Anda di halaman 1dari 14

TAFSIR AYAT ALQUR’AN TENTANG METODE PENDIDIKAN

Mata Kuliah:
Tafsir Tarbawi

Dosen Pengampu :
H. Nur Cholis Lc, M.H.I
Disusun Oleh :
Irsyadul Ibad
Nurul hidayanti
Holilu Rohman

FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PEDIDIKAN ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL FITHRAH
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt atas segala rahmat dan hidayahnya yang tiada terkira kepada
kita semua sebagai umat-Nya. Sholawat dan salam tak lupa selalu terucap pada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW, karena keteladanan akhlak dan setiap gerak langkahnya kita
dapat menjadi umat terbaik di sisi Allah Swt.
Pembuatan makalah ini tentu tidak luput dari hambatan, namun dengan demikian atas kuasa
Allah Swt melalui orang-orang disekitar kita, makalah ini dapat terwujud. Oleh karena itu,
dalam kesempatan ini kami mengucapkan banyak terimakasih pada teman-teman yang
membantu, kami juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak “H. Nur Cholis Lc, M.H.I”
selaku dosen mata kuliah ”Tafsir Tarbawi” yang telah memberikan pengarahan.
Penulisan makalah ini tentu banyak kekurangan-kekurangannya. Maka dari sangat kami
harapkan kritik dan saran dari para pembaca yang membangun, untuk lebih menyempurnakan
makalah ini.

Surabaya, 16 September 2020


Tim Penulis
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Metode secara etimologi, berasal dari dua kata, yaitu meta dan hodos. Meta berarti
“melalui” dan hodos berarti “jalan” atau “cara” (Arifin, 1991: 61). menurut Ahmad
Husain. al-Liqaniy, metode adalah langkah-langkah yang diambil guru atau dosen guna
membantu para siswa atau mahasiswa merealisasikan tujuan tertentu (al-Liqani,
1996:127).
Metode merupakan hal yang sangat penting dalam proses belajar mengajar di lembaga
pendidikan. Apabila proses pendidikan tidak menggunakan metode yang tepat maka akan
sulit untuk mendapatkan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Sinyalemen ini seluruh
pendidik dewasa ini sudah maklum, namun masih saja di lapangan penggunaan metode
mengajar ini banyak menemukan kendala. Kendala penggunaan metode yang tepat dalam
mengajar banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor. Misalnya keterampilan guru belum
memadai, kurangnya sarana dan prasarana, kondisi lingkungan pendidikan dan kebijakan
lembaga pendidikan yang belum menguntungkan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
yang variatif.
Wajar saja jika Ahmad Tafsir mengatakan bahwa, kekurangtepatan penggunaan metode
ini patut menjadi renungan. Beliau mengatakan pertama, banyak siswa tidak serius, main-
main ketika mengikuti suatu meteri pelajaran, kedua gejala tersebut diikuti oleh masalah
kedua yaitu tingkat penguasaan materi yang rendah, dan ketiga para siswa pada akhirnya
akan menganggap remeh mata pelajaran tertentu (Tafsir, 1992: 131).
Kenyataan ini menunjukan betapa pentingnya metode dalam proses belajar mengajar.
Tetapi betapapun baiknya suatu metode tetapi bila tidak diringi dengan kemampuan guru
dalam menyampaikan maka metode tinggalah metode. Ini berarti faktor guru juga ikut
menentukan dalam keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar. Sepertinya kedua hal
ini saling terkait. Metode yang baik tidak akan mencapai tujuan bila guru tidak lihai
menyampaikannya. Begitu juga sebaliknya metode yang kurang baik dan konvensional
akan berhasil dengan sukses, bila disampaikan oleh guru yang kharismatik dan
berkepribadian, sehingga peserta didik mampu mengamalkan apa yang disampaikannya
tersebut.
Kondisi inilah yang sebenarnya diqiyaskan oleh Imam Zarkasyi dalam mengembangkan
proses pembelajaran di Pondok Pesantren Darussalam Gontor yang mengindikasikan
bahwa metode itu sangat menentukan kondisi pembelajaran dan materi pembelajaran itu
sendiri. Kalimat yang mengatakan bahwa “Al-Tariqatul Ahammu Minal Maddah” artinya
metode lebih penting daripada materi. Artinya tujuan, pembelajaran akan tercapai
ditentukan melalui metode yang jitu dalam proses pembelajaran (Buto, 2004).
