Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

TEORI KOGNITIF DAN BAHASA

Ditulis sebagai salah satu syarat perkuliahan


Mata kuliah : Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu : Pasiska, M.A

Oleh:
DEKA SUCIA SARI
1825.0013/0705.1801.035

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM BUMI SILAMPARI
LUBUKLINGGAU
2019
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan hidayah-Nya dan memberi kami kesempatan sehingga penulis dapat
meyelesaikan Makalah Tori Kognitif dan Bahasa. Guna memenuhi salah satu
syarat mata kuliah Psikologi Pendidikan pada Sekolah Tinggi Agama Islam
(STAI) Bumi Silamapari Lubuklinggau. Shalawat beserta salam semoga tetap
terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan petunjuk
jalan untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Dalam penyusunan makalah ini adanya kerja sama yang baik, tentu tak
lepas dari pengarahan dan bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak. Maka
penulis ucapkan rasa hormat dan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu, yaitu:
1. Bapak Pasiska, MA. yang telah membimbing penulis, sehingga banyak sekali
pengetahuan dan pengalaman yang penulis peroleh.
2. Sahabat-sahabat semester III yang telah ikut memberikan konstribusi
pemikiran dalam penulisan makalah ini.
3. Para penulis mengenai Teori Kognitif dan Bahasa yang karyanya penulis
kutip sebagai bahan rujukan dalam penulisan makalah ini.
Semoga segala amal baik yang telah di perbuat di terima oleh Allah
SWT dan mendapatkan limpahan rahmat dari-Nya. Aamiin.
Dalam penulisan makalaah ini, penulis merasa masih banyak
kekurangan dan kelemahan, untuk itu penulis membutuhkan saran dan kritik yang
sifatnya membangun dari semua pihak yang membaca, demi kesempurnaan tugas
makalah ini dan jika ada kekeliruan penulis mohon maaf. Akhir kata kami
ucapkan terima kasih.
Lubuklinggau, Oktober 2019

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1


A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 1
C. Tujuan ....................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 3


A. Teori Kognitif dan Bahasa........................................................ 3
B. Perkembangan Bahasa dan Kognitif ........................................ 14
C. Relevan Dalam Al-Qur’an Dan Hadits..................................... 17

BAB III PENUTUP ...................................................................................... 26


A. Kesimpulan ............................................................................... 26
B. Saran ......................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kognitif ialah mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi
setiap prilaku mental manusia yang berhubungan dengan masalah pengertian,
pemahaman, perhatian, menyangka, mempertimbangkan, pengelolaan
informasi, berfikir dan sebagainnya.1
Bahasa adalah salah satu faktor mendasar yang membedakan manusia
dengan hewan. Bahasa sebagai anugrah dari Sang Pencipta memungkinkan
individu dapat hidup bersama dengan orang lain, membantu memecahkan
masalah, dan memposisikan diri sebagai makhluk yang berbudaya.2
Terdapat hubungan yang sangat erat antara perkembangan bahasa dan
prilaku kognitif. Taraf-taraf penguasaaan keterampilan berbahasa
dipengaruhi, bahkan bergantung pada tingkat kematangan dalam kemampuan
intelektual. Sebaliknya, bahasa merupakan sarana dan alat yang strategis bagi
lajunya perkembangan prilaku kognitif.3
Membahas tentang perkembangan kognitif berarti membahas tentang
perkembangan individu dalam berfikir atau proses kognisi atau proses
mengetahui. Namun disamping itu, sebagai seorang muslim kita juga tidak
lupa bahwa agama Islam juga memberikan ppemaknaan tentang konsep
perkembangan kognitif manusia. Keterangan dari nash Qur’an dan hadits
serta pendapat para ulama tentang perkembangan kognitif manusia patut
untuk kita perhatikan.
Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang teori kognitif dan
bahasa, perkembangan bahasa dan teori kognitif, dan relevan dalam Al-
Qur’an dan Hadits.

1
Mimi Suharti, Perkembangan Peserta Didik, (Padang: IAIN IB Pess, 2011), hlm.
28
2
Nurbaina Dhieni, dkk., Hakikat Perkembangan Bahasa Anak, PAUD4106,
Modul 1, hlm. 3
3
H. Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Kependidikan: Perangkat Sistem
Pengajaran Modul, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 100

1
2

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian teori kognitif?
2. Apa pengertian bahasa?
3. Bagaimana perkembangan kognitif dan bahasa?
4. Bagaimana relevan dalam Al-Qur’an dan Hadits?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang teori kognitif.
2. Untuk mngetahui tentang bahasa.
3. Untuk mengetahui perkembangan kognitif dan bahasa.
4. Untuk mengetahui relevan dalam Al-Qur’an dan Hadits.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Kognitif dan Bahasa


1. Teori Kognitif
Secara bahasa kognitif berasal dari bahasa latin Cogitare artinya
berfikir.4 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kognitif berarti segala
sesuatu yang berhubungan atau melibatkan kognisi, atau berdasarkan
pengetahuan faktual yang emperis.5 Dalam perkembangan selanjutnya,
istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah psikologi,
baik psikologi perkembangan maupun psikologi pendidikan. Dalam
psikologi, kognitif mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi
setiap prilaku mental manusia yang berhubungan dengan masalah
pengertian, pemahaman, perhatian, menyangka, mempertimbangkan,
pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan,
membayangkan, memperkirakan, berfikir, keyakinan dan sebagainya.6
Dalam istilah pendidikan, kognitif merupakan suatu teori belajar
yang lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar. Teori
kognitif pada awalnya dikemukakan oleh Dewwy, dilanjutkan oleh Jean
Piaget, Kohlberg, Damon, Mosher, Perry dan lain-lain,7 yang
membicarakan tentang perkembangan kognitif dalam kaitannya dengan
belajar. Kemudian dilanjutkan dengan Jerome Bruner, David Asubel,
Chr. Von Ehrenfles Koffka, Kholer, Wertheimer dan sebagainya. 8 Bagi
penganut aliran ini, belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara
stimulus dan respon. Namun, lebih dari itu, belajar melibatkan proses
berpikir yang sangat kompleks. Belajar melibatkan prinsip-prinsip dasar

4
Fauziah Nasurion, Psikkologi Umum: Buku Panduan untuk Fakultas
Tarbiyah, (Medan: IAIN SU Press, 2011), hlm. 17
5
Depatermen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hlm. 579
6
Mimi Suharti, Perkembangan Peserta Didik, (Padang: IAIN IB Pess, 2011),
hlm. 28
7
Hendra Harmi, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Curup: LP2 STAIN, 2010),
hlm. 70
8
Haryanto Suyono, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2011), hlm. 77

