Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENDEKATAN PSIKOLINGUISTIK DALAM PEMBELAJARAN BAHASA


INDONESIA JENJANG SEKOLAH DASAR
Makalah ini disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Inovasi Pembelajaran
Bahasa SD

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Ida Zulaeha, M.Hum.
Dr. Panca Dewi Purwati, M.Pd.

Disusun Oleh:
1. Anisa Nurul Izzah 0103522018
2. Kanthi Asri 2399010025
3. Winda Febrianti 2399010028
4. Ayu Ainul Maghfiroh 2399010030

Kelompok 2

PENDIDIKAN DASAR
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan dengan waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini saya buat dengan tujuan untuk membahas tentang “Pendekatan Psikolingistik
dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Jenjang Sekolah Dasar”. Untuk itu Penulis menyusun
makalah ini, berharap dapat membantu pembaca untuk lebih memahami lagi tentang materi
dari mata kuliah Inovasi Pembelajaran Bahasa SD.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Inovasi Pembelajaran Bahasa SD. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Namun demikian tentu saja dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dalam penulisan dan pemilihan kata yang tepat. Hal ini akan menjadi tantangan
bagi pembaca untuk menyusun makalah yang lebih sempurna lagi. Dengan itu, saya memohon
maaf jika dalam makalah ini banyak kekurangan.

Semarang, Agustus 2023

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI.................................................................................................................................... iii
BAB I ............................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 4
A. Latar Belakang....................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................. 4
C. Tujuan ................................................................................................................................... 5
BAB II .............................................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN ............................................................................................................................... 6
A. Pengertian Psikolinguistik ...................................................................................................... 6
B. Sejarah Perkembangan Psikolinguistik ................................................................................... 7
C. Ciri-ciri Psikolinguistik ........................................................................................................ 11
D. Ruang Lingkup .................................................................................................................... 11
E. Peran psikolinguistik dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar ..................... 12
F. Tujuan Mempelajari Psikolinguistik ..................................................................................... 13
BAB III ........................................................................................................................................... 15
PENUTUP ...................................................................................................................................... 15
A. Kesimpulan.......................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemampuan berbahasa merupakan salah satu aspek penting bagi manusia di dalam
kehidupan sehari-hari.dalam implementasi kehidupan, bahasa merupakan sebuah alat yang
digunakan manusia untuk mengungkapkan apa yang dipikirkan kepada orang lain.
Kemampuan berbahasa didapat melalui berdasarkan apa yang didengar, dibaca serta apa
yang diajarkan Ketika masih di tahap balita. Apabila kemampuan berbahasa tidak dimiliki
oleh seseorang dan tidak ajarkan sejak dini, maka akan timbul banyak masalah salah
satunya kesulitan berinteraksi dengan lingkungan sosial.ada berbagai pendekatan dan teori
yang membahas tentang kemampuan berbahasa salah satunya adalah pendekatan
psikolinguistik.
Psikolinguistik adalah sub disiplin ilmu linguistik yang mengkaji hubungan
antarailmu psikologi dan ilmu bahasa. Sedangkan kegiatan berbahasa bukan hanyasecara
mekanistik tetapi juga secara mentalistik. Di dalam ilmu psikologimembahas ilmu yang
mengkaji jiwa manusia yang bersifat abstrak sedangkanilmu linguistik membahas tentang
bahasa sebagai objek kajian. Untuk itu teori psikolinguistik dapat menguraikan proses-
proses psikologi yang berlangsung jikaseseorang mengucapkan kalimat-kalimat yang di
dengarnya pada waktu berkomunikasi dan kemampuan berbahasa tersebut bisa diperoleh
dari manusia.
Dengan pendekatan psikolinguistik diharapkan siswa dapat berbahasa Indonesia yang
baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa. Selain itu psikolinguistik mempunyai
peran yang penting dalam pembelajaran bahasa karena dengan memahami psikolinguistik
seseorang dapat memahami proses yang terjadi dalam dirinya ketika dia menyimak,
berbicara, membaca, ataupun menulis sehingga manakala kemampuan dalam keterampilan
berbahasa bermasalah, dia bisa melihat hal tersebut dari sudut pandang psikologis sebagai
alternatif solusinya

B. Rumusan Masalah
Terdapat rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain:
1. Apa yang dimaksud dengan psikolinguistik?
2. Bagaimana sejarah perkembangan psikolinguistik?

4
3. Bagaimana ciri-ciri psikolinguistik?
4. Bagaimana ruang lingkup psikolinguistik?
5. Apakah tujuan mempelajari psikolinguistik?
6. Bagaimana peran psikolinguistik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah
Dasar?

