Anda di halaman 1dari 49

Laporan Hasil Critical Book Review

PSIKOLOGI PENDIDIKAN
(Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan)

D
I
S
U
S
U
N
OLEH

Nama : MUHARRAM
NIM : 6172121020
Kelas : PKO E 2017
Dosen Pengampu : Rahmilawati Ritonga, S. Pd, M, Pd
Mata Kuliah : Psikologi pendidikan

Pendidikan Kepelatihan Olahraga


Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Medan
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya lah saya dapat menyelesaikan critical book report Psikologi
Pendidikan ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Dan juga saya berterima
kasih pada Ibuk Rahmilawati Ritonga, S. Pd, M. Pd . selaku Dosen mata kuliah Psikologi
Pendidikan yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Saya sangat berharap critical book report ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini
terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, saya
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.

Semoga critical book report sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.

Medan, 11 Maret 2018

Penyusun
Muharram
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .....................................................................................................ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................................iii

IDENTITAS BUKU ......................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................v

1.1 LatarBelakang .......................................................................................v


1.2 Tujuan ....................................................................................................v
1.3 Manfaat ......................................................................................................v

BAB II ISI BUKU...................................................................................................1

2.1 Ringkasan isi buku 1 ..................................................................................1

2.1 Ringkasan isi buku 2 ....................................................................................29

BAB III PEMBAHASAN................................................................................................46

3.1 Perbedaan: KelebihandanKekurangan ....................................................46

BAB IV PENUTUP ......................................................................................................47

4.1 Kesimpulan .............................................................................................47

4.2 Saran ......................................................................................................47

4.3 Daftar pustaka ........................................................................................ 48


BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ilmu jiwa pendidkan yang lebih dikenal dengan psikologi pendidikan  terdiri dari dua
kata, yaitu psikologi dan pendidikan. Psikologi berasal dari bahasa Yunani yaitu psyche yang
ber arti jiwa  dan  logos yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi berarti ilmu tentang
jiwa atau ilmu jiwa.Adapun mengenai pendidikan menurut kamus besar bahasa indonesia,
pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mende wasakan  manusia melalui upaya  pengajaran dan pelatihan.Sedangkan
pengertian psikologi pendidikan menurut Alice Crow yaitu study tentang belajar,
pertumbuhan dan kematangan individu serta penerapan prinsip prinsip ilmiah tenta ng reaksi
manusia yang mempengaruhi  belajar dan mengajar. Psikologi pendidikan merupakan salah
satu cabang psikologi pada umumnya.Psikologi,sebagai suatu ilmu merupakan pengetahuan
ilmiah, suatu science yang diperoleh dengan pendekatan ilmiah, kajian-kajian ilmiah yang
dijalankan secara terencana,sistematis, terencana, terkontrol berdasarkan data
empiris.Psikologi sebagai ilmu mengenai aktifitas individual digunakan secara luas, tidak
hanya mencakup aktivitas motorik, tetapi juga mencakup aktivitas kognitif.
Tujuan

a. Menambah wawasan pembaca mengenai Psikologi pendidikan

b. Untuk mengulas isi sebuah buku


c. Mencari dan mengetahui informasi yang ada dalam buku tersebut.
d. Melatih diri untuk berfikir kritis dalam mencari informasi yang di berikan oleh setiap
bab dari sebuah buku
e. Membandingkan isi buku pada keadaan nyata
Manfaat
a. Untuk memahami tentang Psikologi Pendidikan berbasis analisis empiris aplikatif
b. Untuk menambah pengetahuan tentang bagaimana objek material psikolosi
pendidikan dan apa saja perkembangannya
c. Menambah wawasan tentang Psikologi Pendidikan
d. Melatih Kemampuan penulis dalam mengkritisi suatu buku.
e. Memenuhi tugas mata kuliah psikologi pendidikan
BAB II

ISI BUKU

A. Identitas Buku
 Buku Pertama
Judul Buku : PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Pengarang : Drs.Sumadi Suryabrata. B.A., M.A., Ed.S., Ph.D.
Penerbit : Rajawali Pers
ISBN : 979-421-082-X
Cetakan : Ke-20
Tahun Terbit : Maret 2013
Tebal Buku : 354 Halaman
Ukuran Buku : 21 cm
Kota : Jakarta
Bahasa Teks : Bahasa Indonesia
 Buku Kedua
Judul Buku : PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Pengarang : Dr. Muhibbin Syah, M. Ed
Penerbit : PT Remaja
ISBN : 979-629-518-972-6
Cetakan : ke-15
Tahun Terbit : 2010
Tebal Buku : xi + 268 Halaman
Ukuran Buku : 15x23 cm
Kota : Bandung
Bahasa Teks : Bahasa Indonesia
B. Ringkasan Isi Buku
 Ringkasan Buku Pertama

BAB 1

PENDAHULUAN

Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang berusaha memahami sesama manusia,


dengan tujuan untuk dapat memperlakukannya dengan lebih tepat. Karena itu pengetahuan
psikologis mengenai anak didik dalam proses pendidikan adalah hal yang perlu dan penting
bagi setiap pendidik, sehingga seharusnya adalah kebutuhan setiap pendidik untuk memiliki
pengetahuan tentang psikologi pendidikan. Mengingat setiap orang pada sesuatu saat tentu
melakukan perbuatan mendidik, maka pada hakikatnya psikologi pendidikan itu dibutuhkan
oleh setiap orang.

Psikologis yang berperan dalam proses pendidikan ini dapat dikelompokkan menjadi
tiga kelompok yakni:

1. Kelompok pertama, yang bersumber pada peninjauan individu dalam statusnya


sebagai anak didik yaitu anak didik dalam situasi pendidikan. Peninjauan ini dapat
dikatakan peninjauan secara statis.
2. Kelompok kedua, bersumber pada peninjauan individu dalam proses pendidikan. Kita
ketahui bahwa individu sebenarnya tidak pernah ada dalam keadaan statis artinya
sebenarnya selalu terjadi perubahan inilah yang menjadi pokok persoalan. Pendidikan
berusaha merangsang dan memberi arah perubahan ini sesuai dengan cita-cita
pendidikan yang menjadi pedoman itu.
3. Kelompok ketiga, masalah psikologis dalam bimbingan dan konseling pendidikan
berusaha memberikan bantuan supaya anak didik mendapatkan perkembangan yang
wajar mendapatkan ketentraman batin dan menyelesaikan problem-problem.

BAB 2

SIFAT-SIFAT UMUM AKTIVITAS MANUSIA

A. Perhatian

Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis tertuju kepada suatu objek. (Stren, 1950, p.
653, dan Bigot, 1950, hlm. 163). Adapun macam-macam perhatian sebagai berikut:
 Atas dasar intesitasnya, maka dibedakan menjadi perhatian intensif dan tidak intensif.
 Atas dasar cara timbulnya, maka dibedakan manjadi perhatian spontan dan
sekehendak.
 Atas dasar luasnya objek yang dikenai perhatian, dibedakan menjadi perhatian
terpencar (distributif) dan terpusat (konsentratif).

Hal-hal yang menarik perhatian dapat kita lihat dari dua segi, yaitu:

1. Dipandang dari segi objek, contohnya dalam sebuah barisan salah seorang diantara
yang berbaris itu memakai baju merah, sedangkan lainnya berbaju putih.
2. Dipandang dari subjek, seperti hal yang bersangkut paut dengan pekerjaan contohnya
seorang bidan sedang ceramah tentang cara merawat bayi.

B. Pengamatan

Manusia mengenal dunia wadag atau dunia riil, baik dirinya sendiri maupun dunia
sekitar tempatnya berada dengan melihat, mendengar, mambau, atau mencecap, cara
mengenal objek yang demikian itu disebut mengamati. Dan modalitas pengamatan itu
dibedakan menurut pancaindera yang dipergunakan untuk mengamati, yaitu penglihatan,
pendengaran, rabaan, pembauan atau penciuman, dan pencecapan.

Menurut objeknya masalah penglihatan digolongkan menjadi tiga, yaitu (1) melihat
bentuk, (2)melihat dalam, dan (3)melihat warna.

C. Tanggapan dan Variasinya

Tanggapan biasanya didefinisikan sebagai bayangan yang tinggal dalam ingatan


setelah kita melakukan pengamatan (Bigot dkk., 1950: 72). Tanggapan memainkan peranan
penting dalam belajarnya atau berkembangnya anak didik. Karena itu seyogianyalah
tanggapan tersebut dikembangkan dan dikontrol sebaik-baiknya. Berikut penggolongan
sesuai dengan indera yang mendasari tanggapan itu, dan berhubungan dengan itu maka
manusia dapat digolongkan ke dalam tipe-tipe:

 Visual,
 Auditif,
 Taktil,
 Gustatif dan Olfaktoris.
D. Fantasi

Biasanya fantasi didefinisikan sebagai daya untuk membentuk tanggapan-tanggapan


baru dengan pertolongan tanggapan-tanggapan yang sudah ada, dan taggapan baru itu tidak
harus sesuai dengan benda-benda yang ada. Secara garis besar fantasi digolongkan menjadi
dua macam, yaitu:

1. Fantasi tak disadari, dan


2. Fantasi disadari.
Fantasi yang disadari yang secara aktif itu masih dapat lagi dibedakan menjadi
dua macam, yaitu fantasi menciptakan dan fantasi terpimpin.

E. Ingatan

Pribadi manusia beserta aktivitasnya tidak semata-mata ditentukan oleh pengaruh dan
proses yang berlangsung waktu kini, tetapi juga oleh pengaruh dan proses dimasa lampau,
pengaruh dan proses yang lampau ikut menentukan. Secara teori dapat kita bedakan adanya
tiga aspek dalam berfungsinya ingatan itu, yaitu:

 Mencamkan, yaitu menerima kesan-kesan.


Menurut terjadinya, mencamkan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
mencamkan yang sekehendak dan yang tidak sekehendak.
 Menyimpan kesan-kesan, dan
 Memproduksikan kesan-kesan.

F. Berpikir

Ahli psikologi asosiasi menganggap bahwa berpikir adalah kelangsungan tanggapan-


tanggapan dimana subjek yang berpikir pasif. Plato beranggapan bahwa berpikir itu adalah
berbicara dalam hati.