3
4

psikologi, yaitu belajar aktif, belajar lewat interaksi sosial dan lewat
pengalaman sendiri.9
Adapun tokoh-tokoh dalam teori kognitif yaitu :
a. Jean Piaget Teori Kognitif
Jean Piaget lahir pada tahum 1989 di Neuhatel, Swiss. Pada
tahun 1916 piaget menyelesaikan pendidikan sarjana dalam bidang
biologi di universitas Neuchatel, dua tahun kemudia ia
menyelesaikan disertai tentang molukosa dan memperoleh doktor
filsafat. Piaget ahli biologi yang memperoleh nama sebagai psikologi
anak karena mempelajari perkembangan intelengensi, menghabiskan
ribuan jam mengamati anak yang sedang bermain dan menanyakan
mereka tentang prilaku dan perasaannya. Ia tidak mengembangkan
teori sosialisasi yang komprehensif, tetapi memusatkan perhatian
pada bagaimana anak belajar, berbicara, berfikir, bernalar, dan
akhirya membentuk pertimbangan moral. Awal mulanya ia meneliti
anaknya sendiri dan hasil pengamatan tersebut di publikasikan dalam
the origins of inteligence in children dan the construction of the child
pada bab yang membahas tahap sesnsorimotor. Ia telah menulisa
lebih dari 60 buku dan ratusan artikel, dan ia adalah salah satu tokoh
psikologi penting di abad ke-20.10
Piaget mengemukakan bahwa, perkembangan kognitif
memiliki peran yang sangat penting dalam proses belajar.
Perkembangan kognitif pada dasarnya merupakan proses mental,
kemampuan penalaran logis (development of ability to
responlogically).11 Bagi Piaget, berfikir dalam proses mental tersebut

9
Sutarto, Teori Kognitif dan Impilkasinya dalam Pembelajaran, jurnal Islamic
Counseling, Vol. 1, No. 02, Tahun 2017, (Curup: STAIN Curup), hlm. 1-2
10
Fatimah Ibda, Perkembangan Kognitif: Teori Jean Piaget, jurnal
Intelektualita, Volume. 3, Nomor. 1, Januari-Juni 2015, hlm. 28
11
Endang Purwanti Nur Widodo, Perkembangan Peserta Didik, (Malang:
UMM Press, 2005), hlm. 40
5

jauh lebih penting dari sekedar mengerti.12 Semakin bertambah umur


semakin meningkat pula kemampuan kognitifnya.13
Perkembangan kognitif merupakan pertumbuhan berfikir
logis dari masa bayi hingga dewasa, menurut Piaget perkembangan
yang berlangsung melalui empat tahap yaitu:
1) Tahap sensorimotor, yaitu terjadi pada waktu bayi lahir
sampai sekitar umur 2 tahun. Anak mulai memahami
sesuatu atau tentang dunia dengan mgkoordinasikan
pengalaman-pengalaman sensior, (seperti melihat dan
mendengar) dan dengan tindakan-tindakan motorik fisik.
Dengan kata lain, pada usia ini anak dalam memahami
sesuatu yang berada di luar dirinya melalui gerakan,
suara atau tindakan yang dapat diamati atau dirasakan
oleh alat inderanya. Selanjutnya sedikit demi sedikit
anak mengembangkan kemampuannya untuk
membedakan dirinya dengan benda-benda lain.
2) Tahap pra-operasional, yaitu terjadi pada umur 2-7
tahun. Anak mulai melukiskan dunia melalui tingkah
laku dan kata-kata, tetapi belum mampu untuk
melakukan operasi, yaitu melakukan tindakan mental
yang diinternalisasikan atau melakukan tindakan metal
terhadap apa yang dilakukan sebelumnya secara fisik.14
Pada usia ini anak mulai memiliki kecakapan motorik
untuk melakukann sesuatu dari apa yang dilihat dan
ddengar, tetapi belum mempu memahami secara mental

12
Agus Suyanto, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: PT. Aksara Baru,
1990), hlm. 49
13
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan
Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012),
hlm 199
14
Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja,(Jakarta:
Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 36
6

(makna atau hakekat) terhadap apa yang dilakukannya


tersebut.15
3) Tahap operasional konkrit, yaitu terjadi pada umur 7-11
tahun. Anak sudah cukup matang untuk menggunakan
pemikiran logika atau operasi, tetapi hanya intuk objek
fisik yang ada saat ini. Dalam tahap ini anak telah hilang
kecenderungannya terhadap animisme dan articialisma.
4) Tahap operasional formal, yaitu terjadi pada umur 11
sampai dewasa. Sementara Salvin sampai dewasa awal.
Pada masa ini anak memasuki dunia kemungkinan dari
dunia yang sebenarnya atau anak mengalami
perkembangan penalaran abstrak. Individu dapat berfikir
secara abstrak, lebih logis dan idealis.16
Kecepatan perkembangan setiap individu melalui urutan, dan
setiap tahap tersebut berbeda dan tidak ada individu yang
melompati salah satu dari tahap tersebut. Setiap tahap
ditandaidengan munculnya kemampuan-kemampuan intelektual baru
yang memungkinkan orang memahami dunia dengan vara yang
semakin kompleks. Hal ini berarti bahwa semakin bertambah umur
seorang, maka semakin kompleks susunan sel syarafnya dan semakin
meningkat pula kemampuan kognitifnya.

b. J. S Bruner Teori Belajar (belajar penamuan)


Jerome S. Bruner seorang ahli psikologi perkembangan dan
psikologi belajar kognitif, lahir tahun 1915 di New York City.
Bruner telah mempelopori aliran psikologi kognitif yang memberi
dorongan agar pendidikan memberikan perhatian pada pentingnya
pengembangan berfikir, dengan cara mementingkan partisipasi aktif

15
Kartini Kartono, Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan), (Bandung:
Mondar Maju, 1995), hlm 52
16
Dewi Purnama Sari, Psikologi Perkembangan Anak, (Curup: LP2
STAIN Curup, 2010), hlm. 31
7

individu dan mengenal adanya perbedaan kemampuan untuk


melakukan eksplorasi dan penemuan-penemuan baru.
Teori kognisi J. S Bruner menekankan pada sara individu
mengorganisasikan apa yang telah dialami dan dipelajari, sehingga
individu mampu menemukan dan mengembangkan sendiri konsep,
teori-teori, dan prinsip-prinsip memalui contoh-contoh yang
dijumpai dalam kehidupannya. Untuk meningkatkan proses belajar
menurut Bruner diperlukan lingkungan yang dinamakan discovery
learnig envoirment atau lingkungan yang mendukung idividu
melakukan eksplorasi dan penemuan-penemuan baru.17
J. S Bruner adalah seorang ahli psikologi kognitif yang
memberi dorongan agar pendidikan memberi perhatian pada
pentingnya pengembangan kognitif. Bruner menjelaskan bahwa,
belajar harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan individu.
Tingkat perkembangan individu menurut Bruner hampir sama
dengan pendapat Piaget. Menurut perkemabangan intelektuan anak
dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
1) Fase pra-operasional, yaitu usia 5-6 tahun disebut masa pra
sekolah. Pada taraf ini individu belum dapat mengadakan
perbedaan yang tegas antara perasaan dan motif pribadinya
dengan ralitas dunia luar. Pada taraf ini kemungkinan untuk
menyampaikan konsep-konsep tertentu kepada anak sangat
terbatas. Tahap ini disebut juga dengan tahap enaktif, seseorang
melakukan aktivitas-aktivitas dalam upayanya untuk memahami
lingkungan sekitar atau dinia sekitarnya dengan menggunakan
pengetahuan motorik, seperti melalui sentuhan, gigitan, dan
sebagainya.
2) Fase operasi kogkrit, yaitu pada ke-2 ini operasi itu internalized,
artinya dalam meghadapi suatu masalah individu hanya dapat
memecahkan masalah yang langsung dihadapinya secara nyata.
Individu belum mampu memesahkan masalah yang tidak
17
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2005), Cet. 1, hlm. 41
8