Sebagai Pendidikan Islam, tentunya tidak akan terlepas dari sumber ajaran Islam itu
sendiri yakni al-Qur’an. Dalam konsep pendidikan Islam, maka harus melihat segala
sesuatunya dari sudut pandang al-Qur’an dan as-Sunnah. Al-Qur’an sebagai kitab suci
umat Islam di dalamnya memuat berbagai informasi tentang seluruh kehidupan yang
berkaitan dengan manusia.
Karena memang al-Qur’an diturunkan untuk umat manusia, sebagai sumber pedoman,
sumber inspirasi dan sumber ilmu pengatahuan. Salah satunya adalah hal yang berkaitan
dengan pendidikan. Dan salah satu sumber yang utama itu adalah al-Qur’an, kitab suci
pedoman umat Islam. Di dalamnya pasti banyak menjelaskan metode pendidikan. Al-
Qur’an merupakan kitab suci yang berisi petunjuk untuk kehidupan umat manusia di
dunia ini.
Berbagai kondisi pembelajaran hari ini, pada hakikatnya bahwa, pendidik dalam
menjalankan tugas pokok dan fungsinya sebagai pendidik diharuskan berkacamata pada
sumber Islam itu sendiri, sehingga segala aktivitas dan perolehannyapun mendapat
kawalan dari sumber yang benar. Lahirnya metode pembelajaran modern hari ini bukan
menutup diri seorang pendidik untuk tetap berpengaang pada sumber yang pertama.
Dengan berbagai perkembangan teknologi dan pemikiran filosof, maka sejak itupula
sebenarnya kita tetap mengkaji dan menganalias terlebih dahulu melalui sumber yang
pertama. Ternya motode di dalamnya juga tidak outmode dengan kondisi sekarang ini.
Dengan demikian kawalan dan cerminan nilai-nilai Islampun akan lahir sendirinya
dengan mengintegrasikan metode qurani dengan motode kekinian.
Tulisan ini berusaha menggali wawasan pendidikan dalam al-Qur’an khususnya
menyangkut metode pendidikan yang ada dalam al-Qur’an. Dengan cara mencari term-
term dalam beberapa ayat al-Qur’an yang dapat memberikan makna tentang metode
pembelajaran, penulis melacak melalui Al-Hasani dalam Fathurrahman. Selanjutnya
mengetengahkan dan menjelaskannya dengan penafsiran para mufassrin secara tematik.
Berhubung keterbatasan penulis dalam berbagai hal seperti waktu, kemampuan, dan
referensi, maka penulis hanya mengetengahkan penjelasan beberapa ayat selanjutnya
memilih tiga ayat al-Qur’an yang secara langsung menjelaskan metode pendidikan di
antaranya adalah Surat An-Nahl ayat 125, surat Yusuf ayat 111, dan surat Al-Maidah 67
untuk mempermudah pembahasan dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja Term – term metode pendidikan ?
2. Bagaimana penjelasan ayat alqur’an mengenai metode pendidikan ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui term term metode pendidikan
2. Untuk mengetahui penjelasan ayat alqur’an mengenai metode pendidikan
BAB II
Pembahasan
A. Term – Term Metode Pendidikan
1. Metode Tabligh ( menyampaikan atau ceramah ). Q. S. Al – Maidah ayat.67
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫س ۗ اِ َّن هّٰللا َ اَل‬


ِ ‫ك ِمنَ النَّا‬
‫هّٰلل‬
ِ ‫ك ۗ  َواِ ْن لَّ ْم تَ ْف َعلْ فَ َما بَلَّ ْغتَ ِر ٰسلَـتَهٗ  ۗ  َوا ُ يَ ْع‬
َ ‫ص ُم‬ َ ‫ٰۤيـاَيُّهَا ال َّرسُوْ ُل بَلِّ ْغ َم ۤا اُ ْن ِز َل اِلَ ْي‬
َ ِّ‫ك ِم ْن َّرب‬
َ‫يَ ْه ِدى ْالقَوْ َم ْال ٰـكفِ ِر ْين‬
yaaa ayyuhar-rosuulu balligh maaa ungzila ilaika mir robbik, wa il lam taf'al fa
