Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

ADMINISTRASI STANDAR PENDIDIKAN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Administrasi Pendidikan

Dosen Pengampu : Gadis Herningtyasari, M. SI.

Disusun oleh :

Eva Laila Rokhmawati (20106051050)

FAKULTAS AGAMA ISLAM


PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG
2022
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt. atas rahmat, hidayah, serta
inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah Administrasi Pendidikan
dengan judul "ADMINISTRASI STANDAR PENDIDIKAN DAN TENAGA
KEPENDIDIKAN" ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad saw. yang kita nantikan syafaatnya di hari kiamat nanti.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih kepada dosen kami yaitu Ibu Gadis
Herningtyasari, M. SI. yang telah memberikan kami bimbingan sehingga terselesaikanlah sudah
makalah kami.

Penyusunan karya tulis ini kami buat dengan segenap hati, keikhlasan, dan kecermatan. Semoga
isi yang diangkat dapat dicermati dan dipahami, serta dapat bermanfaat bagi semua pihak,
khususnya bagi kalangan mahasiswa. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Semarang, 15 Mei 2022

Eva Laila Rahmawati

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Kualifikasi akademik yang dimaksudkan di atas adalah tingkat pendidikan minimal yang harus
dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang
relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Kompetensi sebagai agen
pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini.

kompetensi pedagogik walau sebenarnya sudah pernah di lakukannya. Kompetensi Pedagogik


pada dasarnya adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik.
Kompetensi Pedagogik menjadi salah satu jenis kompetensi yang harus dikuasai guru.
Kompetensi Pedagogik merupakan kompetensi khas, yang akan membedakan guru dengan
profesi lainnya. Penguasaan Kompetensi Pedagogik disertai dengan profesional akan
menentukan tingkat keberhasilan proses dan hasil pembelajaran peserta didik. Kompetensi
Pedagogik diperoleh melalui upaya belajar secara terus menerus dan sistematis, baik pada masa
pra jabatan (pendidikan calon guru) maupun selama dalam jabatan, yang didukung oleh bakat,
minat dan potensi keguruan lainnya dari masing-masing individu yang bersangkutan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian pendidik dan tenaga kependidikan?

2. Apa landasan yuridis standar pendidik dan tenaga kependidikan?

3. Bagaimana peran dan fungsi tenaga kependidikan, yang dapat menunjang proses
pembelajaran?

4. Bagaimana kompetensi yang harus dikuasai oleh pendidik dan tenaga kependidikan
guna menunjang proses pembelajaran yang efektif dan efisien?

5. Bagaimana fenomena seputar pendidik dan tenaga kependidikan?


3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

1. Pengertian Pendidik

Dari segi bahasa, kata pendidik dalam bahasa Arab dijumpai kata ustadz, mudarris, mua’llim dan
mu’addib. Kata ustadz jamaknya asaatidz yang berarti teacher (guru), professor (gelar
akademik), jenjang dibidang intelektual, pelatih, penulis dan penyair.). Adapun kata mudarris
berarti teacher (guru), instsructor (pelatih) dan lecture (dosen) Selanjutnya kata mu’allim yang
juga berarti teacher (guru), instructor (pelatih), trainer (pemandu). Selanjutnya kata mu’addib
berarti educator (pendidik) atau teacher in Koranic school (guru dalam lembaga pendidikan al
Qur’an).

Beberapa kata tersebut di atas secara keseluruhan terhimpun dalam kata pendidik, karena seluruh
kata tersebut mengacu kepada seseorang yang memberikan pengetahuan, keterampilan atau
pengalaman kepada orang lain. Kata-kata yang bervariasi tersebut menunjukkan adanya
perbedaan ruang gerak dan lingkungan dimana pengetahuan dan ketrampilan diberikan. Jika
pengetahuan dan ketrampilan tersebut diberikan di sekolah disebut teacher, di perguruan tinggi
disebut lecturer atau professor, di rumah secara pribadi disebut tutor, di pusat-pusat latihan
disebut instructor atau trainer dan dilembaga-lembaga pendidikan yang mengajarkan agama
disebut educator.

Kata pendidik secara fungsional menunjukkan kepada seseorang yang melakukan kegiatan dalam
memberikan pengetahuan, ketrampilan, pendidikan, pengalaman dan sebagainya. Orang yang
melakukan kegiatan ini bisa siapa saja dan di mana saja. Di rumah orang yang melakukan tugas
tersebut ialah kedua orang tua karena secara moral dan teologis merekalah yang diserahi
tanggung jawab pandidikan anaknya. Selanjutnya di sekolah tugas tersebut dilakukan oleh guru
dan di masyarakat dilakukan oleh organisasi-organisasi kependidikan dan sebagainya. Atas dasar
ini, Abuddin Nata menyebutkan bahwa yang termasuk ke dalam pendidik itu bisa kedua orang
tua, guru, tokoh masyarakat dan sebagainya.

4
Dari segi istilah para ahli pendidikan merumuskan pengertian pendidikan sebagai berikut :

Menurut Ahmad Tafsir, (1992:74) Pendidik ialah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan anak didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik baik
potensi afektif, potensi kognitif maupun potensi psikomotorik.

