Disusun oleh :
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt. atas rahmat, hidayah, serta
inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah Administrasi Pendidikan
dengan judul "ADMINISTRASI STANDAR PENDIDIKAN DAN TENAGA
KEPENDIDIKAN" ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad saw. yang kita nantikan syafaatnya di hari kiamat nanti.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih kepada dosen kami yaitu Ibu Gadis
Herningtyasari, M. SI. yang telah memberikan kami bimbingan sehingga terselesaikanlah sudah
makalah kami.
Penyusunan karya tulis ini kami buat dengan segenap hati, keikhlasan, dan kecermatan. Semoga
isi yang diangkat dapat dicermati dan dipahami, serta dapat bermanfaat bagi semua pihak,
khususnya bagi kalangan mahasiswa. Aamiin.
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Kualifikasi akademik yang dimaksudkan di atas adalah tingkat pendidikan minimal yang harus
dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang
relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Kompetensi sebagai agen
pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini.
B. Rumusan Masalah
3. Bagaimana peran dan fungsi tenaga kependidikan, yang dapat menunjang proses
pembelajaran?
4. Bagaimana kompetensi yang harus dikuasai oleh pendidik dan tenaga kependidikan
guna menunjang proses pembelajaran yang efektif dan efisien?
PEMBAHASAN
1. Pengertian Pendidik
Dari segi bahasa, kata pendidik dalam bahasa Arab dijumpai kata ustadz, mudarris, mua’llim dan
mu’addib. Kata ustadz jamaknya asaatidz yang berarti teacher (guru), professor (gelar
akademik), jenjang dibidang intelektual, pelatih, penulis dan penyair.). Adapun kata mudarris
berarti teacher (guru), instsructor (pelatih) dan lecture (dosen) Selanjutnya kata mu’allim yang
juga berarti teacher (guru), instructor (pelatih), trainer (pemandu). Selanjutnya kata mu’addib
berarti educator (pendidik) atau teacher in Koranic school (guru dalam lembaga pendidikan al
Qur’an).
Beberapa kata tersebut di atas secara keseluruhan terhimpun dalam kata pendidik, karena seluruh
kata tersebut mengacu kepada seseorang yang memberikan pengetahuan, keterampilan atau
pengalaman kepada orang lain. Kata-kata yang bervariasi tersebut menunjukkan adanya
perbedaan ruang gerak dan lingkungan dimana pengetahuan dan ketrampilan diberikan. Jika
pengetahuan dan ketrampilan tersebut diberikan di sekolah disebut teacher, di perguruan tinggi
disebut lecturer atau professor, di rumah secara pribadi disebut tutor, di pusat-pusat latihan
disebut instructor atau trainer dan dilembaga-lembaga pendidikan yang mengajarkan agama
disebut educator.
Kata pendidik secara fungsional menunjukkan kepada seseorang yang melakukan kegiatan dalam
memberikan pengetahuan, ketrampilan, pendidikan, pengalaman dan sebagainya. Orang yang
melakukan kegiatan ini bisa siapa saja dan di mana saja. Di rumah orang yang melakukan tugas
tersebut ialah kedua orang tua karena secara moral dan teologis merekalah yang diserahi
tanggung jawab pandidikan anaknya. Selanjutnya di sekolah tugas tersebut dilakukan oleh guru
dan di masyarakat dilakukan oleh organisasi-organisasi kependidikan dan sebagainya. Atas dasar
ini, Abuddin Nata menyebutkan bahwa yang termasuk ke dalam pendidik itu bisa kedua orang
tua, guru, tokoh masyarakat dan sebagainya.
4
Dari segi istilah para ahli pendidikan merumuskan pengertian pendidikan sebagai berikut :
Menurut Ahmad Tafsir, (1992:74) Pendidik ialah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan anak didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik baik
potensi afektif, potensi kognitif maupun potensi psikomotorik.