dihadapinya secara nyata atau kongkrit atau yang belum pernah


dialami sebelumnya. Tahap ini disebut juga dengan tahap
ikonik, seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui
gambar-gambar atau visualisasi verbal. Maksudnya adalah
dalam memahami dubia sekitarnya anak belajar melalui
perumpamaan atau tampil, gambar, visualisasi dan perbandingan
atau komparasi secara sederhana dan sebgainya.
3) Fase operasi formal, yaitu pada tarif anak itu telah sanggup
beroperasi berdasarkan kemungkinan hipotesis dan tidak lagi
dibatasi oleh apa yang berlangsung dihadapinya sebelumnya.
Tahap ini juga disebut dengan tahap simbolik, sesseorang telah
mampu memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak yang
sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan
logika. Dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui
simbol bahasa, logika, matematika, dan sebagainya.
Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan banyak sistem
simbol. Semakin matang seseorang dalam proses berfikirnya,
semakin dominan sistem simbolnya. Meskipun begitu tidak
berarti ia tidak lagi menggunakan sistem enaktif dan ikonik.
Penggunaan media delam kegiatan pembelajaran merupakan
salah satu bukti masih diperlukannya sistem enaktif dan ikonik
dalam proses belajar.18

Menurut Bruner ada 3 proses kognitif dalam belajar


yaitu:
a) Proses pemerolehan informasi baru, dapat terjadi
melalui kegiatan membaca, mendenger
penjelasan guru mengenai materi yang diajarkan
atau mendengarkan/melihat audiovisual dan lain-
lain.
b) Proses mentransformasikan informasi yang
diterima, yaitu tahap memahami, mencerna dan
menganalisis oengetahuan beru serta

18
Sutarto, Teori Kognitif dan Impilkasinya dalam Pembelajaran, hlm. 9-10
9

mentransformasikan dalam bentuk baru yang


mungkin bermanfaat untuk hal-hal yang lain.
c) Menguji atau mengevaluasi relevansi dan
ketepatan pengetahuan, yaitu untuk menguji
relevansi dan ketepatan pengetahuan atau
informasi tyang telah diterima tersebut atau
mengetahui apakah hasil tranformasi pada tahap
kedua benar atau tidak.19

c. Asubel Teori belajar (belajar bermakna)


Asubel seorang psikologits kognitif, ia mengemukakan
bahwa yang perlu diperhatikan seorang guru ialah strategi
mengajarnya. Menurut Asubel dalam jurnal Teori Kognitif dan
Ilmpikasinya dalam Pembelajaran, belajar haruslah bermakna, materi
yang dipelajari diasimilasikan secara non arbitrer dan berhubungan
dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.20
Belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi yaitu:
Dimensi pertama, berhubungan dengan cara informasi atau materi
pelajaran disajikan pada siswa, melalui penerimaan atau penemuan.
Dimensi kedua, menyangkut cara bagaimana siswa dapat
mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang ada. Struktur
kognitif tersebut mencakup fakta-fakta, konsep-konsep dan
generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diinginkan oleh
siswa.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi belajar
bermakna, yaitu struktur kognitif yang ada, stabilitas dan kejelasan
pengetahuan. Semakin bagus dan stabil struktur kognitif serta
semakin jelas pengetahuan atau informasi baru masuk ke dalam
struktur kognitif, maka akan semakin mudah terjadinya proses
persyaratan yang harus dipenuhi dalam belajar bermakna, begitu
juga sebaliknya. Di samping itu, ada persyaratan yang haus dipenuhi
dalam belajar bermakna yaitu: Pertama, materi yang akan dipelajari

19
Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar, (Jakarta: Direktorat P dan K,
1988), hlm. 119
20
Al Rasyidin dan Wahyudin Nur Nasution, Teori Belajar dan
Pembelajaran, (Medan; Perdama Publishing, 2011), hlm. 35
10

harus bermakna secara potensial. Meskipun pelajaran dikatakan


bermakna secara potensial apabila materi tersebut logis dan relevan
dengan struktur kognitif siswa. Materi dikatakan logis apabila materi
tersebut konsisten dengan apa yang telah diketahui oleh siswa, dan
dapat dinyatakan dengan berbagai cara tanpa mengubah makna.
Kedua, siswa yang akan belajar harus bertujuan untuk melaksanakan
belajar bermakna (memiliki kesiapan dan minat untuk belajar
bermakna). Dari kedua syarat ini, tujuan siswa merupakan hal yang
sangat penting dalam belajar bermakna. Apabila siswa memiliki
tujuan, dalam arti memiliki kesiapan dan minat untuk belajar
memakna, maka akan dengan mudah proses belajar bermakna
dilaksanakan.21

d. Lev Vigotsky Teori Perkembangan Kognitif


Lev Vigotsky (1886-1934) adalah tokoh psikologi asal Rusia.
Vigotsky mengemukakan pendapat tentang kognisi sosial. Kognisi
sosial dapat diartikan sebagai pengetahuan tentang lingkungan sosial
dan hubungan interpersonal. Model ini menyatakan tentang dampak
atau pengaruh pengalaman sosial terhadap perkembangan kognitif.
Teori ini menekankan tentang kebudayaan sebagai faktor
penentu bagi perkembangan individu. Diyakaini, bahwa hanya
manusia yang dapat menciptakan kebudayaan, dan setiap anak
manusia berkembang dalam konteks kebudayaannya. Kebudayaan
memberikan dua kontribusi terhadap perkembangan intelektual anak.
Pertama, anak memperoleh banyak sisi pemahamannya. Dan kedua,
anak memperoleh banyak cara berpikir, atau alat-alat adaptasi
intelektual.22
Singkatnya, kebudayaan telah mengajari anak tentang apa
yang dipikir dan bagaimana cara berpikir. Lev Vygotsky meyakini
bahwa perkembagan kognitif menghasilkan proses sosial
intruksional, yang karenanya anak belajar saling tukar pengalaman
21
Sutarto, Teori Kognitif dan Impilkasinya dalam Pembelajaran, hlm. 17
22
Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, hlm. 7
11

dalam memecahkan masalah dengan orang lain, seperti orang tua,


guru saudara, dan teman sebaya. Perkebangan merupakan proses
internalisasi terhadap kebudayaan yang membentuk pengetahuannya
dan alart adaptasi yang wahana utamanya melalui bahasa dan
komunikasi verbal.

