Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dakwah adalah komunikasi, karena komunikasi adalah kegiatan
informatif, yakni agar orang lain mengerti, mengetahui dan kegiatan persuasif,
yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu faham atau keyakinan, melakukan
suatu faham atau keyakinan, melakukan suatu kegiatan atau perbuatan dan lain-
lain. Keduanya (dakwah dan komunikasi) merupakan bagian integral yang tidak
dapat dipisahkan.
Dakwah disebut komunikasi, akan tetapi komunikasi belum tentu dakwah,
adapun yang membedakannya adalah terletak pada isi dan orientasi pada kegiatan
dakwah dan kegiatan komunikasi. Pada komunikasi isi pesannya umum bisa juga
berupa ajaran agama, sementara orientasi pesannya adalah pada pencapaian tujuan
dari komunikasi itu sendiri, yaitu munculnya efek dan hasil yang berupa
perubahan pada sasaran. Sedangkan pada dakwah isi pesannya jelas berupa ajaran
Islam dan orientasinya adalah penggunaan metode yang benar menurut ukuran
Islam. Dakwah merupakan komunikasi ajaran-ajaran Islam dari seorang da’i
kepada ummat manusia dikarenakan didalamnya terjadi proses komunikasi.
Dakwah merupakan suatu proses motifasi agar manusia melakukan
kebaikan dan melarang manusia berbuat kemungkaran, agar mereka mendapat
kebahagiaan dunia dan akhirat.
Masyarakat Makkah memelihara kedudukan tata nilai yang tinggi dan
istimewa, karena hal semacam itu memberikan kehidupan yang makmur.
Kaum Quraisy memandang diri mereka lebih mulia dari bangsa arab. Jika kaum
Quraisy tunduk kepada Nabi Muhammad SAW, itu sama artinya menyerahkan
semua kekuasaan kepada keluarga Nabi Muhammad SAW. Mereka tidak akan
membedakan antara kenabian dan kekuasaan.
Dengan pokok pikiran tersebut, kami tertarik untuk menuangkan fikiran
dan masalah kewajiban berdakwah dalam bentuk makalah.

1
B. Rumusan Masalah
a. Apakah pengertian dakwah ?
b. Apa sajakah bentuk – bentuk dakwah ?
c. Bagaimanakah pentingnya dakwah ?
d. Apakah perbedaan dari tabligh, khutbah dan dakwah ?
e. Bagaimana cara nabi dalam berdakwah ?

C. Tujuan Penulisan
a. Mengetahui pengertian dakwah
b. Dapat mengetahui bentuk – bentuk dakwah
c. Dapat mengetahui bagaimana pentingnya dakwah
d. Mengetahui perbedaan dari tabligh, khutbah dan dakwah
e. Mengetahui bagaimana cara nabi dalam berdakwah

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Dakwah
Dakwah dalam bahasa Arab berarti mngajak atau menyeru. Menurut
istilah dakwah merupakan mengajak manusia untuk mengikuti kebenaran
berdasarkan Al Quran dan hadist sebagai sumber ajaran Islam agar manusia
mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Berikut adalah salah satu hadist
yang membahas dakwa :
“Barang siapa yang mengajak orang ke jalan baik, maka akan
mendapatkan pahala sebanyak pahala orang yang mengikutinya.” (HR Muslim).
Dakwah adalah kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil
orang untuk beriman dan taat kepada Allah Subhaanahu wa ta’ala sesuai dengan
garis aqidah, syari’at dan akhlak Islam. Kata dakwah merupakan masdar (kata
benda) dari kata kerja da’a yad’u yang berarti panggilan, seruan atau ajakan.
Secara istilah yaitu mendorong manusia dan mengajak mereka berbuat kebaikan
dan mencegah kemungkaran.

Kata dakwah sering dirangkaikan dengan kata “Ilmu” dan kata “Islam”,
sehingga menjadi “Ilmu dakwah” dan Ilmu Islam” atau ad-dakwah al-Islamiyah.

