Anda di halaman 1dari 6

RETORIKA DAKWAH

Oleh : PW HDMI Jakarta

Melakukan dakwah pada dasarnya merupakan aktivitas lisan dan sikap baik yang
disampaikan secara formal melalui forum-forum resmi ataupun sekedar berbicara dan
bersikap dengan orang- perorang dengan mengajak mereka ke jalan Allah SWT, ceramah,
pidato, khutbah merupakan salah satu bentuk kegiatan dakwah yang sangat sering dilakukan
di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Agar ceramah atau khotbah dapat berlangsung
dengan baik, memikat dan menyentuh akal dan hati para jamaah, maka pemahaman tentang
retorika menjadi perkara yang penting.
Retorika merupakan bagian dari ilmu komunikasi. Sebagaimana kita ketahui, komunikasi
adalah mengajak orang untuk berpartisipasi atau mengubah sikap agar bertindak yang sama
dengan maksud komunikator (orang yang berkomunikasi). Dalam dakwah komunikator yang
dimaksud adalah dâi. Dengan demikian, disamping penguasaan konsepsi Islam dan
pengamalannya, keberhasilan dakwah juga sangat ditentukan oleh kemampuan komunikasi
antara sang dâi, muballiqh, atau khatib dengan,madâu-nya,yakni jamaah yang menjadi obyek
dakwah.

A. Pengertian Retorika
Retorika yang dalam bahasa Inggrisnya rhetoric berasal dari bahasa latin yakni Rethorika
yang berarti ilmu berbicara atau seni bicara. Cleanth Brooks dan Robert Penn Warren dalam
bukunya yang berjudul “Modern Rethoric“ mendefinisikanya sebagai “ The art using
language effectively atau seni penggunaan Bahasa secara efektif. Secara leksikal (makna
kamus), kata retorika berarti: (1) keterampilan berbahasa secara efektif; (2) studi tentang
pemakaian bahasa secara efektif dalam karang-mengarang; dan (3) seni berpidato yang
muluk-muluk dan bombastis.
Retorika harus mencari kebenaran, bukannya mempermainkan kata-kata kosong. Retorika
kontemporer diterapkan dalam bentuk orasi atau pidato kepada orang banyak, yang dalam
dakwah diimplementasikan dalam khotbah dan tabligh dengan khalayak yang luas.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa retorika adalah ilmu yang membahas bagimana
cara menyampaikan seseuatu kepada orang lain menggunakan berbagai bentuk seni-seni
berbicara dengan maksud dapat mempengaruhi perasaan dan keinginan orang lain.
B. Pengertian Dakwah
Dalam bahasa Al-Qur’an, dakwah terambil dari kata da’a, yad’u, da’watan yang secara
lughowi (etimologi) memiliki kesamaan makna dengan kata an-nida’ yang berarti menyeru
atau memanggil.
Adapun dari tinjauan aspek terminologis, pakar pakar dakwah syeh Ali Mahfuz
mengartikan dakwah dengan mengajak manusia kepada kebaikan dan petunjuk Allah Swt,
menyeru mereka kebiasaan yang baik dan melarang mereka dari kebiasaan buruk supaya
mendapatkan keberuntungan di dunia dan akhirat.
Cakupan dakwah lebih luas daripada tabligh. Dakwah meliputi dakwah verbal (dakwah
bil-lisan) dan dakwah non verbal (bil hal), sedangkan tabligh hanya meliputi ajakan secara
verbal.7
B.1 Unsur Dakwah
a. Subjek dakwah (Da’i) : Orang yang aktif mengajak masyarakat kepada
masyarakat. Baik secara individu maupun kolektif secara organisasi.
b. Objek dakwah (Mad’u) : Orang atau masyarakat yang menerima ajakan atau
seruan kepada kebaikan dari seorang dai agar selamat dunia – akhirat.
c. Materi Dakwah (Maaddah al-Dakwah) : yang meliputi bidang akidah,
syariat (ibadah dan muamalah) dan akhlak semua materi dakwah ini bersumber dari Al-
Qur’an, As- Sunah Rasulullah Saw, hasil ijtihad ulama’, sejarah peradaban Islam.
d. Metode Dakwah (Thariqoh al-Dakwah) yaitu cara atau strategi yang harus
dimiliki oleh Da’i, dalam melaksanakan aktivitas dakwahnya.
e. Media Dakwah (Wasilah al-Dakwah) adalah media atau internet yang
digunakan sebagai alat untuk mempermudah sampainya pesan dakwah kepada mad’u.
Diantara media daxkwah yang masih banyak digunakan hingga saat ini : TV, Radio, Surat
kabar, Buku, Internet, Hp, social media dll.