2. Bahasa
Beberapa ahli telah membahas bahasa dan struktur bahasa dalam
disiplin filsafat bahasa sekitar abad ke-18. Pada awalnya, ada beberapa
pendapat yang berbeda tentang arti bahasa. Aliran sofisme memandang
bahasa sebagai suatu perjanjian yang sifatnya disengaja antara
masyarakat, sedangkan aliran stoijin memandang bahasa sebagai suatu
kemampuan yang bersifat alamiah. Adapun para tokoh yang lain, seperti
Plato dan Aristoteles mengartikan bahasa sebagai interaksi antara kedua
pendapat tersebut. Sehingga beberapa ahli sepakat bahwa bahasa
mencakup cara untuk berkomunikasi, pikiran dan perasaan individu
dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol, seperti lisan, tulisan,
isyarat, bilangan, lukisan maupun mimik yang digunakan untuk
mengungkapkan sesuatu. Bahasa sebagai fungsi dari komunikasi
memungkinkan dua individu atau lebih mengekspresikan berbagai ide,
arti, perasaan, dan pengalaman.23
Badudu (1989) Menyatakan bahwa bahasa adalah alat
penghubung atau komunikasi antara anggota masyarakat yang terdiri atas
individu-individu yang menyatakan pikiran, perasaan, dan keinginannya.
Bahasa sebagai suatu sistem lambang bunyi yang bersifat arbitier
(manasuka) digunakan masyarakat dalam rangka untuk bekerja sama,
berinteraksi, dan mengindentifikasikan diri. Berbahasa berarti
menggunakan bahasa berdasarkan pengetahuan individu tentang adat dan
sopan santun. Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa bahasa
merupakan suatu sistem lambang yang digunakan sebagai alat

23
Nurbaina Dhieni, dkk., Hakikat Perkembangan Bahasa Anak, hlm. 3
12

komunikasi oleh anggota masyarakat yang bersifat arbitier dan


manusiawi.
Bromley (1992) Mendefinisikan bahasa sebagai sistem simbol
yang teratur untuk mentransfer berbagai ide maupun informasi yang
terdiri atas simbol-simbol visual maupun verbal. Simbol-simbol visual
tersebut dapat dilihat, ditulis, dan dibaca, sedangkan simbol-simbol
verbal dapat diucapkan dan didengar. Anak dapat memanipulasi simbol-
simbol tersebut dengan berbagai cara sesuai dengan kemampuan
berpikirnya.24
Kemampuan bahasa dipelajari dan diperoleh anak usia dini secara
alamiah untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Sebagai alat
sosialisasi, bahasa merupakan suatu cara merespons orang lain.
Bromley (1992) menyebutkan empat aspek bahasa, yaitu
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Kemampuan berbahasa
berbeda dengan kemampuan berbicara. Bahasa merupakan suatu sistem
tata bahasa yang relatif rumit dan bersifat semantik, sedangkan
kemampuan berbicara merupakan suatu ungkapan dalam bentuk kata-
kata. Bahasa ada yang bersifat reseptif (dimengerti, diterima) maupun
ekspresif (dinyatakan). Contoh bahasa reseptif adalah mendengarkan dan
membaca suatu informasi, sedangkan contoh bahasa ekspresif adalah
berbicara dan menuliskan informasi untuk dikomunikasikan kepada
orang lain.
Anak menerima dan mengekspresikan bahasa dengan berbagai
cara. Keterampilan menyimak dan membaca merupakan keterampilan
bahasa reseptif karena dalam keterampilan ini makna bahasa diperoleh
dan diproses melalui simbol visual dan verbal. Ketika anak menyimak
dan membaca, mereka memahami bahasa berdasarkan konsep
pengetahuan dan pengalaman mereka. Dengan demikian, menyimak dan
membaca juga merupakan proses pemahaman (comprehending process).
Berbicara dan menulis merupakan keterampilan bahasa ekspresif yang
melibatkan pemindahan arti melalui simbol visual dan verbal yang

24
Nurbaina Dhieni, dkk., Hakikat Perkembangan Bahasa Anak, hlm. 5
13

diproses dan diekspresikan anak. Ketika anak berbicara dan menulis,


mereka menyusun bahasa dan mengkonsep arti. Dengan demikian,
berbicara dan menulis adalah proses penyusunan (composing process).25
Mengembangkan keterampilan pemahaman dan penyusunan
merupakan dasar bagi kegiatan belajar anak secara umum. Cara anak
dalam menggunakan bahasa akan berpengaruh pada perkembangan
sosial, emosional, fisik, dan kognitif. Keberhasilan anak dalam berbagai
area, seperti ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, dan
matematika tergantung pada kemampuan anak untuk memahami dan
menyusun bahasa. Thaiss mengemukakan bahwa anak dapat memahami
dan mengingat suatu informasi jika mereka mendapat kesempatan untuk
membicarakannya, menuliskannya, menggambarkannya, dan
memanipulasi-nya. Anak belajar membaca dan menyimak jika mereka
mendapat kesempatan untuk mengekspresikan pemahaman mereka
dengan membicara-kannya maupun menuliskannya untuk diri mereka
sendiri maupun ditujukan pada orang lain. Belajar terjadi jika ada diskusi
antara guru dan anak, anak dan anak, anak dan buku, anak dan
lingkungannya. Bahasa dan belajar tidak dapat dipisahkan. Kemampuan
menggunakan bahasa secara efektif sangat berperan penting terhadap
kemampuan belajar anak.
Menyimak, berbicara, membaca, dan menulis melibatkan proses
kognitif (berpikir) dan kosa kata yang sama. Namun demikian, ada
beberapa perbedaan keempat aspek bahasa tersebut sebagai berikut.
1) Anak menerima dan mengekspresikan bahasa dengan cara
yang unik dan bersifat individual. Perbedaan tersebut
meliputi kosa kata dan intonasi suara yang digunakan anak.
2) Penerimaan dan pengekspresian bahasa terjadi dengan
kecepatan yang berbeda. Menulis memakan waktu relatif
lebih lama dibandingkan menyimak, berbicara, dan
membaca.
3) Aspek bahasa berbeda sesuai dengan daya tahan relatifnya.
Membaca dan menulis melibatkan tinta yang dapat dibaca
kembali, diperbaiki, dan direfleksikan dalam jangka waktu
yang lebih lama dibandingkan dengan berbicara. Menyimak
dan berbicara bersifat sementara, kecuali direkam atau

