Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Pendidik dalam pendidikan Islam

Disusun Oleh:

 NUR NAJMA ALFIAH


 RINA ANGGRAINI
 SILVIA YULIYANTI

FAKULTAS AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
JAKARTA SELATAN INDONESIA
2015 – 2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat tuhan yang Maha Esa karena dengan
rahmat,karunia,serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang pendidik
dalam pendidikan islam dan kami juga berterima kasih kepada Bpk.Mukti Ali, MA selaku dosen mata
kuliah ilmu pendidkan islam.Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai pendidik dalam pendidikan islam.Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna.Oleh sebab itu,kami berharap adanya kritik,saran,dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat di masa yang akan datang,mengingat tidak ada yang sempurna tanpa saran yang
membangun.Semoga makalah ini dapat di pahami bagi siapapun yang membacanya.Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya.Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

PENYUSUN

Jakarta, 27 Oktober 2015


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................... i  
1.2 Tujuan Masalah ..........................................................................................ii 
1.3 Rumusan masalah ................................................................................ ....iii
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian pendidik...................................................................................1
2.1.1 Sebagai pendidik pertama adalah Allah Swt.............................................2
2.1.2 Sebagai pendidik kedua adalah Nabi Muhammad Saw............................2
2.1.3 Sebagai pendidik ketiga adalah orangtua..................................................3
2.1.4 Sebagai pendidik keempat adalah oranglain.............................................3
2.2 Kedudukan pendidik dalam islam..............................................................4

2.3 Kode etik guru...........................................................................................5

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan .................................................................................................7
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Mendidik adalah tugas dan tanggung jawab orangtua dalam lingkungan keluarga, pendidik di
lingkungan sekolah, serta ulama dan pemimpin di lingkungan masyarakat. Dalam lingkunan manapun
dan situasi apapun, seorang pendidik di tuntut untuk membuat peserta didik mampu menyerap dan
memahami materi dan pengajaran yang di sampaikan. Selain itu, kesungguhan dan keikhlasan
pendidik juga menjadi modal utama untuk tercapainya tujuan tersebut, karna tampak keduanya
pendidikan tidak akan mencapai tujuan yang di harapkan.

Pekerjaan mendidik yang berlangsung dalam masyarakat modern ini tidak lagi hanya di lingkungan
keluarga, tapi di sekolahpun pendidikan dapat di berikan oleh pendidik. Sekolah merupakan follow up
dari pendidikan di lingkungan keluarga. Sekolah bahkan di pandang sebagai sistem pendidikan formal
yag artinya di selengarakan atas dasar peraturan dan syarat-syarat tertentu.

1.2 Tujuan masalah

Tujuan penulisan makalah ini untuk mengetahui bagaimana cara kita untuk menjadi pendidik yang
sesuai dalam qur’an dan hadist dan dengan syarat-syarat dan tugas menjadi pendidik dalam
pendidikan islam.

1.3 Rumusan masalah

Dari latar belakang makalah di atas dapat di ambil sebuah kesimpulan untuk di jadikan rumusan
masalah. Adapu rumusan maalah sebagai berikut :

1.bagaimana pengertian pendidik ?


2.bagaimana kedudukan pendidik ?
3.bagaimana kedo etik seorang pendidik ?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendidik


Dari segi bahasa, pendidik adalah orang yang mendidik (Poerdarminta,1976:endidik. 250). Dari
pengertian ini timbul kesan bahwa pendidik ialah orang yang melakukan kegiatan dalam hal
mendidik.Dalam bahasa inggris ditemui beberapa kata yang mendekati maknanya dengan pendidik.
Kata-kata tersebut seperti teacher yang berarti guru atau pengajar, dan tutor yang berarti guru pribadi
atau guru yang mengajar di rumah (Echols dan Shadily,1980: 560).Dalam bahasa arab dijumpai kata
ustadz,mudarris,mu’allim,dan muaddib.Kata ustadz jamaknya asaatidz yang berarti teacher atau
guru,professor (gelar akademik/jenjang di bidang intelektual), pelatih, penulis, dan penyiar (Wehr,
1974: 15). Sementara kata mudarris berarti teacher (guru),instructure (pelatih), dan lecturer(dosen).
Selanjutnya, kata muallim yang berarti teacher (guru), trainer (pemandu). Kemudian, kata muaddib
berarti educator (pendidik) atau teacher in qur’anic school (guru dalam lembaga pendidikan Al-Quran).
Kata-kata tersebut secara keseluruhan terhimpun dalam pengertian pendidik, karena pada
dasarnya kesemuanya mengacu pada seseorang yag memberikan pengetahuan ,ketrampilan, atau
pengalaman kepada orang lain. Mungkin hanya ada perbedaan istilah dalam penggunaannya. Jika
suatu pengetahuan di berikan di sekolah pengajarnya disebut teacher (guru), di perguruan tinggi
disebut lecturer atau professor, di rumah-rumah secara pribadi disebut tutor, di pusat-pusat latihan
disebut instructure atau trainer, dan di lembaga pendidikan yang mengajar agama disebut educator
(Nata, 1977: 62).
Adapun pengertian pendidik menurut istilah di kemukakan dalam pendidk ahli Islam,
diantaranya adalah Ahmad D.Marimba (1989: 37) yang menyatakan bahwa pendidik ialah orang yang
memikul tanggung jawab untuk mendidik. Orang dalam pengertian ini ialah orang dewasa, yang karena
hak dan kewajibannya bertanggung jawab atas pendidikan si terdidik. Pendidk berarti juga orang
dewasa yang beratanggung jawab memberi pertolongan pada anak didik dalam perkembangan jamani
dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, maupun berdiri sendiri dan memenuhi tingkat
kedewasaannya, maupun berdiri sendiri memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah Swt.
Selain itu, mampu sebagai makhluk sosial dan makhluk individu yang mandiri (Suryosubrata, 1983:
26).
Sejalan dengan pendapat Ahmad D. Marimba , Ahmad Tafsir (1992: 74) mendefinisikan
pendidik sebagai siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik, dengan
mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik efektif, kognitif, maupun psikomotorik.
Menurutnya, tanggung jawab pertama dan utama terhadap pendidikan anak adalah orangtua anak
didik. Tanggung jawab itu disebabkan sekurang-kurangnya oleh dua hal: (1)karena kodrat , yaitu
karena orangtua ditakdirkan bertanggung jawab mendidik anaknya; (2) karena kepentingan kedua
orangtua, yaitu orangtua berkepentingan terhadap kemajuan perkembangan anaknya, sukses anaknya
sukses orangtuanya juga.
Pengertian lain dari pendidik dapat dilihat dari ensiklopedi pendidikan karangan Soegarda
Poebakawarja dan HAH. Harahap (1982: 257). Menurutnya, yang dimaksud dengan pendidik ialah
seseorang yag memberi dan melaksanakan tudas pendidikan atau tugas mendidik. Selanjutnya,
dikatakan bahwa orangtua adalah pendidik atas dasar jabatan dan kedudukannya.
1
Dalam beberapa literatur kependidikan pada umumnya, istilah pendidik sering di wakili oleh
istilah guru, orang yang pekerjaannya mengajar atau memberikan pelajaran di sekolah/kelas.Istilah
guru sebagaimana di jelaskan oleh Hadari Nawawi (1989: 123), adalah orang yang kerjanya mengajar
atau memberikan pelajaran di sekolah/kelas. Guru daram pengertian tersebut menurutnya bukanlah
sekedar orang yang berdiri di depan kelas hanya untuk menyapaikan materi pengetahuan tertentu,
melainkan anggota masyarakat yang harus ikut aktif dan berjiwa bebas serta kreatif dalam