Proses berpikir itu adalah proses melengkapkan kompleks (komplexerganzung,


complex completion). Tiap komplek (selama belum lengkap) mempunyai kecenderungan
untuk terisi/bertambah sampai benar-benar menjadi kesatuan yang bulat. Dengan kata lain
tiap-tiap bagian kompleks mempunyai tendens untuk menimbulkan seluruh kompleks itu
dalam kesadaran. Proses atau jalannya berpikir itu pada pokoknya ada tiga langkah, yaitu
(1)pembentukan pengertian, (2)pembentukan pendapat, dan (3)penarikan kesimpulan.
G. Perasaan

Perasaan didefinisikan sebagai gejala psikis yang bersifat subjektif yang umumnya
berhubungan dengan gejala-gejala mengenal,dan dialami dalam kualitas senang atau tidak
senang dalam berbagai taraf. Perasaan juga bersifat subjektif, bayak dipengaruhi oleh
keadaan diri seseorang.

Adapun macam-macam perasaan, sebagai berikut:

 Perasaan Jasmaniah (rendah).


1. Perasaan Inriah, yaitu perasaan yang berhubungan dengan perangsangan trhadap
pancaindera seperti sedap, manis, asin, pahit, panas, dan lainnya.
2. Perasaan Vital, yaitu perasaan yang berhubungan dengan keadaan jasmani pada
umumnya seperti letih, segar, sehat, lemah, tak berdaya, dan sebagainya.
 Perasaan Rohaniah.
1. Perasaan Intelektual,
2. Perasaan Kesusilaan,
3. Perasaan Keindahan,
4. Perasaan Sosial,
5. Perasaan Harga Diri,
6. Perasaan Keagamaan.

H. Motif-Motif

Motif adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai sesuatu tujuan. Menurut Woodworth
dan Marquis (1955: 301-333) motif itu dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

 Kebutuhan organik, misalnya kebutuhan untuk minum, bernafas, makan, berbuat,


seksual, dan beristirahat.
 Motif darurat, mencakup dorongan untuk menyelamatkan diri, membalas, berusaha,
dan memburu.
 Motif objektif, mencakup kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, manipulasi,
menaruh minat. Motif ini muncul karena dorongan untuk menghadapi dunia luar.
BAB 3

SIFAT-SIFAT KHAS KEPRIBADIAN MANUSIA

A. Beberapa Teori Tipologi


1. Teori Hippocrates –Galenus
Terpengaruh ooleh kosmologi Empedokles, yang menganggap bahwa alam semesta
beserta isinya ini tersusun atas empat unsure pokok, yaitu tanah, air, udara dan api yang
masing-masing mendukung sifat tertentu, yaitu tanah mendukung sifat kering, air mendukung
sifat basah, udara mendukung sifat dingin dan api mendukung sifat panas. Maka Hippocrates
( 460-370 ) berpendapat bahwa didalam tubuh manusia juga terdapat sifat-sifat tersebut yang
didukung oleh cairan-cairan yang ada didalam tubuh manusia juga terdapat sifat-sifat tersebut
yang didukung oleh cairan-cairan yang ada dalam tubuh yaitu :

 Sifat kering didukung oleh chole


 Sifat basah didukung oleh melancbole
 Sifat dingin didukung oleh pblegma
 Sifat panas didukung oleh sangus
Cairan-cairan tersebut ada dalam tubuh dalam perbandingan tertentu. Didalam
kenyataanya adanya cairan-cairan tersebut didalam tubuh banyak sekali menyimpang dari
perbandingan yang seharusnya itu ( perbandingan yang normal ), sehingga mengakibatkan
adanya kelainan-kelainan.

2. Tipologi Mazbab Italia dan Mazbab Perancis


A. Topologi Mazbab Italia
Berdasarkan atas data-data yang diperoleh oleh Degiovani serta huum Deformasi
yang dirumuskan oleh Degiovani, viola dalam penyelidikan-penyelidikan menemukan bahwa
ada tiga macam tipe manusia berdasarkan atas keadaan tubuhnya yaitu :

1. Microsplancbinis
2. Macrosplancbinis
3. Normasplanbinis

B. Tipologi Mazhab Perancis


Mazhab perancis yang dipimpin oleh Sigaud berpendapat bahwa keadaan serta bentuk
tubuh manusia serta kelainan itu pada pokoknya ditentukan oleh sekitar lingkungan.
C. Tipologi Kretscbmer
a. Tipe- tipe Manusia berdasarkan keadaan Jasmaninya
Berdasarkan atas penulisannya terhadap orang - orang yang dirawatnya (N =260),
maka kretschmer menggolongkan manusia atas dasar bentuk tubuhnya menjadi empat (tiga
tambah satu tipe) yaitu :

1. Piknis atau stenis


2. Leptosome atau astenis
3. Atletis
4. Displastis
b. Tipe-tipe Manusia Menurut Tempramennya
Menurut Tempramennya manusia dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu :
1. Golongan yang bertempramen scbizotbym
2. Golongan yang bertrempramen cyklotbym
c. Hubungan Antara Keadaan Jasmani dan Tempramen
Berdasarkan atas peneliti-penelitiannya kretschmer menemukan hubungan tertentu
antara keadaan jasmani dan tempramen. Saling hubungan antara keadaan jasmani dan
tempramen secara singkat antara lain :

1. Orang yang berkonstitusi piknis kebanyakan bertempramen Cyklotbym.


2. Orang yang berkonstitusi leptosome, atletis dan displastis kebanyakan
bertempramen scbyzotbym.
Atas dasar penelitian-penelitiannya yang luas dan mendalam sampailah Sheldon
kepada perumusan teorinya, yang garis-garis besarnya dikemukakan disini. Sheldom
menggambarkan kepribadian manusia itu terdiri dari komponen yaitu :

1. Komponen-komponen kejasmanian
2. Komponen-komponen tempramen
3. Komponen-komponen psikiatris
Komponen-komponen kejasmanian terdiri atas tiga macam, yaitu :

1. Komponen kejasmanian primer


2. Komponen kejasmanian sekunder
3. Komponen psikiatris
Beberapa Tipologi yang berdasarkan Keadaan Kejiwaan semata-mata
a. Tipologi Plato
Plato membedakan adanya tiga bagian jiwa yaitu :

1. Pikiran ( logos) yang berkedudukan dikepala


2. Kemauan yang berkedudukan di dada
3. Hasrat yang berkedudukan di perut
b. Tipologi Queyrat
Queyrat menyusun topologi atas dasar dominasi daya-daya jiwa, yaitu daya-daya kognitif,
afektif dan konatif.
c. Tipologi Malapert
Juga malapert mengolongkan manusia atas dasar dominasi daya-daya tertentu. Pendapat
malapert itu dapat diikhtisiarkan sebagai berikut :
1) Tipe intelektual
2) Tipe akfektif
3) Tipe volunteer

B. Beberapa Teori Kepribadian Yang Memakai Cara Pendekatan Lain


1. Psikoanalisis Teori Sigmund Freud
Teori ini dapat diikhtisiarkan dalam rangka struktur, dinamika, dan perkembangan
kepribadian.

a. Struktur Kepribadian
Menurut Freud kepribadian itu terdiri atas tiga system atau aspek antara lain yaitu :

1) Das es ( the id ) yaitu aspek biologis


2) DAS ICB ( the ego ) yaitu aspek psikologis
3) DAS UEBER ICH ( the super ego ) yaitu aspek sosiologis
b. Dinamika Kepribadian
Apakah yang membawa dinamika didalam kepribadian? Freud beranggapan bahwa
dinamika kepribadian ini dimungkinkan oleh adanya energy yang ada didalam
kepribadian itu.
Menurut freud didalam diri kita ini ada dua macam insting-insting yaitu :

1. Insting-insting hidup.
Fungsi insting-insting hidup ialah melayani maksud individu untuk tetap hidup dan
memperpanjang ras. Bentuk utama dari insting hidup ini adalah insting makan, minum dan
seksual.
2. Insting-insting mati
Fungsi dari insting mati ini yang disebut juga sebagai insting merusak berfungsi
kurangg jelas jikadibandingkan dengan insting hidup, karena itu juga kurang dikenal.

c. Perkembangan Kepribadian
Secara sederhananya dapat dikatakan, bahwa perkembangan kepribadian adalah
belajar mempergunakan cara-cara baru dalam mereduksikan tegangan yang timbul karena
individu menghadapi berbagai hal yang dapat menjadi sumber tegangan yang pokok ialah :

1. Proses pertumbuhan yang fsiologis


2. Frustrasi
3. Konflik
4. Ancaman
Salah satu bentuk pemindahan objek yang sangat terkenal adalah sublimasi, yaitu
pemindahan objek dalam bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat. Beberapa bentuk
mekanisme pertahanan yang popular antara lain yaitu :

1. Proyeksi
2. Fiksasi
3. Regresi
4. Isolasi
5. Rasionalisasi
6. Transkulpasi

3. Psikologi Analitis, Teori Carl Gustav Jung


Jung mula-mula adalah murid freud dan bekerjasama dengan freud. Tetapi karena
perbedaan pendirian akhirnya memisahkan diri dan mendirikan alirran sendiri. Menurut jung
kepribadian terdiri dari dua alam yaitu :

a. Alam sadar ( kesadaran ) yang berfungsi mengadakan penyesuaian terhadap dunia


luar.
b. Alam tak sadar ( ketidaksadaran ) yang berfungssi mengadakan penyesuaian terhadap
dunia dalam yaitu dunia batin itu sendiri.
A. Struktur Kesadaran
Kesadaran mempunyai dua komponen pokok, yaitu fungsi jiwa dan sikap jiwa, yang
keduanya mempunyai peranannya masing-masing dalam orientasi manusia terhadap
dunianya.
1. Fungsi Jiwa,
2. Sikap Jiwa,
3. Persona.

B. Struktur Ketidaksadaran
Ketidaksadaran ini terdiri dari da alam ataubagian lain yaitu ;
1. Ketidaksadaran pribadi.
2. Ketidaksadaran kolektif.

BAB 4

SIFAT-SIFAT KHAS INDIVIDU YANG LAIN: MASALAH INTELIGENSI

A. Sifat Hakikat Inteligensi

Apabila kita menumpahkan perhatian pada data empiris, maka diketahui bahwa
masalah sifat hakikat inteligensi itu berjalin rapat dengan masalah-masalah lain, seperti :

a) Bagaimanakah jalan perkembangan inteligensi itu pada anak-anak yang normal, dan
pada anak-anak kurang normal?
b) Sejauh manakah perkembangan inteligensi itu dipengaruhi oleh faktor-faktor dasar, dan
sejauh mana dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan ?
c) Bagaimanakah kita dapat membedakan inteligensi dan prestasi belajar sebagai hasil
didikan ?

