Oleh :
Kelas 1C
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Psikologi Sebagai
Landasan Pendidikan” ini dengan tepat waktu.
Adapun tujuan dan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh Dosen kami ibu Prof. Dr. Novianty Djafri, S.Pd.I, M.Pd.I pada mata kuliah
Psikologi Pendidikan. Selain itu, Makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Psikologi sebagai landasan pendidikan bagi para pembaca dan juga penulis.
Penulis meyakini bahwa makalah ini masih ada kekurangan dari kualitas atau Ilmu
pengetahuan yang dikuasai. Oleh karena itu penulis memohon kritik dan saran yang
membangun untuk menyempurnakan pembuatan makalah dimasa mendatang.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN.........................................................................................................3
B. Psikologi Perkembangan................................................................................................9
C. Psikologi Belajar...........................................................................................................12
E. Psikologi Sosial.............................................................................................................24
A. Kesimpulan...................................................................................................................26
B. Saran.............................................................................................................................26
ii
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................27
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia, dengan
pendidikan manusia dapat memaksimalkan potensi yang ada pada dirinya. Banyak
pendidik yang memaksakan kehendaknya kepada peserta didik untuk melakukan hal yang
mereka inginkan sedangkan peserta didik sendiri tidak membutuhkanya, maka setiap guru
dituntut untuk memahami teori psikologi pendidikan agar potensi yang ada pada peserta
didik dapat dikembangkan berdasarkan tahap perkembangannya. Banyak para ahli yang
memaparkan tentang perkembangan peserta didik diantaranya Piaget, Carl R. Rogers,
Kohnstam.
1
Karena pentingnya landasan psikologi pendidikan dalam proses pembelajaran
maka makalah ini akan membahas tentang landasan psikologi pendidikan, bentuk
psikologi dalam pendidikan, pentingnya landasan psikologi dalam pendidikan, implikasi
landasan psikologi dalam pendidikan..
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumusakan
menjadi beberapa rumusan masalah antara lain sebagai berikut:
1. Apa Pentingnya Memahami Psikologi?
2. Apa yang dimaksud dengan psikologi perkembangan?
3. Apa yang dimaksud dengan psikologi belajar?
4. Apa saja aliran psikologi belajar?
5. Apa yang dimaksud dengan psikologi sosial?
6. Bagaimana kesiapan belajar dan aspek individu?
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Ilmu psikologi sangat berperan penting dalam berbagai hal, contohnya tes
kepribadian. Tujuan tes kepribadian adalah mengetahui perbedaan diantara setiap
kepribadian dan kepribadian itu sendiri bersikap individual, yang berarti tidak seorang pun
yang memiliki kepribadian yang sama diantara satu dengan yang lainnya dan kepribadian
itu bukan berarti benar atau salah, bukan pula yang baik ataupun yang buruk. Tes tersebut
berupa kuesioner atau instrument standar lainnya yang didesain untuk mengungkapkan
karakter seseorang. Tes kepribadian sebagai analisis untuk menghasilkan respon yang
konon merupakan kepribadian dari seseorang dan biasanya digunakan dalam riset psikologi
untuk menguji berbagai teori kepribadian. Selain itu tes kepribadian mempunyai tiga fungsi
yaitu, fungsi seleksi, klasifikasi dan deskripsi. Fungsi seleksi berfungsi sebagai seleksi jika
digunakan untuk memilih individu yang sesuai kualifikasi yang diharapkan melalui media
online atau internet. Fungsi klasifikasi untuk mengelompokkan individu-individu dalam
kelompok sejenis dari hasil tes yang dilakukan. Fungsi deskirpsi untuk menjelaskan profil
seseorang baik kepribadian, tingkah laku, kemampuan, minat dan bakat
3
Dengan pesatnya perkembangan teknologi dari ilmu pengetahuan, maka perubahan-
perubahan pesat juga terjadi dalm dunia pendidikan. Kurikulum sering di refisi dan
pengembangan tujuan pendidikan sering mengalami perubahan perumusan. Dalam
kenyataan banyak dimana sekolah-sekolah masih mengutamakan penguasaan mata
pelajaran. Dari kenyataan tersebut maka sudah tiba saatnya dimana sekarang ini pendidikan
hendaknya lebih melayani kebutuhan psikologis anak. Psikologi pendidikan berusaha untuk
mewujudkan tindakan psikologis yang tepat dalam interaksi antar setiap faktor pendidikan.
