Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu arti dakwah adalah usaha atau aktifitas dengan lisan atau tulisan
dan lainnya yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk
beriman dan mentaati Allah SWT sesuai dengan garis-garis aqida syariat serta
akhlak islamiyah. Dalam pelaksanaan dakwah ini, selayaknya harus mengetahui
metode-metode dalam penyampaiannya, yang mana Al-Quran telah
mengisyaratkan sebagai tuntunan dalam metode tersebut.

Dalam menerangkan cara-cara berdakwah tersdebut, Allah SWT berfirman:

‫ادع إلي سبيل ربك باالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم باالتي هي احسن إن ربك هو اعلععم بمععن ضععل عععن‬
{125:‫سبيله وهو اعلم باالمهندين }النحل‬

“Serulah kepada jalan tuhanmu dengan hikmah, mauidzah hasanah, dan


debatlah mereka dengan cara yang terbaik, Tuhanmu Maha Mengetahui siapa
yang tersesat dari jalan-Nya dan ia Maha Mengetahui siapa yang mendapat
petunjuk”.

Dari ayat di atas jelaslah bahwa seorang juru dakwah harus memperhatikan
metode-metode tersebut sehingga visi dan misi dalam berdakwah dapat tercapai,
yang mana susunan metode tersebut disajikan sebagai acuan dalam berdakwah
sesuai kondisi dan situasi.

1. Metode Hikmah

Hikmah secara bahasa memiliki beberapa arti: al-‘adl, al-ilm, al-Hilm, al-
Nubuwah, al-Qur’an, al-injil, al-Sunnah dan lain sebagainya. Hikmah juga
diartikan al-‘llah, atau alasan suatu hukum, diartikan juga al-kalam atau

1
ungkapan singkat yang padat isinya. Seseorang disebut hakim jika dia
didewasakan oleh pengalaman, dan sesuatu disebut hikmah jika sempurna.

Dalam bahasa komunikasi hikmah menyangkut apa yang disebut sebagai


frame of reference, field of reference dan field of experience, yaitu situasi total
yang mempengaruhi sikap terhadap pihak komunikan (obyek dakwah).1 Dengak
kata lain bi al-hikmah merupakan suatu metode pendekatan komunikasi yang
dilakukan atas dasar persuasife. Karena dakwah bertumpu pada human oriented,
maka konsekuensi logisnya adalah pengakuan dan penghargaan pada hak-hak
yang bersifat demokratis, agar fungsi dakwah yang utama adalah bersifat
informatif.

2. Metode Mauidzah Hasanah (nasihat)

Secara etimologis, mauidzoh merupakan bentukan dari kata wa’adza-ya’idzu-


iwa’dzan dan ‘idzata; yang berarti “menasihati dan mengingatkan akibat suatu
perbuatan,” berarti juga “menyuruh untuk mentaati dan memberi wasiat agar
taat.”

Alhasanah merupakan lawan dari sayyiat ;maka dapat dipaami bawa mauidza
dapat berupa kebaikan, dapat juga kejahatan; hal itu tergantung pada isi yang
disampaikan seseorang dalam memberikan nasihat dan anjuran , juga tergantung
pada merode yang dipakai pemberi nasihat.

Atas dasar itu, maka pengertian untuk mauidzah disertai dengan sifat
kebaikan, “Serulah ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan mauidzah
hasanah…..” Karena kalau kata mauidzah dipakai tanpa embel-embel
dibelakangnya, pengertiannya harus dipaami sebagai mauidzah hasanah;

‫واللتي تخافون نشوزهن فعظوهن واهجروهن في ا لمضاجع واضربوهن‬

{34 :‫فإن اطعنكم فل تبغوا عليهن سبيل إن ا كان عليا كبيرا }النساء‬

1
Toto Tasmoro, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1987), hal. 37

2
“Maka berilah ia nasihat yang baik, lalu biarkan dia tidur sendirian, lalu
pukullah dia…….”

Ali Mustafa Yaqub mengatakan bahwa Mauidzah al Hasanah adalah ucapan


yang berisi nasehat-nasehat yang baik di mana ia dapat bermanfaat bagi orang
yang mendengarkannya, atau argumen-argumen yang memuaskan sehingga pihak
audience dapat membenarkan apa yang disampaikan oleh subyek.2

3. Metode Berdebat

Berdebat menurut bahasa berarti berdiskusi atau beradu argumen. Di sini,


berarti berusaha untuk menaklukan lawan bicara sehingga seakan ada perlawanan
yang sangat kuat terhadap lawan bicara serta usaha untuk mempertahankan
argumen dengan gigih.

Secara epistemologis, berdebat sebagaimana didefinisikan para ulama adalah:

1. Usaha yang dilakukan seseorang dalam mempertahankan argumen untuk


menghadapi lawan bicaranya.
2. Cara yang berhubungan dengan pengukuhan pendapat atau madzhab.