C. Tujuan
Berdasarkan dari rumusan masalah di atas, adapun tujuan disusunnya makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan psikolinguistik.
2. Untuk mengetahui Sejarah perkembangan psikolinguistik.
3. Untuk mengetahui ciri – ciri psikolinguistik
4. Untuk mengetahui ruang lingkup psikolinguistik
5. Untuk mengetahui tujuan mempelajari psikolinguistik
6. Untuk mengetahui peran psikolinguistik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di
Sekolah Dasar

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Psikolinguistik
Secara etimologis, istilah Psikolinguistik berasal dari dua kata, yakni Psikologi dan
Linguistik. Seperti kita ketahui kedua kata tersebut masing-masing merujuk pada nama
sebuah disiplin ilmu. Secara umum, Psikologi sering didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari perilaku manusia dengan cara mengkaji hakikat stimulus, hakikat respon, dan
hakikat proses-proses pikiran sebelum stimulus atau respon itu terjadi. Pakar psikologi
sekarang ini cenderung menganggap psikologi sebagai ilmu yang mengkaji proses berpikir
manusia dan segala manifestasinya yang mengatur perilaku manusia itu. Tujuan mengkaji
proses berpikir itu ialah untuk memahami, menjelaskan, dan meramalkan perilaku manusia.
Linguistik secara umum dan luas merupakan satu ilmu yang mengkaji bahasa.
Bahasa dalam konteks linguistik dipandang sebagai sebuah sistem bunyi yang arbriter,
konvensional, dan dipergunakan oleh manusia sebagai sarana komunikasi.Hal ini berarti
bahwa linguistik secara umum tidak mengaitkan bahasa dengan fenomena lain. Bahasa
dipandang sebagai bahasa yang memiliki struktur yang khas dan unik. Munculnya ilmu
yang bernama psikolinguistik tidak luput dari perkembangan kajian linguistik.
Pada mulanya istilah yang digunakan untuk psikolinguistik adalah linguistic
psychology (psikologi linguistik) dan ada pula yang menyebutnya sebagai psychology of
language (psikologi bahasa). Kemudian sebagai hasil kerja sama yang lebih terarah dan
sistematis, lahirlah satu ilmu baru yang kemudian disebut sebagai psikolinguistik
(psycholinguistic).
Psikolinguistik merupakan ilmu yang menguraikan proses-proses psikologis yang
terjadi apabila seseorang menghasilkan kalimat dan memahami kalimat yang didengarnya
waktu berkomunikasi dan bagaimana kemampuan berbahasa itu diperoleh manusia
(Simanjuntak, 1987:1). Aitchison (1984), membatasi psikolinguistik sebagai studi tentang
bahasa dan pikiran. Psikolinguistik merupakan bidang studi yang menghubungkan
psikologi dengan linguistik. Tujuan utama seorang psikolinguis ialah menemukan struktur
dan proses yang melandasi kemampuan manusia untuk berbicara dan memahami bahasa.
Berikut adalah pengertian psikolinguistik menurut beberapa ahli.

“Psikolinguistik adalah pendekatan gabungan melalui psikologi dan linguistic bagi


telaah atau studi pengetahuan bahasa, bahasa dalam pemakaian, perubahan bahasa, dan hal-

6
hal yang berkaitan dengan itu, yang tidak mudah dicapai atau didekati melalui salah satu
dari kedua ilmu tersebut secara terpisah atau sendiri-sendiri” (Lado, 1975:220).

“Psikolinguistik adalah suatu ilmu yang meneliti bagaimana pemakaian suatu


bahasa membangun dan memahami kalimat-kalimat bahasa tersebut” (Emmon Bach,
1964:64).

“Psikolinguistik adalah telaah pemerolehan bahasa dan perilaku linguistik,terutama


mekanisme psikologis yang bertanggung jawab atas kedua aspek itu”(Langacker, 1973:6).

“Psikolinguistik merupakan ilmu yang mengurai proses-proses psikologis yang


terjadi apabila seseorang menghasilkan kalimat dan memahami kalimat yang didengarnya
waktu berkomunikasi dan bagaimana kemampuan berbahasa itu diperoleh
manusia”(Simanjuntak, 1987:1).