maa ballaghta risaalatah, wallohu ya'shimuka minan-naas, innalloha laa yahdil-
qoumal-kaafiriin
"Wahai Rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika tidak
engkau lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti engkau tidak menyampaikan
amanat-Nya. Dan Allah memelihara engkau dari (gangguan) manusia. Sungguh,
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir." (QS. Al-Ma'idah 5:
Ayat 67)
2. Metode Hikmah, Mau’izah, dan Jadalah (Memberi hikmah, nasehat yang baik,
dan debat). Q.S. An-Nahl ayat 125
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
‫ضـ َّل ع َْن‬ َ ِّ‫ع اِ ٰلى َسبِ ْي ِل َرب‬
َ ‫ك بِا ْل ِح ْك َم ِة َوا ْل َموْ ِعظَ ِة ْال َح َسنَ ِة َو َجا ِد ْلهُ ْم بِا لَّتِ ْي ِه َي اَحْ َسنُ  ۗ اِ َّن َربَّكَ هُ َو اَ ْعلَ ُم بِ َم ْن‬ ُ ‫اُ ْد‬
‫َسبِ ْيلِ ٖه َوه َُو اَ ْعلَ ُم بِا ْل ُم ْهتَ ِديْن‬
ud'u ilaa sabiili robbika bil-hikmati wal-mau'izhotil-hasanati wa jaadil-hum
billatii hiya ahsan, inna robbaka huwa a'lamu bimang dholla 'ang sabiilihii wa
huwa a'lamu bil-muhtadiin
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
3. Metode Qashashi ( kisah atau cerita ) Q. S. Yusuf ayat 111
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
‫صـ ْي َل‬ِ ‫ق الَّ ِذيْ بَ ْينَ يَ َد ْيـ ِه َوتَ ْف‬ ْ ‫ب ۗ  َما َكا نَ َح ِد ْيثًا يُّ ْفت َٰـرى َو ٰلــ ِك ْن ت‬
َ ‫َصـ ِد ْي‬ ِ ‫ص ِه ْم ِع ْب َرةٌ اِّل ُولِى ااْل َ ْلبَا‬ َ َ‫لَـقَ ْد َكا نَ فِ ْي ق‬
ِ ‫ص‬
َ‫ُك ّل َش ْي ٍء َّوهُدًى و ََّرحْ َمةً لِّـقَوْ ٍم يُّْؤ ِمنُوْ ن‬

laqod kaana fii qoshoshihim 'ibrotul li`ulil-albaab, maa kaana hadiisay yuftaroo
wa laaking tashdiiqollazii baina yadaihi wa tafshiila kulli syai`iw wa hudaw wa
rohmatal liqoumiy yu`minuun
"Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang
mempunyai
akal. (Al-Qur'an) itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan
(kitab-kitab) yang sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu, dan (sebagai)
petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman." (QS. Yusuf 12: Ayat 111)

B. Penjelasan Tentang Ayat Q. S. Al-Maidah 67 Dan Q. S. An-Nahl 125 Q. S Yusuf 111


1. Al-Maidah ayat 67
‫س ۗ اِ َّن هّٰللا َ اَل‬
ِ ‫ك ِمنَ النَّا‬
‫هّٰلل‬ َ ِّ‫ٰۤيـاَيُّهَا ال َّرسُوْ ُل بَلِّ ْغ َم ۤا اُ ْن ِز َل اِلَ ْيكَ ِم ْن َّرب‬
ِ ‫ك ۗ  َواِ ْن لَّ ْم تَ ْف َعلْ فَ َما بَلَّ ْغتَ ِر ٰسلَــتَهٗ  ۗ  َوا ُ يَع‬
َ ‫ْصـ ُم‬
َ‫يَ ْه ِدى ْالقَوْ َم ْال ٰـكفِ ِر ْين‬
ayyuhar-rosuulu balligh maaa ungzila ilaika mir robbik, wa il lam taf'al fa maa
ballaghta risaalatah, wallohu ya'shimuka minan-naas, innalloha laa yahdil-qoumal-
kaafiriin
"Wahai Rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika tidak
engkau lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti engkau tidak menyampaikan
amanat-Nya. Dan Allah memelihara engkau dari (gangguan) manusia. Sungguh,
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir." (QS. Al-Ma'idah 5: Ayat
67)
a. Asbabun Nuzul Ayat
Pada suatu waktu Rasulullah SAW pernah bersabda: “Sesungguhnya Allah SWT
telah mengutuskan dengan membawa risalah kerasulan. Hal yang demikian ini menyebabkan
dadaku sesak, sebab aku tahu bahwa ummat  manusia akan mendustakan kerasulanku.