3. Membandingkan berbagai dalil atau landasan untuk mencari yang paling


tepat.

Perdebatan memiliki dua sifat; dengan cara baik dan dengan cara yang tidak baik.
Sebagaimana firman Allah:

{125:‫وجادلهم باالتي هي أحسن }النحل‬

“Debatlah mereka dengan cara yang lebi baik.”

{56:‫ويجادل الذين كفروا باالباطل ليدحضوا به الحق }الكهف‬

2
Ali Mustafa Yaqub, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997),
hal. 121

3
“Dan orang kafir mendebat dengan alas an yang bathil untuk melenyapkan
kebenaran…”

Pada saat ini para da’I yang muncul ditengah-tengah masyarakat, yang
menyampaikan dakwahnya dengan metode-metode khusus sehingga menarik
perhatian masyarakat. Seorang da’I dituntut untuk bisa merangkai kata-kata yang
dapat dipahami oleh para mad’u, walaupun pada dasarnya sering kali para da’I
menyampaiakn ayat ataupun hadits yang sama namun disitulah kreativitas seorang
da’I diuji agar dapat menyampaikan pesan-pesan dakwah dengan ciri khas mereka
dan dapat dipahami oleh para mas’u.

Disini juga akan dibahas bagaimana metode yang digunakan oleh masing-
masing da’I ketika menghadapi mad’u para remaja. Seperti yang diketahui
bahwasannya para remaja masa kini sedang terpengaruh besar besaran oleh
kemajuan teknologi yang mendunia. Sehingga para remaja masing-masing masih
pada sibuk dengan media social dan gadget yang mereka miliki demim mengatuhi
perkembangan dunia luar. Jadi, masing –masing da’I dituntut untuk mempunyai
metodenya masing-masing yang mampu menarik minat para mad’u untuk
mendengarkan pesan dakwah yang disampaikan oleh para da’i.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam miniriset ini
adalah bagaimana metode dakwah yang digunakan para da’I jika mad’uw
yang dihadapi adalah anak remaja ?

C. Tujuan Masalah
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui metode dakwah yang digunakan oleh para da’I jika
mad’uw yang dihadapi merupakan para anak remaja.

BAB II
KERANGKA TEORI

4
A. Pengertian Metode Dakwah

Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu “ meta “ (melalui) dan
“hodos” (jalan, cara).dengan demikian kita dapat artikan bahwa metode adalah
cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sumber yang lain
menyebutkan bahwa metode berasal dari bahasa Jerman methodica, artinya ajaran
tentang metode. Dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata methodos artinya
jalan, yang dalam bahasa Arab disebut thariq.
Methode berasal dari Inggris : methode yang artinya “ cara “ Yaitu Suatu
cara untuk mencapai suatu cita-cita. Metode lebih umum dari teknik yang dalam
bahasa inggrisnya : Technique. Dalam the concise oxford Dictionary (1995)
dinyatakan bahwa method is a special from of procedure esp. in any branch of
mental activity.Technique adalah a means or method of achieving one’s purpose,
esp. skill fully yang maknanya sesuatu alat atau cara untuk tujuan dengan cekatan
atau praktis.3
K. Prente, menerjemahkan methodus sebagai cara mengajar. dalam bahasa
Inggris disebut method, dan dalam bahasa Arab di sebut dengan istilah uslub,
tarikh, minhaj, dan nizam. Jadi metode adalah cara yang telah diatur dan melalui
proses pemikiran untuk mencapai sutau maksud.
Dari Pengertian diatas Penulis dapat mengambil Kesimpulan bahwa
pengertian metode adalah cara atau jalan dengan sistematis untuk merah hasil
yang sempurna dan memuaskan.

B. Pengertian Dakwah

3
Wardi Bahtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta :Logos, 1997), cet, ke-1,
hal. 59

5
Ditinjau dari segi bahasa dakwah berarti : Panggilan, Seruan atau ajakan.
Bentuk perkataan tersebut dalam bahasa arab disebut masdar. Sedang bentuk kata
kerja atau fiilnya adalah da’a yad’u yang berarti memanggil, menyeru mengajak.4