Karena itu, pengetahuan tentang psikologi pendidikan seharunya menjadi kebutuhan bagi
para pendidik, bahkan bagi tiap orang yang menyadari peranannya sebagai pendidik.
Berdasarkan uraian di atas pengetahuan psikologis tentang anak didik menjadi hal yang
sangat penting dalam pendidikan.
Guru dalam menjalankan perannya sebagai pembiming, pendidik dan pelatih bagi
para peseta didiknya, tentunya dituntut memahami tentang berbagai aspek perilaku dirinya
maupun perilaku orang-orang yang terkait dengan tugasnya, terutama peilaku peserta didik
dengan segala aspeknya, sehingga dapat menjalankan tugas dan perannya secara efektif,
yang dapat memberikan kontribusi nyata bagi pencapain tujuan pendidikan di sekolah.
Disinilah arti penting Psikologi Pendidikan bagi guru. Penguasaan guru tentang
psikologi pendidikan merupkan salah satu kompetensi yang harus dikuasai guru.
Akifitas umum jiwa peserta didik yang perlu di ketahui oleh guru dalam pendidikan.
a) Psikis
1. Intlegensi siswa
Intelegensi umunnya merupakan kemempuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau
menuasaikan diri dengan lingkungan, dengan cara yang tepat.
2. Sikap siswa
Sikap adalah kecendrungan untuk bertindak berkenaan dengan objek tertentu. Sikap siswa
yang positif terutama pada anda atau pada mata pelajaran yang anda sajikan merupakan
bertanda awal yang baik bagi proses awal belajar siswa tersebut.
4
3. Bakat siswa
Bakat adalah kemampuan potensial yang dimilki seseorang untuk mencapai keberhasilan
pada masa yang akan datang. Dengan demikian, setiap orang pasti memiliki bakat dalam
arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ketingkat tertenru, sehingga bakat akan
dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestai belajar bidang-bidang studi tertentu.
4. Minat siswa
Secara sederhana, minat berarti kecendrungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginana
yang besar terhadap sesuatu. Jadi, minat dapat di ekspresikan melalui pernyataan yang
menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya, minat tidak
dibawa sejak lahir, melainkan di proleh kemudian.
5. Motifasi siswa
Pengertian dasar motifasi ialah keadaan internal organisme, baik maupun ataupun hewan,
yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Bahwa motifasi adalah proses pemenuhan
kebutuhan melalui aktifitas ornag lain secara langsung dan memerlukan intensi harmonis.
b). Fisiologis
1. pertama, keadaan jasmani. Keadaan jasmani pada umunya sangat mempengaruhi
aktifitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat akan meberikan pengaruh
positif terhadap kegiatan belajar individu.
5
Manfaat memahami dan mempelajari psikologi
6
6) Berinteraksi secara tepat dengan siswanya
Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan memungkinkan untuk
terwujudnya interaksi dengan siswa secara lebih bijak, penuh empati dan
menjadi sosok yang menyenangkan di hadapan siswanya.
1) Pemahaman diri
Semua perilaku dapat di pahami melalui pemahaman psikologi, pada siswa
khususnya berinteraksi dengan siswa lain agar memudahkan dalam bersosialisasi.
2) Empati
Sebagian masalah timbul karena antar manusia gagal untuk saling memahami.
Psikologi mampu membantu siswa dalam memahami siswa lain.
3) Adaptasi
Dengan meningkatkan kemampuan untuk berempati dengan orang lain, siswa akan
mampu beradaptasi dengan baik dalam kelompok sosial.
4) Ketrampilan komunikasi
Psikologi juga menjelaskan bagaimana orang dapat berkomunikasi. Memahami
komunikasi juga akan memudahkan menghindari membuat kesalahan yang
menyebabkan misskomunikasi.
5) Pemecahan masalah
Pengetahuan psikologi dapat memecahkan masalah sehari-hari yang lebih efektif.