B. Bentuk-Bentuk Dakwah
1. Dakwah Bi Al-Lisan
Secara substantif, dakwah adalah ajakan yang bersifat Islami. Sedangkan
kata lisan, dalam bahasa Arab berarti “bahasa”. Maka dakwah bi al-lisan bisa
diartikan: “penyampaian pesan dakwah melalui lisan berupa ceramah atau
komunikasi antara da’i dan mad’u (objek dakwah). Dakwah adalah proses
mengkomunikasikan pesan-pesan Ilahiah kepada orang lain. Agar pesan itu dapat
disampaikan dan dipahami dengan baik maka, diperlukan adanya penguasaan
terhadap teknik berkomunikasi yang efektif.

3
Dalam menyampaikan pesan dakwah, da’i harus berbicara dengan gaya
bahasa yang berkesan, menyentuh dan komunikatif. Bahasa lisan yang harus
digunakan dalam berdakwah yaitu perkataan yang jujur, solutif terhadap
permasalahan yang dihadapi mad’u, menyentuh kalbu,santun, menyejukan dan
tidak provokatif serta tidak mengandung fitnah. Da’i dalam menyampaikan
informasi ketika melakukan aktivitas dakwah, hendaklah baik, benar dan
mendidik. Kualitas perkataan seseorang mencerminkan suasana hati. Lisan yang
fasih, tegar dan penuh percaya diri merupakan gambaran kondisi hati seseorang
yang tenang dan memiliki semangat untuk menyampaikan kebenaran.
Perkataan yang tersusun rapi dari seorang da’i, merupakan jembatan
pembuka hati dan penggerak rasa bagi yang menerima panggilan/ seruan. Untuk
menghasilkan perkataan yang berkualitas dalam menyampaikan pesan dakwah,
para da’i harus memperhatikan kriteria berikut:
a. Pikirkan terlebih dahulu materi yang akan dibicarakan.
b. Perhatikan kepada siapa materi pembicaraan itu disampaikan. Da’i harus
memilih kata yag tepat untuk disesuaikan denga realitas dakwah dalam
mengenal strata mad’u yang cukup beragam baik pendidikan, pekerjaan, status
sosial, bahasa, tradisi dan lain-lain.
c. Cari waktu yang tepat untuk berbicara, yakni menyampaikan pesan dakwah
sesuai dengan moment yang dihadapi.
d. Usahakan agar tempat yang digunakan sesuai dengan materi pembicaraan dan
orang yang diajak berbicara. Misalnya, ketika seorang da’I diundang untuk
berbicara di pengajian arisan keluarga, maka gaya bicara dalam memberikan
tausiyah disesuaikan, misalnya berceramah sambil duduk, sedikit rileks
materinya simple, tidak terlalu panjang.
e. Gunakan sistem, pola, etika dan strategi agar bisa menghasilkan pembicaraan
yang baik dan berbobot. Dakwah bi al-lisan memerlukan sebuah kemasan
penyampaian pesan yang cermat, jitu dan akurat, sehingga tepat mengenai
sasaran.Pesan dakwah yang secara psikologis menyentuh hati mad’u adalah
jika materi yang disampaikan itu benar dan tepat, baik dari segi bahasa
maupun logika mad’u.