Menurut Suryosubroto, (1983:26) Pendidik berarti juga orang dewasa yang bertanggung jawab
memberi pertolongan pada peserta didiknya dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar
mencapai tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan memenuhi tingkat kedewasaannya
mampu mandiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah swt dan mampu
melakukan tugas sebagai mahluk sosial dan sebagai mahluk individu yang mandiri.
Sedangkan Ahmad Marimba, (1996:87) Pendidik ialah orang yang memikul pertanggung
jawaban untuk mendidik yaitu manusia dewasa yang karena hak dan kewajibannya bertanggung
jawab tentang pendidikan si terdidik.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa ketika menjelaskan pengertian
pendidik selalu dikaitkan dengan bidang tugas dalam pekerjaan yang harus di lakukannya. Ini
menunjukkan bahwa pada akhirnya pendidik itu ialah merupakan profesi atau keahlian tertentu
yang melekat pada seseorang yang tugasnya berkaitan dengan pendidikan. Dalam UU SPN No
20 tahun 2003 pasal 37 ayat 2 yang berbunyi : “Pendidik merupakan tenaga professional yang
bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
melakukan pembimbingan dan pelatihan kepada masyarakat terutama bagi pendidikan pada
perguruan tinggi”. Selanjutnya dalam ayat 3 berbunyi :”Pendidik yang mengajar dalam satuan
pendidikan dasar dan menengah disebut guru dan pendidik yang mengajar di satuan pendidikan
tinggi disebut dosen”
Dalam Islam, pengertian mendidik tidak hanya dibatasi pada terjadinya interaksi pendidikan dan
pembelajaran antara guru dan peserta didik dimuka kelas tetapi mengajak, mendorong dan
membimbing orang lain untuk memahami dan melaksanakan ajaran Islam merupakan bagian
dari aktifitas pendidikan Islam.
5
Tenaga Kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk
menunjang penyelenggaraan pendidikan. Yang termasuk ke dalam tenaga kependidikan adalah:
kepala satuan pendidikan; pendidik; dan tenaga kependidikan lainnya. Kepala Satuan Pendidikan
yaitu orang yang diberi wewenang dan tanggung jawab untuk memimpin satuan pendidikan
tersebut. Kepala Satuan Pendidikan harus mampu melaksanakan peran dan tugasnya sebagai
edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator, motivator, figur dan mediator
(Emaslim-FM) Istilah lain untuk Kepala Satuan Pendidikan adalah: Kepala Sekolah, Rektor,
Direktur, serta istilah lainnya.
Menurut BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan), pendidik meliputi pendidik (guru) pada
TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SDLB/SMPLB/SMALB, SMK/MAK, satuan pendidikan
Paket A, Paket B dan Paket C, dan pendidik pada lembaga kursus dan pelatihan. Tenaga
kependidikan meliputi kepala sekolah/madrasah, pengawas satuan pendidikan, tenaga
administrasi, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, teknisi, pengelola kelompok belajar,
pamong belajar, dan tenaga kebersihan.
Kualifikasi akademik yang dimaksudkan di atas adalah tingkat pendidikan minimal yang harus
dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang
relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
6
Berikut ini, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia yang berkaitan dengan
Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan:
10. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 43 Tahun 2009 Standar
Tenaga administrasi pendidikan pada program Paket A, Paket B, dan Paket C.
11. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Standar
Pengelola pendidikan pada Program Paket A, Paket B, dan Paket C.
7
Dari paparan di atas penulis menyimpulkan bahwa sudah menjadi ketentuan (pemerintah) yang
tak dapat dipungkiri bahwa pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi
sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kompetensi dalam rangka
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran yang dimiliki guru harus memenuhi standar (ukuran tertentu yang dipakai sebagai
patokan). Siapapun bisa menjadi pendidik jika mereka mampu memelihara, merawat, melatih,
mengajar, menuntun, membimbing, dan memimpin. Namun Pendidik yang dimaksud di sini
adalah sosok manusia bergelar guru, yang dalam berbagai bidang memiliki kelebihan dan
keistimewaan karena telah memiliki kualifikasi sebagai seorang pendidik. Dalam melaksanakan
tugasnya sebagai pendidik, guru dibantu/didukung oleh tenaga kependidikan. Yaitu orang-orang
yang mempunyai andil cukup besar dalam bidang pendidikan, tetapi tidak berdiri di depan kelas
(melaksanakan proses pembelajaran) sebagaimana yang dilakukan seorang guru.
c. Menerima pemberian dalam bentuk apa pun dari pihak manapun yang terkait dengan nilai
atau kewajiban administrasi lainnya.