25
Nurbaina Dhieni, dkk., Hakikat Perkembangan Bahasa Anak, hlm. 14
14

difilmkan untuk dapat dipergunakan lagi. Dengan demikian,


pemahaman terhadap bahasa ekspresif melalui menyimak
berbeda dengan pemahaman bahasa tertulis melalui
membaca.
4) Aspek bahasa berbeda dalam kandungan dan fungsinya.
Bahasa yang digunakan dalam diskusi secara verbal sering
kali berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam tulisan.
Pilihan kata yang dipakai dalam berbicara akan berbeda
dengan yang dipakai dalam menulis. Ekspresi wajah, bahasa
tubuh, dan intonasi suara dalam berbicara dapat mengubah
arti bahasa yang akan disampaikan. Bahasa tertulis bersifat
lebih permanen dibandingkan bahasa lisan sehingga bersifat
lebih formal. Sintaks dalam tulisan juga dapat bersifat lebih
akurat daripada sintaks dalam bahasa lisan. Dalam berbicara
sering kali muncul gagasan baru di tengah kalimat yang
belum terselesaikan sehingga bahasa yang diucapkan
merupakan kalimat yang begitu panjang.26

B. Perkembangan Bahasa dan Kognitif


1. Perkembangan Bahasa
Bahasa dapat berbentuk lisan, atau tulisan dengan
mempergunakan tanda, huruf, bilangan, bunyi, sinar atau cahaya, yang
dapat merupakan kata-kata atau kalimat. Mungkin pula berbentuk
gambar atau lukisan, gerak-gerik dan mimik serta bentuk-bentuk simbol
lainnya. Maka kita dapat memahami perkembangan bahasa itu dengan
mengidentifikasikan beberapa indikatornya antara lain: jumlah
perbendaharaan kata, jenis, struktur dan bentuk kalimat, isi yang
dikandungnya; gambar atau lukisan, bentuk gerakan-gerakan tertentu
yeng bersifat ekspresi. Dengan menggunakan berbagai indikator tersebut
maka dapatlah dideskripsikan perkembangan bahasa pada manusia itu,
sebagai berikut:
a. Pada masa bulan pertama dari masa bayi, individu
berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungannya secara
spontan dan instinktif secara positif (menerima, meraih, atau
mendapat benda-benda atau suara yang menyenangkan,
misalnya botol susu hangat, belaian suara ibu, dan
sebagainnya) atau gerakan negatif (menolak benda yang
dingin, dan sebagainnya), bahasa mimik (senyuman dan

26
Nurbaina Dhieni, dkk., Hakikat Perkembangan Bahasa Anak, hlm. 16
15

tawa), bahasa ekspresi (menangis kalau lapar, kedinginan,


atau mendengar suara keras, meraba, dan sebagainya).
b. Pada masa enam bulan kedua dari masa bayi, bahasa
sensorimotorik tersebut dengan berangsur berkurang,
sedangkan bahasa merabanya semakin terarah dan berbentuk
dengan dapatnya meniru kata-kata tertentu yang diucapkan
orang di sekitarnya (meskipun mungkin ia sudah dapat
membuat satu kata, misalnya : mama, mamam dan
sebagainnya).
c. Pada masa kanak-kanak, individu sudah mengenal dan
menguasai sejumlah perbendaharaan kata-kata, usia sekitar 3-
4 tahun perbendaharaannya sekitar 300 dan pada usia sekitar
6-7 tahun mencapai 2.500 kata bahkan dapat di duga lebih
dari jumlah tersebut.
d. Pada masa anak sekolah, dengan dikuasainnya keterampilan
membaca dan berkomunikasi dengan orang lain, maka pada
periode 6-8 tahun ia dengan senang hati sekali membaca atau
mendengar dongeng fantasi, usia 10-12 gemar cerita yang
bersifat kritis (tentang perjalanan, riwayat para pahlawan, dan
sebagainnya).
e. Pada masa remaja awal, mereka senang menggunakan
bahasa sandi, atau bahasa rahasia yang berlaku pada gangnya
sehingga banyak menimbulkan kepenasaran pihak luar
mereka untuk berusaha memahaminya, dan peerhatiannya ke
arah mempelajari bahasa sasing mulai berkembang.27

Para ahli sependapat bahwa pembentukan bahasa pada anak-anak


sangat di perngaruhi oleh faktor-faktor latihan san motivasi (kemauan)
untuk belajar dengan melalui proses conditioning dan reinforcement.
Meskipun isi dan jenis bahasa yang dipelajari manusia itu
berbeda-beda, namun terdapat pola urutan perkembangan yang bersifat
universal dalam proses perkembangan bahasa itu, ialah mulai dengan
meraba, lalu bicara monolog (pada dirinya atau benda mainannya), haus
nama-nama, kemudian gemar bertanya (apa, mengapa, bagaimana, dan
sebagainya) yang tidak selalu harus dijawab, membuat kalimat sederhana
(satu, dua atau tiga kata), bahasa ekspresif (dengan belajar menulis,
membaca dan menggambar permulaan).

27
H. Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Kependidikan: Perangkat Sistem
Pengajaran Modul, hlm. 100
16

2. Perkembangan Prilaku dan Fungsi-Fungsi Kognitif


Perkembangan fungsi-fungsi dan prilaku kognitif itu menurut
Loree dapat dideskripsikan dengan dua cara ialah secara kualitatif dan
secara kuantitatif.
a. Kuantitatif
Berdasarkan hasil tes inteligensi yang mencakup General
Information and Verbal Analogies, Jones and Conrad telah
mengembangkan sebuah kurva perkembangan inteligensi, yang
dapat ditafsirkan antara lain sebagai berikut:
1) Laju perkembangan inteligensi berlangsung sangat pesat sampai
masa remaja awal, setelah itu kepesatannya berangsur menurun.
2) Puncak perkembangan pada umumnya dicapai di penghujung
masa remaja akhir (sekitar dua puluhan), perubahan-perubahan
yang amat tipis sampai usia 50 tahun, setelah itu terjadi plateau
(mapan) sampai 60 tahun, untuk selanjutnya berangsur menurun
(deklinasi).
3) Terdapat variasi dalam saatnya dan laju kecepatan deklinasi
menurut jenis-jenis kecakapan khusus tertentu.28

Bloom melukiskan berdasarkan hasil studi longitudialnya bahwa


dengan berpatokan kepada hasil-hasil tes IQ dari masa-masa sebelumnya
yang ditempuh oleh subjek yang sama, kita akan dapat melihat
perkembangan presentase taraf kematangan dan kesempurnaannya
sebagai berikut.
a) Usia 1 tahun berkembang sampai sekitar 20%-nya.
b) Usia 4 tahun sekitar 50%-nya.
c) Usia 8 tahun sekitar 80%-nya.
d) Usia 13 tahun sekitar 92%-nya.