Padahal Allah SWT memerintahkan kepadaku agar menyampaikan risalah-ajaran kerasulan-
kepada mereka. Kalau tidak, Allah akan menyiksaku”. Sehubungan dengan itu Allah SWT
menurunkan ayat ke-67 sebagai ketegasan dan penguat terhadap kewajiban menyampaikan
risalah dan memberi jaminan atas keselamatan diri Rasulullah SAW.[1]( HR. Abu Syaikh dari
Hasan ).
Ketika ayat ke-67 diturunkan kepada Rasulullah SAW beliau bersabda: “Wahai
Tuhanku, apakah yang harus aku perbuat, padahal aku hanya seorang diri. Sedangkan orang-
orang kafir bergerombol dalam menghadapi diriku?”. Sehubungan dengan itu Allah SWT
menurunkan ayat yang berbunyi: Wa illam taf’al famaaballaghta risaalatahuu. Wallaahu
ya’shi-muka minan-naasi. Innallaha laa yahdil-qaumal kaafiriin. Artinya “Dan jika tidak
kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya.
Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang kafir”-merupakan kelanjutan ayat sebelumnya. Ayat ini
pada pokoknya memberikan perintah dengan tegas atas kewajiban menyampaikan risalah
kenabian kepada ummat manusia sekalipun mereka menentang. Disamping itu merupakan
jaminan dari Allah SWT untuk menjaga keselamatan Rasulullah SAW dalam menjalankan
tugas dakwahnya.[2]( HR. Ibnu Abi Hatim dari Mujahid ).
Aisyah memberikan keterangan, bahwa Rasulullah SAW dalam menyampaikan
dakwahnya selalu dijaga oleh para sahabat, sehingga turun ayat ke-67 yang berbunyi:
Wallaahu ya’shimuka minan-naasi. Artinya: “Allah memelihara kamu dari (gangguan)
manusia. Setelah ayat ini turun Rasulullah SAW menampakkan diri dari Kubbah seraya
bersabda: “Wahai para sahabatku, Pulanglah! Allah SWT telah memberikan jaminan
keselamatan kepada diriku dalam menyampaikan dalam menyampaikan dakwah ini. Aku
tidak perlu kamu kawal lagi. Sesungguhnya di malam nan gelap gulita seperti ini lebih baik
kamu gunakan untuk beristirahat bersama keluarga”. ( HR. Hakim dan Tirmidzi dari Aisyah )
Di dalam menyampaikan dakwah Rasulullah SAW selalu dikawal dan diawasi oleh
pamannya yang bernama Abbas. Pada waktu ayat ke-67 yang berbunyi: Wallaahu ya’shimuka
minan-naasi. Artinya “Dan Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia diturunkan
kepada Rasulullah Saw”, Abbas tidak lagi mengawasi dan mengawal Rasulullah SAW dalam
berdakwah. Allah SWT memberikan jaminan keselamatan kepada beliau, sehingga para
sahabat di malam hari tidak lagi harus menjaga di pos penjagaan. ( HR. Thabrani dari Abi
Sa’id al-Khudri ).
Pada waktu itu para sahabat biasa mengawal Rasulullah SAW dalam berdakwah--
khawatir mendapat gangguan dari orang-orang kafir Quraisy—baik di siang hari maupun
malam hari. Oleh karena keadaan yang seperti itu Allah SWT  menurunkan ayat ke-67
sebagai ketegasan tentang jaminan Allah SWT untuk ememlihara keselamatan Rasulullah
SAW dalam berdakwah. Mulai saat itu para sahabat tidak lagi mengawal Rasulullah SAW.
( HR Ibnu Hibban dalam kitabnya Sahih Ibnu Hibban dari Abi Hurairah )
Pada suatu ketika Rasulullah SAW mengadakan peperangan dengan Bani Anmar.
Ketika sampai di Dzatir-Riqa beliau beristirahat, di suatu perkebunan kurma yang tinggi,
yang beliau duduk di tepian sumur sambil menjulurkan kaki. Seorang lelaki dari Bani Najjar
yang bernama Warits berkata: “Aku akan membunuh Muhammad”. Teman-temannya
bertanya: “Bagaimana kami akan membunuh Muhammad?”. Jawabannya: “Aku akan
mengatakan kepadanya, “Coba pinjamkanlah pedangmu kepadaku”. Kalau permohonan itu
dikabulkan, aku akan membunuhnya dengan pedang itu”.
Warits segera mendatangiRasulullah SAW yang sedang beristirahat seraya berkata:
“Wahai Muhammad, berikanlah pedangmu kepadku agar aku dapat mencimnya”. Dengan
tiada menaruh curiga Rasulullah SAW langsung memberikan anak pedang itu kepadanya.
