Anda di halaman 1dari 10

“Subyek Pendidikan (Pendidik/Guru) Menurut Tafsir Ayat Al Qur’an”

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah

“Tafsir Tarbawi”

Dosen Pengampu:

Nur Kholis,.LC,.M.H.I

Disusun Oleh:

Mochammad Maliki (201912120422)

Afik Amiruddin (201912120391)

Nur Fitri Arifah (201912120415)

Aditya Ilham Duta Armada (201912120419)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PEDIDIKAN ISLAM

JURUSAN TARBIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL FITHRAH

SURABAYA

2020

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbilalamin, puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat taufik serta hidayatnya, sehingga memberikan kesempatan bagi kami
untuk menyelesaikan makalah “SUBYEK PENDIDIKAN(PENDIDIK/GURU) MENURUT
TAFSIR AYAT AL QUR’AN” ini tepat pada waktunya.
Sholawat serta salam tidak lupa kami haturkan kepada junjungan besar kita baginda
habibillah Nabi Muhammad SAW, semoga kelak di hari akhir nanti kita bisa mendapatkan
syafaatnya.
Terima kasih kami ucapkan kepada para dosen yang telah membimbing kami ketika kami
berdiskusi terutama kepada bapak Nur Kholis,.LC.M.H.I, selaku dosen matakuliah “TAFSIR
TARBAWI” yang kami susun ini.
Makalah ini disusun dan diselesaikan dari berbagai sumber dan bantuan dari berbagai
pihak, Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih sebesar besarnya kepada semua pihak
yang membantu menyelesaikan penyelesaian makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat dan menambah wawasan kepada para teman teman yang
membacanya khususnya bagi kami yang menyusun makalah ini. terlepas dari itu kami
memahami masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini, Maka dari itu kami
mengharapkan kritik serta saran kepada teman teman semua yang membacanya, agar
kedepannya memberikan penyemangat kepada kami agar dapat menyusun makalah yang lebih
baik lagi.

Surabaya, 03 Oktober 2020

TIM PENULIS

2
DAFTAR ISI

Kata Pegantar................................................................................ 2
Daftar Isi..........................................................................................3
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................... 4
B. Rumusan Masalah.................................................................4
C. Tujuan Penulisan Makalah.................................................. 4

BAB II : PEMBAHASAN

A. Pendidik............................................................................... 5
B. Tugas-tugas Pendidik...........................................................6
C. Sikap Pendidik......................................................................8

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................ 11

Daftar Pustaka..............................................................................12

BAB I

3
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah
1. Siapakah pendidik menurut tafsir ayat Al Qur’an ?
2. Apa saja tugas seorang pendidik ?
3. Bagaimana sikap seorang pendidik kepada peserta didiknya ?
C. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas pada mata kuliah tafsir tarbawi
2. Untuk mengetahui siapakah pendidik menurut tafsir ayat Al Qur’an
3. Untuk mengetahui apa saja tugas seorang pendidik
4. Untuk mengetahui bagaimana sikap seorang pendidik kepada peserta didiknya

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendidik
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pendidik adalah seseorang yang
memiliki profesi mengajar, sedangkan dalam bahasa Arab, pendidik biasanya disebut
dengan beberapa istila, seperti: Ustadz, Mu’allim, Murabbi, Mudarris, Mu’addib,
Mursyid dan Mudarrib. Masing masing istilah ini memiliki tempat tersendiri dalam
konteks peristilahan yang dipakai dalam pelaksanaan dan teori pendidikan Islam. Jika
merujuk pada Al Qur’an , istilah pendidik yang digunakan diantaranya adalah Al
Murabbi dan Al Mu’allim. istilah lain yang langsung dapat dijumpai dalam Al Qur’an
berkenaan dengan adanya fungsi kependidikan adalah Az Zikr, sebagaimana yang disebut
dalam QS. An-nahl [16]: 43 Dan QS. Al-Anbiya [21]:7.
Dari beberapa pendapat yang telah diuraikan, dapat dikemukakan bahwa istilah
Al-Murabbi yang berasal dari kata rabb dan Al-Mu’allim yang berasal dari kata alima-
ya’lamu dan allamayuallimu keduanya menunjuk kepada Allah SWT.