4
Kekuatan kata-kata dalam kaitannya dengan bahasa dakwah yang dapat
merangsang respon psikologis mad’u, terletak pada jenis-jenis kekuatan:
a. Karena keindahan bahasa, seperti bait-bait syair atau puisi.
b. Karena jelasnya informasi.
c. Karena intonasi suara yang berwibawa.
d. Karena logikanya yang sangat kuat.
e. Karena memberikan harapan/optimisme
f. Karena memberikan peringatan yang mencekam
Bahasa dakwah yang digambarkan dalam Al-Qur’an, yakni tegas dalam
menetapkan urusan, dan halus cara penyelesaiannya. Pemilihan kata-kata yang
tepat ketika berdakwah, diklasifikasikan Al-Qur’an dalam beberapa bentuk sesuai
dengan siapa mad’u (objek dakwah) yang dihadapi,diantaranya:
1) Qaulan balighan (perkataan yang membekas pada jiwa) Menyampaikan
pesan dakwah di hadapan orang-orang munafik diperlukan bahasa yang bisa
mengesankan dan membekas pada hati mereka, sebab dihatinya banyak
dusta, khianat serta ingkar janji. Kata ‘baligh’ dalam bahasa Arab artinya
sampai, mengenai sasaran, atau mencapai tujuan. Bila dikaitkan dengan qaul
(ucapan/komunikasi), ‘baligh’ berarti fasih, jelas maknanya. Karna itu
qaulan balighan dapat diartikan komunikasi yang efektif. Da’i sebagai
komunikator dituntut agar mampu berbicara yang efektif dalam
menyampaikan pesan dakwahnya agar tepat mengenai sasaran.
2) Qaulan layyinan (perkataan yang lembut) Pesan dakwah yang disampaikan
kepada penguasa yang dzalim dan kejam hendaknya dengan lembut karena
jika dilakukan dengan perkataan yang keras dan lantang akan memancing
respon yang lebih keras dari mereka.
3) Qaulan ma’rufan (perkataan yang baik) Pengertian ma’rufan secara
etimologi adalah al-khair atau al-ikhsan yang berarti baik. Jadi qaulan
ma’rufan adalah perkataan atau ungkapan yang pantas dan baik. Allah
menggunakan frase ini ketika bicara tentang kewajiban orang-orang kuat
atas kaum dhuafa (lemah). Qaulan ma’rufa berarti pembicaraan yang

5
bermanfaat, memberikan pengetahuan, mencerahkan pemikiran,
menunjukan pemecahan terhadap kesulitan orang lemah.
4) Qaulan maisuran (perkataan yang ringan) Maisuran berasal dari kata yasara-
yaisiru-yusran, yang artinya mudah. Maka qaulan maisuran ialah perkataan
yang mudah diterima, ringan, pantas, dan tidak berbelit-belit. Dakwah
dengan qaulan maisuran berarti pesan yang disampaikan itu sederhana,
mudah dimengerti dan dipahami, tanpa memerlukan pemikiran yang
mendalam. 5. Qaulan kariman (perkataan yang mulia) Dakwah dengan
qaulan kariman sasarannya adalah orang yang telah lanjut usia. Sedangkan
pendekatan yang digunakan ialah dengan perkataan yang mulia, santun,
penuh hormat, dan penghargaan, tidak menggurui, sebab kondisi fisik
mereka yang mulai melemah membuat mudah tersinggung apabila
menerima perkataan yang keras dan terkesan menggurui. Oleh karenanya,
da’i harus bersikap hormat terhadap mad’u yang tergolong usia lanjut
seperti memperlakukan pada orang tua sendiri.

2. Dakwah Bi Al-Qalam (At Tadwin)


Dakwah bi al-Qalam ialah suatu kegiatan menyampaikan pesan dakwah
melalui tulisan, seperti buku, majalah, jurnal, artikel, internet dan lain-lain.
Karena dimaksudkan sebagai pesan dakwah, maka tulisan-tulisan tersebut tentu
berisi ajakan atau seruan mengenai amar ma’ruf dan nahi munkar. Format dakwah
bi al-Qalam itu memiliki banyak keunikan dan kelebihan, yakni suatu tulisan tidak
dibatasi ruang dan waktu, bisa dibaca dimana saja serta kapanpun. Apalagi
publikasi saat ini semakin mudah, jangkauannya juga luas dan tidak terbatas,
terutama tulisan yang disebarkan di internet bisa dibaca banyak orang diseluruh
dunia. Sebuah gagasan menjadi riil dan kongkrit bila ditulis, tidak hanya
diucapkan.
Para da’i harus mencontoh kreatifitas ulama salaf yang dikenal gigih dan
aktif menulis. Karya tulis mereka masih tetap eksis dan terus dikaji hingga kini.
Karena itulah buku disebut sebagai jendela ilmu, sebab buku selalu menjadi
sumber rujukan utama yang tidak mengenal basi. Disamping melalui buku, pesan-

