Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Metode Dakwah
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Praktik Dakwah dan
Dipresentasikan di kelas IAT - 4B

DOSEN PENGAMPU :

Fajri Ahmad, M.Sos

Disusun oleh :

Kelompok 3

Syukra Alhamda 4120051


Fauziatur Rahmi 4120062
Roby Romadhanil M. Nur 4120071
Jefri Almunawir 4120078

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI

T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt Yang Maha Kuasa karena telah
memberikan kesempatan pada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas
rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Metode
Dakwah”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Bapak
Fajri Ahmad, M.Sos pada mata kuliah Praktek Dakwah di IAIN Bukittinggi.
Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Fajri Ahmad, S.Sos.I,
M.Sos selaku dosen Praktek Dakwah melalui tugas yang diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bagaimana metode dalam
berdakwah dan juga pengetahuan lain seputar dakwah.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi
kesempurnaan makalah ini.

Bukittinggi, 15 Maret 2022

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 1
C. Tujuan Makalah ..................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Metode Dakwah ................................................................... 3
B. Metode Dakwah dalam Al-Qur’an ......................................................... 3
C. Keberagaman Metode Dakwah ............................................................... 5
D. Metode Dakwah Kontemporer ................................................................ 10
BAB III PENUTUP
A. Penutup ................................................................................................... 12
B. Saran ....................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekarang ini kita hidup diera yang disebut dengan era persaingan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern. Semua aspek kehidupan dijalankan oleh
mesin-mesin yang serba modern. Persaingan dibidang ilmu pengetahuan dan
teknologi sekarang ini, khususnya dalam bidang penginformasian merupakan
tantangan bagi para da’i untuk segera berpindah dari kebiasaan dakwah kultural
ke dakwah kontemporer atau mencoba menggabungkan cara dakwah kultural
dengan dakwah kontemporer. Dakwah kontemporer yang dimaksud adalah
dakwah yang menggunakan fasilitas teknologi modern. Jika dakwah kultural
dilakukan dengan cara menyesuaikan budaya masyarakat setempat tetapi dakwah
kontemporer dilakukan dengan cara mengikuti teknologi yang sedang
berkembang.
Dakwah dizaman yang serba modern dan canggih ini diperlukan metode
yang canggih dan modern pula. Sebab, jika tidak adanya keseimbangan antara
metode dakwah dan kondisi zaman, maka materi dakwah yang disampaikan tidak
sampai pada sasaran.
Untuk itu adanya metode dakwah dapat digunakan sebagai sarana dalam
terpenuhinya penyampaian materi pada objek yang menjadi sasaran dakwah agar
apa yang disampaikan dapat dipahami dan diterima dengan baik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat ditentukan rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apakah pengertian metode dakwah?
2. Apa saja jenis-jenis metode dakwah dalam Al-Qur’an?
3. Bagaimana keberagaman metode dakwah?
4. Bagaimana metode dakwah diera kontemporer?

1
C. Tujuan Makalah
1. Mengetahui pengertian dari metode dakwah.
2. Mengetahui jenis-jenis metode dakwah.
3. Mengetahui keberagaman dari metode dakwah.
4. Mengetahui metode dakwah diera kontemporer.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Metode Dakwah
Kata metode berasal dari bahasa Yunani yaitu “Metadhos” yang
berarti jalan. Dalam bahasa Inggris disebut “Method” artinya cara. Dan
dalam bahasa Indonesia disebut “Metode” yang berarti cara yang telah
teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud.1
Dalam bahasa Arab kata metode berasal dari kata “Al-Manhaj” dan
“Al-Wasilah” yaitu sistem atau pendekatan serta sarana yang digunakan
untuk mengantar kepada satu tujuan. Dakwah berasal dari bahasa arab ( ‫ دعا‬-
‫ يدعوا‬- ‫ ) دعوة‬yang artinya seruan, panggilan, ajakan2.
Dengan demikian metode dakwah adalah cara-cara menyampaikan
ajaran Islam kepada individu, kelompok ataupun masyarakat agar ajaran itu
dapat diterima, diyakini serta dijalankan.
Adapun menurut Saerozi, metode dakwah adalah cara-cara yang
dipergunakan oleh seorang dai untuk menyampaikan materi dakwah atau
serentetan kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu. Metode dakwah juga
merupakan cara-cara sistematis yang menjelaskan arah strategis dakwah
yang telah ditetapkan.
Menurut Salahuddin Sanusi, metode berasal dari kata methodus yang
artinya jalan. Pengertian yang diterima oleh umum, metode yaitu cara-cara,
prosedur atau rentetan gerak usaha tertentu untuk mencapai suatu tujuan.3
B. Metode Dakwah dalam Al-Qur’an
Adapun metode dakwah sebagaimana dikemukakan oleh Ahmad Mustafa al-
Maragy dalam Tafsir al-Maraghi merujuk pada firman Allah Swt QS. al-Nahl (16):
125 yaitu sebagai berikut:

1
Kurnia Affnhy, “Metode Dakwah”, scribd, 2013 hlm. 19.
2
Muliaty Amin, Metodologi Dakwah, Alauddin University Press, Makassar, 2013, hlm. 1-2.
3
Muhammad Qadaruddin Abdullah, Pengantar Ilmu Dakwah, Qiara Media, Jakarta, 2019, hlm. 46.

3
َّ ‫س ُن َّۚ َّ ِإ َّن‬ َ ‫ َّو ٰ َجد ِْل ُهم َّ ِبٱل َّ ِتى َّ ِه‬
َ ‫ى َّأ َ ْح‬ َ َّ ۖ ‫سنَ ِة‬ ْ ‫ظ ِة‬
َ ‫ َّٱل َح‬ َ ‫ َّو ْٱل َم ْو ِع‬
َ ‫ َّر ِب َك َّ ِب ْٱل ِح ْك َم ِة‬ َ َّ ‫ٱ ْدعُ َّ ِإلَ ٰى‬
َ ‫س ِبي ِل‬
َ ‫ َّو ُه َو َّأ َ ْعلَ ُم َّ ِب ْٱل ُم ْهتَد‬
َّ ‫ِين‬ َ َّ ۖ ‫س ِبي ِلِۦه‬
َ َّ ‫عن‬ َ َّ ‫َرب َك َّ ُه َو َّأ َ ْعلَ ُم َّ ِب َمن‬
َ َّ ‫ضل‬
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran
yang baiik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dijalan-
Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.”
Berdasarkan ayat tersebut ditemukan tiga macam metode dakwah, yaitu”
1. Al-Hikmah
Yakni perkataan yang jelas (tegas) disertai dengan dalil yang dapat
memperjelas kebenaran dan menghilangkan keragu-raguan. Berdakwah dengan
Hikmah, maksudnya berdakwah dengan cara yang benar. Benar maksudnya
benar dalam segi penyampaian, sumber yang digunakan,maupun pengetahuan-
pengetahuan lainnya.
2. Al-Mauizah Al-Hasanah
Yakni dalil yang masih bersifat zanniy yang dapat memberikan kepuasan
manusia pada umumnya. Berdakwah dengan Al-Mau’idzah al-hasanah
(memberikan nasehat dengan bahasa yang baik), maksudnya berdakwah dengan
cara memberikan nasehat-nasehat yang baik dan memperingatkan kepada orang
lain dengan bahasa yang baik yang dapat menggugah hatinya sehingga
pendengar mau menerima nasehat tersebut.
Ali Mustafa Yaqub mengatakan bahwa menurutnya mauizatul hasanah
ini ialah sebuah ucapan yang berisi suatu nasehat-nasehat yang baik dimana hal
ini dapat memberi manfaat bagi orang yang mendengarkannya, atau argumen-
argumen yang dapat memuaskan sehingga pihak audiens dapat membenarkan
apa yang disampaikan oleh subjek.4