Sedangkan dakwah secara istilah mempunyai bermacam-macam


pengertian, Tarmizi Taher mendefinisikan dakwah sebagai upaya untuk mengajak
seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) agar memeluk dan mengamalkan
ajaran Islam kedalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan menurut Dr. Anwar Harjono dalam bukunya yang berjudul
dakwah dan masalah social kemasyarakatan mengatakan mengatakan : “ dakwah
berarti mengajak manusia untuk senantiasa berbuat baik dalam hal ini mentaati
nilai-nilai yang sudah di sepakati bersama dan sebaikya mencegah 3 manusia dari
perbuatan munkar dalam hal ini melanggar nilai-nilai bersama tersebut.5
Menurut M. Nasarudin Latif dalam bukunya Teori dan Praktek Dakwah
Islamiyah menyatakan bahwa : “Berarti sikap usaha atau aktivitas baik lisan
maupun tulisan yang bersikap menyeru, memanggil manusia untuk mentaati Allah
SWT. Sesuai dengan garis-garis aqidah dan syariat serta akhlak Islamiyah.
Arifin HM, dalam bukunya Psikologi dan beberapa Aspek Kehidupan,
Dakwah adalah : “Kegiatan, ajaran baik tulisan, lisan dan tingkah laku yang
dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi manusia baik
individual maupun kelompok, supaya dalam dirinya ada suatu pengertian,
kesadaran, sikap penghayatan, serta pengalaman agama sebagaimana pesan yang
disampaikan padanya tanpa ada unsur paksaan.

C. Macam-Macam Metode Dakwah

Macam-Macam Metode Dakwah Al-Qur’an merupakan sumber utama


rujukan dakwah. Al-Qur’an banyak mengemukan metode dakwah untuk dijadikan
panduan oleh para da’I, tiga cara berdakwah yang dikemukakan firman Allah Swt
dalam Q.S. An-Nahl : 125, yang berbunyi :

4
Abdul Rosyad Saleh, Manajemen Dakwah, (Jakarta : Bulan Bintang), hal.7
5
Anwar Harjono, Dakwah dan Masalah Sosial Kemasyarakata, Jakarta : Media Dakwah,
1985 h..3

6
‫ك همعو أعنعلعمم ببعمنن ع‬
‫ضلَل ععنن‬ ‫ظبة انلعحعسنعبة ِ عوعجابدنلهمنم بباللَبتي بهعي أعنحعسمن ُ إبلَن عربلَ ع‬
‫ك ببانلبحنكعمبة عوانلعمنوبع ع‬
‫ع إبلعىى عسببيبل عربب ع‬
‫اند م‬
‫عسببيلببه ِ عوهمعو أعنعلعمم ببانلممنهتعبديعن‬

Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan


pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk” (Q.S.An-Nahl : 125).

Ayat tersebut mengandung arti tentang cara menjalakan dakwah atau


seruan terhadap manusia,agar mereka berjalan di atas jalan Allah dengan memakai
tiga macam cara, yaitu :
1. Al – Hikmah (Kebijaksanaan)
Kata “hikmah” seiring disebut dalam Al- Qur’an baik dalam
bentuk nakiroh maupun ma’rifat. Bentuk masdarnya adalah “ hukman “
yang diartikan secara makana aslinya adalah mencegah. Jika dikaitkan
dengan hukum berarti mencegah dari kezhaliman, jika dikaitkan dengan
dakwah maka berarti menghindari hal-hal yang kurang relavan dalam
melaksanakan tugas dakwah.

Al-Hikmah diartikan pula sebagai al’adl (keadilan), al-haq


(kebenaran), al hilm (ketabahan), al’ilm (pengetahuan), terakhir dan
Nubuwwah (kenabian). Disamping itu, al-Hikmah juga diartikan juga
sebagai menempatkan sesuatu pada propesinya.

Hikmah dalam bahasa arab berarti kebijaksanaan,


pandai,adil,lemah lembut, kenabian, sesuatu yang mencegah kejahilan dan
kerusakan, keilmuan,dan pemaaf. Perkataan hikmah seringkali
diterjemahkan dalam pengertian bijaksana yaitu suatu pendekataan hikmah
seringkali pihak objek dakwah mampu melaksanakan apa yang di

7
dakwahkan atas kemauannya sendiri, tidak ada paksaan, konflik, maupun
rasa ketakutan.

Menurut M.Abduh, seperti yang di kutif H.Munzier Suparta, M.A


dalam bukunya Metode dakwah berpendapat bahwa, hikmah mengetahui
rahasia dan faedah di dalam tiap-tiap hal. Hikmah juga digunakan alam
arti ucapan yang sedikit lapazh akan tetapi banyak makna ataupun
diartikan meletakan sesuatu pada tempat atau semestinya.

Sebagai metode dakwah, al-hikmah diartikan bijaksana, akal budi


yang mulia, ada yang lapang, hati yang bersih, menarik perhatian orang
kepada agama atau tuhan.

