Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

PSIKOLOGI SEBAGAI LANDASAN PENDIDIKAN

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan


Dosen Pengampuh : Prof. Dr. Novianty Djafri, S.Pd.I, M.Pd.I

Oleh :

Luthfiana Haidari (NIM : 131422057)

Kelas 1C

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2022-2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Psikologi Sebagai
Landasan Pendidikan” ini dengan tepat waktu.

Adapun tujuan dan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh Dosen kami ibu Prof. Dr. Novianty Djafri, S.Pd.I, M.Pd.I pada mata kuliah
Psikologi Pendidikan. Selain itu, Makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Psikologi sebagai landasan pendidikan bagi para pembaca dan juga penulis.

Penulis meyakini bahwa makalah ini masih ada kekurangan dari kualitas atau Ilmu
pengetahuan yang dikuasai. Oleh karena itu penulis memohon kritik dan saran yang
membangun untuk menyempurnakan pembuatan makalah dimasa mendatang.

Gorontalo, 06 Desember 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2

C. Tujuan.............................................................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN.........................................................................................................3

A. Pentingnya Memahami Psikologi...................................................................................3

B. Psikologi Perkembangan................................................................................................9

C. Psikologi Belajar...........................................................................................................12

D. Aliran Psikologi Belajar...............................................................................................20

E. Psikologi Sosial.............................................................................................................24

F. Kesiapan Belajar dan Aspek Individu...........................................................................25

BAB III PENUTUP..............................................................................................................26

A. Kesimpulan...................................................................................................................26

B. Saran.............................................................................................................................26

ii
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................27

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia, dengan
pendidikan manusia dapat memaksimalkan potensi yang ada pada dirinya. Banyak
pendidik yang memaksakan kehendaknya kepada peserta didik untuk melakukan hal yang
mereka inginkan sedangkan peserta didik sendiri tidak membutuhkanya, maka setiap guru
dituntut untuk memahami teori psikologi pendidikan agar potensi yang ada pada peserta
didik dapat dikembangkan berdasarkan tahap perkembangannya. Banyak para ahli yang
memaparkan tentang perkembangan peserta didik diantaranya Piaget, Carl R. Rogers,
Kohnstam.

Pendidikan selalu melibatkan kejiwaan manusia, sehingga landasan psikologi


merupakan salah satu landasan yang penting dalam bidang pendidikan. Sementara itu,
keberhasilan pendidik dalam melaksanakan berbagai peranannya akan dipengaruhi oleh
tentang pemahamannya dalam pendidikan perkembangan peserta didik. Oleh karena itu
agar sukses dalam mendidik, perlu memahami proses perkembangan, sebab akan
membantu dalam memahami tingkah laku. Tingkah laku siswa sendiri dipelajari dalam
suatu ilmu yang disebut sebagai psikologi.

Berdasarkan keterkaitan antara pendidikan dan kejiwaan, landasan psikologis


pendidikan diartikan sebagai suatu landasan dalam proses pendidikan yang membahas
berbagai informasi tentang kehidupan manusia pada umumnya serta gejala-gejala yang
berkaitan dengan aspek pribadi manusia pada setiap tahapan usia perkembangan tertentu
untuk mengenali dan menyikapi manusia sesuai dengan tahapan usia perkembangannya
yang bertujuan untuk memudahkan proses pendidikan.

1
Karena pentingnya landasan psikologi pendidikan dalam proses pembelajaran
maka makalah ini akan membahas tentang landasan psikologi pendidikan, bentuk
psikologi dalam pendidikan, pentingnya landasan psikologi dalam pendidikan, implikasi
landasan psikologi dalam pendidikan..

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumusakan
menjadi beberapa rumusan masalah antara lain sebagai berikut:
1. Apa Pentingnya Memahami Psikologi?
2. Apa yang dimaksud dengan psikologi perkembangan?
3. Apa yang dimaksud dengan psikologi belajar?
4. Apa saja aliran psikologi belajar?
5. Apa yang dimaksud dengan psikologi sosial?
6. Bagaimana kesiapan belajar dan aspek individu?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:


1. Untuk mengetahui pentingnya memahami psikologi.
2. Untuk mengetahui pengertian psikologi perkembangan.
3. Untuk mengetahui pengertian psikologi belajar.
4. Untuk mengetahui apa saja alira psikologi belajar.
5. Untuk mengetahui pengertian psikologi sosial.
6. Untuk mengetahui bagaimana kesiapan belajar dan aspek indiviidu.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pentingnya Memahami Psikologi

Psikologi adalah ilmu yang mempelajari kondisi kejiwaan (kesadaran) manusia


dalam melakukan aktivitas-aktvitasnya, baik aktivitas motorik, kognitif maupun
emosionalnya. Seperti yang sudah dikemukakan mengenai pengertian psikologi merupakan
ilmu yang membicarakan tentang jiwa itu sendiri tidak nampak, maka yang dapat dilihat
atau diobservasi ialah perilaku atau aktivitas-aktivitas yang merupakan manifestasi atau
penjelmaan kehidupan jiwa. Perilaku dalam hal ini yaitu meliputi perilaku yang nampak
(overt behavior) dan juga perilaku yang tidak menampak (innert behavior). ( Bimo Walgito,
2005).

Ilmu psikologi sangat berperan penting dalam berbagai hal, contohnya tes
kepribadian. Tujuan tes kepribadian adalah mengetahui perbedaan diantara setiap
kepribadian dan kepribadian itu sendiri bersikap individual, yang berarti tidak seorang pun
yang memiliki kepribadian yang sama diantara satu dengan yang lainnya dan kepribadian
itu bukan berarti benar atau salah, bukan pula yang baik ataupun yang buruk. Tes tersebut
berupa kuesioner atau instrument standar lainnya yang didesain untuk mengungkapkan
karakter seseorang. Tes kepribadian sebagai analisis untuk menghasilkan respon yang
konon merupakan kepribadian dari seseorang dan biasanya digunakan dalam riset psikologi
untuk menguji berbagai teori kepribadian. Selain itu tes kepribadian mempunyai tiga fungsi
yaitu, fungsi seleksi, klasifikasi dan deskripsi. Fungsi seleksi berfungsi sebagai seleksi jika
digunakan untuk memilih individu yang sesuai kualifikasi yang diharapkan melalui media
online atau internet. Fungsi klasifikasi untuk mengelompokkan individu-individu dalam
kelompok sejenis dari hasil tes yang dilakukan. Fungsi deskirpsi untuk menjelaskan profil
seseorang baik kepribadian, tingkah laku, kemampuan, minat dan bakat