6
pesan dakwah bisa dituangkan ke dalam majalah, majalah dakwah bisa digunaka
untuk menyoroti masalah sosial atau dinamika yang terjadi di masyarakat.
Kemudian mengupas masalah tersebut di berbagai sudut pandang yang ditujukan
kepada masyarakat umum, dan ditulis dengan gaya bahasa yang mudah
dimengerti oleh banyak orang. Untuk mad’u (objek dakwah) yang lingkupnya
lebih kecil, maka tulisan pesan dakwah dapat dipublikasikan lewat buletin, karena
formatnya sederhana. Tulisan dalam buletin umumnya singkat dan padat, serta
menggunaka bahasa yang formal dan yang menjadi objek sasaran adalah
komunitas tertentu, seperti para jamaah shalat jum’at di masjid-masjid.
Di era sekarang, peluang dakwah di internet terbuka lebar. Berdakwah
lewat internet bisa dengan membuat blog. Keunggulan internet terletak pada
kecepatan akses dan jangkauan jaringannya yang luas. Dari sinilah, para da’i
dituntut tidak hanya memiliki kemampuan bicara, namun juga kecakapan
menuangkan gagasan-gagasannya dalam sebuah tulisan.

3. Dakwah Bi Al-Hal
Dakwah bi al-hal adalah bentuk ajakan kepada Islam dalam bentuk amal,
kerja nyata, baik yang sifatnya seperti mendirikan lembaga pendidikan Islam,
kerja bakti, mendirikan bangunan keagamaan, penyantunan masyarakat secara
ekonomis atau bahkan acara-acara hiburan keagamaan. Dakwah bi al-hal
merupakan aktivitas dakwah Islam yang dilakukan dengan tindakan nyata
terhadap penerima dakwah. Sehingga tindakan nyata tersebut sesuai dengan apa
yang dibutuhkan oleh penerima dakwah.
Misalnya dakwah dengan membangun rumah sakit untuk keperluan
masyarakat sekitar yang membutuhkan keberadaan rumah sakit. Dakwah dengan
pendekatan amal nyata merupakan aktivitas dakwah yang harus dilakukan bagi
aktivis dakwah, sehingga dakwah tidak hanya dipahami sebagai ceramah atau
dakwah bi al-lisan saja. Karena sesungguhnya dakwah juga dapat dilakukan
melalui tindakan atau amal nyata yang dilakukan sesuai kebutuhan masyarakat.
Terhadap kaum dhuafa (lemah) diperlukan suatu strategi dakwah yang
cocok dan sesuai dengan tuntunan dan kebutuhan masyarakat kaum dhuafa

7
tersebut. Pemberdayaan masyarakat, khususnya melalui pemberdayaan ekonomi,
sebagai realisasi dakwah bi al-hal, adalah cara yang sangat efektif.
Menurut KH. MA. Sahal Mahfudzh bahwa untuk mengatasi kemiskinan
dakwah dapat ditempuh dengan dua jalan:
1) Memberi motivasi kepada kaum yang mampu, untuk menumbuhkan
solidaritas sosial.
2) Yang paling mendasar dan mendesak Dakwah dalam bentuk aksi-aksi nyata
dan program-program yang langsung menyentuh kebutuhan. Dakwah dengan
melalui pendekatan bi al-hal inilah yang sesuai dengan situasi dan kondisi
serta kebutuhan mad’u atau sasaran dakwah dari kaum dhuafa. Dengan
demikian dakwah dapat menyentuh sasaran objek dakwah sebab yang
diperlukan masyarakat dhuafa adalah tindakan nyata untuk mengubah kondisi
masyarakat miskin yang serba kekurangan menjadi sebuah keadaan yang lebih
baik dan berkecukupan.