Bila anda memiliki pemahaman tentang bagaimana orang cenderung untuk bereaksi
dalam situasi tertentu anda dapat menghadapi situasi dengan cara yang lebih baik.
7
Metode psikologi yang di gunakan dalam pendidikan
1) Metode eksperimen
Pelaksanannya disesuaikan dengan data yang akan di angkat, misalnya data
pendengaran siswa, penglihatan siswa, dan gerak mata siswa ketika sedang
membaca. Metode eksperimen yang di gunakan dalam penelitian psikologi
pendidikan dengan tujuan untuk menguji keabsahan dan kecermatan simpulan-
simpulan yang ditarik dari hasil temuan penelitian dengan metode lain
2) Metode kuesioner
Metode kuesioner disebut juga metode surat menyurat. Ini karena pelaksanaan
penyebarannya dan pengembaliannya sering dikirimkan dari responden.
Penggunaan metode ini termasuk lebih menonjol di banding metode yang lain. Ini
karena lebih banyak sampel yang bisa di jangkau. Contoh data yang dapat di
himpun dengan cara penyebaran sebagai berikut : Karakteristik pribadi siswa, Latar
belakang keadaan siswa, Perhatian siswa dll.
8
Sejenis observasi yang dilakukan secara alamiah. Disini peneliti tidak
menampakkan diri sebagai peneliti. Dalam pengguanaan kepentingan penelitian
psikolog pendidikan, seorang guru menjadi asistennya dapat mengaplikasikan
metode observasi ilmiah tersebut lewat kegiatan pengajaran dalam kelas regular.
B. Psikologi Perkembangan
Setiap anak dalam kodratnya membawa variasi dan irama perkembangan sendiri
yang perlu diketahui setiap orang tua, agar ia tidak bertanya-tanya bahkan bingung atau
beraksi negatif dalam menghadapi perkembangan anaknya. Bahkan ia harus bersikap
9
tenang sambil mengikuti terus menerus pertumbuhan anaknya, agar pertumbuhannya
terhindar dari gangguan apapun yang akan merugikan.
10
c. Berkesinambungan, berarti perubahan pada bagian atau fungsi organisme itu
berkangsung secara beraturan atau berurutan, tidak terjadi secara kebetulan
atau loncat-loncat. (Yusuf & Syamsu LN, 2005)
11
5) Dengan bekal pengetahuan, psikologi juga dapat dipakai sebagai bahan untuk
menilai tingkah laku normal, sehingga kita dapat mengetahui apakah tingkah
laku seseorang itu sesuai tidak dengan tingkat kewajarannya, termasuk tingkat
kenormalan tingkah laku kita sendiri.
6) Teori-teori dan penelitian-penelitian membantu meningkatkan kualitas dan
potensi perkembangan manusia
C. Psikologi Belajar
Kata ‘belajar’ tentu tidak asing ditelinga setiap orang karena semua orangpasti
pernah belajar. Belajar bukan hanya berarti menempuh pendidikan formal di sebuah
instansi pendidikan dimulai dari taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah, dan
perguruan tinggi, belajar bisa dilakukan dari sumber manasaja. Berdasarkan kamus besar
Bahasa Indonesia, belajar bisa diartikan sebagai berusaha memperoleh kepandaian;
berlatih; dan berubah tingkah lakuatautanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.
Beberapa ahli juga mendefinisikan kata belajar dengan berbagai pengertian.
12
Teori adalah seperangkat azaztentang kejadian-kejadian yang didalamnnya memuat ide,
konsep, prosedur danprinsip yang dapat dipelajari, dianalisis dan diuji kebenarannya. Teori
belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara pengaplikasian
kegiatanbelajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode
pembelajaranyangakan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas.
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku melalui pendidikan. Perubahan
tidak hanya mengenai sejumlah pengetahuan, melainkan juga dalam bentuk kecakapan,
kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian diri dan mengenai segala
aspek organisme atau pribadi seseorang.
Pada dasarnya belajar merupakan tahapan perubahan prilaku siswa yang relatif positif
dan mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif,
dengan kata lain belajar merupakan kegiatan berproses yang terdiri dari beberapa tahap.