4
Muhammad Hasan, Metodologi Pengembangan Ilmu Dakwah, Pena Salsabila, Surabaya, 2013, hlm.
78

4
Berdasarkan surat An-Nahl ayat 125 dakwah secara mauizatul hasanah ini
dapat dipahami melalui dua macam kategori yaitu:
a) Pemberian nasehat dengan mengajak orang yang dinasehati untuk
mengamalkan, dan menjauhi diri dari kenistaan juga membimbingnya agar
tidak terlalu memprioritaskan aspek-aspek duniawi. Pemberi nasehat harus
memiliki jiwa yang bersih dan pemikirannya harus jernih yang harus diiringi
dengan keikhlasan kepada Allah SWT.
b) Pemberian nasehat dalam bentuk peringatan yaitu pemberian nasehat secara
intensif dengan maksud menggugah perasaan efeksi dan emosi untuk
memotivasi berbuat amak shakeh dengan menunjukkan ketaatan dan
ketundukan kepada perintah Allah SWT.
3. Al-Mujadala Bi Al-Ihsan
Yakni percakapan dan bertukar pikiran sehingga yang tadinya menentang
menjadi puas dan menerima dengan baik. Berdakwah dengan bantahan dengan
cara yang baik, maksudnya jika terdapat kesalahan pada mad’u baik itu berupa
ucapan maupun tingkah laku sebaiknya dibantah atau diberitahu dengan cara
yang baik, yaitu dengan perkataan yang lemah lembut tidak menyakiti hati
mad’u.
C. Keberagaman Metode Dakwah
Metode dakwah sebenarnya dapat diklarifikasi menjadi berbagai macam
metode, hal ini tergantung dari segi tinjauannya. Bila dilihat dari bentuk
penyampaiannya metode dakwah dibagi menjadi 3 bagian yaitu sebagai berikut:
1. Dakwah bil lisan yaitu dakwah dengan perkataan contohnya debat, orasi,
ceramah, dan lain-lain.
2. Dakwah bil kitabah yaitu dakwah melalui tulisan bisa dengan artikel
keagamaan buku, novel, dan lain-lain.

5
3. Dakwah bil hal ialah dakwah yang dilakukan dengan perbuatan atau tindakan
langsung.5
Dari segi sifatnya metode dakwah terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Metode Langsung
Metode langsung maksudnya adalah mengadakan hubungan langsung
secara pribadi dan kekeluargaan. Da’i menyampaikan dakwahnya dengan
mengadakan kontak langsung kepda obyek baik secara individual maupun
secara berkelompok. Pengunaan metode langsung ini akan lebih efektif apabila
sasarannya para individu atau kelompok-kelompok kecil yang mempunyai
hubungan yang bersifat face to face, sepeti keluarga, perkumpulan tetangga,
organisasi-organisasi dan perkumpulan yang lain.
2. Metode tidak Langsung
Metode tidak langsung maksudnya mengadakan hubungan secara tidak
langsung kepada individu atau masyarakat yang menjadi sasaran, melainkan
melalui sasarn antara. Dalam hal ini da’i tidak secara langsung berhubungan
dengan obyek tetapi menggunakan alat perantara atau sasaran antara. Seperti
mengbah aturan yang sedang berlaku, mendirikan sarana pribadatan,
mendirikan rumah sakit, mewarnai obyek budaya/wisata dengan warna agamis
dan sebagainya.
Dari segi medianya, metode dakwah dibagi mejadi tiga, yaitu :
1. Objective Illustration, yaitu penggunaan media yang mampu diserap oleh
indera mata. Seperti mengadakan pameran, penyajian gambar-gambar,
mengadakan pertunjukan sandiwara/drama dan seterusnya, mengadakan
demonstrasi-demonstrasi praktek ibadah dan sebagainnya.
2. Oral Transmission, yaitu penggunaan media yang mampu diserap oleh indera
pendengar. Seperti mengadakan ceramah, berdiskusi, siaran radio/tape recorde,
sarasehan dan sebagainya.