mengarahkan perkembangan anak didiknya untuk menjadi anggota masyarakat sebagai orang
dewasa. Dalam pengertian ini, terkesan adanya tugas yang demikian berat yang haus dipikul oleh
seorang pendidik, khususnya guru. Tugas tersebut, selain memberikan pelajaran dimuka kelas, juga
harus membantu mendewasakan peserta didik.
Dari berbagai definisi pendidk diatas, dapat dimengerti bahwa yang dimaksud dengan pendidk
adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan kepada peserta didik dalam
perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu melksanakan tugasnya
sebagai khalifah di bumi, sebagai makhluk sosial, dan sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri.
Menurut Abuddin Nata, didalam Al-Quran akan di jumpai informasi bahwa yang menjadi
penddik secara garis besar terdiri dari empat (1997: 65)
2.1.1 Sebagai pendidik pertama adalah Allah Swt
Allah Swt sebagai pendidik pertama menginginkan umat manusia menjadi baik dan bahagia
hidup di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, mereka harus memiliki etika dan bekal pengetahuan. Untuk
mencapai tujuan tersebut, Allah Swt mengirim nabi-nabi yang patuh dan tunduk kepada kehendak-Nya.
Ajaran yang diterima oleh umat manusia ini, dapat memberi petunjuk mengenai kebahagian
hidup di dunia dan akhirat. Nabi yang terdekat dengan kita adalah Nabi Muhammad Saw. Pembinaan
Allah Swt terhadap beliau dapat di lihat dalam firman-firman yang telah di turunkan kepadanya. Sifat
lain yang di miliki oleh Allah Swt sebagai pendidik atau guru adalah Maha Pemurah dalam arti tidk kikir
dengan ilmu-Nya. Allah Swt Maha Mengetahui kesungguhan manusia yang beribadat kepadaNya,
mengetahui siapa yang baik dan yang buruk, mengetahui cara-cara (metode) dalam membina
umatNya, antara lain melalui penegasan, perintah, pemberitahuan, kisah, sumpah, pencelaan,
hukuman, keteladan, pembantahan, mengemukakan teka-teki, mengajukan pertanyaan,
memperingatkan, mengutuk, dan memberi perhatian.
2.1.2 Sebagai pendidik kedua adalah Nabi Muhammad Saw
Sejalan dengan pembinaan Allah Swt terhadap Nabi Muhammad Saw, Allah Swt meminta
beliau agar membina masyarakat dengan perintah untuk berdakwah. Sebagaimana tersirat dalam
firman Allah Swt surat Al-Mudastsir ayat 1-10.
Dalam hubungan ini menarik dengan apa yang dikatakan oleh Quraish Shihab (1992: 172),
bahwa Rasulullah Saw yang di dalam ini bertindak sebagai penerima Al-Quran, bertugas untuk
menyampaikan petunjuk-ptunjuk yang terdapat dalam A-Quran tersebut, di lanjutkan dengan
menyucikan dan mengajarkan manusia. Menyucikan dapat diidentikkan dengan mendidik, sedangakan
mengajar tidak lain kecuali mengisi benak anak didik dengan pengetahuan yang berkaitan dengan
alam metafisika dan fisika. Hal ini pada intinya menegaskan bahwa kedudukan Nabi sebagai pendidik
di tunjuk langsung oleh Allah Swt. Sebagai pendidik, nabi memulai pendidikannya kepada keluarganya
yang terdekat, dilanjutkan pada orang-orang yang ada di sekitarya termasuk pada pemuka Quraisy.
2
Sejarah mencatat bahwa tugas tersebut dapat dilaksanakan oleh Nabi dengan hasil yang
memuaskan. Hal ini tidak dapat di lepaskan dari metode yang di gunakan oleh Nabi dalam mendidk
tersebut, yaitu dengan cara menyayangi, keteladanan yang baik, mengatasi penderitaan dan masalah
yang dihadapi oleh umat, memberi ibarat, contoh, dan sebagainya yang amat menarik perhatian
masyarakat.
2.1.3 Sebagai pendidik ketiga adalah orangtua
Sebagai pendidik ketiga menurut Al-Quran adalah orangtua. Dalam alquran telah disebutkan
tentang sifat-sifat yang harus dimiliki orangtua sebagai pendidik, yaitu memiliki hikmah atau kesadaran
tentang kebenaran yang di peroleh melalui ilmu dan rasio, dapat bersyukur kepada Allah Swt, suka
menasehati anaknya agar tidak mempersekutukan Tuhan, memeritahkan anaknya agar menjalankan
sholat, dan sabar dalam menghadapi penderitaan.