Tahapan dalam belajar tergantung pada fase-fase belajar, dan salah satu tahapannya adalah
yang dikemukakan oleh witting yaitu :
Defenisi lain sebagaimana yang dikemukakan oleh Lismawati, “Belajar adalah suatu
proses yang menyebabkan perubahan dalam tingkah laku atau kecakapan manusia, yang
bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisiologis”. Hal ini dimaksudkan
bahwa dalam proses belajar itu akan terjadi perubahan tingkah laku pada diri seseorang
yang meliputi pengamatan, perasaan, dan sebagaimana yang bukan disebabkan oleh
pengaruh pertumbuhan.
13
Sedangkan menurut Rohmalina Wahab, belajar adalah semua aktivitas mental atau
psikis yang dilakukan oleh seseorang sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang
berbeda antara sesudah belajar dan sebelum belajar.
Banyak ahli yang telah mendefinisikan apa itu belajar . Di antaranya adalah definisi
yang diungkapkan oleh :
Secara umum istilah belajar dimaknai sebagai suatu kegiatan yang mengakibatkan
terjadinya perubahan tingkah laku. Dengan pengertian demikian, maka belajar dapat
dimaknai sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga
tingkah laku peserta didik berubah ke arah yang lebih baik. Adapun yang dimaksud dengan
14
proses belajar adalah sarana dan cara bagaimana suatu generasi belajar, atau dengan kata
lain bagaimana sarana belajar itu secara efektif digunakan. Hal ini tentu berbeda dengan
proses belajar yang diartikan sebagai cara bagaimana para pembelajar itu memiliki dan
mengakses isi pelajaran itu sendiri.
Berangkat dari pengertian tersebut, maka dapat dipahami bahwa belajar membutuhkan
hubungan dialogis yang sungguh-sungguh antara guru dan peserta didik, dimana
penekanannya adalah pada proses belajar oleh peserta didik (student of learning), dan
bukan pengajaran oleh guru (teacher of teaching). Konsep seperti ini membawa
konsekuensi kepada fokus belajar yang lebih ditekankan pada keaktifan peserta didik
sehingga proses yang terjadi dapat menjelaskan sejauh mana tujuan-tujuan belajar yang
telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.
Keaktifan peserta didik ini tidak hanya dituntut secara fisik saja, tetapi juga dari segi
kejiwaan. Apabila hanya fisik peserta didik saja yang aktif, tetapi pikiran dan mentalnya
kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan belajar tidak tercapai. Ini sama halnya
dengan peserta didik tidak belajar, karena peserta didik tidak merasakan perubahan di
dalam dirinya.
Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan
lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dan tugas guru
adalah mengkoordinasikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi
peserta didik. Belajar juga dapat diartikan sebagai usaha sadar pendidik untuk membantu
peserta didik agar mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya. Disini
pendidik berperan sebagai fasilitator yang menyediakan fasilitas dan menciptakan situasi
yang mendukung peningkatan kemampuan belajar peserta didik.
15
Belajar sebagai sistem terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisir antara lain
tujuan belajar, materi belajar, strategi dan metode belajar, media belajar/alat peraga,
pengorganisasian kelas, evaluasi belajar, dan tindak lanjut belajar (remedial dan
pengayaan).
Belajar sebagai proses merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka
membuat siswa belaja, meliputi:
b. Melaksanakan kegiatan belajar dengan mengacu pada persiapan belajar yang telah
dibuatnya. Banyak dipengaruhi oleh pendekatan atau strategi dan metode-metode belajar
yang telah dipilih dan dirancang penerapannya, serta filosofi kerja dan komitmen guru,
persepsi, dan sikapnya terhadap siswa;
c. Menindaklanjuti belajar yang telah dikelolanya. Kegiatan pasca belajar ini dapat
berbentuk enrichment (pengayaan), dapat pula berupa pemberian layanan remedial
teaching bagi siswa yang berkesulitan belajar.
Dalam peroses belajar dikenal adanya bermacam-macam kegiatan yang memiliki corak
yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Keanekaragaman jenis belajar ini muncul
16
dalam dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan kehidupan manusia yang juga
bermacam-macam.