Disini secara garis besar akan dikemukakan berbagai konsepsi mengenai inteligensi
itu, yang merupakan jawaban bagi pertanyaan “Apakah inteligensi itu ?” yang tersebut di
muka. Konsepsi-konsepsi tersebut pad dasarnya digolongkan menjadi lima kelompok, yaitu :

1) Konsepsi-konsepsi yang bersifat spekulatif.


Spearman, dalam bukunya yang terkenal, yaitu The Abilities Man (1927)
mengelompokkan konsepsi-konsepsi yang bersifat spekulatif-filsafat itu menjadi tiga
kelompok, yaitu :

a. Inteligensi umum
 Ebbinghaus (1897) memberi definisi inteligensi sebagai kemampuan untuk
membuat kombinasi.
 Terman (1921) memberi definisi inteligensi sebagai kemapuan untuk berfikir
abstrak.
 Thorndike memberi definisi inteligensi sebagai hal yang dapat dinilai dengan
taraf ketidaklengkapan daripada kemungkinan-kemungkinan dalam
perjuangan hidup individu.
b. Inteligensi sebagai kesatuan daripada daya-daya jiwa formal

Jadi menurut konsepsi ini inteligensi adalah persatuan (kumpulan yan g dipersatukan)
daripada daya-daya jiwa yang khusus. Karena itu pengukuran mengenai inteligensi juga dapat
ditempuh dengan cara mengukur daya-daya jiwa khusus itu, misalnya daya mengamati, daya
memproduksi, daya berfikir, dan sebagainya.

c. Inteligensi sebagai taraf umum daripada daya-daya jiwa khusus

Konsepsi-konsepsi ini timbul dari keyakinan, bahwa apa yang diselidiki (dites)
dengan tes inteligensi itu adalah inteligensi umum.Jadi inteligensi diberi definisi sebagai taraf
umum yang mewakili daya-daya khusus.

2) Konsepsi-konsepsi yang bersifat pragmatis.


3) Konsepsi-konsepsi yang didasarkan atas analisis faktor, yang kiranya dapat kita sebut
konsepsi-konsepsi faktor.
4) Konsepsi-konsepsi yang bersifat operasional,dan
5) Konsepsi-konsepsi yang didasarkan atas analisis fungsional, yang kiranya dapat kita
sebut konsepsi-konsepsi fungsional.

Binet menyatakan sifat hakikat inteligensi itu ada tiga macam, yaitu :

a. Kecenderungan untuk menetapkan dan mempertahankan (memperjuangkan) tujuan


tertentu.
b. Kemampuan untuk mengadakan penyesuaian dengan maksud untuk mencapai tujuan itu.
c. Kemampuan untuk oto-kritik, yaitu kemampuan untuk mengkritik diri sendiri,
kemampuan untuk belajar dari kesalahan yang telah dibuatnya.

B. Pengukuran Inteligensi
1. Perkembangan Tes Inteligensi Pada Umumnya

Kalau kita berbicara mengenai perkembangan tes inteligensi pada umumnya, maka
secara garis besarnya perkembangan itu dapat kita gambarkan melewati empat fase, seperti
disajikan berikut ini :

a) Fase persiapan, yaitu fase dimana para ahli sedang mencari/berusaha mendapatkan
tes inteligensi.
b) Fase kedua, yaitu fase naif, yaitu fase dimana orang menggunakan tes inteligensi
yang telah tersusun tanpa kritik.
c) Fase ketiga, yaitu fase mencari tes yang bebas dari pengaruh kebudayaan (culture
free test).

Setelah usaha-usaha untuk mencari tes yang bebas dari pengaruh kebudayaan itu
gagal, dan memberikan kesimpilan, bahwa bagaimanapun juga tes inteligensi terpengaruh
oleh kebudayaan, maka orang lalu bersikap kritis

Adapun kelemahan-kelemahan tes inteligensi adalah sebagai berikut :

1) Tes intelegensi tergantung kepada kebudayaan.


2) Tes inteligensi hanya cocok untuk jenis tingkah laku tertentu.
3) Tes inteligensi hanya cocok untuk tipe kepribadian tertentu.
4) Perbandingan kecerdasan atau IQ yang merupakan hasil yang ditunjukkan oleh tes
intelegensi tidaklah semata-mata tergantung kepada keturunan atau dasar.
5) Perbandingan kecerdasan IQ seseorang tidak konstan.
6) Dalam penggolong-golongan manusia menurut IQ nya biasanya diikuti suatu pedoman,
yang sebenarnya harus diterima dengan hati-hati.
7) Tes inteligensi itu sendiri masih mengandung kekeliruan-keliruan (qalaf).

BEBERAPA CATATAN PRAKTIS

Sehubungan dengan hal ini maka dibawah ini dikemukakan beberapa saran praktis,
yang kiranya dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan.
a) Karena tes inteligensi tergantung kepada kebudayaan, maka jangan mempergunakan
tes yang disusun di luar Negeri untuk mentes anak-anak didik kita begitu saja,
b) IQ tidak semata tergantung kepada dasar, karena itu prasangka bahwa anak orang
yang kurang cerdas juga perlu diperngaruhi,
c) Karena IQ tidak semata-mata tergantung kepada dasar dan tidak konstan, maka jika
sekiranya dipergunakan tes inteligensi, janganlah hendaknya testing sekali dianggap
menentukan.
d) Karena kemungkinan adanya kekeliruan dalam tes itu sendiri maka kiranya adalah
tugasnya para ahli untuk selalu menipu dan merevisi tes-tes yang telah terbentuk.
e) Karena tes inteligensi bukanlah hal yang serba dapat menentukan, maka sebaiknya
jangan dipakai sebagai satu-satunya dengan alat-alat yang lain.

2. Perkemabangan Tes Inteligensi Model Binet


a. Sejak tahun-tahun 1890-an dia telah mengadakan usaha-usaha ke arah
penyusunan tes inteligensi. Kebutuhan untuk dapat membedakan anak-anak yang
kurang dari normal dari yang normal itu timbul dari pengalaman, bahwa apabila
anak-anak yang kurang dari normal itu dididik bersama-sama dengan anak yang
normal, maka akan diderita kerugian-kerugian tertentu, antara lain :
1) Bagi anak yang kurang dari normal berarti mereka dipaksa mengikuti
pendidikan yang di luar kemampuannya.
2) Bagi anak yang normal berarti mereka dihambat kemajuannya, dan ini
mungkin juga berarti menyia-nyiakan kemungkinan yang ada pada anak-anak
itu.
3) Masyarakat juga dirugikan karena pengeluaran biaya dan penggunaan waktu
yang kurang efidien.
b. Dengan modal hasil pada tahun 1905 itu Binet terus mengadakan
penyempurnaan, yang kemudian mendapat bantuan dari Simon. Hasil usaha
lanjutan ini kemudian diterbitkan pada tahun 1908.
c. Tes yang diterbitkan tahun 1908 itu sebenarnya sudah cukup baik (menurut
ukuran waktu itu), tetapi Binet dan Simon masih berusaha terus untuk
memperbaikinya.
3. Tes Wechler

Gejala ini, yang disebut oleh Wechler disebut mental deterioration tidak dapat
dilayani (diperhatikan) apabila orang mempergunakan tes Binet yang hanya mempunyai satu
jenis skala untuk orang dewasa. Kecuali iu menurut Wechler skala umur juga kurang
memadai. Karena itulah maka disusun skala yang khusus untuk orang dewasa yang
mempergunakan skala nilai.

4. Soal-soal Praktis
a. Cara Mendapatkan IQ :
Jadi untuk memperoleh IQ kita harus tau, MA, dan CA. MA dapat diperoleh
dengan cara :
1) Anak yang kita tes berikan soal, kita mulai dari soal-soal (item) untuk umur
yang paling rendah, berturut-turut item untuk umur-umur yang berikut nya,
sampai pada pertanyaan/item dimana si testee itu tidak dapat
menyelesikannya sama sekali.
2) Setelah itu kita hitung MA anak yang kita tes itu.

BAB 5

PERBEDAAN-PERBEDAAN DALAM BAKAT

William B. Michael member defenisi mengenai bakat sebagai berikut “An aptitude
may be defined as a person’s capacity, or hypothetical potential, for acquisition of a certain
more or less weeldefined pattern of behavior involved in the performance of a task respect to
which the individual has had little or no previous training (Michael, 1960: 59).

Orientasi yang lebih luas mengenai berbagai pendapat tentang bakat menunjukkan,
bahwa analisis tentang bakat selalu seperti setiap analisis psikologis yang lain merupakan
analisis tentang tingkah laku. Dan dari analisis tentag tingkah laku itu kita ketemukan bahwa
dalam tingkah laku itu kita dapatkan gejala sebagai berikut:

a. Bahwa individu melakukan sesuatu.


b. Bahwa apa yang dilakukan itu merupakan sebab dari sesuatu tertentu atau mempunyai
akibat atau hasil tertentu, dan
c. Bahwa dia melakukan sesuatu itu dengan cara tertentu.
Telah disebutksn, bahwa menurut Guilford bakat itu mencakup tiga dimensi pokok,
yaitu:

1. Dimensi Perseptual.
2. Dimensi Psiko-motor.
3. Dimensi Intelektual.

Menurut sejarahnya usaha pengenalan bakat itu mula-mula terjadi pada bidang kerja
atau jabatan, tetapi kemudian juga dalam bidang pendidikan. Sampai sekarang boleh
dikatakan belum ada tes bakat yang cukup luas daerah pemakainnya seperti tes inteligensi.

BAB 6

PERKEMBANGAN INDIVIDU

A. Apakah Perkembangan Itu ?

Jadi pada garis besarnya para ahli sependapat, bahwa perkembangan itu adalah suatu
proses. Tetapi apablia persoalan kita lanjutkan dengan mempersoalkan proses apa, maka
disini kita dapatkan lagi bermacam-macam jawaban, yang pada pokoknya berpangkal pada
pendirian masing-masing ahli.