Menurut Suryosubroto, (1983:26) Pendidik berarti juga orang dewasa yang bertanggung jawab
memberi pertolongan pada peserta didiknya dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar
mencapai tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan memenuhi tingkat kedewasaannya
mampu mandiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah swt dan mampu
melakukan tugas sebagai mahluk sosial dan sebagai mahluk individu yang mandiri.

Sedangkan Ahmad Marimba, (1996:87) Pendidik ialah orang yang memikul pertanggung
jawaban untuk mendidik yaitu manusia dewasa yang karena hak dan kewajibannya bertanggung
jawab tentang pendidikan si terdidik.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa ketika menjelaskan pengertian
pendidik selalu dikaitkan dengan bidang tugas dalam pekerjaan yang harus di lakukannya. Ini
menunjukkan bahwa pada akhirnya pendidik itu ialah merupakan profesi atau keahlian tertentu
yang melekat pada seseorang yang tugasnya berkaitan dengan pendidikan. Dalam UU SPN No
20 tahun 2003 pasal 37 ayat 2 yang berbunyi : “Pendidik merupakan tenaga professional yang
bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
melakukan pembimbingan dan pelatihan kepada masyarakat terutama bagi pendidikan pada
perguruan tinggi”. Selanjutnya dalam ayat 3 berbunyi :”Pendidik yang mengajar dalam satuan
pendidikan dasar dan menengah disebut guru dan pendidik yang mengajar di satuan pendidikan
tinggi disebut dosen”

Dalam Islam, pengertian mendidik tidak hanya dibatasi pada terjadinya interaksi pendidikan dan
pembelajaran antara guru dan peserta didik dimuka kelas tetapi mengajak, mendorong dan
membimbing orang lain untuk memahami dan melaksanakan ajaran Islam merupakan bagian
dari aktifitas pendidikan Islam.

2. Pengertian Tenaga Kependidikan

5
Tenaga Kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk
menunjang penyelenggaraan pendidikan. Yang termasuk ke dalam tenaga kependidikan adalah:
kepala satuan pendidikan; pendidik; dan tenaga kependidikan lainnya. Kepala Satuan Pendidikan
yaitu orang yang diberi wewenang dan tanggung jawab untuk memimpin satuan pendidikan
tersebut. Kepala Satuan Pendidikan harus mampu melaksanakan peran dan tugasnya sebagai
edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator, motivator, figur dan mediator
(Emaslim-FM) Istilah lain untuk Kepala Satuan Pendidikan adalah: Kepala Sekolah, Rektor,
Direktur, serta istilah lainnya.

B. Landasan Yuridis Standar Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

Menurut BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan), pendidik meliputi pendidik (guru) pada
TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SDLB/SMPLB/SMALB, SMK/MAK, satuan pendidikan
Paket A, Paket B dan Paket C, dan pendidik pada lembaga kursus dan pelatihan. Tenaga
kependidikan meliputi kepala sekolah/madrasah, pengawas satuan pendidikan, tenaga
administrasi, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, teknisi, pengelola kelompok belajar,
pamong belajar, dan tenaga kebersihan.

Kualifikasi akademik yang dimaksudkan di atas adalah tingkat pendidikan minimal yang harus
dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang
relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Kompetensi sebagai agen pembelajaran meliputi kompetensi pedagogic, kompetensi kepribadian,


kompetensi professional, dan kompetensi sosial. Dulu, guru dengan kualifikasi D3 sudah bisa
mengajar di SMP sederajat. Guru dengan kualifikasi SPG (SLTA) boleh/dibenarkan berdiri di
depan kelas mendidik siswa Sekolah Dasar sederajat. Seiring dengan kebutuhan dan
perkembangan zaman akhirnya pemerintah menerbitkan Undang-Undang Republik Indonesia
No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Semuanya berubah! Dengan terbitnya Undang -
Undang ini, pemerintah jelas sangat serius dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan dalam
rangka mewujudkan tujuan Pendidikan Nasional. Tak cukup dengan itu, Pemerintah melalui
Menteri Pendidikan Nasional mengeluarkan peraturan yang isinya mengatur/menentukan secara
rinci tentang Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan.

6
Berikut ini, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia yang berkaitan dengan
Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan:

1. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 12 Tahun 2007 tentang


Standar Pengawas Sekolah/Madrasah.

2. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 13 Tahun 2007 tentang


Standar Kepala Sekolah/Madrasah.

3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 16 Tahun 2007 tentang


Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 24 Tahun 2008 tentang


Standar Tenaga Administrasi Sekolah.

5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 25 Tahun 2008 tentang


Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah.

6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 27 Tahun 2008tentang


Standar Kulifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor.

7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 40 Tahun 2009 tentang


Standar Penguji pada kursus dan pelatihan.

8. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 41 Tahun 2009 tentang


Standar kualifikasi pembimbing pada kursus dan pelatihan.

9. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 42 Tahun 2009 tentang


Standar Pengelola Kursus dan Pelatihan.

10. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 43 Tahun 2009 Standar
Tenaga administrasi pendidikan pada program Paket A, Paket B, dan Paket C.

11. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Standar
Pengelola pendidikan pada Program Paket A, Paket B, dan Paket C.

7
Dari paparan di atas penulis menyimpulkan bahwa sudah menjadi ketentuan (pemerintah) yang
tak dapat dipungkiri bahwa pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi
sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kompetensi dalam rangka
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran yang dimiliki guru harus memenuhi standar (ukuran tertentu yang dipakai sebagai
patokan). Siapapun bisa menjadi pendidik jika mereka mampu memelihara, merawat, melatih,
mengajar, menuntun, membimbing, dan memimpin. Namun Pendidik yang dimaksud di sini
adalah sosok manusia bergelar guru, yang dalam berbagai bidang memiliki kelebihan dan
keistimewaan karena telah memiliki kualifikasi sebagai seorang pendidik. Dalam melaksanakan
tugasnya sebagai pendidik, guru dibantu/didukung oleh tenaga kependidikan. Yaitu orang-orang
yang mempunyai andil cukup besar dalam bidang pendidikan, tetapi tidak berdiri di depan kelas
(melaksanakan proses pembelajaran) sebagaimana yang dilakukan seorang guru.

C. Peran dan Fungsi Tenaga Kependidikan Yang Dapat Menunjang Proses


Pembelajaran

Tenaga kependidikan dalam kapasitasnya adalah fasilitator administrasi untuk mendukung


semua kegiatan di fakultas. Setiap tenaga kependidikan berkewajiban mendukung pekerjaan
administratif pada setiap lini gugus tugas, mulai dari tingkat fakultas, jurusan, dan program studi.
Segenap tenaga kependidikan berkewajiban untuk menjalankan kelancaran dan menertibkan
administrasi akademik, laboratorium, pustaka, kemahasiswaan, maupun unit-unit lainnya. Setiap
penyimpangan dan pelanggaran dalam menjalankan kegiatan akademik, dikenakan sanksi sesuai
dengan ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku.

Seorang tenaga kependidikan dilarang :

a. Memalsukan nilai, surat-surat, dan/atau dokumen persyaratan akademik.

b. Membocorkan soal-soal ujian dan/atau memberikan kesempatan untuk itu.

c. Menerima pemberian dalam bentuk apa pun dari pihak manapun yang terkait dengan nilai
atau kewajiban administrasi lainnya.

8
d. Memperlakukan mahasiswa diluar kepatutan, seperti mempersulit mahasiswa dalam
kegiatan administrasi akademik, memperlakukan mahasiswa tidak adil, dan hal-hal yang
kurang pantas.

Tenaga Kependidikan lainnya ialah orang yang berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan
di satuan pendidikan, walaupun secara tidak langsung terlibat dalam proses pendidikan, di
antaranya:

1. Wakil-wakil/Kepala Urusan, umumnya pendidik yang mempunyai tugas tambahan dalam


bidang yang khusus, untuk membantu Kepala Satuan Pendidikan dalam penyelenggaraan
pendidikan pada institusi tersebut. Contoh: Kepala Urusan Kurikulum.

2. Tata Usaha, adalah Tenaga Kependidikan yang bertugas dalam bidang administrasi instansi
tersebut. Bidang administrasi yang dikelola di antaranya; Administrasi surat menyurat dan
pengarsipan, Administrasi Kepegawaian, Administrasi Peserta Didik, Administrasi Keuangan,
Administrasi Inventaris dan lain-lain. Ditinjau dari sudut asal usul kata (etimologis), maka
administrasi berasal dari Bahasa Latin yaitu Ad+Ministrare. Ad berarti intensif, sedangkan
ministrare berarti melayani, membantu, dan memenuhi atau menyediakan (Husaini Usman,
2006). Menurut The Lian Gie (2000:98), tenaga tata usaha memiliki tiga peranan pokok yaitu:
(1) melayani pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan operatif untuk mencapai tujuan dari suatu
organisasi, (2) menyediakan keterangan-keterangan bagi pucuk pimpinan organisasi itu untuk
membuat keputusan atau melakukan tindakan yang tepat, dan (3) membantu kelancaran
perkembangan organisasi sebagai suatu keseluruhan. Tugas dan tanggungjawab tata usaha: 1)
Mengkoordinir pengelolaan keuangan sekolah; 2) Mengurus kebutuhan fasilitas tata usaha
sekolah; 3) Mengatur pengurusan kepegawaian; 4) Membina dan mengembangkan karier tenaga
tata usaha sekolah; 5) Mengurus kebutuhan fasilitas tata usaha; 6) Menyiapkan dan manyajikan
data statistik sekolah; 7) Mengatur pelaksanaan kesekretariatan dan kerumahtanggaan; 8)
Mengatur administrasi hasil proses kegiatan belajar mengajar; 9) Membantu kepala sekolah
untuk mengembangkan sistem informasi sekolah; 10) Mengatur administrasi kesiswaan dan
beasiswa; 11) Membantu pelaksanaan program K7; dan 12) Membantu kepala sekolah dalam
penyusunan RAPBS dan RIPS.