4. Dakwah Fardiah
Dakwah Fardiah merupakan metode dakwah yang dilakukan seseorang
kepada orang lain (satu orang) atau kepada beberapa orang dalam jumlah yang
kecil dan terbatas. Biasanya dakwah fardiah terjadi tanpa persiapan yang matang
dan tersusun secara tertib. Termasuk kategori dakwah seperti ini adalah
menasihati teman sekerja, teguran, anjuran memberi contoh. Termasuk dalam hal
ini pada saat mengunjungi orang sakit, pada waktu ada acara tahniah (ucapan
selamat), dan pada waktu upacara kelahiran (tasmiyah).

5. Dakwah Ammah
Dakwah Ammah merupakan jenis dakwah yang dilakukan oleh seseorang
dengan media lisan yang ditujukan kepada orang banyak dengan maksud
menanamkan pengaruh kepada mereka. Media yang dipakai biasanya berbentuk
khotbah (pidato). Dakwah Ammah ini kalau ditinjau dari segi subyeknya, ada
yang dilakukan oleh perorangan dan ada yang dilakukan oleh organisasi tertentu
yang berkecimpung dalam soal-soal dakwah.

8
C. Pentingnya Dakwah
Salah satu kewajiban umat Islam adalah berdakwah. Sebagian ulama ada
yang menyebut berdakwah itu hukumnya fardhu kifayah (kewajiban kolektif),
sebagian lainnya menyatakan fardhu ain. Meski begitu, Rasulullah saw. tetap
selalu mengajarkan agar seorang muslim selalu menyeru pada jalan kebaikan
dengan cara-cara yang baik.
Setiap dakwah hendaknya bertujuan untuk mewujudkan kebahagiaan dan
kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat dan mendapat ridha dari Allah Swt.
Nabi Muhammad saw. mencontohkan dakwah kepada umatnya dengan berbagai
cara melalui lisan, tulisan dan perbuatan.
Rasulullah saw. memulai dakwahnya kepada istri, keluarga, dan teman-
teman karibnya hingga raja-raja yang berkuasa pada saat itu. Di antara raja-raja
yang mendapat surat atau risalah Rasulullah saw. adalah Kaisar Heraklius dari
Byzantium, Mukaukis dari Mesir, Kisra dari Persia (Iran), dan Raja Najasyi dari
Habasyah (Ethiopia). Ada beberapa metode dakwah yang bisa dilakukan seorang
muslim menurut syariat.
Khothbah, tabligh dan dakwah hampir sama, namun ada perbedaan
diantara ketiganya. Yang paling tinggi dan paling luas cakupannya adalah
dakwah. Di dalam dakwah ada beberapa jenjang aktifitas. Salah satunya adalah
tabligh. Jadi tabligh itu bagian dari dakwah, tetapi dakwah bukan hanya semata-
mata tabligh. Tabligh sendiri berarti menyampaikan. Di dalam tabligh, yang
menjadi inti masalah adalah bagaimana agar sebuah informasi tentang agama
Islam bisa sampai kepada objek dakwah.
Perbedaan-perbedaan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

KHUTHBAH TABLIGH DAKWAH


 Dilaksanakan pada  Dapat dilakukan kapan  Dapat dilakukan
waktu-waktu saja kapan saja.
tertentu.  Tidak ada syarat dan  Tidak ada syarat dan
 Ada syarat dan rukun rukun
rukun.  Ada yang meggunakan  Tidak perlu ada
 Ada mimbar mimbar dan ada yang mimbar khusus
khusus untuk tidak, tergantung tempat dalam pelaksanannya
melaksanakannya pelaksanaannya  Tidak dibatasi waktu