B.2 Tujuan Dakwah


Adapun tujuan serta fungsi yang bersifat social yaitu diharapkan dengan dan melalui
dakwah tercipta kehidupan yang damai, sejahtera, bahagia, dan selamat baik dunia – akhirat.
Karena antara seorang Da’I maupun mad’u sedang melakukan “amar Ma’ruf” serta “nahyu
Mungkar” sebagaimana yang dijelaskan dalam firman Alloh SWT surah : Ali Imran, ayat
110
Artinya : “Kalian adalah ummat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, mengajak kepada
yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah….” (QS. Ali
imron : 110)

B.3 Bentuk-bentuk dakwah


1. Dakwah bil-lisan
Dakwah bil-lisan yaitu penyampaian informasi atas pesan dakwah melalui lisan.
Termasuk dalam bentuk ini adalah ceramah, khutbah, tausyiah, pengajian, pendidikan agama,
kuliah, diskusi, seminar, nasihat, dan lain sejenisnya.

2. Dakwah bil-qalam
Dakwah bil-qalam yaitu penyampaian materi dakwah dengan menggunakan media
tulisan. Termasuk dalam jenis ini adalah buku-buku, majalah, surat kabar, risalah, buletin,
brosur, dan lain sejenisnya. Dalam memanfaatkan media ini, hendaknya ia ditampilkan
dengan gaya bahasa yang lancar, mudah di cerna dan menarik minat publik, baik mereka
yang awam maupun kaum terpelajar.

3. Dakwah bil-hal
Dakwah bil-hal adalah dakwah dengan menggunakan perbuatan atau teladan sebagai
pesannya. Dakwah bil-hal biasa juga disebut dakwah alamiah. Maksudnya, dengan
menggunakan pesan dalam bentuk perbuatan, dakwah dilakukan sebagai upaya
pemberantasan kemungkaran secara langsung (fisik) maupun langsung menegakkan ma’ruf
seperti membangun masjid, sekolah, atau apa saja yang mudah dikerjakan dan bersifat
mewujudkan pelaksanaan syariat Allah SWT dari segala aspeknya.

B.4 Metode Dakwah


Alloh SWT telah menjelaskan beberapa metode dakwah sebagaimana yang termaktub
dalam firman-Nya didalam surat An-Nahl : 125
Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah, dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya tuhan-mu Dialah yang
lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS.16 :125)
Dari ayat diatas dapatlah kita mengetahui bahwa metode berdakwah diantara lainnya :
1. Dakwah bil hikmah
Menurut Al-Qathany hikmah dalam konteks dakwahbisa berarti ucapan lemah lembut,
nasehat yang baik, pendidikan serta dialog dengan cara yang baik. Kata hikmah seringkali
diartikan dengan bijaksana, yaitu pendekatan yang dilakukan seorang Da’i kepada mad’u
secara bijaksana sehingga menimbulkan kesadaran dari pihak mad’u untuk melaksanakan
sehingga melaksanakan apa yang didengarnya dari dakwah tersebut.
2. Dakwah bil mau’idzatul hasanah
Hendaklah kalimat yang disampaikan seorang Da’i haruslah disampaikan dengan
cara yang baik, berisikan petunjuk kearah yang bijak, diterangkan dengan Bahasa
yang sederhana, lembut dan enak didengar sehingga membekas dihati. Dan juga
menghindari segala bentuk kekerasan, caci maki sehingga mad’u merasa
mendapatkan kebaikan dari seorang da’i.
3. Dakwah bil Mujadalah
Mujadalah berarti perdebatan. Dimana dimaksudkan untuk tukar pendapat antara dua
belah pihak disertai dengan argument yang kuat untuk menguatkan pendapatnyatanpa
adanya rasa permusuhan dalam dirinya.

C. Karakteristik Retorika
Karakteristik dari retorika pada masa Islam antara lain :
1. Bersifat sederhana, padat, dan mudah dipahami.
2. Retorika bersifat yang terbagi dalam tiga bagian :
- Pembukaan atau mukaddimah seperti ucapan salam, pujian kepada
allah swt serta salam kepada nabi saw
- Isi pembahasan
- Penutup yang mencakup didalamnya kesimpulan & harapan.