5
Fahrurozi, dkk, Ilmu Dakwah , Prenadamedia Grup, Jakarta, 2019,hlm.117

6
3. Printed Materials, yaitu menggunakan media tertulis. Seperti
penyebaranmbuletin, majalh, surat kabar, buku-buku atau karya ilmiyah

lainnya.6
Selain dari jenis metode diatas, setelah dilihat lebih jauh masih ada beberapa
metode yang digunakan dalam berdakwah yaitu :
1. Metode Dakwah Kultural
Dakwah kultural ialah dakwah yang dilakukan dengan cara atau metode
mengikuti budaya-budaya kultur masyarakat setempat dengan tujuan agar
dakwah yang disampaikan itu dapat diterima dengan baik ditengah
masyarakat setempat.
2. Metode Dakwah Plural
Kata plural dapat diartikan sebagai bentuk kemajemukan yang didasar
oleh berbagai macam keunikan dan kekhasan. Adapun yang dimaksud dengan
dakwah plural ini ialah sebagaimana yang telah dilakukan oleh Nabi
Muhammad SAW, sedari awal menyeru agama islam ditengah keberagaman
dan kekhasan umat dijazirah arab dahulu. Dimana Nabi SAW tidak hanya
menyampaikan pesan dakwah kepada ahli kitan tetapi juga menyampaikannya
ditengah umat agar dapat melaksanakan syariat agama secara benar dan penuh
rasa tanggung jawab.
3. Metode Komparatif (Perbandingan)
Metode ini diungkapkan dalam Al-Qur’an dalam bentuk pertanyaan
seperti dikemukakan dalam Qs. Al-Qalam (68): 35

َ ‫ُ َّٱل ُم ْس ِل ِمينَ َّ َك ْٱل ُم ْج ِر ِم‬


َّ ‫ين‬ ْ ‫أَفَن َْج َعل‬
“Apakah patut Kami memperlakukan orang-orang Islam itu seperti
orang-orang yang berdosa (orang kafir)?”

66
Muhammad Hasan, Metodologi Pengembangan Ilmu Dakwah, Pena Salsabila, Surabaya, 2013, hlm.
114-115

7
Ayat ini memberi petunjuk kepada manusia agar dalam melaksanakan
dakwah mengemukakan perbandingan antara yang baik dan yang buruk,
maupun antara kesejahteraan dan kemelaratan serta akibat-akibat yang
ditimbulkannya dalam kehidupan baik di dunia maupun di akhirat.
Dari sini dipahami bahwa al-Qur’an berdakwah pada manusia melalui
kesadaran akalnya agar mereka mau berpikir dan memilih yang dianggap lebih
layak dan bermanfaat baginya, sebagai contoh dalam berdakwah adalah yang
sesuai dengan tingkat kemampuan manusia yang dihadapi baik dari segi waktu,
tempat dan kondisinya dengan maksud agar materi dakwah yang disampaikan
da’i kepada obyek dakwah dapat dicerna dan dihayati dengan baik.
4. Metode Qashash (Kisah)
Dalam menggunakan metode qashash, menurut Hamka yang perlu
diperhatikan jangan sampai dicampur adukkan dengan Israiliyyat yang terbagi
menjadi 3 bagian yakni :
a) Yang sesuai dengan kebenaran al-Qur’an dan Hadis sahih ini tidak ditolak
b) Cerita-cerita dusta yang berlawanan dengan al-Qur’an dan Hadis, ini harus
ditolak
c) Yang tidak membawa persoalan baru, tidak bertentangan dengan al-Qur’an
dan Hadis dan tidak pula membenarkannya serta tidak membawa manfaat
bagi agama kalau ditinggalkan dan tidak pula ditolak dan tidak pula
dibenarkan.7
5. Metode Tanya Jawab
Tanya jawab sebagai salah satu metode pelaksanaan dakwah sangat
penting sebab dengan metode ini umat dapat menanyakan langsung hal-hal
yang belum diketahui kepada orang yang dianggap mengetahui hal tersebut,
sehingga bisa memberikan jawaban yang memuaskan hatinya. Dan metode ini
banyak dilakukan pada masa Rasulullah Saw dimana para sahabat banyak