B. Sejarah Perkembangan Psikolinguistik


Sejarah perkembangan psikolinguistik menurut Suci Sundusiah terbagi menjadi
beberapa bagian diantaranya :
1. Pendahuluan
Pada awalnya, psikolinguistik bukanlah ilmu mandiri yang dikaji secara khusus.
Psikolinguistik merupakan ilmu yang dikaji secara terpisah baik oleh pakar linguistik
maupun pakar psikologi. Istilah psikolinguistik sendiri pertama kali digunakan oleh
Thomas A. Sebeok dan Charles E. Osgood pada tahun 1954 pada sebuah buku yang
berjudul Psycholinguistik : A Survey of Theory and Research Problems. Walaupun
sebetulnya, pengkajian ilmunya telah dimulai sejak zaman Sokrates dan Panini. Dua
aliran filsafat, yakni empirisme dan rasionalisme turut berkontribusi dalam
perkembangan pemikiran para ilmuan di dua ranah ilmu tadi. Filsafat empirisme
menganggap bahwa ilmu merupakan objek kajian yang dapat dikenali secara inderawi.
Filsafat ini erat kaitannnya dengan psikologi asosiasi. Aliran ini mengkaji objek ilmu
dengan menganalisis unsur-unsur pembentuknya sampai sekecil-kecilnya. Aliran
filsafat rasionalisme mengkaji bahwa akal sebagai faktor yang harus dikaji agar
memahami perilaku manusia. Turunan aliran rasionalisme ini adalah faham nativisme,
idealisme, dan mentalisme.

7
2. Psikologi dalam Linguistik
Beberapa tokoh linguistik yang tertarik untuk mengkaji bahasa secara psikologi
adalah Von Humbolt, Ferdinand de Saussure, Edward Sapir. Von Humbolt (1767-1835)
ialah ahli linguitik asal Jeman yang membandingkan tatabahasa antar bahasa yang
berlainan dengan tabiat penutur bahasa. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
tatabahasa suatu bangsa menunjukkan pandangan hidup bangsa tersebut. Von Humbolt
sangat dipengaruhi aliran rasionalisme yang menganggap bahwa bahasa adalah bagian
yang tidak dapat dipotong-potong atau diklasifikasikan seperti pada pendapat aliran
empirisme.
Ferdinand de Saussure (1858-1913), dalam perkuliahannya memperkenalkan
tiga istilah penting dalam linguistik, yaitu langue, langage dan parole. Langue
bermakna bahasa tertentu yang masih bersifat abstrak, langage bermakna bahasa yang
bersifat umum, sedangkan parole merupakan bahasa tuturan secara konkret. Saussure
menegaskan bahwa kajian linguistik adalah langue, sedangkan objek kajian psikologi
adalah parole. Oleh karena itu, linguis berkebangsaan Swiss ini berpendapat, jika ingin
mengkaji bahasa secara utuh, maka ilmu yang dapat mengkajinya adalah linguistik dan
psikologi.
Edward Sapir (1884-1939), mengkaji hubungan antara bahasa dengan pikiran.
Berdasarkan kajiannya, linguis dan antropologis asal Amerika ini berkesimpulan bahwa
bahasa terutama strukturnya merupakan unsur yang mennetukan struktur pikiran
manusia. Dia pun menambahkan bahwa linguistik dapat berkontribusi pada teori
psikologi Gestalt, begitu pula sebaliknya.
3. Linguistik dalam Psikologi
Pada perkembangannya, ada beberapa pakar psikologi yang juga mengkaji
psikologi secara linguistis. Pakar-pakar itu adalah John Dewey, Karl Buchler, Wundt,
Watson, dan Weiss. John Dewey (1859-1952) merupakan psikolog kebangsaan
Amerika yang menganut empirisme murni. Beliau menafsirkan bahasa kanak-kanak
berdasarkan prinsip-prinsip psikologi. Beliau menyarankan agar penggolongan kata-
kata untuk anak-anak berdasarkan pada makna yang dipahami anak-anak.
Karl Buchler, ialah pakar psilogi kebangsaan Jerman. Beliau menulis buku berjudul
Sparch Theorie (1934) yang menyatakan bahwa bahasa manusia memiliki tiga fungsi
yang disebut Organon Modell der Saprch yaitu Kungabe (Ausdruck) Appell
(Auslosung) dan Darstellung. Kungabe adalah tindakan komunikatif berwujud verbal.
Appell adalah permintaan yang ditujukan kepada orang lain.