3
Dengan pesatnya perkembangan teknologi dari ilmu pengetahuan, maka perubahan-
perubahan pesat juga terjadi dalm dunia pendidikan. Kurikulum sering di refisi dan
pengembangan tujuan pendidikan sering mengalami perubahan perumusan. Dalam
kenyataan banyak dimana sekolah-sekolah masih mengutamakan penguasaan mata
pelajaran. Dari kenyataan tersebut maka sudah tiba saatnya dimana sekarang ini pendidikan
hendaknya lebih melayani kebutuhan psikologis anak. Psikologi pendidikan berusaha untuk
mewujudkan tindakan psikologis yang tepat dalam interaksi antar setiap faktor pendidikan.
Karena itu, pengetahuan tentang psikologi pendidikan seharunya menjadi kebutuhan bagi
para pendidik, bahkan bagi tiap orang yang menyadari peranannya sebagai pendidik.
Berdasarkan uraian di atas pengetahuan psikologis tentang anak didik menjadi hal yang
sangat penting dalam pendidikan.

Guru dalam menjalankan perannya sebagai pembiming, pendidik dan pelatih bagi
para peseta didiknya, tentunya dituntut memahami tentang berbagai aspek perilaku dirinya
maupun perilaku orang-orang yang terkait dengan tugasnya, terutama peilaku peserta didik
dengan segala aspeknya, sehingga dapat menjalankan tugas dan perannya secara efektif,
yang dapat memberikan kontribusi nyata bagi pencapain tujuan pendidikan di sekolah.

Disinilah arti penting Psikologi Pendidikan bagi guru. Penguasaan guru tentang
psikologi pendidikan merupkan salah satu kompetensi yang harus dikuasai guru.

Akifitas umum jiwa peserta didik yang perlu di ketahui oleh guru dalam pendidikan.

a) Psikis
1. Intlegensi siswa
Intelegensi umunnya merupakan kemempuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau
menuasaikan diri dengan lingkungan, dengan cara yang tepat.

2. Sikap siswa
Sikap adalah kecendrungan untuk bertindak berkenaan dengan objek tertentu. Sikap siswa
yang positif terutama pada anda atau pada mata pelajaran yang anda sajikan merupakan
bertanda awal yang baik bagi proses awal belajar siswa tersebut.

4
3. Bakat siswa
Bakat adalah kemampuan potensial yang dimilki seseorang untuk mencapai keberhasilan
pada masa yang akan datang. Dengan demikian, setiap orang pasti memiliki bakat dalam
arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ketingkat tertenru, sehingga bakat akan
dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestai belajar bidang-bidang studi tertentu.

4. Minat siswa
Secara sederhana, minat berarti kecendrungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginana
yang besar terhadap sesuatu. Jadi, minat dapat di ekspresikan melalui pernyataan yang
menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya, minat tidak
dibawa sejak lahir, melainkan di proleh kemudian.

5. Motifasi siswa
Pengertian dasar motifasi ialah keadaan internal organisme, baik maupun ataupun hewan,
yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Bahwa motifasi adalah proses pemenuhan
kebutuhan melalui aktifitas ornag lain secara langsung dan memerlukan intensi harmonis.

b). Fisiologis
1. pertama, keadaan jasmani. Keadaan jasmani pada umunya sangat mempengaruhi
aktifitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat akan meberikan pengaruh
positif terhadap kegiatan belajar individu.

2. Kedua, keadaan fungsi jasmani / fisiologis. Selama proses blajar berlangsung


pean fungsi fisiologis pada tubuh sangat mepengaruhi hasil belajar, terutama
panca indra. Dalam proses belajar, merupakan pintu masuk bagi segala informasi
yang di terima dan di tangkap oleh manusia. Panca indra yang memiliki peran
besar dalam aktifitas belajar adalah mata dan telinga.

5
Manfaat memahami dan mempelajari psikologi

a) Manfaat psikologi bagi guru / calon guru

1) Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat


Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru dapat
lebih tepat dalam menentukan bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki
sebgai tujuan pembelajaran.

2) Memilih strategi atau metote pembelajaran yang sesuai


Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru dapat
menentukan atrategi atau metode pembelajaran yang tepat dan sesuai bagi
siswanya.

3) Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling


Disamping melaksanakan pembelajaran, guru juga diharapkan dapat
membimbing para siswanya. Dengan memahami psikologi pendidikan, tentunya
diharapkan guru dapat memberikan bantuan psikologis secara tepat dan benar
yang penuh kehangatan dan keakraban.

4) Memfasilitasi dan memotifasi belajar peserta didik


Memfasilitasi artinya berusaha untuk mengembangkan segenap potensi yang
dimiliki siswa, seperti bakat dan minat. Sedangkan memotifasi dapat diartikan
berupaya memberikan dorongan kepada siswa untuk melakukan perbuatan
tertentu, khususnya perbuatan belajar.

5) Menciptakan iklim belajar yang kondusif


Guru dengan pemahaman psikologi pendidikan yang memadai memungkinkan
untuk dapat menciptakan iklim sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas,
sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman dan menyenangkan.

6
6) Berinteraksi secara tepat dengan siswanya
Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan memungkinkan untuk
terwujudnya interaksi dengan siswa secara lebih bijak, penuh empati dan
menjadi sosok yang menyenangkan di hadapan siswanya.

b) Manfaat psikologi bagi siswa

1) Pemahaman diri
Semua perilaku dapat di pahami melalui pemahaman psikologi, pada siswa
khususnya berinteraksi dengan siswa lain agar memudahkan dalam bersosialisasi.

2) Empati
Sebagian masalah timbul karena antar manusia gagal untuk saling memahami.
Psikologi mampu membantu siswa dalam memahami siswa lain.

3) Adaptasi
Dengan meningkatkan kemampuan untuk berempati dengan orang lain, siswa akan
mampu beradaptasi dengan baik dalam kelompok sosial.