8
d. Memperlakukan mahasiswa diluar kepatutan, seperti mempersulit mahasiswa dalam
kegiatan administrasi akademik, memperlakukan mahasiswa tidak adil, dan hal-hal yang
kurang pantas.
Tenaga Kependidikan lainnya ialah orang yang berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan
di satuan pendidikan, walaupun secara tidak langsung terlibat dalam proses pendidikan, di
antaranya:
2. Tata Usaha, adalah Tenaga Kependidikan yang bertugas dalam bidang administrasi instansi
tersebut. Bidang administrasi yang dikelola di antaranya; Administrasi surat menyurat dan
pengarsipan, Administrasi Kepegawaian, Administrasi Peserta Didik, Administrasi Keuangan,
Administrasi Inventaris dan lain-lain. Ditinjau dari sudut asal usul kata (etimologis), maka
administrasi berasal dari Bahasa Latin yaitu Ad+Ministrare. Ad berarti intensif, sedangkan
ministrare berarti melayani, membantu, dan memenuhi atau menyediakan (Husaini Usman,
2006). Menurut The Lian Gie (2000:98), tenaga tata usaha memiliki tiga peranan pokok yaitu:
(1) melayani pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan operatif untuk mencapai tujuan dari suatu
organisasi, (2) menyediakan keterangan-keterangan bagi pucuk pimpinan organisasi itu untuk
membuat keputusan atau melakukan tindakan yang tepat, dan (3) membantu kelancaran
perkembangan organisasi sebagai suatu keseluruhan. Tugas dan tanggungjawab tata usaha: 1)
Mengkoordinir pengelolaan keuangan sekolah; 2) Mengurus kebutuhan fasilitas tata usaha
sekolah; 3) Mengatur pengurusan kepegawaian; 4) Membina dan mengembangkan karier tenaga
tata usaha sekolah; 5) Mengurus kebutuhan fasilitas tata usaha; 6) Menyiapkan dan manyajikan
data statistik sekolah; 7) Mengatur pelaksanaan kesekretariatan dan kerumahtanggaan; 8)
Mengatur administrasi hasil proses kegiatan belajar mengajar; 9) Membantu kepala sekolah
untuk mengembangkan sistem informasi sekolah; 10) Mengatur administrasi kesiswaan dan
beasiswa; 11) Membantu pelaksanaan program K7; dan 12) Membantu kepala sekolah dalam
penyusunan RAPBS dan RIPS.
9
3. Laboran, adalah petugas khusus yang bertanggung jawab terhadap alat dan bahan di
Laboratorium. Laboran adalah petugas non guru yang membantu guru untuk melaksanakan
kegiatan praktikum/peragaan (meliputi penyiapan bahan, membantu pelaksanaan praktikum serta
mengemasi/ membersihkan bahan dan alat setelah praktikum). Selain itu, Laboran adalah teknisi
yang membantu guru dalam melaksanakan KBM yang berupa peragaan atau praktikum. Secara
prinsip, tugas laboran adalah : (1) Melaksanakan kegiatan praktikum siswa, (2) Menyediakan
fasilitas laboratorium untuk kegiatan penelitian atau karya ilmiah, (3) Mengembangkan dan
menyempurnakan sarana dan prasarana sistem yang menunjang kegiatan laboratorium, (4)
Kegiatan praktikum dilaksanakan setiap hari kerja sesuai dengan waktu yang telah ditentukan,
(5) Praktikan wajib hadir tepat pada waktunya, toleransi keterlambatan 15 menit, (6) Selama
praktikum, praktikan tidak diperkenankan melakukan kegiatan selain praktikum, misalnya
mengerjakan tugas pribadi, main game dan lain-lain, (7) Peserta praktikum (praktikan) adalah
siswa yang masih aktif, (8) Calon praktikan harus mendaftarkan terlebih dahulu untuk mendapat
kartu peserta praktikum.
