ّ الر حمه
ّ بسم هللا
Soal:
Jawaban:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Berdasarkan ayat al-Qur’an tersebut, menjelaskan bahwa metode dakwah itu dapat
dilakukan dengan tiga cara. Diantaranya dengan bil hikmah, mauidhah hasanah, dan
mujadalah bil lati hiya ahsan.
a. Metode dakwah bil hikmah
Dakwah bil hikmah adalah dakwah dengan menggunakan perkataan yang benar dan
pasti, yaitu dalil yang menjelaskan kebenaran dan menghilangkan keraguan. Dalam
metode dakwah ini, da’I dapat memilih dan memilah serta menyelaraskan teknik
dakwah dengan kondisi onjektif mad’u.Metode bil hikmah, seorang da’i saat
memberi ceramah harus memperhatikan realitas yang terjadi di luar diantaranya
intelektual, pemikiran dan psikologis. Jadi pada metode ini da’i harus benar-benar
memahami apa saja yang perlu dipersiapkan sebelum berdakwah. Bil hikmah sama
dengan pendekatan ilmiah, jadi ditujukan pada mad’u tertentu terutama kalangan
pelajar.
Metode hikmah dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya:
1) Pendekatan kisah (peristiwa sejarah)
2) Perumpamaan atau tamsil
3) Pendekatan wisata, dll
b. Metode dakwah al-mauidhah al-hasanah
Metode ini berupa pemberihan perkataan-perkataan berupa nasihat yang baik,
perkataan yang mampu menembus qalbu dan perasaan dengan penuh kelembutan
sehingga dapat meluluhkan hati seseorang yang keras. Metode al-mauidhah al-
hasanah ringkasnya debagai pendekatan nasihat yang santun, dan dikhususkan
dakwah kepada kalangan awam.
Metode al-mauidhah al-hasanah dapat dilakukan dalam beberapa bentuk yakni
1) Menggunakan bahasa yang relevan
2) Nasihat dan wasiat
3) Memberikan peringatan dan menggembirakan
c. Metode dakwah Wa jadilhum bi al-lati hiya ahsan
Metode ini lebih kepada upaya tukar pendapat (berdebat) yang dilakukan oleh dua
pihak secara sinergis (kerja sama), tanpa adanya suasana yang mengharuskan
lahirnya permusuhan diantara keduanya. Metode Wa jadilhum bi al-lati hiya ahsan
lebih pada bendekatan dialog yang logis, terkhusus pada kalangan yang sejk awal
sudah menolak. Jadi wujud bentuk dakwahnya dapat berupa:
1) Tanya jawab
2) Dialog (diskusi)