4) Ketrampilan komunikasi
Psikologi juga menjelaskan bagaimana orang dapat berkomunikasi. Memahami
komunikasi juga akan memudahkan menghindari membuat kesalahan yang
menyebabkan misskomunikasi.

5) Pemecahan masalah
Pengetahuan psikologi dapat memecahkan masalah sehari-hari yang lebih efektif.
Bila anda memiliki pemahaman tentang bagaimana orang cenderung untuk bereaksi
dalam situasi tertentu anda dapat menghadapi situasi dengan cara yang lebih baik.

7
Metode psikologi yang di gunakan dalam pendidikan

1) Metode eksperimen
Pelaksanannya disesuaikan dengan data yang akan di angkat, misalnya data
pendengaran siswa, penglihatan siswa, dan gerak mata siswa ketika sedang
membaca. Metode eksperimen yang di gunakan dalam penelitian psikologi
pendidikan dengan tujuan untuk menguji keabsahan dan kecermatan simpulan-
simpulan yang ditarik dari hasil temuan penelitian dengan metode lain

2) Metode kuesioner
Metode kuesioner disebut juga metode surat menyurat. Ini karena pelaksanaan
penyebarannya dan pengembaliannya sering dikirimkan dari responden.
Penggunaan metode ini termasuk lebih menonjol di banding metode yang lain. Ini
karena lebih banyak sampel yang bisa di jangkau. Contoh data yang dapat di
himpun dengan cara penyebaran sebagai berikut : Karakteristik pribadi siswa, Latar
belakang keadaan siswa, Perhatian siswa dll.

3) Metode studi kasus


Metode penelitian yang digunakan untuk memperoleh gambaran yang rinci
mengenai aspek-aspek psikologi siswa tertentu. Metode ini memungkinkan peneliti
dapat melakukan penyelidikan pencatatan fakta dan penafsiran yang lebih luas dan
mendalam. Namun Studi kasus biasanya memerlukan waktu yang lama karena di
mulai dari anak balita sampai akhir perkembangannya.

4) Metode penyelidikan klinis


Metode ini hanya di gunakan oleh para ahli psikologis klinis atau psikiater. Dalam
metode ini ada prosedur diagnosis dan penggolongan penyakit kejiwaan serta cara-
cara pemberian perlakuan.

5) Metode observasi naturalistik

8
Sejenis observasi yang dilakukan secara alamiah. Disini peneliti tidak
menampakkan diri sebagai peneliti. Dalam pengguanaan kepentingan penelitian
psikolog pendidikan, seorang guru menjadi asistennya dapat mengaplikasikan
metode observasi ilmiah tersebut lewat kegiatan pengajaran dalam kelas regular.

B. Psikologi Perkembangan

Psikologi perkembangan merupakan salah satu bidang psikologi yang memfokuskan


kajian atau pembahasannya mengenai perubahan tingkah laku dan proses perkembangan
dari masa konsepsi (pra-natal) sampai mati. (Syamsu,2012: 3). Pengetahuan tentang
perkembangan anak dapat membantu mereka mengembangkan diri, dan memecahkan
masalah yang dihadapinya, melalui pemahaman tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan anak. Berbagai upaya untuk memfasilitasi perkembangan tersebut, baik di
lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Serta upaya untuk mencegah berbagai
kendala atau faktor-faktor yang mungkin akan mengkontaminasi (meracuni) perkembangan
anak dapat diantisipasi (Syamsu, 2012: 12).

Psikologi perkembangan lebih mempersoalkan tentang faktor-faktor umum yang


mempengaruhi proses perkembangan yang terjadi di dalam diri kepribadian itu sendiri.
Titik berat yang diberikan oleh para psikolog perkembangan ada pada relasi antara
kepribadian dan perkembangan. Menurut Kartono dalam Psikologi Anak, psikologi
perkembangan (psikologi anak) adalah suatu ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia
yang dimulai dari periode masa bayi, anak pemain, anak sekolah, masa remaja, sampai
periode menjelang dewasa (Ahmadi, 2005: 2-3).

Setiap anak dalam kodratnya membawa variasi dan irama perkembangan sendiri
yang perlu diketahui setiap orang tua, agar ia tidak bertanya-tanya bahkan bingung atau
beraksi negatif dalam menghadapi perkembangan anaknya. Bahkan ia harus bersikap

9
tenang sambil mengikuti terus menerus pertumbuhan anaknya, agar pertumbuhannya
terhindar dari gangguan apapun yang akan merugikan.

Masa anak-anak menjadi awal pembelajaran diri seseorang untuk memahami


lingkungannya. Pemahaman seorang anak terhadap lingkungan adalah salah satu proses
menuju kedewasaan. Pencapaian tingkat kedewasaan sesuai yang diinginkan tidak akan
terjadi dengan sendirinya tanpa pemberian bantuan secara sadar dan terencana
(Nurgiyantoro, 2005:215). Perlu diadakan pembentukan perkembangan pada anak-anak
yang dilakukan lewat berbagai cara salah satunya dengan memberikan bacaan yang
mengandung nilai-nilai moral terhadap anak-anak.

Psikologi perkembangan pada prinsipnya merupakan cabang dari psikologi.


Psikologi sendiri merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa Inggris, yaitu
“psychology”. Istilah ini pada mulanya berasal dari kata dalam bahasa Yunani “psyche”,
yang berarti roh, jiwa atau daya hidup, dan “logos” yang berarti Ilmu. Jadi, secara harfiah
“psychology” berarti “ilmu jiwa. (Desmita, 2007)

Sedangkan perkembangan adalah perubahan-perubahan yang dialami individu atau


organism menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya (Maturation) yang
berlangsung secara sitematis, progresif, dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik
(jasmaniah) maupun psikis (Rohaniah).

Yang dimaksud dengan sistematis, progresif, dan berkesinambungan adalah sebagai


berikut:

a. Sistematis, berarti perubahan dalam perkembangan itu bersifat saling


kebergantungan atau saling mempengaruhi antara bagian-bagian organism
(fisik dan psikis) dan merupakan suatu kesatuan yang harmonis.
b. Progresif, berarti perubahan yang terjadi bersifat maju, meningkat dan
mendalam (meluas) baik secara kuantitatif (fisik) maupun kualitatif (psikis).