Pengelola Laboratorium dalam kegiatanya sebagai berikut : (1) Merencanakan pengadaan alat
dan bahan laboratorium, (2) Menyusun jadwal dan tata tertib penggunaan laboratorium, (3)
Menyusun program dan tugas-tugas, (4) Mengatur menyimpan dan daftar alat-alat laboratorium,
(5) Memelihara dan perbaikan alat-alat laboratorium, (6) Menginventarisasi dan
mengadministrasikan alat-alat laboratorium, (7) Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan
laboratorium dan diketahui oleh Waka Kurikulum, (8) Mengontrol pemakaian laboratorium
secara rutin, (9) Mengontrol kondisi-keadaan perangkat dan sarana laboratorium secara rutin,
(10) Memberikan laporan administrasi pemakaian laboratorium ke Waka Kurukulum, Waka
Sarana dan Kepala Sekolah, (11) Mendata dan menyusun daftar inventarisasi alat dan bahan
laboratorium, (12) Menginventarisasi dan menyusun jadwal penggunaan laboratorium guru
bidang studi, (13) Mempersiapkan alat dan atau bahan pratikum yang diperlukan dalam
pembelajaran.
10
peralatan pencarian di internet. Terdapat berbagai jenis pustakawan, antara lain pustakawan
anak, remaja, dewasa, sejarah, hukum, dsb. Pustakawan wanita disebut sebagai pustakawati.
Untuk menjadi seorang pustakawan, seseorang perlu menempuh pendidikan tentang
perpustakaan setingkat S2 maupun D2.
d. Kompetensi Kepribadian: a) Memiliki integritas yang tinggi, b) Memiliki etos kerja yang
tinggi, c) Kompetensi Sosial, d) Membangun hubungan social, e) Membangun
komunikasi.
11
pemahaman mengenai pengembangan karirnya sendiri juga menjadi salah satu kompetensi
penting seorang pelatih yang sukses.
6. Bimbingan Konseling (BK) Fungsi bimbingan dan konseling secara umum adalah sebagai
fasilitator dan motivator client dalm upaya mengatasi dan mencegah problema kehidupan client
dengan kemampuan yang ada pada diri sendiri.Sesuai dengan uraian sebelumnya bahwa
bimbingan dan konseling bertujuan agar peserta didik dapat menemukan dirinya, mengenal
dirinya dan mampu merencanakan masa depannya. Dalam hubungan ini bimbingan dan
konseling berfungsi sebagai pemberi layanan kepada preseta didik agar masing-masing peserta
didik dapat berkembang secara optimal sehingga menjadi pribadi yang utuh dan mandiri oleh
karna itu pelayanan bimbingan dan konseling mengembangkan sejumlah fungsi yang hendak
dipenuhi melalui kegiatan bimbingan dan konseling.
Dari beberapa paparan di atas dapat disimpulkan bahwa tenaga kependidikan bertugas
melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis
untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. Tenaga kependidikan mencakup
pimpinan satuan pendidikan, penilik satuan pendidikan nonformal, pengawas satuan pendidikan
formal, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, teknisi sumber belajar, tenaga lapangan
pendidikan, tenaga administrasi, psokolog, pekerja sosial, terapis, tenaga kebersihan sekolah, dan
sebutan lain untuk petugas sejenis yang bekerja pada satuan pendidikan.
12
Kompetensi pedagogik (andragogi) merupakan kemampuan yang berkenaan dengan pemahaman
terhadap peserta didik/warga belajar dan pengelola pembelajaran yang mendidik dan dialogis.