8
Darstellung adalah penggambaran masalah pokok yang dikomunikasikan. Wundt
(1932-1920), ialah pakar psikologi Jerman yang pertama kali mengembangkan teori
mentalistik bahasa. Wundt mengjelaskan bahasa alat untuk melahirkan pikiran. Hal ini
terjadi karena terdapat perasaan-perasaan serta gerak-gerak yang melahirkan bahasa
secara tidak sadar. Menurut Wund, satu kalimat merupakan suatu kejadian akal yang
terjadi secara serempak. Wundt pun terkenal dengan teori performansi bahasa
(language performance). Teori ini menjelaskan dua aspek, yakni fenomena luar (citra
bunyi) dan fenomena dalam (rekaman pikiran).
4. Kerja sama Psikologi dan Linguistik
Sebuah lembaga sosial Amerika bernama Social Science Research Council
menyelenggarakan sebuah seminar tahun 1951 mempertemukan para pakar linguistik,
psikologi, patologi, ahli-ahli teori informasi, dan pembelajaran bahasa. Mereka
merumuskan hubungan kerjasama antara psikologi dan linguistik. Kemudian pada
tahun 1953, Osgood (linguis), Sebeok (linguis), dan Caroll (ahli psikologi) bertemu
dalam seminar di Universitas Indiana Amerika Serikat. Pertemuan ini menghasilkan
buku Pscholinguistics : A Survey of Theory and Research Problems. Buku ini kemudian
disunting oleh Osgoods dan Sebeok. Inilah buku psikolinguistik pertama yang
menggunakan istilah psikolinguistik. Sebelumnya Albert Thumb dan Karl Marbe tidak
memakai nama itu. Tahun 1946, N.H. Pronko dalam artikelnya yang berjudul
“Language and Psycholinguistics : A Review” dimuat dalam jurnal Psychological
Bulletin. Pronko mengaku istilah psikolinguistiknya diperoleh dari gurunya Jacob
Robert Kantor dalam buku An Objective Psycology of Grammar (1936). Dasar-dasar
ilmu psikologi menurut Osgoods dan Sebeok adalah :
a) Psikolinguistik adalah suatu teori linguistik berdasarkan bahasa yang dianggap
sistem elemen yang saling berhubungan erat.
b) Psikolinguistik adalah satu teori pembelajaran (menurut behaviorisme) yang
berdasar pada bahasa yang dianggap sebagai sistem tabiat.
c) Psikolinguistik adalah satu teori informasi yang menganggap bahasa sebagai alat
untuk menyampaikan suatu benda.
5. Psikolinguistik sebagai Disiplin Mandiri
Dibukanya program khusus psikolinguistik pada tahun 1953 oleh R. Brown
merupakan tanda formal ilmu ini adalah disiplin mandiri. Sarjana pertama disiplin ilmu
ini adalah Eric Lenneberg. Pakar lain yang kemudian muncul adalah Leshley, Osgoods,
Skinner, Chomsky, dan Miller yang kesemuanya sangat berjasa bagi perkembangan

9
psikolinguistik. Pada tahun 1957 Skinner menerbitkan buku Verbal Behaviour. Pada
tahun yang sama Chomsky mengeluarkan buku Syntactic Structure. Kemudian Leshley
berpendapat bahwa lahirnya suatu ucapan bukanlah pertalian serentetan respeons tetapi
merupakan kejadian serempak, dan secara tidak langsung struktur sintaksis ucapan itu
dihubungkan dengan bentuk urutannya.
Jika disimpulkan, pada awalnya, psikolinguistik beraliran behaviorisme. Namun,
berdasarkan perkembangannya yang bersifat mentalis dan mencoba menjelaskan
hakikat rumus yang dihipotesiskan, maka kajian psikolinguistik pun semakin
berkembang pada arah kognitif. Lahirnya tata bahasa generatif oleh Chomsky
merupakan inovasi tersendiri di bidang ini. Oleh karena itu, Chomsky disebut sebagai
“Bapak Linguistik Modern” sedangkan Wilhem Wundt disebut sebagai “Bapak
Psikolinguistik Klasik”.
6. Tiga Generasi Psikolinguistik Perkembangan disiplin ilmu psikolinguistik telah
merangsang Mehler dan Noizet untuk menulis artikel “Vers une Modelle
Psycholinguistique du Locuter” (1974) yang dimuat di Textes Pour une
Psycholinguistique. Dalam artikel ini dijelaskan bahwa ada tiga generasi perkembangan
psikolinguistik.
a) Psikolinguistik Generasi Pertama. Psikolinguistik generasi pertama ini ditandai
oleh penulisan artikel “Psycholinguistics : A Survey of Thery and Research
Problems” yang disunting oleh C. Osgoods dan Sebeok. Maka kedua tokoh ini
dinobatkan sebagai tokoh psikolinguistik generasi pertama. Titik pandang Osgoods
dan Sebeok dipengaruhi aliran behaviorisme.
b) Psikolinguistik Generasi Kedua. Teori-teori generasi pertama ditolak oleh beberapa
tokoh seperi Noam Chomsky dan George Miller. Menurut Mehler dan Noizet,
psikologi generasi kedua telah menagatasi ciri-ciri atomistik psikolinguistik.
Psikologi generasi ini berpendapat bahwa dalam proses berbahasa bukanlah butir-
butir bahasa yang diperoleh, melaikan kaidah dan sistem kaidahnya. Di sini,
orientasi psikologis digantikan oleh orientasi linguistik. Penggabungan antara
Miller dan Chomsky meruapakan penggabungan model-model linguistik tatabahasa
Chomsky yang relatif berbeda dengan proses-proses psikologi. Malah Mehler dan
Noizet mengatakan bahwa psilinguistik generasi kedua anti-psikologi. Tokoh fase
ini lebih mengarah pada manifestasi ujaran sebagai bentuk linguistik.
c) Psikolinguistik Generasi Ketiga