Ketika Warits memegang anak pedang milik Rasulullah SAW tangannya gemetar, tidak bisa
berbuat apa-apa. Sehubungan denagn itu Rasulullah SAW bersabda: “Allah SWT telah
menyelamatkan diriku dari maksud jahatmu”. Peristiwa ini telah melatarbelakangi turunnya
ayat ke-67 yang dengan tegas memberikan jaminan keselamatan kepada Rasulullah SAW
dalam mendakwahkan ajaran Islam.( HR. Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Marduwaih dari jabir bin
Abdillah ).
Rasulullah SAW setiap hari tidak pernah terlepas dari kawalan bi Thalib, paman
beliau. Kalau tidak dirinya sendiri, Abi Thalib menjadwal pemuda-pemuda Bani Hasyim
untuk mengawal beliau dalam berdakwah. Ketika ayat ke-67 diturunkan kepada Rasulullah
SAW, beliau bersabda kepada Abi Thalib: “Paman, sesungguhnya Allah SWT telah member
jaminan keselamatan atas diriku dari gangguan jin dan manusia dalam mendakwahkan
agama. Mulai saat turunnya ayat ini Rasulullah SAW tidak lagi membutuhkan pengawal
dalam berdakwah.( HR. Ibnu Marduwaih dan Thabrani dari Ibnu Abbas. Hadis ini adalah
gharib.
Pada suatu ketika Abi Hurairah dari para sahabat yang lain mengikuti peperanagn
bersama Rasulullah SAW. ketika pada suatu pagi Rasulullah mereka tinggalkan di bawah
pohon besar untuk beristirahat. Ketika beliau menggantungkan anak pedangnya pada suatu
dahan, datanglah seorang lelaki mengambil anak pedang beliau dan menghunusnya. Lelaki
itu berkata: “Wahai Muhammad, siapakah yang akan melindungi dirimu atas diriku?”. Jawab
Rasulullah SAW: “Allah SWT yang akan melindungi diriku dari kejahatanmu. Letakkan
pedang itu!”. Lelaki itupun meletakkan pedang milik Rasulullah SAW. sehubungan dengan
itu Alla SWT menurunkan ayat keselamatan Rasulullah SAW. mulai saat itu Rasulullah SAW
lebih mantap dalam mendakwahkan ajaran yang dibawa.
( HR. Ibnu Maduwaih dari Abi Amrin bin Ahmad bin Muhammad bin Ibrahim dari
Muhammad bin Abdil-Wahab dari Adam dari Hamad bin Salamah dari Muhammad bin
Amrin dari Abi Salamah dari Abi Hurairah).
b. Penjelasan
Dalam ayat ini Allah menyuruh Nabi Muhammad, supaya menyampaikan
semua yang diturunkan Allah kepada umat manusia. Dan tidak boleh
disembunyikan atau ditinggalkan satu ayatpun. Kalau demikian itu tidak
diperbuat, maka berarti dalam menyapaikan risalah Allah. Hal itu telah
dilaksanakan oleh Nabi dengan sebaik-aiknya, yaitu menyampaikan al-Kitab (al-
Qur’an) dengan lisan dan tulisan kepada sahabat-sahabatnya. Kemudian sahabat-
sahabatnya dan alim ulama, sebagai waris Nabi menyampaikan pula kepada
seluruh umat manusia. Berkata Nabi SAW: Hendaklah orang yang hadir
menyampaikan kepada orang yang tidak hadir.
Dan lagi katanya: Sampaikanlah dari padaku, meskipun satu ayat. Maka
kewajiban kita sekarang menyampaikan al-Qur’an kepada seluruh penduduk
Indonesia khususnya dan umat manusia umumnya. Dengan demikian baru kita
menyampaikan risalah Allah.
Imam Syafi’i berkata. “Allah berfirman, ‘Allah memelihara kamu dari
(gangguan) manusia’. Maksudnya, memeliharamu dari pembunuhan mereka,
sebelum kamu menyampaikan apa yang diwahyukan kepadamu. Maka, sampaikan
apa yang diperintahkan.