Ibnu Qoyim dalam bukunya At-Tafsirul Qoyyim berpendapat


bahwa pengertian hikmah yang paling tepat adalah yang seperti yang
dilakukan oleh mujahid dan malik yang mendefinisikan bahwa hikmah
adalah pengetahuan tentang kebenaran dan pengamalanya, ketepatan
dalam perkataan dan kebenaranya. Hal ini tidak dapat dicapai kecuali
dengan memahami al-Qur’an, mendalami Syariat-syariat Islam serta
hakikat iman.6

Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa al-hikmah adalah


merupakan kemampuan da’I dalam memilih dan menyelaraskan teknik
dakwah dengan kondisi objektif mad’u. di samping itu juga al-hikmah
merupakan kemampuan da’I dalam menjelaskan doktrin-doktrin Islam
serta realitas yang ada dengan argumentasi logis dan bahasa yang
kumunikatif. Oleh karena itu, al-hikmah adalah sebagai sebuah sistem
yang menyatukan antara kemampuan teoritis dan praktis dalam dakwah.
Sebagai contoh hikmah dalam dakwah. Di dalam dunia dakwah adalah
penentu sukses tidaknya dakwah. Dalam menghadpi mad’u yang beragam
6
Munzir Suparta, Metode Dakwah,(Jakarta : Putra Grafik, 2003), cet ke-2 hal. 10

8
tingkat pendidikan, strata social, dan latar belakang budaya, para da’I
memerlukan hikmah, sehingga ajaran Islam mampu memasuki ruang hati
para mad’u dengan tepat. oleh karena itu, para da’I dituntut untuk mampu
mengerti dan memahami sekaligus memanfaatkan latar belakangnya,
sehingga ide-ide yang diterima dirasakan sebagai sesuatu yang menyentuh
dan menyejukan kalbunya.

Ada saatnya diamnya dai’I Menjadi efektif dan berbicara


membawa bencana, tetapi disaat lain terjadi sebaliknya, diam malah
mendatangkan bahaya besar dan berbicara mendatangkan hasil yang
gemilang. kemampuan da’I menempatkan dirinya, kapan harus berbicara
dan kapan harus memilih diam, juga adalah hikmah yang menentukan
keberasilan dakwah.

Dalam dunia dakwah, hikmah adalah penentu sukses tidaknya


dakwah. Dalam menghadapi mad’u yang beragam tingkat pendidikan,
strata social, dan latar belakang budaya, para da’I memerlukan hikmah,
sehingga ajaran Islam mampu memasuki ruang hati paramad’u dengan
tepat. Oleh karena itu, para da’I dituntut untuk mampu mengerti dan
memahami sekaligus memanfaatkan latarbelakangnya, sehingga ide-ide
yang diterima dirasakan sebagai sesuatu yang menyentuh dan menyejukan
kalbunya, da’I yang sukses biasanya juga berangkat dari kepiawaiannya
dalam memilih kata. pemilihan kata adalah hikmah yang sangat diperlukan
dakwah.

2. Al-Mau’idzatil Hasanah (Nasehat yang baik)


Terminology mau’idzhah hasanah dalam perspektif dakwah sangat
populer, bahkan dalam acara seremonial seperti maulid Nabi dan
Isra’Mi’raj, istilah mau’izhah hasanah mendapat porsi khusus dengan
sebutan “ acara yang ditunggu-tunggu “ yang merupakan inti acara dan
biasanya menjadi salah satu target keberhasilan sebuah acara dijelaskan
pengertian mau’izhah hasanah.

9
Secara bahasa, maud’izhah hasanah terdiri dari dua kata, mu’izhah
dan hasanah kata mau’izhah hasanah mendapat porsi khusus dengan
sebutan “Acara yang ditunggu-tunggu” yang merupakan inti acara dan
biasanya menjadi salah satu target keberhasilan sebuah acara. Namun
demikian agar tidak menjadi kesalah pahaman, maka akan dijelaskan
pengertian mau’idzah hasanah. Secara bahasa, mau’izhah hasanah terdiri
dari dua kata, mu’izhah dan hasanah. Kata ma’uizhah berasal dari kata
wa’adza-ya’idzu-wa’idzatan yang berarti : nasihat, bimbingan, pendidikan
dan peringatan, sementara hasanah merupakan kenabalikan dari sayyi’ah
yang artinya kebaikan lawanya kejelekan.

Adapun pengertian secara istilah, ada beberapa pendapat antara lain :

a. Menurut Iman Abdullah bin Ahmad an-Nasafi yang dikutip oleh


Hasanuddin adalah “Perkataan-perkataan yang tidak tersembunyi bagi
mereka, bahwa engkau memberikan nasehat dan menghendaki manfaat
kepada mereka atau dengan al – Qur’an.7
b. Menurut Adb. Hamid al-Bilali al- Mau’ izhah al-Hasanah merupakan
salah satu manhaj [metode] dalam dakwah untuk mengajak kejalan Allah
dengan memberikan nasehat atau membimbing dengan lemah lembut agar
mereka mau berbuat baik.