10
Psikolinguistik generasi kedua menyatakan bahwa analisis mereka mengakui
bahasa telah melampaui batas kalimat. Namun, pada kenyataannya, analisis mereka
baru sampai pada tahap kalimat saja, belum pada wacana. Kekurangan analisis pada
psikolinguistik generasi kedua kemudian diperbaharui oleh psikolinguistik generasi
ketiga. G. Werstch dalam bukunya Two Problems for the New Psycholinguistics
memberi karakteristik baru ilmu ini sebagai “psikolinguistik baru”.

C. Ciri-ciri Psikolinguistik
Psikolinguistik yang merupakan sub disiplin ilmu linguistik antara psikologi dan
linguistik yang memiliki ciri-ciri antara lain:
a. membahas hubungan bahasa dengan otak
b. berhubungan langsung dengan proses penyandian (encoding) dan pemahaman sandi
(decoding);
c. sebagai suatu pendekatan;
d. menelaah pengetahuan bahasa, pemakaian bahasa, dan perubahan bahasa;
e. membahas proses yang terjadi pada pembicaraan dan pendengar di dalamkaitannya
dengan bahasa;
f. menitikberatkan pembahasan mengenai pemerolehan bahasa dan perilakulinguistik;
g. merupakan hubungan kebutuhan berekspresi dan berkomunikasi;
h. berhubungan dengan perkembangan bahasa anak;
i. berkaitan dengan proses psikologis dalam membangun atau memahami kalimat.

D. Ruang Lingkup
Seiring dengan berjalannya waktu, disiplin psikolinguistik yang merupakan bidang
ilmu yang sangat luas dan kompleks telah berkembang dengan pesat sehingga melahirkan
beberapa subdisiplin psikolinguistik, dikutip dari Khalid, dkk dalam Masykura (2020 : 59)
subdisiplin psikolinguistik diantaranya adalah :
1. Psikolinguistik Teoretis (Theorethycal Psycholinguistic) Psikolinguistik teoretis
mengkaji tentang hal-hal yang berkaitan dengan teori bahasa, misalnya tentang hakikat
bahasa, ciri bahasa manusia, teori kompetensi dan performansi (Chomsky) atau teori
langue dan parole (Saussure), dan sebagainya.
2. Psikolinguistik Perkembangan (Development Psycholinguistic) Psikolinguistik
perkembangan berbicara tentang pemerolehan bahasa, misalnya berbicara tentang teori

11
pemerolehan bahasa, baik pemerolehan bahasa pertama maupun bahasa kedua, peranti
pemerolehan bahasa (language acquisition device), periode kritis pernerolehan bahasa,
dan sebagainya.
3. Psikolinguistik Sosial (Social Psycholinguistic) Psikolinguistik sosial sering juga
disebut sebagai psikososiolinguistik berbicara tentang aspek-aspek sosial bahasa,
misalnya, sikap bahasa, akulturasi budaya, kejut budaya, jarak sosial, periode kritis
budaya, pajanan bahasa, pendidikan, lama pendidikan, dan sebagainya.
4. Psikolinguistik Pendidikan (Educational Psycholinguistic) Psikolinguistik pendidikan
berbicara tentang aspek-aspek pendidikan secara umum di sekolah, terutama mengenai
peranan bahasa dalam pengajaran bahasa pada umumnya, khususnya dalam pengajaran
membaca, kemampuan berkomunikasi, kemampuan berpidato, dan pengetahuan
mengenai peningkatan berbahasa dalam memperbaiki proses penyampaian buah
pikiran.
5. Neuro-Psikolinguistik (Neuro-Psycholinguistics) Neuropsikolinguistik berbicara
tentang hubungan bahasa dengan otak manusia. Misalnya, otak sebelah manakah yang
berkaitan dengan kemampuan berbahasa? Saraf-saraf apa yang rusak apabila
seserorang terkena afasia broca dan saraf manakah yang rusak apabila terkena afasia
wernicke? Apakah bahasa itu memang dilateralisasikan? Kapan terjadi lateralisasi?
Apakah periode kritis itu memang berkaitan dengan kelenturan saraf-saraf otak?
6. Psikolinguistik Eksperimental (Experimental Psycholinguistic) Psikolinguistik
eksperimental ini berusahauntuk mengkaji tentang eksperimen-eksperimen
dalamsemua bidang yang melibatkan bahasa dan perilaku berbahasa.
7. Psikolinguistik Terapan (Applied Psycholinguistic) Psikolinguistik terapan berbicara
tentang penerapan temuan-temuan keenam subdisiplin psikolinguistik di atas ke dalam
bidang-bidang tertentu, seperti psikologi, linguistik, berbicara dan menyimak,
pendidikan, pengajaran dan pembelajaran bahasa, pengajaran membaca, neurologi,
psikiatri, komunikasi, kesusastraan, dan lain-lain.