1. Aliran Asosiasi

Salah seorang tokoh aliran asosiai ini yang terkenal adalah John Locke. Locke
berpendapat bahwa pada permulaannya jiwa anak itu adalah bersih seminal selembar kertas
putih, yang kemudian sedikit demi sedikit terisi oleh pengalaman atau empiri. Dalam hal ini
Locke membedakan adanya dua macam penglaman, yaitu :

a. Pengalaman luar, yaitu pengalaman yang diperoleh dengan melalui panca indera, yang
menimbulkan sentation, dan
b. Pengalaman dalam, yaitu pengalaman mengenai keadaan dan kegiatan batin sendiri, yang
menimbulkan Reflexions.
2. Psikologis Gestalt

Pengikut-pengikut aliran psikologi Gestalt mengemukakan konsepsi yang


berlawananan dengan konsepsi yang dikemukakan oleh para ahli yang mengikuti aliran
asosiasi. Bagi para ahli yang mengikuti aliran Gestalt, perkembangan itu yang primer adalah
proses deferensiasi.

c. Aliran Sosiologis

Para ahli yang mengikuti aliran sosiologis mengganggap bahwa perkembangan


adalah proses sosialisasi. Anak manusia mula-mula bersifat a-sosial (barangkali untuk
tepatnya dapat disebut prasosial) yang kemudian dalam perkembangannya sedikit demi
sedikit disosialisasikan.

Selanjutnya Baldwin berpendapat, bahwa setidak-tidaknya ada dua macam peniruan,


yaitu :

a) Nondeliberate imitation, dan


b) Deliberate imitation.

Nondeliberate imitation misalnya terjadi kalau anak meniru gerakan-gerakan, sikap


orang dewasa. Deliberate imitation terjadi misalnya kalau anak-anak bermain “peranan
sosial” yaitu misalnya menjadi ibu, penjual kacang, menjadi kondektur, menjadi penumpang
kereta api, dan sebagainya.

B. Faktor-Faktor Apakah Yang Mempengaruhi Perkembangan Itu ?


1. Nativisme

Para ahli mengikuti aliran nativisme berpendapat, bahwa perkembangan individu itu
semata-mata ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir (natus artinya lahir), jadi
perkembangan individu itu semata-mata tergantung kepada dasar.

2. Empirisme

Aliran empirisme berpendapat bahwa perkembangan itu semata-mata tergantung


kepada faktor lingkungan, sedangkan dasar tidak memainkan peranan sama sekali.

3. Konvergensi
Paham konvergensi ini berpendapat, bahwa didalam perkembangan individu itu baik
dasar atau pembawaan maupun lingkungan memainkan peranan penting. Bakat sebagai
kemungkinan telah ada pada masing-masing individu ; akan tetapi bakat yang sudah tersedia
itu perlu menemukan lingkungan yang sesuai supaya dapat berkembang.

C. Bagaimanakah Sifat-Sifat Anak-Anak Pada Masa Tertentu Dalam


Perkembangan Tersebut ?
1. Periodisasi-periodisasi yang berdasar biologis

Diantara pendapat-pendapat para ahli yang demikian misalnya adalah a) pendapat


aristoteles, b) Kretschmer, c) Freud, d) Montessori, dan e)Buhler.

Pendapat Aristoteles

Aristoteles menggambarkan perkembangan anak sejak lahir sampai dewasa itu


dalam tiga periode lamanya masing-masing tujuh tahun :

Fase I Dari 0;0 sampai kira-kira 13;0 disebut Fiillings periode I; pada masa ini kelihatan
pendek gemuk;

Fase II dari kira-kira 3;0 sampai kira-kira 7;0 disebut Sterckungs periode I; pada masa ini
anak kembali kelihatan pendek gemuk.

Fase III dari kira-kira 7;0 sampai kira-kira 13;0 disebut fullungs periode II ;pada maa ini
anak kembali kelihatan pendek gemuk.

Fase IV dari kira-kira 13;0 sampai kira-kira 20;0 disebut sterckungs periode II; pada masa ini
anak kembali kelihatan langsing.

2. Periodisasi-periodisasi yang berdasar didaktis.

Dasar didaktis yang dipergunakan oleh para ahli disini ada beberapa kemungkinan,
yaitu :a) apa yang harus diberikan kepada anak-anak didik pada masa-masa tertentu, b) masa-
masa tertentu, dan c) kedua hal yang telah disebut kan diatas itu bersama-sama.

3. Periodisasi-periodisasi yang berdasar psikologis.

Kroh berpendapat bahwa apabila orang berbicara tentang psikologis maka yang
dipakai sebagai landasan haruslah juga keadaann psikologis anak, bukan keadaan biologis
atau keadaan yang lain lagi.
Disamping apa yang telah dikemukakan diatas itu, yang kesemuannya
mempersoalkan periode extra-uterin (periode di luar kandungan ), sejumlah ahli menaruh
perhatian juga kepada periode intra-uterin (yaitu periode ketika anak masih didalam
kandungan).

1. Masa Intra-uterin, Perkembangan pada masa dalam kandungan ini terutama


pematangan (maturation).
2. Masa Vital, Masa ini dimulai dengan kelahiran anak.
3. Masa Estetis, Biasannya masa estetis ini dianggap sebagai masa berkembangnya
rasa keindahan.
4. Masa Intelektual, Masa Keserasian Bersekolah

Setelah anak melewati Trotzaller I prosessosialisasinya telah berlangsung dengan


lebih efektif sehingga menjadi matang untuk masuk sekolah dasar. Pada umur berapa
tepatnya anak matang untuk masuk sekolah dasar, sebenarnya sukar untuk dikatakan karena
kematangan itu tidak ditentukan oleh umur semata-mata; namun pada umur antara 6;0 atau
7;0 biasanya anak memang telah matang untuk masuk sekolah dasar.

Sifat-sifat Psikologis Anak Puer

a. Sifat-sifat khas yang pokok pada masa pueral.


1) Ditunjukan untuk berkuasa, dan
2) Ekstravers.
b. Rasa diri dan penerimaan otoritas (kekuasaan, autboritby) orang dewasa
Mereka ingin menjadi orang-orang yang punya kekuatan besar seperti misalnya :
 Kapten perahu besar
 Penerbang jet, atau penerbang angkasa luar
 Diktator
 Juara sepak bola, juara atletik
c. Sikap anak puer terhadap otoritas (kekuasaan)
1) Sikap terhadap otoritas orang tua
2) Sikap terhadap otoritas guru
d. Permainan pada anak puer
Pada masa puer vitalis anak itu melimpah-limpah , dan ini disalurkan antara lain
dalam berbagai permainan. Permainan yang dilakukan oleh anak-anak pada masa ini ialaha
permainan yang banyak mempergunakan tenaga.

e. Bacaan pada anak puer

Salah satu penyelidikan dalam lapangan ini yang dilakukan telah lama berselang,
tetapi yang kiranya nilainya masih tetap, adalah penyelidikan Ch.Buhler. Ch.Buhler
menyelidiki 8.000 orang anak di Wina antara umur 8;0 sampai 20;0 mengenai kegemaran
akan bacaan ini.

5. Masa Remaja
1) Masa Praremaja

Masa ini ditandai oeh sifat-sifat negatif pada si remaja sehingga masa ini seringkali
disebut masa atau fase negatif. Adapun sifat-sifat negatif itu adalah sebagai berikut :

a. Sifat-sifat negatif anak perempuan


 Tak tenang
 Kurang suka bekerja
 Suasana hati tak baik, murung
 On-sosial
b. Sifat-sifat negatif pada anak laki-laki
 Kurang suka bergerak
 Lekas lelah
 Kebutuhan untuk tidur besar
 Suasana hati tidak tetap
 Pesimistis.
2) Masa remaja
a) Merindu puja (mendewa-dewakan) sebagai gejala remaja
b) Tipe-tipe anak remaja
 Anak laki-laki
 Pncari kultur
 Pecinta alam
 Tipe karyawan
 Tipe vital
 Tipe hedonistik
 Anak perempuan
 Tipe keibuan,
 Tipe erotis,
 Tipe romantis,
 Tipe tenang,
 Tipe intelektual.

BAB 7

PERUBAHAN INDIVIDU KARENA BELAJAR

A. Perlu Dan Pentingnya Masalah Belajar

Masalah mendidik adalah masalah setiap orang karena setiap orang sejak dahulu
hingga sekarang, berusaha mendidik anak-anaknya atau anak-anak lain yang diserahkan
kepadanya untuk didik. Demikian pula masalah belajar dan mengajar yang dapat dikatakan
sebagai tindak pelaksanaan usaha pendidikan adalah masalah setiap orang. Tiap orang boleh
dikatakan selalu belajar dan juga dalam arti tertentu mengajar misalnya guru mengajar para
olahragawan, ibu rumah tangga mengajar pembantu rumah tangga, dokter mengajar pasien-
pasiennya tentang cara-cara penjagaan kesehatannya, kepala kantor mengajar pegawai-
pegawainya dsb.

Gronbach di dalam bukunya Educational Psychology menyatakan bahwa “learning is


shown by a change in behavior as a re-sult of experience (1954:47). Jadi menurut gronbach
belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami dan dalam mengalaminya itu si
pelajar mempergunakan pancainderanya. Sesuai dengan pendapat ini adalah pendapatnya
Harold Spears (1955:94) menyatakan bahwa “learning is to observe, to read, to imitate, to try
something themselves, to listen, to follow direction. Dapat disimpulkan bahwa

1. Bahwa belajar itu membawa perubahan (aktual maupun potensial).


2. Bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baku.
3. Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha.
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar
1. Faktor-faktor non-sosial dalam belajar
Kelompok faktor-faktor ini beleh dikatakan juga tak terbilang jumlahnya, seperti
misalnya: keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu (pagi, siang dan malam), tempat
(letak dan pergedungannya), alat-alat yang dipakai untuk belajar (seperti alat tulis-
menulis, buku, alat-alat peraga dsb), letak sekolah atau tempat belajar (harus
memenuhi syarat yang telah ditentukan dalam ilmu kesehatan sekolah).
2. Faktor-faktor sosial dalam belajar
Faktor manusia (sesama manusia), baik manusia itu ada (hadir) maupun kehadirannya
itu dapat disimpulkan, jadi tidak langsung hadir. Kehadiran orang atau orang-orang
lain pada waktu seseorang sedang belajar banyak mengganggu proses pembelajaran
itu.
3. Faktor-faktor fisiologis dalam belajar
a. Keadaan tonus jasmani pada umumnya, ini dapat dikatakan melatarbelakangi
aktivitas belajar keadaan jasmani yang segar akan lain pengaruhnya dengan
keadaan jasmani yang kurang segar, keadaan jasmani yang lelah lain pengaruhnya
daripada yang tidak lelah.
b. Keadaan fungsi pancaindera, dalam sistem persekolahan dewasa ini di antara
pancaindera yang paling memegang peranan dalam proses pembelajaran ialah
mata dan telinga.
4. Faktor-faktor psikologi dalam belajar

Menurut Arden N.Frandsen, hal yang mendorong seseorang untuk melakukan


aktivitas belajar yakni:

a. Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia lebih luas.
b. Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu
maju.
c. Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman-
teman.
d. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang
baru, baik dengan koperasi mau pun dengan kompetisi.
e. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran.
f. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir daripada belajar (Frandsen,
1961:216).
Maslow (menurut Frandsen, 1961:234) mengemukakan motif-motif untuk belajar yakni:

a. Adanya kebutuhan fisik.


b. Adanya kebutuhan akan rasa aman, bebas dari kekhawatiran.
c. Adanya kebutuhan akan kecintaan dan penerimaan dalam hubungan dengan orang
lain.
d. Adanya kebutuhan untuk mendapat kehormatan dari masyarakat.
e. Sesuai dengan sifat untuk mengemukakan atau mengetengahkan diri.