Mau’izhah hasanah dapatlah diartikan sebagai ungkapan yang


mengandung unsur bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah-kisah, berita
gembira, peringatan, pesan-pesan positif [wasiat] yang bisa dijadikan
pedoman dalam kehidupan agar mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat.

Al-Mau’ idzatil hasanah artinya memberi nasehat pada orang lain


dengan cara yang baik, berupa petunjuk-petunjuk kearah kebaikan dengan
bahasa yang baik yang dapat mengubah hati. Agar nasehat tersebut dapat

7
Hasanuddin, hukum dakwah, (Jakarta :Pedoman Ilmu Jaya,`1996) hal,37

10
diterima, berkenan dihati, enak didengar, menyentuh perasaan, tulus difikiran,
menghadapi sikap kasar, dan tidak boleh mencaci atau menyubut kesalahan
audiens, sehingga pihjak objek dakwah.

Dengan rela hati atas kesadaran dapat mengikuti ajaran yang di sampaikan
oleh pihak subjek dakwah. Nasehat biasanya dilakukan oleh orang yang levelnya
lebih tinggi kepada yang lebih rendah, bailk tingkat umur maupun pengaruh,
misalnya nasehat orang tua kepada anak. Mau’izhah hasanah dalam bentuk
bimbingan, pendidikan, dan pengajaran ini seringkali digunakan dalam bentuk
kelembagaan (institusi) formal dan non formal, misalnya; mau,izhah Nabi kepada
umatnya, guru kepada muridnya, Kyai kepada istrinya, Mursyid kepada
pengikutnya dan lain-lain.

Jadi kalau kita telusurui kesimpulan dari mau’izhah hasanah, akan


mengandung arti kata- kata yang masuk kedalam kalbu dengan penuh kasih
sayang dan kedalam perasaan dengan penuh kelembutan; tidak membongkar atau
membeberkan kesalahan orang lain sebab kelemah-kelembutan dalam menasehati
seringkali dapat meluluhkan hati yang keras dan menjinakan kalbu yang liar, ia
lebih mudah melahirkan kebaikan dari pada larangan dan ancaman .

3. Al-Mujadalah Bi-al Lati Hiya Ahsan (berdebat dengan cara yang lebih
baik).
Dari segi etimologi (bahasa) lapazh mujadalah terambil dari kata
“jadala” yang bermakna memintal, melilit. Apabila ditambahkan alif pada
huruf jim yang mengikuti wazan faala, “njaa dala” dapat bermakna
bedebat, dan “mujaadalah” perdebatan.
Kata“ jadala“ dapat bermakna menarik tali dan mengikatnya guna
menguatkan sesuatu. Orang yang berdebat bagaikan menarik, dengan
ucapan untuk menyakinkan lawanya dengan menguatkan pendapatnya
melalui argumentasi yang disampaikan.8

8
Munzir Suparta,.cet ke-2 h 19

11
Dari segi istilah (terminologi) terdapat beberapa pengertian al-
Mujadalah (al-Hiwar) dari segi istilah. Al-Mujadalah(al-Hiwar) berarti
upaya tukar pendapat yang dilkakukan oleh dua pihak secara sinergis,
tanpa adanya suasana yang mengharuskan lahirnya permusuhan diantara
keduanya.
Kalau terpaksa timbul perbantahan antara da’I dan mad’u atau
pertukaran pikira, yang disebut polomik, maka dapat direlakan lagi,
pilihan jalan yang sebaik-baiknya, disadarkan dan diajak kepada jalan
pikiran yang benar, sehingga dia menerima. Tujuan berdebat bukan untuk
bertengkar dan menyakiti hati lawan, tetapi untuk meluruskan akidah yang
batil. Bermujadalah merupakan salah satu tehnik terbaik dalam dakwah.
Bermujadalah juga mempunyai tujuan untuk menguji sejauh mana
kebenaran Islam yang coba diketengahkan kepada orang lain.9
Sebagai contoh dalam mujadalah, yaitu bertahan dengan baik,
dengan jalan yang sebaik-baiknya dalam bermujadalah, antara lain dengan
perkataan yang lemah lembut, tidak dengan ucapan yang kasar atau
dengan mempergunakan sesuatu (perkataan) yang dapat menyadarkan hati,
membangun jiwa dan menerangi akal pikiran, ini merupakan penolakan
bagi orang yang enggan melakukan perdebatan dalam agama.
Dari pengertian di atas dapatlah diambil kesimpulan bahwa, al-
Mujadalah merupakan tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak
secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar
lawan menerima pendapat yang diajukan dengan memberikan argumentasi
dan bukti yang kuat. Dalam pelaksanaan dakwah ada beberapa bentuk
metode dakwah yang lainya diantaranya : ceramah, tanya jawab, diskusi,
seminar, demonstrasi, dialog, dan sebagainya.

