Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PSIKOLOGI PEMEROLEHAN BAHASA ARAB

PEMEROLEHAN BAHASA MENURUT TEORI KOGNITIVISME

OLEH :

IKSAN FEBRIAWAN

FIELGA PERMATA

LAILA FITRI

SRI WAHYUNI

FAIZ HABIB MUSTAFA

ZAIS RAMADHAN DAN SHOFIA

DOSEN PENGAMPU :

Dr. RIKO ANDRIAN, M. Pd

MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KERINCI

1443 H/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah penulis panjatkan kepada Allah Swt karena atas izin dan kehendak
nya makalah ini dapat penulis selesaikan tepat pada waktunya.

Dalam penulisan makalah ini penulis menemui berbagai hambatan, dikarenakan


terbatasnya Ilmu Pengetahuan terkait penulisan makalah ini. Oleh karena itu penulis berterima
kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Psikologi Pemerolehan Bahasa Arab yang telah
memberikan ilmunya kepada penulis.

Penulis menyadari makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan juga kritik yang bersifat membangun agar lebih maju di masa yang
akan datang.

Penulis berharap, makalah ini dapat menjadi track record dan menjadi referensi bagi
para pembaca, serta menambah wawasan dan bermamfaat bagi para pembaca.

Kerinci, 15 Oktober 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................2

DAFTAR ISI ......................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................5


1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................6

2.1 Pengertian Belajar Teori Kognitivisme ..................................................................6


2.2 Pemerolehan Bahasa Pada Anak Menurut Teori Kognitivisme .............................6

BAB III PENUTUP........ ..... ..............................................................................................8

3.1 Kesimpulan ..............................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk sosial sekaligus makhluk ciptaan tuhan yang
maha esa yang paling sempurnah diantara makhluk hidup lainnya. Manusia dibekali
dengan akal sehat dan juga otak, sehingga manusia dapat menggunakan akal tersebut
untukberfikir sebelum melakukan sesuatu, sekaligus mengembangkan ilmu
pengetahuan yang dia miliki.
Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu
untuk suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap
menjadibersikap benar, dari tidak terampil menjadi terampil melakukan sesuatu.
Belajar tidak hanya sekedar memetakan pengetahuan atau informasi yang
disampaikan. Namun bagaimana melibatkan individu secara aktif membuat ataupun
merevisi hasilbelajar yang diterimanya menjadi suatu pengalamaan yang bermanfaat
bagi pribadinya. Pembelajaran merupakan suatu sistem yang membantu individu
belajardan berinteraksi dengan sumber belajar dan lingkungan.
Teori adalah seperangkat asas yang tersusun tentang kejadian-kejadian tertentu
dalam dunia nyata. Teori merupakan seperangkat preposisi yang didalamnya
memuattentang ide, konsep, prosedur dan prinsip yang terdiri dari satu atau lebih
variable yang saling berhubungan satu sama lainnya dan dapat dipelajari, dianalisis
dan diujiserta dibuktikan kebenarannya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Teori Belajar Kognitivisme?
2. Apa Tujuan Teori Kognitivisme Dalam Pembelajaran?
3. Bagaimana Penerapan Teori Kognitivisme Dalam Proses Pembelajaran?
4. Bagaimana Penerapan Teori Kognitivisme Dalam Kurikulum?
5. Bagaimana System Assesmen?

