Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

Qowaidul imla'

Dosen Pengampu :

Yudy Hudaeby, S. Pd.I., M. Pd

Disusun Oleh :
Nafaldi octora

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KERINCI


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
2020 M/1441 H
1
KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum Wr.Wb Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kita sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah yang berjudul “ jenis imla' dan metode pembelajaran qowaidul imla' ” untuk
memenuhi tugas mata kuliah Qowaidul imla'

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita. Amin. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Akhirul kalam.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Sungai Penuh,17 September 2021

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Pengertian

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

A. Tujuan mempelajari imla'

B. Faidah mempelajari imla'

C. Macam macam imla'

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Huruf atau tulisan adalah salah satu sarana untuk menyatakan kehendak, cipta dan
rasa. Ketika orang orang belum mengenal alat-alat komunikasi modern seperti telepon, internet,
dan lainnya mereka telah terlebih dahulu mengenal huruf. Allah memang membekali manusia
dengan kemampuan berkomunikasi. Komunikasi lisan, tulisan, dan isyarat. Semuanya
merupakan sarana untuk mengapresiasikan kebutuhan hidup manusia.

Pada awalnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau isyarat. Namun, ada banyak hal
yang ternyata sulit di komunikasikan dengan dua cara tersebut, dan membutuhkan cara ketiga
yaitu tulisan. Dari sini muncul kebutuhan akan tulisan . Tulisan tidak serta merta tersusun dari
huruf-huruf seperti saat ini. Begitu pula dengan huruf hijaiyah yang telah mengalami
perkembangan,sehingga kita sebagai umat islam harus mengerti cara penulisan huruf hijaiyah
itu sendiri.

2. Rumasan masalah

1. Apa pengengertian imla’?

2. Apa tujuan imla’?

3. Apa faedah imla’?

4. Bagaimana macam-macam imla’?

3. Tujuan

1. Menjelaskan apa itu imla’

2. Mengetahui tujuan, faedah, dan macam-macam imla’

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Imla’

Imla’ merupakan bagian dari maharah al-kitabah. Maharah al-kitabah atau keterampilan
menulis Arab sendiri mencakup tiga muatan dasar. Pertama, maharah al-tahajji bi thariqatin
salimatin, keterampilan menyalin huruf secara benar. Kedua, maharah wadh’i alamata al-tarqim
fi mawadhi’iha keterampilan meletakkan tanda baca yang benar. Ketiga, maharah al-rasmi
al-wadhih al-jamil li al-huruf wa al-kalimat, yaitu keterampilan menulis indah atau seni kaligrafi.

Maharah al-tahajji bi thariqatin salimatin atau keterampilan menyalin huruf hijaiyah


secara benar itu sendiri mencakup dua hal:

1) Kemampuan mengucapkan huruf-huruf hijaiyah baik dalam bentuk tunggal, kata, atau
kalimat secara benar.

2) Kemampuan menulis huruf-huruf hijaiyah baik dalam bentuk tunggal, kata, atau kalimat
secara benar.

Sedangkan keterampilan meletakkan tanda baca adalah kemampuan meletakkan tanda baca
yang berupa titik satu, titik dua berbentuk vertikal, tanda seru, tanda tanya, koma, dan lainnya,
tidak hanya pada menulis tetapi juga ketika membacanya.

Muatan pertama dan kedua itulah yang menjadi obyek kajian sekaligus landasan definitif imla’.
Dari sini dapat ditarik sebuah kesimpulan sederhana, bahwa imla’ adalah kajian tentang
teori-teori menulis dan melafalkan huruf hijaiyah secara benar dalam bentuk tunggal, kata, atau
kalimat dan teori-teori tentang tanda baca sekaligus aplikasi dalam teks.

5
Menurut Doktor Ahmad Madkur, imla’ tidak hanya berkaitan dengan sekumpulan teori
huruf hijaiyah dan tanda baca, tetapi juga merambah pada tataran praktis bagaimana seorang
guru membacakan teks-teks bacaan yang sederhana sampai yang sulit yang memuat teori-teori
imla’ kepada siswanya untuk mengukur tingkat kemampuan mereka dalam menguasai
teori-teori tersebut secara praktis. Bagaimana guru mengidentifikasi al-musykilat al-imlaiyyah
(permasalahan-permasalahan imla’) yang dialami siswa dan memberikan jalan keluar yang
tepat.