7
Hamka, Tafsir al-Azhar, Juz I., 1987, h. 33

8
bertanya kepada Nabi Saw mengenai berbagai masalah yang dihadapi dan Nabi
Saw menjelaskan atas semua pertanyaan yang diajukan oleh para sahabat.
6. Tabsyir (Kabar gembira)
Tabsyir artinya menggembirakan, cara ini digunakan oleh al-Qur’an
untuk menjelaskan suatu kebajikan amal saleh serta hikmah dan pahala-pahala
yang disiapkan. Di dalam al-Qur’an banyak pula ayat yang menjelaskan
kenikmatan-kenikmatan dalam syurga, kabar gembira bagi orang mukmin,
seperti dijelaskan dalam al-Qur’an surah al-Isra (17): 9

َّ ٰ َ‫ َّٱل ُمؤْ ِمنِينَ َّٱلذِينَ َّ َي ْع َملُون‬


َّ ‫ َّٱلص ِل ٰ َحأِ َّأَن‬ ْ ‫ َّويُبَش ُِر‬
َ ‫ى َّأ َ ْق َو ُم‬ ْ ‫ِإن َّ ٰ َهذَا‬
َ ‫ َّٱلقُ ْر َءانَ َّيَ ْه ِدى َّ ِلل ِتى َّ ِه‬
ً ‫لَ ُه ْم َّأ َ ْج ًرا َّ َك ِب‬
‫يرا‬
Sungguh, Al-Qur'an ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus
dan memberi kabar gembira kepada orang mukmin yang mengerjakan
kebajikan, bahwa mereka akan mendapat pahala yang besar
7. Tandzir
Tandzir adalah berita siksaan, yaitu menjelaskan akibat-akibat keburukan,
kekufuran dan kedzaliman yang diperbuat oleh seseorang. Metode ini sebagai
imbangan dari metode tabsyir, sebab memang ada suatu kaum atau manusia
yang tidak sadar tanpa diberi siksaan. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt
dalam Qs. Ar-Rum (30): 41

َّ ‫ض َّٱل ِذى َّ َع ِملُوا‬ ِ ‫أ َّأ َ ْي ِدى َّٱلن‬


َّ َ ‫اس َّ ِليُذِيقَ ُهم َّ َب ْع‬ َ ‫ َّو ْٱل َب ْح ِر َّ ِب َما َّ َك‬
ْ ‫س َب‬ ْ ‫سادُ َّفِى‬
َ ‫ َّٱل َب ِر‬ ْ ‫ظ َه َر‬
َ َ‫ َّٱلف‬ َ
َ ُ‫لَ َعل ُه ْم َّيَ ْر ِجع‬
َّ ‫ون‬
Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan
sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang
benar).
Ayat ini, menjelaskan bahwa di samping balasan kebaikan yang
dikerjakan oleh manusia, Allah Swt juga akan memberi balasan siksaan bagi

9
manusia yang mengerjakan kejahatan. Oleh karenanya, seorang da’i dalam
menyampaikan pesan-pesan agama terhadap audien sewaktu-waktu boleh
menjelaskan akibat dari kejahatan yang dilakukannya dimaksudkan bagaimana
supaya manusia bisa sadar dan kembali ke jalan yang benar.
D. Metode Dakwah Kontemporer
Era kontemporer yaitu sebuah era globalisasi sebagai bentuk dari masa
kemajuan dunia dari berbagai segi dan aspek kehidupan. Di era ini tentunya juga
berkaitan dengan kemajuan iptek dan industri yang cukup pesat. Dan hal ini juga
berpengaruh terhadap problema-problema kontemporer, maka untuk mengatasi hal
ini pelaksanaan dakwah ditengah era kontemporer perlu dilaksanakan secara
matang dan diharapkan dapat mengantisipasi timbulnya sisi negative dari
perkembangan zaman ini.
Maka dalam hal ini berdakwah ditengah era kontemporer ini juga dapat
dilakukan dengan memanfaatkan kemajuan dari teknogi tersebut diantaranya ialah
dengan berdakwah melalui elektronik, dakwah melalui jurnalistik, dakwah melalui
informasi teknologi, dan dakwah melalui hp.
1. Dakwah Elektronik
Dakwah elektronik ialah dakwah dengan menggunakan fasilitas-fasilitas
elektronik seperti televise, radio, hp, dan lainnya. Dilihat dari segi penyampaian
dakwah melalui elektronik tentunya seorang da’i tidak bertatapan langsung
dengan mad’u, sehingga perlu diperhatikan pemilihan bahasa, struktur dan
kultur yang relavan dengan masyarakat pada umumnya.
2. Dakwah Jurnalistik
Kegiatan jurnalistik ialah kegiatan yang mengumpulkan, menyiapkan,
menuliskan dan menyebarkan informasi melalui media masa. Ciri khas
pendekatan dakwah jurnalistik ini ialah menyebarkan informasi tentang
perintah syariat dan juga berusaha mempengaruhi komunikan agar dapat
berprilaku sesuai tuntutan syara’.
3. Dakwah melaui Handphone