Belajar isyarat adalah belajar yang dimulai dengan mengenal adanya isyarat, tanda
atau petunjuk yang mengimplikasikan pada proses perubahan perilaku, misalnya berhenti
bicara karena mendapat isyarat telunjuk mulut sebagai tanda tidak boleh ribut, berhenti
mengendarai sepeda motor diperempatan jalan saat lampu merah menyala.
Belajar stimulus respon adalah proses perubahan perilaku yang dihasilkan oleh
terciptanya relasi antara stimulus atau rangsangan dengan respon atau jawaban atas
stimulus,misalnya timbul selera makan karena mencium bau sate, melakukan perbuatan
karena ada komando, berlari karena mendengar suara anjing menggonggong di belakang.
Belajar asosiasi verbal adalah proses memahami perbuatan (konsep, prinsip, benda,
situasi dan lain-lain) melalui proses penyerupaan hal itu dengan suatu benda (verbal).
Misalnya perahu itu seperti badan itik atau kereta api itu nampak seperti keluang (kaki
seribu) atau wajahnya seperti bulan kesiangan
17
e. Discrimination learning atau belajar perbedaan atau deskriminasi
Belajar deskriminasi adalah belajar memahami sesuatu hal dengan cara melihat
perbedaan karakteristik yang dimiliki oleh objek belajar. misalnya membedakan jenis
tumbuhan atas dasar urat daunnya, suku bangsa menurut tempatnya, dan negara menurut
tingkat kemajuan.
Belajar konsep adalah aktivitas individu dalam memahami suatu benda, proses,
gejala, aturan, pengalaman melalui proses mengenal ciri-cirinya, contoh, dan sifat dari ciri-
ciri itu. Pemahaman tersebut selanjutnya dapay digunakan oleh individu dalam memahami
hal-hal yang sama yang lebih luas, lebih banyak; misalnya pemahaman terhadap manusia
adalah termasuk makhluk khidup dengan cara melihat contoh dan ciri-ciri manusia
dibandingkan dengan non manusia, misal binatang atau tumbuh-tumbuhan. Nampaknya
belajar konsep merupakan peningkatan dari belajar deskriminasi.
Belajar hukum adalah belajar membangun prinsip atau aturan dengan menggunakan
serangkaian fakta, data, peristiwa, dan pengalaman yang telah diketahui atau dialami
sebelumnya. Aturan yang dibangun itu berupa kesimpulan yang berlaku umum dan
karenanya dapat diterapkan pada situasi yang sama yang jangkauan dan cakupannya lebih
luas. Misalnya ditemukan bahwa benda memuai bila dipanaskan, iklim suatu tempat
dipengaruhi oleh tempat kedudukan geografis dan astronomi di muka bumi, harga
dipengaruhi oleh penawaran dan permintaan.
18
Menurut Nyayu (2014), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat
digolongkan menjadi dua yaitu:
1. Faktor- faktor yang berasal dari dalam diri pembelajar, yang meliputi:
a. Faktor-faktor fisiologis
b. Faktor-faktor psikologis
a. Faktor-faktor sosial
b. Faktor-faktor non sosial
1. Keadaan tonus jasmani pada umumnya. Keadaan tonus jasmani berpengaruh pada
kesiapan dan aktivitas belajar. Orang yang keadaan jasmaninya segar akan siap dan aktif
dalam belajarnya, sebaiknya orang yang keadaan jasmaninya lesu dan lelah akan
mengalami kesulitan untuk menyiapkan diri dan melakukan aktivitas untuk belajar.
1. Minat, adanya terhadap objek yang dipelajari akan mendorong orang untuk
mempelajari sesuatu dan mencapai hasil belajar yang maksimal. Karena komponen psikis
yang berperan mendorong seseorang untuk meraih tujuan yang diinginkan, sehingga ia
bersedia melakukan kegiatan berkisar objek yang diamati.
19
2. Motivasi, motivasi seseorang akan menentukan hasil belajar yang dicapainya. Bahkan
dua orang yang sama-sama menunjukkan perilaku belajar yang sama, namun memiliki
motivasi belajar yangberbeda akan mendapat hasil belajar yang relatif berbeda.