Secara substantif kompetensi ini mencakup kemampuan pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, memahami kurikulum, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Secara rinci masing-masing elemen kompetensi pedagogik tersebut dapat dijabarkan menjadi
subkompetensi dan indikator esensial sebagai berikut:
a. Memiliki kepribadian yang mantap dan stabil. Subkompetensi ini memiliki indikator
esensial: bertindak sesuai dengan norma hukum; bertindak sesuai dengan norma sosial; bangga
sebagai pendidik; dan memeiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.
e. Memiliki akhlak mulia dan dapat menjadi teladan. Subkompetensi ini memiliki indikator
esensial: bertindak sesuai dengan norma religius (imtaq, jujur, ikhlas, suka menolong), dan
memiliki perilaku yang diteladani peserta didik/warga belajar.
3. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial berkenaan dengan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat
untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik/warga belajar, sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik/warga belajar, dan masyarakat
sekitar. Kompetensi ini memiliki subkompetensi dengan indikator esensial sebagai berikut:
14
a. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik/warga belajar, baik
lisan maupun tulisan. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: berkomunikasi secara
efektif dengan peserta didik/warga belajar.
b. Mampu berkomunikasi dan bermitra secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga
kependidikan.
c. Mampu berkomunikasi dan bermitra secara efektif dengan orang tua/wali peserta
didik/warga belajar dan masyarakat sekitar, sesuai dengan kebudayaan dan adat istiadat.
4. Kompetensi Profesional
a. Menguasai substansi keilmuan sosial dan ilmu lain yang terkait bidang studi. Subkompetensi
ini memiliki indikator esensial: memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum satuan
pendidikan; memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren
dengan materi ajar; memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; dan menerapkan
konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari.
b. Menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk menambah wawasan dan
memperdalam pengetahuan/materi pembelajaran.
10. Memperbaiki dan menindaklanjuti hasil evaluasi sistem manajemen mutu satuan
satuan pendidikan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa rumpun kompetensi tersebut di atas mencerminkan
standar kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan nonformal yang masih bersifat
umum dan perlu dikemas dengan menempatkan manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang
Maha Esa yang beriman dan bertaqwa, dan sebagai warganegara Indonesia yang memiliki
kesadaran akan pentingnya memperkuat identitas dan semangat kebangsaan, sikap demokratis
dan tanggungjawab.
Beberapa permasalahan yang dihadapi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan antara lain :
Kebijakan “upah minimum” boleh jadi telah menyebabkan pegawai bermental kuli, bukan
pegawai yang mengejar prestasi. Rendahnya dan bahkan tidak ada lagi insentif dari pemerintah
daerah terutama yang tinggal di desa terpencil. Bahkan untuk tenaga kependidikan belum ada
“pengakuan” dan penghargaan atas kinerjanya seperti sertifikasi. Hal ini akan menimbulkan
kesenjangan yang mengakibatkan peningkatan mutu pendidikan terhambat.
16
Kinerja kompetensi guru masih jauh dibawah standar isi dan proses.
Terjadi penumpukan tenaga pendidik di kota, tetapi di pedesaan dan terpencil sangat kekurangan.
Hal ini disebabkan banyaknya mutasi tenaga pendidik karena masalah jauh dari keluarga, medan
yang sulit, tidak betah tinggal dipedesaan dan terpencil. Begitu juga dengan tenaga
kependidikan, bahkan di pedesaan dan terpencil tidak ada tenaga kependidikan.
Pengurusan promosi jabatan pangkat bagi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan terutama di
daerah terpencil sangat sulit. Karena medan yang sulit dan birokrasi yang berbelit.