9
3. Laboran, adalah petugas khusus yang bertanggung jawab terhadap alat dan bahan di
Laboratorium. Laboran adalah petugas non guru yang membantu guru untuk melaksanakan
kegiatan praktikum/peragaan (meliputi penyiapan bahan, membantu pelaksanaan praktikum serta
mengemasi/ membersihkan bahan dan alat setelah praktikum). Selain itu, Laboran adalah teknisi
yang membantu guru dalam melaksanakan KBM yang berupa peragaan atau praktikum. Secara
prinsip, tugas laboran adalah : (1) Melaksanakan kegiatan praktikum siswa, (2) Menyediakan
fasilitas laboratorium untuk kegiatan penelitian atau karya ilmiah, (3) Mengembangkan dan
menyempurnakan sarana dan prasarana sistem yang menunjang kegiatan laboratorium, (4)
Kegiatan praktikum dilaksanakan setiap hari kerja sesuai dengan waktu yang telah ditentukan,
(5) Praktikan wajib hadir tepat pada waktunya, toleransi keterlambatan 15 menit, (6) Selama
praktikum, praktikan tidak diperkenankan melakukan kegiatan selain praktikum, misalnya
mengerjakan tugas pribadi, main game dan lain-lain, (7) Peserta praktikum (praktikan) adalah
siswa yang masih aktif, (8) Calon praktikan harus mendaftarkan terlebih dahulu untuk mendapat
kartu peserta praktikum.

Pengelola Laboratorium dalam kegiatanya sebagai berikut : (1) Merencanakan pengadaan alat
dan bahan laboratorium, (2) Menyusun jadwal dan tata tertib penggunaan laboratorium, (3)
Menyusun program dan tugas-tugas, (4) Mengatur menyimpan dan daftar alat-alat laboratorium,
(5) Memelihara dan perbaikan alat-alat laboratorium, (6) Menginventarisasi dan
mengadministrasikan alat-alat laboratorium, (7) Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan
laboratorium dan diketahui oleh Waka Kurikulum, (8) Mengontrol pemakaian laboratorium
secara rutin, (9) Mengontrol kondisi-keadaan perangkat dan sarana laboratorium secara rutin,
(10) Memberikan laporan administrasi pemakaian laboratorium ke Waka Kurukulum, Waka
Sarana dan Kepala Sekolah, (11) Mendata dan menyusun daftar inventarisasi alat dan bahan
laboratorium, (12) Menginventarisasi dan menyusun jadwal penggunaan laboratorium guru
bidang studi, (13) Mempersiapkan alat dan atau bahan pratikum yang diperlukan dalam
pembelajaran.

4. Pustakawan, ialah seseorang yang bekerja di perpustakaan dan membantu orang


menemukan buku, majalah, dan informasi lain. Pada tahun 2000-an, pustakawan juga mulai
membantu orang menemukan informasi menggunakan komputer, basis data elektronik, dan

10
peralatan pencarian di internet. Terdapat berbagai jenis pustakawan, antara lain pustakawan
anak, remaja, dewasa, sejarah, hukum, dsb. Pustakawan wanita disebut sebagai pustakawati.
Untuk menjadi seorang pustakawan, seseorang perlu menempuh pendidikan tentang
perpustakaan setingkat S2 maupun D2.

Kompetensi yang harus dimiliki oleh pustakawan:

a. Kompetensi Manajerial: a) Melaksanakan kebijakan, b) Melakukan perawatan koleksi, c)


Melakukan pengelolaan anggaran dan keuangan.

b. Kompetensi Pengelolaan Informasi: a) Mengembangkan koleksi perpustakaan, b)


Melakukan pengorganisasian informasi, c) Memberikan jasa dan sumber informasi, d)
Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi.

c. Kompetensi Kependidikan: a) Memiliki wawasan kependidikan, b) Mengembangkan


keterampilan memanfaatkan informasi, c) Melakukan promosi perpustakaan, d) Memberi
bimbingan literasi informasi

d. Kompetensi Kepribadian: a) Memiliki integritas yang tinggi, b) Memiliki etos kerja yang
tinggi, c) Kompetensi Sosial, d) Membangun hubungan social, e) Membangun
komunikasi.

e. Kompetensi Pengembangan Profesi: a) Mengembangkan ilmu, b) Menghayati etika


profesi, c) Menunjukkan kebiasaan membaca.

Tanggung Jawab Umum Pustakawan: 1) Melakukan perawatan koleksi, 2) Mengembangkan


koleksi perpustakaan, 3) Memberikan bimbingan literasi informasi, 4) Menunjukkan kebiasaan
membaca.

5. Pelatih ekstrakurikuler, merupakan posisi yang penting dalam susksesnya suatu


pengembangan profesional. Penguasannya terhadap materi latih tidak cukup untuk menjadi
andalan bila tidak didampingi dengan beberapa keahlian lain. Keahlian lain ini berkaitan dengan
pemahaman mengenai metode pembelajaran orang dewasa dan keterkaitan kegiatan belajar
dalam pelatihan tersebut dengan kegiatan profesional para siswa latihnya selama ini. Selain itu

11
pemahaman mengenai pengembangan karirnya sendiri juga menjadi salah satu kompetensi
penting seorang pelatih yang sukses.