28
H. Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Kependidikan: Perangkat Sistem
Pengajaran Modul, hlm. 102
17

b. Kualitatif
Piaget membagi proses perkembangan kognitif itu ke dalam
empat tahapan utama yang secara kuantitatif yaitu, sensorimotor,
preoperational, concrete operational, dan formal operational. Masing-
masing tahapan menunjukkan karakteristik yang berbeda-beda. Proses
perkembangan kognitif itu menurut Piaget berlangsung mengikuti suatu
sistem atau prinsip mencari kesimbangan, dengan mengunakan dua cara
atau teknik ialah, asmilasi yaitu penyatuan (pengintegrasi) informasi,
persepsi, konsep dan pengalaman baru kedalam yang sudah ada benak
seseorang.29 Dan akomodasi yaitu individu mengubah dirinya agar
bersesuaian dengan apa yang diterima dari lingkungannya, sebagai proses
penyesuaian atau penyusunan kembali skema ke dalam situasi yang
baru.30
Tokoh lain yang melakukan studi terhadap masalah ini secara
mendalam alah Jerome Bruner ia membagi proses perkembangan prilaku
kognitif ke dalam tiga periode ialah: Enactive stage, merupakan sesuatu
masa ketika individu berusaha memahami lingkungannya, tahap ini mirip
dengan sensorimotor periode dari Piaget. Iconic stage, yang mendekati
kepada preoperational periode. Dan symbolc stage, yang juga mendekati
ciri-ciri formal operarional.31

C. Relevan dalam Al-Qur’an dan Hadist


Islam telah mengajarkan manfaat mempelajari ilmu pengetahuan dan
teknologi, yang memungkinkan umat Muslim menjadi umat yang memiliki
peradaban dan kekuatan yang tinggi. Penguasaaan itu tidak lepas dari
bagaimana perkembangan kognitif manusia, bagaimana orang menerima dan
memersepsikan informasi yang terjadi, dan bagaimana meningkatkan
kecerdasan.

29
Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar, hlm. 135
30
Fatimah Ibda, Perkembangan Kognitif: Teori Jean Piaget, hlm. 31
31
H. Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Kependidikan: Perangkat Sistem
Pengajaran Modul, hlm. 104
18

a. Dasar Awal Kognitif: Pendengaran, Persepsi, dan Belajar


Pengindraan merupakan deteksi dari stimulasi sensorik,
sementara persepsi merupakan interprestasi dari apa yang telah diterima
oleh alat indra. Al-Qur’an menggambarkan bahwa ketika manusia lahir
dalam keadaan tidak mengetahui, namun Allah memberi alat-alat
sensorik untuk mendapatkan pengetahuan. Allah berfirman:
 ⧫ ◆
  ❑
➔◆  ❑☺◼➔⬧
☺ ⬧
⧫◆
➔⬧  ◼◆
 ⬧
Terjemahannya: dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam
Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.(Q.S An-Nahl
[16] : 78)32

 ⧫◆ ▪❑ ➔


⬧ ➔◆   
⧫◆ ☺
 ⬧  ◼◆
 →◼
Terjemahannya: kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke
dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali
bersyukur. (Q.S As-Sajadah [32] :9)33

32
Dapartemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: Sygma
Exagrafika), hlm. 275
33
Dapartemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya, hlm. 415
19

✓ ◆❑➔ ➔


⬧ ➔◆ ⧫
⧫◆ ☺
 ⬧  ◼◆
 ⧫◼
Terjemahannya: Katakanlah: "Dia-lah yang menciptakan kamu dan
menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati". (tetapi)
Amat sedikit kamu bersyukur. (Q.S Al-Mulk [67] : 23)34

Dengan demikian, menurut islam alat sensorik merupakan


anugrah Allah kepada manusia untukdipergunakan sesuai dengan
fungsinya yang positif. Pendengaran dan penglihatan merupakan alat
indra yang banyak digunakan dalam proses belajar manusia.

b. Perkembangan Kognitif
1) Tahap perkembangan kognitif
Jaen Piaget telah menjelaskan dalam teorinya tentang
perkembangan kognitif yang terbagi dalam empat tahap, teori piaget
didapat melalui pengamatan yang mendalam terhadap perilaku
manusia. Perkembangan kognitif merupakan perubahan kemampuan
berpikir atau intelektual. Seperti juga kemampuan fisik, banyak
ulama islam membagi perkembangan kognitif berdasarkan empat
periode, yaitu: periode perkembangan, periode pencapaian
kematangan, periode tengah baya, periode lanjut usia.
⬧◼⬧   
➔ ➔ ➔ 
▪❑➔ ➔ ➔⧫ 
➔⧫  ➔ ➔
 ⧫◆ ➔ ▪❑➔
 ⧫ ⧫ ➔⬧

Dapartemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya, hlm. 563


34
20

➔ ◆❑➔◆
 ⬧
Terjemahannya: Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari
Keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah
Keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan
(kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia
menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah yang
Maha mengetahui lagi Maha Kuasa. (Q.S Ar-Rum [30] :
54)35

2) Perspektif sosiokultural dalam perkembangan kognitif


Perkembangan kognitif manusia juga ditentukan dari
lingkungan dimana ia tinggal. Pentingnya lingkungan dalam
perkembangan kognitif terlihat dari banyaknya ayat-ayat Al-Qur’an
yang menyuruh manusia untuk belajar dari alam semesta. Misalnya:
  
◆ ◆❑☺
 ◼◆
◆
 →◆
⬧⧫  
 ⧫ ☺
  ⧫⧫ ⧫◆
  ☺
◆  ◆⬧
⧫◆ ❑⧫ ➔⧫
 →  
⧫ ⬧◆
⬧◆
⧫✓⧫ ☺
◆ ☺

Dapartemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya, hlm. 410


35
21

❑⬧ ⧫
 ⧫❑➔➔⧫
Terjemahannya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan
bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang
berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia,
dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu
dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya
dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan
pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit
dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan
kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. (Q.S Al-
Baqarah [02] : 164)36

◼→ ⬧ ⧫⬧


⧫✓☺◆ 
  ⧫◆
  ⬧
  ⧫◆ ⧫
➔ ⬧◆
 ⧫❑⬧☺
Terjemahannya: dan mengapa mereka tidak memikirkan
tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak menjadikan
langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya
melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang
ditentukan. dan Sesungguhnya kebanyakan di antara
manusia benar-benar ingkar akan Pertemuan dengan
Tuhannya. (Q.S Ar-Rum [30] : 38)37

Dengan demikian lingkungan merupakan faktor penting yang


memengaruhi perkembangan kognitif manusia.