B. Tugas tugas pendidik


Pada dasarnya, tugas seorang pendidik adalah mendidik dengan mengupayakan
pengembangan seluruh potensi peserta didik, baik aspek kognitif, afektif, maupun
psikomotoriknya. Potensi peserta didik ini harus dikembangkan secara seimbang sampai
ketingkat keilmuan tertinggi dan mengintegrasi dalam diri peserta didik. Upaya pengembangan
potendi anak didik tersebut dilakukan untuk penyucian jiwa mental, penguatan metode berpikir,
penyelesaian masalah kehidupan, mentranfer pengetahuan dan keterampilannyamelalui teknik
mengajar, memotifasi, memberi contoh, memuji, dan mentradisikan keilmuan.

Tugas seorang pendidik dalam proses pembelajaran secara berurutan adalah


D. Menguasai materi pelajaran.
E. Menggunakan metode pembelajaran agar peserta didik mudah menerima dan
memahami pelajaran.
F. Melakukan evaluasi pendidikan yang dilakukan.
G. Menindak lanjuti hasil evaluasi.

5
Tugas pendidik yang utama adalah menyempurnakan, membersihkan, menyucikan, serta
membawakan hati manusia untuk mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah Swt. Realisasi tugas
ini merupakan cerminan dari tujuan utama pendidikan Islam adalah berupaya menciptakan
subyek didik untuk mampu mendekatkan diri kepada-Nya. Jika pendidik belum mampu
mewujudkan siswanya membiasakan diri dalam peribadatan secara tepat, maka ia sungguh
mengalami kegagalan dalam tugasnya, sekalipun peserta didiknya memiliki prestasi akademis
yang luar biasa. Hal itu mengandung arti bahwa adanya keterkaitan antara ilmu dan amal saleh.

Dalam paradigma Jawa, pendidik diidentikkan dengan guru (gu dan ru) yang berarti “digugu dan
ditiru”. Dikatakan digugu (dipercaya) karena guru memiliki seperangkat ilmu yang memadai,
yang karenanya ia memiliki wawasan dan pandangan yang luas dalam melihat kehidupan ini.
Dikatakan ditiru (diikuti) karena guru memiliki kepribadian yang utuh, karenanya segala tindak
tanduknya patut dijadikan panutan dan suri teladan oleh peserta didiknya.1

Pengertian ini diasumsikan bahwa tugas guru tidak sekadar transformasi ilmu, tapi juga
bagaimana ia mampu menginternalisasikan ilmunya pada peserta didiknya. Pada tataran ini
terjadi sinkronisasi antara apa yang diucapkan oleh guru (didengar oleh peserta didik) dan yang
dilakukannya (dilihat oleh peserta didik).

Oleh karena itu, maka tugas pendidik dalam pendidikan Islam dapat disimpulkan menjadi tiga
bagian, yaitu:

Pertama, Sebagai pengajar (instruksional), yang bertugas merencanakan program


pengajaran dan melaksanakan program yang telah disusun serta mengakhiri dengan pelaksanaan
penilaian program dilakukan.

Kedua, Sebagai pendidik (educator), yang mengarahkan peserta didik pada tingkat
kedewasaan dan berkepribadian seiring dengan tujuan Allah Swt. menciptakannya.

Ketiga, Sebagai pemimpin (managerial), yang memimpin, mengendalikan kepada diri


sendiri, peserta didik dan masyarakat yang terkait, terhadap berbagai masalah yang menyangkut
upaya pengerahan, pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan dan partisipasi atas program
pendidikan yang dilakukan.2

1
Tim Departemen Agama RI, Islam untuk Disiplin Ilmu Pendidikan, Jakarta, PPPAI-PTU, 1984.
2
Roestiyah NK., Masalah-masalah Ilmu Keguruan, Jakarta, Bina Aksara, 1982.