C. Bagaimana Belajar Itu Terjadi? Beberapa Konsepsi Atau Teori Belejar

Perumusan yang secara jelas yang mula-mula kiranya kita dapatkan dari para ahli-ahli
dari golongan kontra reformasi. Semua konsepsi ini dikemukakan atas dasar pemikiran
spekulatif, kemudian dengan munculnya Ebbinghaus psikologi belajar memasuki babak baru
yaitu masa eksperimental dan semua teori yang disusun sesuadah itu ialah teori-teori yang
didasarkan pada penemuan eksperimental. Berikut ini akan dipaparkan beberapa pendapat
ahli mengenai konsepsi belajar.

a. Menurut golongan skolastik, belajar itu pada hakikatnya ialah mengulang-ulang


bahan yang harus dipelajari dengan diulang maka bahan pelajaran akan makin
diingat (dikuasai).
b. Menurut golongan kontrareformasi, pokok atau induk belajar ialah mengulangi
semboyan yang berbunyi “repetitio est mater studiorum”.
c. Menurut ahli psikologi daya, daya fikir akan meningkat jika mengerjakannya
dengan cara berulang-ulang (seperti dalam hal dalam memecahkan persoalan atau
daya ingatan).

BAB 8

HASIL-HASIL PENDIDIKAN

1. Rapor Sebagai Perumusan Terahir Sesaat dari Pada Penilaian Hasil- hasil
Pendidikan.
Maksud penilaian hasil-hasil pendidikan ituu ialah untuk mengetahui ( dengan lasan
yang bermacam-macam ) pada waktu dilakukan penilaian itusudah sejauh manakah kemajua
anak didik. Hasil dari tindakan mengadakan penilaian itu lalu dinyatakan dalam suatu
pendaat ang perumusannya bermacam-macam.

Selanjutnya pada tiap akhir masa tertentu yaitu disekolah dasar tiap-tiap empat bulan
dan disekolah lanjutan tiap-tiap enam bulan sekali.

2. Fungsi Penilaian Dalam Proses Pendidikan


Adapun dasar atau alas an mengapakah orang melakukan penilaian di dalam bidang
pendidikan itu bermacam-macam sekali. Dasar atau alas an itu bermacam-macam sekali itu
dapat kita kelompokan menjadi tiga kelompok yaitu :

1. Dasar psikologis
2. Didaktis
3. Administrative

A. Teknik Penilaian
1. Syarat- syarat Penilaian yang Baik
Sudah dikemukan dalam pemulaan bab ini bahwa bentuk yang paling umum dan
paling banyak dipakai ialah ujian. Syarat-syarat tes yang baik antara lain yaitu sebagai
berikut:

a. Tes itu harus reliable


b. Tes itu harus valid
c. Tes itu harus objektif
d. Tes itu harus deskriminatif
e. Tes itu harus comprehensive
f. Tes itu harus mudah digunakan

2. Bermacam-macam Bentuk Penilaian


Secara garis besar ada dua macam bentuk penilaian yaitu tes objektif dan tes subjektif
atau yang biasa disebut essay examination. Menurut sejarah yang ada lebih dahulu adalah
bentuk tes subjektif itu. Akan tetapi karena bentuk ini banyak mengandung kelemahan maka
orang lalu berusaha untuk menyusun tes objektif itu. Adapun kelemahan-kelemahan tes
subjektif itu antara lain ialah :
a. Tes subjektif itu sukar sekali dinilai secara tepat. Penilaian yang sama kerap kali
memberikan nilai yang berlainan terhadap sesuatu pekerjaan jika sekiranya ia harus
member nilai dua atau tiga kali dengan jarak waktu yang tertentu.
b. Tes subjektif itu sukar untuk dpat comprehensive.
c. Terpengaruh oleh system ssay examination, atau ada yang memang dengan kesadaran.
d. Masalah releabilitas, validitas, dan objektifitas sukar dapat dijamin oleh tes subjektif
itu.

3. Tes Objek
Tentang klasifikasi macam-macam tes itu pendapat orang sangat banyak macam-
macamnya diantaranya yaitu :

a. Tes kepribadian
b. Tes intelegensi atau sering kali disebut sebagai tes intelegensi umum
c. Tes bakat khusus
d. Tes sekolah atau tes prestasi atau tes hasil belajar
Jadi tes yang kita bicarakan disini ialah tes sekolah atau tes prestasi. Menurut
bentuknya, tes sekolah ini pun masih dapat dibedakan lagi menjadi beberapa macam. Macam-
macam bentuk yang penting akan dibicarakan kesini.

a. Tes benar-benar salah atau tes ya-tidak.


b. Tes pilihan berganda.
c. Tes membandingkan atau menyesuaikan.
d. Tes isian.
e. Tes melengkapi.
 Ringkasan Buku Kedua

BAB 2
PSIKOLOGI, PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN
A. Definisi Psikologi, Pendidikan, Dan Psikologi Pendidikan

1. Definisi Psikologi

Psikologi dalam istilah lama disebut sebagai ilmu jiwa. Kata psychologi merupakan
dua akar yang bersumber dari bahasa Greek (Yunani), yaitu, psyche yang berarti jiwa dan
logos yang berarti ilmu. Psikologi pada umumnya digunakan oleh para ilmuan dan para
filosof untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam memahami akal pikiran dan tingkah laku
manusia. Namun tidak cocok karena psikologi memilki batas batas tertentu yang berada
diluar etika keilmuan filosifis (Robert, 1988).

Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan membahas mengenai


tingkah laku terbuka dan terturup pada manusia, baik selaku individu maupun kelompok,
dalam hubungannya dengan lingkungan.

2. Definisi Pendidikan

Pendidikan berasal dari kata “didik” dan ditambah imbuhan men sehingga “mendidik”
yang artinya memelihara dan membarikan latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan
diperlukan adanya aturan, ajaran, tuntutan, dan pemimpin mengenai akhlak dan kecerdasan
pikiran.

3. Definisi Psikologi Pendidikan

Tardif mendefinisikan psikologi pendidikan sebago bidang studi yang berhubungan


dengan penerapan pengetahuan tentang prilaku manusia untuk usaha-usaha kependidikan.
adapun ruang lingkupnya meliputi :

1. context of teaching and learning ( tempat yang berhubungan dengan mengajar dan
belajar)
2. process of teaching and learning (tahapan dalam mengajar dan belajar )
3. outcomes of of teaching and learning ( hasil yang diperoleh dalam mengajar dan
belajar)
Selanjutnya, Witherington mendefinisikan psikologi pendidikan sebagai studi yang
sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan
manusia).

ARTI PENTING PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Psikologi pendidikan merupakan alat bantu yang penting bagi para penyelenggara
pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Karena prinsip yang
terkandung dalam psikologi pendidikan dapat dijadikan landasan berpikir dan bertindak
dalam mengelola proses belajar mengajar.

Kegiatan yang memerlukan prinsip psikologi, antara lain :

1. Seleksi penerimaan siswa.


2. Perencanaan pendidikan.
3. Penyusunan kurikulum.
4. Penelitian pendidikan.
5. Administrasi kependidikan.
6. Pemilihan materi pelajaran.
7. Interaksi belajar-mengajar.
8. Pelayanan bimbingan dan penyuluhan.
9. Metodologi belajar.
10. Pengukuran dan evaluasi.

4. Sejarah, Cakupan, Dan Metode Psikologi Pendidikan

Herbat adalah seotang filosof dan psikologi yang namanya diabadikan sebagai aliran
pemikiran pendidikan “Herbatianisme” dalam pendangannya, proses belajar atau memahami
sesuatu bergantung kepada pengenalan individu kepada hubungnan-hubungan antara ide-ide
baru dan pengetahuan yang telah dimiliki. Konsep ini masih dengan istilah apersepsi .

Cakupan psikologi pendidikan mengenai proses mengajar-belajar, para ahli psikologi


pendidikan seperti Barlow (1985) dan Good 7 Brophy (1990) mengelompokan menjadi tujuh
pembahasan, yaitu :

1. Manajemen ruang kelas


2. Metodologi kelas
3. Motivasi siswa
4. Penamganan siswa yang berkemampuan luar biasa
5. Penamganan siswa yang berprilaku menyimpang
6. Pengukuran kinerja akademik
7. Pemberdayagunaan umpan balik dan penindak lanjutan.

BAB 3

PROSES PERKEMBANGAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PROSES BELAJAR

A. Definisi Dan Faktor Yang Mempengaruhi Perkembnagan


1. Definisi Perkembangan

Perkembangan adalah proses atau tahapan pertumbuhan kearah yang lenih laju.
Pertumbuhan sendiri berarti tahapan meningkatnya sesuatu dalam jumlah dan ukuran.
pertumbuhan juga berarti tahan perkembangan a stage of development (McLeod, 1989).
Perkembangan juga diartikan sebagai rentan perubahan jasmani dan rohani manusia menuju
kearah yang lenih sempurna.

2. Faktor yang memperngaruhi perkembangan

Dalam mempelajari perkembanagn manusia diperlukan adanya perhatian khusus, yakni :

1. Proses pematangan fungsi kongitif


2. Proses belajar
3. Pembawaan atau bakat.

Adapun faktor-faktor yang mempenagaruhi perkembangan, adalah :

1. Aliran Nativisme

Sebuah doktrin filosofis yeng berpengaruh terhadap aliran pemikiran psikologis.


