OLEH :
IKSAN FEBRIAWAN
FIELGA PERMATA
LAILA FITRI
SRI WAHYUNI
DOSEN PENGAMPU :
1443 H/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur marilah penulis panjatkan kepada Allah Swt karena atas izin dan kehendak
nya makalah ini dapat penulis selesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan juga kritik yang bersifat membangun agar lebih maju di masa yang
akan datang.
Penulis berharap, makalah ini dapat menjadi track record dan menjadi referensi bagi
para pembaca, serta menambah wawasan dan bermamfaat bagi para pembaca.
Penulis
2
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk sosial sekaligus makhluk ciptaan tuhan yang
maha esa yang paling sempurnah diantara makhluk hidup lainnya. Manusia dibekali
dengan akal sehat dan juga otak, sehingga manusia dapat menggunakan akal tersebut
untukberfikir sebelum melakukan sesuatu, sekaligus mengembangkan ilmu
pengetahuan yang dia miliki.
Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu
untuk suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap
menjadibersikap benar, dari tidak terampil menjadi terampil melakukan sesuatu.
Belajar tidak hanya sekedar memetakan pengetahuan atau informasi yang
disampaikan. Namun bagaimana melibatkan individu secara aktif membuat ataupun
merevisi hasilbelajar yang diterimanya menjadi suatu pengalamaan yang bermanfaat
bagi pribadinya. Pembelajaran merupakan suatu sistem yang membantu individu
belajardan berinteraksi dengan sumber belajar dan lingkungan.
Teori adalah seperangkat asas yang tersusun tentang kejadian-kejadian tertentu
dalam dunia nyata. Teori merupakan seperangkat preposisi yang didalamnya
memuattentang ide, konsep, prosedur dan prinsip yang terdiri dari satu atau lebih
variable yang saling berhubungan satu sama lainnya dan dapat dipelajari, dianalisis
dan diujiserta dibuktikan kebenarannya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Teori Belajar Kognitivisme?
2. Apa Tujuan Teori Kognitivisme Dalam Pembelajaran?
3. Bagaimana Penerapan Teori Kognitivisme Dalam Proses Pembelajaran?
4. Bagaimana Penerapan Teori Kognitivisme Dalam Kurikulum?
5. Bagaimana System Assesmen?
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
pengaruhnya terhadap perkembangan intelektual dan bahasa anak, kalau si anak
sendiri tidak melibatkan secara aktif dengan lingkungannya. Dengan kata lain, anaklah
yang berperan aktif untuk terlibat dengan lingkungannya agar penguasaan bahasanya
dapat berkembang secara optimal (W. et al. 2017).
Menurut teori ini perkembangan bahasa harus berlandaskan pada atau
diturunkan dari perkembangan dan perubahan yang lebih mendasar dan lebih umum di
dalam kognisi manusia. Dengan demikian urutan-urutan perkembangan kognisi
seorang anak akan menentukan urutan-urutan perkembangan bahasa dirinya. 6 3
Menurut aliran ini kita belajar disebabkan oleh kemampuan kita menafsirkan peristiwa
atau kejadian yang terjadi di dalam lingkungan. Titik awal teori kognitif adalah
anggapan terhadap kapasitas kognitif anak dalam menemukan struktur dalam bahasa
yang didengar di sekelilingnya. Pemahaman, produksi, komprehensi bahasa pada anak
dipandang sebagai hasil dari proses kognitif anak yang secara terus menerus berubah
dan berkembang. Jadi stimulus merupakan masukan bagi anak yang berproses dalam
otak. Pada otak terjadi mekanisme mental internal yang diatur oleh pengatur kognitif,
kemudian keluar sebagai hasil pengolahan kognitif tadi. Dapat dikemukakan bahwa
pendekatan kognitif menjelaskan bahwa: a. Dalam belajar bahasa, bagaimana kita
berpikir. b. Belajar terjadi dan kegiatan mental internal dalam diri kita c. Belajar
bahasa merupakan proses berpikir yang kompleks. Laughlin dalam Elizabeth (1993:
54) berpendapat bahwa dalam belajar bahasa seorang anak perlu proses pengendalian
dalam berinteraksi dengan lingkungan. Pendekatan kognitif dalam belajar bahasa lebih
menekankan pemahaman, proses mental atau pengaturan dalam pemerolehan, dan
memandang anak sebagai seseorang yang berperan aktif dalam proses belajar bahasa
6
memiliki performansi yang baik dalam berbahasa. Performansi sendiri diartikan
sebagai kemampuan anak dalam berbahasa didalam performansi terdiri atas dua proses
yaitu, proses pemahaman dan proses penerbitan kalimat-kalimat. Pada proses
pemahaman ini anak akan mengamati dan memahami apa yang dia dengar, setelah itu
masuk kepada proses penerbitan dimana pada tahap ini anak akan menghasilkan
kalimat-kalimanya sendiri.