6
Dalam tugas itu, seorang pendidik dituntut untuk mempunyai seperangkat prinsip
keguruan.Prinsip keguruan itu dapat berupa:

1. Kesediaan untuk mengajar seperti memperhatikan: kesediaan, kemampuan, pertumbuhan


dan perbedaan peserta didik. Kedua, membangkitkan keinginan peserta didik.
2. Menumbuhkan bakat dan sikap peserta didik yang baik.
3. Mengatur proses belajar mengajar yang baik. Kelima, memperhatikan perubahan-
perubahan kecenderungan yang memengaruhi proses mengajar. Keenam, adanya
hubungan manusiawi dalam proses belajar-mengajar.3

C. Sikap seorang pendidik


Ada beberapa sikap dan sifat khususs yang, sangat penting, harus dimiliki oleh
pendidik antara lain:
1. Adil, yang dimaksud adil disini, misalnya dalam memperlakukan anak anak
didiknya harus dengan cara yang sama. Tidak boleh membeda bedakan anank
anak didiknya antara anak yang cantik, anak saudaranya, anak pejabat atau anak
yang menjadi anak kesayangannya.
2. Mempercayai murit muritnya, guru harus mengakui bahwa anak anaknya adalah
makhluk yang mempunyai kemauan, mempunyai kata hati sebagai sebagai daya
jiwa untuk menyesali perbuatannya yang buruk dan menimbulkan kemauan untuk
mencegah perbuatan yang buruk. Karena kata hati seorang anak masih lemah,
masih harus berkembang dan dikembangkan. Disinilah salah satu tugas penting
guru untuk membentuk kemauan dan kata hati anak kearah yang baik.
3. Sabar dan rela berkorban, sebagai pendidik sifat sabar dan rela berkorban harus di
miliki, baik dalam melakukan tugasmendidik maupun dalam menanti jerih
payahnya. Karena sebuah pekerjaan tiap tiap guru dalam mendidik seorang anak
didiknya tidak sama dengan pekerjaan seorang tukang roti yang membuat roti
lezat yang bisa dilihat hasilnya dengan hanya beberapa jam, tetapi seorang guru
memerlukan kesabaran dan rela berkorban jika ingin menjadikan anak didiknya
orang yang sukses.

3
Zakiah Daradjat. Kepribadian Guru, Jakarta, Bulan Bintang, 1980.

7
4. Wibawa, tanpa adanya kewibawaan pada pendidik, tidak mungkin pendidik dapat
masuk kedalam hati sanubari anak anak didiknya, tanpa kewibawaan murit murit
hanya akan menuruti kehendak dan perintah gurunya karena takut atau karena
paksaan bukan karena kesadaran dari seorang anak didiknya.
5. Penggembira, seorang guru hendaknya memiliki sifat yang gembira dan
memberikan kesempatan tertawa kepada para murit muritnya, karena sifat ini
banyak gunanya bagi guru, antara lain ia akan memikat perhatian anak anak
didiknya pada saat mengajar, sehingga anak anak tidak mudah bosan atau merasa
lelah.
6. Bersikap baik terhadap guru guru lainnya, tingkah laku dan budi pekerti anak
anak sangat dipengaruhi oleh suasana dikalangan guru guru, karena jika
dikalangan guru ada yang bertentangan maka seorang anak didik kebanyakan juga
akan ada pertentangan .
7. Baik terhadap masyarakat, karena sebuah lembaga pendidikan hendaknya menjadi
cerminan masyarakat sekitarnya, maka dari itu seorang guru harus bersikap baik
terhadap masyarakat.
8. Menguasai materi pelajaran, seorang guru harus selalu menambah
pengetahuannya. Karena mengajar tidak bisa di pisahkan dengan belajar. Guru
yang pekerjaannya memberikan pengetahuan kepada murit muritnya tidak akan
berhasil dengan baik, jika guru itu sendiri tidak selalu berusaha manambah
pengetahuannya.

BAB III
PENUTUP

8
DAFTAR PUSTAKA

Tim Departemen Agama RI, Islam untuk Disiplin Ilmu Pendidikan, Jakarta, PPPAI-PTU, 1984.

9
Roestiyah NK., Masalah-masalah Ilmu Keguruan, Jakarta, Bina Aksara, 1982.

Zakiah Daradjat. Kepribadian Guru, Jakarta, Bulan Bintang, 1980.

10

Anda mungkin juga menyukai