5. Emosi, penelitian tentang otak menunjukkan bahwa emosi yang positif sangat
membantu kerja saraf otak untuk “merekatkan” apa yang dipelajari di dalam memori.
1. Strukturalisme
20
substansi yang terpisah satu dari lain tanpa interaksi di antara keduanya; tetapi pararel
antara satu dengan lainnya sedemikian rupa, sehingga untuk setiap kejadian di dalam
kesadaran selalu akan terdapat peristiwa yang cocok dan sesuai di dalam tubuh. Tokoh
psikologi strukturalisme ini adalah Wilhelm Wundt.
2. Fungsionalisme
3. Behaviourisme
21
behaviorisme sudah melangkah lebih jauh dari fungsionalisme yang masih mengakui
adanya jiwa dan masih memfokuskan diri pada proses-proses mental.
Peletak dasar aliran ini adalah Ivan Pavlov (1849-1936) dan William Mc Dougall
(1871-1938). Teorinya yang terkenal adalah mengenai insting. Menurutnya insting adalah
kecenderungan bertingkah laku dalam situasi tertentu sebagai hasil pembawaan sejak lahir
dan tidak dipelajari sebelumnya. Setelah eksperimen yang dilakukan oleh Pavlov, maka
muncullah pendapat-pendapat yang kemudian muncul sebagai aliran behaviourisme. Inti
dari aliran ini adalah asumsi bahwa jiwa bukan materi sehingga tidak dapat diteliti secara
langsung. Penelitian difokuskan pada tingkah laku dengan asumsi bahwa tingkah laku
merupakan wujud dari kejiwaan manusia maupun hewan lainnya.
4. Psikoanalisis.
Teori dasar dari sigmun adalah ide tentang alam sadar (conscious mind) versus alam
bawah sadar (unconscious mind). Alam sadar merupakan apa yang seseorang sadari pada
saat-saat tertentu, pengindraan langsung, ingatan, pemikiran, fantasi, perasaan yang anda
miliki. Hal yang berkaitan erat dengan alam sadar adalah alam pra-sadar, yaitu apa yang
disebut saat ini dengan “kenangan yang sudah tersedia” (available memory), yaitu segala
sesuatu yang dengan mudah data dipanggil kea lam sadar, kenang-kenangan yang walaupun
tidak anda ingat waktu berpikir, tapi dapat dengan mudah diapanggil lagi. Menurut Freud
keduanya adalah bagian terkecil dari fikiran.
Adapun bagian terbesar dari pikiran adalah alam bawah sadar (unsconscious
mind).Bagian ini mencakup segala sesuatu yang sangat sulit dibawa kealam sadar,
termasuk segala sesuatu yang memang asalnya dari alam bawah sadar seperti nafsu dan
22
insting. Freud berpendapat bahwa alam bawah sadar adalah sumber dari motivasi dan
dorongan yang ada dalam diri kita, apakah itu hasrat yang sederhana seperti makanan atau
seks, atau motif-motif yang mendorong seniman atau ilmuwan berkarya.
5. Humanistik
Muncul sebagai kritik terhadap pandangan tentang manusia yang mekanistik ala
behaviorisme dan pesimistik ala psikoanalisa. Oleh karenanya sering disebut sebagai the
third force (the first force is behaviorism, the second force is psychoanalysis).
6. Gestalt.
Istilah gestalt berasal dari bahasa Jerman. dalam bahasa inggris berarti form, shape,
configuration, whole. Apabila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti, keseluruhan,
esensi, totalitas, hal peristiwa dan hakikat. Aliran ini dikembangkan di sekolah Berlin oleh
tokoh-tokohnya seperti M. Weitheimerm K. Koffka, dan W. Kohler. Aliran ini memandang
yang utama bukanlah elemen tetapi keseluruhan. Metode kerjanya adalah mengannalisis
unsur-unsur kejiwaan. Kesadaran dan jiwa manusia tidak munfkin dianalisis kedalam
23
elemen-elemen. Gejala kejiwaan harus dipelajari sebagai suatu keselurujan atau totalitas.