3) Sistem pengolahan informasi pada manusia


Perkembangan intelektual dapat dipelajari menggunakan
pendekatan sistem pengolahan informasi yang menganalisis
perkembangan keterampilan kognitif, seperti perhatian, ingatan,
metakognisi, dan kemampuan akademik. Dalam ayat-ayatnya, al-
qur’an menyebutkan berbagai proses pengolahan informasi yang

Dapartemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya, hlm. 25


36

Dapartemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya, hlm. 408


37
22

penting. Al-Qur’an menyatakan pentingnya fungsi perhatian agar


dapat memahami informasi yang diperolehnya. Dalam surat berikut:
⬧ ⧫ ⧫
◆ ⧫⧫
⧫⧫◆◆ ⧫◆
 ⧫ ❑
Terjemahannya: Ini adalah sebuah kitab yang Kami
turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka
memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran
orang-orang yang mempunyai fikiran.(Q.S. Shad [38] : 29)38
Informasi yang dapat diolah pada ingatan kerja memiliki
keterbatasan. Dengan demikian, informasi yang diberikan harus
mengikuti keterbatasan pengolahan informasi tersebut. Untuk itu,
Al-Qur’an diberikan secara berangsur-angsur atau perlahan-lahan.
⧫⬧ ◆➔◆
 ◼⧫ ◼⧫⧫
⧫◆  ◼⧫
 ⬧
Terjemahannya: dan Al Quran itu telah Kami turunkan
dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-
lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi
bagian. (Q.S. Al-Isra [17] : 106)39
Al-Qur’an juga menggambarkan pentingnya pengulangan
untuk memperkuat informasi yang digunakan dalam proses berpikir.
Allah berfirman:
 ☺ ⬧
 

Dapartemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya, hlm. 455


38

Dapartemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya, hlm. 292


39
23

Maka berilah peringatan, karena Sesungguhnya kamu


hanyalah orang yang memberi peringatan. (Q.S. Al-Ghasiyah [88] :
21)40
Bentuk informasi yang disimpan dalam sistem ingatan dapat
bersifat verbal maupun visual (imagery). Untuk itu, dalam
mengajarkan nilai-nilai agama Islam, terdapat berbagai keragaman
metode, baik dengan menggunakan ceramah (verbal) maupun
dengan menggunakan gambar (visual). Hadis menerangkan
bagaimana Nabi Muhammad Saw. Memberikan ceramah untuk
dihafal atau disimpan dalam ingatan.
Rasulullah Saw. Menunaikan shalat shubuh bersama kami
(setelah shalat) beliau naik ke atas mimbar. Beliau berkhutbah
sampai waktu Zhuhur. Maka beliau turun (dari mimbar) untuk
menunaikan shalat. Setelah itu, Rasulullah naik ke atas mimbar
untuk berkhutbah sampai waktu ashar. Kemudian beliau turun untuk
menunaikan shalat. Rasulullah kembali naik ke atas mimbar sampai
dengan matahari tenggelam. Beliau telah memberi tahu kami
mengenai hal-hal yang telah terjadi dan hal-hal yang akan terjadi.
Orang yang paling alim di antara kami adalah orang yang paling
hafal pelajaran-pelajaran beliau. (HR. Muslim)41
Informasi verbal yang disimpan dengan informasi visual
memiliki kemungkinan lebih baik untuk diserap dan disimpan. Nabi
Muhammad Saw. Menggunakan kedua jenis informasi ini, baik
verbal maupun visual, dalam memberikan pengajarannya.
Nabi Saw. Telah menggambar garis persegi empat. Beliau
juga menggambar garis panjang di bagian tengah persegi empat
sampai melewati bagian luarnya. Selain itu Rasulullah menggambar
beberapa garis kecil pada garis panjang yang ada di bagian tengah
tersebut. Lalu beliau bersabda, “Ini adalah manusia dan ini adalah
ajalnya yang mengelilingi dirinya. Garis yang ini adalah angan-
angannya, sedangkan garis yang kecil-kecil ini adalah materi dunia.

Dapartemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya, hlm. 592


40

Shahih Muslim, ‫ الساعة اشراط و الفتن كتاب‬Hadits No. 5149


41
24

Jika musibah yang ini tidak menimpanya, maka ini yang akan
membuatnya binasa. Dan kalau yang ini tidak menimpanya, maka
ini yang menimpanya. (HR. Bukhari)42
Psikolog juga meneliti bagaimana perbedaan usia
memengaruhi sistem pemrosesan informasi manusia. Kapasitas
penyimpanan jangka pendek (short term store) diuji dengan uji
rentang ingatan (memory span), dan terlihat bahwa jumlah item yang
dapat diingat meningkat dari usia kanak-kanak sampai usia dewasa.
Selain itu hasil uji terhadap tugas ingatan kerja (working memory
tasks), dimana subjek dengan perbedaan usia diberikan tugas untuk
mengingat item yang membutuhkan kerja mental, juga menunjukkan
lebih banyaknya item yang dapat diolah orang dewasa dari pada
anak-anak. Namun, penelitian juga menunjukkan bahwa anak-anak
yang tergolong ahli catur dapat mengingat lebih banyak jumlah
kotak-kotak catur daripada orang dewasa yang tidak pandai bermain
catur. Ini menunjukkan bahwa anak-anak dapat mengembangkan
strategi tertentu untuk meningkatkan ingatannya.43
Dengan meningkatnya usia, rentang perhatian (attention
span) dari anak sampai remaja meningkat, sejalan dengan terjadinya
myenilization dari sistem saraf pusat. Perhatian menjadi lebih
terencana dan lebih selektif, dimana kemampuan untuk mencari dan
berkonsentrasi pada stimulus yang relevan mulai tidak terlalu
terdistorsi oleh derau suara dari lingkungan. Penelitian dilakukan
untuk melihat kemampuan anak dalam mengembangkan strategi
yang membantu penyelesaian tugasnya.
Anak dengan usia yang lebih muda sering menunjukkan
kurangnya kemampuan untuk secara spontan menghasilkan dan
strategi yang diketahuinya dapat meningkatkan belajar dan ingatan
(production deficiency), sementara beberapa anak yang lebih besar
yang dapat menghasilkan dan menggunakan strategi secara spontan,

Shahih Bukhari, ‫ كتاب الرقاق‬, Hadits No. 5938.


42
43
Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islam, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 131
25