10
c. Berkesinambungan, berarti perubahan pada bagian atau fungsi organisme itu
berkangsung secara beraturan atau berurutan, tidak terjadi secara kebetulan
atau loncat-loncat. (Yusuf & Syamsu LN, 2005)

Beberapa definisi Psikologi perkembangan menurut beberapa Ahli:


1. Menurut Prof. Dr. F.J. Monks, Prof. Dr. A.M.P. knoers, dan Prof. Dr. Siti
rahayu Haditoro dalam Psikologi Perkembangan adalah suatu Ilmu yang lebih
mempersoalkan faktor-faktor umum yang mempengaruhi proses perkembangan
(perubahan) yang terjadi dalam diri pribadi seseorang, dengan menitikberatkan
pada relasi antara kepribadian dan perkembangan.

2. Menurut Dra. Kartini Kartono dalam psikologi anak: psikologi perkembangan


adalah suatu ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia yang dimulai dengan
masa bayi, anak pemain, anak sekolah, masa remaja, sampai masa dewasa.

3. Menurut Drs. Imam Bawani dalam Pengantar Ilmu Jiwa Perkembangan


adalah bidang studi psikologi yang mempelajari perkembangan manusia dan
faktor-faktor yang membentuk perilaku seseorang sejak lahir sampai lanjut usia.

Adapun beberapa manfaat psikologi perkembangan sebagai berikut :

1) Dengan mempelajari psikologi, orang akan mengetahui fakta-fakta dan prinsip-


prinsip mengenai tingkah laku manusia.
2) Untuk memahami diri kita sendiri dengan mempelajari psikologi sedikit banyak
orang akan mengetahui kehidupan jiwanya sendiri, baik segi pengenalan,
perasaan, kehendak, maupun tingkah laku lainnya.
3) Dengan mengetahui jiwanya dan memahami dirinya itu maka orang dapat
menilai dirinya sendiri.
4) Pengenalan dan pemahaman terhadap kehidupan jiwa sendiri merupakan bahan
yang sangat penting untuk dapat memahami kehidupan jiwa orang lain.

11
5) Dengan bekal pengetahuan, psikologi juga dapat dipakai sebagai bahan untuk
menilai tingkah laku normal, sehingga kita dapat mengetahui apakah tingkah
laku seseorang itu sesuai tidak dengan tingkat kewajarannya, termasuk tingkat
kenormalan tingkah laku kita sendiri.
6) Teori-teori dan penelitian-penelitian membantu meningkatkan kualitas dan
potensi perkembangan manusia

C. Psikologi Belajar

Kata ‘belajar’ tentu tidak asing ditelinga setiap orang karena semua orangpasti
pernah belajar. Belajar bukan hanya berarti menempuh pendidikan formal di sebuah
instansi pendidikan dimulai dari taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah, dan
perguruan tinggi, belajar bisa dilakukan dari sumber manasaja. Berdasarkan kamus besar
Bahasa Indonesia, belajar bisa diartikan sebagai berusaha memperoleh kepandaian;
berlatih; dan berubah tingkah lakuatautanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.
Beberapa ahli juga mendefinisikan kata belajar dengan berbagai pengertian.

Menurut Walker dalam buku ‘Conditioning and Instrumental Learning’, belajar


didefinisikan sebagai perubahan perbuatan sebagai akibat dari pengalaman. Menurut C.T.
Morgan, belajar adalah suatu perubahan yang relatif dalammenetapkan tingkah laku
sebagai akibat atau hasil dari pengalaman yangtelahlalu. Sedangkan menurut Crow &
Crow, belajar adalah upaya pemerolehankebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap baru.

Teori adalah seperangkat azaz yang tersusun tentang kejadian-kejadiantertentu


dalam dunia nyata dinyatakan oleh McKeachie dalamgrendel 1991: 5(Hamzah Uno,
2006:4). Sedangkan Hamzah (2003:26) menyatakan bahwa teori merupakan seperangkat
preposisi yang didalamnya memuat tentang ide, konsep, prosedur dan prinsip yang terdiri
dari satu atau lebih variable yang salingberhubungan satu sama lainnya dan dapat
dipelajari, dianalisis dan diuji sertadibuktikan kebenarannya. Dari dua pendapat diatas

12
Teori adalah seperangkat azaztentang kejadian-kejadian yang didalamnnya memuat ide,
konsep, prosedur danprinsip yang dapat dipelajari, dianalisis dan diuji kebenarannya. Teori
belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara pengaplikasian
kegiatanbelajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode
pembelajaranyangakan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas.

Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku melalui pendidikan. Perubahan
tidak hanya mengenai sejumlah pengetahuan, melainkan juga dalam bentuk kecakapan,
kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian diri dan mengenai segala
aspek organisme atau pribadi seseorang.

Pada dasarnya belajar merupakan tahapan perubahan prilaku siswa yang relatif positif
dan mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif,
dengan kata lain belajar merupakan kegiatan berproses yang terdiri dari beberapa tahap.
Tahapan dalam belajar tergantung pada fase-fase belajar, dan salah satu tahapannya adalah
yang dikemukakan oleh witting yaitu :

1. Tahap acquisition, yaitu tahapan perolehan informasi;

2. Tahap storage, yaitu tahapan penyimpanan informasi;

3. Tahap retrieval, yaitu tahapan pendekatan kembali informasi

Defenisi lain sebagaimana yang dikemukakan oleh Lismawati, “Belajar adalah suatu
proses yang menyebabkan perubahan dalam tingkah laku atau kecakapan manusia, yang
bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisiologis”. Hal ini dimaksudkan
bahwa dalam proses belajar itu akan terjadi perubahan tingkah laku pada diri seseorang
yang meliputi pengamatan, perasaan, dan sebagaimana yang bukan disebabkan oleh
pengaruh pertumbuhan.

13
Sedangkan menurut Rohmalina Wahab, belajar adalah semua aktivitas mental atau
psikis yang dilakukan oleh seseorang sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang
berbeda antara sesudah belajar dan sebelum belajar.

Banyak ahli yang telah mendefinisikan apa itu belajar . Di antaranya adalah definisi
yang diungkapkan oleh :

a. Hilgard dan Bower, bukunya Theories of Learning (1975) mengemukakan.


“Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi
tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di
mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon
pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan,
pengaruh obat dan sebagainya).”

b. Gagne, dalam bukunya The Conditions of Learning (1977) menyatakan bahwa:


“Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi
siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu
sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi.”

c. Morgan, dalam bukunya Introduction to Psykology (1978) mengemukakan: “Belajar


adalah setiap perubahan yang relatif rmenetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai
suatu hasil dari latihan atau pengalaman.”

d. Witherington, dalam buku Educational Psykology mengemukakan “Belajar adalah


suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru
daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu
pengertian“.

Secara umum istilah belajar dimaknai sebagai suatu kegiatan yang mengakibatkan
terjadinya perubahan tingkah laku. Dengan pengertian demikian, maka belajar dapat
dimaknai sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga
tingkah laku peserta didik berubah ke arah yang lebih baik. Adapun yang dimaksud dengan

14
proses belajar adalah sarana dan cara bagaimana suatu generasi belajar, atau dengan kata
lain bagaimana sarana belajar itu secara efektif digunakan. Hal ini tentu berbeda dengan
proses belajar yang diartikan sebagai cara bagaimana para pembelajar itu memiliki dan
mengakses isi pelajaran itu sendiri.

Berangkat dari pengertian tersebut, maka dapat dipahami bahwa belajar membutuhkan
hubungan dialogis yang sungguh-sungguh antara guru dan peserta didik, dimana
penekanannya adalah pada proses belajar oleh peserta didik (student of learning), dan
bukan pengajaran oleh guru (teacher of teaching). Konsep seperti ini membawa
konsekuensi kepada fokus belajar yang lebih ditekankan pada keaktifan peserta didik
sehingga proses yang terjadi dapat menjelaskan sejauh mana tujuan-tujuan belajar yang
telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.

Keaktifan peserta didik ini tidak hanya dituntut secara fisik saja, tetapi juga dari segi
kejiwaan. Apabila hanya fisik peserta didik saja yang aktif, tetapi pikiran dan mentalnya
kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan belajar tidak tercapai. Ini sama halnya
dengan peserta didik tidak belajar, karena peserta didik tidak merasakan perubahan di
dalam dirinya.

Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan
lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dan tugas guru
adalah mengkoordinasikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi
peserta didik. Belajar juga dapat diartikan sebagai usaha sadar pendidik untuk membantu
peserta didik agar mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya. Disini
pendidik berperan sebagai fasilitator yang menyediakan fasilitas dan menciptakan situasi
yang mendukung peningkatan kemampuan belajar peserta didik.

Fungsi-fungsi belajar yaitu sebagai berikut:

1. Belajar sebagai sistem

15
Belajar sebagai sistem terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisir antara lain
tujuan belajar, materi belajar, strategi dan metode belajar, media belajar/alat peraga,
pengorganisasian kelas, evaluasi belajar, dan tindak lanjut belajar (remedial dan
pengayaan).

2. Belajar sebagai proses

Belajar sebagai proses merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka
membuat siswa belaja, meliputi:

a. Persiapan, merencanakan program pengajaran tahunan, semester, dan penyusunan


persiapan mengajar (lesson plan) dan penyiapan perangkat kelengkapannya antara lain alat
peraga, dan alat evaluasi, buku atau media cetak lainnya.

b. Melaksanakan kegiatan belajar dengan mengacu pada persiapan belajar yang telah
dibuatnya. Banyak dipengaruhi oleh pendekatan atau strategi dan metode-metode belajar
yang telah dipilih dan dirancang penerapannya, serta filosofi kerja dan komitmen guru,
persepsi, dan sikapnya terhadap siswa;

c. Menindaklanjuti belajar yang telah dikelolanya. Kegiatan pasca belajar ini dapat
berbentuk enrichment (pengayaan), dapat pula berupa pemberian layanan remedial
teaching bagi siswa yang berkesulitan belajar.

Ciri-ciri belajar sebagai berikut :

1) Merupakan upaya sadar dan disengaja.


2) Belajar harus membuat siswa belajar.
3) Tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan.
4) Pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu, proses maupun hasil.

Dalam peroses belajar dikenal adanya bermacam-macam kegiatan yang memiliki corak
yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Keanekaragaman jenis belajar ini muncul

16
dalam dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan kehidupan manusia yang juga
bermacam-macam.

Sebagaimana Genre berpendirian bahwa memang belajar dipengaruhi oleh 2 hal


yakni variabel dalam diri dan di luar diri individu yang saling berinterakis. Dengan
pandangan elitnya itu, genre merinci proses belajar menjadi delapan jenis belajar, yaitu:

a. Signal learning atau belajar isyarat

Belajar isyarat adalah belajar yang dimulai dengan mengenal adanya isyarat, tanda
atau petunjuk yang mengimplikasikan pada proses perubahan perilaku, misalnya berhenti
bicara karena mendapat isyarat telunjuk mulut sebagai tanda tidak boleh ribut, berhenti
mengendarai sepeda motor diperempatan jalan saat lampu merah menyala.

b. Stimulus-response learning atau belajar stimulus respon

Belajar stimulus respon adalah proses perubahan perilaku yang dihasilkan oleh
terciptanya relasi antara stimulus atau rangsangan dengan respon atau jawaban atas
stimulus,misalnya timbul selera makan karena mencium bau sate, melakukan perbuatan
karena ada komando, berlari karena mendengar suara anjing menggonggong di belakang.

c. Chaining learning belajar rangkaian

Belajar rangkaian adalah terjadi melalui perpaduan berbagai proses stimulus-respon,


sehingga melahirkan perilaku segera atau spontan seperti konsepsi merah-putih, panas-
dingin, ibu-bapak, kaya-miskin.

d. Verbal association learning atau belajar asosiasi verbal

Belajar asosiasi verbal adalah proses memahami perbuatan (konsep, prinsip, benda,
situasi dan lain-lain) melalui proses penyerupaan hal itu dengan suatu benda (verbal).
Misalnya perahu itu seperti badan itik atau kereta api itu nampak seperti keluang (kaki
seribu) atau wajahnya seperti bulan kesiangan

17
e. Discrimination learning atau belajar perbedaan atau deskriminasi

Belajar deskriminasi adalah belajar memahami sesuatu hal dengan cara melihat
perbedaan karakteristik yang dimiliki oleh objek belajar. misalnya membedakan jenis
tumbuhan atas dasar urat daunnya, suku bangsa menurut tempatnya, dan negara menurut
tingkat kemajuan.

