskan bahwa:
“Faktor pendukung kedisiplinan guru di MTs Al-Kahfi yang
pertama adalah kepala sekolah sudah melakukan kerja sama yang
baik, kepala sekolah sudah memberi contoh atau teladan pada guru,
serta memberikan apresiasi pada guru, kepala sekolah memberi
pemahaman pada guru mata pelajaran dengan alasan adanya
persaingan tingkat madrasah Tsanawiyah yang berdekatan yang
menjadi penilaian masyarakat dan siswa di antara madrasah yang
berdekatan MTs Al-Kahfi ini berlokasi dalam satu lingkungan atau
dusun jadi kedisiplinan guru terutama datang tepat waktu akan menjadi
daya tarik masyarakat pada umumnya siswa pada khususnya demi
untuk kemajuan MTs Al-Kahfi.0

Berdasarkan data hasil wawancara dari bapak Ahmad Syatiri,


beliau menjelaskan bahwa faktor pendukung kedisiplinan guru mata
pelajaran yang dapat di temui peneliti adalah kepala sekolah senantiasa
melakukan kerja sama yang baik, memberi contoh atau teladan, serta
Mengapresiasi guru-guru dengan memberikan penghargaan ketika
akhir semester.

1) Kerja Sama Yang Baik


Kerja sama sangat di perlukan dalam mengelolah jalannya kegiatan
pembelajaran di sekolah melalui kerjasama maka akan tercipta suasana
kerja yang kondusif, berdasarkan temuan peneliti di lokasi, penelitian di
MTs Al-Kahfi Kota Bekasi. Kerja sama baik antara guru dengan kepala
sekolah, guru dengan guru serta guru dengan siswa. Sudah menjadi
kebiasaan sehari- hari.
Dari hasil data wawancara pak Umar Mulyono di gedung MTs Al-Kahfi
beliau menyajikan bahwa :

0
Menurut Bapak Ir. Umar Mulyono pada tanggal 20 Maret 2023 di Ruang Guru MTs Al-
Kahfi
64

“ Kepala sekolah MTs Al-kahfi mengedepankan kerja sama demi


lancarnya semua aktifitas yang berkaitan dengan sekolah baik pembuatan
perangkat pembelajaran, pelatihan pengisian RKM, pengisian Rapor
online, serta kerja sama membenahi sarana dan prasaran sekolah demi
kemajuan MTs Al-Kahfi”
Berdasarkan data hasil wawancara diatas peneliti dapat
menyimpulkan bahwa kepala sekolah MTs Al-Kahfi senantiasa kerja
sama baik kepala sekolah dan guru maupun kerja sama antara guru
dengan guru, sehingga semua pekerjaan dapat berjalan dengan baik.

2) Adanya contoh atau teladan dari kepala sekolah


Adanya contoh atau teladan dari kepala sekolah membuat guru di
sekolah melaksanakan tugasnya sebagai guru kedatangan kepala sekolah
setiap hari di sekolah dengan menyambut guru dan siswa sehingga
membuat guru juga terlibat aktif dalam kegiatan tersebut.

3) Apresiasi kepala sekolah terhadap guru


Guru akan merasa lebih di hargai apabila setiap kerja keras guru di
beri apresiasi oleh kepala sekolah karena untuk kerja sama yang baik
tidak membutuhkan pengorbanan sedikit apresiasi inilah yang
memberikan perbedaan antara guru yang bersungguh-sungguh bekerja
dan guru yang setengah hati, melaksanakn tugas dan tanggung jawab.
Data wawancara dari pak Husin, S.Pd menyajikan bahwa :
“Sistem penerapan kedisiplinan guru itu dirasa cukup membantu kami
dalam mengatur kebiasaan baik dalam proses belajar mengajar maupun
administrasi di sekolah, hal ini sebagai guru di MTs Al-Kahfi merasa
bertanggung jawab. Bahwa guru sebagai panutan dan sebaiknya di
jadikan tauladan baik dalam kehadiran tepat waktu berpakaian rapi inilah
yang menjadi penekanan bagi dewan guru, ini yang menjadi bahan
evaluasi0 “

Berdasarkan uraian hasil wawancara diatas yang di paparkan oleh


Bapak Husin, S.Pd di MTs Al-Kahfi peneliti menyimpulkan bahwa
penerapan kedisiplinan guru disini cukup membawa pengaruh terhadap
pembentukan karakter sosial pada sesama guru, karena guru dapat
konsisten dalam memaksimalkan waktu proses belajar mengajar dan tata
0
Data hasil wawancara dari pak Husin, S.Pd di gedung MTs. Al-Kahfi pada tanggal 21
Maret 2023.
64

tertib itu tidak akan berjalan apabila pengurus lembaga tidak tegas dan
juga kesadaran dari guru sebagai panutan di MTs Al-Kahfi Kota Bekasi,
jadi berjalannya tata tertib ini dikarenakan adanya kepalah sekolah yang
tegas dan ramah dalam hal pendekatan kepada guru kesadaran guru
terinspirasi dalam memegang amanah dan tanggung jawab, jadi
penerapan tata tertib terutama dalam hal kedisiplinan guru, karena
sistimnya kerja koletif kolegal itu tidak berat, sehingga tata tertib yang
ada bisa menciptaka kebiasaan sosial dalam membangung tingkat kualitas
sekolah MTs Al-Kahfi.