Tokoh utama aliran ini dalah Arthur Schopenhauer (1788-1860). Para penganit ajaran ini
perkembangan berkeyakinan bahwa perkembangan manusia ditentukan oleh pembawaannya,
sedangkan pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh apa-apa.

2. Aliran Empirisme

Tokoh utama adalah John Lucke. Diktrin yang amat empiris adalah “tabula rasa”,
doktrin ini menekankan pentingnya pengalaman, lingkunagn, dan pendidikan dalam arti
perkembangan, manusia semata-mata bergantung pada lingkungan dan pengalaman
pendidikannya, sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir dianggap tidak ada gunanya.

3. Aliran Konvergensi

Aliran ini meripakan gabuangan antara aliran empirisme dan aliran nativisme. aliran
ini menggabungkan arti penting hereditas (pembawaan) denagn lingkungan sebagai faktir
yang berpenagrauh dalam perkmebangan. Tokoh utama aliran konvergensi adalah Louis
William stern (1871-1938).

Aliran yang dipeloporinya disebut dengan lairan “personalisme”, sebuah pemikiran


filosofis yang sangat berpenagruh terhadap disiplin-disiplin ilmu yang berkaitan dengan
manusia.

B. Proses, Tugas Dan Hukum Perkembangan


1. proses perkembangan

Proses dalam hal ini berarti tahapan perubahan tingkkah laku siswa, baik yang terbuka
maupun tertutup. Proses bisa berarti cara terjadinya perubahan dalam diri peserta didik.
Menurut Elizabeth B. Hurlock manusia tak pernah statis, karena perubahan senantiasa terjadi
dalam dirinya dalam berbagai kapsitas (kemampuan), baik yang bersifat biologis maupun
psikologis. Secara global persoses perkembangan individu sampai menjadi dirinya sendiri
berlangsung dalam tiga tahapan, yaitu :

a. Tahapan proses konsepsi


b. Tahapan proses kelahiran
c. Tahapan proses perkembangan individu bayi tersebut menjadi seorang pribadi yang
khas.
2. Tugas Fase Perkembangan

Hal-hal yang menimbulkan tugas perkembangan adalah :

a. kematangan fisik
b. dorongan ciri-ciri psikologis menusia yang sedang berkembang itu sendiri
c. tuntutan kultural di masyarakat.
C. Perkembangan Psiko-Fisik Siswa

Perkembangan yang diapandang memiliki keterkaitan langsung dengan kegiatan belajar


siswa. Proses perkembangan meliputi :

a. Perkembangan motor (motor development), yakni proses perkembangan yang progresif


dan berhubungan dengan prolehan aneka ragam keterampilan fisik anak (motor skills);
b. perkembangan kognitif (cognitive development), yakni perkembangan fungsi intelektual
atau proses perkembangan kemampuan/kecerdasan otak anak;
c. perkembangan sosial dan moral (social and moral development), yakni proses
perkembangan mental yang berhubungan dengan perubahan-perubahan cara anak
berkomunikasi, baik secara individu maupun kelompok.

D. Arti Penting Perkembangan Kognitif Bagi Anak

Program pengajaran sekolah yang baik adalah ynag mampu memberikan dukungan
besar pada peserta didik dalam menyelesaikan tugas perkembangan mereka. Pengetahuan
mengenai proses perkembangan dengan segala aspeknya itu sangat banyak manfaatnya,
antara lain :

a. Guru dapat memberikan layanan bimbinganyang tepat.


b. Mengantisipasi kemungkinan terjadinya masalah kesulitan belajar,
c. Mempertimbangkan waktu yang tepat untuk memulai aktivitas proses belajar-
mengajar.
d. Mampu menemukan dan menetapkan tujuan pembelajaran sesuai standart
kompetensi.

Sekurang-kurangnya ada dua kecakapan kongnitif yang perlu dikembangkan khususnya oleg
guru, yaitu :

1. strategi belajar memahami isi pelajaran.


2. strategi strategi meyakini arti penting isi materi pembelajaran dan aplikasinya.

Keberhasilan dalam mengembangkan kecakapan kognitiftidak hanya membuahkan


kecakapan kognitif tetapi juga menghasilkan kecakapan afektif. dampak positif lainnya
adalah sikap mental keagamaan yang lebih tegas sesuai dengan tuntutan ajaran agama yang
telah dipahami secara mendalam.
BAB 4

BELAJAR

1. Definisi Belajar

Reber membatasi belajar menjadi dua definisi. pertama, belajar adalah The process of
acquiring knowlegde, yakni proses memperoleh pengetahuan. Pengertian ini sering dipakai
dalam pembahsan psikologi kognitif. Kedua, belajar adalah A relatively permanent change as
a result of reinforced practice, yaitu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng
sebagai hasil praktik yang diperkuat.

2. Arti Penting Belajar

Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna yang
tergantung dalam belajar. Kerena kemampuan berubahlah, manusia terbebas dari
kemandegan sebagai khalifah di bumi, manusia menjadi bebas mengeksplorasi, memilih, dan
mendapatkan keputusan penting dalam hidupnya.

3. Ragam Alat Belajar

Islam memandang manusia adalah makluk yang terlahir kosong tanpa ilmu
pengetahuan. Akan tetapi Tuham memberi potensi berupa jasmaniah dan rohaniah untuk
belajr dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Potensi yang berfungsi untuk melakukan
kegiatan belajar adalah :

a) Indra pengelihatan
b) Indra pendengar
c) Akal.

Alat alat tersebut merupakan subsistem yang saling berhubungan.

Teori Pokok Belajar

1. Koneksionisme

Teori yang ditemukan dan dikembangkan oleh Edward L. Thorndike berdasarkan


eksperimen yang ia temukan oada tahun 1890. Thorndike menyimpulkan bahwa belajar
adalah hubungan yang stimulus dan respons.

2. Pembiasan Klasik
Eksperimen yang dilakukan oleh Ivan Pavlov sworang ilmuan asal Rusia. Menurut
teori ini belajar adalah proses perubahan yang ditandai adanya hubungan antara stimulus dan
respon.

3. Pembiasaan Prilaku Respons

Teori belajar yang berusia paling muda dikalangan ahli osikologi belajar ini
dikemukakan oleh Burrhus Frederic Skinner, seorang penganut behavioris.

4. Teori Pendekatan Kongnitif

Teori psikologi kongnitif adalah bagian terpenting dari sains kongnitif yang
memberikan konstribusi sangat berarti dalam perkembangan osikologi pendidikan.
Pendekatan psikologi kongnitif lebih menekankan pada proses internal, mental manusia.
Prilaku manusia yangvtampak tak dapat diukur dan diterangkan melibatkan proses mental
seperti : motivasi, kesngqjaan, keyakinan dan lain sebagainya.

Proses dan fase belajar

1. Definisi dan Fase Belajar

Proses berasal dari kata latin "processus" yang berarti "berjalan cepat kedepan".
Dalam psikologi belajarvoroses berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus yang dengan
beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapinya hasil-hasil tertentu. (Reber, 1988).

Proses belajar adalah tahapan prilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik yqng terjadi
dalam siswa. Perubahaan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke yang lebih maju
dari pada keadaan yang sebelumnya.

2. Fase-Fase Dalam Proses Belajar

Menurut jerome S. Bruner, dalam prosea belajar siswa menempuh tiga episode atau
fase, yakni :

a) Fase informasi (penerimaan materi)


b) Fase transformasi (pengubahan materi)
c) Fase evaluasi (penilaian materi)
BAB 5

CIRI, PERWUJUDAN, JENIS PENDEKATAN, DAN FAKTOR YANG


MEMENGARUHI BELAJAR.

A. Ciri Khas Prilaku Belajar

Ciri-ciri yang menjadi karakteristik belajar adalah :

1. Perubahan itu internasional.


Perubahann yang terjadi adalah berkat pengalaman ataubpraktiknyang dilakukan
dengan swngaja dan disadari atau dwngan kata lain bukan kebetulan.
2. Perubahan itu positif dan aktif.
Perubahan yang terjadi berkat proses belajar positif aktif.
3. Perubahan itu efektif dan fungsional.
Perubahan yang timbul karena proses belajar bersifat efektif, yakni berhasil guna.
Artinya, perubahan tersebut membawa penharuh, makna dan manfaat tertentu bagi
siswa.

B. Perwujudan Prilaku Belajar

Manifestasi dari pilaku belajar yang tampakndalam perubahan-perubahan :

a. Kebiasaan
b. Keterampilan
c. Pengamatan
d. Berfikir asosiatif dan daya ingat
e. Laku efektif
f. Sikap
g. Inhibisi
h. Apresiasi
i. Tingkah laku.

C. Jenis Jenis Belajar

Keanekaragaman jenis belajar ini muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan
kebutuhan kehidupan manusia yang juga bermacam-macam.

a) Belajar abstrak adalah belajar dengan menggunakan cara berpikir abstrak.


b) Belajar keterampilan yakni belajar mengunakan gerakan-gerakan motorik.
c) Belajar sosial yakni belajar memecahkan permasalahan.
d) Belajar pemecahan masalah adalah belajar menggunakan metode ilmiah, sistematis
dan logis.
e) Belajar rasional yakni belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir secara logis
dan rasional/sesuai dengan akal sehat.
f) Belajar kebiasaan yakni proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan
kebiasaan yang telah ada.
g) Belajar apresiasi yakni belajar mempertimbangkan arti penting atau nilai suatu objek.
h) Belajar pengetahuan yakni studi dengan cara melakukan penyelidikan mendalam
terhadap objek pengetahuan tertentu.

D. Efisiensi, Pendekatan, dan Metode Belajar

Pendekatan belajar dan strategi atau kiat melaksanakan pendekatan secara metode
belajar termaksut faktor-faktor yang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
Seorang siswa sebenarnya hanya memiliki kemampuan hanya memiliki kemampuan ranah
cipta rata-rata atau sedang, dapat mencapai puncak prestasi yang memuaskan, lantaran
menggunakan pendekatan belajar yang efisien.

E. Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakn menjadi tiga
macam, yakni :

a) Faktor internal yaitu keadaan/komdisi jasmani dan rohani siswa.


b) Faktor eksternal yaitu kondisi lingkungan di sekitar siswa,
c) Faktor pendekatan belajar siswa yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi
dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-
materi pelajaran.