Menurut S Burner perkembangan kognitif manusia sebagai berikut:
1. Tahap Enaktif, seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upayanya untuk
memahami lingkungan sekitar, artinya dalam memahami dunia sekitarnya anak
menggunakan pengetahuan motorik. Misalnya, melalui gigitan, sentuhan,
pegangan, dan sebagainya.
2. Tahap Ikonik, seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui
gambar-gambar atau visualisasi verbal. Maksudnya dalam memhami dunia
sekitarnya anak belajar melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan
perbandingan (komparasi).
3. Tahap Simbolik, seseorang telah mampu memilki ide-ide atau gagasan-
gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuaannya dalam
berbahasa dan logika. Dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui
simbol bahasa, logika, matematika dan sebagainya.
7
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Teori kognitivisme menjelaskan bahwa bahasa bukanlah suatu ciri alamiah yang
terpisah, melainkan salah satu di antara beberapa kemampuan yang berasal dari kematangan
kognitif. Bahasa distrukturi oleh nalar.
Perkembangan bahasa harus berlandaskan pada perubahan yang lebih mendasar dan
lebih umum di dalam kognisi. Jadi, urutan-urutan perkembangan kognitif menentukan urutan
perkembangan bahasa (Chaer 2015). Hal ini tentu saja berbeda dengan pendapat Chomsky
yang menyatakan bahwa mekanisme umum dari perkembangan kognitif tidak dapat
menjelaskan struktur bahasa yang kompleks, abstrak, dan khas. Begitu juga dengan
lingkungan berbahasa. Bahasa harus diperoleh secara alamiah.
Menurut teori kognitivisme, yang paling utama harus dicapai adalah perkembangan
kognitif, barulah pengetahuan dapat keluar dalam bentuk keterampilan berbahasa. Dari lahir
sampai 18 bulan, bahasa dianggap belum ada. Anak hanya memahami dunia melalui
indranya.
Anak hanya mengenal benda yang dilihat secara langsung. Pada akhir usia satu tahun,
anak sudah dapat mengerti bahwa benda memiliki sifat permanen sehingga anak mulai
menggunakan simbol untuk mempresentasikan benda yang tidak hadir di hadapannya. Simbol
ini kemudian berkembang menjadi kata-kata awal yang diucapkan anak.
Pemerolehan bahasa pada anak terjadi apabila ada kerja sama dari berbagai komponen
yang ada didalam otak. Pada masa pemerolehan bahasa ini, anak akan lebih mengarah pada
fungsi komunikasi nya. Pada dasarnya semua anak dapat memperoleh suatu bahasa alamiah
atau biasa dikenal sebagai bahasa ibu. Menurut Chomsky (dalam Chaer, 2003:167)
menjelaskan bahwa ada dua proses yang terjadi ketika seorang anak memperoleh bahasa
pertamanya. Proses tersebut adalah proses kompetensi dan proses performansi. Kompetensi
merupakan kemampuan seorang anak dalam tata bahasa yang dilakukan secara tidak sadar.
8
DAFTAR PUSTAKA
W Solchan T. et al. 2017. Pendidikan Bahasa Indonesia di SD. 1 ed. Tanggerang Selatan:
Universitas Terbuka.
https://www.rijalakbar.id/2019/06/teori-pemerolehan-bahasa
anak.html?m=1#:~:text=Teori%20kognitivisme%20menjelaskan%20bahwa%20bahasa,lebih
%20umum%20di%20dalam%20kognisi di akses 15 oktober 2022, jam 11.20.
Mudini, Muhammad Nasir, Mulyadi Mulyadi, dan Anggraini Anggraini. 2016. Mata
https://www.scribd.com/document/457330741/ARTIKEL-PENERAPAN-TEORI-
KOGNITIVISME-DALAM-PEMEROLEHAN-BAHASA di akses 15 oktober 2022, jam
11.30.