9
 Waktunya terbatas  Ada yang tidak terbatas  Boleh dilakukan
 Dilakukan oleh dan ada yang dibatasi siapa saja, karena
seorang yang waktunya setiap muslim wajib,
memiliki  Bisa dilakukan oleh mempelari,
kemampuan siapa saja yang mengamalkan dan
berorasi dan memiliki kemampuan mendakwahkan
memiliki berorasi dan Islam.
pengetahuan yang pengetahuan agama  Orang yang
cukup  Orang yang melaksana-kannya
 Orang yang melaksanakan disebut disebut dengan da’i.
melaksanakan mubaligh/mubalighot  Dapat dilakukan
disebut khatib.  Dapat dilakukan melalui tanpa melalui acara
 Dilakukan secara berbagai cara seperti formal karena dapat
khusus dan seminar atau dilakukan kapan dan
memiliki tata cara menggunakan tehnologi dimana saja.
tertentu. 1.

D. Cara Nabi Berdakwah

Keadaan masyarakat Mekah yang sudah sangat terpuruk, dalam


berdakwah Rasullulllah mempunyai tugas yang sangat berat.
Mekah sangat keras kepala dan menganggap bahwa hanya mereka yang benar.
Maka akan sangat sulit bila Rasullullah melakukan dakwah secara terang-
terangan. Karna tentu saja akan menimbulkan reaksi dan respon yang tidak baik.
Rasullullah yang cerdik dan pandai mengambil strategi yang cukup jitu
dan berhasil, yaitu dakwah secara sembunyi – sembunyi.
Dakwah secara sembunyi – sembunyi dimulai rasul dari keluarga dan kerabat
terdekat.
Orang pertama yang mendapat seruan adalah Siti Khadijah, kemudian
keponakanya Syaidina Ali yang masih berumur 8 tahun, dan Syaidina Abu bakar
yang langsung mengikutinya.
Dengan perantara Abu Bakar ini, maka banyak juga orang – orang Quraisy
yang beriman. Diantaranya : Siti khadijah ( istri Rasullullah ), Ali Bin Abi Tholib
( dialah putra dari Abu Thalib ), Zaid bin Harisah ( budak Rasullullah yang

10
kemudian menjadi anak angkat Rasul) , Abu Bakar Siddiq ( sahabat rasul ),
Usman bin Affan, Zubair bin Aurman, dll.
Orang – orang yang masuk islam pertama kalinya disebut SABIQUNAL
AWWALUN. Mereka mendapat pelajaran dan pengetahuan tentang Islam
dirumah Arqum bin Abil Arqom secara sembunyi – sembunyi. Setelah itu
turunlah firman Allah SWT yang memerintahkan Rasul untuk berdakwah secara
terang – terangan.
Hal ini terdapat dalam surat al- hijr ayat 94. Sejak turun surat ini, Nabi
Muhammad SAW mulai berdakwah secara terang – terangan, Rasul menyeru
kepada kaumnya tentang ajarannya.
Beliau tidak segan – segan menyerukan agar orang – orang yang semula
menyembah berhala agar menyembah Allah SWT, Tuhan semesta alam yang
Maha Esa dan Maha Benar.
Banyak hinaan di terima dan dirasakan oleh Rasullullah, karena masih
banyak kaum Quraisy yang menentang ajaran Rasul, yaitu Abu Lahab, dan Abu
jalal yang tidak segan – segan menyakiti rasullullah. Itulan sebabnya nabi
Muhammad SAW, juga dijuluki sebagai ulul azmi, yaitu Rasul yang mengalami
banyak siksaan dan cobaan dalam sepanjang dakwahnya, namun tetap tabah dan
tawakal dalam menegakan Agamanya.
Dari sepanjang perjalanan Rasullullah untuk menegakan Islam, dapat
diambil beberapa hikmah sebagai berikut:
1) Menyadari bahwa keuletan dan kesabaran dalam menegakan agama Allah akan
mendapat pertolongan dari Allah SWT.
2) Memahami bahwa tugas Rasul hanya sekedar menyampaikan perintah Allah
SWT dan tidak dapat memberikan hidayah.
3) Meneladani sikap Nabi yang tegar dan kukuh dalam melakukan tugasnya
walaupun dalam kondisi memiliki banyak rintangan..