Banyaknya tenaga pendidik yang potensial direkrut dalam jabatan struktural seperti camat,
anggota dewan
6. Profesi guru
Tidak mengherankan apabila di dalam masyarakat, profesi guru dianggap dapat dilakukan oleh
semua orang. Sehingga sekarang ini, pertanyaan yang masih muncul berkaitan dengan profesi
guru yaitu “Apakah pekerjaan guru itu suatu profesi?” Pertanyaan ini muncul karena disatu sisi
guru adalah pendidik, sehingga banyak yang beranggapan setiap orang dapat dan berhak
mendidik. Disisi lain ada sebagian orang yang menjadi guru tanpa melalui jalur pendidikan guru
tetapi dapat melaksanakan tugasnya sama atau lebih baik dari pada mereka yang berlatar
belakang guru. Apabila melihat kehidupan masyarakat yang semakin terdiferensial dan ketika
semua orang mempunyai banyak pilihan sebagai ladang kehidupanya maka citra profesi guru
kian merosot di dalam kehidupan sosial. Apalagi masyarakat makin lama makin terarah kepada
kehidupan materialistis. Sehingga suatu profesi dinilai sesuai nilai materinya. Oleh sebab itu
tidak heran bila profesi guru termarjinalkan dan menjadi pilihan terakhir.
Fenomena tersingkirnya profesi guru dalam kehidupan masyarakat merupakan suatu gejala
global. Bukan saja di negara-negara maju citra profesi guru semakin menurun namun juga terjadi
17
di negara miskin dan berkembang. Demikian pendapat para pakar seperti Altbach. Namun
demikian, masyarakat mana yang tidak membutuhkan profesi guru. Tidak dapat dipungkiri
bahwa masyarakat tanpa profesi guru tidak mungkin tercipta suatu generasi unggul, kreatif dan
cerdas. Ironi yang terjadi, begitu besarnya jasa guru dalam membangun masyarakat bangsa
namun penghargaan yang diberikan rendah. Sehingga tidak mengherankan bila para pakar
berpendapat bahwa profesi guru merupakan “Most thankless profession in the world ”.
Begitu besarnya peran dan tanggungjawab seorang guru karena dipundaknyalah nasib bangsa ke
depan apakah akan semakin baik atau sebaliknya. Perannya dalam mendidik dan membesarkan
generasi muda penerus bangsa adalah tugas yang tidak ringan. Tanggung jawab pribadi sebagai
pengabdi terhadap masyarakat, peserta didik, bangsa, dan Tuhan menuntut loyalitas yang penuh
dari pribadi seorang guru. Seorang guru juga memikul tanggung jawab moral terhadap masalah
masa depan umat manusia. Sehinggga memilih profesi guru berarti memilih suatu pilihan moral
karena mempunyai tanggung jawab yang besar yaitu membawa masyarakat dan bangsa kepada
kehidupan yang lebih baik.
Dilihat dari segi materi, maka kurang sebanding antara penghargaan sosial dan ekonomi yang
diterima dibanding tugas dan tanggung jawabnya. Tidak cukup hanya mendapat sebutan
”pahlawan tanpa tanda jasa” karena itu adalah semboyan zaman pertahanan Indonesia pasca
kemerdekaan untuk mendorong atau menarik pendidik karena sangat sedikit guru pada waktu itu
didukudung kondisi ekonomi yang masih labil. Sehingga perbaikan sosial ekonomi menjadi
syarat mutlak didalam menjaga status suatu profesi didalam masyarakat modern. Di dalam
masyarakat modern terjadi persaingan profesi sudah tidak asing lagi. Suatu profesi ditinggalkan
atau disampingkan karena dianggap tidak memperoleh status sosial dan penghargaan ekonomi
yang setimpal.
Pemerintah lebih cenderung meperhatikan sekolah yang berstatus negeri dari pada sekolah
swasta. Dikotomi sekolah negeri dengan swasta masih terjadi meskipun Mahkamah Konstitusi
telah memutuskan untuk mengubah Pasal 55 Ayat 4 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang
18
Pendidikan. Kenyataan di lapangan, dikotomi antara negeri dan swasta masih kuat. Bantuan
untuk sekolah swasta cenderung dianaktirikan, padahal dalam UU tersebut kucuran bantuan
pemerintah tidak membolehkan adanya dikotomi. Misalnya soal bantuan pembangunan gedung,
bantuan dana bos, persyaratan administrasi CPNS, dan lain-lain.