2.1.4 Sebagai pendidik keempat adalah oranglain

Sebagai pedidik keempat menurut Al-Quran adalah oranglain. Informasi yang amat jelas
tentang hal ini antara lain dapat di lihat dalam Al-Quran, sebagaimana makna dalam QS.Al-kahfi:60-82.
Dala ayat ini di sebutkan mengenai nabi musa as yang di perintahkan agar mengikuti nabi khidhr dan
belajar kepadanya.sebagai guru, nabi khidhr menduga nabi musa pasti tidak mampu bersabar, karna
tidak memiliki ilmu. Oleh karna itu, nabi musa di minta berjanji akan berlaku sabar. Selain itu, nabi
khidhr mengingatkan nabi musa agar idak bertanya sebelum di jelaskan.

Dengan demikian, dalam Al-Quran ada empat yang dapat menjad pendidik, yaitu Allah Swt,
Nabi, orangtua dan orang lain. Orang keempat inilah yang di sebut sebagai guru. Bergesernya tugas
mendidik dari kedua orangtua kepada orang lain (guru) leih lanjut di jelaskan oleh ahmad tafsir (1992:
75), menurutnya bahwa pada mulanya tugas mendidik adalah tugas murni orangtua, jadi tidak perlu
orangtua mengirim anaknya ke sekolah untuk di ajarkan guru. akan tetapi, karena perkembagan
pengetahuan, keterampilan, sikap serta kebutuhan hidup sudah sedemikian luas, dalam dan rumit,
orangtua tidak mampu lagi melakukan sendiri tugas-tugas mendidik anaknya. Selain tidak mampu
karena luasnya perkembangan pengetahuan dan ketrampilan, mendidik anak di rumah sekarang ini
amat tidak ekonomis. Dapat di bayangkan seandainya orangtua mendidik anaknya sejak tingkat dasar
sampai perguruan tinggi di rumah, oleh dirinya sendiri, sekalipun orangtuanya mampu
menyelenggarakan itu.

Berdasarkan analisis tersebut, tampak bahwa yang disebutkan dalam Al-Quran mengenai adanya
pendidik tersebut enggambarkan adanya perkembangan masyarakat, misalnya dari zaman Nabi Adam
as tentu Allah Swt sendiri sebagai guru, karena tugas terutama belum dapat di wakilkan kepada nabi.
Kemudian, setelah masyarakat berkembang luas, tugas tersebut sebagian di wakilan kepada
orangtuanya masing-masing, setelah masyarakat itu semakin berkembang luas maka tugas pendidik di
bagi lagi kepada orangtua yang secara khusus di persiapkan untuk menjadi pendidik atau guru.
3

2.2 Kedudukan pendidik dalam islam

Islam sangat menghargai dan menghormati orang-orang berilmu . pengetahuan dan bertugas
sebagai pendidik. Dalam islam, orangyang beriman dan berilmu pengetahuan (guru) sangat luhur
keduduannya di sisi Allah Swt dari pada yang lainnya. Sebagai firman Allah Swt yang artinya

“hai orang-orang yang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu “berlapang-lapanglah dalam majlis”
maka lapangkanlah niscaya Allah Swt akan memberi kelapangan untuk mu dan apabila di katakan
“berdilah kamu” maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman
diantaramu dan orang-orang di beratkan pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah mengetahui apa
yang kamu kerjakan(Al-Quran surat Al-mujadilah ayat 11)