4. Faktor-Faktor yang Menjadi Penghambat Kedisiplinan Guru


Dalam setiap urusan pasti ada hambatan atau kendala yang di
hadapi sebagai pewarna dalam kehidupan. Allah S.W.T telah
menciptakan sesuatu dengan berpasang-pasangan sebagai pengindah
kehidupan ini. Dan begitu pula pada kedisipliana guru mata pelajaran
tentu ada kendala-kendala yang di hadapi oleh kepala sekolah terutama
pada para guru. Menurut Pak Sabeni, S.Pd Menjelaskan bahwa:

“Faktor penghambat kedisiplinan guru mata pelajaran adalah


kedisiplinan guru mata pelajaran di MTs Al-Kahfi sudah baik
namun masi perlu di tingkatkan upaya-upaya kedisiplinan guru
karena masi ada guru melanggar peraturan–peraturan sekolah
penghambat kedisiplinan guru dalam hal ini administrasi seperti
perangkat pembelajaran yang perlu di sediakan sebelum datang
pengawas yang menjadi kendala adalah tidak adanya print pribadi,
rusaknya print kantor .”0

Faktor – faktor yang menjadi penghambat kedisiplinan guru


terbagi dua yaitu:
1) Faktor internal sekolah
Faktor internal sekolah yang menjadi penghambat
kedisiplinan guru baik dalam proses belajar mengajar maupun
0
Menurut Bapak Sabeni , S.Pd wawancara pada tanggal 21 Maret 2023 di Laboratorium
Komputer.
64

pembuatan perangkat pembelajaran, faktor penghambat


kedisiplinan guru dalam pembuatan perangkat pembelajaran yaitu
rusaknya print kantor, singkatnya waktu pembuatan perangkat
pembelajaran , lambatnya informasi sehingga sebagian guru
lambat meyelesaikan perangkat pembelajarannya.
Data wawancara dari ibu Neneng Alfiyah , S.Pd menyajikan
bahwa:
“ Faktor internal sekolah terkadang menjadi penghambat
disipilinnya guru dalam melengkapi perangkat pembelajaran,
seperti rusaknya printer kantor. Lalu, komunikasi yang lamban dari
pengawas maupun kepala sekolah menjadi salah satu faktor
penghambat guru dalam menyelesaikan perangkat
pembelajarannya.”0

Berdasarkan data hasil wawancara dari ibu Neneng Alfiyah ,S.Pd


pada tanggal 21 Maret 2023 Peneliti dapat menyimpulkan bahwa faktor
yang menjadi penghambat kedisiplinan guru mata pelajaran di MTs Al-
Kahfi Kota Bekasi adalah faktor sarana dan prasarana yang kurang
memadai.

2) Faktor eksternal sekolah


Faktor eksternal sekolah yang menjadi penghambat
kedisiplinan guru adalah faktor urusan keluarga seperti
menjenguk orang sakit, rusaknya kendaraan , terjadinya
kecelakaan pada perjalanan menuju ke sekolah. inlah yang
menjadi penghambat kedisiplinan guru dalam menjalangkan tugas
dan tanggung jawabnya.
Data wawancara dari ibu Nisfhal Khoiro, S. Pd.:
“Faktor eksternal sekolah kadang menjadi penghambat
kedisiplinan guru mata pelajaran adalah berhalangan karena
persoalan keluarga seperti menjenguk orang sakit, atau rusaknya
kendaraan di perjalanan.”0

0
Data Wawancara dari ibu Neneng Alfiyah, S.Pd sdi MTs Al-Kahfi Kota Bekasi pada tanggal 21
Maret 2023
0
Data wawancara dari ibu Nisfal Khoiro, S. Pd. Pada tanggal 21 Februari 2023 di Gedung
MTs Al-Kahfi Kota Bekasi
64