BAB 6

PRESTASI, LUPA, KEJENUHAN, TRANSFER DAN KESULITAN BELAJAR

A. Evaluasi Prestasi Dan Belajar

Evaluasi artinya ppenilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang
telah dicapai dalam sebuah program.
B. Faktor-Faktor Penyebab Lupa

Pertama, lupa dapat terjadi karena sebab gangguan konflik antara item-item informasi
atau materi yang ada dalam system memori siswa. Dalam interference theory (teori mengenai
gangguan), gangguan konflik ini terbagi menjadi dua, yaitu: 1) practice
interference; 2) retroactive interference (Reber 1988; Best 1989; Anderson 1990). Seorang
siswa akan mengalami gangguan proactive apabila materi pelajaran lama yang sudah
tersimpan dalam subsistem akal permanennya mengganggu masuknya materi pelajaran baru.

Peristiwa ini bisa terjadi apabila siswa tersebut mempelajari sebuah materi pelajaran
yang sangat mirip dengan materi pelajaran yang telah dikuasainya dalam tenggang waktu
yang pendek. Dalam hal ini materi yang baru saja dipelajari akan sangat sulit diingat atau
diproduksi kembali. Sebaliknya, seorang siswa akan mengalami ganguan retroactive apabila
materi pelajaran baru membawa konflik dan gangguan terhadap pemanggilan kembali materi
pelajaran lama yang telah lebih dahulu tersimpan dalam subsistem akal permanen siswa
tersebut. Dalam hal ini, materi pelajarn lama akan sangat sulit diingat atau diproduksi
kembali. Dengan kata lain siswa tersebut lupa akan materi peajaran lama itu.

Kedua, lupa dapat terjadi pada seorang siswa karena sebab adanya tekanan terhadap
item yang telah ada baik sengaja maupun tidak. Penekanan ini terjadi karena beberapa sebab,
yaitu:

a) Karena item informasi (berupa pengetahuan, tanggapan, kesan, dan sebagainya) yang
diterima siswa kurang menyenangkan, sehingga ia dengan sengaja menekannya hingga ke
alam ketidaksadaran.
b) Karena item informasi yang baru secara otomatis menekan item informasi yang telah ada,
jadi sama dengan fenomena retroactive.
c) Karena item informasi yang akan direproduksi (diingat kembali) itu tertekan ke alam
bawah sadar dengan sendirinya lantaran tidak pernah dipergunakan.

Ketiga, lupa dapat terjadi karena sebab perubahan sikapdan minat siswa terhadap
proses dan situasi belajar tertentu. Jadi, meskipun seorang siswa telah mengikuti proses
belajar-mengajar dengan tekun dan serius, tetapi karena sesuatu hal sikap dan minat siswa
tersebut menjadi sebaliknya (seperti karena ketidaksenangan terhadp guru) maka materi
pelajaran itu akan mudah terlupakan.
Keempat, menurut law of disuse (Hilgard & Bower 1975), lupa dapat terjadi karena
sebab materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunaakan atau dihafalkan siswa.
Menurut asumsi sebagian ahli, materi yang diperlakukan demikian akan masuk ke alam
bawah sadar atau mungkin juga bercampur aduk dengan materi pelajaran baru.

Kelima, lupa tentu saja dapat terjadi karena sebab perubahan urat syaraf otak. Seorang
siswa yang terserang penyakit tertentu seperti keracunan, kecanduan alcohol, dan geger otak
akan kehilangan ingatan ata item-item informasi yang ada dalam memori permanennya.

C. Kiat Mengurangi Lupa Dalam Belajar

a.      Over learning

Over learning (belajar lebih) artinya upaya belajar yang melebihi batas penguasaan
dasar atas materi pelajaran tertentu. Over learning terjadi apabila respons atau reaksi tertentu
muncul setelah siswa melakukan pembelajaran atas respon tersebut dengan cara di luar
kebiasaan. Banyak contoh yang dapat dipakai untuk over learning, antara lain pembacaan
teks Pancasila pada setiap hari Senin memungkinkan ingatan siswa terhadap teks Pancasila
lebih kuat.

b.      Extra study time

Extra study time (tambahan waktu belajar) ialah upaya penambahan alokasi waktu
belajar atau penambahan frekuensi aktivitas belajar. Penambahan alokasi waktu belajar
materi tertentu berarti siswa menambah jam belajar, misalnya dari satu jam menjadi dua jam
waktu belajar. Penambahan frekuensi belajar berarti siswa meningkatkan kekerapan belajar
materi tertentu, misalnya dari sekali sehari menjadi dua kali sehari. Kiat ini dipandang cukup
strategis karena dapat melindungi memori dari kelupaan.

c.       Mnemonic device

Mnemonic device (muslihat memori) yang sering juga hanya disebut mnemonic itu


berarti kiat khusus yang dijadikan “alat pengait” mental untuk memasukkan item-item
informasi ke dalam system akal siswa. Kata komponen pasak ini dibentuk berpasangan yang
memiliki kesamaan watak (baik itu warna, rasa, dan seterusnya). Misalnya langit-bumi;
panas-api; merah-darah; dan seterusnya.

d.      Clustering
Clustering (pengelompokkan) ialah menata ulang item-item materi menjadi
kelompok-kelompok kecil yang dianggap lebih logis dalam arti bahwa item-item tersebut
memiliki signifikansi dan lafal yang sama atau sangat mirip. Penataan ini direkayasa
sedimikian rupa dalam bentuk daftar-daftar item materi sehingga mudah untuk dihafalkan.

D. Kejenuhan Dalam Belajar


1. Pengertian kejenuhan dalam belajar

Secara harfiah, arti jenuh ialah padat atau penuh sehingga tidak mampu lagi memuat
apa pun. Selain itu, jenuh juga dapat berarti jemu atau bosan. Dalam belajar, disamping siswa
sering mengalami kelupaan, ia juga terkadang mengalami peristiwa negatif lainnya yang
disebut jenuh belajar yang dalam bahasa psikologi lazim disebut learning plateau atau plateau
(baca: pletou) saja. Peristiwa jenuh ini kalau dialami seorang siswa yang sedang dalam proses
belajar (kejenuhan belajar) dapat membuat siswa tersebut merasa telah memubazirkan
usahanya. Kejenuhan belajar ialah rentang waktu tertentu yang digunakan untuk belajar,
tetapi tidak mendatangkan hasil (Reber, 1988). Seorang siswa yang mengalami kejenuhan
belajar merasa seakan-akan pengetahuan dan kecakapan yang diperoleh dari belajar tidak ada
kemajuan. Tidak adanya kemajuan hasil belajar ini pada umumnya tidak berlangsung
selamanya, tetapi dalam rentang waktu tertentu saja, misalnya seminggu. Namun tidak sedikit
siswa yang mengalami rentang waktu yang membawa kejenuhan itu berkali-kali dalam satu
periode belajar tertentu.

2. Faktor penyebab kejenuhan dalam belajar

Kejenuhan dalam bidang apa saja pada umumnya disebabkan oleh aktifitas rutin yang
dilakukan dengan cara yang monoton atau tidak berubah-ubah, dalam waktu lama. Dengan
demikian kejenuhan belajar biasanya lebih sering menghinggapi pelajar atau  mahasiswa
yang sejak SD sudah menjadi pelajar yang rajin. Berbagai penyebab kejenuhan belajar yang
perlu diketahui di antaranya adalah sebagai berikut:

a) Belajar dilakukan dengan metode yang tidak bervariasi.


b) Belajar hanya dilakukan ditempat tertentu saja. Misalnya di kamar tidur
c) Kondisi ruang belajar yang tidak berubah-ubah, terutama di rumah
d) Kurang melakukan aktifitas rekreasi atau hiburan untuk menetralisir kelelahan
berpikir setelah beajar
e) Adanya ketegangan mental yang kuat dan berlarut-larut di saat belajar.
Ketegangan mental tsb bisa timbul dari beban pelajaran yang terlalu berat, target
untuk mencapai prestasi puncak, guru / dosen yang terlalu galak / killer, dan hal-hal lain yang
menimbulkan ketegangan mental.

E. Tranfer Dalam Belajar


1. Pengertian transfer dalam belajar

Menurut L.D. Crow dan A. Crow, transfer belajar adalah pemindahan-pemindahan


kebiasaan berfikir, perasaan atau pekerjaan, ilmu pengetahuan atau keterampilan, dari suatu
keadaan ke keadaan belajar yang lain. Pengetahuan dan keterampilan siswa sebagai hasi
belajar pada masa lalu seringkali mempengaruhi proses belajar yang sedang dialaminya
sekarang. Tranfer dalam belajar yang biasa disebut dengan tranfer belajar (tranfer of learning)
itu mengandung arti pemindahan keterampilan hasil belajar dari suatu situasi ke situasi
berikutnya (Reber: 1988). Kata “pemindahan keterampilan” tidak berkonotasi hilangnya
keterampilan melakukan sesuatu pada masa lalu karena digantikan dengan keterampilan baru
pada masa sekarang. Oleh sebab itu, definisi diatas harus dipahami sebagai pemindahan
pengaruh atau pengaruh keterampilan melakukan sesuatu terhadap tercapainya keterampilan
melakukan sesuatu lainnya. Setiap pemindahan pengaruh (tranfers) seperti yang disebut
diatas pada umumnya selalu membawa dampak baik itu positif ataupun negatif terhadap
aktifitas dan hasil pembelajaran materi pelajaran lain atau keterampilan lain.