10
Handphone merupakan hasi dari kemajuan teknologi, yang mana dapat
difungsikan sebagai metode atau cara untuk menyampaikan pesan-pesan
dakwah. Dalam aktifitas dakwah melalui hp ini dapat dilakukan dalam berbagai
macam cara diantaranya yaitu:
a) Menelpon langsung
Hal ini dilakukan dengan langsung kontak dialog dengan mad’u, yaitu
dengan menyampaikan pesan-pesan dakwah secara baik dan benar sehingga
dapat menyentuh hati lawan bicara tersebut.
b) Melalui SMS
Menyampaikan pesan dakwah melauli sms ini termasuk dakwah bil
qalam. Berdakwah dengan jenis ini harus menyesuaikan kata-kata yang
benar, yaitu dengan pemilihan kata maupun kalimat yang singkat, padat dan
tentunya mudah dimengerti.
c) Melalui faximile, email maupun aplikasi-aplikasi lainnya yang terdapat
didalam hp
Untuk metode ini dapat disampaikan secara utuh (tidak singkat), yang
mana hasilnya pun dapat dicetak oleh sasaran dakwah sehingga
memudahkan untuk dicerna ulang.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian tulisan diatas dapat dikemukakan beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Metode dakwah ialah cara-cara yang digunakan untuk menyampaiakn pesan
dakwah kepada penerima dakwah.
2. Metode dakwah menurut Al-Qur’an terbagi 3 yaitu dakwah bil hikmah,
mau”idzah hasanah dan mujadalah billati hiya ahsan.
3. Metode dakwah dapat diklarifikasikan dalam beberapa macam metode sesuai
dengan segi tinjauannya.
B. Saran
Berdasarkan tulisan diatas dapat dikemukakan beberapa saran sebagai
berikut:
1. Makalah ini diharapkan menarik perhatian generasi muda islam agar lebih
mendalami metode-metode yang dapat digunakan dalam berdakwah.
2. Makalah ini juga diharapkan dapat memberikan kesempatan penulis lainnya
untuk lebih dikembangkan lagi.

12
DAFTAR PUSTAKA
Affnhy, Kurnia. 2013. “Metode Dakwah”.scribd. (online) diakses dari
http://id.scribd.com tanggal 15 Maret 2022.
Amin, Muliaty. 2013. Metodologi Dakwah. Makassar: Alauddin University Press.
Fahrurozi, dkk. 2019. Ilmu Dakwah. Jakarta: Prenadamedia Grup.
Hasan, Muhammad. 2013. Metodologi Pengembangan Ilmu Dakwah. Surabaya:
Pena Salsabila.
Maullasari, Sri. 2019. “Metode Dakwah Menurut Jalaluddin Rakhmat dan
Implementasinya dalam Bimbingan dan Konseling Islam”. Jurnal Dakwah. Vol.
20. No. 1. Universitas Negri Semarang.
Munawar, Dadang. 2013. “Dakwah Multimedia”. Scribd. (online) diakses dari
http://id.scribd.com tanggal 15 Maret 2022.
Qadaruddin, Muhammad Abdullah. 2019. Pengantar Ilmu Dakwah. Jakarta: Qiara
Media.

13

Anda mungkin juga menyukai