BAB III
METODE PENELITIAN

9
Wardi Bahtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah,(Jakarta : logos, 1997), hal.37

12
A. Informasi Penelitian

BIODATA NARASUMBER 1
NAMA : H. M. SUTAN SYAHRONI

T.T.L : Hamparan Perak, 16 Desember 1948

UMUR : 71 Tahun

ALAMAT : Jl. Pahlawan Gg.Anom No.24

PROFESI : Ustadz dan Ketua BKM

STATUS : Menikah

BIODATA NASRASUMBER 2
NAMA : NIRMANSYAH S,Ag, MA

T.T.L : S.Kepayang , 26 Januari 1973

UMUR : 46 Tahun

ALAMAT : Jl. Pahlawan Gg.Anom No. 52

PROFESI : Ustadz dan Kepala Sekolah

STATUS : Menikah

BIODATA NARASUMBER 3
NAMA : MUHAMMAD SAIUN LUBIS

13
T.T.L : Kuta Padang, 21 JULI 1979

UMUR : 40 Tahun

ALAMAT : Jl. Persatuan Pasar 10 Tembung

PROFESI : Ustadz dan Wiraswasta

STATUS : Menikah

B. Metode Penelitian/ Teknik Mengumpulkan Data


Adapun metode pengumpulan data yang digunakan yaitu :

a. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal yang


variabelnya berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notula
rapat, agenda dan sebagainya. Metode dokumentasi ini digunakan untuk
mengumpulkan data meliputi mengenai metode dakwah yang digunakan
para da’I untuk menyampaikan dakwahnya bagi kalangan remaja.

b. Wawancara

Wawancara adalah teknik penelitian yang paling sosiologis dari


semua teknik-teknik penelitian. Hal tersebut disebabkan karena bentuknya
yang berasal dari interaksi verbal antara peneliti dan responden. Metode
ini digunakan untuk mendapatkan informasi dari da’I yang menjadi
narasumber yang masing masing da’I merupakan para ustadz atau
pendakwah yang berada dilingkungan rumah saya dan memiliki masing-
masing profesi disamping menjadi pendakwah.

BAB IV

TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

14
A. METODE DAKWAH BAGI KALANGAN REMAJA YANG DILAKUKAN
OLEH USTADZ H. SUTAN SYAHRONI.

Adapun metode dakwah yang pertama menurut bapak ustadz H.Sutan


Syahroni adalah menyampaikan dengan menyertakan contoh. Jadi, menurut ustadz
syahroni pada saat kita menyampaiakan ceramah dikalangan remaja maka kita harus
menyertakan contoh. Sebab, remaja lebih mengedepankan apa yang dia lihat dari
pada apa yang dia dengar. Maka ketika kita berbicara dihadapan para remaja untuk
menyampaikan ajaran islam maka kita harus melakukan apa yang kita bicarakan
sehingga remaja tersebut percaya bahwa apa yang kita bicarakan adalah benar
adanya. Pada saat penyampaian ceramah kita juga bisa sedikit menggunakan
bahasa-bahasa yang sedang modern pada masa kini. Sebab, ketika kita
menggunakan bahasa yang kini sedang banyak dipakai oleh banyak remaja maka
para remaja akan lebih mudah dipahami oleh para remaja. Metode yang kedua
menurut ustadz Syahroni adalah menyampaikan ceramah dengan tema/judul
mengenai dampak segala hal duniawi yang kita lakukan. Segala dampak dari hal-hal
yang kita kerjakan di dunia ini. Sebab kita menyampaikan ceramah dikalangan anak
remaja yang sedang sibuk dengan urusan dunia.

Waktu yang pas ketika menyampaiakan metode dakwah yang digunakan


oleh bapak ustadz syahroni menurut beliau adalah ketika ada acara Remaja Mesjid
atau didalam Khutbah jum’at. Metode ini juga bisa disampaiakan ketika ada acara
keremajaan. Sehingga tema/atau judul yang akan disampaikan bisa sesuai dengan
kondisi dan situasi yang ada di hadapan da’I. Pembahasan yang digunakan oleh para
da’I juga bisa disertakan mengenai akhirat agar mreka tau apa yang akan terjadi
diakhirat ketika mereka lebih mementingkan dunia.