6. Bimbingan Konseling (BK) Fungsi bimbingan dan konseling secara umum adalah sebagai
fasilitator dan motivator client dalm upaya mengatasi dan mencegah problema kehidupan client
dengan kemampuan yang ada pada diri sendiri.Sesuai dengan uraian sebelumnya bahwa
bimbingan dan konseling bertujuan agar peserta didik dapat menemukan dirinya, mengenal
dirinya dan mampu merencanakan masa depannya. Dalam hubungan ini bimbingan dan
konseling berfungsi sebagai pemberi layanan kepada preseta didik agar masing-masing peserta
didik dapat berkembang secara optimal sehingga menjadi pribadi yang utuh dan mandiri oleh
karna itu pelayanan bimbingan dan konseling mengembangkan sejumlah fungsi yang hendak
dipenuhi melalui kegiatan bimbingan dan konseling.

7. Petugas keamanan (penjaga sekolah), Petugas kebersihan, dan lainnya.

Dari beberapa paparan di atas dapat disimpulkan bahwa tenaga kependidikan bertugas
melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis
untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. Tenaga kependidikan mencakup
pimpinan satuan pendidikan, penilik satuan pendidikan nonformal, pengawas satuan pendidikan
formal, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, teknisi sumber belajar, tenaga lapangan
pendidikan, tenaga administrasi, psokolog, pekerja sosial, terapis, tenaga kebersihan sekolah, dan
sebutan lain untuk petugas sejenis yang bekerja pada satuan pendidikan.

D. Kompetensi yang Harus Dikuasai Oleh Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Penyusunan standar kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan nonformal


terutama merujuk pada PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Standar
kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan meliputi empat komponen yaitu: 1) kompetensi
pedagogi (andragogi), 2) kompetensi kepribadian, 3) kompetensi social dan 4) kompetensi
professional. Untuk lebih jelasnya masing-masing kompetensi dijabarkan sebagai berikut.

1. Kompetensi Pedagogik (Andragogi)

12
Kompetensi pedagogik (andragogi) merupakan kemampuan yang berkenaan dengan pemahaman
terhadap peserta didik/warga belajar dan pengelola pembelajaran yang mendidik dan dialogis.
Secara substantif kompetensi ini mencakup kemampuan pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, memahami kurikulum, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Secara rinci masing-masing elemen kompetensi pedagogik tersebut dapat dijabarkan menjadi
subkompetensi dan indikator esensial sebagai berikut:

a. Memahami peserta didik/warga belajar. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial:


memamahami peserta didik/warga belajar dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan
kognitif; memahami dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian; dan mengidentifikasi
bekal-ajar awal peserta didik/warga belajar.

b. Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan


pembelajaran. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: menerapkan teori belajar dan
pembelajaran; menetukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik/warga
belajar, menerapkan prinsip-prinsip andragogi, kompetensi yang ingin dicapai dan materi ajar;
serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.

c. Melaksanakan pembelajaran. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: menata latar


(setting) pembelajaran; dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif, serta menerapkan
prinsip-prinsip andragogi.

d. Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran. Subkompetensi ini memiliki indikator


esensial: melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan
dengan berbagai metode; menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk menentukan
tingkat ketuntasan belajar (mastery level); dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk
perbaikan kualitas program pembelajaran pendidikan nonformal secara umum.

e. Mengembangkan peserta didik/warga belajar untuk mengaktualisasikan berbagai potensi


yang dimilikinya. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: memfasilitasi peserta
didik/warga belajar untuk pengembangan berbagai potensi akademik; dan memfasilitasi peserta
didik/warga belajar untuk mengembangkan ber-bagai potensi nonakademik.
13
2. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang


mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik/warga belajar,
dan berakhlak mulia. Secara rinci setiap elemen kepribadian tersebut dapat dijabarkan menjadi
subkompetensi dan indikator esensial sebagai berikut:

a. Memiliki kepribadian yang mantap dan stabil. Subkompetensi ini memiliki indikator
esensial: bertindak sesuai dengan norma hukum; bertindak sesuai dengan norma sosial; bangga
sebagai pendidik; dan memeiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.

b. Memiliki kepribadian yang dewasa. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial:


menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai
pendidik.

c. Memiliki kepribadian yang arif. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial:


menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik/warga belajar, dan
masyarakat dan menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.

d. Memiliki kepribadian yang berwibawa. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial:


memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik/warga belajar dan memiliki
perilaku yang disegani.

e. Memiliki akhlak mulia dan dapat menjadi teladan. Subkompetensi ini memiliki indikator
esensial: bertindak sesuai dengan norma religius (imtaq, jujur, ikhlas, suka menolong), dan
memiliki perilaku yang diteladani peserta didik/warga belajar.

3. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial berkenaan dengan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat
untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik/warga belajar, sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik/warga belajar, dan masyarakat
sekitar. Kompetensi ini memiliki subkompetensi dengan indikator esensial sebagai berikut:

14
a. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik/warga belajar, baik
lisan maupun tulisan. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: berkomunikasi secara
efektif dengan peserta didik/warga belajar.

b. Mampu berkomunikasi dan bermitra secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga
kependidikan.

c. Mampu berkomunikasi dan bermitra secara efektif dengan orang tua/wali peserta
didik/warga belajar dan masyarakat sekitar, sesuai dengan kebudayaan dan adat istiadat.

4. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional merupakan kemampuan yang berkenaan dengan penguasaan materi


pembelajaran secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan substansi isi materi
kurikulum matapelajaran dan substansi keilmuan yang menaungi materi kurikulum tersebut,
serta menambah wawasan keilmuan sebagai PTK. Secara rinci masing-masing elemen
kompetensi tersebut memiliki subkompetensi dan indikator esensial sebagai berikut:

a. Menguasai substansi keilmuan sosial dan ilmu lain yang terkait bidang studi. Subkompetensi
ini memiliki indikator esensial: memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum satuan
pendidikan; memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren
dengan materi ajar; memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; dan menerapkan
konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari.

b. Menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk menambah wawasan dan
memperdalam pengetahuan/materi pembelajaran.

Khusus untuk tenaga kependidikan, standar kompetensi profesionalnya berbeda dengan


pendidik. Standar kompetensi tenaga kependidikan pada satuan pendidikan, khususnya penilik
adalah sebagai berikut:

1. Memahami tugas, peran dan fungsi satuan,

2. Memahami konsep manajemen satuan,

3. Mengidentifikasi dan mengembangkan jenis-jenis input satuan,


15
4. Meningkatkan output satuan pendidikan (kualitas, produktivitas, efisiensi,
efektivitas, dan inovasi)

5. Memahami dan menghayati Standar Pelayanan Minimal (SPM)

6. Memahami konsep manajemen mutu satuan satuan pendidikan

7. Merencanakan sistem mutu satuan satuan pendidikan

8. Menerapkan sistem nanajemen mutu satuan satuan pendidikan

9. Mengevaluasi sistem manajemen mutu satuan satuan pendidikan

10. Memperbaiki dan menindaklanjuti hasil evaluasi sistem manajemen mutu satuan
satuan pendidikan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa rumpun kompetensi tersebut di atas mencerminkan
standar kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan nonformal yang masih bersifat
umum dan perlu dikemas dengan menempatkan manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang
Maha Esa yang beriman dan bertaqwa, dan sebagai warganegara Indonesia yang memiliki
kesadaran akan pentingnya memperkuat identitas dan semangat kebangsaan, sikap demokratis
dan tanggungjawab.

E. Fenomena Seputar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Beberapa permasalahan yang dihadapi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan antara lain :

1. Kesejahteraan Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Kebijakan “upah minimum” boleh jadi telah menyebabkan pegawai bermental kuli, bukan
pegawai yang mengejar prestasi. Rendahnya dan bahkan tidak ada lagi insentif dari pemerintah
daerah terutama yang tinggal di desa terpencil. Bahkan untuk tenaga kependidikan belum ada
“pengakuan” dan penghargaan atas kinerjanya seperti sertifikasi. Hal ini akan menimbulkan
kesenjangan yang mengakibatkan peningkatan mutu pendidikan terhambat.

2. Penilaian dan Pengawasan Kinerja

16
Kinerja kompetensi guru masih jauh dibawah standar isi dan proses.

3. Penempatan dan distribusi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan

Terjadi penumpukan tenaga pendidik di kota, tetapi di pedesaan dan terpencil sangat kekurangan.
Hal ini disebabkan banyaknya mutasi tenaga pendidik karena masalah jauh dari keluarga, medan
yang sulit, tidak betah tinggal dipedesaan dan terpencil. Begitu juga dengan tenaga
kependidikan, bahkan di pedesaan dan terpencil tidak ada tenaga kependidikan.

4. Promosi kepangkatan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan

Pengurusan promosi jabatan pangkat bagi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan terutama di
daerah terpencil sangat sulit. Karena medan yang sulit dan birokrasi yang berbelit.

5. Mutasi fungsional dan struktural

Banyaknya tenaga pendidik yang potensial direkrut dalam jabatan struktural seperti camat,
anggota dewan

6. Profesi guru

Tidak mengherankan apabila di dalam masyarakat, profesi guru dianggap dapat dilakukan oleh
semua orang. Sehingga sekarang ini, pertanyaan yang masih muncul berkaitan dengan profesi
guru yaitu “Apakah pekerjaan guru itu suatu profesi?” Pertanyaan ini muncul karena disatu sisi
guru adalah pendidik, sehingga banyak yang beranggapan setiap orang dapat dan berhak
mendidik. Disisi lain ada sebagian orang yang menjadi guru tanpa melalui jalur pendidikan guru
tetapi dapat melaksanakan tugasnya sama atau lebih baik dari pada mereka yang berlatar
belakang guru. Apabila melihat kehidupan masyarakat yang semakin terdiferensial dan ketika
semua orang mempunyai banyak pilihan sebagai ladang kehidupanya maka citra profesi guru
kian merosot di dalam kehidupan sosial. Apalagi masyarakat makin lama makin terarah kepada
kehidupan materialistis. Sehingga suatu profesi dinilai sesuai nilai materinya. Oleh sebab itu
tidak heran bila profesi guru termarjinalkan dan menjadi pilihan terakhir.