f. Concept learning atau belajar konsep

Belajar konsep adalah aktivitas individu dalam memahami suatu benda, proses,
gejala, aturan, pengalaman melalui proses mengenal ciri-cirinya, contoh, dan sifat dari ciri-
ciri itu. Pemahaman tersebut selanjutnya dapay digunakan oleh individu dalam memahami
hal-hal yang sama yang lebih luas, lebih banyak; misalnya pemahaman terhadap manusia
adalah termasuk makhluk khidup dengan cara melihat contoh dan ciri-ciri manusia
dibandingkan dengan non manusia, misal binatang atau tumbuh-tumbuhan. Nampaknya
belajar konsep merupakan peningkatan dari belajar deskriminasi.

g. Rule learning atau belajar hukum atau aturan

Belajar hukum adalah belajar membangun prinsip atau aturan dengan menggunakan
serangkaian fakta, data, peristiwa, dan pengalaman yang telah diketahui atau dialami
sebelumnya. Aturan yang dibangun itu berupa kesimpulan yang berlaku umum dan
karenanya dapat diterapkan pada situasi yang sama yang jangkauan dan cakupannya lebih
luas. Misalnya ditemukan bahwa benda memuai bila dipanaskan, iklim suatu tempat
dipengaruhi oleh tempat kedudukan geografis dan astronomi di muka bumi, harga
dipengaruhi oleh penawaran dan permintaan.

h. Problem Solving Learning atau Belajar pemecahan masalah

Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar menggunakan metode-


metode ilmiah atau berfikir secara sistematis, logis dan teratur.

18
Menurut Nyayu (2014), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat
digolongkan menjadi dua yaitu:

1. Faktor- faktor yang berasal dari dalam diri pembelajar, yang meliputi:

a. Faktor-faktor fisiologis
b. Faktor-faktor psikologis

2. Faktor-faktor yang berasal dalam diri pembelajar

a. Faktor-faktor sosial
b. Faktor-faktor non sosial

Faktor-faktor fisiologis yang mempengaruhi belajar mencakup dua hal, yaitu:

1. Keadaan tonus jasmani pada umumnya. Keadaan tonus jasmani berpengaruh pada
kesiapan dan aktivitas belajar. Orang yang keadaan jasmaninya segar akan siap dan aktif
dalam belajarnya, sebaiknya orang yang keadaan jasmaninya lesu dan lelah akan
mengalami kesulitan untuk menyiapkan diri dan melakukan aktivitas untuk belajar.

2. Keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu. Keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu,


terutama kesehatan pancaindra akan mempengaruhi belajar. Pancaindra merupakan alat
untuk belajar. Karenanya, berfungsinya indra dengan baik merupakan syarat untuk
dapatnya belajar itu dengan dengan baik.

Faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi belajar antara lain mencakup:

1. Minat, adanya terhadap objek yang dipelajari akan mendorong orang untuk
mempelajari sesuatu dan mencapai hasil belajar yang maksimal. Karena komponen psikis
yang berperan mendorong seseorang untuk meraih tujuan yang diinginkan, sehingga ia
bersedia melakukan kegiatan berkisar objek yang diamati.

19
2. Motivasi, motivasi seseorang akan menentukan hasil belajar yang dicapainya. Bahkan
dua orang yang sama-sama menunjukkan perilaku belajar yang sama, namun memiliki
motivasi belajar yangberbeda akan mendapat hasil belajar yang relatif berbeda.

3. Intrelegensi, merupakan modal utama dalam melakukan aktivitas belajar dan


mencapai hasil belajar yang maksimal. Orang berintelegensi rendah tidak mungkin
mencapai hasil belajar yang melebihi orang yang berintelegensi tinggi.

4. Memori, kemampuan untuk merekam, menyimpan dan mengungkapkan kembali apa


yang telah dipelajari dan sangat membantru dalam proses belajar dan mencapai hasil belajar
yang lebih baik

5. Emosi, penelitian tentang otak menunjukkan bahwa emosi yang positif sangat
membantu kerja saraf otak untuk “merekatkan” apa yang dipelajari di dalam memori.

D. Aliran Psikologi Belajar

1. Strukturalisme

Struktur adalah sistem transformasi yang mengandung kaidah sebagai sistem


(sebagai lawan dari sifat unsur-unsur) dan yang melindungi diri atau memperkaya diri
melalui peran transformasi-transformasinya, tanpa keluar dari batas-batasnya atau
menyebabkan masuknya unsur-unsur luar.

Strukturalisme menekankan pada pengalaman mental yang kompleks, yang terdiri


atas keadaan-keadaan mental yang sederhana, kesadaran dan proses pembentukannya.

Tujuan psikologi, menurut kaum strukturalis adalah menyelidiki apa, bagaimana,


dan mengapa terjadi pengalaman dan kesadaran. Kaum strukturalis memecahkan masalah
relasi kesadaran dengan otak atau tubuh, dengan jalan menggunakan prinsip pararelisme
psikofisikal, yaitu satu bentuk dualisme di mana jiwa dan tubuh dianggap sebagai dua

20
substansi yang terpisah satu dari lain tanpa interaksi di antara keduanya; tetapi pararel
antara satu dengan lainnya sedemikian rupa, sehingga untuk setiap kejadian di dalam
kesadaran selalu akan terdapat peristiwa yang cocok dan sesuai di dalam tubuh. Tokoh
psikologi strukturalisme ini adalah Wilhelm Wundt.

2. Fungsionalisme

Fungsionalisme (Functional Psychology) adalah aliran psikologi yang tumbuh di


Amerika serikat yang dipelopori oleh William James (sering disebut bapak psikologi
Amerika Serikat). Tokoh-tokoh lain juga terkenal yang dibagi dua kelompok yaitu Chicago
(Chicago School of Functionalism) didirikan John Dewey dan kelompok Columbia
(Columbia School of Functionalism) dengan tokohnya James McKeen Cattell).