E. Peran Psikolinguistik dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar


Peserta didik adalah subjek dalam pembelajaran. Dalam hal ini siswa dianggap sebagai
individu yang beraktivitas untuk mencapai ranah-ranah psikologi, baik kognitif, afektif,
maupun psikomotor. Kemampuan menggunakan bahasa yang baik secara reseptif
(menyimak dan membaca) ataupun produktif (berbicara dan menulis) melibatkan ketiga

12
ranah tersebut di atas. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Garnham (Nababan &
Utari, 1992: 60-61) terhadap aktifitas berbicara ditemukan berbagai berbicara yang
menyimpang (keliru) yang disebabkan oleh kesalahan berbicara oleh penuturnya
diantaranya adalah kesaratan beban (overloading), yaitu perasaan waswas (menghadapi
ujian atau pertemuan dengan orang yang ditakuti) atau karena penutur kurang menguasai
materi, terpengaruh oleh perasaan afektif, kesukaran melafalkan kata-kata, dan kurang
menguasai topik. Dari penyebab kesalahan-kesalahan tersebut di atas, dapat kita
klasifikasikan berdasarkan ranah psikologi. Penyebab keslahan berupa perasaan waswas
berkaitan denga ranah afektif. Penyebab kesalahan berupa kurang menguasai materi atau
topik berkaitan dengan ranah kognitif, dan penyebab kesalahan berupa kesukaran
melafalkan kata berkaitan dengan ranah psikomotor.
Menurut Subyantoro dalam JO Sabarua (2017) Contoh-contoh kesalahan dan penyebab
kesalahan yang telah dijelaskan tadi menunjukkan bahwa peran psikolinguistik dalam
pembelajaran bahasa sangat penting khususnya di sekolah dasar. Tujuan umum
pembelajaran bahasa adalah agar siswa mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan baik
dan benar dalam berbahasa lisan maupun tulisan. Agar siswa dapat berbahasa Indonesia
dengan baik dan benar, maka diperlukan pengetahuan akan kaidah kaidah bahasa. Kaidah-
kaidah bahasa tersebut dapat dipelajari dalam linguistic. Untuk dapat menggunakan bahasa
secara lancar dan komunikatif siswa tidak hanya cukup memahami kaidah bahasa saja,
melainkan diperlukan kesiapan kognitif (penguasaan kaidah bahasa dan materi yang akan
disampaikan), afektif (tenang, yakin, percaya diri, mampu mengeliminasi perasaan cemas,
ragu-ragu, waswas, dan sebagainya), serta psikomotor (lafal yang fasih, keterampilan
memilihh kata, frasa, klausa, dan kalimat). Dengan demikian, jelaslah bahwa betapa penting
peranan psikolinguistik dalam pembelajaran bahasa .
Peranan psikolinguistik dalam pembelajaran bahasa dinilai sangat penting karena
dengan memahami psikolinguistik, guru dapat memahami proses-proses yang terjadi pada
diri siswa khususnya siswa di sekolah dasar. Ketika siswa mendengarkan, berbicara,
membaca, dan menulis sehingga ketika kemampuan berbahasanya bermasalah, guru dapat
melihatnya dari sudut pandang psikologis sebagai alternatif pemecahannya.

F. Tujuan Mempelajari Psikolinguistik


Dijelaskan di awal bahwa psikolinguistik mencoba menguraikan proses-proses
psikologi yang berlangsung jika seseorang mengucapkan kalimat-kalimat yang didengarnya