Fenomena tersingkirnya profesi guru dalam kehidupan masyarakat merupakan suatu gejala
global. Bukan saja di negara-negara maju citra profesi guru semakin menurun namun juga terjadi

17
di negara miskin dan berkembang. Demikian pendapat para pakar seperti Altbach. Namun
demikian, masyarakat mana yang tidak membutuhkan profesi guru. Tidak dapat dipungkiri
bahwa masyarakat tanpa profesi guru tidak mungkin tercipta suatu generasi unggul, kreatif dan
cerdas. Ironi yang terjadi, begitu besarnya jasa guru dalam membangun masyarakat bangsa
namun penghargaan yang diberikan rendah. Sehingga tidak mengherankan bila para pakar
berpendapat bahwa profesi guru merupakan “Most thankless profession in the world ”.

7. Status Sosial Ekonomi

Begitu besarnya peran dan tanggungjawab seorang guru karena dipundaknyalah nasib bangsa ke
depan apakah akan semakin baik atau sebaliknya. Perannya dalam mendidik dan membesarkan
generasi muda penerus bangsa adalah tugas yang tidak ringan. Tanggung jawab pribadi sebagai
pengabdi terhadap masyarakat, peserta didik, bangsa, dan Tuhan menuntut loyalitas yang penuh
dari pribadi seorang guru. Seorang guru juga memikul tanggung jawab moral terhadap masalah
masa depan umat manusia. Sehinggga memilih profesi guru berarti memilih suatu pilihan moral
karena mempunyai tanggung jawab yang besar yaitu membawa masyarakat dan bangsa kepada
kehidupan yang lebih baik.

Dilihat dari segi materi, maka kurang sebanding antara penghargaan sosial dan ekonomi yang
diterima dibanding tugas dan tanggung jawabnya. Tidak cukup hanya mendapat sebutan
”pahlawan tanpa tanda jasa” karena itu adalah semboyan zaman pertahanan Indonesia pasca
kemerdekaan untuk mendorong atau menarik pendidik karena sangat sedikit guru pada waktu itu
didukudung kondisi ekonomi yang masih labil. Sehingga perbaikan sosial ekonomi menjadi
syarat mutlak didalam menjaga status suatu profesi didalam masyarakat modern. Di dalam
masyarakat modern terjadi persaingan profesi sudah tidak asing lagi. Suatu profesi ditinggalkan
atau disampingkan karena dianggap tidak memperoleh status sosial dan penghargaan ekonomi
yang setimpal.

8. Adanya Dikotomi Pendidikan

Pemerintah lebih cenderung meperhatikan sekolah yang berstatus negeri dari pada sekolah
swasta. Dikotomi sekolah negeri dengan swasta masih terjadi meskipun Mahkamah Konstitusi
telah memutuskan untuk mengubah Pasal 55 Ayat 4 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang
18
Pendidikan. Kenyataan di lapangan, dikotomi antara negeri dan swasta masih kuat. Bantuan
untuk sekolah swasta cenderung dianaktirikan, padahal dalam UU tersebut kucuran bantuan
pemerintah tidak membolehkan adanya dikotomi. Misalnya soal bantuan pembangunan gedung,
bantuan dana bos, persyaratan administrasi CPNS, dan lain-lain.

Menurut paparan diatas Fenomena Seputar Pendidik dan Tenaga Kependidikan :

Kesejahteraan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, penilaian dan pengawasan kinerja,
penempatan dan distribusi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, promosi kepangkatan
tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, mutasi fungsional dan structural, profesi guru, status
sosial ekonomi, adanya dikotomi Pendidikan.

19
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Pendidik adalah seseorang yang melakukan kegiatan dalam memberikan pengetahuan,


ketrampilan, pendidikan, pengalaman dan sebagainya. Orang yang melakukan kegiatan ini bisa
siapa saja dan di mana saja. Di rumah orang yang melakukan tugas tersebut ialah kedua orang
tua karena secara moral dan teologis merekalah yang diserahi tanggung jawab pandidikan
anaknya. Selanjutnya di sekolah tugas tersebut dilakukan oleh guru dan di masyarakat dilakukan
oleh organisasi-organisasi kependidikan dan sebagainya. Sedangkan tenaga Kependidikan adalah
anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan
pendidikan. Yang termasuk ke dalam tenaga kependidikan adalah: kepala satuan pendidikan;
pendidik; dan tenaga kependidikan lainnya. Kepala Satuan Pendidikan yaitu orang yang diberi
wewenang dan tanggung jawab untuk memimpin satuan pendidikan tersebut. Kepala Satuan
Pendidikan harus mampu melaksanakan peran dan tugasnya sebagai edukator, manajer,
administrator, supervisor, leader, inovator, motivator, figur dan mediator (Emaslim-FM) Istilah
lain untuk Kepala Satuan Pendidikan adalah: Kepala Sekolah, Rektor, Direktur, serta istilah
lainnya.