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Belajar Kognitivisme


Definisi “Cognitive” berasal dari kata “Cognition” yang mempunyai
persamaan dengan “knowing” yang berarti mengetahui. Dalam arti yang luas
kognition/kognisi ialah perolehan penataan, penggunaan pengetahuan. (Neisser 1976
dalam Muhibbin 1995:65)
Aliran kognitivisme berawal dari pernyataan Jean Piaget (1926) yang berbunyi
“Logical thinking underlies both linguistic and nonlinguistic developments.”
Pernyataan ini memancing para ahli psikologi kognitif menerangkan pertumbuhan
kemampuan berbahasa karena menilai penjelasan Chomsky tentang hal itu belum
memuaskan.
Teori kognitivisme menjelaskan bahwa bahasa bukanlah suatu ciri alamiah
yang terpisah, melainkan salah satu di antara beberapa kemampuan yang berasal dari
kematangan kognitif. Bahasa distrukturi oleh nalar.
Perkembangan bahasa harus berlandaskan pada perubahan yang lebih
mendasar dan lebih umum di dalam kognisi. Jadi, urutan-urutan perkembangan
kognitif menentukan urutan perkembangan bahasa (Chaer 2015). Hal ini tentu saja
berbeda dengan pendapat Chomsky yang menyatakan bahwa mekanisme umum dari
perkembangan kognitif tidak dapat menjelaskan struktur bahasa yang kompleks,
abstrak, dan khas. Begitu juga dengan lingkungan berbahasa. Bahasa harus diperoleh
secara alamiah.
Menurut teori kognitivisme, yang paling utama harus dicapai adalah
perkembangan kognitif, barulah pengetahuan dapat keluar dalam bentuk keterampilan
berbahasa. Dari lahir sampai 18 bulan, bahasa dianggap belum ada. Anak hanya
memahami dunia melalui indranya.
Anak hanya mengenal benda yang dilihat secara langsung. Pada akhir usia satu
tahun, anak sudah dapat mengerti bahwa benda memiliki sifat permanen sehingga
anak mulai menggunakan simbol untuk mempresentasikan benda yang tidak hadir di
hadapannya. Simbol ini kemudian berkembang menjadi kata-kata awal yang
diucapkan anak.
Menurut pandangan kognitif, penguasaan dan perkembangan bahasa anak
ditentukan oleh daya kognitifnya. Lingkungan tdak serta merta memberikan

5
pengaruhnya terhadap perkembangan intelektual dan bahasa anak, kalau si anak
sendiri tidak melibatkan secara aktif dengan lingkungannya. Dengan kata lain, anaklah
yang berperan aktif untuk terlibat dengan lingkungannya agar penguasaan bahasanya
dapat berkembang secara optimal (W. et al. 2017).
Menurut teori ini perkembangan bahasa harus berlandaskan pada atau
diturunkan dari perkembangan dan perubahan yang lebih mendasar dan lebih umum di
dalam kognisi manusia. Dengan demikian urutan-urutan perkembangan kognisi
seorang anak akan menentukan urutan-urutan perkembangan bahasa dirinya. 6 3
Menurut aliran ini kita belajar disebabkan oleh kemampuan kita menafsirkan peristiwa
atau kejadian yang terjadi di dalam lingkungan. Titik awal teori kognitif adalah
anggapan terhadap kapasitas kognitif anak dalam menemukan struktur dalam bahasa
yang didengar di sekelilingnya. Pemahaman, produksi, komprehensi bahasa pada anak
dipandang sebagai hasil dari proses kognitif anak yang secara terus menerus berubah
dan berkembang. Jadi stimulus merupakan masukan bagi anak yang berproses dalam
otak. Pada otak terjadi mekanisme mental internal yang diatur oleh pengatur kognitif,
kemudian keluar sebagai hasil pengolahan kognitif tadi. Dapat dikemukakan bahwa
pendekatan kognitif menjelaskan bahwa: a. Dalam belajar bahasa, bagaimana kita
berpikir. b. Belajar terjadi dan kegiatan mental internal dalam diri kita c. Belajar
bahasa merupakan proses berpikir yang kompleks. Laughlin dalam Elizabeth (1993:
54) berpendapat bahwa dalam belajar bahasa seorang anak perlu proses pengendalian
dalam berinteraksi dengan lingkungan. Pendekatan kognitif dalam belajar bahasa lebih
menekankan pemahaman, proses mental atau pengaturan dalam pemerolehan, dan
memandang anak sebagai seseorang yang berperan aktif dalam proses belajar bahasa

B. Pemerolehan Bahasa Pada Anak Menurut Teori Kognitivisme


Pemerolehan bahasa pada anak terjadi apabila ada kerja sama dari berbagai
komponen yang ada didalam otak. Pada masa pemerolehan bahasa ini, anak akan lebih
mengarah pada fungsi komunikasi nya. Pada dasarnya semua anak dapat memperoleh
suatu bahasa alamiah atau biasa dikenal sebagai bahasa ibu. Menurut Chomsky (dalam
Chaer, 2003:167) menjelaskan bahwa ada dua proses yang terjadi ketika seorang anak
memperoleh bahasa pertamanya. Proses tersebut adalah proses kompetensi dan proses
performansi. Kompetensi merupakan kemampuan seorang anak dalam tata bahasa
yang dilakukan secara tidak sadar. Karena kompentensi ini sudah dibawa sejak lahir.
Walaupun demikian, kompetensi itu harus perlu adanya bimbingan agar anak dapat