Pendidik memiliki beberapa fungsi mulya, di antaranya (1)fungsi penyucian artinya sebagai
pemelihara diri, pengembang, serta pemelihara fitrah manusia (2)fungsi pengajaran, artinya sebagai
penyampai ilmu pengetahuan dan berbagai keyakinan kepada manusia agar mereka menerapkan
seluruh pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, peranan pendidik (guru) sangat
penting dalam proses pendidikan, karena dia yang bertanggung jawab dan menentukan arah
pendidikan tersebut. Maka, itulah sebabnya islam menghargai dan menghormati orang-orang yang
berilmu pengetahuan dan bertugas sebagai pendidik yang mempunyai tugas yang sangat mulia (basuki
dan ulum 2007: 80-81)

Begitu tingginya penghargaan islam terhadap pendidik sehinga menempatkan kedudukannya


setingkat di bawah kedudukan Nabi dan Rosul (salim dan mahrus, 2006 : 57). Dalam hal kedudukan
dan peran pendidikan ini, al ghozali menulis dalam kitab ihyaa’ulumuddin sepert di kutip muhammad
‘athiyaalabrasyi (1990: 130).

Seorang yang berilmu dan kemudian bekerja dengan ilmunya itu, maka dialah yang dinamakan besar
bawah kolong langit ini.ia adalah ibarat matahari yang menyinari orang lain dan mencahayai pula
dirinya sendiri dan ibarat minyak kasturi yang baunya dinikmati oranglain dan ia sendiri pun
harum.siapa yang bekerja di bidang pendidikan, maka sesungguhnya ia telah memilih pekerjaan yang
terhormat dan yang sangat penting. Maka, hendaknya ia memelihara adab dan sopan santun dalam
tugas ini.

Dari pernyataan al ghozali di atas, dapat dipahami bahwa profesi pendidik merupakan profesi yang
mulia dan paling agung di banding profesi yang lain.

4
Dengan profesinya itu, seorang pendidik menjadi perantara bagi manusia ( dalam hal ini pendidik )
dengan penciptanya, Allah Swt kalau kita renungkan, tugas pendidik seperti tugas utusan Allah.

Sejalan dengan pendapat al ghozali, ibnu sina dalam kitab al-siyasah (1954 : 134)
menghendaki agar seorang pendidik memiliki kepribadian, pengetahuan, dan pandangan
sebagaimana yang di miliki oleh Nabi karena pendidik yang pada hakikatnya adalah ulama
adalah sebagai pewaris nabi. Dengan kepribadian sebagai berikut, pendidik memiliki
kemampuan untuk mengarahkan dan membina peserta didiknya sesuai dengan ;nilai-nilai
kehidupan yang luhur dan bermartabat menurut pandangan agama.

Penghormatan terhadap pendidik demikian tinggi dapat di lihat dari jasanya yang
demikian besar dalam mempersiapkan kehidupan bangsa di masa yang akan datang. Jasa
pendidik yang terpenting meliputi (1)pendidik sebagai pemberi pengetahuan yang benar
kepada peserta didiknya, sedangkan ilmu adalah modal untuk mengangkat derajat manusia
dan dengan ilmu pula seseorang akan memiliki rasa percaya diri dan bersikap mandiri. Orang
seperti inilah yang diharapkan dapat menanggung beban sebagi pemimpin bangsa; (2)pendidik
sebagai pembina akhlak yang mulia dan merupakan tiang utama untuk menopang
kelangsungan hidup suatu bangsa; (3)pendidik sebagai pemberi penduduk kepada peserta
didik tentang hidup yang baik, yaitu manusia yang tahu siapa pencipta dirinya yang
menyebabkan ia tidak menjadi orang yang sombong, menjadi orang yang tahu berbuat baik
kepada rasul, orangtua, dan kepada oranglain (basuki ulum, 2007 : 80-81).