Fungsionalisme merupakan reaksi terhadap pandangan/ aliran strukturalisme


tentang keadaan-keadaan mental. Fungsionalisme adalah suatu tendensi dalam psikologi
yang menyatakan bahwa pikiran, proses mental, persepsi indrawi, dan emosi adalah
adaptasi organisme biologis sebagai suatu jenis psikologi yang menggaris bawahi fungsi-
fungsi dan bukan hanya fakta-fakta dari fenomena mental, atau berusaha menafsirkan
fenomena mental dalam kaitan dengan peranan yang dimainkannya dalam kehidupan
organisme itu, dan bukan menggambarkan atau menganalisis fakta-fakta pengalaman atau
kelakuan yang mendekati masalah pokok dari sudut pandang yang dinamis, dan bukan dari
sudut pandang statis.

3. Behaviourisme

Behaviorisme muncul sebagai kritik lebih lanjut dari strukturalisme Wundt.


Meskipun didasari pandangan dan studi ilmiah dari Rusia, aliran ini berkembang di AS,
merupakan lanjutan dari fungsionalisme. Behaviorisme secara keras menolak unsur-unsur
kesadaran yang tidak nyata sebagai obyek studi dari psikologi, dan membatasi diri pada
studi tentang perilaku yang nyata. Dengan demikian, Behaviorisme tidak setuju dengan
penguraian jiwa ke dalam elemen seperti yang dipercayai oleh strukturalism. Berarti juga

21
behaviorisme sudah melangkah lebih jauh dari fungsionalisme yang masih mengakui
adanya jiwa dan masih memfokuskan diri pada proses-proses mental.

Peletak dasar aliran ini adalah Ivan Pavlov (1849-1936) dan William Mc Dougall
(1871-1938). Teorinya yang terkenal adalah mengenai insting. Menurutnya insting adalah
kecenderungan bertingkah laku dalam situasi tertentu sebagai hasil pembawaan sejak lahir
dan tidak dipelajari sebelumnya. Setelah eksperimen yang dilakukan oleh Pavlov, maka
muncullah pendapat-pendapat yang kemudian muncul sebagai aliran behaviourisme. Inti
dari aliran ini adalah asumsi bahwa jiwa bukan materi sehingga tidak dapat diteliti secara
langsung. Penelitian difokuskan pada tingkah laku dengan asumsi bahwa tingkah laku
merupakan wujud dari kejiwaan manusia maupun hewan lainnya.

4. Psikoanalisis.

Aliran psikoanalisis muncul pada tahun 1900 sebagai upaya memperdalam


pandangan-pandangan psikologis dan mengkaitkannya melalui berbagai kemajuan dalam
bidang kedokteran.Tokoh yang disebut sebagai bapak psikoanalisis adalah Sigmun
Freud.Freud lahir tanggal 6 Mei 1856 di Freiberg Moravia. Freud berusaha meredksi
psikologi menjadi kedalam neurologi karena pada dasarnya ia adalah seorang ahli saraf.

Teori dasar dari sigmun adalah ide tentang alam sadar (conscious mind) versus alam
bawah sadar (unconscious mind). Alam sadar merupakan apa yang seseorang sadari pada
saat-saat tertentu, pengindraan langsung, ingatan, pemikiran, fantasi, perasaan yang anda
miliki. Hal yang berkaitan erat dengan alam sadar adalah alam pra-sadar, yaitu apa yang
disebut saat ini dengan “kenangan yang sudah tersedia” (available memory), yaitu segala
sesuatu yang dengan mudah data dipanggil kea lam sadar, kenang-kenangan yang walaupun
tidak anda ingat waktu berpikir, tapi dapat dengan mudah diapanggil lagi. Menurut Freud
keduanya adalah bagian terkecil dari fikiran.

Adapun bagian terbesar dari pikiran adalah alam bawah sadar (unsconscious
mind).Bagian ini mencakup segala sesuatu yang sangat sulit dibawa kealam sadar,
termasuk segala sesuatu yang memang asalnya dari alam bawah sadar seperti nafsu dan

22
insting. Freud berpendapat bahwa alam bawah sadar adalah sumber dari motivasi dan
dorongan yang ada dalam diri kita, apakah itu hasrat yang sederhana seperti makanan atau
seks, atau motif-motif yang mendorong seniman atau ilmuwan berkarya.

5. Humanistik

Muncul sebagai kritik terhadap pandangan tentang manusia yang mekanistik ala
behaviorisme dan pesimistik ala psikoanalisa. Oleh karenanya sering disebut sebagai the
third force (the first force is behaviorism, the second force is psychoanalysis).

Tokoh- tokoh aliran humanistic, yaitu:

1. Carl Rogers (1902 – 1988)

Rogers mendasarkan teori dinamika kepribadian pada konsep aktualisasi diri.


Aktualisasi diri adalah daya yang mendorong pengembangan diri dan potensi individu,
sifatnya bawaan dan sudah menjadi ciri seluruh manusia. Aktualisasi diri yang mendorong
manusia sampai kepada pengembangan yang optimal dan menghasilkan ciri unik manusia
seperti kreativitas, inovasi, dan lain-lain.

2. Abraham Maslow (1908-1970)

Maslow dikenal dengan teori motivasinya. Teori ini mengasumsikan bahwa


perkembangan psikologis manusia didorong oleh hirarki kebutuhannya, yaitu physiological
needs, safety needs, love & belonging needs, esteen needs, dan selfactualization.

6. Gestalt.

Istilah gestalt berasal dari bahasa Jerman. dalam bahasa inggris berarti form, shape,
configuration, whole. Apabila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti, keseluruhan,
esensi, totalitas, hal peristiwa dan hakikat. Aliran ini dikembangkan di sekolah Berlin oleh
tokoh-tokohnya seperti M. Weitheimerm K. Koffka, dan W. Kohler. Aliran ini memandang
yang utama bukanlah elemen tetapi keseluruhan. Metode kerjanya adalah mengannalisis
unsur-unsur kejiwaan. Kesadaran dan jiwa manusia tidak munfkin dianalisis kedalam

23
elemen-elemen. Gejala kejiwaan harus dipelajari sebagai suatu keselurujan atau totalitas.
Keseluruhan adalah lebih lebih dari sekedar penjumlahan unsur-unsurnya.keseluruhan itu
lebih dahulu ditanggapi dari bagian-bagiannya dan bagian-bagian itu harus memperoleh
makna keseluruhan. Artinya, makna gestalt bergantung pada unsur-unsurnya dan
sebaliknya arti unsure-unsur itu bergantung pula pada gestalt.