Keseluruhan adalah lebih lebih dari sekedar penjumlahan unsur-unsurnya.keseluruhan itu
lebih dahulu ditanggapi dari bagian-bagiannya dan bagian-bagian itu harus memperoleh
makna keseluruhan. Artinya, makna gestalt bergantung pada unsur-unsurnya dan
sebaliknya arti unsure-unsur itu bergantung pula pada gestalt.
E. Psikologi Sosial
Psikologi sosial adalah ‘anak’ dari psikologi. Psikologi sendiri mempunyai arti
sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang prinsip perilaku manusia. Sedangkan
manusia itu tidak bisa hidup sendirian, karena ia memang pada dasarnya adalah makhluk
sosial. Manusia itu hidup dalam suatu sistem sosial. Ilmu pengetahuan yang mempelajari
tentang sistem sosial disebut sosiologi.
Sistem sosial itu misalnya keluarga, organisasi dan masyarakat. Dalam sistem sosial
itu akan terjadi suatu proses sosial yang kompleks seperti perubahan sosial dan sosialisasi
pada anak-anak. Jadi disini nampak bahwa sebagian area psikologi ternyata tumpang tindih
dengan sosiologi.
Area yang ‘berbau’ psikologi dan sosiologi itulah yang dimaksud dengan psikologi
sosial. Jadi psikologi sosial adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang bagaimana
perilaku individu dapat dipengaruhi tetapi juga dapat mempengaruhi orang dalam situasi-
situasi sosial.
Ilmu ini sangat memperhatikan interaksi manusia dan Human relationship dalam
dunia sosial. Ilmu ini juga memperhatikan bagaimana pikiran, perasaan, dan perilaku
24
individu yang mana hal itu erat hubungannya dengan kepercayaan, motif dan perilaku
individu lainnya. Hal itu diekspresikan dalam proses-proses sosial yang kompleks.
Mempelajari psikologi sosial ternyata tidak sulit. Ini karena ilmu tersebut sangat
erat hubungannya dengan ilmu-ilmu lain seperti sosiologi, antropologi budaya, politik,
ekonomi, sejarah, administrasi publik dan bahkan ilmu hukum.
Kesiapan afeksi belajar di kelas bergantung kepada kekuatan motif atau kebutuhan
berprestasi, orientasi motivasi itu sendiri, dan faktor-faktor situsional yang mungkin
membangunkan motivasi. Ciri-ciri motivasi yang mendorong untuk berprestasi adalah
mengejar kompetensi,nusaha mengaktualisasi diri dan usaha berprestasi.
Bagi pendidij di sekolah, baik intervensi pada umur-umur muda maupun melayani
motivasi berprestasi pada anak-anak yang lebih tua perlu dilakukan setiap saat. Sebab
motivasi ini merupakan modal pertama bagi anak-anak unuk gemar belajar.
25
Dalam proses pendidikan peserta didik atau warga lah yang harus memegang
peranan utama. Sebab mereka adalah individu yang hidup dan mampu berkembang sendiri.
Pendidikan harus memperlakukan dan melayani perkembangan mereka secara wajar. Ibarat
proses mekarnya bunga, pendidik tidak boleh memaksa kelopak-kelopak bunga agar segera
mekar, melainkan harus menunggu dengan sabar sambil rajin memberi pupuk, menyirami
dan memindahkan dan atau menutupi dari sengatan sinar matahari yang terik. Bisrkanlah
mereka berkembang secara wajar, sesuai dengan kodratnya.
Karena peserta didik atau warga belajar sebagai individu, maka ada pula orang
menyebutnya sebagai subjek didik. Disini terkandung makna bahwa mereka, merupakan
subjek yang mempunyai pendirian sendiri, dan sebagainya. Mereka mampu melakukan
kegiatan sendiri untuk mengembangkan dirinya masing-masing dengan menggunakan
perlengkapan-perlengkapan yang mereka miliki.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Dari pembahasan diatas, menunjukan bahwa pemahaman tentang Psikologi Sebagai
Landasan Pendidikan. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan,
kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas
26
dengan sumber-sumber yang lebih banyak dan dapat dipertanggung jawabkan. Oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini.
27
DAFTAR PUSTAKA
28