6
memiliki performansi yang baik dalam berbahasa. Performansi sendiri diartikan
sebagai kemampuan anak dalam berbahasa didalam performansi terdiri atas dua proses
yaitu, proses pemahaman dan proses penerbitan kalimat-kalimat. Pada proses
pemahaman ini anak akan mengamati dan memahami apa yang dia dengar, setelah itu
masuk kepada proses penerbitan dimana pada tahap ini anak akan menghasilkan
kalimat-kalimanya sendiri.
Menurut S Burner perkembangan kognitif manusia sebagai berikut:
1. Tahap Enaktif, seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upayanya untuk
memahami lingkungan sekitar, artinya dalam memahami dunia sekitarnya anak
menggunakan pengetahuan motorik. Misalnya, melalui gigitan, sentuhan,
pegangan, dan sebagainya.
2. Tahap Ikonik, seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui
gambar-gambar atau visualisasi verbal. Maksudnya dalam memhami dunia
sekitarnya anak belajar melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan
perbandingan (komparasi).
3. Tahap Simbolik, seseorang telah mampu memilki ide-ide atau gagasan-
gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuaannya dalam
berbahasa dan logika. Dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui
simbol bahasa, logika, matematika dan sebagainya.

7
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Teori kognitivisme menjelaskan bahwa bahasa bukanlah suatu ciri alamiah yang
terpisah, melainkan salah satu di antara beberapa kemampuan yang berasal dari kematangan
kognitif. Bahasa distrukturi oleh nalar.

Perkembangan bahasa harus berlandaskan pada perubahan yang lebih mendasar dan
lebih umum di dalam kognisi. Jadi, urutan-urutan perkembangan kognitif menentukan urutan
perkembangan bahasa (Chaer 2015). Hal ini tentu saja berbeda dengan pendapat Chomsky
yang menyatakan bahwa mekanisme umum dari perkembangan kognitif tidak dapat
menjelaskan struktur bahasa yang kompleks, abstrak, dan khas. Begitu juga dengan
lingkungan berbahasa. Bahasa harus diperoleh secara alamiah.

Menurut teori kognitivisme, yang paling utama harus dicapai adalah perkembangan
kognitif, barulah pengetahuan dapat keluar dalam bentuk keterampilan berbahasa. Dari lahir
sampai 18 bulan, bahasa dianggap belum ada. Anak hanya memahami dunia melalui
indranya.

Anak hanya mengenal benda yang dilihat secara langsung. Pada akhir usia satu tahun,
anak sudah dapat mengerti bahwa benda memiliki sifat permanen sehingga anak mulai
menggunakan simbol untuk mempresentasikan benda yang tidak hadir di hadapannya. Simbol
ini kemudian berkembang menjadi kata-kata awal yang diucapkan anak.

Pemerolehan bahasa pada anak terjadi apabila ada kerja sama dari berbagai komponen
yang ada didalam otak. Pada masa pemerolehan bahasa ini, anak akan lebih mengarah pada
fungsi komunikasi nya. Pada dasarnya semua anak dapat memperoleh suatu bahasa alamiah
atau biasa dikenal sebagai bahasa ibu. Menurut Chomsky (dalam Chaer, 2003:167)
menjelaskan bahwa ada dua proses yang terjadi ketika seorang anak memperoleh bahasa
pertamanya. Proses tersebut adalah proses kompetensi dan proses performansi. Kompetensi
merupakan kemampuan seorang anak dalam tata bahasa yang dilakukan secara tidak sadar.

8
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik : Kajian Teoritik. Jakarta : Rineka Cipta.

W Solchan T. et al. 2017. Pendidikan Bahasa Indonesia di SD. 1 ed. Tanggerang Selatan:

Universitas Terbuka.

https://www.rijalakbar.id/2019/06/teori-pemerolehan-bahasa
anak.html?m=1#:~:text=Teori%20kognitivisme%20menjelaskan%20bahwa%20bahasa,lebih
%20umum%20di%20dalam%20kognisi di akses 15 oktober 2022, jam 11.20.

Mudini, Muhammad Nasir, Mulyadi Mulyadi, dan Anggraini Anggraini. 2016. Mata

Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Menengah Pertama (SMP). Jakarta: Direktorat

Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

https://www.scribd.com/document/457330741/ARTIKEL-PENERAPAN-TEORI-
KOGNITIVISME-DALAM-PEMEROLEHAN-BAHASA di akses 15 oktober 2022, jam
11.30.

Anda mungkin juga menyukai