gagal untuk mendapatkan manfaat dari strategi efektif yang


dihasilkannya. Anak terlihat kurang mampu dibandingkan orang
dewasa untuk memonitor aktivitas kognitif mereka. Namun,
kurangnya kemampuan metakognisi ini akan mendorong anak untuk
lebih cepat dalam memecahkan masalah.
Anak juga terlihat memiliki kemampuan untuk
mengembangan berbagai strategi dalam menyelesaikan masalahnya.
Berbagai strategi yang dapat dipergunakan meliputi pengulangan
(rehearsal), organisasi semantik (semantic organization), elaborasi
dan pengambilan informasi (retrieval). Efektivitas penggunaan
strategi ingatan strategi (mneumonic) meningkat berdasarkan usia.
Strategi memori ini juga dipengaruhi oleh budaya dan jenis
informasi apa yang diharapkan untuk diingat oleh anak-anak.
Metamemori (atau pengetahuan tentang cara kerjanya memori) yang
memiliki kontribusi terhadap perkembangan dan perbedaan
individual dalam ingatan strategik, juga meningkat sesuai usia.
Selain itu, basis pengetahuan (knowledge base) juga semakin meluas
dengan meningkatnya usia yang memungkinkan seseorang
meningkatkan strategi yang dipergunakannya untuk belajar dan
mengingat.
Ingatan terhadap pengalaman pribadi atau ingatan
autobiografikal (autobiographical memory) juga merupakan aspek
yang penting dari perkembangan kognitif. Meskipun bayi dapat
mengingat kejadian yang terjadi pada waktu kecil, kebanyakan orang
menunjukkan infantile amnesia, ketidakmampuan untuk mengingat
banyak tentang tahun-tahun pertama dalam kehidupan. Ingatan
autobiografikal awal merupakan script atau organisasi skematik dari
kejadian dunia nyata yang tersimpan dalam urutan sebab akibat.
Anak kecil telah mengorganisasikan pengalamannya dalam
bentuk script yang akan lebih mendetail dengan meningkatnya usia.
Ingatan autobiografi akan meningkat pesat pada periode prasekolah,
ketika orang tua memberikan pengaruh yang besar dengan
26

mendiskusikan kejadian yang telah lewat berdasarkan urutan sebab


akibat. Selain itu, kemampuan untuk menjadi saksi mata (eyewitness
memory) juga akan meningkat. Anak yang lebih kecil lebih mudah
dipengaruhi orang lain dan lebih mudah membentuk kesaksian yang
salah.44

44
Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islam, hlm. 1
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara bahasa kognitif berasal dari bahasa latin Cogitare artinya
berfikir. Dalam psikologi, kognitif mencakup semua bentuk pengenalan yang
meliputi setiap prilaku mental manusia yang berhubungan dengan masalah
pengertian, pemahaman, perhatian, menyangka, mempertimbangkan,
pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, membayangkan,
memperkirakan, berfikir, keyakinan dan sebagainya. Sedangkan dalam
distilah pendidikan, kognitif merupakan suatu teori belajar yang lebih
mementingkan proses belajar daripada hasil belajar. Ada beberapa tokoh
yang mengembangkan teori kognitif seperti Jaen Piaget dalam teori kognitif
yang menyatakan bahwa perkembangan kognitif berlangsung melalui 4 tahap,
J. S Buner dalam teori belajar (belajar penamuan), Asubel dalam teori belajar
(belajar bermakna), dan Lev Vigotsky perkambangan kognitif.
Beberapa ahli sepakat bahwa bahasa mencakup cara untuk
berkomunikasi, pikiran dan perasaan individu dinyatakan dalam bentuk
lambang atau simbol, seperti lisan, tulisan, isyarat, bilangan, lukisan maupun
mimik yang digunakan untuk mengungkapkan sesuatu. Bahasa sebagai fungsi
dari komunikasi memungkinkan dua individu atau lebih mengekspresikan
berbagai ide, arti, perasaan, dan pengalaman. Bromley (1992) menyebutkan
empat aspek bahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Kemampuan berbahasa berbeda dengan kemampuan berbicara. Bahasa
merupakan suatu sistem tata bahasa yang relatif rumit dan bersifat semantik,
sedangkan kemampuan berbicara merupakan suatu ungkapan dalam bentuk
kata-kata. Bahasa ada yang bersifat reseptif (dimengerti, diterima) maupun
ekspresif (dinyatakan).
Adapun konsep berfikir dalam psikologi yaitu, konjungtif, disjungtif,
dan rasional. Serta Perkembangan kognisi manusia dilihat dari prespektif
Psikologi dan Islam, potensi kognitif bersifat tentative dan semakin
berkembang spektakuler apabila diberikan stimulus yang tepat. Manusia

27
28

dituntut untuk bisa menuntaskan tugas sebagai kholifah fil ardh sebagai
pendidik, yang mempunyai peran strategis untuk merencanakan dan
mengimplementasikan generasi yang khoiru ummah dengan memfasilitasi
perkembangan peserta didik secara maksimal.

B. Saran
Demikian yang dapat penyusun sampaikan mengenai materi pokok
pembahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya. Penyusun berharap para pembaca budiman sudi memberikan
kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini berguna bagi penyusun dan khususnya juga
para pembaca yang budiman pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Dahar, Ratna Wilis. 1988. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Direktorat P dan K.

Dapartemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Bandung: Sygma


Exagrafika.

Depatermen Pendidikan dan Kebudayaan. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia,


Jakarta: Balai Pustak.

Dhieni, Nurbaina dkk., Hakikat Perkembangan Bahasa Anak, PAUD4106, Modul


1.

Harmi, Hendra. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran, Curup: LP2 STAIN.

Hasan, Aliah B. Purwakania. 2008. Psikologi Perkembangan Islam. Jakarta: Raja


Grafindo Persada.

http://fardiman.blogspot.com/2013/10/konsep-dan-teori.html?m=1 (diakses pada


05 Oktober 2019, pukul 21:11)

https://dosenpsikologi.com/konsep-berfikir-dalam-psikologi/amp (diakses pada 05


Oktober 2019, pukul 21:22)

Ibda, Fatimah. Perkembangan Kognitif: Teori Jean Piaget, jurnal Intelektualita,


Volume. 3, Nomor. 1, Januari-Juni 2015.

Kartono, Kartini. 1995. Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan. Bandung:


Mondar Maju.

LN, Syamsu Yusuf. 2008. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta:
Remaja Rosdakarya.

Makmun, H. Abin Syamsuddin. 2012. Psikologi Kependidikan: Perangkat Sistem


Pengajaran Modul. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Muhaimin. 2012. Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan


Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

29
30

Nasurion, Fauziah. 2011. Psikkologi Umum: Buku Panduan untuk Fakultas


Tarbiyah. Medan: IAIN SU Press.

Rasyidin, Al dan Wahyudin Nur Nasution. 2011. Teori Belajar dan Pembelajaran.
Medan: Perdana Publishing.

Sari, Dewi Purnama. 2010. Psikologi Perkembangan Anak. Curup: LP2 STAIN
Curup.

Slameto. 2005. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:


Rineka Cipta.

Shahih Bukhari, ‫ كتاب الرقاق‬, Hadits No. 5938.

Shahih Muslim, ‫ الساعة اشراط و الفتن كتاب‬Hadits No. 5149

Suharti, Mimi. 2011. Perkembangan Peserta Didik, Padang: IAIN IB Pess.

Sutarto. Teori Kognitif dan Impilkasinya dalam Pembelajaran. jurnal Islamic


Counseling, Vol. 1, No. 02, Tahun 2017, Curup: STAIN Curup.

Suyanto, Agus. 1990. Psikologi Perkembangan, Jakarta: PT. Aksara Baru.

Suyono, Haryanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Widodo, Endang Purwanti Nur. 2005. Perkembangan Peserta Didik, Malang:


UMM Press.

Anda mungkin juga menyukai