Landasan yuridis tentang standar pendidik dan kependidikan terdapat dalam Permendiknas No
12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah, Permendiknas No 13 Tahun 2007
tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah, Permendiknas No 16 Tahun 2007 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, Permendiknas No 24 Tahun 2008 tentang Standar
Tenaga Administrasi Sekolah, Permendiknas No 25 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga
Perpustakaan Sekolah/Madrasah, Permendiknas No 27 Tahun 2008 tentang Standar Kulifikasi
Akademik dan Kompetensi Konselor, Permendiknas No 40 Tahun 2009 tentang Standar Penguji
pada kursus dan pelatihan, Permendiknas No 41 Tahun 2009 tentang Standar kualifikasi
pembimbing pada kursus dan pelatihan, Permendiknas No 42 Tahun 2009 tentang Standar
Pengelola Kursus dan Pelatihan, Permendiknas No 43 Tahun 2009 Standar Tenaga administrasi

20
pendidikan pada program Paket A, Paket B, dan Paket C, dan Permendiknas No 44 Tahun 2009
Standar Pengelola pendidikan pada Program Paket A, Paket B, dan Paket C.

Peran dan Fungsi Pendidik (guru); 1) Guru Sebagai Pendidik, 2). Guru Sebagai Pengajar, 3)
Guru Sebagai Pembimbing, 4) Guru sebagai Pemimpin, 5) Guru sebagai pengelola pembelajaran,
6) Guru Sebagai Model dan Teladan, 7) Sebagai anggota masyarakat, 8) Guru sebagai
administrator, 9) Guru Sebagai Penasehat, 10) Guru Sebagai Pembaharu (Inovator), 11) Guru
Sebagai Pendorong Kreatifitas, 12) Guru Sebagai Emansipator, 13) Guru Sebagai Evaluator, 14)
Guru Sebagai Kulminator.

Peran dan Fungsi Tenaga Kependidikan: tenaga kependidikan bertugas melaksanakan


administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang
proses pendidikan pada satuan pendidikan. Tenaga kependidikan mencakup pimpinan satuan
pendidikan, penilik satuan pendidikan nonformal, pengawas satuan pendidikan formal, tenaga
perpustakaan, tenaga laboratorium, teknisi sumber belajar, tenaga lapangan pendidikan, tenaga
administrasi, psokolog, pekerja sosial, terapis, tenaga kebersihan sekolah, dan sebutan lain untuk
petugas sejenis yang bekerja pada satuan pendidikan.

Kompetensi pendidik sebagai berikut: kompetensi pedagogik (andragogi), kompetensi


kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional.

Fenomena Seputar Pendidik dan Tenaga Kependidikan :

Kesejahteraan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, penilaian dan pengawasan kinerja,
penempatan dan distribusi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, promosi kepangkatan
tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, mutasi fungsional dan structural, profesi guru, status
sosial ekonomi, adanya dikotomi pendidikan

21
Daftar Pustaka

Anwar. 2003. Manajemen Pendidikan Islam. Bandung: PT Raja Grafindo Persada.

Gie, The Lian. 2000. Peranan-Peranan Pokok Tenaga Tata Usaha. Jakarta : Rineka Cipta.

Husaini, Usman. 2006. Manajemen Pendidikan. Bandung : PT Raja Grafindo Persada.

Madjid, Nurcholis. 1987. Manajemen Pendidikan Islam. Bandung: PT Raja Grafindo Persada.

Manan. 1990. Manajemen Pendidikan. Bandung : PT Raja Grafindo Persada.

Marimba, Ahmad. 1996. Otonomi Pendidikan. Bandung : PT Raja Grafindo Persada.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 12 Tahun 2007 tentang Standar
Pengawas Sekolah/Madrasah.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 13 Tahun 2007 tentang Standar
Kepala Sekolah/Madrasah.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 16 Tahun 2007 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 24 Tahun 2008 tentang Standar
Tenaga Administrasi Sekolah.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 25 Tahun 2008 tentang Standar
Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 27 Tahun 2008 tentang Standar
Kulifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 40 Tahun 2009 tentang Standar
Penguji pada kursus dan pelatihan.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 41 Tahun 2009 tentang Standar
kualifikasi pembimbing pada kursus dan pelatihan.

22
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 42 Tahun 2009 tentang Standar
Pengelola Kursus dan Pelatihan.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 43 Tahun 2009 tentang Standar
Tenaga administrasi pendidikan pada program Paket A, Paket B, dan Paket C.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Standar Pengelola pendidikan pada Program Paket A, Paket B, dan Paket C.

Peraturan Pemerintah RI No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

Peraturan Pemerintah RI No 19 Tahun 2005 tentang SNP

Pullias dan Young. 1988. Manajemen Pendidikan. Bandung : PT Raja Grafindo Persada.

Sudjana. 2003. Manajemen Pendidikan Islam. Bandung: PT Raja Grafindo Persada.

Suryosubroto. 1983. Pendidik Standarisasi Kinerja Guru. Jakarta : Rineka Cipta.

Tafsir. Ahmad. 1992. Landasan Kependidikan ; Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indoensia.
Jakarta : Rineka Cipta.

UU Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 55 Ayat 4 Tentang Pendidikan Nasional.

UU RI No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

Undang-Undang Republik Indonesia No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

Yelon dan Weinstein. 1997. Manajemen Pendidikan. Bandung : PT Raja Grafindo Persada.

23

Anda mungkin juga menyukai