Menurut Umar Sulaiman Muhammad, terminology imla’ tidak dapat dipisahkan dari dua
unsur. Mumlin (orang/guru yang mengimla’ atau mendikte) dan mumlan ‘alaih (orang/siswa
yang diimla’ atau menerima imla’). Karena dua unsur ini kemudian muncul pengertian bahwa
imla’ adalah membacakan teks bacaan kepada siswa, kata demi kata atau kalimat demi kalimat
dan meminta siswa untuk menulisnya.

A. Tujuan Mempelajari Imla’

Tujuan imla’ meliputi tujuan langsung dan tidak langsung. Tujuan langsung imla’ adalah
mampu menulis huruf-huruf hijaiyah dalam bentuk tunggal, kata atau kalimat secara tepat dan
cepat.

Tujuan tidak langsung meliputi:

1) al-hadaf al-lughawi (kebahasaan, yaitu membekali siswa dengan keterampilan berpikir


cepat, pengetahuan akan makna, karekter huruf, struktur dan gaya bahasa yang baru.

2) al-hadaf al-‘udhwi (fisik), memperkuat dan mempertajam indra pendengaran dan


pengelihatan, sebab kuatnya hubungan sensor motorik dua indra tersebut yang kemudian
memobilisasi otak agar menggerakkan tangan untuk menulis.

6
3) al-hadaf al-khuluqi (sikap), membiasakan siswa bersikap, tertib, teliti, cermat dan
mempunyai respon cepat terhadap panggilan, dan membiasakan mereka bersabar dan menjadi
pendengar setia selama guru mendikte (imla’).

Dalam bidang studi imla’, siswa diantarkan pada peningkatan dan pengembangan tiga aspek:

1) Kognitif, melalui imla’, siswa dibekali dengan pengetahuan dan pemahaman tentang
teori-teori penulisan huruf Arab dan karakteristiknya, semisal apa itu hamzah, macam-macam
hamzah, bentuk-bentuk penulisan hamzah, dan sebagainya.

2) Afektif, berangkat dari pengetahuan dan pemahaman yang benar dan mendalam terhadap
teori-teori tersebut, diharapkan siswa mampu menulis dan melafalkan huruf-huruf Arab dengan
benar, baik dalam bentuk kata, kalimat atau paragraf. Siswa juga mampu mengenali penulisan
huruf yang salah yang ada dalam sebuah teks bacaan sekaligus mampu membenarkannya. Di
sisi lain, siswa di tradisikan untuk teliti dan cermat.

3) Psikomotor, aspek motorik dalam pembelajaran imla’ sangat dominan. Siswa diarahkan
untuk menggunakan indra pendengaran (telinga), penglihatan (mata), pengucap (mulut), dan
jari-jarinya dengan semaksimal mungkin. Siswa dilatih untuk dapat berkonsentrasi secara baik
ketika menghadapi teks-teks bacaan dan qawaidnya, saat dia membaca dengan suara atau
tanpa suara, atau ketika mendengarkan penjelasan guru atau teks-teks bacaan yang
didiktekan,begitu pula saat siswa menulisnya.

Imla’ tidak hanya membekali siswa dengan teori menulis secara cepat dan benar, tetapi juga
melatih mereka untuk menguasai dan terampil mengaplikasikan teori-teori imla’ tersebut dalam

7
praktik penulisan Arab sehari-hari. Setelah mempelajari imla’, siswa diharapkan mampu
membedakan penulisan kata, kalimat atau paragraf yang salah, mengetahui sebab-sebabnya
dan selanjutnya mampu membenarkan kesalahan-kesalahan tersebut.

B. Faidah Mempelajari Imla’

Mempelajari imla’ sama halnya dengan mempelajari ilmu-ilmu lainnya, tidak terlepas dari
nilai-nilai manfaat yang tidak sedikit. Mempelajari imla’ akan menghindarkan seseorang dari
kesalahan dalam menulis dan mengantarkan seseorang kepada pengetahuan yang lebih baik
dalam menulis, sebab tulisan merupakan pengganti mutakallim (pembicara) dalam
mengungkapkan ide-ide, suara hati dan sebagainya dalam bahasa tulis. Sehingga ia menduduki
posisi yang sama pentingnya dengan ucapan.