2. An-Nahl ayat 125
‫ض ـ َّل ع َْن‬ َ ِّ‫ع اِ ٰلى َسبِ ْي ِل َرب‬
َ ‫ك بِا ْل ِح ْك َم ِة َوا ْل َموْ ِعظَ ِة ْال َح َسنَ ِة َو َجا ِد ْلهُ ْم بِا لَّتِ ْي ِه َي اَحْ َسنُ  ۗ اِ َّن َربَّكَ هُ َو اَ ْعلَ ُم بِ َم ْن‬ ُ ‫اُ ْد‬
‫َسبِ ْيلِ ٖه َوهُ َو اَ ْعلَ ُم بِا ْل ُم ْهتَ ِديْن‬
ud'u ilaa sabiili robbika bil-hikmati wal-mau'izhotil-hasanati wa jaadil-hum billatii
hiya ahsan, inna robbaka huwa a'lamu bimang dholla 'ang sabiilihii wa huwa
a'lamu bil-muhtadiin
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang
lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
a. Asbabun Nuzul Ayat
Para mufasir berbeda pendapat seputar sabab an-nuzul (latar belakang
turunnya) ayat ini. Al-Wahidi menerangkan bahwa ayat ini turun setelah
Rasulullah SAW. menyaksikan jenazah 70 sahabat yang syahid dalam Perang
Uhud, termasuk Hamzah, paman Rasulallah. Al-Qurthubi menyatakan bahwa ayat
ini turun di Makkah ketika adanya perintah kepada Rasulullah SAW, untuk
melakukan gencatan senjata (muhadanah) dengan pihak Quraisy. Akan tetapi, Ibn
Katsir tidak menjelaskan adanya riwayat yang menjadi sebab turunnya ayat
tersebut. Meskipun demikian, ayat ini tetap berlaku umum untuk sasaran dakwah
siapa saja, Muslim ataupun kafir, dan tidak hanya berlaku khusus sesuai dengan
sabab an-nuzul-nya (andaikata ada sabab an-nuzul-nya).
b. Penjelasan
Maksudnya adalah srulah ummatmu wahai para Rasul dengan seruan agar
mereka melaksanakan syari’at yang telah ditetapkannya berdasarkan wahyu yang
diturunkannya, dengan melalui ibarat dan nasehat yang terdapat di dalam Kitab
yang diturunkannya. Dan hadapilah mererka dengan cara yang lebih baik dari
lainnya sekalipun mereka menyakitimu, dan sadarkanlah mereka dengan cara
yang baik.
Maksudnya adalah bahwa sesungguhnya Tuhanmu wahai para Rasul adalah
lebih mengetahui dengan apa yang berjalan dan diperselisihkan, dan juga lebih
mengetahui cara yang harus ditempuh sesuai yang hak.
Ringkasnya ayat tersebut menyuruh agar Rasulullah menempuh cara
berdakwah dan berdiskusi dengan cara yang baik. Sedangkan petunjuk (al-
Hidayah) dan kesesatan (al-dlalal) serta hal-hal yeng terjadi di antara keduanya
sepenuhnya dikembalikan kepada Allah SWT, karena Dia-lah yang lebih
mengetahui keadaan orang-orang yang tidak dapat terpelihara dirinya daei
kesesatan, dan mengembalikan dirinya kepada petunjuk.
Serulah dan ajaklah umt manusia itu kepada gama Allah dengan cara
kebijaksanaan dan pengajaran yang baik. Bersoal-jawablah dengan mereka itu
dengan jalan yang sebaik-baiknya. Allah lebih mengetahui orang-orang yang sesat
dari jaln agama-Nya dan orang-orang yang dapat petunjuk. Dalam ayat ini Allah
menerangkan begaimana cara melaksanakan penyiaran agama Allah kepada
semua umat manusia, yaitu dengan cara kebijaksanaan, bukan dengan paksaan dan
kekerasan atau dengan mencela dan memaki-meki atau dengan perkataan kasar
yang jauh dari adab kesopanan, sebagaimana diperbuat oleh setengah orang yang
tiada mempelajari cara da’wah (seruan) menurut petunjuk Qur’an. Sebab itu
hendaklah ulama-ulama dan penyiar-penyiar agama memakai cara kebijaksanaan
itu untuk menarik umat manusia kepada agama Allah, karena manusia dapat
ditarik dengan kebijaksanaan, bukan dengan kekerasan.
Begitu juga hendaklah menyeru umat manusia itu dengan pengajaran yang
baik, dengan dalil dan keterangan cukup yang dapat difahamkan mereka. Berkata
Nabi SAW: “Berbicara dengan manusia menurut kadar akal dan pikirannya”.
“Gembirakanlah mereka itu dan jangan dijauhkan; mudahkanlah dan jangan
disukarkan”. Inilah cara menyeru manusia agama Allah.