B. METODE DAKWAH BAGI KALANGAN REMAJA YANG DILAKUKAN


OLEH USTADZ NIRMANSYAH S,Ag .MA

Adapun metode dakwah yang pertama menurut bapak ustadz Nirman


adalah dengan menggunakan metode kisah-kisah seperti Sirah Nabawiyah sehingga
para remaja termotivasi untuk mengikuti perjalanan hidup Nabi dan para sahabat
Nabi. Metode yang kedua menurut bapak ustadz Nirman adalah dengan
menggunakan metode Bil Hal yaitu dengan perbuatan. Jadi, ketika kita
menyampaikan dakwah dikalangan remaja kita juga harus menyertakan contoh dari
apa yang kita sampaiakan sehingga para remaja tersebut percaya atas apa yang kita
sampaikan. Sebab, banyak para remaja saat ini yang tidak mau mendengarkan

15
dakwah yanga ada di sekitarnya sebab dia melihat tidak ada perbuatan dari da’I
yang sama seperti apa yang disampaikan da’I pada dakwahnya.

Waktu yang pas ketika menyampaikan metode yang digunakan oleh bapak
ustadz Nirman menurut bapak sendiri adalah ketika para Remaja Mesjid melakukan
pengajian, ketika ada organisasi atau komunitas yang didalamnya merupakan
mayoritas para remaja dan ketika kita melihat remaja sekitar lingkungan yang
sedang berkumpul kita bisa bercengkrama dengan mereka dan sedikit selitkan atau
sampaiakan mengenai dakwah.

Bapak ustadz Nirman sendiri menyampaikan metode tersebut sebab


menurut beliau memang metode tersebut lah yang sudah efektif ketika
menyampaikan dakwah dikalangan remaja yakni dengan Bil Hal. Sebab dengan
pengaplikasian perbuatan maka para remaja akan lebih percaya terhadap apa yang
kita sampaikan.

C. METODE DAKWAH BAGI KALANGAN REMAJA YANG DILAKUKAN


USTADZ MUHAMMAD SAIUN LUBIS

Adapun metode dakwah yang pertama menurut bapak ustadz Saiun adalah
dengan menggunakan dasar-dasar dari tema/judul yang akan disampaiakan, dengan
pendekatan kepada Allah SWT dan disertai motivasi-motivasi didalamnya. Metode
yang kedua menurut bapak ustadz saiun yakni menyampaikan dakwah tersebut tidak
boleh terlalu monoton sehingga dapat menimbulkan kejenuhan para remaja. Dalam
menyampakian dakwah bagi kalangan remaja ada beberapa hal yang mempengaruhi
cara penyampaian dakwah kita seperti penampilan, gaya bahasa, dan judul yang kita
sampaikan.

Dalam menyampaiakn dakwah bagi kalangan remaja menurut bapak


ustadz Saiun juga harus menggunakan metode tersendiri dengan tidak meniru
metode yang digunakan oleh orang lain. Sehingga kita memiliki ciri khas tersendiri
ketika kita berada dihadapan kalangan remaja. Dalam menyampaiakan dakwah kita
juga harus menyertakan contoh sehingga para remaja yakin bahwa apa yang kita
sampaikan bebar adanya. Ketika menyampaikan dakwah pada kalangan remaja kita
juga bisa mengambil judul mengenai apa yang sedang banyak terjadi disekitar kita.
Dakwah yang disampaiakn juga tidak boleh terlalu monoton sehingga menimbulkan
kejenuhan para remaja yang mendengar.Waktu yang pas ketika menyampaikan
metode yang digunakan oleh bapak ustdaz Saiun yakni ketika ada kegiatan Remaja
Mesjid dan di dalam forum muda-mudi lingkungan ayang ada disekitar rumah.

Dari keseluruhan metode yang telah dijabarkan diatan dapat disimpulakan


bahwa para da’I dalam menyampaikan dakwah bagi kalangan remaja harus

16
dengan menggunakan metode dakwah Bil Hal yakni perbuatan. Maka ketika
parada’I menyampaikan dakwhanya dikalangan para remaja da’I jyuga harus
menyertakan contoh didalamnya sehingga para da’I percaya atas apa yang telah
disampaikan oleh para da’I. Dalam menyampaikan dakwah para da’I juga dapat
menggunakan team/ judul yang pas sehingga tidak terdengar monoton atau tidak
modern. Karena, ketika kita menyampaikan dakwah kepada para remaja kita juga
harus menyertakan motivasi sehingga dapat mendorong para remaja untuk
melakukan hal-hal yang baik sesuai dengan pa yang disampaikan da’i.

Waktu yang dapat digunakan dalam menyampaikan dakwah bagi kalangan


remaja adalah ketika ada kegiatan rema masjid atau disaat ada forum komunitas
atau organisasi keremajaan. Bisa juga disampaikan keda muda-mudi lingkung ada
disekitar rumah kita. Dengan bahasa yang sedang modern dan digunakan oleh
para remaja sehingga para remaja dapat memahami dengan baik apa yang
disampaikan oleh da’i.