Berdasarkan data hasil wawancara dari ibu Nisfal Khoiro,


S.Pd. peneliti dapat menyimpulkan bahwa yang menjadi
penghambat kedisiplinan guru, sebagaimana di jelaskan di atas
bahwa yang menjadi penghambat kedisiplinan guru rusaknya
kedaraan di perjalanan serta urusan keluarga seperti menjenguk
orang sakit.
Karena faktor-faktor inilah kepala sekolah juga memberikan
pembinaan khusus untuk mengetahui karakter guru masing-masing.
Untuk pembinaan secara individu kepala sekolah selalu
memberikan masukan tentang peningkatan kedisiplinan baik
proses belajar mengajar, administrasi dan datang tepat waktu
selain dari pada itu kepala sekolah juga memberikan motivasi dan
dorongan agar yang sudah disiplin di pertahankan yang masih
kurang disiplin di tingkatkan.
64

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas yang merupakan perpaduan antara hasil
penelitian teoritas di lapangan yang mengacu pada rumusan masalah skripsi ini
maka penulis memperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah memiliki peran penting
untuk menjalankan tugasnya. Peran kepala sekolah yaitu sebagai educator,
manajer, administrator, supervisor, leader, innovator dan motivator. Peran-
peran tersebut harus dimiliki oleh kepala sekolah untuk membantu
terlaksananya program dan tujuan sekolah.
2. Kedisiplinan guru yang di terapkan di MTs Al-Kahfi Kota Bekasi sudah
terlaksana dengan cukup baik dengan guru yang sudah berusaha hadir
tepat waktu di sekolah, kerja sama yang baik antara guru dengan kepala
sekolah, saling menghargai dan memiliki hubungan sosial yang baik. Ini
semua terlaksana karena adanya rasa tanggung jawab yang diajarkan pada
nilai-nilai moralitas.
3. Deskripsi perilaku sosial guru di MTs Al-Kahfi Kota Bekasi meningkat
tajam dari hari ke hari. Hal ini didukung dengan sistem peraturan yang
berlaku di MTs Al-Kahfi Kota Bekasi. Mulai dari proses belajar mengajar
sehingga kegiatan pengelolaan administrasi lainnya, semua terkendali
dengan baik dan hal ini sangat membantu dalam meningkatkan perilaku
sosial guru di MTs Al-Kahfi Kota Bekasi.
4. Faktor yang mendukung meningkatnya kedisiplinan guru di MTs Al-Kahfi
Kota Bekasi:
a) Peraturan yang ditegaskan dan diterapkan oleh MTs Al-Kahfi Kota
Bekasi sehingga Kedisiplinan guru pun dapat meningkat dan terjaga.
b) Adanya piket guru bagi guru yang tidak memiliki bidang studi jam
mengajar.
c) Ada juga yang datang dari diri guru yang merasa memiliki tanggung
jawab dan amanah.
64

d) Ada juga guru yang ingin mengetahui tingkat rajin dan malasnya
siswa.
e) Karena sudah terjalinnya hubungan yang erat antara kepala sekolah
dan guru.

B. Saran
Setelah melakukan penelitian berupa observasi dan wawancara secara
langsung kepada subjek penelitian, penulis ingin memberikan saran-saran
sebagai harapan yang mungkin bisa membantu dalam peningkatan sekolah dan
juga sebagai pelengkap dalam penyelesaian skripsi ini.
1. Alangkah baiknya kepala sekolah memperhatikan kekurangan dan
kebutuhan guru agar mampu menjadi tumpuan segala kegiatan guru,
sehingga guru dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabanya untuk
mencapai tujuan pendidikan seutuhnya.
2. Guru sebagai tenaga pendidik hendaknya menjadi teladan bagi peserta didik
baik dalam ketekunan, ketepatan waktu maupun akhlak yang baik sebagai
ciri kedisiplinan yang terorganisir dengan baik sehingga ketika terwujud di
masyarakat akan terbiasa.
3. Pembinaan dan pengawasan harus terus dilakukan terhadap seluruh
komponen sekolah demi meningkatkan dan menanamkan kedisiplinan
dalam diri agar terwujud sekolah yang memiliki kualitas pendidik dan
sumber daya manusia yang baik.
64

DAFTAR PUSTAKA

Aan K, C. (2010). Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif. Jakarta: Bumi