Bersoal-jawablah dengan mereka itu dengan jalan yang sebaik-beiknya, yaitu
dengan lunak lembut dan keterangan yang cukup, sehingga memuaskan hati
meraka dan menghilangkan segala keraguannya.
Sebab itu wajiblah ulama-ulama dan penyiar-penyiar agama mengetahui
bermacam-macam ilmu pengetahuan yang diketahui oleh masyarakat umat yang
diserunya, supaya dapat dipersesuaikannya dengan ajaran agama, sehingga dapat
diterima oleh akal mereka yang telah terdidik dengan ilmu pengetahuan itu. Kalau
tidak, niscaya mereka tolak ajaran agama, karena bertentangan dengan ilmu
pengetahuannya. Pendeknya ulama-ulama dan penyiar-penyiar agama harus
mengetahui ilmu dunia dan akhirat, baru mereka dapat melaksanakan
pekerjaaannya yang berat.
3. Yusuf ayat 111
‫ص ْي َل ُكـ ّل‬ َ ‫ب ۗ  َما َكا نَ َح ِد ْيثًا يُّ ْفت َٰـرى َو ٰلـ ِك ْن تَصْ ِد ْي‬
ِ ‫ق الَّ ِذيْ بَ ْينَ يَ َد ْي ِه َوتَ ْف‬ ِ ‫ص ِه ْم ِع ْب َرةٌ اِّل ُولِى ااْل َ ْلبَا‬ َ َ‫لَـقَ ْد َكا نَ فِ ْي ق‬
ِ ‫ص‬
ُ ‫ْؤ‬ َ ِّ ً
َ‫ش ْي ٍء َّوهُدًى َّو َرحْ َمة لـقوْ ٍم يُّ ِمنوْ ن‬ َ
laqod kaana fii qoshoshihim 'ibrotul li`ulil-albaab, maa kaana hadiisay yuftaroo wa
laaking tashdiiqollazii baina yadaihi wa tafshiila kulli syai`iw wa hudaw wa
rohmatal liqoumiy yu`minuun
"Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang
mempunyai akal. (Al-Qur'an) itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi
membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu, dan
(sebagai) petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman." (QS. Yusuf 12:
Ayat 111)
a. Tafsir Ayat Dan Pembahasan
Menurut tafsir Al-Maraghi disebutkan, bahwa kisah Yusuf as. Besarta kedua
orangtua dan saudara-saudaranya, terdapat pelajaran bagi orang-orang yang
berakal benar dan berpikiran tajam, karena merekalah orang-orang yang
mengambil pelajaran dari akibat perkara yang ditunjukkan oleh pendahulunya.
Sedangkan orang yang terpedaya dan lemah tidak mempergunakan akalnya untuk
mencari dali-dalil, sehingga nasehat apapun tidak berguna bagi mereka. Artinya
pendidikan yang baik yang dapat diambil adalah Allah telah kuasa untuk
menyelamatkan Yusuf setelah dilemparkan kedalam sumur, mengangkat
kedudukannya setelah dipenjarakan, menjadikannya berkuasa di Mesir setelah
dijual dengan harga yang murah. Mengokohkan kedudukannya di muka bumi
setelah lama ditawan, memenangkan atas suadara-saudaranya yang berbuat jahat
terhadapnya menyatukan kekuatannya dengan mengumpulkan kedua orang
tuanya dan suadara-saudaranya setelah lama berpisah (al-Maraghi, 1987: XIII:
100-101).
Dalam tafsir An-Nur yang dikarang oleh Teungku Muhammad Hasbi As-
Shiddiqy dijelaskan bahwa, dalam kisah para Nabi, teristimewa kisah Yusuf dan
sudara-saudaranya, sungguh terdapat teladan, pelajaran, peringatan, dan petunjuk
bagi mereka yang mempunyai akal sehat serta otak yang cerdas yang dapat
mengambil hikmah dari sesuatu yang telah terjadi dengan melihat cerita-cerita
zaman dahulu. Dalam ayat ini dijelaskan tentang sebagian maksud Allah
mengisahkan para Nabi dan Rasul dalam al-Qur’an. Yaitu untuk menjadi
pelajaran dan peringatan bagi semua orang yang berakal kuat. Allah juga
menjelaskan bahwa al-Qur’an yang dilengkapi dengan kisah-kisah bukanlah
kabar yang dibuat-buat. Akan tetapi merupakan kitab yang memberikan
kitabkitab yang turun sebelumnya (As-Shiddiqy, 2011, II: 494).