11
BAB II
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dakwah adalah kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil
orang untuk beriman dan taat kepada Allah Subhaanahu wa ta’ala sesuai dengan
garis aqidah, syari’at dan akhlak Islam. Kata dakwah merupakan masdar (kata
benda) dari kata kerja da’a yad’u yang berarti panggilan, seruan atau ajakan.
Secara istilah yaitu mendorong manusia dan mengajak mereka berbuat kebaikan
dan mencegah kemungkaran.

Dakwah bil lisan Secara substantif, dakwah adalah ajakan yang bersifat
Islami. Sedangkan kata lisan, dalam bahasa Arab berarti “bahasa”. Maka dakwah
bi al-lisan bisa diartikan: “penyampaian pesan dakwah melalui lisan berupa
ceramah atau komunikasi antara da’i dan mad’u (objek dakwah).
Dakwah bit tadwin ialah suatu kegiatan menyampaikan pesan dakwah
melalui tulisan, seperti buku, majalah, jurnal, artikel, internet dan lain-lain.
Dakwah bi al-hal adalah bentuk ajakan kepada Islam dalam bentuk amal,
kerja nyata, baik yang sifatnya seperti mendirikan lembaga pendidikan Islam,
kerja bakti, mendirikan bangunan keagamaan, penyantunan masyarakat secara
ekonomis atau bahkan acara-acara hiburan keagamaan.
Dakwah Fardiah merupakan metode dakwah yang dilakukan seseorang
kepada orang lain (satu orang) atau kepada beberapa orang dalam jumlah yang
kecil dan terbatas.
Dakwah Ammah merupakan jenis dakwah yang dilakukan oleh seseorang
dengan media lisan yang ditujukan kepada orang banyak dengan maksud
menanamkan pengaruh kepada mereka.

12
B. Saran
Lakukanlah dakwah sebisa mungkin, walau hanya dari hal-hal yang
paling kecil insyaAllah akan membawa kebaikan bagi diri kita dan umat pada
umumnya.
Hargailah semua perjuangan Nabi Muhammad SAW, dengan beribadah
dan tidak melakukan hal-hal yang dilarang oleh ajaran Islam.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://koisurudephatselalu.blogspot.co.id/2011/11/makalah-agama-dakwah.html

Latifah, dkk. 2006. Agama Islam 1 SMA. Jakarta: Yudhistira.

Muslim, Imam. 2001.25 Kisah Teladan Nabi dan Rasul. Surabaya: Citra Pelajar.

Suparta, Munzier. 2008. Metode Dakwah. Bandung: CV.Pustaka Islamiyah.

Suparta, Munzier.1986. Teknik Dakwah dan Leadership. Bandung:


CV.Diponegoro.

Yahya, Toha, Oman. 2004. Islam dan Dakwah. Jakarta :Al-Mawardi Prima.

Yatim, badri. 1992. Ilmu dakwah. Jakarta : Al-Mawardi Prima.

14
MAKALAH AGAMA

“ DAKWAH ”

DISUSUN OLEH :

NURULI YANA
SIS APRIANTI
ELLIZA HARAHAP
NUR HIKMAH
NOVA MARLIA
ERVINA WATI
NURMAYANA
ULFA RAHMADANI
MUHAMMAD ALDI NAZREI . L
INGGA RIZKI ILHAMIA
MELIA ELVI YENDRI

KELAS : XI OTKP

SMK NEGERI 1 KUALA CENAKU


TA. 2017 / 2018

Anda mungkin juga menyukai