13
pada waktu berkomunikasi dan bagaimana kemampuan berbahasa itu diperoleh oleh
manusia. Selain itu bahwa psikolinguistik berusaha menerangkan hakikat dari struktur
bahasa, kemudian dilanjutkan dengan bagaimana struktur itu diperoleh dan digunakan pada
waktu bertutur, dan mungkin pada waktu memahami kalimat-kalimat dalam pertuturan itu.
Selain itu menurut Tamaji dalam Rachmawati, dkk (2021 : 15) menyebutkan bahwa level
membagi psikolinguistik dibagi ke dalam tiga bidang utama, yaitu:
1. Psikolinguistik umum yaitu studi mengenai bagaimana pengamatan atau persepsi orang
dewasa tentang bahasa dan bagaimana ia memproduksi Bahasa
2. Psikolinguistik perkembangan yaitu suatu psikologi mengenai perolehan bahasa pada
anak dan orang dewasa, baik perolehan bahasa pertama atau bahasa Ibu maupun bahasa
kedua
3. Psikolinguistik terapan adalah aplikasi dari teori-teori psikolinguistik dalam kehidupan
sehari-hari pada orang dewasa ataupun pada anak. kemudian psikologi bahasa berkaitan
dengan psikolinguistik dalam hal kajiannya. dan kita tahu akan tiga komponen utama
psikologi bahasa komprehensif, produksi dan pemerolehan bahasa. Sementara itu,
psikolinguistik berkenaan dengan proses mental dalam aspek perencanaan, produksi,
persepsi, dan pemahaman terhadap tuturan atau ujaran. psikolinguistik adalah bagian
dari linguistik interdisipliner merupakan perpaduan antara psikologi dan linguistik yang
mengkaji hubungan manusia dan bahasa.
Menurut Kaharuddin dan Yuliarti (2021 : 9) tujuan mempelajari pskilongiustik dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu agar siswa mampu menggunakan bahasa Indonesia yang
baik dan benar, baik dalam berbahasa lisan ataupun berbahasa tulis. Agar siswa dapat
berbahasa Indonesia yang baik dan benar diperlukan pengetahuan akan kaidah-kaidah bahasa.
Kaidah-kaidah bahasa dipelajari dalam linguistik. Untuk dapat menggunakan bahasa secara
lancar dan komunikastif siswa tidak hanya cukup memahami kaidah bahasa, tetapi diperlukan
kesiapan kognitif: penguasaan kaidah bahasa dan materi yang akan disampaikan, afektif:
tenang, yakin, percaya diri, mampu mengeliminasi rasa cemas, ragu-ragu, waswas, dan
sebagainya, serta psikomotor: lafal yang fasih, keterampilan memilih kata, frasa, klausa, dan
kalimat. Dengan demikian, jelaslah bahwa betapa penting peranan psikolinguistik dalam
pembelajaran bahasa. Selain itu psikolinguistik mempunyai peran yang penting dalam
pembelajaran bahasa karena dengan memahami psikolinguistik seseorang dapat memahami
proses yang terjadi dalam dirinya ketika dia menyimak, berbicara, membaca, ataupun menulis
sehingga manakala kemampuan dalam keterampilan berbahasa bermasalah, dia bisa melihat
hal tersebut dari sudut pandang psikologis sebagai alternatif solusinya

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada mulanya istilah yang digunakan untuk psikolinguistik adalah linguistic


psychology (psikologi linguistik) dan ada pula yang menyebutnya sebagai psychology of
language (psikologi bahasa). Kemudian sebagai hasil kerja sama yang lebih terarah dan
sistematis, lahirlah satu ilmu baru yang kemudian disebut sebagai psikolinguistik
(psycholinguistic). “Psikolinguistik adalah suatu ilmu yang meneliti bagaimana pemakaian
suatu bahasa membangun dan memahami kalimat-kalimat bahasa tersebut” (Emmon Bach,
1964:64).

Sejarah perkembangan psikolinguistik menurut Suci Sundusiah terbagi menjadi


beberapa bagian diantaranya 1) Pendahuluan, 2) Psikologi dalam linguistic, 3) Linguistic
dalam psikologi, 4) Kerjasama psikologi dan linguistik, 5) Psikolinguistik sebagai disiplin
mandiri, 6) Tiga generasi psikolinguistik.

Psikolinguistik yang merupakan sub disiplin ilmu linguistik antara psikologi dan
linguistik yang memiliki ciri-ciri antara lain: 1)membahas hubungan bahasa dengan otak,
2)berhubungan langsung dengan proses penyandian (encoding) dan pemahaman sandi
(decoding); 3)sebagai suatu pendekatan; 4)menelaah pengetahuan bahasa, pemakaian
bahasa, dan perubahan bahasa; 5)membahas proses yang terjadi pada pembicaraan dan
pendengar di dalamkaitannya dengan bahasa; 6)menitikberatkan pembahasan mengenai
pemerolehan bahasa dan perilakulinguistik; 7)merupakan hubungan kebutuhan berekspresi
dan berkomunikasi; 8)berhubungan dengan perkembangan bahasa anak; 9)berkaitan
dengan proses psikologis dalam membangun atau memahami kalimat.