Retorika dakwah islami diharuskan mencantumkan dalil-dalil sebagai dasar argument


baik dari ayat al-Quran ataupun hadits, maupun atsar-atsar yang berasal dari ucapan para
ulama dan orang-orang soleh.
DR. Yusuf Qordhowi dalam bukunya “Retorika Islam” menyebutkan prinsip-prinsip
retorika islam sebagai berikut :
- Dakwah Islam adalah kewajiban setiap muslim
- Dakwah Robbaniyah ke jalan Allah SWT
- Mengajak manusia dengan cara hikmah (Bahasa yang lembut dan santun, serta
ramah) dan pelajaran yang baik
D. Faktor kemunduran dan kelemahan retorika
1. Menurunnya perhatian para da’I terhadap kehidupan social kemasyarakatan
2. Kurangnya persiapan para da’i pada saat menyampaikan dan cenderung materi yang
disampaikan sering berulang-ulang.
3. Lemahnya kemampuan para da’i dalam penyampaian,dalam penguasaan bahasa arab
yang baik dan benar. Terlebih lagi yang berkenaan dengan dalil (Al-quran dan hadits)
4. Kurangnya kemampuan dari para da’i didlam menjelaskan pengertian yang
terkandung dalam al-quran maupun al-hadits
5. Kurangnya perhatian sekolah-sekolah untuk mengajarkan ilmu retorika

E. Tehnik Retorika
Ada Poin besar yang mesti dilakukan sebelum kita berdakwah antara lain :
1. Lahir
- Memahami latar belakang jama’ah
- Menuliskan apa yang akan kita sampaikan ke objek dakwah (materi)
- Menyiapkan mental dengan menumbuhkan rasa percaya diri yang tinggi (katakana
pada diri “Saya mau dan mampu”)
- Berbicara pada seluruh kepribadian anda: dengan wajah, tangan dan tubuh
- Volume suara & artikulasi yang jelas

2. Batin
- Sebisa mungkin mengamalkan apa yang akan kita sampaikan
- Bersihkan hati
- Berdoa dan dzikir agar Alloh SWT beri kemudahan

F. Aspek pendukung Retorika Dakwah


Untuk memaksimalkan aspek berbicara, paling tidak ada 7 perangkat pendukung yang
harus dikuasai, antara lain :
1. Vocal
Untuk seorang Da’i dibutuhkan suara vocal yang agak berat, agak ngebass. Hal ini
dibutuhkan agar seorang da’I bias berbicara lama tanpa kehabisan suara. Biasanya
menggunakan suara napas perut.
2. Sorot Mata
Seorang Da’I harus bias mengendalikan sorot mata. Sorot mata yang tajam akan
memberikan kesan sang da’I sangat berbobot, berpengalaman dan tidak gerogi. Sorotan
mata jangan terlalu redup, tetapi juga tidak terlalu melotot mengikuti intonasi materi yang
disampaikan.
3. Gerakan mulut
Gerakan mulut harus bias di control agar air ludah tidak terlalu sering muncrat.
4. Ekspresi wajah
Ekspresi wajah ini merupakan bagian paling penting dari aspek pendukung bicara ini.
Ekspresi wajah ini merupakan daya tarik sendiri ketika menyampaikan ceramahnya.
Kunci memainkan ekspresi wajah ini adalah tinggal mengikuti iramah dari sisi ceramah
itu sendiri. Jika yang disampaikan menyenangkan, maka wajah ikut bergembira. Namun
jika sedih, wajahpun ikut sedih.
5. Gerakan tangan
Pergerakan tangan harus mengikuti tempo pembicaraan. Ketika pembicaraan mulai
menarik, segera gerakan tangan keatas, ketika sudah mulai merendah maka ayunkan
tangan kebawah dengan tekanan yang mantap namun harmonis. Dan tangan tidak boleh
terlalu banyak gerak juga.
6. Gerakan kaki
Kaki tidak boleh terlalu banyak gerak sehingga menimbulkan kesan grogi dalam diri
seorang da’I dan juga dapat mengganggu pandangan audiensi.
7. Aksesoris penampilan
Seorang da’I kadang menyepelekan aspek ini, khususnya masih da’I yang masih
muda. Dai boleh saja muda, namun penampilan bias diatur agar keliatan lebih tua. Bisa
jadi memakai baju dam kopiah.

Anda mungkin juga menyukai