Kesalahan dalam menulis terkadang berakibat fatal. Ketika sahabat Umar menerima surat
Abu Musa Al-Asy’ari yang waktu itu menjadi gubernur Basrah, ia mengirimkan balasan yang
isinya, “ ... amma ba’du. Hendaklah kamu ( Abu Musa) mencambuk sekretarismu karena ia telah
salah dalam menulis...”. Andaikan kesalahan tulisan sekretaris Abu Musa tidak berakibat fatal
niscaya sahabat Umar tidak akan akan mengintruksikan kepada Abu Musa untuk mencambuk
sekretarisnya agar selanjutnya lebih hati-hati dalam menulis surat-surat penting . Imla’
mempunyai kelebihan di banding ilmu-ilmu lain. Sebab imla’ dibutuhkan hampir semua disiplin
ilmu. Karena penyusunan ilmu-imu tersebut berdasarkan tulisan yang tersusun dari sekian
banyak huruf.

C. Macam-macam Imla’

Ada 4 (empat) macam jenis imla’ yang bisa diterapkan pada seseorang sesuai dengan
tahap kognitifnya, yaitu:

8
1. Imla’ manqul: siswa menyalin teks bacaan atau kalimat yang ada di kitab atau tulisan guru di
papan ke dalam buku tulis. Imla’ jenis ini untuk tingkat pemula, dimana mereka lebih
ditekankan untuk cermat dan teliti saat membaca tulisan dan menyalinnya.

2. Imla’mandhur: siswa melihat dan mempelajari teks bacaan atau kalimat yang ada di kitab
atau di papan tulis, lalu menutup kitab atau yang ada di papan tulis. Selanjutnya guru
mendiktekan tek bacaan atau kalimat yang sama. Imla’ mandhur tidak hanya menuntut siswa
lebih cermat dan teliti saat membaca, tapi juga harus mengingat bentuk tulisannya dan
berkonsentrasi dengan guru. Mata, telinga dan kekuatan daya ingat harus saling mendukung.
Imla’ mandhur diterapkan dikelas menengah.

3. Imla’ ghairu al-mandhur (masmu’): siswa menulis teks bacaan atau kalimat yang dibacakan
guru tanpa melihatnya terlebih dahulu (seperti pada metode ke dua). Metode ini untuk tahapan
lebih tinggi, di mana siswa telah menguasai dengan baik teori-teori imla’ yang telah diajarkan.
Ketika siswa mendengarkan bacaan guru, siswa mendeskripsikan (dalam benak) bentuk
tulisannya sesuai dengan teori-teori yang ada di memori otaknya, lalu menuliskannya dengan
cepat.

4. Imla’ ikhtibari: Adalah bentuk imla’ yang diberikan kepada siswa yang telah menguasai dan
memahami dengan baik teori-teori imla’ ikhtibari lebih banyak muatan praktik dari pada
muatan teori.

BAB III

Kesimpulan

9
Alhamdulillah dengan selesainya pembahasan mengenai imla’ di atas maka dapat kami
simpulkan sebagai berikut:

1.imla’ adalah membacakan teks bacaan kepada siswa, kata demi kata atau kalimat demi
kalimat dan meminta siswa untuk menulisnya.

2. al-hadaf al-lughawi, al-hadaf al-‘udhwi, al-hadaf al-khuluqi, adalah tujuan dari imla’

3. Mempelajari imla’ akan menghindarkan seseorang dari kesalahan dalam menulis dan
mengantarkan seseorang kepada pengetahuan yang lebih baik dalam menulis, sebab tulisan
merupakan pengganti mutakallim (pembicara) dalam mengungkapkan ide-ide, suara hati dan
sebagainya dalam bahasa tulis. Sehingga ia menduduki posisi yang sama pentingnya dengan
ucapan.

4.Adapun macam-macam imla’ adalah,Imla’ manqul, Imla’mandhur, Imla’ ghairu al-mandhur


(masmu’), Imla’ ikhtibari.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ahmad Madhkur, Tadris Funun al-lughah al-Arabiyah (Maktabah al-Falah, Kuwait, 1984),

2. Umar Sulaiman Ismail, Al-Imla’ al-Wadlifi li al-Mustawa al-Mutawasshith ( Jami’atu


al-Malik Sa’ud, 1991),

3. Nashif Yumayyin, Al-Mu’jam al-Mufashal fi al-Imla’ Qawaiduhu wa Nusushuhu (Dar Kutub


al-Ilmiyah, Beirut, 1992),

10

Anda mungkin juga menyukai