Psikologi gestalt memandang keberadaam totalitas batiniah yang mengorganisasi


yang memposisikan totalitas sebagai sesuatu yang utama, sedangkan elemen-elemen
kejiwaan merupakan sesuatu yang sekunder.. lebih lanjut, gejala-gejala psikis yang khusus
menurut gestalt merupakan totalitas dari seluruh keadaan psikis yang menentukan
bangkitnya tenaga batiniah dalam psikis manusia.

E. Psikologi Sosial

Psikologi sosial adalah ‘anak’ dari psikologi. Psikologi sendiri mempunyai arti
sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang prinsip perilaku manusia. Sedangkan
manusia itu tidak bisa hidup sendirian, karena ia memang pada dasarnya adalah makhluk
sosial. Manusia itu hidup dalam suatu sistem sosial. Ilmu pengetahuan yang mempelajari
tentang sistem sosial disebut sosiologi.

Sistem sosial itu misalnya keluarga, organisasi dan masyarakat. Dalam sistem sosial
itu akan terjadi suatu proses sosial yang kompleks seperti perubahan sosial dan sosialisasi
pada anak-anak. Jadi disini nampak bahwa sebagian area psikologi ternyata tumpang tindih
dengan sosiologi.

Area yang ‘berbau’ psikologi dan sosiologi itulah yang dimaksud dengan psikologi
sosial. Jadi psikologi sosial adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang bagaimana
perilaku individu dapat dipengaruhi tetapi juga dapat mempengaruhi orang dalam situasi-
situasi sosial.

Ilmu ini sangat memperhatikan interaksi manusia dan Human relationship dalam
dunia sosial. Ilmu ini juga memperhatikan bagaimana pikiran, perasaan, dan perilaku

24
individu yang mana hal itu erat hubungannya dengan kepercayaan, motif dan perilaku
individu lainnya. Hal itu diekspresikan dalam proses-proses sosial yang kompleks.

Mempelajari psikologi sosial ternyata tidak sulit. Ini karena ilmu tersebut sangat
erat hubungannya dengan ilmu-ilmu lain seperti sosiologi, antropologi budaya, politik,
ekonomi, sejarah, administrasi publik dan bahkan ilmu hukum.

Pertumbuhan dan perkembangan psikologi sosial yang berkaitan erat dengan


sosiologi, antropologi dan psikologi, menyebabkan banyak definisi psikologi sosial yang
diberikan oleh ilmu-ilmu pengetahuan sosiologi, antropologi dan psikologi. Akan tetapi
psikologi sosial yang merupakan ilmu pengetahuan sendiri juga memiliki definisi yang
diiberikan oleh ahli psikologi sosial sendiri.
F. Kesiapan Belajar dan Aspek Individu

Kesiapan belajar secara umum adalah kemampuan seseoramh untuk mendapatkan


keuntungan dari pengalaman yang ia temukan. Sementara itu kesiapan kognisi bertalian
dengan pengetahuan, pikiran, dan kualitas berpikir seseorang dalam menghadapi situasi
belajar yang baru. Kemampuan-kemampuan ini bergantung pada tingkat kematangan
intelektual. Latar belakang pengalaman, dan cara-cara pengetahuan sebelumnya distruktur
(Connell, 1974).

Kesiapan afeksi belajar di kelas bergantung kepada kekuatan motif atau kebutuhan
berprestasi, orientasi motivasi itu sendiri, dan faktor-faktor situsional yang mungkin
membangunkan motivasi. Ciri-ciri motivasi yang mendorong untuk berprestasi adalah
mengejar kompetensi,nusaha mengaktualisasi diri dan usaha berprestasi.

Bagi pendidij di sekolah, baik intervensi pada umur-umur muda maupun melayani
motivasi berprestasi pada anak-anak yang lebih tua perlu dilakukan setiap saat. Sebab
motivasi ini merupakan modal pertama bagi anak-anak unuk gemar belajar.

25
Dalam proses pendidikan peserta didik atau warga lah yang harus memegang
peranan utama. Sebab mereka adalah individu yang hidup dan mampu berkembang sendiri.
Pendidikan harus memperlakukan dan melayani perkembangan mereka secara wajar. Ibarat
proses mekarnya bunga, pendidik tidak boleh memaksa kelopak-kelopak bunga agar segera
mekar, melainkan harus menunggu dengan sabar sambil rajin memberi pupuk, menyirami
dan memindahkan dan atau menutupi dari sengatan sinar matahari yang terik. Bisrkanlah
mereka berkembang secara wajar, sesuai dengan kodratnya.

Karena peserta didik atau warga belajar sebagai individu, maka ada pula orang
menyebutnya sebagai subjek didik. Disini terkandung makna bahwa mereka, merupakan
subjek yang mempunyai pendirian sendiri, dan sebagainya. Mereka mampu melakukan
kegiatan sendiri untuk mengembangkan dirinya masing-masing dengan menggunakan
perlengkapan-perlengkapan yang mereka miliki.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penulisan makalah ini dapat diambil kesimpulan bahwa landasan


psikologis dapat didefenisikan sebagai suatu landasan yang dijadikan sebagai titik tolak
dalam proses pendidikan yang membahas berbagai informasi tentang jiwa atau psikis
manusia yang selalu mengalami perkembangan dari bayi hingga usia lanjut sehingga dapat
memudahkan pelaksanaan proses pendidikan.

B. Saran
Dari pembahasan diatas, menunjukan bahwa pemahaman tentang Psikologi Sebagai
Landasan Pendidikan. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan,
kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas

26
dengan sumber-sumber yang lebih banyak dan dapat dipertanggung jawabkan. Oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini.

27
DAFTAR PUSTAKA

Desmita, Psikologi Perkembangan, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2007.

Darsono. 2000. Belajar dan Pembelajara. Semarang: IKIP Semarang Press..

Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Pelajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada..

Wahab, Rohmalina. 2014. Psikologi Belajar. Palembang: Grafika Telindo Press.

Widya, Lisnawaty. 2006. Evaluasi Belajar Mengajar Jakarta: Mutiara Permata.

28

Anda mungkin juga menyukai