Aksara.
Agus Maimun, A. Z. (2010). Madrasah Unggulan Lembaga Pendidikan Alternatif
di Era Kompetitif. Malang: UIN Maliki Press.
Agus Maimun, H. (2010). Madrasah Unggulan Lembaga Pendidikan Alternatif di
Era Kompetitif. Malang: UIN Maliki Press.
Ahsanti, N. A. (2015). Strategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kedisiplinan
Guru Siswa di SMP Muhammadiyah 17 Prambanan, Klaten, Jawa Tengah.
Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 81-82.
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik . Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Asmani, J. M. (2012). Tips Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Yogyakarta:
Diva Press.
Djafry, N. (2016). Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah. Yogyakarta: Dee
Publisher.
Djamarah, S. B. (2010). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta:
Rineka Cipta.
dkk, C. A. (2017). Manajemen Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Fungsi Guru
di SMA Muhammadiyah 2 Medan. Jurnal Edu Religi, 1-2.
dkk, S. (2013). Menjadi Guru yang Profesional. Jakarta: Esensi.
Dr. Iskandar Agung, M. (2014). Mengembangkan Profesionalitas Guru " Upaya
Meningkatkan Kompetensi dan Profesionalisme KInerja Guru". Jakarta :
Bee Media Pustaka.
Dr. Nur Aedi, M. (2016). Manajemen Pendidikan dan Tenaga Kependidikan.
Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Drajat. (2014). Etika Profesi Guru. Bandung: Alfabeta.
Endang, K. (2010). Hubungan Keterampilan Manajer Kepala Sekolah dengan
Kinerja Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Sukomanunggal Kota
Surabaya. Universitas Negeri Yogyakarta, 15.
Enzim. (2012). Metodologi, Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta:
Rajawali Press.
Etta Mamang Sumadji, S. (2010). Metodologi Penelitian - Pendekatan Praktis
dalam Penelitian. Yogyakarta: Anggi Offside.
64

Faisal, S. (1990). Penelitian Kualitatif : Dasar- Dasar dan Aplikasi. Malang:


YA3.
Fathoni, A. (2006). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Fathoni, A. (2006). Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi.
Jakarta: PT RIneka Cipta.
Gunawan, I. (2014). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hermino, A. (2014). Kepemimpinan Pendidikan di Era Globalisasi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
J.Moleong, L. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Kemendiknas. (2011). Buku Kerja Kepala Sekolah. Jakarta: Pusat Pengembangan
Tenaga Kependidikan.
Kemendiknas. (2011). Panduan Pendidikan Karakter. Jakarta: Kemendiknas.
Koenjrataningrat. (2001). Manusia dalam Budaya. Jakarta: Bina Aksara.
Makawimbang, J. H. (2021). Kepemimpinan Pendidikan yang Bermutu. Bandung:
Alfabeta.
Marshall S, M. Y. (2011). Prinsip-Prinsip Kepemimpinan. Jakarta: Erlangga.
Moleong, L. J. (1999). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mulyasa. (2012). Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi
Aksara.
Mulyasa, E. (2013). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nazir, M. (2009). Metode Penelitian . Jakarta: Ghalia Indonesia.
Pratama, M. (2014). Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi Kerja dan Disiplin Kerja
terhadap Kinerja Pegawai Balai Wilayah Sungai Sumatra V. Jurnal
UNITAS, 6.
Prijodaminto, S. (1994). Disiplin Kiat Menuju Sukses. Jakarta: Pradnya Pramita.
Rukajat, A. (2018). Pendekatan Penelitian Kualitatif ( Qualitative Research
Approach). Yogyakarta: CV Budi Utama.
Rusmawati, V. (2013). Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Upaya
Meningkatkan Disiplin Kerja Guru pada SDN 018 Balikpapan. Jurnal
Administrasi Negeri 1 No.2, 408.
Salim, N. A. (2016). Peran Kepemimpinan dalam Meningkatkan Disiplin Kerja
Guru. Jurnal Pendas Mahakam, 224.
Siagian, S. P. (1982). Kepemimpinan dan Perilaku Adminstrasi. Jakarta: Gunung
Agung.
64

Silalahi, A. (2002). Studi Tentang Ilmu Administrasi. Konsep, Teori, dan


DImensi. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Sudarwan danim, S. (2009). Manajemen dan Kepemimpinan Transformasional
Kekepalasekolahan. Jakarta: PT Bineka Cipta.
Sugiono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi.
Bandung: Alfabeta.
Sugiono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&B. Bandung:
Alfabeta.
Suharsaputra, U. (2012). Metode Penelitian Kunatitatif, Kualitatif, dan Tindakan.
Bandung: PT Refika Adimata.
Sukarman. (2012). Studi Tentang Kedisiplinan Pegawai Tata Usaha di SMK
Negeri 1 Makassar. Skripsi FIS UMN, 15.
Sutrisno, E. (2010). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kencana
Pradana Media Grup.
Syahrum, S. d. (2015). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Cita Pustaka
Media.
Wahjosumidjo. (1999). Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Wahjosumidjo. (2002). Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan
Permasalahannya. Jakarta: Rajawali Press.
wijaya, U. H. (2020). Analisis Data Kualitatif Teori Konsep dalam Penelitian
Pendidikan. Makassar: Sekolah Tinggi Teologia Jaffray.
Wiyani, N. A. (2015). Etika Profesi Keguruan. Yogyakarta: Ghafa Media.
Wukir, H. (2013). Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Organisasi Sekolah.
Yogyakarta: Multi Press Indo.
Yulis, R. (2005). Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Yusuf, A. M. (2014). Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian
Gabungan. Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri.
Zai, J. S. (1996). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
64

Anda mungkin juga menyukai