Kesejahteraan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, penilaian dan pengawasan kinerja,
penempatan dan distribusi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, promosi kepangkatan
tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, mutasi fungsional dan structural, profesi guru, status
sosial ekonomi, adanya dikotomi Pendidikan.
19
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Landasan yuridis tentang standar pendidik dan kependidikan terdapat dalam Permendiknas No
12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah, Permendiknas No 13 Tahun 2007
tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah, Permendiknas No 16 Tahun 2007 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, Permendiknas No 24 Tahun 2008 tentang Standar
Tenaga Administrasi Sekolah, Permendiknas No 25 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga
Perpustakaan Sekolah/Madrasah, Permendiknas No 27 Tahun 2008 tentang Standar Kulifikasi
Akademik dan Kompetensi Konselor, Permendiknas No 40 Tahun 2009 tentang Standar Penguji
pada kursus dan pelatihan, Permendiknas No 41 Tahun 2009 tentang Standar kualifikasi
pembimbing pada kursus dan pelatihan, Permendiknas No 42 Tahun 2009 tentang Standar
Pengelola Kursus dan Pelatihan, Permendiknas No 43 Tahun 2009 Standar Tenaga administrasi
20
pendidikan pada program Paket A, Paket B, dan Paket C, dan Permendiknas No 44 Tahun 2009
Standar Pengelola pendidikan pada Program Paket A, Paket B, dan Paket C.
Peran dan Fungsi Pendidik (guru); 1) Guru Sebagai Pendidik, 2). Guru Sebagai Pengajar, 3)
Guru Sebagai Pembimbing, 4) Guru sebagai Pemimpin, 5) Guru sebagai pengelola pembelajaran,
6) Guru Sebagai Model dan Teladan, 7) Sebagai anggota masyarakat, 8) Guru sebagai
administrator, 9) Guru Sebagai Penasehat, 10) Guru Sebagai Pembaharu (Inovator), 11) Guru
Sebagai Pendorong Kreatifitas, 12) Guru Sebagai Emansipator, 13) Guru Sebagai Evaluator, 14)
Guru Sebagai Kulminator.
Kesejahteraan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, penilaian dan pengawasan kinerja,
penempatan dan distribusi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, promosi kepangkatan
tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, mutasi fungsional dan structural, profesi guru, status
sosial ekonomi, adanya dikotomi pendidikan
21
Daftar Pustaka
Gie, The Lian. 2000. Peranan-Peranan Pokok Tenaga Tata Usaha. Jakarta : Rineka Cipta.
Madjid, Nurcholis. 1987. Manajemen Pendidikan Islam. Bandung: PT Raja Grafindo Persada.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 12 Tahun 2007 tentang Standar
Pengawas Sekolah/Madrasah.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 13 Tahun 2007 tentang Standar
Kepala Sekolah/Madrasah.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 16 Tahun 2007 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 24 Tahun 2008 tentang Standar
Tenaga Administrasi Sekolah.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 25 Tahun 2008 tentang Standar
Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 27 Tahun 2008 tentang Standar
Kulifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 40 Tahun 2009 tentang Standar
Penguji pada kursus dan pelatihan.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 41 Tahun 2009 tentang Standar
kualifikasi pembimbing pada kursus dan pelatihan.
22
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 42 Tahun 2009 tentang Standar
Pengelola Kursus dan Pelatihan.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 43 Tahun 2009 tentang Standar
Tenaga administrasi pendidikan pada program Paket A, Paket B, dan Paket C.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Standar Pengelola pendidikan pada Program Paket A, Paket B, dan Paket C.
Pullias dan Young. 1988. Manajemen Pendidikan. Bandung : PT Raja Grafindo Persada.
Tafsir. Ahmad. 1992. Landasan Kependidikan ; Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indoensia.
Jakarta : Rineka Cipta.
Undang-Undang Republik Indonesia No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Yelon dan Weinstein. 1997. Manajemen Pendidikan. Bandung : PT Raja Grafindo Persada.
23