2.3 Kode etik guru

Pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha membentuk


kepribadian manusia sesuai dengan nilai-nilai dan kode etik yang terdapat dalam
masyarakat dan Negara. Di samping itu, pendidikan harus dimengerti secara luas
dan umum sebagai usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik melalui bimbingan,
pengajaran, dan latihan untuk membantu peserta didik mengalami proses
pemanusiaan menuju pribadi yang dewasa-susila, yakni sosok manusia yang sudah
terisi secara penuh bekal pengetahuan serta memiliki integritas moral yang tinggi.
Berkaitan dengan pendidikan ini, maka komponen yang paling penting dalam
proses pendidikan adalah pendidik dan anak didik. Hubungan antara guru dan
murid dalam Islam tidak berdasarkan untung-rugi, terlebih untung rugi dalam
bidang ekonomi. Inilah yang menyebabkan pernah munculnya pendapat dari
ulama’ yang mengharamkan guru menerima gaji dari pekerjaannya mengajar
tersebut, karena hubungan guru-murid dalam Islam pada hakikatnya adalah
hubungan keagamaan yang tak ternilai harganya. Seiring dengan perkembangan
zaman, terjadi pergeseran pola hubungan guru dan murid; nilai-nilai ekonomi
sudah banyak menggerakkan kebijakan-kebijakan. Penghargaan murid terhadap
guru semakin menurun, harga karya guru semakin tinggi, dan penghargaan guru
terhadap dirinya semakin rendah.

5
Mengingat sangat urgennya peran guru dalam
proses pendidikan, maka banyak para ulama’ yang menulis tentang kewajiban,
sifat – sifat, ataupun tugas yang harus dimiliki oleh guru dan murid.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis memformulasikan
masalah kode etik guru dalam pendidikan Islam prespektif Muhammad Athiyah
Al-abrasyi. Untuk itu perlu mengkaji kembali ajaran Islam baik Al-Qur'an, hadist,
sejarah Islam maupun tulisan para ulama' dan sarjana muslim dari berbagai
disiplin ilmu dalam rangka mencari paradigma baru pendidikan islam dengan
demikian kita bisa menghidupkan kembali warisan pendidikan Islam pada zaman
keemasan. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan jenis penelitian
library research.
Hasil dari penelitian ini meliputi aspek personal dan professional. Kode
etik guru dalam pendidikan Islam yang dikemukakan oleh Muhammad Athiyah al-
Abrasyi meliputi: 1. Kode etik guru yang berhubungan dengan diri sendiri; a.
Bersifat zuhud, b. Bersih dari dosa dan sifat-sifat tercela. 2. Kode etik guru yang
berhubungan dengan murid dan sesama guru; a. Bersikap bijaksana dan tegas, b.
Bersifat pemaaf dan sabar, c. Memiliki wibawa dan harga diri, d. Mencintai
muridnya seperti mencintai anaknya sendiri, e. Mengetahui tabi’at murid. 3. Kode
etik guru yang berhubungan dengan tugasnya; a. Ikhlas dalam pekerjaan, b.
Menguasai bidang study, c. Mampu menciptakan komunikasi aktif antara pendidik
dan anak didik.

6
BAB III

PENUTUP

2.4 Kesimpulan

Hasil pemaparan di atas diharapkan mampu menggugah semangat para


pendidik untuk senantiasa memperbaiki kualitasnya sebagai pendidik dan tidak
mengabaikan tugas utamanya, yaitu mencerdaskan anak bangsa dan mendidik
moral mereka. Di samping itu juga mampu membangkitkan ghirah para peneliti
untuk meneliti lebih dalam mengenai kode etik yang akan menjadi pedoman moral
dan tinggkah laku guru dalam tugas dan di luar tugasnya.

7
Daftar pustaka
Salim,moh haitami & kurniawan syamsyul. 2012. Studi ilmu pendidikan islam. Jogjakarta: AR-RUZZ
MEDIA

Anda mungkin juga menyukai