Pada pembahasan ini inti dari pembahasan ini adalah bagaimana metode-
metode yang digunakan oleh para da’I dalam menyampaikan dakwahnya bagi
kalangan remaja seperti yang kita ketahui bahwa pada saat ini para remaja sedang
dipengaruhi besar-besaran oleh perkembangan teknologi yang sedang banyak
menjadi racun untuk mesua kalangan remaja. Lalu bagaimana kita bisa tetap
menyampaikan dakwah dan tetap didengar oleh para remaja. Dalam
menyampaikan dakwah dikalangan remaja para da’I memiliki metodenya masing-
masing. Kemudian bisa juga menggunakan media yang sekarang sedang banyak
diapakai oleh para remaja seperti Facebook, Youtube dan Instagram yang
sekarang menjadi konsumsi wajib apara remaja setiap harinya. Jadi kita dapat
mengikuti arus perkembangan remaja yang sedang banyak mempengaruhi
kehidupan para remaja.

Ketika kita menyampaikan dakwha menggunakan media yang sekarang


menjadi konsumsi wajib para remaja maka para remaja akan dengan mudah
mengakses dakwah dimana pun mereka ada. Ketika mereka sedang ngapain aja
ketika mereka sedang sibuk menggunakan media sosialnya mereka juga akan
dengan mudah membaca mengani dakwah-dakwah yang disampaikan para da’I
lewat media social yang demikian sama. Jangan jadikan menyampaikan dakwah
itu sulit karena kita bisa menyampaikan dakwah mengikuti zaman yang sedang
berkembang dan juga media yang ada. Namun penyampaian dakwah melalui
media akan kurang efektif karena tidak dapat terlihat contohnya.

BAB V

17
PENUTUP

A. Kesimpulan

Setalah peneliltian ini dilakukan maka peneliti dapat


menyimpulkan dari konsep metode dakwah yang digunakan oleh para da’I
yang ada dilingkungan Jl.Pahlawan Gg.Anom Kec. Medan perjuangan
kab. Kota Medan :

1. Konsep metode dakwah yang digunakan para da’I adalah dengan


menggunakan dakwah Bil Hal yakni dengan perbuatan. Ketika
menyampaikan dakwah maka para da’I harus meyertakan contohnya
sehingga para remaja dapat percaya dan memahami dengan mudah
apa-apa yang disampaikan oleh para da’i.

2. Bahasa yang digunakan oleh para da’I dapat menggunakan bahasa


yang dapat dipahami para remaja dan tidak menyampaikan dakwahnya
terlalu konoton sehingga membuat para remaja terkesan jenuh dengan
dakwah yang disampiakn oleh da’i.

3. Waktu-waktu yang pas dalam da’I menyampaikan metodenya rata-rata


mengatakan pada saat ada forum Remaja Mesjid dan forum-forum
komunitas atau organisasi keremajaan yang didalamnya mayoritas para
remaja.

B. Saran

1. Kepada da’I mubaligh agar tetap menjalankan aktivitas dakwahnya


dengan benar, baik dalam penyampaiannya maupun praktek.

2. Bagi para da’I agar terus berjuang dan sabar dalam menyiarkan ajaran
agama Islam dan menciptakan masyarakat yang agamis, serta
menjadikan Negara yang Toyyibatun Warabun Ghopur.

3. Kepada para da’I agar tetap mempertahanakn konsep metode


dakwahnya mencetak Mukmim dan Muttaqin sebagai tujuan
membangun bangsa yang bermartabat.

4. Kepada para da’I semoga selalu dalam lindungan Allah SWT dan
diberikan kesehatan agar tetap bisa menyampaikan ajaran-ajaran agam
islam.

18
5. Kepada seluruh lembaga dakwah baik formal maupun non formal agar
terus mengembangkan ajaran Al-Qur’an dan Sunnah dengan cara yang
baik.

6. Meningkatkan kualitas iman dan islam, serta keyakinan terhadap


agama Islam dengan cara mendalami Al-Qur’an dan Sunnah

19
DAFTAR PUSTAKA

Bahtiar,Wardi, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta :Logos,


1997), cet, ke-1, hal. 59

Harjono, Anwar, Dakwah dan Masalah Sosial Kemasyarakata, Jakarta :


Media Dakwah, 1985 h..3

Hasanuddin, hukum dakwah, (Jakarta :Pedoman Ilmu Jaya,`1996) hal,37

Saleh, Abdul Rosyad, Manajemen Dakwah, (Jakarta : Bulan Bintang),


hal.7

Suparta, Munzir, Metode Dakwah,(Jakarta : Putra Grafik, 2003), cet ke-2


hal. 10

Tamoro, Toto, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1987),


hal.37

Yaqub, Ali Mustafa, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi, (Jakarta: Pustaka
Firdaus, 1997), hal. 121

20

Anda mungkin juga menyukai