Artinya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran. Cerita ataupun kisah
sebagaimana di atas bisa dijadikan contoh dari metode pendidikan. Allah
menggunakan berbagai cerita; cerita sejarah faktual yang menampilkan suatu
tokoh kehidupan manusia yang dimaksudkan agar manusia bisa berfikir dan
mengambil pelajaran dari kisah tersebut.
Pendidik dapat menggali hikmah dibalik kisah tersebut dan
menyampaikannya kepada peserta didik. didalam al-Qur’an selain terdapat nama
suatu surat, yaitu surat alQashash yang berarti cerita-cerita atau kisah-kisah, juga
kata kisah tersebut diulang sebanyak 44 kali. Contoh kisah yang cukup menarik
yang dicontohkan Allah dalam alQur’an Surat al-Qashash ayat 76-81 sebagai
berikut:
Artinya: Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa, Maka ia berlaku
aniaya terhadap mereka, dan kami Telah menganugerahkan kepadanya
perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah
orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya Berkata kepadanya: "Janganlah
kamu terlalu bangga; Sesungguhnya Allah tidak menyukai orangorang yang
terlalu membanggakan diri". Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan
Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat
kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan. Karun berkata: "Sesungguhnya Aku Hanya diberi harta
itu, Karena ilmu yang ada padaku". dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya
Allah sungguh Telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih Kuat
daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? dan tidaklah perlu ditanya
kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka. Maka keluarlah
Karun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang
menghendaki kehidupan dunia: “Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa
yang Telah diberikan kepada Karun; Sesungguhnya ia benar-benar mempunyai
keberuntungan yang besar”. Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu:
"Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-
orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali
oleh orangorang yang sabar". Maka kami benamkanlah Karun beserta rumahnya
kedalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya
terhadap azab Allah. dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela
(dirinya)(Q.S. al-Qashash: 76-81).
Cerita ataupun kisah sebagaimana di atas bisa dijadikan contoh dari teknik
pendidikan. Allah menggunakan berbagai cerita; cerita sejarah faktual yang
menampilkan suatu tokoh kehidupan manusia yang dimaksudkan agar manusia
bisa berfikir dan mengambil pelajaran dari kisah tersebut. Metode pendidikan
seperti ini dapat digunakan oleh guru dalam menyampaikan ilmu pengetahuan
kepada peserta didik. untuk itu guru mesti mampu mendesains materi dan tujuan
pembelajaran dalam bentuk cerita sehingga penyajian menarik bagi siswa dan
diharapkan dapat meningkatkan motivasi atau minat belajar siswa.
Dengan metode cerita, guru dapat memperkenalkan tokoh atau subjek serta
aktor utama yang ada lama cerita. Aktor itulah yang menjadi sumber insfirasi dan
figuran yang dapat diambil inti materi pembelajaran bagi seorang guru. Selain
aktor utama dalam cerita guru dan siswa dapat pembelajaran dari aktor pembantu
lainnya. Namun jauh dan mendalam dari tokoh yang diperankan dalam cerita
tersebut sebenarnya hal yang sangat menarik untuk dijadikan sebagai
pembelajaran adalah ibrah yang terdapat dalam alur cerita tersebut.
Berdasarkan pengalaman hidup, pengalaman sosiologi, pengalaman
antropologi, pengalaman ekonomi dan lain sebagainya dapat menambah
pembendaharaan siswa dalam proses pembelajaran Berdasarkan perkembangan
zaman dan globalisasi, maka metode cerama dapat dikombinasikan atau
dikolaborasikan dengan metode yang lain agar proses pembelajaran juga hidup.
Kolaborasi metode cerita dapat dilakukan dengan metode sosiodrama, metode
modeling, metode bermain peran, dan metode simulasi pada pokok bahasan
tertentu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
 Term-term metode pendidikan dibagi menjadi 3 yaitu :
1) Metode Tabligh
2) Metode Hikmah Mau’izah
3) Metode Qashashi
 Didalam alqur’an ada beberapa ayat yang menjelaskan tentang metode
pendidikan, diantara lain surat Al- Maidah, An- Nahl, Yusuf.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.researchgate.net/publication/324134234_Wawasan_Al-
Qur'an_Tentang_Metode_Pendidikan/link/5ac03917aca27222c759c155/download
http://debbytanjung.blogspot.com/2015/08/makalah-tafsir-tarbawi-tentang-metode.html

Anda mungkin juga menyukai