Ruang lingkup psikolinguistik, dikutip dari Khalid, dkk dalam Masykura (2020 : 59)
subdisiplin psikolinguistik diantaranya adalah :
1. Psikolinguistik Teoretis (Theorethycal Psycholinguistic) Psikolinguistik teoretis
mengkaji tentang hal-hal yang berkaitan dengan teori bahasa,
2. Psikolinguistik Perkembangan (Development Psycholinguistic) Psikolinguistik
perkembangan berbicara tentang pemerolehan bahasa,

15
3. Psikolinguistik Sosial (Social Psycholinguistic) Psikolinguistik sosial sering juga
disebut sebagai psikososiolinguistik berbicara tentang aspek-aspek sosial bahasa,
4. Psikolinguistik Pendidikan (Educational Psycholinguistic) Psikolinguistik pendidikan
berbicara tentang aspek-aspek pendidikan secara umum di sekolah,
5. Neuro-Psikolinguistik (Neuro-Psycholinguistics) berbicara tentang hubungan bahasa
dengan otak manusia,
6. Psikolinguistik Eksperimental (Experimental Psycholinguistic) Psikolinguistik
eksperimental ini berusaha untuk mengkaji tentang eksperimen-eksperimen dalam
semua bidang yang melibatkan bahasa dan perilaku berbahasa.
7. Psikolinguistik Terapan (Applied Psycholinguistic) berbicara tentang penerapan
temuan-temuan.

Peranan psikolinguistik dalam pembelajaran bahasa dinilai sangat penting karena


dengan memahami psikolinguistik, guru dapat memahami proses-proses yang terjadi pada
diri siswa khususnya siswa di sekolah dasar. Ketika siswa mendengarkan, berbicara,
membaca, dan menulis sehingga ketika kemampuan berbahasanya bermasalah, guru dapat
melihatnya dari sudut pandang psikologis sebagai alternatif pemecahannya.

Menurut Kaharuddin dan Yuliarti (2021 : 9) tujuan mempelajari pskilongiustik dalam


pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu agar siswa mampu menggunakan bahasa Indonesia
yang baik dan benar, baik dalam berbahasa lisan ataupun berbahasa tulis. Agar siswa dapat
berbahasa Indonesia yang baik dan benar diperlukan pengetahuan akan kaidah-kaidah
bahasa. Kaidah-kaidah bahasa dipelajari dalam linguistik. Untuk dapat menggunakan
bahasa secara lancar dan komunikastif siswa tidak hanya cukup memahami kaidah bahasa,
tetapi diperlukan kesiapan kognitif: penguasaan kaidah bahasa dan materi yang akan
disampaikan, afektif: tenang, yakin, percaya diri, mampu mengeliminasi rasa cemas, ragu-
ragu, waswas, dan sebagainya, serta psikomotor: lafal yang fasih, keterampilan memilih
kata, frasa, klausa, dan kalimat.

B. SARAN

Bagi seorang pendidik, psikolinguistik merupakan disiplin ilmu yang mempunyai


peran penting dalam penerapan pembelajaran bahasa di sekolah khususnya untuk
mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan bahasa secara lancar dan
komunikatif, baik secara lisan maupun bahasa tulis.

16
Serta membantu para pendidik menemukan solusi setiap permasalahan kebahasaan
yang dialami peserta didik dengan memahami kesiapan kognitif: penguasaan kaidah
bahasa dan materi yang akan disampaikan, afektif: tenang, yakin, percaya diri, mampu
mengeliminasi rasa cemas, ragu-ragu, waswas, dan sebagainya, serta psikomotor: lafal
yang fasih, keterampilan memilih kata, frasa, klausa, dan kalimat.

17
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul.2009. Psikolingusitik Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta.


Harras, Kholid A. 2009. Dasar-dasar Psikolinguistik. Bandung: UPI PRESS.Modul pegangan
mahasiswa Konsep Dasar Psikolingistik.
K. Kaharuddin and Y. Yuliartati, “Kajian Pembelajaran Bahasa (Psikolinguistik) Di UPT SMA
Negeri 12 Bulukumba”, Jurnal KIP, vol. 10, no. 2, pp. 7–9, Nov. 2021.
Masykura, Setadi F. (2020). “Pendekatan Psikolinguistik Bahasa Arab di Indonesia”. Ihya Al
Arabiyah: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Arab. 6 (1). Hal. 57 – 68
Rachmawati, Miatin, dkk (2021). Pengantar Psikolinguistik. Bantul : KBM Indonesia
Sabarua, Jefrey Oxianus. (2017). Psikolinguistik dalam Pendidikan. [online]. Diakses pada
tanggal 24 agustus 2023. Dapat diakses melalui : https://osf.io/3c8yt/download
Sundusiah, Suci. Sejarah Perkembangan Psikolinguistik. [Online]. Diakses pada tanggal 24
Agustus 2023. Dapat diakses melalui :
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESI
A/SUCI_SUNDUSIAH/artikel_ilmiah/SEJARAH_PERKEMBANGAN_PSIKOLIN
GUISTI1.pdf

18
1

Anda mungkin juga menyukai