2. Ragam transfer belajar

Pada perkembangan awal, transfer belajar terbagi menjadi dua yaitu transfer positif
dan transfer negatif. Dikatakan transfer positif, apabila membawa efek positif terhadap
kegiatan belajar selanjutnya, sedangkan dikatakn transfer negatif, jika membawa efek negatif
terhadap kegiatan belajar selanjutnya. Menurut Theory of Identical Element yang
dikembangkan oleh E. L. Thorndike, transfer positif akan terjadi apabila terjadi kesamaan
elemen antara materi yang lama dengan materi yang baru. Contoh seorang siswa yang telah
menguasai matematika akan mudah mempelajari statistika, seseorang yang telah mampu
untuk naik sepeda maka ia akan mudah untuk belajar naik sepeda bermotor. Sedangkan
trasfer negatif terjadi ketika keterampilan yang telah dikuasai menjadi penghambat belajar
keterampilan lainnya. Contoh seorang yang terbiasa untuk mengetik dengan satu jari, akan
mengalami kesulitan ketika harus belajar mengetik dengan sepuluh jari. Pada perkembangan
selanjutnya, Gagne, seorang education psychologist membedakan transfer belajar menjadi
empat kategori.
BAB 7

MENGAJAR

A. Arti penting mengajar 


Mengajar merupakan istilah kunci yang hampir tak pernah luput dari pembahasan
mengenai pendidikan karena keeratan antara keduaanya. Dari arti yang lebih, mengajar
bahkan mengandung konotasi membimbing dan membantu untuk memudahkan siswa dalam
menjalani proses perubahannya sendiri, yakni proses belajar untuk meraih kecakapan
cipta,rasa, karsa  yang menyeluruh dan utuh.

B. Definisi dan contoh belajar


1. Definisi belajar
Pengertian umum dipahami orang terutama mereka yang awam dalam bidang-bidang
studi kependidikan, ialah bahwa mengajar itu merupakan penyampaian pengetahuan dan
kebudayaan kepada siswa. Arifin ( 1978 ) mendefinisikan mengajar “ suatu rangkaian
kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar dapat menerima, menanggapi,
menguasai, dan mengembangkan bahan pelajaran itu.”
2. Contoh belajar
Jika para siswa sedang diajar menulis, maka para  siswa itulah yang seharusnya lebih
banayak peluang menulis bukan guru . tugas anda yang penting dalam hal ini adalah memberi
contoh dan dorongan persuasive kepada para siswa serta menata lingkungan sebaik-baiknya,
sehingga memungkinkan mereka belajar dengan mudah.

C. Pandangan-pandangan pokok mengenai mengajar


1. Mengajar sebagai ilmu
Sebagian ahli memandang mengajar sebagai ilmu . oleh karenanya, guru merupakan
sosok pribadi manusia manusia yang memang sengaja dibangun untuk menjadi tenaga
professional yang memiliki profesi  (berpengetahuan dan  berkemampuan tinggi) dalam dunia
pendidikan yang berkompeten untuk melakukan tugas mengajar.
2. Mengajar sebagai seni
Sebagian ahli memandang bahwa mengajar adalah seni , bukan ilmu. Oleh karenanya
tidak semua orang berilmu  (termasuk orang yang berilmu pendidikan) bisa menjadi guru
yang piawai dalam hal mengajar.
D. Model dan metode pokok belajar
1. Model pokok belajar
Model-model mengajar (teaching model) adalah blue print mengajar yang direkayasa
sedemikian rupa untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pengajaran.
a) Model information processing (tahapan pengolahan informasi)
b) Information processing adalah istilah kunci dalam psikologi kognitif akhir-akhir ini
semakin mendominasi sebagian besar upaya riset dan pembahasan psikologi
pendidikan.
c) Rumpun model personal pada umumnya berorientasi pada pengembangan pribadi
siswa dengan lebih banyak memperhatikan kehidupan ranah rasa, terutama fungsi
emosionalnya.
d) Model sosial adalah rumpun model mengajar  yang menitikberatkan pada proses
interaksi antar individu yang terjadi dalam kelompok individu tersebut.
e) Rumpun model mengajar pengembangan perilaku  ( behavioral ) direkayasa atas dasar
kerangka teori perilaku yang dihubungkan dengan proses belajar dan mengajar.

E. Model pokok mengajar


A. Definisi metode mengajar
Metode secara harfiah berarti “cara“.  Selanjutnya, yang dimaksud dengan metode
mengajar ialah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan kependidikan,
khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada siswa (Tardif, 1989).
B. Ciri khas mengajar
Pada prinsipnya , tidak satupun metode mengajar yang dapat dipandang sempurna dan
cocok dengan semua pokok bahasan yang ada dalam setiap bidang studi.
a) Ragam metode belajar
b) Metode ceramah
c) Metode diskusi
d) Metode demonstrasi
e) Metode ceramh plus
BAB 8

GURU DAN PROSES MENGAJAR DAN BELAJAR

A. GURU
1. Arti guru dahulu dan sekarang

Sekurang-kurangnya selama dua dasawarsa terakhir ini hampir setiap saat, media
masa khususnya media catak harian dan mingguaan memuat berita tentang guru. Namun,
berita-berita ini banyak yang cenderung melecehkan posisi para guru, sedangkan para guru
sendiri nyaris tak mampu membela diri.

2. Arti guru masa mendatang

Dalam kamus besar bahasa indonesia edisi kedua 1991, guru  diartikan sebagai orang
yang pekerjaanya (mata pencaharianya) mengajar.  Kata mengajar dapat pula ditafsirkan
bermacam-macam, misalnya:

a. Memerlukan pengetahuan dan kebudayaan kepada orang lain (bersifat psikomotor


kognitif);
b. Melatih keterampilan jasmani kepad orang lain (bersifat psikomotor);dan
c. Menamakan nilai dan keyakinan kepada orang lain (bersifat efektif).

B. KARAKTERISTIK KEPRIBADIAN GURU

Dalam arti sederhana, kepribadian bersifat hakiki individu yang tercermin pada sikap
dan perbuatanya yangb membedakan dirinya dari yang lain. Mcleon (1989) mengartikan
kepribadian (personality) sebagai sifat khas yang dimiliki seseorang. Dalam hal ini, kata lain
yang sangat dekat artinya dengan kepreibadian adalah karakter dan identits.

1. Fleksibilitas kognitif guru

Guru yang fleksibilitas pada umumnya ditandai dengan keterbukaan berpikir dan
beredaptasi. Selain itu, ia juga memiliki resistensi (daya tahan) terhadap ketertutupan ranah
cipta yang prematur (terlampau dini) pengamatan dan pengamalan. Dalam PMB, fleksibilitas
kognitif guru terdiri atas tiga dimensi yaitu:

a. Dimensi karakteristik pribadi guru;


b. Dimensi sikap kognitif guru terhadap siswa; dan
c. Dimensi sikap kognitif guru terhadap materi pelajaran dan metode
mengajaran.
2. Keterbukaan psikologis pribadi guru

Guru yang terbuka secara psikologis biasanya ditandai dengan kesediaanya yang
relatif tinggi untuk mengkonsumsikan dirinya dengan faktor-faktor eksteren antar lain siswa,
teman sejawat, dan lingkungan pendidikan tempatnya bekerja.

C. KOMPETENSI PROFESIONALISME GURU

Pengertian dasar kompetensi (competency) adalah kemampuan atau kecakapan. Padan


kata yang berasal dari bahasa inggris itu cukup banyak dan yang lebih relevan dengan
pembahasan inio ialah kata proficiency dan obiliti yang memeiliki arti kurang lebih sama
yaitu kemampuan.

a. Kompetensi kognitif (kecakapan ranah cipta);


b. Kompetensi afektif (kecakapan ranah rasa);
c. Kompetensi psikomotor (kecakapan ranah karsa).
d. Kompetensi psikomotor guru

Kompetensi psikomotor guru meliputi segala keterampialan atau kecakapan yang


bersifat jasmaniah yang pelaksanaannya  berhubungan dengan tugasnya selaku pengajar.
Guru yang profesional memerlukan penguasaan yang prima atas sejumlah keterampialan
ranah karsa yang langsung berkaitan dengan bidang study garapannya.

D. HUBUNGAN GURU DENGAN PROSES MENGAJAR-BELAJAR


1. Konsep dasar proses mengajar-belajar
a) Difinisi dan komunikasi dalam proses belajar-mengajar
b) Sasaran dalam proses belajar –mengajar
c) Strategi perencanaan proses belajar-mengajar
d) Strategi plaksanaan  proses mengajar-belajar
e) Faktor-faktor yang  memengaruhi proses belajar mengajar

 
BAB III

PEMBAHASAN

A. Kelebihan Buku

Materi yang dijelaskan pada buku utama dan pembanding ini sangat bagus, serta
materi yang dibahas penting. Kedua buku ini juga dapat menjadi pedoman bagi para
mahasiswa untuk menambah pengetahuan yang lebih baik lagi.

Dan keunikan pada buku utama yaitu karya Drs.Sumadi Suryabrata. B.A., M.A.,
Ed.S., Ph.D. adalah materi yang dituliskan mudah dipahami oleh pembaca dan keuinikan
lainnya terletak pada sampul buku yang sederhana tapi menari perhatian mata pembaca.
Sedangkan keunikan pada buku pembanding yaitu karya Dr. Muhibbin Syah, M. Ed memiliki
daftar model dan tabel beserta halamannya sehinggga memudahkan pembaca saat dalam
proses pencarian atau memilih materi yang akan dibahas pembaca.

B. Kelemahan Buku

Pada buku utama psikologi pendidikan yaitu karya Drs.Sumadi Suryabrata. B.A.,
M.A., Ed.S., Ph.D. tidak dimuatnya rangkuman pada setiap pembahasan ataupun penulis
tidak membuat daftar soal seperti uji kompetensi untuk menguji seberapa nilai pemahaman
pembaca. Dan juga pada buku ini tidak dilampirkannya gambar sehingga pembaca menoton
ketulisan saja dan menjadi bosan.

Sedangkan pada buku pembanding yaitu karya Dr. Muhibbin Syah, M. Ed ditemukan
penulisan kata yang salah seperti pada pembahasan materi bab 3 yang seharusnya kata yang
berada di judul pembahasan tersebut adalah “belajar” menjadi “balajar”.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Studi psikologis, yaitu studi tentang aktivitas individu-induvidu (dalam arti tingkah
laku yang tampak dan aktivitas serta pengelaman batin) dalam proses pendidikan dengan
anak didik sebagai pusatnya.

Psikologi pendidikan merupakan salah satu cabang psikologi yang secara khusus
mengkaji perilaku individu dalam konteks situasi pendidikan dengan tujuan untuk
menemukan berbagai fakta, generalisasi dan teori-teori psikologi berkaitan dengan
pendidikan, yang diperoleh melalui metode ilmiah tertentu, dalam rangka pencapaian
efektivitas proses pendidikan.

B. Saran

Demikianlah laporan makalah critical book report yang sederhana ini yang masih
banyak kekurangan di sana sini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Suryabrata, S. (2013). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Syah, M. (2010). Psikologi Pendidikan.Bandung: PT Remaja.

Anda mungkin juga menyukai